disorders of childhood

67
DISORDERS OF CHILDHOOD Frieska Soplantila Hana Fatmawaty Arlita Christina Rosevin Aquinaldi

Upload: hana-fatmawaty

Post on 03-Jul-2015

325 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disorders of Childhood

DISORDERS OF CHILDHOOD

Frieska Soplantila

Hana Fatmawaty

Arlita Christina

Rosevin Aquinaldi

Page 2: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

DSM-IV-TR CLASSIFICATIONDisorders Usually first Diagnosed in Infancy, Childhood, or Adolescence

Mental Retardation Learning Disorders Motor Skills Disorder Communication Disorders Pervasive Developmental Disorders Attention-Deficit and Disruptive Behavior Disorders Feeding and eating Disorders of Infancy or Early Childhood TIC Disorders Elimination Disorders Other Disorders of Infancy, Childhood, or Adolescence

Page 3: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Klasifikasi Gangguan di Masa Kanak-kanak

Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas

Gangguan Tingkah Laku

Disabilitas Belajar

Retardasi Mental

Gangguan Autistik

Page 4: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Klasifikasi Gangguan di Masa Kanak-kanak Ahli diagnostik harus mengetahui apa yang dianggap normal

pada usia tersebut. Psikopatologi Perkembangan mengidentifikasi berbagai perilaku

yang wajar pada satu tahap, namun pada tahap yang berbeda dianggap sebagai gangguan.

Gangguan di masa kanak-kanak dikategorikan: gangguan eksternalisasi dan gangguan internalisasi. Gangguan eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang diarahkan ke luar

diiri, seperti agresivitas, ketidakpatuhan, overaktivitas, & impulsivitas, & termasuk berbagai kategori dalam DSM-IV-TR, yaitu ADHD, gangguan tingkah laku (GTL), & gangguan sikap menentang (GSM). Konsisten pada anak laki-laki.

Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman & perilaku yang lebih terfokus ke dalam diri seperti depresi, menarik diri dari pergaulan sosial, & kecemasan, termasuk gangguan anxietas & mood pada masa kanak-kanak. Konsisten pada anak perempuan.

Perilaku eksterbalisasi & internalisasi banyak dilakukan di berbagai negara, termasuk Swiss, Australia, Puerto Rico, Kenya, & Yunani.

Page 5: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Diagnosis yang Dapat Ditegakkan pada Anak-anak dan Orang Dewasa

Gangguan yang disebabkan zat:SkizofreniaGangguan moodGangguan anxietas, seperti fobia spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma, gangguan anxxietas menyeluruh, pasca penganiayaan seksual pada anakGangguan somatoformGangguan disosiatifGangguan identitas genderGangguan makan, seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosaParasomnia: Perilaku atau peristiwa fisik abnormal yang terjadi dalam kondisi tidur. Contohnya, gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, dan gangguan berjalan sambil tidur.

Sumber: Diadaptasi dari DSM-IV-TR

Page 6: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Child Psychopathology Para ahli dari berbagai bidang dapat memperoleh

keuntungan melalui pemahaman mengenai psikopatologi anak, entah apakah mereka adalah pihak yang meyediakan layanan terapi bagi anak ataupun dalam posisi seseorang yang merekomendasikan anak tersebut untuk diberikan terapi.

Pemahaman yg baik mengenai prevalensi dan konsekuensi dari gangguan pada perilaku dan emosional di masa kanak-kanak dapat meningkatkan usaha untuk menolong anak-anak yg memiliki gangguan tersebut.

Banyak isu yang mempengaruhi perkembangan psikopatologi anak, yang membentuk suatu pengaruh-pengaruh yang rumit dan unik dalam diri setiap anak.

Page 7: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Isu-isu tersebut dapat berkombinasi dalam mempengaruhi perkembangan psikopatologi pada seorang anak, pengaruh tersebut terjadi secara relative dan bervariasi pada masing-masing anak.

Banyak anak yang memiliki lebih dari satu gangguan. Pada kasus-kasus tertentu, dua atau lebih gangguan dapat berkembang secara terpisah, namun kebanyakan gangguan yang satu akan mempengaruhi gangguan tambahan lainnya.

Perilaku ataupun emosi yang menjadi simptom dari setiap gangguan berlangsung selama kurun waktu tertentu.

Nilai-nilai budaya setempat mempengaruhi bagaimana kita mendefinisikan mengenai psikopatologi anak.

Fokus yang paling utama adalah pada anak yang mengalami gangguan, kemudian keluarga mereka, lalu juga pihak-pihak yang berinteraksi dengan mereka di dalam komunitas.

Page 8: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas

Salah satu gangguan eksternalisasi. Hiperaktif seorang anak yang selalu

bergerak, mengetuk-ketukan jari, menggoyang-goyangkan kaki, mendorong tubuh anak lain tanpa alasan yang jelas, berbicara tanpa henti, dan bergerak gelisah.

Hiperaktif normal ≠ gangguan yang dapat didiagnosis. ADHD: perilaku bersifat ekstrem dalam periode

perkembangan terntentu, terjadi dalam berbagai situasi yang berbeda, dan berhubungan dengan disabilitas parah dalam fungsi.

Hiperaktif normal: ribut, aktif, agak mudah teralih perhatiannya.

Page 9: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD): The persisting inability to keep one’s attention

focused in a sustained manner An impulsive, hyperactivity-motoric factor.

ADHD is a neurodevelopmental disorder of childhood that is characterized by developmentally inappropriate levels of:

Hiperactivity Impulsivity Inattention

Page 10: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Kriteria Gangguan Pemusatan Perhatian /Hiperaktivitas dalam DSM-IV-TR

Salah satu dari A atau B:A. Enam atau lebih wujud kurangnya konsentrasi selama minimal 6 bulan

hingga ke tingkat yang maladaptif dan lebih besar dari yang diharapkan, menilik tingkat perkembangan orang yang bersangkutan, contohnya, berbagai kesalahan yang sembrono tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, mudah lupa dengan aktivitas sehari-hari

B. Enam atau lebih wujud hiperaktivitas-impulsivitas yang terjadi selama minimal 6 bulan hingga ke titik yang maladaptif dan lebih besar dari yang diharapkan, menilik tingkat perkembangan orang yang bersangkutan, contohnya, bergerak tersu dalam posisi duduk, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan (pada orang dewasa, selalu bergerak gelisah), bertingkah laku seolah “digerakkan oleh sebuah motor,” berbicara tanpa henti

Beberapa dari karakteristik di atas terjadi sebelum usia 7 tahun Terjadi di dua lingkungan atau lebih, a.l., di rumah dan di sekolah

atau di tempat kerja Disabilitas yang parah dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia,

gangguan anxietas, gangguan mood

Page 11: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Subkategori simtom-simtom ADHD dalam DSM-IV-TR

Tipe Predominant inatentif: Anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi

Tipe Predominan Hiperaktif-Impulsif: Anak-anak yang masalahnya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif

Tipe Kombinasi: Anak-anak yang mengalami kedua rangkaian masalah di atas

Page 12: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

ADHD vs Gangguan Tingkah Laku (GTL)

ADHD Tidak mengerjakan

tugas di sekolah Kelemahan kognitif Rendahnya prestasi Prognosis jangka

panjang lebih baik

GTL Lebih agresif Memiliki orangtua yang

antisosial Keluarga dengan KDRT SES rendah Berisiko melakukan

kenakalan dan penyalahgunaan zat di masa remaja

Page 13: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Komorbiditas ADHD-GTL

Perilaku antisosial paling parah Paling mungkin ditolak oleh teman-teman

seusia merela Memiliki prestasi akademik terburuk Memiliki prognosis terburuk Membentuk kategori tersendiri yang sangat

mungkin berlanjut menjadi pola psikopatik gangguan kepribdian antisosial ketika dewasa.

Page 14: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Page 15: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Anak-anak perempuan yang mengalami ADHD lebih mungkin berstatus sebagai anak adopsi daripada anak-anak dalam kelompok pembanding.

Sama dengan temuan pada sampel anak laki-laki, anak-anak perempuan yang mengalami tipe kombinasi menunjukkan simtom-simtom perilaku yang lebih mengganggu daripada anak-anak perempuan dengan tipe inatetif.

Anak-anak perempuan dengan tipe kombinasi lebih mungkin mendapatkan diagnosis komorbid, yaitu gangguan tingkah laku atau gangguan sikap menentang daripada anak-anak yang tidak mengalami ADHD.

Anak-anak perempuan dengan ADHD lebih mungkin mengalami kecemasan dan depresi yang meningkat daripada anak-anak perempuan dalam kelompok pembanding.

Anak-anak perempuan dengan tipe kombinasi dinilai secara negatif oleh teman-teman seusia daripada anak-anak perempuan dengantipe inatetif dan yang tidak mengalami ADHD; anak-anak perempuan dengan tipe inatetif juga dinilai secara lebih negatif daripada anak-anak perempuan dalam kelompok pembanding.

Anak-anak perempuan dengan ADHD menunjukkan sejumlah defisit neuropsikologis, terutama dalam fungsi pelaksanaan (a.l., menyusun rencana, menyelesaikan masalah), dibandingkan dengan anak-anak perempuan tanpa ADHD, yang merupakan pengulangan temuan dalam penelitian lain.

Page 16: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Teori Biologis ADHD

Faktor Genetik Predisposisi genetik terhadap ADHD kemungkinan

berperan. Orang tua ADHD anak ADHD Struktur otak berbeda (frontal lobe, nukleus kaudat, globus

pallidus) lebih kecil. Faktor Perinatal dan Pranatal

Berat lahir rendah Racun Lingkungan

Keracunan timah dapat memiliki sedikit hubungan dengan simtom-simtom masalah hiperaktivitas dan atensi

Nikotin

Page 17: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Teori Psikologis ADHD

Psikoanalis anak Bruno Bettelheim (1973): teori diathesis-stres mengenai ADHD, bahwa hiperaktivitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan tersebut dipasangkan dengan pola asuh orang tua yang otoritarian.

Ross dan Ross (1982): hiperaktivitas dapat merupakan peniruan perilaku orang tua dan saudara-saudar kandung.

Page 18: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan ADHD

Pemberian Obat Stimulan Metilfenidat, atau Ritalin Amfetamin, atau Adderall Pemolin, atau CylertObat-obatan yang digunakan untuk menangani ADHD mengurangiperilaku mengganggu & meningkatkan kemampuan untukBerkonsentrasi.

Multimodal Treatment of Children with ADHD:(1) Pemberian obat saja,(2) Pemberian obat ditambah dengan penanganan behavioral intensif,

melibatkan orang tua & guru,(3) Penanganan behavioral saja.

Page 19: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan dengan pemberian obat saja & penanganan kombinasi lebih baik dari perawatan berbasis komunitas, sedangkan hanya dengan terapi behavioral tidak demikian.

Obat-obatan tersebut tidak dapat meningkatkan prestasi akademik dengan waktu lama.

Efek samping: hilangnya nafsu makan untuk sementara dan masalah tidur.

Page 20: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan ADHD

Penanganan Psikologis Pelatihan bagi orang tua & perubahan manajemen

kelas berdasarkan prinsip-prinsip pengondisian operant. Perilaku anak dipantau di rumah & di sekolah, dan diberi

penguat untuk berperilaku sesuai terapan. Sistem poin & papan bintang. Fokus: meningkatkan karya akademik, menyelesaikan

tugas-tugas rumah, atau belajar keterampilan sosial spesifik, dan bukan mengurangi tanda hiperaktivita.

Pembimbingan teman sebaya dalam keterampilan akademik

Page 21: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Gangguan Tingkah Laku

Gangguan Tingkah laku dalam DSM-IV-TR: perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain & norma-norma sosial utama.

Tipe perilaku: agresi & kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusakkan kepemilikan, berbohong, & mencuri.

Perdebatan: apakah GKO adalah gangguan yang berbeda dengan gangguan tingkah laku, gangguan yang mengawali terjadinya gangguan tingkah laku, atau bentuk gangguan tingkah laku yang lebih ringan yang terjadi sebelum gangguan tingkah laku penuh.

GSM didiagnosis bila seorang anak tidak memenuhi kriteria GTL-yang paling utama, agresivitas yang ekstrem-namun menunjukkan berbagai perilaku seperti kehilangan kendali emosinya, bertengkar dengan orang dewasa, berulang kali menolak mematuhi perintah orang dewasa, sengaja melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain, & mudah marah, kasar, mudah tersinggung, atau mendendam.

Page 22: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Kriteria Gangguan Tingkah Laku dalam DSM-IV-TR

Pola perilaku yang berulang & tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial konvensional yang terwujud dalam bentuk tiga atau lebih perilaku di bawah ini dalam 12 bulan terakhir dan minimal satu di antaranya dalam enam bulan terakhirA. Agresi terhadap orang lain & hewan, contohnya mengintimidasi, memulai perkelahian fisik, melakukan kekejaman fisik kepada orang lain atau hewan, memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual.B. Menghancurkan kepemilikan (properti), contohnya membakar, vandalisme

Page 23: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Kriteria Gangguan Tingkah Laku dalam DSM-IV-TR

C. Berbohong atau mencuri, contohnya, masuk dengan paksa ke rumah atau mobil milik orang lain, menipu, mengutil

D. Pelanggaran aturan yang serius, contohnya, tidak pulang ke rumah hingga larut malam sebelum berusia 13 tahun karena sengaja melanggar peraturan orang tua, sering membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun

• Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan

• Jika orang yang bersangkutan berusia lebih dari 18 tahun, kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan kepribadian antisosial

Page 24: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Komorbid

GSM-ADHD, gangguan belajar, & gangguan komunikasi.

GSM ≠ ADHD dalam hal perilaku nakal dianggap tidak ditimbulkan oleh kurangnya konsentrasi atau impulsivitas yang besar. GSM melakukan kegaduhan dengan sengaja.

Komorbiditas GTL & penggunaan zat memprakirakan akibat yang lebih parah pada anak laki-laki daripada pada anak perempuan (Whitmore, dkk., 1997)

GTL-Kecemasan & Depresi: Anak perempuan lebih

berisiko

Page 25: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Prognosis

Robins (1978) “Sebagian besar orang dewasa yang sangat antisosial juga sangat antisosial semasa masih anak-anak.

Lebih dari separuh anak yang mengalami GTL tidak lantas menjadi orang dewasa yang antisosial.

Moffit (1993) “perlu dibedakan dua perjalanan masalah tingkah laku: (1) pola perilaku antisosial yang ‘tetap sepanjang hidup’, dengan masalah tingkah laku yang bermula di usia 3 tahun & berlanjut menjadi kesalahan perilaku yang serius di masa dewasa. (2) ‘terbatas di usia remaja’, mengalami masa kanak-kanak yang normal, terlibat dalam perilaku antisosial dengan tingkat yang tinggi selama masa remaja, & kembali ke gaya hidup tidak bermasalah di masa dewasa.

Page 26: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Etiologi dan Faktor Risiko GTL

Faktor Biologis Studi terhadap 3000 orang kembar mengindikasikan bahwa hanya

ada sedikit pengaruh genetik dalam perilaku antisosial di masa kanak-kanak; pengaruh lingkungan keluarga lebih signifikan (Lyons, dkk., 1995).

Studi terhadap 2600 orang kembar di Australia menemukan pengaruh genetik yang besar & hampir tidak ada pengaruh lingkungan keluarga dalam simtom-simtom GTL di masa kanak-kanak (Slutse dkk., 1997)

Perilaku agresif jelas diturunkan, sedangkan perilaku kanakalan lainnya kemungkinan tidak demikian.

Anak-anak yang mengalami GTL di usia yang lebih dini (tipe tetap sepanjang hidup) diketahui memiliki skor IQ lebih rendah satu deviasi standar dari anak-anak seusianya yang tidak mengakamai GTL.

Page 27: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Faktor-faktor Psikologis Anak dengan GTL seringkali tampak kurang memiliki kesadaran moral,

kurang memiliki rasa penyesalan atas kesalahan perilaku mereka, & menganggap tindakan antisosial sebagai sesuatu yang menggairahkan & menyenangkan, sebagai suatu hal sentral bagi konsep diri mereka (Ryall, 1974).

Bandura & Walters (1963), anak-anak dapat mempelajari agresivitas orang tua yang berperilaku agresif.

Cole & Dodge (1994), anak-anak dapat meniru tindakan agresif yang dilihatnya dari berbagai sumber lain, seperti televisi.

Moffit (1993) , para remaja yang meniru perilaku anak-anak seusianya yang berperilaku antisosial secara tetap karena anak-anak tersebut tampak memiliki benda-benda berstatus tinggi & kesempatan seksual.

Karakteristik pola asuh seperti disiplin keras & tidak konsisten & kurangnya pengawasan secara konsisten dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.

Proses kognitif pada anak-anak agresif mengalami bias tertentu (Drodge & Frame, 1982).

Page 28: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Teori kognitif mengenai agresi dari Dodge

Tindakan ambigu Agresi terhadapDiinterpretasikan sebagai orang lain

Agresi marah lebih Pembalasan lanjut terhadap dendam dari orang lain orang lain

Page 29: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Faktor dari Teman-teman Seusia(1) Penerimaan atau penolakan dari teman-teman

seusia(2) Afiliasi dengan teman-teman seusia yang

berperilaku menyimpang. Faktor-faktor Sosiologis

Kelas sosial & kehidupan kota besar berhubungan dengan insiden kenakalan. Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan keluarga yang terganggu, & subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi.

Page 30: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan GTL

Intervensi Keluarga Pelatihan Manajemen Pola Asuh (PMP), para orang tua diajari

untuk mengubah berbagai respons terhadap anak-anak mereka sehingga perilaku prososial & bukannya perilaku antisosial dihargai secara konsisten.

Head Start: pendidikan prasekolah berbasis komunitas yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan kognitif & sosial sejak dini.

Penanganan Multisistemik (PMS) Pemberian berbagai layanan terapi intensif & komprehensif di

dalam komunitas dengan menargetkan para remaja, keluarga, sekolah, & dalam beberapa kasus kelompok sebaya. Teknik: perilaku kognitif, sistem keluarga, & manajemen kasus.

Page 31: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan GTL

Pendekatan Kognitif Terapi kognitif individual: pelatihan pengendalian

kemarahan Keterampilan penalaran moral

Page 32: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Disabilitas Belajar Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak

memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat, atau kurangnya kesempatan pendidikan.

Memiliki inteligensi rata-rata atau di atas rata-rata.

Tidak digunakan dalam DSM-IV-TR, namun untuk menggabungkan tiga gangguan dalam DSM: gangguan perkembangan belajar, gangguan berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.

Page 33: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Kriteria Gangguan Perkembangan Belajar dalam DSM-IV-TR

Prestasi dalam bidang membaca, berhitung, atau menulis ekspresif di bawah tingkat yang diharapkan sesuai usia penderita, pendidikan, dan inteligensi.

Sangat menghambat performa akademik atau aktivitas seharo-hari.

Page 34: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Gangguan Perkembangan Belajar

Gangguan Perkembangan Belajar

gangguan membaca

gangguan menulis ekspresif

gangguan berhitung

Anak-anak dengan gangguan membaca, yang lebih dikenal sebagai disklesia, mengalami kesulitan besar untuk mengenali kata, memahami bacaan, serta umumnya juga menulis ejaan.

Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam kemampuan untuk menyusun kata tertulis (termasuk kesalahan ejaan, kesalahan tata bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan yang sangat buruk) yang cukup parah sehingga dapat sangat menghambat prestasi akademik atau aktivitas sehari-hari yang memerlukan keterampilan menulis.

Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan dalam mengingat fakta-fakta secara cepat dan akurat, menghitung objek dengan benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka dan kolom-kolom.

Page 35: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Gangguan Komunikasi

Kategori : Dalam gangguan berbahasa ekspresif, anak mengalami kesulitan

mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si anak tampak sangat ingin berkomunikasi. Namun mengalami kesulitan luar biasa untuk menemukan kata-kata yang tepat; contohnya, ia tidak mampu mengucapkan kata mobil ketika menunjuk sebuah mobil yang melintas di jalan.

Tidak seperti anak-anak yang mengalami kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, anak-anak yang mengalami gangguan fonetik menguasai dan mampu menggubakan perbendaharaan kata dalam jumlah besar, namun pengucapannya tidak jelas; contohnya bitu diucapkan sebagai biu, dan kelinci terdengar seperti kinci. Mereka tidak menguasai artikulasi suara dari huruf-huruf yang dikuasai terkemudian, seperti r,s,t,f,z,l, dan c.

Gangguan komunikasi yang ketiga adalah gagap, yaitu gangguan kefasihan verbal yang ditandai dengan satu atau lebih pola bicara berikut ini: seringnya pengulangan atau pemanjangan pengucapan konsonan atauvokal, jeda yang lama antara pengucapan satu kata dengan kata berikutnya, mengganti kata-kata yang sulit diucapakan kata yang mudah diucapkan.

Page 36: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Gangguan Keterampilan Motorik

Disebut juga gangguan koordinasi perkembangan, seorang anak mengalami hendaya parah dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental atau gangguan fisik lain yang dikenal seperti serebral palsi.

Mengalami kesulitan mengikat tali sepatu, mengancingkan baju, bila berusia lebih besar, membuat suatu bangun, bermain bola, dan menggambar atau menulis. Diagnosis hanya ditegakkan bila hendaya tersebut sangat menghambat prestasi akademik atau berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.

Page 37: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Etiologi Disabilitas Belajar

Etiologi Disleksia Berbagai teori psikologi di masa lalu memfokuskan pada kelemahan

perseeptual sebagai basis disleksia. terdapat konsensus yang cukup baik di kalangan para peneliti dewasa

ini bahwa berbagai kelemahan inti yang membentuk disleksia mencakup berbagai masalah dalam proses-proses visual/pendengaran dan bahasa.

Berbagai studi yang menggunakan berbagai macam teknik pencitraan otak selama melakukan tugas-tugas visual, pendengaran, dan bahasa mengungkap adanya perbedaan dalam aktivasi berbagai bagian tertentu dalam otak antara para individu disleksik dan yang tidak disleksik.

Bukti lain juga menunjukkan bahwa abnormalistik otak, yang kemungkinan bersifat keturunan, kemungkinan bertanggung jawab atas disleksia.

Page 38: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Etiologi Disabilitas Belajar Etiologi Gangguan Berhitung

Terdapat tiga subtipe gangguan berjitung yang diajukan oleh para ahli:

(1) Kelemahan memori verbal semantik (memori mengenai arti kata-kata) dan memicu timbulnya masalah dalam mengingat fakta-fakta aritmetik, bahkan setelah melalui latihan ekstensif.

(2) Penggunaan strategi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dalam menyelesaikan soal-soal aritmetik dan seringnya melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal sederhana.

(3) Hendaya keterampilan visuospasial, yang mengakibatkan kesalahan dalam mengurutkan angka-angka dalam kolom atau melakukan kesalahan penempatan angka (meletekkan poin desimal di tempat yang salah).

Page 39: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan Disabilitas Belajar

Penanganan stimulan & penenang Latihan motorik Pendekatan edukasional

Mengidentifikasi & menggunakan kekuatan kognitif anak seraya menghindari kelemahannya; menargetkan keterampilan belajar & strategi organisasional; & mengajarkan strategi instruksi diri secara verbal.

Pendekatan linguistik Keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca & menulis dengan

cara yang logis, berurutan, & multi indrawi. Fast ForWord

Berikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengalami rasa kemampuan dan self-efficacy.

Page 40: Disorders of Childhood

Mental Retardation

KRITERIA KLASIFIKASI PENDEKATAN AAMR ETIOLOGI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

Page 41: Disorders of Childhood

MENTAL RETARDATION MR merupakan gangguan aksis II Kriteria DSM1. Fungsi intelektual jauh dibawah rata-rata2. Kurangnya perilaku adaptif3. Terjadi sebelum usia 18 tahun

Page 42: Disorders of Childhood

KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL RINGAN IQ 50-55 hingga 70 Usia remaja akhir mereka dapat mempelajari

keterampilan akademik setara dengan anak kelas 6

Saat dewasa mereka dapat bekerja dengan dibantu orang lain, mereka bisa menikah dan memiliki anak

Page 43: Disorders of Childhood

KLASIFIKASI cont…

RETARDASI MENTAL SEDANG IQ 35-40 hingga 50-55 Adanya kerusakan otak dan gangguan

patologi Memiliki kelemahan fisik dan disfungsi

neurologis Mampu menjalani fungsi adaptif tetapi melalui

banyak bimbingan dan latihan

Page 44: Disorders of Childhood

KLASIFIKSI cont…

RETARDASI MENTAL BERAT IQ 20-25 hingga 35-40 Memiliki abnormalitas fisik sejak lahir Mampu berkomunikasi secara singkat di level

yang sangat konkret Mampu melakukan pekerjaan sederhana

dengan bimbingan orang lain

Page 45: Disorders of Childhood

KLASIFIKASI cont…. RETARDASI MENTAL SANGAT BERAT IQ dibawah 20-25 Membutuhkan bimbingan penuh dan

seringkali diasuh sepanjang hidup mereka Sebagian besar memilkki abnormalitas fisik

berat

Page 46: Disorders of Childhood

PENDEKATAN AMERICAN ASSOCIATION OF MENTAL RETARDATION

Fokus : identifikasi kekurangan dan kelebihan (psikologis,fisik,lingkungan), yang akan mengarahkan jenis dan intensitas dukungan untuk meningkatkan keberfungsian

Pendekatan ini berfokus pada hal-hal apa saja yang dapat dilakukan individu

Page 47: Disorders of Childhood

ETIOLOGI RETARDASI MENTAL Penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi

umumnya adlah penyebab biologis Etiologi biologis yang dapat diketahui Anomali genetik sindroma down :Kromosom ke 21 gagal membelah diri. MR sedang – parah, tanda fisik khas, tubuh

pendekdan gemuk, mata oval dan condong ke atas,

rambutlurus tipis,

Page 48: Disorders of Childhood

hidung lebar dan datar, lidah besar dan berkerut

serta menjulur ke luar, tangan pendek dan lebar

serta jemari yang pendek40 persen memiliki masalah jantung, angkakematian tinggi setelah 40 tahun.

Page 49: Disorders of Childhood

Sindrom X fragilePenyebab kedua MR, telinga lebar dan tidaktumbuh sempurna, wajah tirus panjang,

pangkalhidung lebar. Pada laki-laki, testikel dapatmembesar, mengalami kesulitan dalamberhubungan sosial

Page 50: Disorders of Childhood

Penyakit gen resesifDefisiensi enzim hati ( fenilalanin hidroksilase)

Penyakit infeksiPenyakit infeksi dapat mempengaruhiperkembangan otak setelah lahir.Rubella, citomegalovirus, toksoplasma, herpessimpleks, sifilis, HIV.

Page 51: Disorders of Childhood

Kecelakaan Bahaya lingkunganKeracunan polutan (merkuri, timah, kabut asap,asap kendaraan bermotor/pabrik)

Page 52: Disorders of Childhood

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN RETARDASI MENTAL Penanganan residensialMemberikan layanan pendidikan danmasyarakat bagi individu, bukan perawatan yangbersifat pengawasan seperti di RSJ.

Intervensi behavioralAnak-anak diajari keterampilan dengan instruksisistematis mengenai keterampilan bahasa, motorikhalus dan kasar, perawatan diri dan perkembangansosial.

Page 53: Disorders of Childhood

Intervensi KognitifLatihan instruksional diri untuk mengajarkanpengendalian diri, memusatkan perhatian,menguasai tugas akademik.

Instruksi dengan bantuan komputerDengan bantuan komputer untuk mengajarkan

mengeja, menggunakan uang, aritmatika, membaca, menulis

Page 54: Disorders of Childhood

GANGGUAN AUTISTIK

Page 55: Disorders of Childhood

Klasifikasi autistik baru ada dalam DSM-III (1980) Autistik merupakan salah satu bagian dari

gangguan perkembangan pervasif Ada 4 gangguan perkembangan pervasif :

gangguan autistik, gangguan Rett, Gangguan disintegratif pada masa anak-anak, gangguan Asperger

Individu autis tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar. Mereka memiliki keterbatasan yang parah dalam bahasa dan keinginan obsesif yang kuat. Mereka mengalami ketertarikan dan menciptakan kelekatan kuat dengan berbagai benda-benda mati dan berbagai benda mekanis.

Page 56: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

KARAKTERISTIK Kekurangan komunikasi

Tindakan repetitif dan ritualistik

Page 57: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Prognosis Gangguan Autistik Berdasarkan kajiannya terhadap semua studi yang

dipublikasikan, Lotter (1978) menyimpulkan bahwa 5 hingga 17 % anak-anak autis yang dapat melakukan penyesuaian yang relatif baik pada masa dewasa, menjalani hidup mandiri, namun tetap mengalami beberapa masalah residual seperti kegugupan sosial. Sebagian besar menjalani kehidupan yang terbatas dan sekitar separuhnya dirawat di institusi mental.

Individu autistik yang tidak mengalami retardasi mental dan memiliki keberfungsian tinggi mengindikasikan bahwa sebagian besar tidak membutuhkan perawatan di suati institusi dan beberapa diantaranya mampu belajar di perguruan tinggi dan membiayai diri sendiri dengan bekerja (Yirmia & Sigman, 1991). Namun banyak juga yang mampu berfungsi secara mandiri tetap menunjukkan hendaya dalam hubungan sosial.

Page 58: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Etiologi Gangguan Autistik Teori psikoanalisis Yang paling dikenal adalah teori yang

dikemukakan oleh Bruno Bettelhem (1967) dimana asumsi dasarnya bahwa autis disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Balita dapat menolak orang tuanya dan mampu merasakan perasaan negatif mereka. Bayi melihat tindakannya hanya berdampak kecil pada perilaku orang tua yang tidak responsif. Maka, si anak kemudian meyakini bahwa ia tidak memiliki danpak apapun pada dunia, kemudian menciptakan “benteng kekosongan” autisme untuk melindungi diri dari penderitaan dan kekecewaan.

Page 59: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Teori Behavioral Beberapa teori mengemukakan teori bahwa

pengalaman belajar tertentu di masa kanak-kanak menyebabkan autisme. Ferster (1961), berpendapat bahwa tidak adanya perhatian dari orang tua, terutama ibu, mencegah terbentuknya berbagai asosiasi yang menjadikan manusia sebagai penguat sosial.

Page 60: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Faktor-Faktor Genetik Resiko autisme pada saudara-saudara

kandung dari orang-orang yang mengalami gangguan tersebut sekitar 75 kali lebih besar dibanding jika kasus indeks tidak mengalami gangguan autistik (McBride, Anderson, & Shapiro, 1996). Dalam studi terhadap orang kembar, menemukan 60-91 % kesesuaian bagi autisme antara kembar identik, dibanding dengan tingkat kesesuaian 0-20 % pada kembar fraternal (Bailey dkk.,1995 ; LeCouter dkk.,1996 ; Steffenberg dkk.,1989).

Page 61: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Faktor-Faktor Neurologis Dari berbagai studi EEG, banyak anak autis yang memiliki

pola gelombang otak abnormal, adanya tanda-tanda disfungsi otak. Abnormalitas neurologis tersebut menunjukkan bahwa dalam masa perkembangan otak mereka, sel –sel otak gagal menyatu dengan benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti terjadi dalam perkembangan otak secara normal.

Prevalensi autisme pada anak yang ibunya terinfeksi rubella semasa hamil hampir 10 kali lebih besar dibanding pada anak-anak dalam popilasi umum. Pada para individu dengan autisme, berbagai daerah otak yang berhubungan dengan pemrosesan ekspresi wajah (lobus temporalis) dan emosi (amigdala) tidak aktif selama melakukan tugas tersebut (Critchley dkk., 2001).

Page 62: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan Gangguan Autistik Penanganan untuk anak autis biasanya

mencoba mengurangi perilaku mereka yang tidak wajar dan meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial. Meski teori biologis labih banyak mendapat dukungan empiris, intervensi psikologislah yang paling menjanjikan.

Page 63: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Masalah Khusus dalam Menangani Anak dengan Autis

Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan rutinitas dan karakteristik serta tujuan utama penanganan mencakup perubahan.

Pengisolasian diri dan gerakan stimulasi diri yang mereka lakukan dapat menghambat pengajaran yang efektif.

Sangat sulit menemukan cara untuk memotivasi anak dengan autis. Penguat harus eksplisit, konkret dan sangat menonjol.

Selektivitas yang berlebihan dalam mengarahkan perhatian. Jika mereka sudah terfokus pada satu hal atau benda, yang lain akan terabaikan sama sekali.

Page 64: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan Behavioral Untuk Anak dengan Autis Dengan Modelling dan Pengondisian Operant,

para terapis perilaku mengajari anak-anak autis untuk berbicara, mengubah bicara ekolalik mereka, mendorong mereka untuk bermain dengan anak lain, dan membantu mereka secara umum menjadi lebih responsif kepada orang dewasa.

Page 65: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan Psikodinamik bagi Anak-Anak Autis Menurut Bruno Bettelheim (1967, 1974),

atmosfer yang hangat dan penuh kasih sayang harus diciptakan untuk mendorong si anak memasuki dunia. Kesabaran sebagai penerimaan positif tanpa syarat diyakini merupakan hal yang perlu dilakukan oleh anak autis untuk memulai mempercayai orang lain dan untuk mengambil kesempatan dalam membangun hubungan dengan orang lain.

Page 66: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Penanganan dengan Obat-Obatan Obat yang paling umum digunakan adalah haloperidol, suatu

obat antipsikotik yang sering digunakan untuk menangani skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan bahwa obat ini mengurangi penarikan diri dari kehidupan sosial, perilaku motorik stereotipik, dan perilaku maladaptif, seperti melukai diri sendiri dan agresi.namun, obat ini tidak menunjukkan efek positif untuk aspek-aspek lain gangguan autistik, seperti hubungan interpersonal yang abnormal dan hendaya bahasa.

Para peneliti meneliti suatu antagonis reseptor opioid, neltrakson, dan menemukan bahwa obat ini mengurangi hiperaktivitas pada anak anak autis dan cukup meningkatkan perilaku memulai interaksi sosial. Selain itu juga menunjukkan sedikit peningkatan dalam perilaku memulai komunikasi. Namun obat tersebut tampaknya tidak berpengaru pada simtom-simtom utama autisme, dan beberapa bulti menunjukkan bahwa dalam dosis tertentu obat tersebut dapat meningkatkan perilaku melukai diri sendiri (Anderson dkk, 1997).

Page 67: Disorders of Childhood

Psikologi Abnormal-Disorders of Childhood

Terima Kasih