efektivitasekstrakdaunseledri(apumgraveilens linn ... · jurnalpermataindonesia halaman1-5...

34
JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 1-5 Volume 10, Nomor 1, Mei 2019 ISSN 2086-9185 1 Efektivitas Ekstrak Daun Seledri (Apum graveilens Linn.) terhadap Diuretic Action pada Mencit (Mus musculus) sebagai Obat Hipertensi The Effectiveness of Celery Leaf Extract (Apum graveilens Linn.) Against Diuretic Action in Mice as a Hypertension Drug Joko Santoso a Politeknik Kesehatan Permata Indonesia, Yogyakarta, Indonesia a Abstrak Hipertensi merupakan penyakit kenaikan tekanan darah lebih dari 140 mmHg. Prevalansi penyakit hipertensi di Indonesia mencapai 26%. Tanaman seledri merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai menurunkan hipertensi. Kandungan dari Seledri adalah Flavonoid dan glikosida apiin. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya tingkat dosis yang efektif dari ekstrak daun seledri sebagai obat hipertensi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental post test only control group design. Hasil penelitian ini adalah Kelompok I (Frekuensi 22 dan volume urin 6,82ml ), Kelompok II (Frekuensi 23 dan volume urin 7,96ml), Kelompok III (Frekuensi 32 dan volume urin 9,08 ), Kelompok IV (Frekuens 31 dan volume urin 8,78ml ), Kelompok V (frekuensi 9 dan volume urin 2,44ml ). Kesimpulan penelitian ini adalah Kelompok I (dosis Ekstrak daun seledri 280mg) memiliki frekuensi 23 x, volume urin 6,82 dan mempunyai daya diuretic action sebesar 27,8% memiliki dosis yeng efektif dibanding dengan kelompok kontrol. Kata kunci : Ekstrak daun seledri; diuretik; volume urin; frekuensi buang urin; Hipertensi. Abstract Hypertension is a disease of increasing blood pressure of more than 140 mmHg. The prevalence of hypertension in Indonesia reaches 26%. Celery plants are plants that can be used as a decrease in hypertension. The contents of celery are flavonoids and apiin glycosides. Objective: To know the effective dose level of celery leaf extract as a hypertension medicine. Method: Post-test only control group design experimental study. Results: Group I (Frequency 22 and urine volume 6.82ml), Group II (Frequency 23 and urine volume 7.96ml), Group III (Frequency 32 and urine volume 9.08), Group IV (Frequency 31 and urine volume 8 , 78ml), Group V (frequency 9 and urine volume 2.44ml). Conclusion: Group I (280mg celery leaf extract dose) had a frequency of 23 x, a urine volume of 6.82 and a diuretic action of 27.8% had an effective dose compared to the control group. Keywords: Celery leaf extract; diuretic; urine volume; urinary frequency; hypertension

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 1-5Volume 10, Nomor 1, Mei 2019ISSN 2086-9185

    1

    Efektivitas Ekstrak Daun Seledri (Apum graveilens Linn.) terhadap Diuretic

    Action pada Mencit (Mus musculus) sebagai Obat Hipertensi

    The Effectiveness of Celery Leaf Extract (Apum graveilens Linn.) Against

    Diuretic Action in Mice as a Hypertension DrugJoko Santosoa

    Politeknik Kesehatan Permata Indonesia, Yogyakarta, Indonesiaa

    AbstrakHipertensi merupakan penyakit kenaikan tekanan darah lebih dari 140 mmHg. Prevalansi penyakit

    hipertensi di Indonesia mencapai 26%. Tanaman seledri merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagaimenurunkan hipertensi. Kandungan dari Seledri adalah Flavonoid dan glikosida apiin. Tujuan penelitian ini adalahdiketahuinya tingkat dosis yang efektif dari ekstrak daun seledri sebagai obat hipertensi. Metode penelitian yangdigunakan adalah eksperimental post test only control group design. Hasil penelitian ini adalah Kelompok I(Frekuensi 22 dan volume urin 6,82ml ), Kelompok II (Frekuensi 23 dan volume urin 7,96ml), Kelompok III(Frekuensi 32 dan volume urin 9,08 ), Kelompok IV (Frekuens 31 dan volume urin 8,78ml ), Kelompok V(frekuensi 9 dan volume urin 2,44ml ). Kesimpulan penelitian ini adalah Kelompok I (dosis Ekstrak daun seledri280mg) memiliki frekuensi 23 x, volume urin 6,82 dan mempunyai daya diuretic action sebesar 27,8% memilikidosis yeng efektif dibanding dengan kelompok kontrol.

    Kata kunci : Ekstrak daun seledri; diuretik; volume urin; frekuensi buang urin; Hipertensi.

    AbstractHypertension is a disease of increasing blood pressure of more than 140 mmHg. The prevalence of hypertension inIndonesia reaches 26%. Celery plants are plants that can be used as a decrease in hypertension. The contents ofcelery are flavonoids and apiin glycosides. Objective: To know the effective dose level of celery leaf extract as ahypertension medicine. Method: Post-test only control group design experimental study. Results: Group I(Frequency 22 and urine volume 6.82ml), Group II (Frequency 23 and urine volume 7.96ml), Group III (Frequency32 and urine volume 9.08), Group IV (Frequency 31 and urine volume 8 , 78ml), Group V (frequency 9 and urinevolume 2.44ml). Conclusion: Group I (280mg celery leaf extract dose) had a frequency of 23 x, a urine volume of6.82 and a diuretic action of 27.8% had an effective dose compared to the control group.

    Keywords: Celery leaf extract; diuretic; urine volume; urinary frequency; hypertension

  • Joko Santoso | Aktivitas Ekstrak Daun Seledri ….

    2

    PENDAHULUAN

    Hipertensi merupakan kondisipeningkatan tekanan darah sistolik lebih dari140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebihdari 90 mmHg pada dua kali pengukurandengan selang waktu lima menit dalamkeadaan cukup tenang. Di Indonesiahipertensi merupakan salah satu kondisi yangsering ditemukan di pusat pelayanankesehatan primer. Sesuai data Riskesdas 2013angka prevalensinya cukup tinggi mencapai25,8% (KemenKes RI, 2014).

    Dari berbagai macam tanaman yang adadi Indonesia, seledri merupakan salah satutanaman yang mudah ditemukan. Dimanatanaman ini sering digunakan sebagai bahancampuran masakan – masakan khas Indonesia.Seledri (Apium graveolens Linn.) dapatmemelihara kelenturan pembuluh darah sertatekanan darah yang normal. Kandungan apiinbekerja sebagai antihipertensi, diuretik sertaantirematik. Selain itu seledri juga berkhasiatuntuk kolesterol dan menguatkan lambung( Latief, 2012 ).

    Penurunan tekanan darah disebabkanoleh terjadinya proses diuresis. Diuresismenyebabkan penurunan volume plasma danstroke volume yang akan menurunkan curahjantung dan berakibat turunnya tekanan darah.Diuretik menurunkan tekanan darah denganmenguras kadar natrium dalam tubuh.Natrium dipercaya berperan dalam resistensivaskuler dengan meningkatkan kekakuanpembuluh dan reaktivitas saraf, mungkinberkaitan dengan perubahan pertukarannatrium dan kalsium yang menyebabkanpeningkatan kalsium intrasel. Efek-efek inidilawan oleh diuretik atau pembatasannatrium (Katzung et al, 2014).

    Diuretik memiliki cara kerja menguraskadar natrium dalam tubuh. Diuretik iniefektif untuk menurunkan tekanan darahsebesar 10-15 mmHg pada sebagian besarpasien, dan ini sudah cukup kuat untukhipertensi ringan (140-159 / 90-99) sampaisedang (160-179 / 100-109). Untuk penderitayang lebih berat, diuretik digunakan dalamkombinasi dengan obat simpatolepgik atauobat vasodilator untuk mengatasikecenderungan kearah retensi natrium yangditimbulkan obat-obat ini (Katzung, 2014 ).

    METODELOGI PENELITIAN

    Metode eksperimen dengan post testonly control group design. Penelitian inimenggunakan 25 ekor mencit terbagi menjadi5 kelompok percobaan, setiap kelompokterdiri dari 5 ekor mencit jantan.Alat

    Spuit oral (sonde mencit), Beakerglass,Panci infusa, stopwatch, cawan porselin,pemanas (kompor listrik), timbangananalitik, Hand tally counter, handskun.

    BahanDaun seledri, Furosemid tablet, aquadest,mencit jantan usia 3-4 bulan bobot 20-30g dengan galur BALB/C.

    Metode Pembuatan EkstrakPenelitian ini menggunakan daun seledrisegar sebanyak 1 kg. Kemudiandikeringkan didalam lemari pengering.Dihasilkan simplisia kering 127 g laludilakukan ekstraksi dengan menggunakanmetode infudasi.

    Prosedur kerjaSebelum perlakuan, mencit terlebih

    dahulu dipuasakan selama kurang lebih 18jam tanpa diberi makan agar tidakmempengaruhi efek dari ekstrak daun seledriyang diberikan, tetapi tetap diberikan minumdengan tujuan agar kondisi elektrolit hewanuji tetap stabil. Setelah dipuasakan kuranglebih 18 jam mencit diberi perlakuan.Perlakuan dilakukan selama 2 jam tanpadiberikan makan maupun minum.

    Selanjutnya dilakukan perhitunganfrekuensi pengeluaran urin dan volume urinyang dihasilkan selama 2 jam setiap 15 menit.Pada kelompok perlakuan 1 – 5 diberikanaquadest terlebih dahulu 1 ml lalu timbangbahan yang akan digunakan sesuai dengankelompok dan berat badan mencit yang akandiberi perlakuan. Perlakuan pada masing –masing kelompok diberikan setelah berselang5 menit.

    HASIL

    Hasil penelitian ini didapatkan jumlahfrekuensi buang urin (BAK) pada mencit padakelompok I (ekstrak daun seledri dosis 280mg)sebanyak 22 kali selama 120 menit danmemiliki diuretic action sebesar 40,93%.Hasil pada kelompok II (ekstrak daun seledridosis 420mg) sebanyak 23 kali serta memilki

  • Joko Santoso | Aktivitas Ekstrak Daun Seledri ….

    3

    diuretic action sebesar 39,11%, Kelompok III(ekstrak daun seledri dosis 560mg) memilikifrekuensi buang urin sebanyak 32 kali sertadiuretic action 28,04%, Hasil dari kelompokIV (Kontrol positif /furosemid) frekuensibuang urin mencit sebanyak 31 kali sertadiuretic action 29,04%. Hasil kelompok V( Kontrol negatif/aquades) memiliki frekuensibuang urin mencit sebanyak 9 kali. Datafrekuensi buang urin mencit dapat dilihat ditabel 1.

    Tabel 1. Data Frekuensi Buang Urin Mencit

    KelompokFrekuensi

    MeanDiuretic

    30 90 120 action (%)

    I 1 10 11 7,33 40,93

    II 1 13 9 7,67 39,11

    III 5 19 8 10,7 28,04

    IV 7 17 7 10,33 29,04

    V 1 2 6 3 0

    Berdasarkan data volume urin mencitpada tabel 2 menunjukkan bahwa hasilpenelitian ini didapatkan jumlah volume urinpada mencit pada kelompok I (ekstrak daunseledri dosis 280mg) sebanyak 6,84 mlselama 120 menit dan memiliki Diureticaction sebesar 34,65%. Hasil pada kelompokII (ekstrak daun seledri dosis 420mg)sebanyak 7,94ml serta memilki Diureticaction sebesar 29,81%, Kelompok III (ekstrakdaun seledri dosis 560mg) memiliki volumeurin sebanyak 8,68 ml serta diuretic action27,33%, Hasil dari kelompok IV (Kontrolpositif /furosemid) volume urin mencitsebanyak 8,68ml serta diuretic action 27,33%.Hasil kelompok V (Kontrol negatif/aquades)memiliki volume urin mencit sebanyak 2,38ml.

    Tabel 2. Data Volume Urin Mencit

    Kelompok Volume urine Mean Diureticaction (%)30 90 120

    I 0,2 3,5 3,14 2,28 34,65

    II 0,6 4,3 3,04 2,65 29,81

    III 1,1 5,1 2,48 2,89 27,33

    IV 1,8 5,1 1,78 2,89 27,33

    V 0,1 0,5 1,78 0,79 0

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini menggunakan tanamanseledri segar, bagian yang digunakan adalahbagian daunnya saja karena didalam daunseledri mengandung senyawa flavonoid,saponin, tanin 1%, minyak atsiri 0.033%,flavo-glikosida ( apiin ), apigenin, kolin,lipase, asparagine, zat pahit, vitamin ( A, B,dan C ), protein 0.9 gr, lemak 0.1 gr,karbohidrat 4 gr, serat 0.9 gr, kalsium 50 mg,besi 1 mg, fosfor 40 mg, iodium 150 mg,kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0.05 mg,tiamin 0.03 mg dan nikotinamid 0.4 mg( Dalimartha, 2008 ).

    Apiin adalah termasuk senyawaglikosida flavanoid yang ditunjukkan adanyadua gugus gula yang diikat pada rantai karbon7, gula yang diikat adalah glukosa danpiranosa. Apiin merupakan senyawa identitasdari seledri ( Apium graveolens Linn. ).Senyawa apiin akan terhidrolisis dalam tubuhmenjadi gula dan aglikon apigenin denganbantuan asam lambung ( Kuncari et al, 2014 ).Apigenin merupakan komponen utamaflavonoid pada tumbuhan seledri yangtermasuk golongan flavon ( Sapri et al, 2017 ).

    Apigenin yang terkandung memilikisifat vasodilator atau memperlebar pembuluhdarah, mekanisme kerjanya denganmenghambat kontraksi yang disebabkan olehpelepasan kalsium. Mekanismenya miripdengan antagonis kalsium, dimanamenurunkan darah dengan jalan memblokadekalsium ke dalam darah. Jika kalsiummemasuki sel otot maka akan berkontraksi.Dengan menghambat kontraksi otot yangmelingkar pada pembuluh darah, makapembuluh darah akan melebar sehingga darahyang mengalir akan lancar dan tekanan darahmenurun. Potasium (kalium) yang terkandungdalam seledri akan bermanfaat meningkatkancairan intraseluler dengan menarik cairanekstraseluler, sehingga terjadi perubahankeseimbangan pompa natrium–kalium yangakan menyebabkan penurunan tekanan darah.Salah satu strategi dalam penangananhipertensi adalah mengubah keseimbanganNa+. Perubahan keseimbangan Na+dilakukan dengan pemberian diuretik secaraoral ( Saputra dan Fitria, 2016 ).

    Magnesium dan zat besi yangterkandung dalam seledri bermanfaat

  • Joko Santoso | Aktivitas Ekstrak Daun Seledri ….

    4

    memberi gizi pada sel darah,membersihkan dan membuang simpananlemak yang berlebih, dan membuang sisametabolisme yang menumpuk, sehinggamencegah terjadinya aterosklerosis yangdapat menyebabkan kekakuan padapembuluh darah yang akan mempengaruhiresistensi vaskuler. Salah satu senyawaflavonoid yang turut berperan sebagaikandungan aktif antihipertensi adalahapigenin, suatu flavon dengan gugushidroksi bebas pada atom karbon nomor 5,7dan 4,8 ( Saputra dan Fitria, 2016 ).

    Penyarian ( Ekstraksi ) adalah Sediaankental yang diperoleh dengan mengekstraksisenyawa aktif dari simplisia nabati dansimplisia hewani menggunakan pelarut yangsesuai, kemudian semua atau hampir semuapelarut diuapkan dan massa atau serbuk yangtersisa diperlakukan sedemikian hinggamemenuhi baku yang telah ditetapkan.Terpenuhinya standar mutu produk tidakterlepas dari pengendalian proses, artinyabahwa proses terstandar dapat menjaminproduk terstandar ( DepKes RI, 2000 ).

    Dalam penelitian ini menggunakanmetode ekstraksi infudasi dimana infundasiadalah proses ekstraksi dengan pelarut airpada temperatur penangas air ( 960 – 980 C )selama 15-20 menit ( DepKes RI, 2000 ).Proses ini biasanya digunakan untuk menyarikandungan zat aktif yang larut air.Keuntungan metode infudasi ini adalahmenggunakan peralatan yang lebih sederhanadan biaya operasional lebih rendah.

    Penelitian ini menggunakan pendekatanrandomized post test only control groupdesign. Dalam penelitian ini terdapat 2kelompok kontrol dan 3 kelompokeksperimen yang masing-masing akan diberiperlakuan lalu diamati.

    Dalam penelitian ini hewan uji yangdigunakan menggunakan mencit putih jantangalur BALB/C sebanyak 25 ekor yang dibagimenjadi 5 kelompok, Kelompok I diberikanekstrak seledri 280 mg, kelompok IIdiberikan ekstrak seledri 420 mg, kelompokIII diberikan ekstrak seledri 560 mg,kelompok IV diberikan furosemide dankelompok V diberikan aquadest. Mencit yangdigunakan memiliki bobot 20 – 30 gramdengan umur 3 – 4 bulan. Hal ini bertujuanuntuk memperoleh respon yang relatif samaterhadap rangsangan penelitian. Sebelum

    perlakuan mencit diadaptasikan dulu selama 1minggu, hal ini digunakan untukmengadaptasikan mencit terhadap lingkunganbaru dan menghindarkan stress pada mencit.

    Hasil penelitian ini didapatkan jumlahfrekuensi buang urin (BAK) pada mencit padakelompok I (ekstrak daun seledri dosis 280mg)sebanyak 22 kali selama 120 menit danmemiliki diuretic action sebesar 40,93%, halini menunjukkan bahwa kelompok I memilikiaktivitas sebagai obat diabetes tetapi dan efekdiuretic yang minimal karena memilikidiuretik action paling tinggi. Diuretic actionmerupakan salah satu perhitungan lain selainperhitungan persen daya (potensi) diuretikdalam metode uji diuretik. Perhitungan inidinilai efektif untuk menentukan nilai kondisiuntuk diuretik. Diuretic action diperoleh dariperbandingan jumlah urin kelompok uji yangdiekskresikan dengan jumlah urin kelompokkontrol (Bhavin 2011). Sedangkaan untukKelompok IV (dosis ekstrak daun seledri560mg) mempunyai aktifitas sebagai obathipertensi tetapi memiliki frekuensi urin yangbanyak. Efek diuretic yang tinggi yang setaradengan kelompok IV (furosemide) yaitusebagai kontrol positif yaitu denganpembanding obat kimia.

    Hasil penelitian ini didapatkan jumlahvolume urin pada mencit pada kelompok I(ekstrak daun seledri dosis 280mg) sebanyak6,84 ml selama 120 menit dan memilikidiuretic action sebesar 34,65%. hal inimenunjukkan bahwa kelompok I memilikiaktivitas sebagai obat diabetes tetapi dan efekdiuretic yang minimal karena memilikidiuretik action paling tinggi. Sedangkaanuntuk Kelompok IV (dosis ekstrak daunseledri 560mg) mempunyai aktifitas sebagaiobat hipertensi tetapi memiliki volume urineyang banyak dibandingkan dengan kelompoklain.

    Sedangkan kelompok perlakuan IVmerupakan kelompok kontrol positif.Kelompok ini menggunakan obat furosemide.Furosemide sendiri merupakan golongandiuretik yang bekerja pada lengkungan henle.Turunan ini dapat memblok pengangkutanNaCl pada lengkungan henle sehinggamenurunkan reabsorbsi NaCl danmeningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25 %( Siswandono dan Soekardjo, 2000 )

    Kelompok perlakuan I, II, dan IIImampu menghasilkan volume urin dan

  • Joko Santoso | Aktivitas Ekstrak Daun Seledri ….

    5

    frekuensi buang urin yang lebih banyakdibanding kelompok perlakuan V ataukelompok kontrol negatif. Ini dikarenakanaquadest tidak memiliki kandungan zat yangmampu mempengaruhi pengeluaran urin.

    Dari pengujian diatas menunjukanbahwa ekstrak daun seledri mempunyaipengaruh terhadap volume urin yangdikeluarkan dan frekuensi buang urin yangdihasilkan oleh mencit dan memiliki efekvolume urin dan frekuensi buang urin yangdihasilkan tidak jauh berbeda denganfurosemide.

    KESIMPULAN1. Dosis daun seledri 280 mg (kelompok I)

    dapat mengobati hipertensi tetapimemiliki frekuensi buang urin lebihminimal yaitu 22 kali dan memilikidiuretic action sebesar 40,93%.

    2. Dosis daun seledri 280 mg (kelompok I)dapat mengobati hipertensi tetapimemiliki volume urin lebih minimal yaitu6,84 ml dan memiliki diuretic actionsebesar 34,65%.

    UCAPAN TERIMAKASIHTerimakasih banyak kampus tercintaPoliteknik kesehatan Permata Indonesia danteam Prodi Farmasi.

    REFERENSIBhavin,Vyas.,RuchI, Vyas., and DD, Santani.,

    2011. Diuretic Potential ofWholePlant Extracts ofPergulariadaemia(Forsk.). IranianJournal of Pharmaceutical Research.Vol 10, No 4: 795-798.

    Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas TumbuhanObat Jilid 5. Jakarta: PT PustakaBunda.

    DepKes RI. 2000. Parameter Standar UmumEkstrak Tumbuhan Obat, DirektoratJenderal Pengawas Obat danMakanan, Jakarta.

    Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J.,2014, Farmakologi Dasar &Klinik,Vol.2, PenerbitBuku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Kemenkes RI. 2014. Profil KesehatanIndonesia Tahun 2014.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

    Kuncari, Emma Sri, Iskandarsyah, danPraptiwi. 2014. Evaluasi,Uji Stabilitas Fisik dan SineresisSediaan Gel yang MengandungMinidoksil, Apigenin, dan PerasanHerba Seledri (Apium graveolensL.).Bul.Penelit.Kesehat,Vol. 42, No. 4,Desember 2014: 213 222

    Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Jakarta:EGC.

    Sapri, Eka Siswanto S, Ariska Yulianti. 2017.Uji Aktivitas Antiinflamasi FraksiAir Ekstrak Daun Seledri (Apiumgraveolens L.) Pada Mencit Jantan.Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), 60-67.

    Saputra.O., Fitria. T., 2016. Khasiat DaunSeledri TerhadapTekanan Darah Tinggi pada pasienHiperkolestrolemia. Skripsi.Universitas lampung

    Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, KimiaMedisinal, Edisi 2, 228- 232, 234,239, Airlangga University Press,Surabaya

  • JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 7-14Volume 10, Nomor 1, Mei 2019ISSN 2086-9185

    6

    PERAN KADER PKK pada PROGRAM 5NG (Jateng Gayeng NgincengWong Meteng)

    ROLE OF PKK Cadres IN THE 5NG PROGRAM (Jateng Gayeng NgincengWong Meteng)Dwi Ratnaningsiha

    aPOLTEKKES Permata Indonesia, Yogyakarta

    AbstrakPeningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan salah satu Millenium Development Goals

    (MDGs), berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir. Masih tingginya angka kematian ibu dan anak diJawa Tengah merupakan masalah serius, sehingga membutuhkan kerja sama dari semua pihak terutamapengawasan pencanangan Program 5Ng (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) yang sudah di galakkan.Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena peran kader PKK yang dialami oleh subjek penelitian.Metode kualitatif mendeskripsikan peran kader PKK dasawisma di puskesmas kabupaten Magelang padaprogram 5NG. Teknik sampling non random, pendekatan purposive sample, dengan jenis sampling maximumvariation sampling. Instrumen menggunakan pedoman Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dan pedomanwawancara mendalam yang berisi peryataan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan penjabaran cara kaderPKK dalam mengkoordinir wanita usia subur untuk memantau ibu hamil dari trimester 1 melalui tahapsosialisasi per dusun berdasar kantong-kantong persalinan, memberi tahu ibu hamil untuk segeramemeriksakan kehamilannya, memotivasi ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan, dan periksa teratursampai masa nifas. Kesimpulannya adalah peran Kader dan Tim PKK sangat mendukung dalam program 5NG dari masa kehamilan sampai masa nifas. dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu (AKI) danangka kematian bayi (AKB).Kata Kunci : peran kader PKK; dasawisma; program 5NG

    AbstractImproving maternal health in Indonesia, which is the fifth Millennium Development Goals (MDGs),

    has been slow in recent years. The poor quality of antenatal health services, childbirth and post-natal care arethe main obstacles to reducing maternal and child mortality. The high mortality rate in Central Java is a seriousproblem that requires cooperation from all parties. The 5g program (Gayeng Nginceng Wong Meteng Jateng) inCentral Java. This research uses descriptive phenomenology type, which intends to understand the phenomenonof what role experienced by the subject of research with qualitative methods to describe the role of dasawismaPKK cadres on the 5NG program. Taking research subjects using a purposive sample method with the type ofsampling is maximum variation sampling. The instruments used were guidelines for Focus Group Discussions(FGDs) and in-depth interview guidelines containing open statements. The results showed that based on researchconducted in the Ngargoretno Village Area for Cadres, it can be seen that the cadre's way of coordinatingreproductive age women monitored pregnant women from the first trimester through the stages of familiarizationthrough the bag of labor and told to immediately check the pregnancy. Conclusions Roles of Cadres and PKKTeams are very supportive in this 5 NG program with the aim of reducing AKI and AKB.Key word: role of PKK cadres; dasawisma; 5 NG program

    PENDAHULUANMillennium Development Goals

    (MDGs) atau dalam bahasa Indonesiaditerjemahkan menjadi “TujuanPembangunan Millenium” adalah sebuahparadigma pembangunan global yang salahsatu tujuannya adalah meningkatkankesehatan ibu. Peningkatan kesehatan ibudi Indonesia berjalan lambat dalambeberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibudiperkirakan sekitar 228 per 100.000kelahiran hidup. Data ini menunjukkan tetap

    tinggi di atas 200 selama dekade terakhir,meskipun telah dilakukan upaya-upayauntuk meningkatkan pelayanan kesehatanibu. Namun hal ini bertentangan dengannegara-negara miskin di sekitar Indonesiayang menunjukan peningkatan lebih besarpada MDGs ke lima. Buruknya kualitaspelayanan kesehatan antenatal, persalinandan pasca persalinan merupakan hambatanutama untuk menurunkan kematian ibu dananak. Cakupan tentang indikator yangberkaitan dengan kualitas pelayanan

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    7

    (misalnya : pelayanan antenatal yangberkualitas) secara konsisten lebih rendahdaripada cakupan kuantitas atau akses(misalnya kunjungan antenatal). Studimenunjukkan bahwa buruknya kualitaspelayanan merupakan faktor penyebab 60 %dari 130 kematian ibu yang dikaji (UNICEF,2012).

    Masih tingginya angka kematian diJawa Tengah merupakan masalah seriusyang membutuhkan kerja sama dari semuapihak. Tidak hanya akedemisi dan praktisisaja yang berperan menurunkan angkakematian ibu (AKI), namun peran kaderPKK di dasawisma perlu dipertimbangkan.Program 5Ng (Jateng Gayeng NgincengWongMeteng) Jawa Tengah diharapkankontribusi peran serta ibu-ibu PKK untukturut “nginceng wong meteng” agar ibu danbayi selamat sehat secara optimal. Prinsipdasawisma ikut melakukan pengawasan danpemberdayaan hingga ke masyarakat bawah.Dasawisma sebagai kelompok terkecil darikelompok PKK memiliki peran strategisuntuk mewujudkan keluarga sejahtera.Dasawisma diharapkan menjadi ujungtombak pelaksanaan 10 program pokok PKKdan program pemerintah sebagai mitra.Organisasi PKK ikut berperan dalampembangunan khususnya pemberdayaanmasyarakat. Melalui berbagai peningkatankegiatan ibu-ibu PKK mendorongpembangunan program pemerintah. Hasilobservasi awal yang dilakukan, penelitimenemukan bahwa kegiatan dalampembangunan masyarakat dan mendukungprogram pemerintah pada 5NG perlupendampingan sehingga hal-hal yangdiperkirakan menghambat seperti kesediaanwaktu dan tenaga untuk penjangkauan ibu

    hamil di masyarakat perlu dipertimbangkanpemecahannya. Ketersediaan waktu dantenaga yang terbatas maka hasilnya jugasulit untuk mencapai harapan. Maka dari itu,peneliti sangat tertarik melakukan penelitiantentang peran kader PKK dasawisma padaprogram 5NG. Oleh karena itu, padapenelitian ini dilakukan penelitian terkaitperan kader PKK dengan tujuan untukmengetahui peran kader PKK dasawismapada program 5NG.

    MATERIAL DANMETODE1. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenisdeskriptif fenomenologi. Fenomena yangditeliti adalah mendeskripsikan perankader PKK dasawisma pada program5NG.2. Subjek Penelitian

    Informan dalam penelitian iniadalah ibu Kader PKK dasawisma yangterdiri dari 10 dusun di KelurahanNgargoretno, Kecamatan Salaman,Kabupaten Magelang. Ketua PKK DesaNgargoretno dan Bidan Desa Ngargoretno.

    3. Populasi dan SampelPengambilan subyek penelitian

    menggunakan metode purposive sampledengan jenis sampling adalah maximumvariation sampling yaitu memilih variasifenomena yang beragam dengan tujuanmemperoleh variasi yang maksimal,beragam, unik, serta mengidentifikasipola-pola yang sering. Kriteria inklusiuntuk penentuan sampel tersebut adalahkader PKK, bersedia menjadi responden,dan mampu menjawab pertanyaanpenelitian.

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    8

    4. Instrumen dan TeknikPengumpulan Data

    Pengumpulan data dengan observasipartisipasi, wawancara mendalam (indeptinterview), triangulasi dan dokumentasi.Alat bantu pengumpul data antara lain :pedoman wawancara, alat perekam, dandokumen penunjang seperti adanya bukuKIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dankantong kantong persalinan di Balai Desa.

    5. Keakuratan PenelitianValiditas data menggunakan

    trianggulasi data, dengan membandingkandan mengecek data dari hasil pengamatandengan hasil wawancara, membandingkanhasil wawancara dengan sumber tentangperawatan kesehatan dalam deteksi dini ibuhamil.

    6. Pengolahan dan Analisis DataPengolahan data dimulai dari tahap

    penyusunan transkrip wawancara kemudiandiedit, diorganisasi, dipilah, disintesis,dicari penerimaanya, diintepretasi, dandisajikan sehingga peneliti dapat memberimakna. Analisis data penelitianmenggunakan model interaktif.

    7. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Balai

    Desa Ngargoretno pada bulan Juni –September 2018.

    HASILPenelitian ini dilakukan dengan

    wawancara mendalam terhadap beberapakelompok responden yaitu penelitian iniada tiga jenis informan dapat dilihat diTabel 1.

    Tabel 1. Profil Informan

    1. Profil Informan Kunci I (Primer I)Ibu-ibu Kader rata-rata berusia 32 -

    65 tahun, dengan variatif pekerjaan IbuRumah Tangga yang tinggal di wilayahNgargoretno, dengan rata ratapendidikannya SMU. Setiap bulan ibu-ibukader tersebut mendapatkan informasidan edukasi secara langsung oleh bidanDesa sehingga pengetahuan kader tentangProgram 5 NG sudah memahami maksuddari program tersebut.

    Cara kader dalam mengkoordinirWanita Usia Subur di wilayah ini denganmensosialisasikan pentingnya kesehatansupaya memeriksakan diri pada petugaskesehatan. Kader akan memantau ibu hamil(diinceng) dari trimester 1 dan mencatatdalam kantong-kantong persalinan sertamemberi tahu untuk segera memeriksakankehamilannya sedangkan untuk ibu hamildengan resiko tinggi akan diberikan tandakhusus oleh kader PKK. Ibu Kader dapatberperan secara aktif dalam mengingatkan,mengarahkan serta memfasilitasi danmengkoordinasikan dengan keluarga untukmelakukan pemeriksaan secara rutin ibuhamil dengan resiko tinggi hal ini juga didukung oleh Desa dengan menyediakanambulan Desa sedangkan dari sisi fasilitaskesehatan Ibu dengan persalinan normalbersalin di fasilitas kesehatan dasar standar,

    Nama Jeniskelamin

    Rentanusia

    Jabatan Jml

    InformanA

    Wanita 32-65 Kader 60

    InformanB

    Wanita 46 Ketua PKK 1

    InformanC

    Wanita 42 BidanKoordinator

    1

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    9

    sedangkan ibu hamil dengan resiko tinggidirujuk ke Rumah Sakit dan dipantau“diinceng” oleh PKK/ Dasawisma danMasyarakat. Akan tetapi adalah kendaladalam proses 5 NG ini adalah saat prosesyaitu transportasi dikarenakan memanginfrastruktur wilayah dan medan yangpegunungan.

    2. Profil Informan Kunci (Primer 2)Ibu N usia 46 tahun, beliau sebagai

    Ketua PKK di Desa Ngargoretno. Ibu Ntinggal di wilayah tersebut dan membawahi6 Dusun yaitu yaitu Dusun Selorejo, DusunWonokerto, Dusun Wonosuko, DusunTegalombo, Dusun Karangsari dan DusunSumbersari. Jumlah penduduk DesaNgargoretno sekitar 3235 jiwa yang terdiridengan 928 kepala keluarga. Program 5 NGsendiri Ny N sudah sangat memahamikarena menurutnya program tersebut sesuaidengan Visi Gubernur Jawa Tengah dengantujuan untuk mengurangi angka kematianIbu dan bayi, sebelum ada program tersebutwilayahnya sering ada kematian Ibu danbayi dikarenakan minimnya informasitentang kesehatan. Dengan adanya programini ibu Ketua PKK dapat “menginceng” sertamengetahui dusun mana saja yang ada ibuhamilnya dan beliau sendiri menganjurkanserta mengunjungi supaya segeramemeriksakan diri ke tenaga kesehatan, bagiibu hamil dengan resiko tinggi pihak Desamendukung dengan menyediakan ambulanDesa sedangkan dari sisi fasilitas kesehatanIbu dengan persalinan normal bersalin difasilitas kesehatan dasar standar, sedangkanibu hamil dengan resiko tinggi dirujuk keRumah Sakit dan dipantau “diinceng” olehPKK/ Dasawisma dan Masyarakat. Proses

    rujukan melalui sistem SIJARI EMAS,untuk 12 Kabupaten/kota yang sudah dilatihdan difasilitasi EMAS, sedangkan kabupatenlainnya dapat menggunakan PSC (PublicService Center) atau SPGDT (SistemPenanggulangan Gawat Darurat Terpadu)untuk monitoring proses rujukan.

    3. Profil Informan Kunci 3 (Primer 3)Ny E usia 42 tahun, beliau sebagai

    bidan Desa sekaligus koordinator dalamprogram tersebut menyatakan bahwaProgram 5 NG ini dalam rangkamewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya sesuai Rencana Strategis ProvinsiJawa Tengah tahun 2013-2018, makaPembangunan Kesehatan dilakukan dengancara: 1) Meningkatkan pelayanan kesehatanyang bermutu dan berkeadilan, 2)Mewujudkan SDM yang berdaya saing, 3)Mewujudkan peran serta masyarakat danpemangku kepentingan dalam pembangunankesehatan. 4) Melaksanakan pelayananadministrasi internal dan pelayanan publikyang bermutu. Dalam hal penyelenggaranpelayanan informasi kesehatan kepadapublik atau masyarakat, teknologi informasimempunyai peran strategis yang cukup besar,mengingat Jawa Tengah yang secaraadministrasi wilayah tahun 2015 terdiri dari29 (dua puluh sembilan) Kabupaten, 6 (enam)Kota, 573 (lima ratus tujuh puluh tiga)kecamatan, 769 (tujuh ratus enam puluhSembilan) kelurahan dan 7.809 (tujuh ribudelapan ratus Sembilan) desa, denganjumlah penduduk 36.746.094 jiwa. Memiliki276 Rumah Sakit Umum Daerah dan swasta,875 puskesmas, dan fasyankes lainnya. VisiGubernur Jawa Tengah 2013-2018 adalah“Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    10

    Berdikari”, dengan slogan mboten korupsi,mboten ngapusi. Dengan Misi ke-6:Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publikuntuk memenuhi Kebutuhan DasarMasyarakat, mempunyai tujuanmeningkatkan derajat kesehatan masyarakatdengan Sasaran menurunkan AngkaKematian dan Angka Kesakitan. Strategidilaksanakan melalui promosi kesehatan,pemberdayaan masyarakat, pelayanankesehatan dasar, peningkatan cakupanpemeliharaan Jaminan Kesehatan. Melaluikebijakan meningkatkan pemenuhan SaranaPrasana Pelayanan Kesehatan Dasar danRujukan Serta Pemerataan TenagaKesehatan.

    Ibu hamil dengan faktor risiko tinggi(risti) diberikan tanda ke depan tanda bisaberupa gelang seperti gelang haji yang dapatmemuat informasi tentang data kesehatanibu hamil beserta faktor risikonya. BagiPKK, dasawisma dan masyarakat dapatberperan aktif memantau, mengingatkan,mengarahkan bahkan menfasilitasi untukmelakukan pemeriksaan secara rutin sertamenyiapkan dan menentukan tempat yangakan digunakan dalam melakukan prosespersalinan, menyiapkan keluarganya,menyiapkan transportasi, menyiapkanpembiayaannya, dst. ’Pelaksanaan Program“5NG” Jateng Gayeng Nginceng WongMeteng ini merupakan upaya terobosanmendukung Program Pembangunan RakyatSehat. Masyarakat semakin peduli ataskesehatan dan keselamatan ibu dan anak.Dengan mengerti, menyadari faktor resikotinggi dan faktor tidak langsung lainnya,dapat menjaga kesehatan dankeselamatannya, sehingga menjadi

    masyarakat yang sehat, ber-pengetahuan,mandiri dan berdikari.

    PEMBAHASAN1. Peran Kader

    Peran adalah suatu konsep perihalyang dapat dilakukan individu yangpenting bagi struktur sosial masyarakat,peran meliputi norma-norma yangdikembangkan dengan posisi atau tempatsesorang dalam masyarakat, peran dalamarti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan membimbing sesorang dalamkehidupan kemasyarakatan. (Meilani,2009)

    Kader adalah warga masyarakatsetempat yang dipilih atau ditinjau olehmasyarakat dan dapat bekerja secarasukarela. Proses pemilihan kader hendaknyamelalui musyawarah melalui masyarakat danpara pamong desa harus juga mendukung(Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan hasilwawancara pada Informan Kunci I dan IIbahwa peranan kader terhadap ibu hamilsangat nyata , ditunjukkan dalam pernyataanInforman Kunci 1 : ’sosialisasi pentingnyakesehatan di usia produktif, sebagai kadermemberikan pengarahan tentang resikokehamilan melalui informasi ingkang seringdi dapatkan dari bu bidan saat pertemuan diPKK’’ demikian juga pernyataan dariInforman II “jika mendengar informasi dariIbu Bidan dalam perkumpulan Ibu ibu kader,biasanipun disampaikan kagem masyarakatterutama Wanita Usia Subur supadosmemeriksakan diri ke bidan seperti sebelummenikah dan melakukan suntik TT’’

    Hal ini sejalan dengan teori yangmenyatakan bahwa Kader kesehatanmasyarakat baik laki-laki atau wanita yang

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    11

    dipilih oleh masyarakat dan dilatih untukmenangani masalah-masalah kesehatanperorangan maupun masyarakat serta untukbekerja dalam hubungan yang amat dekatdengan tempat-tempat pemberian pelayanankesehatan (Meilani dkk, 2009). Dalamlingkup Desa kader tersebut bergabung dalamkegiatan kelompok yang di sebut PKK.

    PKK merupakan singkatan dariPembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).PKK merupakan gerakan pembangunanmasyarakat yang tumbuh dari bawah denganwanita sebagai motor penggeraknya. Untukmembantu keluarga sebagai unit ataukelompok terkecil dalam masyarakat gunamenumbuhkan, menghimpun, mengarahkandan membina keluarga menuju keluargasejahtera. Gerakan PKK bertujuanmemberdayakan keluarga untukmeningkatkan kesejahteraan menujuterwujudnya keluarga yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehatsejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dankeadilan gender serta kesadaran hukum danlingkungan.(Soekanto, 1992)

    Dalam mendeteksi ibu hamil kaderberperan ’’nginceng’’ mulai dari pasanganusia subur dan memantau ibu hamil(diinceng) dari trimester 1 melalui tahapsosialisasi per dusun sekaligus mendeteksimelalui kantong kantong persalinan danmemberi tahu untuk segera memeriksakankehamilannya, hal ini juga di ungkapkanoleh Informan Kunci I “mengadakansosialisasi kagem pengantin baru ingkangsampun wonten tanda -tanda gejalakehamilan supados memeriksakan ke BidanDesa utawi ke Puskesmas terdekat, halserupa juga diungkapkan oleh Informan

    Kunci sebagai trianggulasi, menyatakanbahwa “Fase Ini dapat dideteksi, di data,dilaporkan secara sistem melalui teknologiinformasi. Ibu yang hamil dicatat oleh bidandesa, dengan bidan koordinator (Bikor) atauGasurkes (petugas surveilans kesehatan)sebagai koordinator wilayah, dikawal ataudiperiksa oleh tenaga kesehatan (minimal 1kali oleh dokter) dan dapat diketahui ataudikenali faktor-faktor resikonya. Ibu hamildapat ”diinceng”, diketahui NIK berapa,berdomisili dimana, desa/ kelurahan,kecamatan, kabupaten/ kota, dengan 15faktor risiko kehamilannya (faktor risikoberdasarkan Permenkes tentang KesehatanIbu dan Anak, antara lain primigravida,anemia, gangguan persalinan, riwayatkehamilan, riwayat penyakit keluarga, jarakpersalinan, kelainan janin, dst).

    Hal tersebut sesuai dengan strategiPKK dalam upaya menjangkau sebanyakmungkin keluarga, dilaksanakan melaluiKelompok Dasawisma, yaitu kelompok 10 –20 Kepala Keluarga yang berdekatan. KetuaKelompok Dasawisma dipilih dari dan olehanggota kelompok. Ketua KelompokDasawisma membina 10 rumah danmempunyai tugas menyuluh, menggerakkandan mencatat kondisi keluarga yang adadalam kelompoknya, seperti adanya ibuhamil, ibu menyusui, balita, orang sakit,orang yang buta huruf dan sebagainya.(Permnekes 2016).

    Informasi dari semuanya ini harusdisampaikan kepada kelompok PKKsetingkat diatasnya, yang akhirnya sampai diTim Penggerak PKK Desa/Kelurahan.Adapun peran Tim Penggerak PKK sebagaiberikut :a. Tahap I : Masa sebelum kehamilan

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    12

    Peran kader dasawisma sebagaiberikut :1) Memberikan informasi dengan

    pendekatan persuasif2) Remaja jangan sampai anemia3) Usia pernikahan yang sesuai dengan

    kesiapan organ reproduksi4) Kesiapan mental calon pengantin5) Usia kehamilan resiko tinggi, kurang

    dari 20 tahun dan setelah usai lebih dari35 tahun

    6) Mengatur jarak kehamilanb. Tahap II : Masa hamil

    Peran kader dasawisma pada masahamil, memberikan perhatian, infomasidengan pendekatan persuasif terhadap hal-hal:1) Mengenali ibu hamil sejak dini, tanda

    kehamilan misalnya pusing, mual, lemahmalas dan lain-lain.

    2) Mencatat di buku register dasa wisma(buku biru) dan melaporkan ke kaderPosyandu dan tenaga kesehatan bidandesa)

    3) Menyarankan, memantau, mengawal,pendampingan untuk pemeriksaankehamilan secara rutin setiap bulan ataupemeriksaan kehamilan minimal empatkali selama kehamilan dan satu kalipernah diperiksa oleh dokter.

    4) Ibu hamil dengan resiko tinggi segeradapat diketahui, sehingga mendapatpengawasan lebih.

    c. Tahap III : Masa persalinanPeran kader dasawisma, memberikan

    perhatian, informasi dengan pendekatanpersuasif terhadap hal-hal sebagai berikut:1) Sesuai persiapan sebelumnya sudah

    diinventarisira) Tempat fasilitas kesehatan yang

    dipilih/ditentukan

    b) Ambulan desa/kendaraan transportasiyang akan mendampingi/mengantar baikkeluarga maupun kader kesehatan

    2) Mengawal ibu hamil untuk bersalinpada fasilitas kesehatan yang terstandar

    3) Persalinan normal bisa di PuskesmasPONED

    4) Apabila ibu hamil dengan resiko tinggiharus dirujuk ke rumah sakit terdekat

    5) Ibu bersalin segera memebrikan ASI(kolostrum) dan berjanji untukmemberikan ASI Eksklusif kepadabayinya sampai usia enam bulan tanpamemberi makanan pendamping lainnya

    d. Tahap IV : Masa Nifas1) Peran Keluarga.a) Memantau, dan selalu waspada pada

    perkembangan kesehatan danpemulihan ibu Nifas

    b) Segera melaporkan kepada petugaskesehatan apabila ada hal-hal yangmengkawatirkan, untuk segera ditindak lanjuti, bahkan harus siapapabila perlu dirujuk ke RS

    2) Peran Kader Dasawisma.a) Mencatat ada kelahiran (bayi baru)

    sesuai format Buku Dasa Wisma(Buku Biru) dan melaporkan secaraberjenjang. (Laporan Posyandu danLaporan rutin PKK)

    b) Memantau dan mengingatkan untukcontrol / pemeriksaan ibu nifasminimal dilakukan 3 kali sebagaikunjungan neonatus

    c) Mengingatkan untuk mendapatkanimunisasi, menimbang rutin diPosyandu.

    d) Diusahakan ASI Eksklusif LULUSsampai usia 6 bulan.

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    13

    e) Mengingatkan untuk ikut KB supayajarak anak terencanakan.

    2. Program 5 NGProgram Jateng Gayeng Nginceng

    Wong Meteng diluncurkan pada bulan Juli2016. Program ini merupakan gerakan gotongroyong yang memanfaatkan seluruh potensimasyarakat di Jawa Tengah, diantaranyamenggerakkan bidan desa dan kader PKKuntuk mengedukasi para perempuan sejak prakehamilan, masa kehamilan, persalinan,hingga pascapersalinan. ‘”Jateng GayengNginceng Wong Meteng” merangkum segalapermasalahan ibu hamil dan bagaimana carapendekatan yang harus dilakukan agar ibudan bayinya selamat saat melahirkan.“Nginceng” dalam program tersebut adalahmemantau kesehatan ibu dan bayinya melaluikunjungan ante natal care (ANC) dari K1hingga K4. Dengan begitu banyaknya kaumibu menjadikan para praktisi kesehatan,seperti bidan, perawat, dan dokter tidakmampu untuk selalu memantau kesehatan ibuhamil, sehingga perlu keterlibatan ibu-ibuPKK untuk memebantu sebagian tugas parapraktisi. Berdasarkan hasil wawancarakepada Informan Kunci, keduanyamenyampaikan bahwa Program 5NG sangatmembantu untuk menurunkan AKI diwilayahnya , hal tersebut ditunjukkan daripernyataan Informan Kunci yaitu, ‘’ Dalamrangka mewujudkan derajat kesehatansetinggi-tingginya sesuai Rencana StrategisProvinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018,maka Pembangunan Kesehatan dilakukandengan cara: 1) Meningkatkan pelayanankesehatan yang bermutu dan berkeadilan, 2)Mewujudkan SDM yang berdaya saing, 3)Mewujudkan peran serta masyarakat dan

    pemangku kepentingan dalam pembangunankesehatan. 4) Melaksanakan pelayananadministrasi internal dan pelayanan publikyang bermutu. Dalam hal penyelenggaranpelayanan informasi kesehatan kepada publikatau masyarakat, teknologi informasimempunyai peran strategis yang cukup besar,mengingat Jawa Tengah yang secaraadministrasi wilayah tahun 2015 terdiri dari29 (dua puluh sembilan) kabupaten, 6 (enam)kota, 573 (lima ratus tujuh puluh tiga)kecamatan, 769 (tujuh ratus enam puluhSembilan) kelurahan dan 7.809 (tujuh ribudelapan ratus Sembilan) desa, dengan jumlahpenduduk 36.746.094 jiwa. Memiliki 276Rumah Sakit Umum Daerah dan swasta, 875puskesmas, dan fasyankes lainnya. VisiGubernur Jawa Tengah 2013-2018 adalah“Menuju Jawa Tengah Sejahtera danBerdikari”, dengan slogan mboten korupsi,mboten ngapusi. Dengan Misi ke-6:Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publikuntuk Memenuhi Kebutuhan DasarMasyarakat. Mempunyai tujuanmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat,dengan Sasaran menurunkan AngkaKematian dan Angka Kesakita.

    KESIMPULANPeran kader PKK dasawisma program

    5 NG sebelum hamil dan pada masa hamilyaitu mengkoordinir Wanita Usia Suburuntuk memantau ibu hamil (diinceng) daritrimester 1 melalui tahap sosialisasi perdusun berdasar kantong- kantong persalinandan memberi tahu Ibu hamil untuk segeramemeriksakan kehamilannya. Peran kaderPKK dasawisma pada masa persalinanmemotivasi Ibu hamil untuk Bersalin di

  • Dwi Ratnaningsih | Peran Kader PKK pada ……

    14

    tenaga kesehatan dan periksa teratur sampaimasa nifas.

    SARAN1. Kader

    Saran mempertahankan danmengoptimalkan peran kader PKK dalamprogram 5NG agar bisa menurunkan AKI danAKB di wilayah Jawa Tengah khususnyaDesa Ngargoretno2. Ketua PKK

    Memngoptimalkan kegiatan PKK dalampemantauan ibu hamil mulai dari trimester Isampai masa nifas dengan memberikanbeberapa pelayanan dan fasilitas Desa.3. Bidan Desa

    Mempertahankan upaya pemberdayaankader dalam pemantauan ibu hamil dan lebihintensif dalam memberikan sosialisasi terkiniberkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

    DAFTAR PUSTAKAAfiyanti, Y. Rachmawati, I.N. 2014.

    Metodologi Penelitian KualitatifDalam Riset Keperawatan, Jakarta :Raja Grafindo Persada

    Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun2016.

    Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan JawaTengah. Semarang : Dinas KesehatanJawa Tengah.

    Helmizar. 2014. Evaluasi KebijakanJaminan Persalinan dalam penurunanAngka Kematian Ibu dan Bayi diIndonesia. Jurnal KesehatanMasyarakat 9 (2) Unes, Semarang.

    Kemenkes RI. 2012. Pelatihan KaderPosyandu. Jakarta : Kemenkes RI

    Meilani, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas.Yogyakarta : Fitramaya

    Miles dan Huberman. 2007. Analisis DataKualitatif. Universitas Indonesia.Jakarta

    Perda Provinsi Jateng No. 5/2014 tentangRPJMD Provinsi Jawa TengahTahun 2014-2018;

    PKK Kecamatan Sleman 2017, LaporanPelaksanaan Kegiatan PKK 2017,Magelang.

    Permenkes 75/2016 tentang PuskesmasProfil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 2015Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

    Tengah 2014-2018Soekanto, S. 1992. Sosiologi : Suatu

    Pengantar. PT Raja Grafindo :Jakarta

  • JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 15-19Volume 10, Nomor 1, Mei 2019ISSN 2086-9185

    15

    Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Abortus di Klinik Pratama AmandaGamping Sleman Yogyakarta Tahun 2018

    Factors Causing Abortus in The Pratama Clinic Amanda Gamping SlemanYogyakarta in 2018

    Roswita Jenina Memaa,Amalina Tri Susilani1,bPoltekkes Permata Indonesia Yogyakarta, Indonesia

    AbstrakBerdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) yang

    berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia memilikiAngka Kematian Ibu (AKI) yang masih tergolong tinggi di antara negara-negara ASEAN. Asia Tenggaramemiliki kasus abortus tertinggi, sebesar 39 per 1000 Wanita Usia Subur Indonesia merupakan negara dengankejadian abortus tertinggi di Asia Tenggara, Angka kematian ibu dan Anak (AKI). Tujuan penelitian ini adalahdiketahuinya faktor-faktor penyebab terjadinya abortus di Klinik Pratama Amanda. Metode penelitian adalahdeskriptif kuantitatif dengan tekhnik pengambilan sampel dengan cara total sampel, instrumen penelitian beruparekam medis, data sekunder. Analisa data menggunakan analisa Univariat.. Hasil penelitian menunjukkanabortus dari faktor usia beresiko > 35 tahun sebesar (53,41%), pada paritas >3 kali sebesar (62,79%) dan faktorjarak kehamilan >5 tahun sebesar (46,51%). Kesimpulan penelitian ini adalah faktor penyebab terjadinyaabortus di Klinik Pratama Amanda sebagian besar pada usia >35 tahun, Paritas > 3 kali dan jarak kehamilan >5tahun.

    Kata Kunci : abortus; paritas; jarak kehamilan

    AbstractBased on Indonesian Health Demographic Survey in 2012. The number of maternal mortality rate

    (MMR) related to pregnancy and childbirth is 359 per 100.000 of birth live. Indonesia has a high maternalmortality rate (MMR) compared to the other ASEAN countries. South East Asia has the highest abortion case,which are 39 per 1000 of eligible women. Indonesia has the highest abortion case among them. MaternalMortalityRate(MMR). Purpose this research is to find out the causes of abortion in Pratama Amanda Clinique.Methode this research is descriptive quantitative, and using total sample as the sampling technique. The datainstruments of this research were medical records and secondary data. The data analysis used univariat analysis..The result of this research shows that the risky age of abortion > 35 year old are (53.41%), on parity > 3 timesare (62.79%), and the distance of pregnancy >5 yearsare (46.51%). Conclusion this research is the causes ofabortion in Pratama Amanda Clinique were mostly happened in the age of >35 year old, parity >3 times and thedistance of pregnancy >5 years.

    Key word: abortion; parity; distance of pregnancy

    PENDAHULUANSetiap kehamilan dapat berkembang

    menjadi masalah/komplikasi setiap saat. Itusebabnya mengapa ibu hamil memerlukanpemantauan selama kehamilannya.Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapathidup didunia luar disebut abortus. Berat danusia bayi yang mempunyai lebih harapanhidup jika beratnya telah mencapai 1000gram dan umur kehamilan 28 minggu.Kelahiran dengan berat badan lahir rendah(BBLR) mempunyai risiko yang lebih tinggi,

    apalagi perawatan kurang memenuhi syarat.Abortus yaitu pengeluaran hasil konsepsipada usia kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram. AsiaTenggara memiliki kasus abortus tertinggi,sebesar 39 per 1000 Wanita Usia SuburIndonesia merupakan negara dengankejadian abortus tertinggi di Asia Tenggara(Kurniasih dan Mojo,2015)

    Berdasarkan Survey DemografiKesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka

  • Roswita Jenina Memaa,Amalina Tri Susilanib | Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya……

    16

    Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengankehamilan, persalinan, nifas sebesar 307 per100.000 kelahiran hidup. Indonesia memilikiAKI yang masih tergolong tinggi di antaranegara-negara ASEAN (Mariani, 2012)

    AKI merupakan salah satu indikatoruntuk melihat derajat kesehatan perempuan.AKI juga merupakan salah satu target yangtelah ditentukan dalam tujuan meningkatkankesehatan ibu dimana target yang akandicapai sampai tahun 2015 adalah 359 per100.000 kelahiran 3 hidup untuk mengurangitiga sampai empat resiko jumlah kematianibu. Dari hasil survei yang dilakukan, AKItelah menunjukkan penurunan dari waktu kewaktu.(Arali,2010)

    Menurut WHO (2012) Angkakejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkanfrekuensi abortus spontan di Indonesiaadalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiaptahunnya atau 600.000- 900.000, sedangkanabortus buatan sekitar 750-1,5 juta setiaptahunnya, 2500 orang diantaranya berakhirdengan kematian (Anshor, 2009). MenurutBobak (2010) beberapa faktor yangmenempatkan kehamilan beresikokomplikasi antara lain adalah usia, paritas,hipertensi, anemia, kemiskinan, status gizi,dan kondisi kesehatan. Kasus abortusmenurut data dari Dinkes DIY pada tahun2014 kejadian abortus di DIY tertinggiadalah pada kota Yogyakarta berkisar 123,kabupaten Sleman berkisar 118, kemudianKabupaten Bantul 105, dan untuk kabupatenKulon Progo berkisar 98 kasus abortus.Berdasarkan latar belakang tersebut, makapeneliti ingin melakukan penelitian agar

    lebih mengetahui faktor-faktor apa saja yangsering mempengaruhi kejadian abortus diklinik Pratama Amanda, maka penelititertarik untuk melakukan penelitian denganjudul faktor-faktor penyebab terjadinyaabortus.

    MATERIAL DANMETODE

    1. Jenis dan Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan jenis

    deskriptif kuantitatif.

    2. Populasi dan SampelJumlah populasi dalam penelitian

    ini sebanyak 43 Abortus data yangdiambil dari bulan Januari- Desember2018. Dalam penelitian ini menggunakantotal sampel yaitu semua Populasidijadikan Sampel.

    3. Instrumen dan TeknikPengumpulan DataInstumen pengumpulan data

    penelitian ini adalah menggunakan alattulis dan master tabel.

    4. Pengolahan dan Analisis DataPengolahan data dimulai dari editing,

    coding dan tabulasi data. Analisis yangdigunakan dalam penelitian ini meliputianalisis Univariat dengan persentase.

    5. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini telah dilaksanakan di

    Klinik Pratama Amanda, Gamping, Patukan,Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta.Waktu pelaksanaan penelitian tahun 2019.

  • Roswita Jenina Memaa,Amalina Tri Susilanib | Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya……

    17

    HASILFaktor penyebab terjadinya Abortus

    dalam penelitian ini adalah: Usia, Paritasdan Jarak kehamilan. Distribusiresponden berdasarkan faktor tersebutterlihat di tabel 1.

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

    Faktor Penyebab Usia, Paritas dan Jarak Kehamilan

    Faktor Penyebab %

    Usia

    a. ≤ 20 tahun

    b. 21 - 35 tahun

    c. ≥ 35 tahun

    30,23

    16,27

    53,48

    Paritas

    a. ≤ 3 kali

    b. ≥ 3 kali

    37,20

    62,79

    Jarak kehamilan

    a. ≤ 2 tahun

    b. 2 - 5 tahun

    c. ≥ 2 tahun

    23,25

    30,2546,

    46,51

    Berdasarkan Tabel 1 menunjukkanfaktor penyebab terjadinya abortusberdasarkan usia mayoritas >35 tahun yangberjumlah 23 responden (53,41%), usia 3kali yang berjumlah 27 responden (62,79%),dan paritas 5 tahun yang berjumlah 20responden (46,51%), jarak kehamilan 2-5tahun berjumlah 13 responden (30,23%) danjarak kehamilan < 2 tahun berjumlah 10responden (23,25).

    PEMBAHASAN1. Distribusi frekuensi berdasarkan Usia

    Distribusi frekuensi berdasarkan usiadapat diketahui bahwa sebagian besar

    responden berusia >35 tahun yaitu sebanyak23 responden (53,48%) yang mengalamiabortus. Kehamilan pada usia >35 tahunlebih beresiko karena mulai muncul berbagaikeluhan saat hamil seperti hipertensi dandiabetes. Usia seorang ibu berkaitan denganalat reproduksi wanita. Umur reproduksiyang sehat dan aman adalah pada usia 20-35tahun. Pada usia >35 tahun terkait dengankemunduran dan penurunan daya tahantubuh serta berbagai penyakit yang seringmenimpa di usia ini. Usia yangkemungkinan tidak risiko tinggi pada saatkehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35tahun, karena pada usia tersebut rahim sudahsiap menerima kehamilan, mental sudahmatang dan sudah mampu merawat bayi dandirinya sendiri. Sedangkan umur 35 tahunmerupakan resiko tinggi kehamilan danpersalinan. Dengan demikian diketahuibahwa umur pada saat melahirkan turutberpengaruh terhadap morbiditas danmortalitas ibu maupun anak yang dilahirkan.

    Menurut teori Manuaba (2014) wanitahamil 35 tahun lebih beresiko karena mulaimuncul berbagai keluhan saat hamil sepertihipertensi dan diabetes.

    Hasil penelitian yang dilakukanRamona T Mencer bahwa usia sangatberpengaruh dan termasuk komponen yangutama dalam pencapaian peran ibu, sehinggadapat disimpulkan bahwa usia dapatmenyebabkan terjadinya abortus pada ibuhamil. Peneliti berpendapat bahwa adanyakesamaan antara teori dan kenyataan dimanausia 35 tahun dapat menyebabkan abortuskarena disebabkan belum matangnya alat-alat reproduksi.

  • Roswita Jenina Memaa,Amalina Tri Susilanib | Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya……

    18

    2. Distribusi frekuensi berdasarkan ParitasDistribusi frekuensi berdasarkan

    paritas dapat diketahui sebagian besarresponden mayoritas paritas >3 kalisebanyak 27 responden (62,79%) . Paritas 1dan paritas lebih dari 3 mempunyai angkakematian maternal lebih tinggi. Bayi yangdilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggimempunyai risiko tinggi terhadap terjadinyaabortus sebab kehamilan yang berulang-ulang dan wanita yang mempunya paritas >3menyebabkan rahim tidak sehat. Kehamilanyang berulang menimbulkan kerusakan padapembuluh 36 darah dinding uterus yangmempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akanberkurang dibanding pada kehamilansebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkankematian pada bayi dan lebih besarmengakibatkan terjadinya abortus.

    Menurut teori (Mahdiyah et al ,2013)Jumlah kehamilan ataupun paritasmempengaruhi kerja alat-alat reproduksi.Semakin tinggi paritas maka akan semakinberesiko kehamilan dan persalinan, karenapada wanita yang sering hamil ataupunmelahirkan mengalami kekenduran padadinding rahim. Kejadian abortus pada ibuparitas tinggi berkaitan dengan kesehatan ibukarena kurangnya istirahat dan hamil yangterlalu dekat, apalagi bila disertai denganabortus pada kehamilan sebelumnya.

    Berdasarkan penelitian yangdilakukan oleh Wahyulia ningsih (2012) diRSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh ,menyatakan bahwa terdapat hubungan antaraparitas dengan kejadian abortus. Dengandemikian perempuan yang memiliki paritastinggi atau multipara beresiko terjadinyaabortus. Angka kejadian pada hasilpenelitian banyak terdapat abortus pada

    multipara dan semakin tinggi kejadiannyapada grande multipara.

    3. Distribusi frekuensi berdasarkan JarakKehamilanDistribusi frekuensi berdasarkan jarak

    kehamilan dapat diketahui sebagian besarresponden Mayoritas jarak kehamilan >5tahun sebanyak 20 responden (46,51%),jarak kehamilan 2-5 tahun 37 sebanyak 13responden (30,23%) dan jarak kehamilan < 2tahun sebanyak 10 responden (23,25%).Menurut teori Maconochie,dkk mengatakanbahwa jarak kehamilan yang terlalu lamaakan meningkatkan terjadinya abortus dansebaliknya jarak yang terlalu dekat akanmeningkatkan juga kejadian abortus. Darihasil penelitian ini sesuai dengan penelitiansebelumnya bahwa jarak kehamilanberhubungan dengan kejadian abortus bahwasistem organ reproduksi belum pulihsempurna sehingga belum siap untukmenerima kehamilan berikutnya.

    KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan dapat disimpulkan sebagaiberikut :a. Faktor penyebab abortus berdasarkan

    frekuensi usia >35 tahun sebanyak 23responden (53,48%).

    b. Faktor penyebab abortus berdasarkanfrekuensi paritas sebanyak >3 kalisebanyak 27 responden (62,79%)

    c. Faktor penyebab abortus berdasarkanfrekuensi jarak kehamilan >5 tahunsebanyak 20 responden (46,51%)

  • Roswita Jenina Memaa,Amalina Tri Susilanib | Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya……

    19

    SARAN1. Bidan/Tenaga Kesehatana. Dapat dijadikan masukan untuk selalu

    penyuluhan terhadap ibu hamil danpentingnya memberitahukan usiareproduksi yang aman untuk hamil danberesiko, Sehingga mengurangi angkamortalitas dan morbiditas.

    b. Diharapkan dapat memberikanpelayanan kesehatan yang lebih baikterutama edukasi dan proses penyebaraninformasi mengenai usia ideal untukhamil dan melahirkan serta frekuensimelahirkan dan faktor resiko terkait.

    2. Bagi PenelitiBagi Peneliti selanjutnya perlu untuk

    di lakukan peneitian lebih lanjut mengenaifaktor-faktor penyebab terjadinya abortusguna untuk mengetahui faktor apa saja yangmenyebabkan abortus.

    REFERENSIAndriza. 2015. hubungan Umur dan paritas

    ibu hamil dengan kejadian Abortusinkomplet Di Rumah SakitMuhammadiyah Palembang tahun2013.

    Arali. 2010. Indikator derajat kesehatanwanita.http://id.scribd.com

    Elisabeth. 2014. Asuhan Kebidanan PadaKehamilan.Yogyakarta: PT PustakaBaru Press Jl.Wonosari KM.6Demblakasari BaturetnoBanguntapan Bantul Yogyakarta.

    Dinkes DIY (2013.) Profil Kesehatan DIYYogyakarta:

    Jurnal Maternity and Neonatal.( 2013)hubungan umur dengan kejadianabortus

    Jernita. (2015) hubungan Usia dan Paritasdengan kejadian abortus spontanhttp://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/wacana/article/view/41Vol 2, No 1

    Kurniasih dan Mojo. (2015) Kasus abortusAsia Tenggara.

    Mursyida.2011 Faktor-faktor yangBerhubungan Dengan KejadianAbortus.Jurnal: Ilmiah KesehatanKeperawatan,Poltekes KemenkesPalembang.

    Mariani.2012 Faktor-faktor yangBerhubungan Dengan KejadianAbortus. Jakarta: Yayasan BimaPustaka. Vol 2, No 1 (2017)

    Mahdiyah, (2013).Hubungan usia dengankejadian abortus.

    Nita.(2018) Asuhan kebidananpatologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

    _________Macam-macam abortus,faktor-faktor penyebab abortus dankomplikasi abortus 2018 Asuhankebidanan patologi.Yogyakarta:Nuha Medika

    Septiani, Zulmi. (2013), Hubungan paritasdengan kejadian abortus di rumahsakit Ungaran Jawa Tengah

    Safitri. (2014) Faktor-faktor yangberhubungan dengan kejadian

    abortus di rumah Sakit Ibudan Anak Siti Fatimah Makassar

    http://jurnal.akperdharmawacana.ac.ihttp://jurnal.akperdharmawacana.ac.i

  • JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 20-29Volume 10, Nomor 1, Mei 2019ISSN 2086-9185

    20

    Hubungan Kualitas Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan dengan TingkatKepuasan Pasien BPJS Kesehatan di Puskemas Kasihan I Kabupaten

    BantulRelationship Between Quality of Registration Services and The Satisfaction

    Level of BPJS Patients in Puskesmas Kasihan I BantulMuhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc

    a,b,cPoliteknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta Indonesia

    AbstrakKualitas pelayanan kesehatan tidak senantiasa dipelihara dan ditingkatkan, besar kemungkinan jumlah

    pasien akan menyusut. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan akanmempengaruhi jumlah kunjungan. Apabila pasien tidak puas misalnya karena menunggu terlalu lama,“provider” yang kurang ramah, keterampilannya juga kurang, akan membuat pasien kecewa. Berdasarkan studipendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada staf rekam medis Puskesmas Kasihan I Bantul, bahwa pernahada komplain dari pasien BPJS karena pelayanan TPPRJ yang cenderung lama. Masalah ini juga pernahditemukan langsung oleh peneliti, pasien yang mengeluh dan komplain terhadap pelayanan dibagian pendaftaranpasien rawat jalan ketika penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Kasihan I Bantul.Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan kualitas pelayanan pendaftaran rawat jalan dengan tingkatkepuasan pasien BPJS Kesehatan di Puskesmas Kasihan I Kabupaten Bantul. Jenis penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel denganteknik purpossive sampling yang berjumlah 100 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakankuisioner. Hasil penelitian ini adalah pada kualitas pelayanan sebagian besar responden memiliki jawaban baikyaitu 49 responden, tingkat kepuasan pasien BPJS rawat jalan menunjukan sebagian besar responden memilikijawaban puas yaitu 54 responden. Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kualitaspelayanan pendaftaran dengan tingkat kepuasan pasien BPJS rawat jalan. Kesimpulan penelitian ini adalahtingkat kepuasan menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki jawaban puas dengan kualitaspelayanan ditempat pendaftaran pasien rawat jalan Puskesmas Kasihan I Bantul.Kata Kunci : Kualitas Pelayanan; Kepuasan; Pasien BPJS

    AbstractThe quality of health services is not always maintained and improved, it is probable that the number of

    patients will shrink. Factors that influence patient satisfaction with health services will affect the number of visits.If the patient is not satisfied, for example, because the wait is too long, the "provider" is less friendly, his skillsare also lacking, will make the patient disappointed. If the patient is not satisfied, for example, because the waitis too long, the "provider" is less friendly, his skills are also lacking, will make the patient disappointed. Basedon a preliminary study conducted by researchers to the medical records staff at the Kasihan I Bantul, there werecomplaints from BPJS patients because TPPRJ services tend to be long. This problem was also found directly byresearchers, patients who complained and complained about the service in the outpatient registration sectionwhen the authors conducted Field Work Practices (PKL) at the Kasihan I Health Center Bantul. The objectivethis research is knowing the relationship between the quality of outpatient registration services and the level ofsatisfaction of outpatient BPJS patients at the Kasihan I health center in Bantul Regency. The type of thisresearch is quantitative observational quantitative research with cross sectional approach. Sampling using aporposive sampling technique which amounted to 100 respondents. Data collection is done using a questionnaire.The result this research is in the quality of service, most respondents had good answers, namely 49 respondents,BPJS patient outpatient satisfaction level showed that most respondents had satisfied answers, 54 respondents,there was a significant relationship between the quality of outpatient registration services and BPJS patientsatisfaction levels outpatient. The conclusion this research is the level of satisfaction shows that the majority ofrespondents have answers satisfied with the quality of services at the place of registration of care patients inPrimary Health Care Kasihan I Bantul.Keywords: Service quality; Satisfaction; BPJS Patient.

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    21

    PENDAHULUANPusat kesehatan masyarakat

    (Puskesmas) adalah salah satu saranapelayanan kesehatan masyarakat yangpenting di Indonesia. Puskesmas adalah unitpelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kotayang bertanggung jawab menyelenggarakanpembangunan kesehatan di suatu wilayahkerjanya (Depkes, 2011).

    Menurut Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 75 Tahun 2014 ataudisingkat (PERMENKES No. 75 Tahun2014), puskesmas adalah fasilitas pelayanankesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat dan upaya kesehatanperseorangan tingkat pertama, dengan lebihmengutamakan upaya promotif danpreventif, untuk mencapai derajat kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

    Untuk mencapai tujuan yang sangatmulia itu segala upaya pelayanan kesehatanperlu ditingkatkan dengan memperluas danmemeratakan pelayanan kesehatan padamasyarakat. Dalam rangka mewujudkanamanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN)tersebut Departemen Kesehatan RepublikIndonesia telah melakukan upaya-upayapemerataan dan peningkatan kualitaspelayanan kesehatan. Salah satu upayastrategi yang sangat penting adalahmeningkatkan mutu pelayanan kesehatan(DepKes RI, 1997). Salah satu kualitaspelayanan yang harus ditingkatkan olehpuskesmas adalah pelayanan di tempatpendaftaran pasien.

    Sebagai titik awal dalam pelayananadalah bagian Tempat Pendaftaran PasienRawat Jalan (TPPRJ) lebih dikenal sebagailoket pendaftaran rawat jalan atau admissionrawat jalan. Sifat pelayanan di TPPRJ

    adalah administratif (tertib, rapi, teliti, dancepat) serta rahasia (serah terima dokumendari satu unit ke unit lain tidak boleh olehpasien atau keluarga tetapi oleh petugas).Tata cara penerimaan pasien yang akanberobat ke klinik ataupun yang akan dirawatadalah sebagian dari sistem prosedurpelayanan puskesmas. TPPRJ merupakanpelayanan pertama kali yang diterima olehseorang pasien ketika tiba di puskesmas.Tata cara penerimaan pasien mendapatkankesan baik ataupun tidak baik bilamanadilaksanakan oleh petugas dengan sikapyang ramah, sopan, tertib, dan penuhtanggung jawab (DepKes, 2006).

    Kualitas pelayanan kesehatan tidaksenantiasa dipelihara dan ditingkatkan, besarkemungkinan jumlah pasien akan menyusut.Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasienterhadap pelayanan kesehatan akanmempengaruhi jumlah kunjungan. Apabilapasien tidak puas misalnya karenamenunggu terlalu lama, “provider” yangkurang ramah, keterampilannya juga kurang,akan membuat pasien kecewa (Wirijadinata,2009). Untuk meningkatkan kualitaspelayanan pemerintah juga telahmenyediakan asuransi kesehatan untukmempermudah masyarakat dalampembiayaan kesehatannya.

    Ada berbagai macam asuransi salahsatunya asuransi Jaminan KesehatanNasional seperti Badan PenyelenggaraanJaminan Sosial (BPJS) (Hastuti dan Fitri,2016). Pada tahun 2019 semua pendudukIndonesia diwajibkan menggunakan asuransiBPJS dari keputusan pemerintahan. BPJSmerupakan badan hukum yangmenyelenggarakan program sistem jaminansosial kesehatan berdasarkan hukumUndang-Undang Republik Indonesia Nomor

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    22

    40 tahun 2004. Dalam kepesertaan BPJS,ada dua macam yaitu Penerima BantuanIuran (PBI) dan bukan Penerima BantuanIuran (NON PBI), untuk iuran sudahditentukan sesuai dengan kelasnya masing-masing yang terdiri dari kelas I, II, dan III(Herlambang, 2016). Hal tersebut tentu akansangat mempengaruhi bagaimana kepuasanpasien terhadap pelayanan kesehatan.

    Kepuasan merupakan penilaiankonsumen terhadap jenis produk atau jasayang berhasil memberikan pemenuhankebutuhan pada level yang menyenangkanbaik itu dibawah maupun diatas harapan(Ferrinadewi, 2005). Kotler dalam Nursalam(2011) menyebutkan bahwa kepuasan adalahperasaan senang atau kecewa seseorangyang muncul setelah membandingkan antarapersepsi atas kesannya terhadap kinerja atauhasil suatu produk dan harapan- harapannya.Menurut Yamit (2002), kepuasan pelangganadalah hasil (outcome) yang dirasakan ataspenggunaan produk dan jasa, sama ataumelebihi harapan yang diinginkan.Sedangkan Pohan (2007) menyebutkanbahwa kepuasan pasien adalah tingkatperasaan pasien yang timbul sebagai akibatdari kinerja layanan kesehatan yangdiperolehnya, setelah pasienmembandingkandengan apa yang diharapkannya. Pendapatlain dari Endang dan Mamik (2010) bahwakepuasan pasien merupakan evaluasi ataupenilaian setelah memakai suatu pelayanan,bahwa pelayanan yang dipilih setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi harapan.

    Pada penelitian yang dilakukan olehAulia (2015) terhadap pasien rawat jalanyang berobat di RSUD Sukoharjo, ada 45orang (47,4%) merasa tidak puas denganpelayanan. Menurut penelitian yangdilakukan oleh Mustafiah (2015) terhadap

    kemampuan petugas dalam melayani pasiendi tempat pendaftaran diperoleh hasil yangmerasa kurang puas sebanyak 47,6% danyang merasa tidak puas sebanyak 30,2%.

    Berdasarkan studi pendahuluan yangdilakukan oleh peneliti kepada staf rekammedis Puskesmas Kasihan I Bantul denganmetode wawancara dan observasi, bahwapernah ada komplain dari pasien BPJSkarena pelayanan TPPRJ yang cenderunglama. Masalah ini juga pernah ditemukanlangsung oleh penulis, pasien yangmengeluh dan komplain terhadap pelayanandibagian pendaftaran pasien rawat jalanketika peneliti melakukan Praktik KerjaLapangan (PKL) di Puskesmas Kasihan IBantul. Oleh karena itu, pihak puskesmasberpendapat bahwa salah satu faktor untukmenjaga kepuasan pasien adalah denganmeningkatkan hubungan baik sertamemberikan pelayanan yang sesuai denganharapan pasien. Menurut peneliti untukmengetahui bagaimana puas dan tidaknyapasien terhadap pelayanan tersebut makapenulis berinisiatif mengangkat Karya TulisIlmiah (KTI) yang berjudul “HubunganKualitas Pelayanan Pendaftaran denganTingkat Kepuasan Pasien BPJS KesehatanRawat Jalan di Puskesmas Kasihan IKabupaten Bantul”.

    METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah penelitian kuantitatifanalitik observasional dengan pendekatancross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012)pendekatan cross sectional merupakan suatupenelitian untuk mempelajari dinamikakorelasi antara faktor resiko dengan efek,dengan cara pendekatan, observasi ataupengumpulan data sekaligus pada suatu saat(point time approach).

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    23

    Pendekatan cross sectional adalahsuatu pendekatan penelitian dimana penelitimengadakan pencatatan terhadap subjekpenelitian yang berbeda secara serentak.Keuntungan menggunakan pendekatan crosssectional yaitu muda dilaksanakan,sederhana, ekonomis, dalam hal waktu danhasilnya dapat diperoleh dengan cepat(Notoatmodjo, 2012).

    Dalam penelitian ini, penelitimengumpulkan data dengan survey crosssectional. Data yang diperoleh dengan caraobservasi dengan subjek (sumber) hanyadilakukan satu kali untuk masing-masingsubjek. Variabel yang akan diteliti dalampenelitian ini adalah kualitas pelayananpendaftaran dengan tingkat kepuasan pasienBPJS kesehatan rawat jalan di PuskesmasKasihan I Bantul.

    Populasi pada penelitian ini adalahpasien BPJS kesehatan rawat jalan yangsudah mendapatkan pelayanan di tempatpendaftaran Puskesmas Kasihan I Bantul.Besar sampel dalam penelitian ini adalah100 orang pasien peserta BPJS kesehatanrawat jalan di Puskesmas Kasihan I Bantul.Pengambilan sampel dengan menggunakanpurposive sampling dengan kriteria inklusipasien BPJS kesehatan rawat jalan yangtelah mendapatkan pelayanan di tempatpendaftaran di Puskesmas Kasihan I Bantul.Responden yang memiliki kemampuanmembaca, menulis dan berkomunikasidengan baik, untuk usia responden dimulaidari usia 12 tahun sampai lansia, diusia 12tahun sudah termasuk dapat mengerti danmemahami dalam pengisian.

    Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan kuisioner yang dijawab dandiisi secara langsung oleh responden untukmengukur kualitas pelayanan di tempat

    pendaftaran dan tingkat kepuasan yangpasien BPJS kesehatan rawat jalan rasakanselama berkunjung di Puskesmas Kasihan IBantul. Analisa statistik yang digunakandalam penelitian ini melalui dua tahapanyaitu dengan univariat dan bivariat denganmenggunakan uji kendal’s tau_b.Adapun kriteria inklusi meliputi :1. Kriteria Inklusi

    a. Bersedia menjadi respondenb. Pasien BPJS rawat jalan yang sudah

    mendapatkan pelayanan di tempatpendaftaran pasien di PuskesmasKasihan I Bantul

    c. Pasien dengan umur 12-65 tahun2. Kriteria eksklusi

    a. Pasien adalah pegawai PuskesmasKasihan I Bantul

    b. Pasien tidak sadarKuesioner dalam penelitian ini mengadopsidari kuesioner Saudari Sukma KusumaAstuti dengan bentuk pertanyaan tertutup,empat alternative jawaban dan pernyataanFavorable serta Unfavorabel.

    Tabel 1. Kuesioner Kualitas Pelayanan

    Komponen Jumlah NomorSoal

    Kecepatan 2 1,2

    Ketepatan 2 3,4

    Kenyamananruang tunggu 2 5,6

    Kelengkapan 2 7,8

    Kejelasaninformasi 2 9,10

    JUMLAH 10 10

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    24

    Tabel 2. Kuesioner Kepuasan

    HASIL

    Hasil penelitian dibuat dalambeberapa tabel analisis univariat dan bivariat

    1. Analisis UnivariatTabel 3. Distribusi Frekuensi dan Prosentase KarakteristikPasien BPJS di Tempat Pendaftaran Rawat Jalan Puskesmas

    Kasihan I

    2. Analisis BivariatTabel 4. Distribusi Kualitas Pelayanan:

    Kategori Frekuensi (F) Prosentase (%)Baik 49 49Cukup 41 41Kurang 10 10Total 100 100

    Tabel 5. Distribusi Tingkat Kepuasan

    Kategori Frekuensi (F) Prosentase (%)Puas 54 54Cukup 38 38Kurang 8 8Total 100 100

    Tabel 6 Distribusi Tabulasi Silang Antara KualitasPelayanan Pendaftaran Rawat Jalan denganTingkat Kepuasan Pasien BPJS di Puskesmas

    Kasihan I Kabupaten Bantul 2019

    Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwakualitas pelayanan yang baik dengan tingkatkepuasan yang baik yaitu 40 responden(74%), kualitas pelayanan yang baik dengantingkat kepuasan yang cukup sebanyak 9responden (23,7%), kualitas pelayanan yangcukup dengan tingkat kepuasan yang baikyaitu 13 reponden (24%), kualitas pelayananyang cukup dengan tingkat kepuasan yangcukup sebanyak 28 responden (73,7%),kualitas pelayanan yang kurang dengantingkat kepuasan yang baik yaitu 1responden (1,9%), kualitas pelayanan yangkurang dengan tingkat kepuasan yang cukupsebanyak 1 responden (2,6%) dan kualitas

    Komponen Jumlah NomorSoal

    Responsiveness/cepat tanggap

    3 1,2,3

    Reliability/ tepatwaktu

    3 4,5,6

    Assurance/ jaminan 4 7,8,9,10

    Empathy/ peduli 3 11,12,13

    Tangible/ berwujud 3 14,15,16

    JUMLAH 16 16

    Jenis Kelamin F %Laki-laki 37 37Perempuan 63 63Total 100 100Umur F %Remaja (12-25 Tahun) 18 18Dewasa (26-45 Tahun) 31 31Lansia (46-65 Tahun) 49 49Manula (>65 Tahun) 2 2Total 100 100Pekerjaan F %PNS 1 1Pegawai Swasta 7 7Wiraswasta 9 9IRT 45 45Buruh 24 24Tidak Bekerja 14 14Total 100 100Pendidikan F %Tidak Sekolah 5 5Sekolah Dasar 19 19SMP 27 27SMA 33 33Perguruan Tinggi 16 16Total 100 100

    Tingkat Kepuasan TotalPuas Cukup KurangF % F % F % F %

    KualitasPelayanan Baik 40 74 9 23,7 0 0 49 49

    Cukup 13 24 28 73,7 0 0 41 41

    Kurang 1 1,9 1 2,6 8 100 10 10

    Total 54 100 38 100 8 100 100 100

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    25

    pelayanan yang kurang dengan tingkatkepuasan yang kurang yaitu 8 responden(100%).

    Tabel 7. Distribusi kendall’s tau_b

    Berdasarkan hasil di tabel 7menunjukkan hasil kendall tau_b sebesar0,611 dengan derajat signifikansinya yaitu0,000 berdasarkan derajat kesalahan yangtelah ditetapkan sebelumnya adalah sebesar5%, hal ini menunjukan bahwa nilai p

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    26

    menjawab cukup, dan 10 respondenmenjawab kurang.

    Berdasarkan kategori penilaianresponden tersebut, maka dapat disimpulkanbahwa kualitas pelayanan yang ada ditempat pendaftaran pasien rawat jalanPuskesmas Kasihan I Bantul baik. Meskipunada beberapa responden yang menjawabkurang, hal ini dapat dijadikan sebagaibahan evaluasi untuk memperbaikipelayanan kedepannya, agar kualitaspelayanan menjadi lebih baik.

    Penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh KusumaAstuti (2016), dengan judul Hubungantingkat kepuasan pasien terhadap pelayananrekam medis di tempat pendaftaran pasienrawat jalan Puskesmas Jetis II Bantul,menunjukan kualitas pelayanan rekammedis di tempat pendaftaran pasien yaitu 5(5,7%) responden menjawab “Buruk”, 77(87,5%) responden menjawab “Baik” dan 6(6,8%) responden menjawab ”Sangat Baik”.

    Penelitian lain juga dilakukan olehTyas Pratiwi (2017) yang berjudul“hubungan pelayanan petugas pendaftarandengan kepuasan pasien rawat jalan diRumah Sakit PKU MuhammadiyahYogyakarta”. Menunjukkan bahwa pendapatpasien terhadap pelayanan petugaspendaftaran ada 79,59% responden memilikijawaban cukup.3. Tingkat Kepuasaan Pasien

    Kepuasan merupakan penilaiankonsumen terhadap jenis produk atau jasayang berhasil memberikan pemenuhankebutuhan pada level yang menyenangkanbaik itu dibawah maupun di atas harapan(Ferrinadewi, 2005). Menurut Kotler dalamNursalam (2011) menyebutkan bahwakepuasan adalah perasaan senang atau

    kecewa seseorang yang muncul setelahmembandingkan antara persepsi ataskesannya terhadap kinerja atau hasil suatuproduk dan harapan-harapannya. Dapatdikatakan bahwa kepuasan adalah parameterdari suatu produk atau jasa. Kaitannyadengan pelayanan di tempat pendaftaranpasien, kepuasan adalah suatu tolak ukurdalam mengetahui seberapa baik pelayananrekam medis yang telah diberikan. Dalamteori dimensi kualitas jasa, ada 5 hal yangdapat digunakan untuk mengukur kepuasanpasien yaitu responsiveness, reliability,assurance, emphaty dan tangibles. Makauntuk meningkatkan kepuasan pasienpunkelima point tersebut dapat dirujuk sebagaibahan evaluasi. Dari pendapat masyarakatterhadap kepuasan yang didapatkan hasilmayoritas pasien mempunyai pendapat yangbaik.

    Hasil penelitian di tempatpendaftaran pasien rawat jalan di PuskesmasKasihan I Bantul 2019 dapat dilihat padatabel 5 tentang tingkat kepuasan pasienBPJS rawat jalan Puskesmas Kasihan IBantul menunjukan bahwa sebagian besarresponden memiliki jawaban puas yaitu 54responden, sedangkan 38 respondenmenjawab cukup puas, dan 8 respondenmenjawab kurang puas.

    Berdasarkan kategori penilaianresponden tersebut, maka dapat disimpulkanbahwa tingkat kepuasan pasien BPJSterhadap pelayanan yang ada di tempatpendaftaran pasien rawat jalan PuskesmasKasihan I Bantul memuaskan meskipun adabeberapa pasien yang masih menjawabkurang puas terhadap pelayanan yang ada ditempat pendaftaran pasien rawat jalanPuskesmas Kasihan I Bantul. Hal ini dapat

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    27

    dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadappelayanan pendaftaran pasien rawat jalan.

    Berdasarkan penjelasan tersebut,penelitian lain yang mendukung penelitianini adalah penelitian yang dilakukan olehKusuma Astuti (2016), menunjukkan tingkatkepuasan pasien terhadap kualitas layananrekam medis di tempat pendaftaran yatu 7responden (8%) merasa tidak puas, 73 (83%)responden merasa puas, dan 8 (9%) merasasangat puas.

    Penelitian yang dilakukan oleh TyasPratiwi (2017), juga mendukung penelitianini pada tingkat kepuasaan pasien dengankepuasan pasien terhadap pelayanan petugaspendaftaran ada 67,32%, pasien merasa puas.

    4. Hubungan kualitas pelayananpendaftaran rawat jalan dengantingkat kepuasan pasien BPJS diPuskesmas Kasihan IBerdasarkan hasil analisis hubungan

    pada Tabel 6 distribusi kendall’s tau_bhubungan kualitas pelayanan pendaftaranpasien rawat jalan dengan tingkat kepuasanpasien BPJS rawat jalan di PuskesmasKasihan I Kabupaten Bantul 2019, makadidapatkan hasil Kendall Tau (t) sebesar0,611 dengan derajat signifikansinya yaitu0,000 berdasarkan derajat kesalahan yangtelah ditetapkan sebelumnya adalah sebesar5%, hal ini menunjukan bahwa nilai p

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    28

    2. Bagi Peneliti SelanjutnyaDapat melakukan penelitian lanjutanmasalah tingkat kepuasan pasien BPJSterhadap pelayanan yang diberikan olehperawat dan dokter di PuskesmasKasihan I Bantul.

    REFERENSIArum Sari, K. 2018. “Analisis tingkat

    kepuasan pasien BPJS tentangpelayanan pendaftaran pasien rawatjalan Rumah Sakit Umum RizkiAmalia Medika kulonprogo Tahun2018”. Yogyakarta: PoliteknikKesehatan Permata Indonesia

    Azwar, S.2005. Sikap Manusia :Teori danPengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

    Aulia.2015. “Hubungan Waktu TungguPendaftaran dengan KepuasanPasien di Tempat PendaftaranPasien Rawat Jalan (TPPRJ) diRSUD Sukoharjo Tahun 2015”.Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

    DepKes RI, 1997. Pedoman PengelolaanRekam Medis Rumah Sakit diIndonesia Revisi II. Jakarta :Departemen Kesehatan RI

    Daryanto dan Setyobudi. 2014. KonsumenDan Pelayanan Prima. Yogyakarta:Penerbit Gava Media

    Dinas Kesehatan Propinsi Dati I. PedomanPenerapan Sistem dan ProsedurPelayanan Rekam Medis di RumahSakit.1998 : Jawa Tengah.

    Hastuti dan Fitri. 2016. AsuransiKonvensional, Syariah dan BPJS.Yogyakarta : Parama Publishing.

    Herlambang. 2016. Manajemen PelayananKesehatan Rumah Sakit.Yogyakarta :Gosyen Publishing.

    Mamik. 2010. Organisasi dan ManajemenPelayanan Kesehatan DanKebidanan. Edisi I. Surabaya : PrinsMedia Publishing.

    Mustafiah. 2015. “Kepuasan PasienTerhadap Pelayanan di TempatPendaftaran Rumah Sakit PermataBunda Purwodadi Tahun 2015”.Semarang: Universitas DianNuswantoro.

    Nursalam. 2011. Proses dan DokumentasiKeperawatan, Konsep dan Praktek.Jakarta: Salemba Medika.

    Notoatmodjo, S. 2012. Metode penelitiankesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.Metodologi Penelitian Kesehatanedisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, S. 2005. Promosi KesehatanTeori dan Aplikasinya. Jakarta:Rineka Cipta.

    Parasuraman, Zeithmal, dan Berry. 1988.“SERVQUAL: A Multiple-Item Scalefor Measuring ConsumerPerceptions of Service Quality”.Journal of Retailing. Vol 64 (1)Peraturan Presiden RepublikIndonesia Nomor 82 Tahun 2018Tentang Jaminan Kesehatan.

    Pohan, I.S. 2007. Jaminan Mutu PelayananKesehatan : Dasar-Dasar Pengertiandan Penerapan” Jakarta: EGC

    Pratiwi, T. 2017. “Hubungan pelayananpetugas pendaftaran dengankepuasan pasien rawat jalan dirumah sakit PKU MuhammadiyahYogyakarta Tahun 2017”.Yogyakarta: Politeknik KesehatanPermata Indonesia.

  • Muhamad Syarifudina, Ahmad Yani Noorb, Haryo Nugrohoc | Hubungan Kualitas Pelayanan…..

    29

    Satrianegara, M Faiz & Siti. 2009. BukuAjar Organisasi & ManagemenPelayanan Kesehatan SertaKebidanan. Jakarta : SalembaMedika.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor40 Tahun 2004 Tentang JaminanSosial Kesehatan.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor24 Tahun 2011 Tentang BadanPenyelenggara Jaminan Sosial.

    Yamit, Z. 2002. Manajemen KualitasProduk dan Jasa. Edisi Pertama.Yogyakarta : Ekonosia KampusEkonomi UII.

  • JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 30-34Volume 10, Nomor 1, Mei 2019ISSN 2086-9185

    30

    Social Networking System sebagai Media Promosi Kesehatan ReproduksiRemaja di Yogyakarta

    Social Networking System As A Youth Reproductive Health Promotion MediaIn Yogyakarta

    Harpeni SiswatibudiaPoltekkes Permata Indonesia Yogyakarta

    Jl. Ringroad utara No. 22C, Gandok, Condong Catur, Yogyakarta

    ABSTRAK

    Promosi Kesehatan pada sasaran dengan usia muda perlu mendapatkan perhatian lebih,khususnya tenntang kesehatan reproduksi remaja, dalam hal ini promosi kesehatan tatanan dilingkungan komunikasi. Oleh karena itu promosi kesehatan dengan mengembangkan mediayang tepat sasaran akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keseimbangan keputusan bagiremaja itu sendiri. Mengingat perkembangan teknologi dan karakteristik remaja, makakomunikasi virtual melalui social networking system (salah satunya adalah jejaring socialFacebook) dapat dimanfaatkan sebagai media promosi kesehatan reproduksi remaja.Diketahuinya peran media teknologi social networking system dalam promosi kesehatanreproduksi remaja. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Untuk mencapai tujuanpenelitian, penelitian ini dirancang dengan jenis rancangan penelitian quasi eksperimen, denganmenggunakan kelompok kontrol dan kelompok eskperimen (kelompok perlakuan), namun tidaksecara acak memasukkan (nonrandom assignment) responden untuk masing-masing kelompoktersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2015.

    Kata Kunci : Media Promosi Kesehatan, Kesehatan Reproduksi Remaja, Social NetworkingSystem

    ABSTRACT

    Health Promotion at young age targets needs to get more attention, especially aboutadolescent reproductive health, in this case the promotion of health arrangements in thecommunication environment. Therefore health promotion by developing targeted media willimprove knowledge, attitudes and balance of decisions for adolescents themselves. Given thetechnological development and characteristics of adolescents, virtual communication throughsocial networking systems (one of which is Facebook's social network) can be used as a mediumfor promoting adolescent reproductive health. Knowing the role of social networking systemtechnology media in the promotion of adolescent reproductive health. This research is a type ofquantitative research. To achieve the research objectives, this study was designed with a quasi-experimental research design type, using a control group and an experimental group (treatmentgroup), but not randomly assigning respondents (nonrandom assignments) to each of thesegroups. This research will be conducted from April to September 2015.Keywords: Adverse DrugReactions ; Hospitalization; Hospital.

    Keywords: Health Promotion Media, Adolescent Reproductive Health, Social NetworkingSystem

    PENDAHULUANPerkembangan aplikasi internet

    berbasis web 2.0, yaitu teknologi aplikasiinternet yang mengedepankan komunikasidari jejaring sosial, namun sayangnya,

    kemunculannya itu baru sekedar euphoriatanpa makna, bahkan cenderung sebatasuntuk kegiatan hiburan dan hubungan sosialsemata, padahal sesungguhnya jejaring sosialmemiliki potensi yang sangat besar untukdikonversi menjadi suatu model komunikasi

  • Harpeni Siswatibudi | Social Networking System sebagai …..

    31

    untuk membangun komunitas untuk berbagipengetahuan.

    Penelitian terkait dengan aspek-aspekpemanfaatan jejaring sosial yang dilakukanoleh Suparno, B.A., et.al (2012) diYogyakarta menunjukkan fakta bahwaremaja di Yogyakarta mempergunakan mediaFacebook sebagai sarana komunikasi danpemberian informasi pengetahuan sertaidentitas diri, mengekspresikan gejala-gejalasosial dan psikologis, yang serta merta dapatmengakibatkan kecanduan. Tanpa merekasadari kehadiran teknologi sosial networktelah menjadi beban hidup tersendiri bagiremaja. Mengunjungi sosial network telahmenjadi kewajiban yang tanpa disadarimenyita beban belajar sebagai tugas utamaremaja yang masih duduk di bangku sekolah.Survey sejenis yang dilakukan Tribun Jogjamenunjukkan bahwa 48% penggunafacebook (usia remaja) selalu membukafacebook setelah bangun tidur dan sekitar28% diantara mereka membuka facebookmelalui smartphone sebelum turun daritempat tidur.`

    Berbagai upaya promosi dapat terusdilakukan, salah satunya adalahmempergunakan kombinasi upayapendidikan dan lingkungan agar terciptanyatindakan dan suasana untuk hidup yang sehat.Simon-Morton, et.al. (1995) menyusunsasaran promosi kesehatan ke dalam 4tingkatan, yaitu individu, organisasi,masyarakat dan pemerintah. Objek daripromosi kesehatan pada individu adalahperilaku, pengetahuan, sikap dan psikologi.Untuk melaksanakannya ada 5 cara, yaitupengajaran, pelatihan, konseling, penyiaran,dan komunikasi media. Terkait dengankomunikasi media maka perlumempertimbangkan media yangmemungkinkan adanya komunikasi yangefektif sehingga pesan bisa diterima olehkelompok sasaran, dan memungkinkanadanya perubahan perilaku dan sikap.

    Berkaitan dengan fakta-fakta diatasmaka peneliti mencoba memanfaatkan Sistemjejaring sosialuntuk melakukan komunikasivirtual sebagai media promosi kesehatanreproduksi remaja putri.

    MATERIAL DAN METODEPenelitian ini merupakan jenis

    penelitian kuantitatif dengan rancanganpenelitian quasi eksperimen,mempergunakan kelompok kontrol dankelompok eskperimen (kelompok perlakuan),namun tidak secara acak memasukkan(nonrandom assignment) responden untukmasing-masing kelompok tersebut (Creswell,J.W., 2010). Pemilihan ini dilakukan denganpertimbangan tidak dapat dikontrolnyavariabel-variabel yang berpengaruh terhadapperlakuan.

    Sampel dikelompokkan menjadi duayaitu kelompok perlakuan dan kelompokkontrol. Kelompok perlakuan akan diberikanpesan kesehatan reproduksi remaja secararutin melalui inbox facebook “JendelaRemaja” sedangkan kelompok kontroldiberikan materi kesehatan reproduksimelalui pesan standar wall akun “JendelaRemaja”.

    HASIL DAN PEMBAHASANDaerah Istimewa Yogyakarta atau

    biasa disingkat dengan DIY adalah salah satudaerah otonom setingkat propinsi yang ada diIndonesia. Propinsi ini beribukota diYogyakarta. Dari nama daerah ini yaituDaerah Istimewa Yogyakarta sekaligusstatusnya sebagai Daerah Istimewa. SebagaiDaerah Otonom setingkat Propinsi, DaerahIstimewa Yogyakarta dibentuk denganUndang-undang No.3 tahun 1950, sesuaidengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut.Disebutkan bahwa Daerah IstimewaYogyakarta adalah meliputi bekasDaerah/Kasultanan Yogyakarta dan DaerahPakualaman.

    Tabel 1. Gambaran Karakteristik PasienKARAKTERISTIK PERLAKUAN

    n(%)KONTROL

    n(%)TOTAL(%)

    Umur- Remaja Awal

    (10 – 15)- Remaja Akhir

    (16-22)

    18 (45%)22 (35%)

    16 (40%)24 (60%)

    34(42,5%)46(57,5%)

    FrekuensiPenggunaanJejaring Sosial- Sekali sehari- 2 – 5 kali

    sehari- Lebih dari 5

    kali sehari

    7 (17,5%)8 (20%)25 (62,5%)

    6 (15%)11 (27,5%)23 (57,5%)

    13(16,25%)19(47,5%)48 (60%)

  • Harpeni Siswatibudi | Social Networking System sebagai …..

    32

    KARAKTERISTIK PERLAKUANn(%)

    KONTROLn(%)

    TOTAL(%)

    Sumber InformasiKesehatanReproduksi- BKKBN- Internet- Pelajaran BK

    di sekolah- Lain-lain

    029 (72,5%)38(95%)7(17,5%)

    027 (67,5%)36 (90%)8 (20%)

    056 (70%)74(92,5%)15(18,75%)

    Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa sebagian besar umur responden masuksebagai kategori remaja akhir yaitu usia 16 –22 tahun baik pada kelompok perlakuan 22(55%) maupun kelompok kontrol 16(60%)dari 57,5%. Mayoritas (60%) respondenmengakses media jejaring sosial dalam seharilebih dari 5 kali, yaitu pada kelompokperlakuan 25 (62,%) dan kelompok kontrol23 (57,5%). Pada variabel sumber informasikesehatan reproduksi menunjukkan bahwa92,5 % responden telah mendapatkaninformasi tentang kesehatan reproduksimelalui pelajaran Bimbingan dan Konselingdi sekolah. Selain itu 29 29 (72,5%)responden pada kelompok perlakuan jugamendapatkan informasi tambahan melaluiinternet, sedangkan untuk kelompok kontrol27 (67,5%).

    Tabel 2. Hasil AnalisisKARAKTERISTI

    KPERLAKUA

    Nn(%)

    KONTROL

    n(%)

    X²(t)

    P

    Umur- Remaja

    Awal (10 –15)

    - RemajaAkhir (16-