efek antioksidan ekstrak daun rambusa (passiflora …digilib.unila.ac.id/26405/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EFEK ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUSA (Passiflora foetida)
DAN TAURIN TERHADAP RESPON HISTOPATOLOGI HATI MENCIT
(Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARAQUAT
(Skripsi)
Oleh
RETNO KHUSNIATI ROFIQOH
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ii
ABSTRACT
ANTIOXIDANT EFFECTS OF LEAVES EXTRACT Passiflora foetida) AND
TAURINE TO RESPONSE HEPAR HISTOPATHOLOGY OF MICE
INDUCED BY PARAQUAT
By
Retno Khusniati Rofiqoh
Paraquat is a toxic compound wich induce the molecules of ROS (Reactive
Oxygen Species) through a series of cellular processes. ROS formed by paraquat can
reduce the activity of antioxidants in the body, causing damage to vital organs such as
the liver. To reduce the damage of ROS’s activity, needed source of antioxidants such
as Taurine which able to capture free radicals and stop the production of ROS
molecules from paraquat exposure. In addition to taurine, Passiflora foetida leaves
are also a source of antioxidants. Passiflora foetida leaves contain polifenol and
flavonoids which act as antioxidants.This study aims to determine the effect of
Passiflora foetida leaves dan Taurine on the liver to protect histopathological of mice
which suffe from ROS damage.
This study was conducted in a complete randomized design by using four
treatments (K0, K1, K2 and K3), each in six replications. K0 used as control were not
given any treatment. K2 were induced by 20 mg/bw paraquat intraperitonialy six time
for 21 days, for 10 days, K2 were given 20 mg/bw paraquat intraperitonialy six time
for 21 days, and 500 mg/bw of rambusa leaves extract for 21 days. K3 were given 20
mg/bw paraquat intraperitonialy six time for 21 days, given 15,6 mg/bw of taurine
which was combined by 500 mg/bw of rambusa leaves extract. The data were
analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) then continued by calculating least
significant difference at 0,05 level of significance. The results indicated that taurine
which was combined by rambusa leaves ethanolic extract had the ability to protect
hepar form the damage caused by paraquat herbiside.
Key words : Liver histopatology, paraquat, Passiflora foetida, ROS, Taurine.
iii
ABSTRAK
EFEK ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUSA (Passiflora foetida) DAN
TAURIN TERHADAP RESPON HISTOPATOLOGI HATI MENCIT YANG
DIINDUKSI PARAQUAT
Oleh
Retno Khusniati Rofiqoh
Paraquat merupakan senyawa toksik yang dapat menginduksi terbentuknya
molekul ROS (ReactiveOxygen Species). ROS yang terbentuk akibat paparan
paraquat dapat menurunkan aktivitas antioksidan tubuh, sehingga menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ vital seperti hati. Untuk mengurangi kerusakan yang
ditimbulkan akibat aktivitas ROS, diperlukan sumber antioksidan seperti taurin
yang mampu menangkap radikal bebas dan menghentikan produksi molekul ROS
yang dihasilkan akibat paparan paraquat. Selain taurine, daun Rambusa (Passiflora
foetida) memiliki kandungan senyawa polifenol dan flavonoid yang berperan
sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daun
rambusa dan taurin dalam memperbaiki histopatologi sel hepar mencit yang
mengalami kerusakan.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terbagi
dalam 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing 6 ulangan Kelompok K0
(diberi pakan standard dan air minum hingga akhir penelitian), kelompok K1
(diinduksi praquat secara intraperitoneal dengan dosis 20 mg/kgBB sebanyak 6 kali
selama 21 hari), kelompok K2 (diinduksi paraquat dengan dosis 20 mg/kgBB secara
intraperitoneal sebanyak 6 kali selama 21 hari dan rambusa dengan dosis
500mg/kgBB/hari selama 21 hari), kelompok K3 (diinduksi paraquat dengan dosis
20 mg/kgBB secara intraperitoneal sebanyak 6 kali selama 21 hari + rambusa
dengan dosis 500mg/kgBB/hari selama 21 hari, dan taurin dengan dosis 15,6
mg/mencit/hari selama 21 hari). Hasil analisa dengan uji one way Anova (p<0.05)
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), menunjukan pemberian
kombinasi ekstrak daun rambusa dan taurine efektif dalam melindungi jaringan
hepar mencit jantan akibat induksi paraquat.
Kata kunci : Histopatologi hepar, Paraquat,Rambusa ROS,Taurin.
EFEK ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN RAMBUSA ( Passiflora
foetida ) DAN TAURIN TERHADAP RESPON HISTOPATOLOGI
HATI MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARAQUAT
Oleh
RETNO KHUSNIATI ROFIQOH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1994 di Desa ratna
Chaton, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung
Tengah, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak
Ngadiman dan Ibu Siti Sutiarsih.
Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Ratna
Chaton Kecamatan seputih Raman pada tanggal 25 Mei tahun 2007, Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
diselesaikan di SMP Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah pada tanggal 7
Mei tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri
1 Kotagajah Lampung Tengah pada tanggal 24 Mei tahun 2013. Penulis
melanjutkan pendidikan Strata 1 di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Universitas
Lampung pada tahun 2013. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Biologi
FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan yang
berada di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
viii
Universitas Lampung, yakni HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) sebagai
Bendahara Biro Danus (Dana dan Usaha) periode 2014-2015. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan Biologi Umum,
di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode I
selama 60 hari di Desa Mahabang,Kecamatan Dente Teladas, Tulang Bawang.
Kemudian penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Periode I selama
40 hari di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang
beralamat di Jalan Yos Sudarso, Desa Hanura, Teluk Pandan, Pesawaran dengan
judul “Deteksi Penyakit Viral Ncrous Necrosis (VNN) dan Iridovirus Pada Ikan
Budidaya Laut dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung”.
Penulis menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi pada tanggal 19 April
2017.
dengan judul “Efek Antioksidan Ekstrak Daun Rambusa (Passiflora foetida)
dan Taurin Terhadap Respon Histopatopogi Hati Mencit (Mus musculus)
yang Diinduksi paraquat”.
ix
MOTTO
“Dream, Pray and Believe ”
“Sebaik-baik Manusia Adalah Yang Bermanfaat Untuk
Orang Lain”
“Wujudkan Mimpi Dengan Kerja Keras dan Do’a”
“Tiada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah”
“Syukuri dan Nikmati Sekecil Apapun kebahagiaan Yang
Diraih Hari Ini Karena Belum Tentu Kebahagiaan Serupa
Menghampirimu Esok”
x
Penuh rasa syukur kepada Allah SWT.
Saya persembahkan karya ini untuk orang- orang yang saya
cintai dan sayangi
Kedua orangtua saya Ayah (Ngadiman) dan Ibu (Siti
Sutiarsih) yang selama ini menjadi semangat dalam
perjuangan Terimakasih atas doa, cinta kasih, perhatian,
motivasi, dukungan moral dan material
Adik saya, Muhammad Fahrurrozy Alwi Terimakasih atas
doa dan segala dukungan
Sahabat tercinta
yang selalu setia mendukung , terus memberikan kritik dan
menyemangati
Muhammad Tohirin
Dan Almamater saya
Universitas Lampung
Terimakasih
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Efek Antioksidan Ekstrak Daun Rambusa (Passiflora
foetida) dan Taurin Terhadap Respon Histopatopogi Hati Mencit (Mus
musculus) yang Diinduksi paraquat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tersayang atas segala do’a yang tak henti-henti dipanjatkan dan
segala hal yang telah diberikan
2. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung;
3. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung;
4. Ibu Endang Linirin Widiastuti Ph.D., selaku Pembimbing Utama yang
senantiasa memeberikan doa, bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi;
xii
5. Ibu Yulianty M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas doa, bimbingan, bantuan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
6. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi.
Terimakasih atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal skripsi
terdahulu;
7. Seluruh Staf administrasi FMIPA Universitas Lampung;
8. Sahabat saya, Fhora Chandara Sari, Iffa Afiqa Khairani, Dea Puti Andeska,
Lina Lindawati, Winda Jayanti atas doa, dukungan dan kebersamaan;
9. Seluruh rekan-rekan Biologi’13 FMIPA Universitas Lampung;
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Semoga kebaikan mereka menjadi amalan yang tak terbatas dan diberkahi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, 19 April 2017
Retno Khusniati Rofiqoh
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vii
MOTTO ................................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... x
SANWACANA ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .................................................... ..................................... ........ .... ..xiii
DAFTAR TABEL ........................................... ..................................... ........ ...... xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................... ..................................... ........ ..... xvii
I. PENDAHULUAN ........................................ ..................................... ........ ......... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
C. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
xiv
D. Kerangka Pikir.................................................................................................... 5
E. Hipotesis ............................................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7
A. Stress Oksidatif ................................................................................................. 7
B. Radikal Bebas.................................................................................................... 8
C. Herbisida Paraquat ............................................................................................ 9
D. Hati .................................................................................................................. 12
E. Antioksidan ...................................................................................................... 17
F. Taurin ............................................................................................................... 18
G. Biologi Tumbuhan Rambusa (Passiflora foetida) ........................................... 20
H. Mencit (Mus musculus L.)................................................................................ 25
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 27
A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 27
B. Alat dan Bahan ............................................................................................. 27
C. Metode Penelitian ........................................................................................ 28
D. Alur Penelitian ............................................................................................. 29
E. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 30
1. Persiapan mencit percobaan ................................................................... 30
2. Pengamatan berat badan mencit ............................................................. 31
3. Persiapan bahan uji ................................................................................ 31
4. Induksi paraquat ..................................................................................... 33
5. Pemberian bahan uji ekstrak daun rambusa ............................................ 33
6. Pemberian bahan uji taurin ..................................................................... 33
7. Pengukuran berat basah organ hepar mencit.......................................... 34
8. Pengukuran indeks hepar mencit ........................................................... 34
9. Pembuatan preparat sayatan hati ............................................................ 34
10. Pengamatan histopatologi hati ............................................................... 38
F. Parameter Penelitian .................................................................................... 39
G. Analisis Data ................................................................................................ 39
xv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 40
A. Perubahan Rerata Berat Badan Mencit ......................................................... 40
B. Rerata Berat Basah Hepar Mencit ....... ........................................................ 43
C. Rerata Nilai Indeks Hepar Mencit ....... ........................................................ 46
D. Pengamatan Histopatologi Hepar Mencit ..................................................... 48
1. Histopatologi sel hepar mencit K0 ......................................................... 50
2. Histopatologi sel hepar mencit K1 ........................................................ 52
3. Histopatologi sel hepar mencit K2 ......................................................... 56
4. Histopatologi sel hepar mencit K3 ........................................................ 59
V. SIMPULAN ................................................ ........................................................ 62
A. Simpulan ...................................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 63
LAMPIRAN .............................................................................................................. 69
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Kriteria Penilaian Derajat Histopatologi Sel Hepar ................................. 38
Tabel 2. One Way ANOVA Rerata Berat Badan Mencit ..................................... 69
Tabel 3. One Way ANOVA Rerata Berat Hepar Mencit ..................................... 71
Tabel 4. One Way ANOVA Rerata Indeks Hepar ................................................ 72
Tabel 5. One Way ANOVA Rerata Skor Derajat Kerusakan Hepar Mencit ........ 73
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Paraquat Diklorida .................................................................................. 10
Gambar 2. Kerusakan Hati Akibat Paparan Paraquat............................................... 12
Gambar 3. Gambaran Mikroskopis Hati Normal ..................................................... 13
Gambar 4. Pembengkakan Sel Disertai Vakuolisasi ................................................ 15
Gambar 5. Perlemakan Hepar ................................................................................... 16
Gambar 6. Struktur Taurin........................................................................................ 19
Gambar 7. Tumbuhan Rambusa (Passiflora foetida) ............................................... 21
Gambar 8. Struktur Kimia Polifenol ........................................................................ 23
Gambar 9. Alur Penelitian ........................................................................................ 30
Gambar 10. Langkah-langkah Ekstraksi Daun Rambusa (Passiflora foetida) ......... 32
Gambar 11. Histogram Rerata Berat Badan Mencit ................................................. 40
Gambar 12. Histogram Rerata Berat Basah Organ Hepar Mencit ........................... 43
Gambar 13. Histogram Rerata Indeks Hepar Mencit ............................................... 46
Gambar 14. Histogram Skoring Derajat Kerusakan Sel Hepar Mencit .................... 48
Gambar 15. Histopatologi Sel Hepar Mencit (K0) Perbesaran 400x ....................... 50
Gambar 16. Histopatologi Sel Hepar Mencit (K1) Perbesaran 400x ....................... 52
Gambar 17. Histopatologi Sel Hepar Mencit (K2) Perbesaran 400x ....................... 56
Gambar 18. Histopatologi Sel Hepar Mencit (K3) Perbesaran 400x ..................... 59
Gambar 19. Tempat Pemeliharaan Mencit ............................................................. 75
xviii
Gambar 20. Paraquat (Gramoxone) ........................................................................ 75
Gambar 21. Taurin .................................................................................................. 75
Gambar 22. Daun Rambusa (Passiflora foetoida) ................................................. 76
Gambar 23. Ekstrak Etanol Daun Rambusa (Passiflora Foetida) ......................... 76
Gambar 24. Rotary Evaporator .............................................................................. 76
Gambar 25. Jarum Suntik ....................................................................................... 77
Gambar 26. Sonde Lambung .................................................................................. 77
Gambar 27. Pemberian Ekstrak Daun Rambusa Dan Taurin Secara Oral ............. 77
Gambar 28. Induksi Paraquat Secara Intraperitoneal ............................................. 77
Gambar 29. Proses Nekropsi (Pembedahan ) Mencit ............................................. 78
Gambar 30. Organ Hepar Mencit ........................................................................... 78
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stress oksidatif merupakan keadaan dimana produksi radikal bebas atau senyawa
oksigen reaktif melebihi sistem pertahanan tubuh. Pada kondisi stress oksidatif,
terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan antioksidan alami tubuh dalam
mengeliminasi radikal bebas, sehingga rantai reduksi-oksidasi tergoyahkan dan
keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif jaringan (Arsana, 2014 dan
Arief, 2008).
Kerusakan oksidatif yaitu kerusakan biomolekul penyusun sel akibat adanya
reaksi dengan radikal bebas yang terjadi dan dapat menimbulkan kerusakan pada
sel, jaringan, dan organ, sehingga mempercepat proses penuaan dan timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, termasuk kanker (Benhar et.al., 2002; Valco et.al.,
2007).
Secara umum, terdapat 2 kondisi yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif,
yaitu berkurangnya kadar antioksidan dan meningkatnya produksi ROS (Reactive
Oxygen Species). Penurunan kadar antioksidan dapat terjadi akibat adanya mutasi
2
pada gen yang mengkode produksi enzim antioksidan. Selain itu, berkurangnya
asupan antioksidan dan berbagai bahan esensial (seperti zinc, besi, magnesium
dan tembaga) dalam makanan juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kadar antioksidan (Ortiz et.al., 2016).
Paparan pestisida seperti herbisida yang berulang juga diketahui dapat
meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxygen Species), dan salah satu herbisida
yang dapat meningkatkan produksi ROS (Reactive Oxygen Species) adalah
paraquat (Ortiz et.al., 2016).
Paraquat (1,1−dimetil,4,4−bipiridilum) merupakan salah satu bahan aktif
herbisida jenis gramoxone yang paling banyak digunakan di dunia termasuk di
Indonesia. Penggunaan paraquat dengan sembarangan dapat merusak berbagai
macam organ (Widayana, 2014).
Beberapa penelitian pada tikus percobaan yang dipapar dengan paraquat dalam
jangka waktu yang lama, menunjukan terjadinya kerusakan permanen pada
berbagai organ vital, seperti otak, paru dan hati (Ortiz et.al., 2016).
Pada manusia, paraquat diketahui menyebabkan terbentuknya fibrosis paru yang
cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, yaitu sekitar
60-80% . Angka kematian akibat toksisitas dari paraquat sangat tinggi
dikarenakan toksisitasnya bekerja secara langsung dan belum adanya pengobatan
yang efektif (Moon dan Chun, 2010).
3
Mengingat penggunaan paraquat yang masih tinggi dan paraquat juga memiliki
kemampuan menginduksi stress oksidatif, maka telah banyak dikembangkan
penelitian mengenai antioksidan yang dapat mengurangi stress oksidatif yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan maupun organ vital (Ozden et.al, 2012).
Salah satu sumber antioksidan yang dapat digunakan adalah taurin. Taurin
merupakan asam amino semi esensial yang mengandung gugus belerang dalam
struktur kimianya. Taurin digunakan untuk membantu penyerapan lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak. Taurin juga membantu mengatur detakan
jantung, menstabilkan membran sel, dan memelihara kelangsungan sel-sel otak
(Arouma et.al, 1988).
Taurin dapat bertindak sebagai antioksidan sehingga membantu mencegah
kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh oksidasi. Sebagai contoh, proses
biokimia dalam tubuh memproduksi asam hipoklorit (HOCl) sebagai produk
sampingan. Bahan kimia ini merupakan oksidan kuat yang memiliki potensi
merusak sel. Taurin bereaksi dengan proses biokimia tersebut untuk menghasilkan
senyawa N-cholorotaurine yang kurang reaktif ( Murray,1996 ).
Taurin memiliki efek perlindungan melawan oksidasi yang diinduksi oleh
tekanan selular dan menangkap radikal bebas dalam berbagai sel dan jaringan
serta melawan toksik dari komponen oksidan (Tabassum et.al., 2007 ; Akay et.al.,
2013).
4
Selain taurin, terdapat tanaman obat yang telah memainkan peran penting dalam
berbagai sistem tradisional obat kuno. Perkembangan obat modern berkembang
cukup pesat, namun potensi obat tradisional yang berasal dari tumbuhan masih
tetap tinggi. Hal ini karena obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter,
dapat diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor dan tanaman obat dapat
ditanam sendiri oleh pemakainya (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Salah satu jenis tumbuhan yang memiliki senyawa antioksidan yaitu rambusa
(Passiflora foetida) yang memiliki peran penting dalam pengobatan berbagai
kategori penyakit pada manusia (Yuldasheva et.al., 2004).
Hasil penelitian Ashir et.al., (2014), total kandungan fenol dan flavonoid pada
Passiflora foetida L. dapat menurunkan peroksidasi lipid dan aktivitas radikal.
Dari berbagai pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi pada lima bagian
tumbuhan, ditemukan total flavanoid dan fenol paling tinggi yaitu terdapat dalam
ekstrak air dan etanol pada bagian daun, bila dibandingkan dengan bagian lain.
Pada konsentrasi 500 mg/kgBB mencit, hasilnya kuat dalam mengurangi
pembentukan radikal bebas dan mampu memberikan perlindungan terhadap ROS
(Reactive Oxygen Species).
Pada penelitian ini dilakukan pengujian efek antioksidan senyawa taurin dan
ekstrak daun rambusa (Passiflora foetida) pada hati mencit secara in vivo yang
diinduksi dengan senyawa herbisida paraquat.
5
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antioksidan taurin dan ekstrak
daun rambusa (Passiflora foetida) dalam melindungi histopatologi sel hepar
mencit (Mus musculus) yang diinduksi paraquat sebagai sumber stress
oksidatifnya.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kemampuan taurin
dan ekstrak Passiflora foetida sebagai antioksidan yang mampu melindungi
histopatologi sel hepar mencit. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat
menambah data pemanfaatan tanaman obat yang secara empiris maupun ilmiah,
sebagai wujud pelestarian tanaman obat yang bersumber dari masyarakat.
D. Kerangka Pikir
Stress oksidatif merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan
antara produksi radikal bebas dengan antioksidan. Salah satu penyebab
terjadinya stress oksidatif adalah paparan herbisida paraquat. Paraquat
merupakan senyawa toksik yang dapat menginduksi terbentuknya molekul ROS
(Reactive Oxygen Species) melalui serangkaian proses seluler.
Akibat paparan herbisida paraquat, produksi radikal bebas dapat melebihi sistem
pertahanan tubuh. Tubuh yang kelebihan radikal bebas akan menyebabkan
kerusakan jaringan dan disfungsi organ tertentu.
6
Untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan akibat aktivitas ROS (Reactive
Oxygen Species), maka diperlukan asupan antioksidan yang lebih banyak ,
sebagai upaya peningkatan aktivitas antioksidan dalam tubuh. Salah satu sumber
antioksidan yang dapat ditambahkan melalui makan atau minuman adalah taurin.
Taurin dikenal mampu menangkap radikal bebas dan menghentikan produksi
anion superoksida, salah satu molekul ROS (Reactive Oxygen Species) yang
dihasilkan akibat paparan paraquat melalui penghambatannya di mitokondria.
Selain itu, terdapat pula tumbuhan yang sering digunakan sebagai sumber
antioksidan yaitu daun rambusa (Passiflora foetida). Tumbuhan ini mengandung
senyawa bioaktif alami seperti polifenol dan flavonoid. Flavonoid mempunyai
bermacam-macam efek, yaitu efek antitumor, anti HIV, immunostimulan,
antioksidan, analgesik, antiradang (anti inflamasi), antivirus, antibakteri,
antifungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiperglikermik, dan sebagai
vasodilator. Taurin dan ekstrak daun Passiflora foetida memiliki efek
perlindungan melawan oksidasi yang diinduksi oleh tekanan seluler dan
menangkap radikal bebas dalam berbagai sel dan jaringan sehingga dapat
mengurangi tingkat kerusakan jaringan oksidatif.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian taurin dan
ekstrak daun rambusa (Passiflora foetida ) dapat melindungi histopatologi sel
hepar mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi herbisida paraquat.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stress Oksidatif
Sress oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara
keberadaan antioksidan dengan oksidan yang ada dalam tubuh sehingga keadaan
ini akan menyebabkan kerusakan jaringan atau disfungsi organ. Stress oksidatif
diakibatkan oleh 2 hal, yaitu berkurangnya kadar antioksidan dan meningkatnya
jumlah ROS yang merupakan oksidan (Wikana, 2011).
Stress oksidatif juga dapat terjadi akibat adanya peningkatan produksi ROS
(Reactive Oxygen Species) akibat paparan terhadap oksigen yang meningkat, dan
adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif, seperti pestisida
(Abdollahi et.al., 2004).
Kondisi stress oksidatif, sangat terkait dengan adanya radikal bebas.
Peningkatan stress oksidatif yang diperburuk karena jumlah radikal bebas yang
melebihi sistem pertahanan tubuh dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Kerusakan ini seringkali disebut dengan kerusakan oksidatif, yaitu kerusakan
biomolekul penyusun sel akibat reaksinya dengan radikal bebas sehingga dapat
menyebabkan berbagai penyakit dan gangguan dalam tubuh, seperti terjadinya
8
peningkatan proliferasi, kerusakan sel, penuaan sel, bahkan menginduksi sel ke
arah apoptosis. Selain itu stress oksidatif juga dapat menyebabkan berbagai
penyakit dalam tubuh seperi kencing manis atau diabetes mellitus, kanker,
penyakit kardiovaskuler, kartarak, penyakit parkinson, dan berbagai kondisi
patologis lainnya (Dalaen dan Aiman, 2014).
A. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif. Kelompok radikal
bebas merupakan senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan. Adanya
elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang
ada disekitarnya (Winarsi, 2007).
Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein
serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Akibat adanya radikal bebas dalam tubuh
dapat menyebabkan gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel, molekul
termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun, bahkan dapat
menyebabkan mutasi. Semua gangguan tersebut dapat memicu munculnya
berbagai penyakit (Winarsi, 2007).
Radikal bebas merupakan partikel berenergi tinggi yang dihasilkan dalam jumlah
kecil pada metabolisme sel normal. Radikal bebas dapat merusak seluruh bagian
pokok sel, mengganggu produksi normal DNA, dan dapat merusak lipid pada
membran sel, bila konsentrasinya sangat tinggi dalam tubuh. Sumber radikal
9
bebas dalam tubuh manusia berasal dari sumber endogen (seperti autoksidasi,
oksidasi enzimatik, restoratory burst) dan sumber eksogen (seperti obat-obatan,
radiasi, asap rokok) (Arief, 2008).
Terdapat dua bentuk radikal bebas yang ada dalam tubuh yaitu ROS (Reactive
Oxygen Species ) dan RNS (Reactive Nitrogen Species). Bentuk radikal bebas
yang sangat berpengaruh dalam tubuh yaitu ROS (Reactive Oxygen Species) yang
terdiri dari ion supperoxide (O2-), Hydrogen peroxide (H2O2), Hydroxyl radical
(OH-), dan peroxyl radical (OOH
-) (Kothari et al, 2010). Molekul ini dihasilkan
oleh seluruh organisme aerob yang menggunakan oksigen untuk menjalankan
metabolisme selulernya. ROS yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
pada orbital luarnya, menjadi sangat reaktif yang disebut radikal bebas
(Yoshikawa dan Naito, 2002). Sedangkan RNS sering dianggap sebagai subklas
dari ROS, diantaranya terdiri dari nitric oxide (NO), nitrous oxide (N2O),
Peroxynitrite (NO3-), Nitroxyl anion (HNO), dan peroxynitrous acid (HNO3
-)
(Kothari et.al., 2010).
B. Herbisida Paraquat
Paraquat (1,1−dimetil,4,4−bipiridilum) merupakan salah satu bahan aktif
herbisida jenis gramoxone yang paling banyak digunakan di dunia termasuk di
Indonesia. Penggunaan paraquat dengan sembarangan dapat merusak berbagai
macam organ salah satunya adalah paru-paru. Toksisitas dikarakteristikan dengan
munculnya edema pulmonum, kerusakan membran alveoli paru, dan kemudian
berkembang menjadi fibrosis paru. Fibrosis paru dapat muncul melalui
10
terbentuknya radikal bebas dengan terbentuknya kerusakan oksidatif pada
jaringan paru (Widayana, 2014).
Herbisida yang paling umum digunakan dari golongan bipyridylium yaitu
paraquat (C12H14N2) dengan struktur kimia paraquat diklorida tersaji pada
gambar1:
Gambar 1. Paraquat diklorida (Sumber: Indika dan Buckley, 2011)
Angka kematian akibat toksisitas dari paraquat sangat tinggi karena toksisitasnya
secara langsung dan belum adanya pengobatan yang efektif (Indika dan Buckley,
2011). Selain bersifat racun bagi tumbuhan, paraquat juga bersifat racun bagi
hewan, terutama dari jenis mamalia dan manusia. Paraquat masuk ke dalam tubuh,
utamanya akibat tertelan atau melalui kontak langsung dengan kulit. Jika terjadi
kontak langsung dengan kulit, paraquat akan menyebabkan kulit terbakar dan
dermatitis (Suntres, 2002; Oliviera et.al., 2008).
Absorbsi paraquat mempunyai efek serius dalam jangka panjang, dengan dosis
rendah paraquat relatif berbahaya dan fatal jika termakan atau mengenai kulit
secara langsung. Karena menurut WHO's Classification of Pesticides by Hazard,
bahan aktif paraquat termasuk golongan II (moderately hazardous) dimana
herbisida paraquat dapat mempengaruhi kesehatan manusia lewat tanah dan air
11
yang tercemar, sehingga produk makanan manusia maupun hewan ikut tercemar
herbisida paraquat (Oliviera et.al., 2008).
Paraquat merupakan bahan reduksi alternatif, selain itu reoksidasi yang berulang
pada paraquat akan menyebabkan terbentuknya oksigen free radikal seperti
superoxide, hidrogen peroksida, dan hidroksil radikal, yang menyebabkan
kerusakan oksidatif pada lemak, protein, dan DNA (Indika dan Buckley, 2011).
Paraquat terbukti dapat menginduksi lipid peroksidase yang menyebabkan
gangguan fungsi sel membran dan dapat menyebabkan apoptosis. Lipid
peroksidase juga dianggap sebagai salah satu kunci utama proses patofisiologi
pertama kali pada intoksikasi paraquat. Perubahan struktur dan fungsi sel lipid dan
protein menyebabkan hilangnya regulasi intra seluler oleh kalsium adenosi
trifosfatase (Ca2+
ATPase). Hilangnya regulasi ini dapat menyebabkan kematian
sel, sehingga menyebabkan kerusakan lokal dan disfungsi organ. Salah satu organ
primer yang dapat mengalami kerusakan dan kematian sel akibat hilangnya
regulasi intra seluler Ca2+
adalah hati. Hal tersebut karena hati memegang peranan
penting dalam proses metabolisme lemak dan detoksifikasi paparan paraquat
(Indika dan Buckley, 2011).
Paraquat menghasilkan ROS (Reactive Oxygen Species) yang dapat menyebabkan
peroksidasi lemak, sehingga merusak sel hati. Mekanisme toksisitas paraquat pada
hati sama dengan yang terjadi pada paru-paru. Paraquat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada hati dengan gambaran adanya degenerasi vacuola pada sel
12
hepatosit dan pelebaran pada pembuluh darah vena (Awadalla, 2010; Okolonkwo,
2012).
Kerusakan pada hati dengan gambaran adanya degenerasi vacuola pada sel
hepatosit dan pelebaran pada pembuluh darah vena akibat toksisitas paraquat
dapat dilihat pada gambar 2 :
Gambar 2. Kerusakan hati akibat paparan paraquat (Sumber: Awadalla, 2010).
C. Hati
Hepar adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Selain itu, hepar
juga merupakan organ yang paling rumit dan memiliki beragam fungsi. Hepar
sangat penting untuk mempertahankan hidup, berperan dalam hampir setiap
fungsi metabolik tubuh. Gambaran sel hepar normal dapat dilihat pada gambar 3 :
13
Gambar 3. Gambaran mikroskopis hati normal. Perbesaran 30 kali (Sumber:
Eroschenko, 2010).
Menurut Guyton dan Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam
jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari
hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain,
membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk
lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
14
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan
vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah
banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon dan
zat lain.
Menurut Robbins et.al., (2007), secara umum terdapat lima respons hepar
terhadap cedera yaitu :
a. Peradangan dan Pembengkakan Sel
Pembengkakan sel terlihat pertama kali dalam semua bentuk jejas sel (gambar 4).
Pembengkakan sel ini disebabkan oleh adanya pergeseran air dari membran
ekstraseluler ke dalam sel dan juga disebabkan oleh gangguan pengaturan volume
dan ion dalam sel karena jumlah ATP yang berkurang (Chandrasoma dan Taylor,
2005).
Kerusakan akibat gangguan toksik atau imunologis dapat menyebabkan hepatosit
membengkak, tampak edematosa (degenerasi balon), dengan sitoplasma iregular
bergumpal dan rongga-rongga jernih yang lebar. Selain itu, bahan empedu yang
tertahan dapat menyebabkan hepatosit tampak membengkak seperti berbusa
(degenerasi busa). Pembengkakan sel hepar disertai vakuolisasi dapat dilihat pada
gambar 3 dibawah ini :
15
Gambar 4. Pembengkakan sel disertai vakuolisasi.
Ket.: 1. Sel yang Mengalami Vakuolisasi
2. Inti Sel Menggeser ke Tepi (Robbins et.al., 2007).
b. Perlemakan Hepar
Akumulasi butiran lemak dalam hepatosit disebut steatosis. Perlemakan pada
hepar disebabkan oleh akumulasi trigliserida dalam sel parenkim. Akumulasi
tersebut timbul pada keadaan berikut :
1. Peningkatan mobilisasi lemak jaringan, sehingga menyebabkan peningkatan
jumlah asam lemak yang sampai ke hepar;
2. Peningkatan kecepatan konversi dari asam lemak menjadi trigliserida di dalam
hepar karena aktivitas enzim yang terlibat meningkat.
Perlemakan sel hepar dapat dilihat pada gambar 5 :
16
Gambar 5. Perlemakan hepar (Robbins et.al, 2007).
c. Nekrosis (Kematian sel)
Kematian sel yang bersifat toksik atau diperantarai oleh sistem imun terjadi
melalui apoptosis. Berdasarkan lokasinya nekrosis terbagi menjadi tiga yaitu
nekrosis fokal, nekrosis zona, dan nekrosis submasif. Nekrosis fokal sel hepar
adalah nekrosis yang terjadi secara acak pada satu sel atau sekelompok kecil sel
pada seluruh daerah lobulus hepar. Nekrosis zona sel hepar adalah nekrosis yang
terjadi pada region-region yang identik di semua lobulus hepar, sedangkan
nekrosis submasif merupakan nekrosis yang meluas melewati batas lobulus,
sering menjebatani daerah portal dengan vena sentralis.
17
d. Fibrosis
Jaringan fibrosis terbentuk sebagai respons terhadap peradangan atau gangguan
toksik langsung ke hepar. Pengendapan kolagen menimbulkan dampak permanen
pada pola aliran darah hepar dan perfusi hepatosit. Pada tahap awal, fibrosis
muncul di dalam atau sekitar saluran porta atau vena sentralis, atau mengendap
langsung di dalam sinusoid.
e. Sirosis
Berlanjutnya fibrosis dan cedera parenkim menyebabkan hepar terbagi-bagi
menjadi nodus hepatosit yang mengalami regenerasi dan dikelilingi oleh jaringan
parut. Jaringan parut ini disebut sirosis.
D. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan.
Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal
(Winarsi, 2007). Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat
reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.
Sehingga kerusakan dalam sel akan terhambat. Berkaitan dengan reaksi oksidasi
didalam tubuh, keberadaan antioksidan merupakan parameter penting untuk
memantau kesehatan seseorang. Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan
untuk menangkal reaktivitas radikal bebas, yang secara kontinu dibentuk sendiri
oleh tubuh. Bila jumlah senyawa oksigen reaktif ini melebihi jumlah antioksidan
dalam tubuh, kelebihannya akan menyerang komponen lipid, protein maupun
18
DNA sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan yang disebut dengan stress
oksidatif.
Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase atau SOD,
katalase dan Glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin E, C, A, dan β-
karoten), dan senyawa lain (misalnya flavonoid, albumin, bilirubin,
seruloplasmin, dan lain-lain). Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan
utama (primer) dalam tubuh terhadap kondisi stress oksidatif. Selain antioksidan
enzimatis, terdapat juga antioksidan non-enzimatis yaitu berupa senyawa nutrisi
dan senyawa non-nutrisi. Kedua kelompok antioksidan non-enzimatis disebut
sebagai antioksidan sekunder karena dapat diperoleh dari asupan bahan makanan
(Winarsi, 2007).
Antioksidan bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal hidroksil.
Radikal hidroksil merupakan radikal bebas yang paling berbahaya bagi tubuh,
karena dapat menginisiasi terjadinya peroksidasi lemak (Wikana, 2011).
Antioksidan berperan penting dalam menjaga keseimbangan oksidan dalam
jaringan. Antioksidan berfungsi dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis
kerusakan jaringan yang diperburuk oleh stress oksidatif (Abbasoglu et.al., 2001).
G. Taurin
Taurin merupakan antioksidan yang memiliki berbagai fungsi fisiologis dalam
metabolisme sel. Taurin diekskresikan tubuh dalam bentuk taurokat terkait garam
empedu. Taurin dapat mengatur metabolisme tubuh termasuk osmoregulasi,
19
pengaturan homeostasis kalsium sulfur, stabilisasi membran, dan detoksifikasi
(Huxtable. 1992). Rumus kimia dari taurin dapat dilihat pada gambar 6 :
Gambar 6. Struktu Taurin (Murray, 1996).
Berdasarkan percobaan eksperimental non-alkoholik steatohepatitis (NASH),
taurin bisa menghambat aktivitas peroksidasi lipid, mengurangi sintesis TNF-
alpha dan TGF-beta , menurunkan secara signifikan berat hati mencit dan index
hati mencit, serta menurunkan kegiatan transaminase serum, trigliserida serum,
serta dapat menurunkan stres oksidatif (Chen et.al., 2006).
Taurin dapat mengurangi peroksidasi lipid, amilase dan myeloperoxidase (MPO)
dan konsentrasi peradangan, serta dapat meningkatkan aktivitas enzim
superoksida dismutase (SOD), Glutation peroksidase (Px) pada tikus dengan
kondisi pankreas akut (AP) yang diinduksi natrium taurokolat. Taurin juga
memiliki efek perbaikan pada pada lesi histopatologi. Sehingga taurin dapat
melindungi sel dari kerusakan oksidatif, mengurangi peradangan dan
meningkatkan regresi kerusakan pankreas. Taurin memiliki efek perlindungan
melawan oksidasi yang diinduksi oleh tekanan selular dan menagkap radikal
bebas dalam berbagai sel dan jaringan, serta melawan toksik dari komponen
oksidan (Akay et.al., 2012).
20
Induksi taurin dengan TTA secara bersamaan dapat mengurangi tingkat keparahan
cedera hati dengan mengurangi stres oksidatif pada hati. Selain itu dapat
menyebabkan peningkatan kadar malondialdehid (MDA), diena konjugasi (DC),
glutathione (GSH) dan aktivitas superoksida dismutase (SOD). Taurin juga dapat
menurunkan aktivitas serum transaminase dan peroksidase lipid pada hati
(Abbasoglu et.al., 2001).
Taurin mampu secara langsung mengikat Reaktive Oxygen Species (ROS) pada
antioksidan. Studi terbaru telah menemukan bahwa taurin dapat mengatur tingkat
generasi ROS oleh mitokondria. Hal ini penting karena peningkatan superoksida
oleh mitondria mampu memulai permeabilitas mitokondria transisi, yang memiliki
suatu aktivitas antioksidan dan mampu memanfaatkan tingkat farmakologi dari b-
asam amino untuk meminimalkan kerusakan oksidatif (Puerta et.al., 2010).
H. Biologi Tumbuhan Rambusa (Passiflora foetida)
Passiflora foetida di Indonesia dikenal dengan sebutan rambusa atau dalam
Bahasa melayu sering disebut permot. Rambusa merupakan tumbuhan yang
belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat , biasanya tumbuh di daerah
perkebunan, padang rumput kasar, pinggir jalan dan tanah kosong (Amela dan
Hoc, 1998).
21
1. Klasifikasi Tumbuhan Rambusa
Klasifikasi tumbuhan rambusa berdasarkan sistem klasifikasi menurut Cronquist
(1991) dan ATG II (2009) sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malpighiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Jenis : Passiflora foetida L.
2. Morfologi Tumbuhan Rambusa
Gambar 7. Tumbuhan Rambusa (Sumber Amela dan Hoc, 1998).
keterangan :
A. Daun Rambusa B. Bunga Rambusa.
C. Buah matang rambusa. D. Buah mentah rambusa.
B
C
C
A
C D
22
Buah berbentuk anggur, tumbuhan ini termasuk tumbuhan merambat dengan
panjang 1,5-6 m. batang berbentuk silinder kuat, ditutupi dengan rambut lebat dan
lama kelamaan berkayu, sehingga tumbuhan ini tergolong dalam liana.
Daunnya berbentuk jantung yang bertaju 3 dengan ujung daun yang meruncing
Kelopak sebanyak 3 helai berwarna hijau berbentuk seperti jarum yang
bercabang-cabang. Mahkota bunga sebanyak 5 helai yang berwarna putih bersih
dan pada bagian dasarnya berwarna merah muda. Kepala sari berwarna kuning
sebanyak 5 buah , dimana dasar tangkai sarinya menyatu membentuk tabung
berwarna merah muda. Kepala putik berwarna hijau berjumlah 3 buah , dan bakal
buahnya terletak di atas perlekatan dasar tangkai sari. Bunganya memiliki daun
pelindung (brachtea) yang dapat menghasilakan enzim pencernaan yang bersifat
lengket dan dapat menjebak serangga. Buahnya berupa buah buni berbentuk bulat
agak memanjang berukuran sebesar kelereng ( diameter ± 2-3 cm ), terbungkus
oleh kelopak buah yang berbentuk seperti jarum yang bercabang-cabang. Daging
pembungkus biji berwarna putih, bagian inilah yang dapat dimakan karena
rasanya manis dan aromanya harum. Bijinya berwarna hitam berbentuk pipih
tepinya bergerigi dengan ukuran panjang ±5 mm dan lebar ±2mm. Dalam 1 buah
ini berisi biji sebanyak ± 20-30 biji (Amela dan Hoc, 1998).
3. Kandungan Kimia dan Farmakologi Tanaman Passiflora foetida.
Fitokimia penting dari tanaman ini adalah alkaloid, fenol, glikosida, flavonoid,
senyawa sianogen konstituen lainnya adalah flavonoid C-glikosil, apigenin dan
luteolin (Dornelas dan Vieira, 1994), dengan struktur kimia polifenol dapat dilihat
pada gambar 8 :
23
Gambar 8. Struktur kimia polifenol.
Passiflora foetida memiliki total senyawa fenol dan flavonoid yang sangat tinggi.
Kandungan senyawa metabolit sekunder ini berfungsi sebagai antioksidan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ashir et.al., (2014), total kandungan
fenol dan flavonoid yang terdapat pada ektrak daun Passiflora foetida dapat
menurunkan peroksidasi lipid dan aktivitas radikal. Flavonoid adalah kelompok
senyawa polifenol. Kandungan antioksidan utama rambusa ini adalah polifenol.
Sebagai antioksidan, polifenol dapat berperan sebagai donor hidrogen untuk
menetralkan ROS, selain itu polifenol juga dapat mengikat ion logam (Lin et.al.,
2011).
Senyawa folifenol ini dapat menghambat enzim hidrolitik-oksidatif , dan tindakan
anti-inflamasi, sehingga dapat menurunkan aktivitas senyawa radikal bebas.
Folifenol memiliki kemampuan untuk mengikat radikal bebas seperti superoksida
dan radikal hidroksi melalui mekanisme pengikatan atau transfer elektron yang
tidak berpasangan dari senyawa radikal bebas tersebut.
Kandungan total senyawa fenol dalam daun Passiflora foetida juga memiliki
berbagai fungsi untuk menjaga kesehatan manusia, yaitu dapat bertindak sebagai
antimutagen dan antitumor. Selain itu kegiatan antioksidan melalui pengikatan
24
radikal bebas dari ekstrak daun Passiflora foetida juga sangat tinggi sehingga
konsumsi Passiflora. foetida akan mengurangi jumlah pembentukan radikal bebas
dan mampu memberi perlindungan terhadap spesies oksigen reaktif serta mampu
menurunkan peroksidasi lipid akibat radikal bebas dalam tubuh (Ashir et.al.,
2014).
4. Penggunaan Passiflora foetida sebagai Obat.
Passiflora foetida dikenal memiliki kandungan senyawa untuk berbagai
pengobatan seperti obat yang potensial (Pongpan et.al., 2007). Hasil penelitian
Rassol et.al., (2011), menunjukan bahwa ekstrak etanol dari kalus daun Passiflora
foetida juga dapat mengakibatkan penurunan signifikan ( p <0,05) dari serum
aspartic amino transferese (AST), alanine amino transferase (ALT) dan
menurunkan tingkat hepatic thiobarbutiric acid reacting substances (TBARS),
pada tikus yang diinduksi CCL4 secara in vivo. Ekstrak etanol daun P. foetida ini
menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan (p < 0,05) dengan
penggunaaan dosis 200 dan 500 mg/kg bb mencit, (Rassol et.al., 2011).
Ekstrak daun dan buah P. foetida juga dapat digunakan sebagai obat antiinsomnia
pada berbagai negara seperti Amerika, Jerman, Perancis dan negara-negara Eropa
lainnya. Penggunaan ekstrak etanol P. foetida menunjukan hasil lebih baik dalam
penghambatan berbagai jenis patogen, juga menunjukkan daya tekan terhadap
aktivitas empat bakteri patogen pada manusia, yaitu Pseudomonos putida, Vibrio
cholerae, Shigella flexneri dan Streptococcus pyogenes (Mohansundari et.al.,
2007).
25
Menurut Sathish, et.al., (2011), pengobatan dengan esktrak etanol P. foetida
signifikan (P <0,01) menurunkan indeks ulkus dan secara signifikan (P <0,01)
meningkatkan pH lambung. Selain itu Passiflora foetida menunjukkan nilai
pengurangan yang signifikan (P <0,01) pada peroksidasi lipid dan kadar
glutathione. Hasil pengamatan mengkonfirmasi bahwa EEPF (Etanolic Ekstrak of
Passiflora foetida) pada seluruh bagian tanaman memiliki efek antiulcer dan
kegiatan antioksidan.
F. Mencit (Mus musculus L.)
Klasifikasi mencit menurut Pramono dan Malole (1989), dapat dijabarkan seperti
di bawah ini:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Bangsa : Rodentia
Suku : Muridae
Marga : Mus
Jenis : Mus musculus L.
Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut cahaya dan
aktif pada malam hari. Mencit yang dipelihara sendiri jumlah makannya akan
lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan dibanding yang dipelihara bersama-sama
dalam satu kandang, mencit juga kadang-kadang mempunyai sifat kanibal
(Yuwono, 2009).
Pertumbuhan berat badan mencit (Mus musculus) yang normal untuk tiap harinya
adalah 1 gr/ekor/hari. Hal ini juga terkait dengan konsumsi pakan untuk tiap
26
harinya adalah 10 gr/ekor/hari akan meningkatkan pertumbuhan berat badan
setiap harinya sebesar 1 gr/ekor/hari. Berat pada mencit (Mus musculus) umur 4
minggu mencapai 18-20 gr berat dewasa, untuk jantan 20-40 gr sedangkan pada
betina 18-35 gr tapi kecepatan tubuhnya mengalami pertambahan berat badan 1
gram/ hari (Martijo, 1992).
Mencit laboratorium mempunyai berat badan yang hampir sama dengan mencit
liar, yaitu 18-20 gram pada umur 4 minggu dan 30-40 gram pada umur 6 minggu
atau lebih. Kualitas makanan berpengaruh pada kondisi mencit, diantaranya pada
bagian mata, hidung, gerak, dan rambut yang dapat mempengaruhi kemampuan
mencit mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak, umur, atau reaksi
terhadap pengobatan dan lain-lain. Oleh karena itu status makanan hewan yang
diberikan dalam percobaan biomedis mempunyai pengaruh nyata pada kualitas
hasil percobaan (Suckow et.al., 2006).
27
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 – Januari 2017.
Pemeliharaan hewan uji, menginduksi mencit dengan herbisida paraquat,
pemberian taurin dan ekstrak daun rambusa (Passiflora foetida) dilakukan di
Laboratorium MIPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung. Pembedahan, proses mikroteknik dan pengamatan
histopatologi hepar dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah : pakan pelet, air minum, mencit jantan (Mus
musculus) yang berumur 2-3 bulan dengan berat 30-40 gram yang di dapat dari
BPPV, pellet pakan mencit, air minum, herbisida paraquat,taurin, daun rambusa
(Passiflora foetida) , etanol 96% digunakan untuk ekstraksi daun rambusa, bahan
pembuatan preparat mikroteknik (xylol, alkohol bertingkat, parafin, larutan
pewarna Harris Hematoxylin Eosin dan kanada blasam).
28
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kandang mencit yang terbuat
dari plastik, tempat makan dan minum mencit, timbangan analitik untuk
menimbang bahan atau mengukur berat badan mencit, jarum suntik untuk
menginduksi paraquat , sonde lambung untuk mencekokan taurine dan ekstrak
daun rambusa pada mencit, set alat ekstraksi (kertas saring, blender, rotary
evaporator, oven), set alat bedah, set alat mikroteknik (embedding cassete,
waterbath, incubator, mikrotom, dan staining jar ), gelas benda, gelas penutup,
mikroskop, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.
C. Metode Penelitian
1. Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancang Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini dibagi dalam 4
kelompok, yaitu :
1. Kelompok kontrol negatif (K0) : kelompok yang diberi pakan standar
hingga akhir penelitian.
2. Kelompok kontrol positif paraquat (K1) : kelompok yang diinduksi
herbisida paraquat secara intraperitoneal dengan dosis 20 mg/kgBB
sebanyak 6 kali selama 21 hari.
3. Kelompok rambusa (Passiflora foetida) dan paraquat (K2) : kelompok
yang diinduksi herbisida paraquat secara intraperitoneal dengan dosis 20
mg/kgBB sebanyak 6 kali selama 21 hari dan rambusa secara oral dengan
dosis 500 mg/kgBB.
29
4. Kelompok taurin, rambusa (Passiflora foetida) dan paraquat (K3) :
kelompok yang diinduksi herbisida paraquat secara intraperitoneal dengan
dosis 20 mg/kgBB sebanyak 6 kali selama 21 hari dan rambusa secara oral
dengan dosis 500 mg/kgBB dan taurin secara oral dengan dosis 15,6 mg.
2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan (Mus
musculus) yang diperoleh dari BPPV Lampung. Sampel penelitian adalah
sebagian populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berusia kurang lebih 2-3 bulan
b. Berat badan kurang lebih 30-40 gram
c. Sehat
Besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus federer sebagai berikut:
(t-1) (n-1) ≥ 15
(4-1) (n-1) ≥ 15
3 (n-1) ≥ 15
3n-3 ≥ 18 / 3
n ≥ 6
Dari perhitungan diatas didapatkan besar sampel minimal untuk setiap
kelompok adalah sebesar 6 ekor mencit.
D. Alur Penelitian
Penelitian ini mengenai efek antioksidan daun rambusa (Passiflora foetida) dan
taurine terhadap respon histopatologi hati mencit (Mus musculus) yang diinduksi
paraquat. Dilakukan dengan tahap-tahap yang dapat dilihat pada gambar 9:
30
Gambar 9. Alur penelitian
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Mencit Percobaan
Mencit yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) dengan berat
badan 30 - 40 gram. Mencit ini diaklimasikan dengan lingkungan percobaan
selama 7 hari dan diberi pakan standar. Selama penelitian mencit diberi
penerangan 12 jam terang dan 12 jam gelap. Setiap hari berat badan mencit
ditimbang dan diamati perilakunya. Mencit yang digunakan adalah mencit yang
sehat dan selama aklimatisasi, berat badannya tidak berubah lebih dari 10%.
Aklimasi Mencit (Mus musculus ) umur 2-3 bulan, bobot
badan 30 - 40g
Adaptasi pakan standar (ad libitum) sampai akhir penelitian
Induksi herbisida paraquat dengan dosis 20 mg/bb sebanyak 2 kali dalam
seminggu secara intraperitoneal, disertai pemberian taurine per oral dengan
dosis 15,6 g/kg BB dan ekstrak daun passifora foetida per oral sebanyak
500 mg/kg BB mencit selama 3 minggu.
Pengambilan sampel, pembuatan histopatologi hepar, dan
pemeriksaan preparat di laboratorium.
Randomisasi kelompok perlakuan
31
Selanjutnya mencit dikelompokan ke dalam 4 kelompok dan diberi perlakuan
sesuai dengan rancangan percobaan.
2. Pengamatan Berat Badan Mencit
Selama 21 hari percobaan, ditimbang berat badan mencit hari ke-1, 10, dan 20
pada seluruh mencit kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil
pengamatan dicatat dan dibandingkan untuk setiap kelompok perlakuan.
3. Persiapan Bahan Uji
Bahan yang digunakan yaitu taurine dan ekstrak etanol daun rambusa, dengan
uraian sebagai berikut :
3.1. Persiapan Taurin.
Dosis taurine ini dihitung berdasarkan perhitungan dosis taurine pada
manusia yang dikonversi ke mencit. Menurut Shao dan Hatchcock (2008),
dosis taurine pada manusia adalah 3 g/70 kg BB. Dosis taurine pada
mencit dikonversi menggunakan tabel konversi manusia ke mencit dengan
nilai konversi 0,0026, sehingga diperoleh dosis taurine untuk mencit
adalah 3000 mg x 0,0026 = 7800 mg/g BB atau 7,8 g/kg BB mencit.
Namun berdasarkan penelitian Agata (2015), didapatkan dosis terbaik
adalah dua kali dosis normal (7,8 mg/kg BB mencit) yaitu sebesar 15,6
mg/ekor.
3.2.Persiapan Ekstrak Etanol Daun Rambusa
Beberapa tahapan dalam ekstraksi daun rambusa (Passiflora foetida) yaitu
dapat dilihat pada gambar 10 :
32
Gambar 10. Langkah-langkah ekstraksi daun rambusa (Passiflora foetida)
Menyiapkan daun rambusa (Passiflora foetida)
Dilakukan penyortiran dengan mengambil daun terbaik.
Daun rambusa yang telah disortir kemudian dicuci dengan air
mengalir.
Daun rambusa yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada open
dengan dengan suhu 30◦C-40
◦C. Dalam pengeringan ini hendaknya
dihindarkan dari panas matahari langsung.
Daun rambusa yang telah kering kemudian dihancurkan
hingga sedikit halus.
Daun rambusa yang telah halus dimaserasi selama 24 jam
dengan pelarut etanol.
Ekstrak yang dihasilkan disaring dengan corong buncher dan
Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 90 derajat Celcius sampai diperoleh ekstrak
kental.
33
4. Induksi Paraquat
Mencit yang termasuk kelompok kontrol positif paraquat (K+) diberi
paraquat secara intraperitoneal sebanyak 6 kali selama 21 hari penelitian
dengan dosis 20 mg/kg BB (Ortiz dkk., 2016).
Mencit yang akan digunakan rata-rata memiliki rerata berat badan sekitar 35
gram, sehingga dosis yang akan diberikan adalah 20 mg/kg BB x 0,035 kg =
0,7 mg/35 gBB. Paraquat yang akan digunakan merupakan herbisida
berbentuk cair yang ada di pasaran dengan merk Gramoxone.
5. Pemberian Bahan Uji Ekstrak Daun Rambusa
Dosis ekstrak daun rambusa yang diberikan secara oral dengan berat badan
30 - 40 gram yaitu sebesar 500 mg/kg BB mencit/hari (Ashir et al., 2014)
6. Pemberian Bahan Uji Taurin yang Dikombinasikan dengan Ekstrak
daun Rambusa
Dalam penelitian ini digunakan dosis taurin untuk pengujian yaitu 15,6
mg/mencit/hari (dua kali dosis normal). Dosis ini merupakan dosis terbaik
sebagaimana yang disebutkan dalam penelitian Agata (2015), bahwa
pemberian taurin dengan dosis 15,6 mg/mencit/hari mampu memperbaiki
kerusakan jaringan hepar mencit. Dosis taurin 15,6 mg/mencit/hari
dikombinasikan dengan dosis ekstrak daun rambusa sebesar 500
mg/kgBB/hari yang diberikan secara oral kepada mencit.
34
7. Pengukuran Berat Basah Hepar Mencit (Mus musculus)
Pada akhir perlakuan, dilakukan pembedahan dan dilakukan pengukuran berat
basah hepar mencit yang diinduksi herbisida paraquat pada seluruh kelompok
mencit perlakuan.
8. Pengukuran Indeks hepar Mencit (Mus musculus)
Nilai indeks hepar mencit diketahui setelah dilakukan pengukuran berat
hepar mencit dan berat badan mencit pada hari ke-20 sebelum dilakukan proses
nekropsi (pembedahan). Pengukuran indeks hepar mencit menggunakan Rumus :
Indeks Hepar =
9. Pembuatan Preparat Sayatan Hati.
Pembuatan sediaan preparat hati dengan metode paraffin dan pewarnaan
Hematoxylin Eosin (HE). Hematoxylin Eosin bersifat pewarna basa, yaitu
memulas jaringan basofilik sedangkan eosin memulas jaringan yang bersifat
asidofilik. Metode teknik histopatologi menurut Ali (2007) dibagi menjadi 10
teknik, yaitu :
1. Fixation
a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ hati yang telah dipilih dengan
larutan pengawet formalin 10%.
b) Spesieman yang sudah difiksasi dicuci dengan air mengalir.
35
2. Trimming
a) Organ dikecilkan dengan ukuran ±3mm
b) Potongan organ hati tersebut dimasukan kedalam embedding cassette.
3. Dehidrasi
a) Menghilangkan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu.
b) Berturut-turut melakukan perendaman organ hati dalam alkohol bertingkat
80% dan 90% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan
perendaman alkohol 95%, absolute I, II, III selama 1 jam.
4. Clearing
Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I, II, III
masing-masing selama 1 jam.
5. Impregnasi
Impregnasi degan menggunakan paraffin I, II, III masing-masing selama 2 jam.
6. Embedding
a) Membersihkan sisa paraffin yang ada pada pan dengan memanaskan
beberapa saat di atas api dan di usap dengan kapas.
b) Menyiapkan paraffin cair dengan mmasukkan paraffin ke dalam cangkir
logam dan memasukkan ke dalam oven dengan suhu diatas 58 derajat
Celcius.
c) Menuangkan paraffin cair ke dalam pan
d) Memindahkan satu-persatu dari embedding cassette ke dasar pan dengan
mengatur jarak satu dengan yang lainnya.
e) Memasukkan pan kedalam air.
36
f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan hati dari pan dengan memasukkan
ke dalam suhu empat derajat Celcius beberapa saat.
g) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan
menggunakan scalpel hangat.
h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit
meruncing.
i) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom.
7. Cutting
a) Melakukan pemotongan pada ruang dingin
b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu
c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan
ketebalan 4-5 mikron.
d) Memilih lembar pemotongan yang paling baik, mengapungkan pda air dan
menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran
jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik
menggunakan kuas runcing.
e) Memindahkan lembaran jaringan kedalam waterbath selama beberapa detik
sampai mengembang sempurna.
f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan
slide bersih dan menempatkan pada sepertiga atas atau bawah, mencegah
jangan sampai ada gelembung udara dibawah jaringan.
g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubatir (suhu 37 derajat
celcius) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna.
37
8. Staining (pewarnaan) dengan harris Hematoxylin Eosin. Setelah jaringan
melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara
berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai
berikut:
a) Untuk pewarnaan , zat kimia yang pertama digunakan xylol I, II, III masing-
masing selama 5 menit.
b) Zat kimia yang yang digunakan alcohol absolute I, II, III masingmasing
selama 5 menit.
c) Zat kimia yang ketiga yaitu aquades selama 1 menit.
d) Potongan organ dimasukkan dalm zat warna Harris Hematoxylin Eosin
selama 20 menit.
e) Memasukkan potongan organ hati dalam aquades selama 1 menit dengan
sedikit mengoyang-goyangkan organ.
f) Mencelupkan organ dalam asam alcohol 2-3 celupan.
g) Dibersihkan dalam aquades bertingkat masing-masing1 an 15 menit.
h) Memasukkan potonga organ dalan eosin selama 2 menit.
i) Secara berurutan memasukkan potngan organ dalam alcohol 96% selama 2
menit , alcohol 96%, alcohol III dan IV masing-masing selama 3 menit.
j) Terakhir memasukkan kedalam xylol IV dan V masing-masing selama 5
menit.
9. Mounting
Setelah pewarnaan selsai menempatan slide diatas kertas tisu pada tempat
datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup
dengan cover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.
38
10. Membaca slide dengan mikroskop
Slide diperiksa di bawah mikrokop sinar dengan pembesaran 400x. Metode
yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded (Ali,
2007).
10. Pengamatan Histopatologi Hati
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan preparat histologi hati antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Preparat histologis hati diamati
dibawah mikroskop cahaya dalam lima lapangan pandang yang berbeda,
dengan perbesaran 400 kali. Setiap lapangan pandang dihitung 20 sel secara
acak sehingga dalam satu preparat tersebut teramati 100 sel hati.
Kemudian dihitung rerata bobot skor perubahan histopatologi hepar dari lima
lapangan pandang dari masing-masing mencit dengan model skoring
Histopatology Manja Roenigk (Maulida et al, 2010). Kemudian dicatat dan
dihitung jumlah persentase kerusakan yang terjadi dengan kriteria pada Tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria penilaian derajat histopatologi sel
Tingkat Perubahan Nilai
Normal 0
Kerusakan sel hepatosit ringan (≤ 25%) 1
Kerusakan sel hepatosit sedang (25-50%) 2
Kerusakan sel hepatosit berat (≥50%) 3
39
F. Parameter Penelitian
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu :
1. Berat badan mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi herbisida
paraquat pada seluruh kelompok mencit perlakuan.
2. Berat basah sel hepar mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi
herbisida paraquat pada seluruh kelompok mencit perlakuan.
3. Indeks hepar mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi herbisida
paraquat pada seluruh kelompok mencit perlakuan
4. Derajat kerusakan sel hepar dan gambaran histopatologi sel hepar mencit
jantan (Mus musculus) yang diinduksi herbisida paraquat pada seluruh
kelompok mencit perlakuan.
G. Analisis Data
Analisa data pada penelitian ini menggunakan deskriptif analisis dengan
metode statistik ANOVA (Analysis Of Variance) pada taraf nyata 5% untuk
melihat pengaruh antar kelompok perlakuan, jika pada uji ini terdapat
perbedaan bermakna maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 95%.
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ektrak etanol
daun rambusa (Passiflora foetida) dengan dosis 500 mg/kgBB yang
dikombinasikan dengan pemberian taurin dosis 15,6 mg/mencit paling
efektif dalam melindungi histopatologi sel hepar mencit (Mus musculus)
jantan yang diinduksi herbisida paraquat.
B. Saran
Beberapa penelitian lanjutan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Dosis ekstrak daun rambusa (Passiflora foetida) yang lebih tinggi
dengan waktu pengamatan yang lebih lama.
2. Menggunakan bagian tumbuhan lain seperti akar, buah, ataupun biji
dari Rambusa (Passiflora foetida) sebagai potensi obat tradisional.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdollahi, M., Akram, R., Shanin, S., Shekoufeh, N., and Ali, R. 2004. Pesticides
and oxidative stress: a review. Med Sci Monit. 10(6): 141-147.
Abdullah Kisaoglu1, Bunyamin Borekci2, O. Erkan Yapca3, Habib Bilen4, and
Halis Suleyman5.2012.Tissue Damage and Oxidant/Antioxidant Balance.
Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Ataturk University.
EAJM 2013; 45: 47-9
Abbasoglu,S.D.,O.Kanbagli, J.Balkan, G.A.Toker,M.Uysal .2001. The Protective
Effect Of Taurine Against Thioacetamide Hepatotoxicity Of Rats. Human
and experimental Toxicology.20 : 23-27
Akay C1, Yaman H, Oztosun M, Cakir E, Yildirim AO, Eyi YE, Agilli M, Akgul
EO, Aydin I, Kaldirim U, Tuncer SK, Eken A, Oztas E, Poyrazoglu Y,
Yasar M, and Ozkan Y.2012. The protective effects of taurine on
experimental acute pancreatitis in a rat model. Human and experimental
Toxicology.32(5) : 522-529. Department of Pharmaceutical Toxicology
Amela MT, PS.Hoc. 1998. Biología floral de Pasiflora foetida (Passifloraceae).
Rev. Biol. Trop., 46:191-202.
Angiosperm Phylogeny Group (APG). 2009. An Update of the Angiospermae
Phylogeny Group Classification for the Orders and Families of Flowering
Plants : APG. Botanical Journal of the Linnean Society 161, 105-121.
Arief , S.2008. Radikal Bebas.Artikel. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU
Dr.Soetomo.Surabaya.
Arouma, O.I., B. Halliwell, B.M. Hoey, and J. Butler. 1988. The antioxidant
action of taurine, hypotaurine and their metabolic precursors. Biochem J,
256:251255
Arsana, I.N. 2014. Ektrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan
Pelatihan Fisik Menurunkan Stress Oksidative pada Tikus Wistar (Rattus
norvegicus) Selama Aktivitas Fisik Maksimal. Disertasi . Universitas
Udayana. Denpasar.
64
Asir, P. Joseph, S.Hemmalakshmi, S.Priyanga, and K.Devaki. 2014. In Vitro Free
Radical Scavenging Activity And Secondary Metabolites In Passiflora
Foetida L..Department Of Biochemistry, Karpagam University,
Coimbatore - 641 021 , India. Asian J Pharmaceut Res Health Care
Volume 6.
Awadalla, A.E. 2012. Efficacy of vitamin C against liver and kidney damage
induced by paraquat toxicity. Exp Toxicol Pathol. 64(5):431-4.
Benhar, M., D.Engelberg, and A.Levitzki. 2002. ROS stress-activated kinases and
stress signaling in cancer. Embo Reports. 3(5): 420-425.
Chen,S.W.,Y.X.Chen,J.Shi,Y.Lin.,W.F.Xie.2006.The restorative effect of taurine
on experimental nonalcoholic steatohepatitis.Dig.Dis.Sci.51:2225-2234.
Chandrasoma, P. dan C.R.Taylor. 2005.Ringkasaan Patologi Anatomi. Jakarta EG
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
Columbia University Press. New York 1262 Hlm.
Dewi, M.K., U.A. Lantikadan S. Ahmad. 2014. Efek Ekstrak Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Distribusi Lemak Tubuh pada Tikus Jantan
Galur Wistar Model Obesitas. Prosiding Sains, Teknologi, dan Kesehatan
4(1) : 81 – 88.
Djauhariya., E, dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Seri Agrisehat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.Hal:649,748.
Dornelas MC and MLC.Vieira.1994. Tissue culture studies on species of
Passiflora. Plant Cell Tissue and Organ Culture, 36:211-217.
Du, J.You., Z.Xu., J.Park., S.Kim., and K.Chang.2010. Antiobesity and
popydemic Effect of Lotus Leaf of Water Extract with Taurine
Suplementation in Rats Fed A High Fat Diet. Biomedical Science. 17
(1):S42
Eilertsen, K., R. Larsen, H. K. Maehre, I. Jensen, and E. O. Elvevoll. 2012.
Anticholesterolemic and antiatherogenic effects of taurine supplementation
is model dependent. Lipoproteins – Role in Health and Diseases. 269-288.
Eroschenko VP. 2010.Sistem pencernaan: hepar, kandung empedu, dan pankreas.
Dalam: di Fiore. Atlas Histologi: Dengan Korelasi Fungsional.
ECG;p21520.
Fajariyah,S., E.T.Utami, and Y.Arisandi. 2010.Efek Pemberian Esterogen
Sintetis(diethylstilbestrol) Terhadap Struktur Hepar dan Kadar SGOT dan
SGPT(Mus musculus) Betina Strain Balb’C. Ilmu Dasar.11(1):1-12.
65
Franco, R.,R.S.Olea, E.M.R.Reyes, and M.I. Panayiotidis.2009.Environmental
toxicity, oxidative stress and apoptosis: menage a trois. Mutation Research.
674: 3-22.
Georgieva, N.V.2005.Oxidative Stress as aFactor of Disrupted Ecological
Oxidative Balance in Biological Systems a- review. Bulg.J.Vet.Med. 8(1) :
1 - 11
Ginting, Rapael. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keracunan
Pestisida pada Petani Penyemprot Jeruk di Desa Cinta Rakyat Kecamatan
Merdeka Kabupaten Karo. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Guyton, A.C., dan J.E.Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Harish, R.S., and K. Murugan. 2011. Oxidative Stress Indices In Natural
Population of Avvicennia alba Blumeas Biomarker of Environmental
Pollution. Environ. Res. 11 (8) : 1070-1073.
Huxtable, R.I. 1992. Physiologycal action of Taurin. Physiological
Reviews.72:101-106).
Indika G and N.Buckley. 2011. Medical management of paraquat ingestion.
British Journal of Clinical Pharmacology: University of New South Wales,
Sydney, Australia. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.noh.gov/. Diakses
tanggal 17 oktober 2016.
Ivanovic, S., S. Borozan, M. Jezdimirovic, N. Aleksic, M. Milanovic, and
Tomasevic-Canovic. 2007. The Application of Adsorbent Bentonite in
Oxidative Stress Induced by Paraquat. ActaVeterinaria, 57:329-340
Julianto. 2016. Pemerintah perketat pengawasan pestisida terbatas. Tabloid Sinar
Tani. Tersedia dari: http://m.tabloidsinartani.com.
Kothari,S.,A. Thompson,A. Agarwall , and S.Plessis. 2010. Free radical : Their
Benefical and Detrimental Effect on Sperm Function. Indian Journal of
Experimental Biology. 48:425-435.
Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. 2007. Robbins buku ajar patologi Edisi
ke–7. Jakarta: EGC. hlm. 664-5.
Lin, H.H., J.H.Chen, F.P.Chou, and C.J.Wang. 2011. Protocatechuic acid inhibits
cancer cell metastasis involving the downregulation of Ras/Akt/NF-κB
pathway and MMP-2 production by targeting RhoB activation. Br J
Pharmacol. 162(1): 237-54
66
Marlinda, H. 2015. Respon Eritrosit dan Leukosit Mencit (Mus musculus) yang
Diinduksi Benzo (α) piren terhadap Pemberian taurine dan Ekstrak Daun
Dewa (Gynura sgetum). (Tesis). Universitas Lampung.
Martijo. 1992. Kesehatan dan Kemampuan Adaptasi Hewan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Moon, J.M. and B.J.Chun. 2010. The efficacy of high doses of vitamin C in
patients with paraquat poisoning. Human and Experimental Toxicology.
30(8): 844-850.
Mohansundari C, D.Natarajan, K.Srinivasan, S.Umamaheshwari and
Ramchandran A. 2007.Antibacterial properties of Passiflora foetida L. – a
common exotic medicinal plant. African J. Biotech. 6 (23).
Muhammad MH, 2012. Adsorbsi- desoprsi Senyawa Paraquat Diklorida dengan
Silica Gel Dari Limbah Ampas Tebu. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri
Kalijaga.
Muljono, D.H. 2004. Keterlibatan Mitokondria Pada Penyakit Hati. Lembaga
Biologi Molekul Eijkman. Jakarta.
Murray, R.W. 1996. Biokimia Kedokteran Harper, Edisi 24. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Ning, M., M.Sasoh, S.Kawanishi, H. Sugiura, and F.Piao. 2010. Protection Effect
of Taurine on Nitrosative stress in The Mice Brain with Chronic Exposure
to Arsenic. Journal of Biomedical Science. 17 (Suppl 1) : S7.
Noviyanti Y, P.P.Subur, dan T.Daniel. 2014. Uji Fitokimia, Toksisitas Dan
Aktivitas Antibakteri Terhadap Ekstrak Etanol Daun Rambusa (Passiflora
Foetida L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli.
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 1.ISSN 1693-5616 Kimia
FMIPA Unmul Kimia FMIPA Unmul 31.
Oliviera, R.J.D., J.A.Duarte, A.S.Navarro, F.Remiao, M.L.Bastos, and
F.Carvalho. 2008. Paraquat poisonings: mechanisms of lung toxicity,
clinical features and treatment. Clinical Reviews in Toxicology. 38: 13-71.
Ortiz, M.S., K.M.Forti, E.B.S.Martinez, L.G.M.Munoz, K.Husain, and
W.H.Muniz. 2016. Effects of antioksidant N-acetylcysteine against paraquat
induced oxidative stress in vital tissues of mice. Int J Sci Basic Appl Res.
26(1): 26-46.
67
Ozden, S., B. Catalgol, S.G. Oktayoglu, A.Karatug, S. Bolkent, B.Alpertunaga.
2012. Acute Effect of Methiocarb on Oxidative Damage and The Protective
Effectof Vitamin E and Taurine in the Liver and Kidney of Wistar Rats.
Toxicology and Industrial Health 29 (1) : 60-71
Patil A. S., H.M. Paikrao,and S.R.Patil. 2015. A Scientific Update on Passiflora
foetida review. European Journal of Medicinal Plants 5(2): 145-155, 2015,
Article no.EJMP.014
Pongpan N, O.Luanratana and L.R.Suntorusuk.2007.Reversed phase high
performance liquid chromatography for vitexin analysis and fingerprint of
Passiflora foetida. Current Science, 93(10):378-382.
Pramono dan Malole.1998. Pengantar Hewa-Hewan Percobaan di Laboratorium.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.
Puerta, F.J.Arrieta, J.A.Balsa, J.I.Botella-Carretero, Zamarron and
C.Vazquez,2010.Taurine and glikose metabolism : a review 25 (6) 910-919.
Rasool SN, S.Jaheerunisa, K.N.Jayveera and C.Suresh.2011. In vitro callus
induction and in vivo antioxidant activity of Passiflora foetida L. leaves.
International Journal of Applied research in natural Products, 4(1):1-10
Ripps, H., W. Shen. 2012. Taurin: A Very Essential Amino Acid. Molecular
Vision; 18:2673-2686.
Robbins, S.L., R.S.Cotran, and M.D.Kumar. 2007. Basic pathology, 8th edition.
Saunders. Jakarta.
Robbins S.L., R.S.Cotran, and V.Kumar .2007. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC. hlm. 664−84.
Schuller-Levis, G. B., E. Park. 2004. Taurine and its chloroamine: modulators of
immunity. Neurochemical Research. 29 (1): 117-126
Sellers. R. S., Morton, D., Michael, B.,Roome, N., Jhonson, J.K., Yano,
B.R.,Perry, R., and Schaffer, K. 2007. Society of Toxicologic Pathology
Position Paper : Organ Weight Recommendation for Toxicology Studies.
Toxicologc Pathology Vol.35:751-755
Siriwardhene, M.A., M.A.Abeysekera, U.G.Chandrika, and A.K.E.Goonetilleke.
2013. Antihyperglicemic effect and phytochemical screening of aqueous
extract of passiflora foetida (Linn.) on normal wistar rat model. Academic
journals volume 7(45),2892-289.
Smayda, R. 2002. Contemporary review of therapeutic benefits of the amono acid
taurine. The Journal of Biological Chemistry 257(6) : 2802-2805.
68
Sriyani, N., A.K. Salam. 2008. Penggunaan metode bioassay untuk mendeteksi
pergerakan herbisida pascatumbuh paraquat dan 2,4-D dalam tanah. J.
Tanah Trop. 13(3): 199-208
Sathish R, Alok Sahu, and K.Natarajan.2011.Antiulcer and antioxidant activity of
ethanolic extract of Passiflora foetida L. Indian J Pharmacol. 43(3): 336–
339
Tabassum, H., S.Parvez, H.Rehman, B. Banerjee, D. Siemen, and S.Raisudin.
2007. Nephrotoxicity and Its Prevention by Taurine in Tamoxifen Induced
Oxidative Stress in Mice. Human & Experimental Toxicology. 26 : 509 –
518.
Valko, M., D.Leibfritz, M. Jan, T.D.C. Mark, M.Mazur, and J.Telser. 2007. Free
radical and antioxidants in normal physiologycal functions and human
disease. The International Journal of Biochemistry and Cell Biology. 39:
44-48.
Wikana, J. 2011. Pemberian kompleks buah berry menurunkan stress oksidatif
dan meningkatkan pertahanan oksidatif pada perokok aktif. Tesis.
Universitas Udayana. Denpasar.
Wilks MF, R.Fernando, P.L.Ariyananda,M.Eddleston, D.J.Berry, and
J.A.Tomenson. 2008. Improvement in Survival after Paraquat Ingestion
Following Introduction of a New Formulation in Sri Lanka. PLoS Med
5(2): e49. doi:10.1371/journal.pmed.0050049).
Widayana, 2014. The Exposure Effects Of Paraquat Dichloride Herbicide On
Human Pulmonary Fibrosis. Faculty of Medicine, Lampung University.
J. Majority.Volume 3 Nomor 7
Winarsi, Herry.2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta.
Kanisius.
Yoshikawa, T., Y.Naito. 2002. What is oxidative stress. JMAJ. 45(7): 271-276.
Yuldasheva, L.N., E.B.Carvalho, M.T.J.A. Catanho, and O.U.Krasinikou. 2004.
Cholesterol dependent hemolytic activity of passiflora quadrangularis
leaves: Brazilian Journal of medical and Biological Research 38: 1061-
1070
Yuwono. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit
Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.