dr m firdaus dr dedi budiman hakim dr irfan syauqi beik dr ... · nge tahui bahwa pada akad...

2
18 KAMIS, 27 APRIL 2017 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Terselenggara atas kerja sama Harian Republika dan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr Yusman Syaukat Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr Iman Sugema Deni Lubis MAg Salahuddin El Ayyubi MA K ongres Ekonomi Umat 2017 yang dise- lenggarakan pada tanggal 22-24 April lalu telah menyepakati untuk men- garusutamakan ekonomi syariah dalam kebijakan dan kehidupan perekonomian bangsa. Semangat untuk me-mainstream-kan ekonomi syariah ini merupakan hal positif yang perlu mendapat dukungan dan penguatan. Tinggal bagaimana kemudian kita secara bersama-sama mentransformasi energi positif hasil kongres ini kepada tataran realitas yang lebih kongkrit. Paling tidak, dua hal utama yang perlu dila- kukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar se- mangat dan hasil kongres dalam mengarusuta- makan ekonomi syariah ini tidak berhenti hanya di arena kongres. Pertama, memperkuat kepemimpinan politik ekonomi umat. Hubungan antara politik dan ekonomi ini sangat erat dan saling mempengaruhi. Bahkan dalam ilmu ekonomi ada cabang ilmu yang mempelajari hu- bungan keduanya, yang disebut dengan ekonomi politik. Dalam ekonomi politik, dipelajari bagaimana hubungan antara proses politik dan institusi kekuasaan, dengan kegiatan dan output ekonomi, seperti produksi, investasi dan perda- gangan, serta dengan kualitas pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, seperti pengentasan kemiskinan dan penurunan kesenjangan (Damanhuri, 2010). Dalam kaitan ini, pengarusutamaan ekonomi dapat diartikan sebagai upaya mentransformasi semua ide dan gagasan ekonomi syariah ke dalam kebijakan perekonomian, dimana politik dan kekuasaan menjadi salah satu media untuk mewujudkan hal tersebut. Kekuasaan yang dimaksud tidak mesti berupa penguasaan insti- tusi pemerintahan secara formal, namun bisa juga melalui proses advokasi kebijakan via insti- tusi-institusi umat yang memiliki wibawa dan daya dorong (pressure) kebijakan yang besar. Disinilah peran MUI menjadi vital, dimana kepemimpinan MUI secara institusi terbukti memiliki pengaruh yang sangat besar. Beberapa peristiwa politik yang terjadi belakangan ini me- nunjukkan kuatnya wibawa MUI secara kelemba- gaan. Penulis melihat, pendirian Komite Na- sional Ekonomi Umat adalah langkah strategis MUI dalam memperkuat kepemimpinan politik ekonomi umat saat ini. Karena itu, komite ini ha- rus bisa merangkul berbagai pemangku ke- pentingan ekonomi umat yang memiliki inte- gritas, kapasitas dan keberpihakan pada kepen- tingan ekonomi umat, untuk mau duduk dan bekerja bersama. Langkah kedua, pengarusutamaan akan berhasil melalui penguatan sinergi antarkompo- nen ekonomi umat. Penulis melihat bahwa problem besar yang dihadapi hari ini adalah masih berserakannya potensi ekonomi umat karena para pegiat ekonomi umat masih banyak yang bekerja sendiri-sendiri. Lagi-lagi disini penulis melihat peran strategis MUI sebagai jangkar pemersatu. Sebagai langkah kongkrit sinergi, ada baiknya kita meniru langkah Rasul SAW dalam menciptakan “pasar alternatif” bersama, ketika melihat dominasi ekonomi Yahudi di pasar Madinah pasca hijrah. Pasar alternatif yang dibangun Nabi akhirnya mampu menggantikan dominasi Yahudi saat itu, karena menurut penulis, Nabi SAW berhasil mengkon- solidasikan dua kekuatan utama, yaitu kekuatan penawaran dan kekuatan permintaan. Kekuatan penawaran ditinjau dari sisi supply perekonomian, dimana Rasulullah SAW mampu mengkonsolidasikan para sahabat Nabi yang pengusaha untuk bahu membahu dan beker- jasama menguasai pasar, dan mengisi pasar dengan nilai-nilai dan praktik-praktik yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Para sahabat pengusaha ini kemudian secara berjamaah membangun sentra-sentra produksi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan umat. Secara perlahan namun pasti, sentra- sentra ini mampu menggantikan dominasi keku- atan produksi kaum Yahudi. Adapun pada sisi permintaan, Rasulullah mampu mengkonsolidasikan masyarakat Madinah saat itu untuk secara berjamaah mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan dan diperdagangkan oleh para sahabat yang pengusaha. Dengan kata lain, umat menjadi pasar konsumen yang menjadi pembeli utama, karena keberhasilan bisnis hanya sederhana, yaitu ketika ada yang membeli barang dagangan yang diproduksi. Sehebat apapun bisnis, tanpa ada pembeli, maka dipastikan bisnis itu akan mati. Hancurnya pasar Yahudi di Madinah antara lain disebabkan oleh kekompakan umat dalam membeli produk-produk yang dihasilkan “saudara” sendiri, dibandingkan dengan produk Yahudi, di samping perilaku pebisnis Yahudi di masa itu yang banyak melanggar ketentuan dan ajaran Nabi SAW. Pertanyaannya, bisakah kita memanfaatkan momentum dan ghirah kebangkitan umat saat ini untuk memperkuat potensi kekuatan ekonomi umat dari sisi permintaan dan penawaran? Insya Allah dengan semangat berja- maah, tidak ada hal yang tidak mungkin. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB MUI dan Konsolidasi Ekonomi Umat TSAQOFI I ndonesia saat ini menjadi salah satu negara yang cukup banyak mengirimkan tenaga kerja un- tuk bekerja di luar negeri. Pe- nempatan TKI paling banyak tersebar di kawasan Asia. Korea Selatan menjadi salah satu negara yang paling banyak dituju oleh para pekerja asal Indonesia. Pada umumnya, tenaga kerja memiliki kebutuhan yang sangat- tinggi untuk melakukan transaksi per- bankan seperti transfer, menabung, pay- ment, kliring dan transaksi lainnya se- lama mereka berdomisili di negara me- reka bekerja. Sehingga, kehadiran bank sebagai lembaga intermediasi sangat di- butuhkan, termasuk perbankan syariah. Meskipun belum ada bank syariah di Korea Selatan, akan tetapi Korea Selatan dapat dijadikan sebagai peluang untuk mengembangkan perbankan syariah. Pada akhir tahun 2015, telah ada satu bank konvensional dari Indonesia yang membuka cabangnya di Korea Selatan. Untuk itu, menghadirkan layanan per- bankan syariah merupakan kesempatan yang baik yang dapat dimanfaatkan industrI perbankan syariah nasional dalam membantu para TKI bertransaksi sesuai dengan syariat Islam. Hasil penelitian Sebagai langkah awal, perlu dielabo- rasi persepsi para TKI sebagai calon user bank syariah terhadap kemungkinan di- bukanya bank syariah di negeri ginseng tersebut. Dari hasil survey terhadap 60 orang responden TKI, diketahui ada tiga faktor yang memengaruhi minat respon- den terhadap bank syariah (lihat Tabel 1). Pertama, informasi mengenai bank syariah di Korea Selatan ternyata masih rendah. Mayoritas tenaga kerja masih sulit untuk mendapatkan informasi me- ngenai bank syariah. Selain itu, sosialisasi mengenai bank syariah pun dapat di- katakan masih rendah. Jika dilihat pada nilai odds ratio-nya para tenaga kerja memiliki peluang minat terhadap bank syariah sebesar 3,879 kali lebih besar dengan sosialisasi yang baik. Kedua, pengaruh pengetahuan dasar para TKI di Korea Selatan tentang bank syariah. Hal ini dapat dilihat juga pada nilai odds ratio yang memiliki nilai sebe- sar 5,200. Mayoritas tenaga kerja sudah memiliki pemahaman dasar mengenai bank syariah mulai dari sistem bagi hasil, larangan riba, perbedaan bank syariah dan bank konvensional sampai prinsip halal dan haram pada perbankan syariah. Semakin tinggi pengetahuan dasar atau pemahaman para tenaga kerja yang ber- ada di Korea Selatan tentang bank sya- riah maka minat mereka terhadap bank syariah di Korea Selatan pun ikut me- ningkat. Ketiga, pengaruh pengetahuan khu- sus tentang bank syariah atau penge- tahuan mengenai akad-akad bank syariah menunjukan hasil yang kurang baik ter- hadap minat TKI tentang bank syariah di Korea Selatan. Yang menarik adalah semakin meningkatnya pengetahuan khusus tentang akad-akad ini justru membuat minat para tenaga kerja akan menurun, karena mereka banyak melihat ketidaksinkronan antara apa yang me- reka ketahui dengan praktik bank sya- riah. Sebagai contoh, mereka yang me- ngetahui bahwa pada akad murabahah diperbolehkan adanya negosiasi marjin profit namun menemukan bank yang tidak membuka ruang negosiasi, akan cenderung berkurang minatnya untuk memanfaatkan layanan bank syariah. Ini tentu harus mendapat perhatian para praktisi perbankan syariah. Terlepas dari kesulitan yang dihadapi bank sya- riah, namun sebagian masyarakat meng- inginkan adanya praktik negosiasi yang baik, terutama negosiasi marjin. Bahwa ujungnya marjin yang disepakati sesuai dengan keinginan bank, namun mem- buka ruang negosiasi akan berdampak positif terhadap minat TKI untuk me- manfaatkan bank syariah. Pada penelitian yang telah dilakukan bahwa sebesar 70 persen responden pada penelitian ini menunjukan bahwa mereka berminat terhadap bank syariah di Korea Selatan. Walaupun para tenaga kerja memiliki informasi yang masih minim tentang bank syariah disana tetapi penge- tahuan dasar para tenaga kerja ini cukup besar dalam memengaruhi keputusan tenaga kerja sehingga mereka berminat terhadap bank syariah di Korea Selatan. Tidak hanya informasi dan pengetahuan dasar saja tetapi ada faktor pendukung lainnya yang membuat para tenaga kerja Indonesia ini berminat terhadap bank syariah di Korea Selatan. Alasan para tenaga kerja Indonesia yang berminat terhadap bank syariah di Korea Selatan pun beragam. Menghin- dari riba adalah salah satu alasan terbesar mengapa mereka berminat terhadap bank syariah. Adapun alasan lainnya karena bank syariah diharapkan dapat membantu para tenaga kerja Indonesia dalam hal keuangan dan perbankan selama mereka bekerja disana. Alasan lainnya karena mereka ingin memperke- nalkan sistem keuangan syariah di Korea Selatan, ingin mencoba bank syariah dan ada pun yang berpendapat bahwa mereka berminat terhadap bank syariah karena bank syariah lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Rekomendasi Melihat tingginya minat TKI di Korea Selatan terhadap bank syariah perlu mendapat respon yang memadai dari industri perbankan syariah. Keberanian salah satu bank BUMN membuka cabang di negara tersebut harusnya mendapat perhatian dari bank syariah untuk mela- kukan analisis dan kajian yang memadai. Apakah prospek membuka cabang di Korea Selatan dan di negara-negara yang banyak jumlah TKI-nya, lebih baik dan menguntungkan atau tidak. Untuk itu diperlukan adanya kajian yang komprehensif dan menyeluruh agar industri perbankan syariah tidak salah melangkah. Di samping kajian, edukasi dan sosialisasi adalah hal penting yang perlu dilakukan terus menerus, sehingga para TKI dan masyarakat memiliki kesa- daran yang lebih besar untuk meman- faatkan perbankan syariah. Wallahu a’lam. Sarah Syafika Mahasiswa S1 Ekonomi Syariah IPB Dr Irfan Syauqi Beik Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB Minat TKI Terhadap Bank Syariah di Korea Selatan AHN YOUNG-JOON/AP Variabel Parameter P-Value Odds Ratio Triabilitas(Pencarian Informasi) 1,356 0.019* 3.879 Pengetahuan Dasar 1.649 0.008* 5.200 Pengetahuan Khusus -1.380 0.021* 0.251 Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 5% Alasan Jumlah Persentase (%) Menghindari Riba 27 45 Membantu dalam hal keuangan dan perbankan 10 16.7 Bank syariah lebih baik 1 1.7 Rasa ingin tau/mencoba 2 3.3 Memperkenalkan sistem keuangan Islam 2 3.3 Total 42 70 TABEL 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT RESPONDEN TERHADAP BANK SYARIAH TABEL 2 ALASAN RESPONDEN BERMINAT TERHADAP BANK SYARIAH DI KOREA SELATAN

Upload: vuongkien

Post on 11-May-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

18 KAMIS, 27 APRIL 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Terselenggara atas kerjasama Harian Republika dan Program Studi Ilmu EkonomiSyariah, Departemen IlmuEkonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr Yusman SyaukatDr M FirdausDr Dedi Budiman HakimDr Irfan Syauqi BeikDr Iman SugemaDeni Lubis MAgSalahuddin El Ayyubi MA

Kongres Ekonomi Umat 2017 yang dise-lenggarakan pada tanggal 22-24 Aprillalu telah menyepakati untuk men-garusutamakan ekonomi syariah

dalam kebijakan dan kehidupan perekonomianbangsa. Semangat untuk me-mainstream-kanekonomi syariah ini merupakan hal positif yangperlu mendapat dukungan dan penguatan.Tinggal bagaimana kemudian kita secarabersama-sama mentransformasi energi positifhasil kongres ini kepada tataran realitas yanglebih kongkrit.

Paling tidak, dua hal utama yang perlu dila -ku kan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar se -mangat dan hasil kongres dalam mengarusuta-makan ekonomi syariah ini tidak berhenti hanyadi arena kongres. Pertama, memperkuatkepemimpinan politik ekonomi umat. Hubunganantara politik dan ekonomi ini sangat erat dansaling mempengaruhi. Bahkan dalam ilmuekonomi ada cabang ilmu yang mempelajari hu -bungan keduanya, yang disebut dengan ekonomipolitik. Dalam ekonomi politik, dipelajaribagaimana hubungan antara proses politik daninstitusi kekuasaan, dengan kegiatan dan outputekonomi, seperti produksi, investasi dan perda-gangan, serta dengan kualitas pertumbuhan danpembangunan ekonomi, seperti pengentasankemiskinan dan penurunan kesenjangan(Damanhuri, 2010).

Dalam kaitan ini, pengarusutamaan ekonomidapat diartikan sebagai upaya mentransformasisemua ide dan gagasan ekonomi syariah kedalam kebijakan perekonomian, dimana politikdan kekuasaan menjadi salah satu media untukmewujudkan hal tersebut. Kekuasaan yangdimaksud tidak mesti berupa penguasaan insti-

tusi pemerintahan secara formal, namun bisajuga melalui proses advokasi kebijakan via insti-tusi-institusi umat yang memiliki wibawa dandaya dorong (pressure) kebijakan yang besar.

Disinilah peran MUI menjadi vital, dimanakepe mimpinan MUI secara institusi terbuktimemiliki pengaruh yang sangat besar. Beberapaperistiwa politik yang terjadi belakangan ini me -nunjukkan kuatnya wibawa MUI secara kelemba-gaan. Penulis melihat, pendirian Komite Na -sional Ekonomi Umat adalah langkah strategisMUI dalam memperkuat kepemimpinan po litikekonomi umat saat ini. Karena itu, komite ini ha -rus bisa merangkul berbagai pemangku ke -pentingan ekonomi umat yang memiliki inte -gritas, kapasitas dan keberpihakan pada kepen -tingan ekonomi umat, untuk mau duduk danbekerja bersama.

Langkah kedua, pengarusutamaan akanberhasil melalui penguatan sinergi antarkompo-nen ekonomi umat. Penulis melihat bahwaproblem besar yang dihadapi hari ini adalahmasih berserakannya potensi ekonomi umatkarena para pegiat ekonomi umat masih banyakyang bekerja sendiri-sendiri. Lagi-lagi disinipenulis melihat peran strategis MUI sebagaijangkar pemersatu. Sebagai langkah kongkritsinergi, ada baiknya kita meniru langkah RasulSAW dalam menciptakan “pasar alternatif”bersama, ketika melihat dominasi ekonomiYahudi di pasar Madinah pasca hijrah. Pasaralternatif yang dibangun Nabi akhirnya mampumenggantikan dominasi Yahudi saat itu, karenamenurut penulis, Nabi SAW berhasil mengkon-solidasikan dua kekuatan utama, yaitu kekuatanpenawaran dan kekuatan permintaan.

Kekuatan penawaran ditinjau dari sisi supply

perekonomian, dimana Rasulullah SAW mampumengkonsolidasikan para sahabat Nabi yangpengusaha untuk bahu membahu dan beker-jasama menguasai pasar, dan mengisi pasardengan nilai-nilai dan praktik-praktik yangsesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.Para sahabat pengusaha ini kemudian secaraberjamaah membangun sentra-sentra produksiyang berorientasi pada pemenuhan kebutuhanumat. Secara perlahan namun pasti, sentra-sentra ini mampu menggantikan dominasi keku-atan produksi kaum Yahudi.

Adapun pada sisi permintaan, Rasulullahmampu mengkonsolidasikan masyarakatMadinah saat itu untuk secara berjamaahmengkonsumsi produk-produk yang dihasilkandan diperdagangkan oleh para sahabat yangpengusaha. Dengan kata lain, umat menjadipasar konsumen yang menjadi pembeli utama,karena keberhasilan bisnis hanya sederhana,yaitu ketika ada yang membeli barang daganganyang diproduksi. Sehebat apapun bisnis, tanpaada pembeli, maka dipastikan bisnis itu akanmati. Hancurnya pasar Yahudi di Madinah antaralain disebabkan oleh kekompakan umat dalammembeli produk-produk yang dihasilkan“saudara” sendiri, dibandingkan dengan produkYahudi, di samping perilaku pebisnis Yahudi dimasa itu yang banyak melanggar ketentuan danajaran Nabi SAW.

Pertanyaannya, bisakah kita memanfaatkanmomentum dan ghirah kebangkitan umat saatini untuk memperkuat potensi kekuatanekonomi umat dari sisi permintaan danpenawaran? Insya Allah dengan semangat berja-maah, tidak ada hal yang tidak mungkin.Wallaahu a’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikKepala Pusat Studi Bisnis

dan Ekonomi Syariah(CIBEST) IPB

MUI danKonsolidasi

EkonomiUmat

TSAQOFI

Indonesia saat ini menjadi salahsatu negara yang cukup banyakmengirimkan tenaga kerja un -tuk bekerja di luar negeri. Pe -nempatan TKI paling banyaktersebar di kawasan Asia. Korea

Selatan menjadi salah satu negara yangpaling banyak dituju oleh para pekerjaasal Indonesia. Pada umumnya, tenagakerja memiliki kebutuhan yang sangat-tinggi untuk melakukan transaksi per-bankan seperti transfer, menabung, pay -ment, kliring dan transaksi lainnya se -lama mereka berdomisili di negara me -reka bekerja. Sehingga, kehadiran bankse bagai lembaga intermediasi sangat di -butuhkan, termasuk perbankan sya riah.

Meskipun belum ada bank syariah diKorea Selatan, akan tetapi Korea Selatandapat dijadikan sebagai peluang untukmengembangkan perbankan syariah.Pada akhir tahun 2015, telah ada satubank konvensional dari Indonesia yangmembuka cabangnya di Korea Selatan.Untuk itu, menghadirkan layanan per-bankan syariah merupakan kesempatanyang baik yang dapat dimanfaatkanindustrI perbankan syariah nasionaldalam membantu para TKI bertransaksisesuai dengan syariat Islam.

Hasil penelitianSebagai langkah awal, perlu dielabo-

rasi persepsi para TKI sebagai calon userbank syariah terhadap kemungkinan di -bukanya bank syariah di negeri ginsengter sebut. Dari hasil survey terhadap 60orang responden TKI, diketahui ada tigafaktor yang memengaruhi minat respon-den terhadap bank syariah (lihat Tabel 1).

Pertama, informasi mengenai banksyariah di Korea Selatan ternyata masihrendah. Mayoritas tenaga kerja masihsulit untuk mendapatkan informasi me -nge nai bank syariah. Selain itu, sosialisasimengenai bank syariah pun dapat di -katakan masih rendah. Jika dilihat padanilai odds ratio-nya para tenaga kerjamemiliki peluang minat terhadap banksyariah sebesar 3,879 kali lebih besardengan sosialisasi yang baik.

Kedua, pengaruh pengetahuan dasarpara TKI di Korea Selatan tentang banksyariah. Hal ini dapat dilihat juga padanilai odds ratio yang memiliki nilai sebe -sar 5,200. Mayoritas tenaga kerja sudahmemiliki pemahaman dasar mengenaibank syariah mulai dari sistem bagi hasil,larangan riba, perbedaan bank syariahdan bank konvensional sampai prinsiphalal dan haram pada perbankan syariah.Semakin tinggi pengetahuan dasar ataupemahaman para tenaga kerja yang ber -ada di Korea Selatan tentang bank sya -riah maka minat mereka terhadap banksyariah di Korea Selatan pun ikut me -ningkat.

Ketiga, pengaruh pengetahuan khu -sus tentang bank syariah atau penge-tahuan mengenai akad-akad bank syariahmenunjukan hasil yang kurang baik ter-hadap minat TKI tentang bank syariahdi Korea Selatan. Yang menarik adalahse makin meningkatnya pengetahuankhu sus tentang akad-akad ini justrumem buat minat para tenaga kerja akanmenurun, karena mereka banyak melihatketidaksinkronan antara apa yang me -reka ketahui dengan praktik bank sya -riah. Sebagai contoh, mereka yang me -nge tahui bahwa pada akad murabahahdiperbolehkan adanya negosiasi marjinprofit namun menemukan bank yangtidak membuka ruang negosiasi, akancenderung berkurang minatnya untukmemanfaatkan layanan bank syariah.

Ini tentu harus mendapat perhatianpara praktisi perbankan syariah. Terlepasdari kesulitan yang dihadapi bank sya -riah, namun sebagian masyarakat meng -inginkan adanya praktik negosiasi yangbaik, terutama negosiasi marjin. Bahwaujungnya marjin yang disepakati sesuaidengan keinginan bank, namun mem -buka ruang negosiasi akan berdampakpositif terhadap minat TKI untuk me -man faatkan bank syariah.

Pada penelitian yang telah dilakukanbahwa sebesar 70 persen responden padapenelitian ini menunjukan bahwa merekaberminat terhadap bank syariah di KoreaSelatan. Walaupun para tenaga kerja

memiliki informasi yang masih minimtentang bank syariah disana tetapi penge-tahuan dasar para tenaga kerja ini cukupbesar dalam memengaruhi keputusantenaga kerja sehingga mereka berminatterhadap bank syariah di Korea Selatan.Tidak hanya informasi dan pengetahuandasar saja tetapi ada faktor pendukunglainnya yang membuat para tenaga kerjaIndonesia ini berminat terhadap banksyariah di Korea Selatan.

Alasan para tenaga kerja Indonesiayang berminat terhadap bank syariah diKorea Selatan pun beragam. Menghin -dari riba adalah salah satu alasan terbesarmengapa mereka berminat terhadapbank syariah. Adapun alasan lainnyakarena bank syariah diharapkan dapatmembantu para tenaga kerja Indonesiadalam hal keuangan dan perbankanselama mereka bekerja disana. Alasanlainnya karena mereka ingin memperke-nalkan sistem keuangan syariah di KoreaSelatan, ingin mencoba bank syariah danada pun yang berpendapat bahwa merekaberminat terhadap bank syariah karena

bank syariah lebih baik dibandingkandengan bank konvensional.

RekomendasiMelihat tingginya minat TKI di Korea

Selatan terhadap bank syariah perlumendapat respon yang memadai dariindustri perbankan syariah. Keberaniansalah satu bank BUMN membuka cabangdi negara tersebut harusnya mendapatperhatian dari bank syariah untuk mela -kukan analisis dan kajian yang memadai.Apakah prospek membuka cabang diKorea Selatan dan di negara-negara yangbanyak jumlah TKI-nya, lebih baik danmenguntungkan atau tidak.

Untuk itu diperlukan adanya kajianyang komprehensif dan menyeluruh agarindustri perbankan syariah tidak salahmelangkah. Di samping kajian, edukasidan sosialisasi adalah hal penting yangperlu dilakukan terus menerus, sehinggapara TKI dan masyarakat memiliki kesa -daran yang lebih besar untuk meman-faatkan perbankan syariah. Wallahua’lam. ■

Sarah SyafikaMahasiswa S1

Ekonomi Syariah IPB

Dr IrfanSyauqi BeikStaf Pengajar

Departemen IlmuEkonomi Syariah FEM

IPB

Minat TKI Terhadap Bank Syariah di Korea Selatan

AHN YOUNG-JOON/AP

Variabel Parameter P-Value Odds RatioTriabilitas(Pencarian Informasi) 1,356 0.019* 3.879Pengetahuan Dasar 1.649 0.008* 5.200Pengetahuan Khusus -1.380 0.021* 0.251

Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 5%

Alasan Jumlah Persentase (%)Menghindari Riba 27 45Membantu dalam hal keuangan dan perbankan 10 16.7Bank syariah lebih baik 1 1.7Rasa ingin tau/mencoba 2 3.3Memperkenalkan sistem keuangan Islam 2 3.3Total 42 70

TABEL 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT RESPONDENTERHADAP BANK SYARIAH

TABEL 2 ALASAN RESPONDEN BERMINAT TERHADAP BANK SYARIAH DI KOREA SELATAN

Perbankan syariah sebagaisalah satu lembaga ke -uang an di Indonesia me -miliki peranan sebagaifinancial intermediaries,yang menjadi penghubung

antara nasabah deposan dengan nasabahyang membutuhkan dana, baik perorang -an maupun proyek. Salah satu ukurankinerja perbankan syariah adalah seber-apa besar dana yang disalurkan kemasyarakat melalui skema-skema pem-biayaan yang dimiliki.

Perbankan syariah adalah perbankanyang erat dengan pertumbuhan sektorriil. Semakin besar pembiayaan yangdiberikan, maka pengaruh kemanfaatankehadiran perbankan syariah dimaksudjuga akan semakin besar. Berdasarkandata statistik perbankan syariah Indone -sia tahun 2016 bahwa FDR (Finance toDeposit Ratio) adalah berkisar 86 – 89per sen. Angka ini adalah angka yang su -dah baik dan me nunjukkan bahwa ham -pir sebagian besar dana shahibul mal (in -vestor/de posan) telah disalurkan melaluiskema pembiayaan. Namun dari figureFDR dimaksud masih terdapat peluanguntuk mening kat kan volume penyalurandana. Di sisi lain, disadari bahwa per -bank an syariah harus menerapkan prin -sip keha ti-hatian dalam penyaluran dana.

Skema manajemen aset murabahahPembiayaan merupakan salah satu

fungsi yang dilakukan oleh bank syariahsebagai lembaga intermediasi. Untukmenyalurkan dana pihak ketiga makabank syariah harus menjaga prinsip pru-dential, yaitu bahwa dana yang disalur -kan harus bisa kembali sebagai pertang-gungjawaban kepada pihak shahibulmaal yang telah menginvestasikan dana -nya. Karena itu pembiayaan berbasis ma -najemen risiko harus selalu diterapkan.Salah satu alternatif baru skema penya -luran dana yang bisa diterapkan denganmemperhatikan risiko adalah pembia -yaan berbasis komoditas yang dikenaldengan Manajemen Aset Murabaha.

Perjanjian Manajemen Aset Mura bahaadalah suatu skema perjanjian yang dila -ku kan oleh tiga pihak yaitu bank syariahsebagai lembaga yang melakukan pembia -yaan, nasabah yang mendapat fasili -

tas/man f aat dari bank syariah ter kaitdengan penyaluran dana bank sya riah,ketiga MAM (Murabaha Aset Ma nager)sebagai pihak ketiga yang menja lan kanfungsinya untuk memastikan keberadaankomoditas di gudang sesuai spesifikasidan kuantitasnya. MAM akan me lakukanpemeriksaan kuantitas dan/atau kualitaskomoditas di lokasi tempat penyimpanan.

Secara umum (lihat Gambar 1), me ka -nisme dimulai dari perjanjian bilateralantara bank syariah dengan nasabah da -lam kerangka akad murabahah, bank se -bagai penjual komoditas dan nasabah se -begai pembeli. Dalam kerangka perjanjianini, nasabah juga akan bertindak se bagaiavalis (penjamin pembelian komo ditas),dalam arti bahwa nasabah akan menjaminuntuk melakukan pembelian atas komodi -tas yang diadakan oleh bank syariah. Bah -kan dalam kondisi tertentu, bank akan me -nye diakan komoditas se telah ada pesanan/ke sanggupan dari na sabah untuk membeli.Kemudian dibuat Perjanjian ManajemenAset Murabaha (PMAM) trilateral antarabank syariah, nasabah dan pihak ketiga.Pada perjanjian ini, bank syariah bersama-sama na sabah akan menunjuk pihak ketigaseba gai MAM. Nasabah dan/atau Banksya riah akan mengajukan gudang ataulokasi penyimpanan komoditas yang akandija dikan tempat dimana pemasok ko mo -ditas mengirimkan komoditasnya, dankomoditas akan disimpan sebelum diki -rim kan ke nasabah.

Tempat penyimpanan bisa berupagudang untuk komoditas yang bersifatpadat baik dalam kemasan maupun cu -rah (misalkan jagung, biji kopi), silo un -tuk penyimpanan komoditas curah padat(misalnya gandum), tangki timbun untukpenyimpanan komoditas cair (misalnyacrude palm oil), atau stock yard untukpenyimpanan komoditas yang memilikikharakteristik tidak terpengaruh padaperubahan cuaca (misalnya baja). Gu -dang atau lokasi penyimpanan dimaksudharus di-check dari aspek teknis maupunadministrasi oleh MAM. Secara teknisgudang harus memenuhi persyaratanteknis standar gudang sesuai persyaratanberdasarkan jenis komoditas atau sesuaidengan SNI (Standar Nasional Indone -sia) yang berlaku. Gudang secara legalha rus dapat dialihkan pengelolaan/pe -

nguasaan kepada MAM. Gudang tidakdalam sengketa. Kemudian setelah gu -dang sesuai persyaratan, kegiatan pem-belian dan penyimpanan komoditas digudang dimaksud baru bisa dimulai.

Setelah ada janji beli dari nasabah atassuatu komoditas yang dibutuhkan olehnasabah, maka bank akan melaku kanpem belian komoditas dimaksud. MAMakan melakukan inspeksi, peme rik saanterhadap komoditas yang dipasok oleh pe -masok. Jika spesifikasi komoditas adalahsesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkannasabah, maka komoditas diterima danpemasukan komoditas ke gudang akandiawasi oleh MAM sesuai dengan jumlahyang dibutuhkan nasa bah. MAM akanmenerbitkan Warehouse Receipt (WR)sebagai bukti tanda terima komoditas digudang (WR) dan menyerahkan ke bank.WR dimaksud akan dija dikan dasar dalampembayaran ke pema sok. Nilai yang diba-yarkan oleh bank akan sesuai dengan jum -lah dan kualitas hasil pemeriksaan MAMsesuai yang tertera pada WR. Selanjutnyakomoditas akan disimpan di dalam gu -dang yang diawasi 1 x 24 jam perhari olehMAM se lama perjanjian berlaku.

Mekanisme pengambilan komoditasoleh nasabah dilakukan setelah ada ins -truksi dari bank syariah. Instruksi akanditerbitkan setelah nasabah melakukanpembayaran kepada bank syariah. MAMakan melakukan pengawasan pengelu-aran komoditas. Jumlah dan jenis komo -ditas yang dikeluarkan adalah berdasar -kan instruksi pengeluaran bank. Laporanposisi komoditas dan arus mutasi (masukdan keluar) akan dilaporkan MAM keBank Syariah secara rutin per periode(dua mingguan atau per bulan).

Pengurang risikoDengan skema perjanjian Manaje -

men Aset Murabahah ini, maka akan bisamembantu bank syariah dalam mengelo-

la komoditas yang menjadi asetnya,mulai saat komoditas akan dibeli terkaitdengan penentuan kualitas atau kuanti-tas, saat komoditas disimpan di gudangatau lokasi penyimpanan untuk memas-tikan bahwa komoditas disimpan secarabaik sesuai dengan kaidah penyimpanan(good handling practices) dan terakhiradalah pemastian jenis komoditas sertajumlah yang akan diserahkan kepadanasabah bank syariah pada saat komod-itas akan diserahterimakan. Perananpemastian delivery komoditas dimaksudakan diserahkan kepada MAM sebagaipihak ketiga yang independen dan memi-liki kompetensi terkait dengan pemerik-saan komoditas dan pengelolaannya.

Dalam menjalankan tugasnya, MAMakan bertindak secara profesional. Ka -rena Bank tidak berada di gudang ataulokasi penyimpanan komoditas, makaMAM mewakili bank syariah dalam men-jalankan fungsi untuk memastikan keber-adaan komoditas sesuai dengan spesi-fikasi yang akan ditransaksikan antarapihak bank dengan pihak pemasok ko -mo ditas atau pihak bank dengan nasa -bah. Dengan PMAM maka juga akanmem bantu bank syariah dalam pengelo-laan risiko misalnya pemenuhan prinsipsyariah bahwa transaksi tidak gharar.

Indonesia sebagai negara penghasilutama komoditas primer, seperti bijikakao, biji kopi, crude palm oil, karet darisektor pertanian, batubara dan berbagaiproduk mineral, hasil hutan dan produkturunannya, serta sektor minyak dan gas,merupakan potensi bagi bank syariahuntuk mengembangkan kegiatan melaluiskema PMAM. Dengan skema ini maka,fungsi bank syariah dalam peningkatanperekonomian Indonesia, khususnyamen dukung pertumbuhan sektor riilakan semakin terlihat nyata, karena pem-biayaan yang didasarkan pada perda -gang an komoditas. Wallaahu a’lam. ■

Indonesia sebagai negara berkem-bang terus berusaha meningkatkanperekonomian dalam negeri. Padatahun 2016 ini Badan Pusat Statis -

tika (BPS) menyebutkan bahwa per -ekonomian Indonesia meningkatmenjadi 5,02 persen dari sebelumnyahanya 4,88 persen pada tahun 2015.Segala sektor pendukung pertumbuhankeuangan dimaksimalkan untuk men-jadikan Indonesia menjadi lebih baik,salah satunya peningkatan wirausaha(Enterpreneur).

Enterpreneur merupakan suatucara berfikir dengan memanfaatkanpeluang bisnis yang ada untuk menda -patkan keuntungan. sebuah usaha yangdibangun wirausahawan akan meman-faatkan sumberdaya semaksimalmung kin, selain itu mereka akanmenye rap tenaga kerja sehingga dapatmenurunkan angka pengangguran yangada di sekitar mereka. Enterpreneursangat penting bagi pertumbuhan danpembangunan ekonomi di Indonesia.Saat ini Indonesia hanya mempunyaientrepreneur sekitar 1,65 persen,sangat jauh bila dibanding dengannegara lainnya. Lihat saja tetangga kitaSingapura yang telah mencapai 7persen, Malaysia 5 persen dan Thailand3 persen. Memang dalam segi jumlahentrepreneur Indonesia lebih banyak

dari negara tetangga, namun melihatjumlah total penduduk Indonesia sangatbanyak maka itu menandakan tetap sajakurang untuk menyokong perekonomi-an Indonesia. Pemerintah terus mela -ku kan upaya untuk menciptakan entre-preneur-enterpreneur baru yang akanmenghiasi pembangunan ekonomiIndonesia. Upaya tersebut dapat dilaku -kan dengan menumbuhkan jiwa entre-preneur sejak dini, misalnya melaluisetiap sarana pendidikan baik formalmelalui SD, SMP, SMA, SMK, PondokPesantren maupun informal melaluipelatihan, magang, dan lain-lain.

Pembekalan pengetahuan danpraktik kewirausahaan dapat dilakukandi sekolah sekolah melalui mata pela-jaran atau ekstrakulikuler dan diPondok Pesantren. Jika kita melihatpeluang, pondok pesantren di Indonesiaterbilang banyak dengan jumlah santriyang sangat banyak dan menggunakansistem asrama dapat memudahkanpembelajaran berwirausaha secaralangsung dengan pemantauan danpembinaan yang baik. Semakin tinggipengetahuan kewirausahaan siswaakan semakin terbuka wawasannyatentang kewirausahaan. Hal ini dapatmenumbuhkan minat berwirausaha disetiap santri.

Seperti yang dilakukan Pondok

Pesantren Al-Nadhlah Depok, padatanggal 23 April 2017 lalu meresmikansebuah minimarket dengan namaeLSAS Mart oleh KH Asrorun Niam.Pendirian minimarket ini menurut KatibSyuriyah PBNU adalah sebagai labora-torium kewirausahaan santri disampinguntuk memenuhi kebutuhan santri.eLSAS Mart didirikan atas kemitraanpihak pesantren dan manajemenAlfamart. Disamping jual beli, ker-jasama Al-nadhlah dan Alfamart jugabergerak pada bidang pelatihankewirausahaan santri melalui SDM danbisnis center. Selain itu KH asrorun jugamengaskan bahwa pendidikankewirausahaan akan masuk ke dalamkurikulum Al-Nadhlah dibawahkemi-traan dengan Alfamart. Terobosan baruyang terjadi di pesantren Al-Nadhlah inidapat menjadi contoh untuk berbagaipesantren lain untuk melakukan halyang sama. Membekali santri denganpelatihan pelatihan wirausaha sehinggamembangun jiwa jiwa wirausaha yangtangguh. Melalui pelatihan ini kelakakan menumbuhkan minat para santri,sehingga kelak bibit bibit wirausahawanakan terlahir dari pesantren-pesantrendi Indonesia.

Pengawasan dan pengendaliankurikulum pendidikan kewirausahaanperlu dipantau agar tetap konsisten

dalam penerapanya. Pembangunan jiwajiwa kewirausahaan melalui penana-man sikap wirausaha yang kreatif,mandiri, pantang menyerah dan percayadiri akan membentuk pribadi wirausa-hawan sejati. Dukungan dan motivasidari lingkungan sekitar akan menam-bah munculnya bibit tanggah wirausa-hawan dari pesantren. Pertambahanjumlah wirausahawan di Indonesia akansangat berpengaruh bagi pembangunanekonomi nasional. Apabila minimal 2persen wirausahawan ada di sebuahnegara maka perekonomian negaratersebut akan tumbuh dengan baik danbergerak maju, karena setiap penamba-han wirausahawan maka lowonganpekerjaan terbuka lebar, kesejahteraanmasyarakat bertambah, sedikit demisedikit masalah pengangguran dankemiskinan teratasi.. Arah pembangu-nan Indonesia selanjutnya akanbertumpu pada akar, dimana pembela-jaran sejak dini dilakukan. Akar yangakan menumbuhkan para pemudaentrepreneur. Apabila akar pemudasudah kuat, terlatih mencari sumbersumber peluang dan kreatifitas melaluiberbagai pelatihan dan praktik, makamudah saja batang batang usaha ter-bentuk dan berbuah menghasilkankeuntungan dan kebermanfaatan.Wallaahu a’lam. ■

TAMKINIA

Dr rer nat JaenalEffendi

Ketua Prodi EkonomiSyariah FEM IPB

Arah Pembangunan Ekonomi Baru, Pondok Pesantren dan Jiwa Enterpreneur

19 KAMIS, 27 APRIL 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Dr Aslam MNWidigdo

Alumnus Sekolah Bisnis IPB, Pemerhati

Perbankan Syariah

Manajemen Aset MurabahahALTERNATIF PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

PEMASOK KOMODITAS BANK SYARIAH

MASABAHMAM

6

2

2 5

9 4

5

10

8

1 3

Keterangan:1. Perjanjian dengan Akad jual beli murabahah antara bank sebagai penjual

dengan nasabah sebagai pembeli.2. Penunjukan pihak ketiga sebagai MAM (Murabah Aset Manager).3. Penempatan komoditas di gudang atau lokasi yang disepakati dan dinyatakan

pada kontrak.4. Pemeriksaan Jenis, kondisi dan jumlah komoditas oleh MAM. Penerbitasn

sertifikat komoditas (WR: Warehouse Receipt).5. Penyerahan WR ke Bank Syariah dan/atau nasabah.6. Pembayaran Bank Syariah kepada pemasok komoditasi berbasis WR.7. Nasabah melakukan pembayaran dan mengajukan permintaan penyerahan

komoditas.8. Bank Syariah memberikan instruksi pengeluaran terhadap komoditas yang

sudah tidak dibiayai Bank Syariah.9. MAM melakukan pengawasan pengeluaran komoditas yang sudah tidak dibi-

ayai Bank Syariah.10. MAM menerbitkan laporan.

GAMBAR 1 SKEMA PERJANJIAN MANAJEMEN ASET MURABAHAH

YASIN HABIBI/REPUBLIKA