encountering john - literatur saat

15

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat
Page 2: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

ENCOUNTERING JOHN (SECOND EDITION)INJIL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH, SASTRA, DAN TEOLOGISOleh: Andreas J. Köstenberger

Diterbitkan olehLITERATUR SAATJalan Anggrek Merpati 12, Malang 65141Telp. (0341) 490750, Fax. (0341) 494129website: www.literatursaat.org

Copyright © 1999, 2013 by John Köstenberger.Originally published in English under the title

Encountering Johnby Baker Academic,a division of Baker Publishing Group,Grand Rapids, Michigan, 49516, U.S.A.

All rights reserved.

Penulis : Andreas J. KöstenbergerAlih Bahasa : Timotius LoPenyunting : Chilianha JusufPenata Letak : Yusak P. PalulunganGambar Sampul : Lie Ivan Abimanyu

Edisi terjemahan telah mendapat izin dari penerbit buku asli.Cetakan Pertama : 2015

Dilarang memproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Köstenberger, Andreas J.,Encountering John: Injil dalam perspektif sejarah, sastra, dan teologis (edisi ke-2)––Alih

bahasa, Timotius Lo––Cet. 1––Malang: Literatur SAAT, 2015.330 hlm.; 22,5 cm. Judul asli: Encountering John: the Gospel in Historical, Literary, and Theological

Perspective–Second Edition ISBN 978-602-7788-25-1

Page 3: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

Daftar Isi

Kepada Para Mahasiswa 7Kata Pengatar Penulis 11Sebelum Anda Memulai . . . 13Daftar Singkatan 15

Bagian 1 Perjumpaan dengan Injil Yohanes: Mari Masuk!1. Sejarah: Bagaimana Injil Yohanes Disusun 172. Literatur: Memetakan Cerita Yohanes 293. Teologi: Tema-tema Utama Yohanes 37

Bagian 2 Perjumpaan dengan Sang Firman (Yoh. 1:1-18)4. Inkarnasi Sang Firman (1:1-18) 51

Bagian 3 Perjumpaan dengan Yesus yang Hidup di Dunia: Misi untuk Orang Yahudi (Termasuk Tujuh Tanda) (Yoh. 1:19-12:50)

5. Awal Pelayanan Yesus (Bagian 1): Tanda 1-2 (1:19-2:25) 716. Awal Pelayanan Yesus (Bagian 2): Tanda 3 (3:1-4:54) 897. Konflik yang Semakin Sengit (Bagian 1): Tanda 4-5 (5:1-6:71) 101 8. Konflik yang Semakin Sengit (Bagian 2): (7:1-8:59) 115 9. Konflik yang Semakin Sengit (Bagian 3): Tanda 6 (9:1-10:42) 129

10. Konflik yang Semakin Sengit (Bagian 4): Tanda 7 (11:1–12:50) 143

Bagian 4 Perjumpaan dengan Yesus yang Diagungkan: Misi untuk Dunia (Yoh. 13-20)11. Perpisahan Yesus (Bagian 1) (Psl. 13) 16112. Perpisahan Yesus (Bagian 2) (Psl. 14-16) 17113. Perpisahan Yesus (Bagian 3): Doa Perpisahan Yesus (Psl. 17) 19114. Kesengsaraan dan Kebangkitan Yesus serta Pengutusan Pengikut-Nya (Psl. 18-20) 201

Bagian 5 Perjumpaan dengan Ia yang Memanggil Kita Untuk Mengikuti-Nya (Yoh. 21)15. Apa Artinya Mengikut Yesus (Psl. 21) 21916. Epilog: Yohanes dalam Konteks Kitab Suci 225

Apendiks 1—Sejarah Penafsiran dari Injil Yohanes 239Apendiks 2—Injil Yohanes dan Studi tentang Nilai Historis Yesus 245Perangkat-perangkat Studi 249

Page 4: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

Ekskursus 1—“Kehidupan” dan “Terang” dalam Injil Yohanes 285Ekskursus 2—“Orang Yahudi” dalam Injil Yohanes 288Ekskursus 3—Keterangan Tambahan dalam Injil Yohanes 291Ekskursus 4—Referensi atas Waktu dalam Injil Yohanes 296Ekskursus 5—Kesalahpahaman dalam Injil Yohanes 297Ekskursus 6—Keharusan Ilahi dalam Injil Yohanes 300Ekskursus 7—Yesus Sebagai Seorang Rabi dalam Injil Yohanes 301Ekskursus 8—Sejenis Bekas Suntingan (Aporia) dalam Injil Yohanes 304Ekskursus 9—Perkataan Absolut “Akulah” dalam Injil Yohanes 307Ekskursus 10—Relasi yang Tidak Harmonis Antara Pilatus dengan Orang Yahudi 309

Catatan 313Daftar Kosakata 323Bibliogafi Pilihan disertai Penjelasan 327

Page 5: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

Sejarah 1Bagaimana Injil Yohanes Disusun?

Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.

Yohanes 19:35

Garis Besar

• KepenulisanBukti InternalBukti Eksternal

• TempatdanWaktuPenulisan,Pembaca,LatarBelakang,danTujuan

Sasaran

Setelah membaca bab ini, Anda diharapkan mampu1. Menganalisis bukti-bukti

internal dan eksternal tentang kepenulisan Yohanes dari Injil Yohanes.

2. Mengidentifikasi tempat dan tanggal penulisan Injil Yohanes.

3. Memberikan pembahasan yang terintegrasi tentang pembaca, latar belakang, dan tujuan.

Page 6: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

20 Sejarah

Apakah latar belakang kehidupan dari Injil Yohanes? Apakah acuan historikal yang menjadi pijakan

lahirnya kitab Injil Keempat ini? Pertanyaan pertama yang muncul berkaitan dengan kepenulisan. Dua jenis bukti yang dapat membantu kita menjawab pernyataan yang penting ini: Bukti eksternal (informasi yang terdapat di luar Injil ini, seperti komentar yang dibuat oleh para bapa di zaman dulu) dan bukti internal (data yang diperoleh dari dalam Injil Yohanes itu sendiri). Secara tradisional, para penafsir konservatif telah memulai dengan pembahasan tentang bukti eksternal. Namun, sejumlah ahli keberatan dengan prosedur ini, mereka berpendapat bahwa cara tersebut membuat pemikiran kita sudah terpola ketika kita akhirnya sampai pada Injil itu sendiri. Tentu saja, naif untuk percaya bahwa orang bisa mempelajari Injil Yohanes tanpa dipengaruhi oleh presupo- sisi apa pun. Namun, kebenaran tersebut tetap saja sah dalam batasan tertentu. Oleh sebab itu, kita akan memulai dengan pembahasan bukti internal dari Injil Yohanes dan dilanjutkan dengan mempelajari bukti eksternal.

Kepenulisan

Bukti Internal

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang dibe- rikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (1:14)—ini merupakan kesaksian pembukaan dari Injil Yohanes. Siapakah “kita” yang telah melihat kemuliaan Yesus? Kita men- dapatkan jawabannya langsung setelah narasi Yohanes tentang tanda ajaib pertama yang dilakukan Yesus: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-

murid-Nya percaya kepada-Nya” (2:11). Pada bagian awal ini, Injil Yohanes mengklaim mewakili kesaksian kerasulan sebagai saksi mata dari pelayanan Yesus di atas bumi.

Namun, rasul manakah yang bertang- gung jawab menuliskan kisah ini? Dalam hal ini kita terbantu oleh informasi yang ditampilkan pada bagian akhir Injil ini. Di sana, setelah berbicara dengan Petrus, Yesus dikatakan berbicara dengan murid yang dikasihi-Nya (bdk. 21:20). Dan kita diberi tahu: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar” (21:24). Oleh sebab itu, kita tahu bahwa orang yang menulis Injil ini tidak lain adalah “murid yang dikasihi Yesus”—namun siapakah dia? Ia pertama kali disebut dengan istilah ini di 13:23 saat Perjamuan Terakhir di ruang atas, bersandar dekat Yesus. Karena itu, ia pasti salah satu dari Kelompok Dua Belas (bdk. Mat. 26:20; Mrk. 14:17; Luk. 22:14). Di saat yang sama, ia pasti bukan murid yang namanya disebut di pasal 13-16, yakni, Petrus, Filipus, Tomas, Yudas Iskariot atau Yudas anak Yakobus.

Murid yang “dikasihi Yesus” kembali muncul di halaman istana Imam Besar saat Yesus ditangkap (18:15, “seorang murid lain”), dan kemudian di bawah salib, di mana ia diminta Yesus untuk menjaga ibu-Nya (19:26-27). Oleh sebab itu, ia juga merupakan saksi mata penyaliban, seperti yang diungkapkan lewat kata-kata yang mirip dengan 21:24: “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar” (19:35). Terakhir, “murid yang dikasihi Yesus” muncul di kuburan Yesus yang sudah kosong di pasal 20 (ay. 1-8). Yang terungkap tentangnya di sana adalah reaksinya ketika ia masuk ke kuburan dan bahwa ia “melihatnya dan percaya” (20:8). Sebagaimana yang terjadi di ruang atas dan seluruh bagian kedua dari

Page 7: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

21Perjumpaan dengan Injil Yohanes

Injil Yohanes, “murid yang dikasihi Yesus” dikaitkan secara erat dengan rasul Petrus. Hal yang sama juga terjadi di pasal terakhir Injil Yohanes, di mana “murid yang dikasihi Yesus” mengingatkan Petrus bahwa orang yang ada di seberang danau adalah “Tuhan” (21:7).

Karena Petrus dan “murid yang dikasihi Yesus” disebut sebagai bagian dari dari tujuh murid Yesus yang pergi mencari ikan di Laut Galilea, “murid yang dikasihi Yesus” ini pasti salah satu dari mereka yang disebut di 21:2: “Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.” Karena “murid yang dikasihi Yesus” namanya tidak disebutkan dalam Injil ini, maka ia pasti bukan Simon Petrus, Tomas (lihat penjelasan di atas), atau Natanael (=Bartolomeus?), namun ia pasti salah seorang dari kedua anak Zebedeus atau salah satu dari “dua orang murid-Nya yang lain.” Jika ia adalah salah seorang dari kedua anak Zebedeus, kemungkinan besar ia bukan Yakobus, karena menurut 21:23, tersebar sebuah rumor di kalangan gereja mula-mula bahwa “murid yang dikasihi Yesus” tidak akan mati, sementara Yakobus telah mati syahid di tahun 42 M menurut Kis. 12:2 (“Ia [Herodes Agripa I] menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang”).

Kita dapat menyimpulkan: Penulis adalah,• seorangrasul• “muridyangdikasihiYesus”• salahseorangdariKeduaBelasMurid,

namun bukan Petrus, Filipus, Tomas, Yudas Iskariot, atau Yudas anak Yako- bus

• salah seorang dari tujuhmurid diYohanes 21:2, namun bukan Petrus, Tomas, atau Natanael

• kemungkinan adalahYohanes anakZebedeus (namun bukan Yakobus, saudaranya) atau salah seorang dari dua “murid lainnya” yang disebut di 21:2

Ini berarti bahwa, dari daftar para rasul yang ditemukan dalam kitab-kitab Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul, hanya ting- gal nama-nama berikut (Andreas, saudara Petrus, sepertinya bukanlah orang tersebut karena 1:40; lihat penjelasannya di bawah):

• Matius(Lewi)• SimonorangZelot• YakobusanakAlfeus• YohanesanakZebedeus

Dari daftar nama di atas, kemungkinan besar orang tersebut bukan Matius karena ia dipercaya menulis satu kitab Injil lainnya. Selain dia, ada juga dua figur yang kabur, Simon orang Zelot dan Yakobus anak Alfeus yang sepengetahuan saya tidak pernah dianggap sebagai penulis dari Injil Yohanes. Ini berarti satu-satunya orang yang mungkin adalah Yohanes anak Zebedeus.

Kesimpulan dari bukti internal Injil Keempat ini sejalan dengan data yang ter- sedia dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik dan tulisan-tulisan Paulus. Kita telah melihat bahwa Petrus dan “murid yang dikasihi Yesus” sering ditampilkan secara bersamaan dalam Injil Yohanes. Pertanyaannya jelas: murid manakah yang oleh tulisan-tulisan lain dalam PB digambarkan memiliki hubungan yang erat dengan Petrus dalam pelayanan pada beberapa tahun pertama gereja mula-mula? Jawabannya sangat jelas dan pasti: Ia adalah Yohanes anak Zebedeus (Luk. 22:8; Kis. 3-4; 8:14-25; Gal. 2:9). Oleh sebab itu, kita dapat menyimpulkan bahwa dari bukti internal Injil Yohanes, disandingkan dengan bukti dari seluruh bagian lain dalam PB, secara meyakinkan menunjukkan bahwa Yohanes anak Zebedeus adalah penulis Injil Yohanes. Rupanya, ini jugalah yang disimpulkan para bapa gereja mula-mula, yang dengan suara bulat mendukung kepenulisan Yohanes (baca pembahasannya dalam bukti eksternal di bawah).

Page 8: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

22 Sejarah

Namun jika demikian, mengapa Yohanes tidak mengidentifikasi dirinya secara ekspli- sit sebagai penulis Injil ini? Di sini kita dapat berspekulasi. Untuk itu, haruslah kita ingat bahwa sebagaimana tulisan Yohanes secara formal adalah tulisan anonim, demikian juga Injil-injil kanonik lainnya. Oleh sebab itu, satu-satunya perbedaan antara kitab-kitab Injil Sinoptik dengan Yohanes adalah penu- lis Injil Yohanes menempatkan dirinya seba- gai seseorang yang memainkan peran yang menonjol dalam narasinya (baca khususnya 21:24). Mengapa ia melakukannya? Satu jawaban yang jelas adalah: Fakta historis. Jika Yohanes anak Zebedeus adalah penulis Injil Yohanes, ia bukan hanya salah satu dari Kedua Belas Murid, ia juga salah satu murid dari kelompok “lingkaran dalam” Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Perhatikan bukti-bukti berikut:

• Petrus,Yakobus,danYohanesmerasatakjub dengan ikan hasil tangkapan yang tercatat dalam Lukas 5:8-10; di mana Yakobus dan Yohanes diperke- nalkan sebagai “mitra” atau “rekan” (koinōnoi) Petrus dalam menangkap ikan.

• Petrus, Yakobus, danYohanes dise-but terlebih dahulu dalam daftar nama para rasul di Markus 3:16-17 dan Matius 10:2 = Lukas 6:14 (di mana nama Andreas disebut bersama dengan Simon Petrus), dan sekali lagi di Kisah Para Rasul 1:13.

• Petrus,Yakobus,danYohanesmeru-pakan saksi-saksi mata mukjizat Yesus yang membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian, satu dari tiga peristiwa kebangkitan dari kematian yang tercatat dalam keempat Injil (Mrk. 5:37; Luk. 8:51).

• HanyaPetrus,Yakobus,danYohanesyang menjadi saksi peristiwa transfi- gurasi Yesus (Mat. 17:1-2; Mrk. 9:2; Luk. 9:28-29).

• Petrus,Yakobus,YohanesjugaAndreassecara pribadi bertanya kepada Yesus tentang akhir zaman di Markus 13: 3-4 dan mendapatkan respons yang ekstensif dari Yesus.

• HanyaPetrus,Yakobus,danYohanesyang menyertai Yesus ketika Ia meng- undurkan diri untuk berdoa di Taman Getsemani (Mrk. 14:32-33).

Menariknya, Injil Yohanes tidak berbicara tentang “lingkaran dalam” ini. Tidak ada daftar nama para rasul, dan tidak ada cerita tentang peristiwa transfigurasi, kebangkitan anak perempuan Yairus, pengajaran Yesus tentang akhir zaman, atau Getsemani. Infor- masi yang paling penting tercatat dalam Yohanes 1:35-42, cerita tentang panggilan Yesus kepada murid-murid pertama-Nya. Ada dua murid, keduanya pengikut Yohanes Pembaptis, yang dipanggil untuk mengikuti Yesus: Yang satu adalah Andreas, saudara Simon Petrus; yang lainnya tidak disebutkan namanya. Menurut tulisan Sinoptik yang mencatat keterkaitan yang erat antara Petrus dan Andreas di satu sisi, dan anak-anak Zebedeus di sisi lain (bdk., mis., Luk. 5:8-10), kemungkinan besar murid yang namanya tidak disebutkan selain Andreas adalah salah seorang anak Zebedeus, yaitu Yohanes.

Oleh sebab itu, bukti sejarah menunjuk- kan bahwa Yohanes anak Zebedeus, penulis Injil Yohanes, merupakan salah satu dari tiga murid yang berada dalam “lingkaran dalam” Yesus. Inilah alasannya mengapa Yohanes, sebagai penulis Injil Yohanes, meng- gambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang memainkan peran penting dalam Injilnya: fakta sejarah membutuhkannya. Di saat yang sama, tidak mengherankan jika Yohanes berusaha agar tindakan-tindakannya tidak mengalihkan Yesus dari pusat perhatian. Oleh sebab itu, ia menciptakan istilah “murid yang dikasihi Yesus,” sebuah julukan yang sopan untuk menyebut dirinya sendiri.1 Meskipun

Page 9: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

23Perjumpaan dengan Injil Yohanes

rekonstruksi demikian banyak ditentang tahun-tahun belakangan, namun pandangan ini tetap dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal berdasarkan data yang tersedia.2

Namun, mengapa hal ini menjadi pen- ting? Apakah tidak mungkin menerima Injil Yohanes meskipun tidak diketahui siapa penulisnya dan mendapatkan pelajaran dari gambarannya yang luhur tentang Kristus dan berbagai pelajaran tentang arti mengikut Dia? Tentu saja itu bisa terjadi. Kita juga harus tahu bahwa mengakui Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes tidak terkait dengan isu ineransi atau inspirasi Kitab Suci, hanya karena Penulis Injil Keempat tidak menunjukkan dirinya secara eksplisit. Namun bagaimanapun juga, mengakui Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes dampaknya juga besar. Karena kepenulisan Yohanes menjamin sifat dari Injil ini sebagai kesaksian yang disampaikan oleh saksi mata (yang, sebagaimana sudah ditunjukkan, sangat jelas digambarkan dalam bukti internal Injil itu sendiri).3

Pada akhirnya hal ini sangat signifikan dalam kaitan dengan fungsi yang unik, fondasional, dan otoritatif yang dibebankan kepada pengajaran kerasulan pada masa gereja mula-mula (bdk. Kis. 2:42; Ef. 2:20; bdk. juga Yoh. 14:26; 15:27; 16:13). Oleh sebab itu, kita perlu memastikan apakah penulis Injil Yohanes seorang rasul saksi mata atau seorang anonim, anggota dari sebuah sekte di akhir abad pertama (menurut hipotesis komunitas pembaca Yohanes), untuk menentukan apakah Injil Yohanes merupakan sebuah tulisan kerasulan utama atau hanya sebuah dokumen murahan peninggalan sebuah sekte (untuk sebuah kritik yang ringkas atas “hipotesis komunitas pembaca Yohanes,” lih. lampiran 1). Oleh sebab itu, harus ada paparan lengkap dari bukti internal dari dalam Injil itu sendiri,

yang terbukti mendukung pandangan kepe- nulisan oleh sang rasul tersebut.

Bukti Eksternal

Karena natur filosofis dan bahasa univer- sal yang dipakai di dalamnya, Injil Yohanes merupakan sebuah kitab favorit bagi para penganut ajaran gnostik (lih. pembahasan tentang gnostikisme pada bab 2). Hal ini telah terungkap lewat fakta bahwa buku tafsiran pertama atas Injil Yohanes ditulis oleh seorang penganut ajaran gnostik, Heracleon. Namun ketika bapa gereja Irenaeus menggunakan Injil Yohanes untuk menyanggah pengajaran gnostik pada bagian kedua abad II M, Injil ini telah diterima dalam kanon gereja, sekali untuk selamanya.4 Dengan menyatakan bahwa sumbernya adalah Polycarpus, murid dari almarhum rasul Yohanes, Irenaeus menyatakan, “Yohanes murid dari Tuhan, yang bersandar pada dada-Nya, menerbitkan Injilnya ketika ia tinggal di Efesus di Asia” (Adv. Haer. 3.1.2). Bapa gereja pada masa awal ini dengan yakin mengidentifikasi rasul Yohanes, yang dipanggil “murid yang dikasihi Yesus” dalam Yohanes 13:23 dan bagian-bagian tulisan berikutnya, sebagai penulis Injil Yohanes.

Menanggapi pandangan-pandangan demikian, Clement dari Alexandria meng- ungkapkan bahwa “Yohanes, yang terakhir di antara yang lainnya, . . . menulis satu Injil spiritual” (dikutip oleh Eusebius, H.E. 6.14.7). Mulai dari akhir abad kedua, gereja dengan suara bulat menerima kepenulisan Yohanes, anak Zebedeus, atas Injil Keempat ini.

Mereka yang menentang pandangan ini biasanya percaya dengan pandangan Papias, menurut kutipan Eusebius (H.E. 3.39.4-5), yang diduga keras mengungkapkan adanya seorang Yohanes lain yang bukan rasul, yakni “Yohanes sang penatua,” yang menurut mereka kemungkinan adalah penulis Injil Yohanes. Namun Papias mungkin saja hanya menyebutkan Yohanes “penatua yang disebut

Page 10: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

24 Sejarah

di atas” untuk membedakan saksi mata pela- yanan Yesus yang sudah meninggal dari mereka yang masih hidup.5 Lagi pula, sulit untuk dipercaya bahwa Injil Yohanes ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal di kalangan gereja mula-mula. Matius adalah seorang rasul, Markus adalah rekan kerja Petrus (dan Paulus), dan Lukas adalah rekan kerja Paulus. Layakkah kita menolak rasul Yohanes seba- gai penulis Injil Yohanes dan menyerahkan kepenulisan Injil ini kepada “Yohanes sang penatua,” seorang yang tidak dikenal sama sekali selain lewat sebuah catatan yang mera- gukan dalam cerita Eusebius tentang Papias? Penjelasan tersebut sulit diterima sebagai pandangan yang tepat.

Oleh sebab itu kita menyimpulkan bahwa bukti internal dan eksternal secara selaras menunjukkan bahwa Yohanes, anak Zebedeus-lah penulis kitab Injil yang mema- kai namanya sendiri.

Tempat dan Waktu Penulisan, Pembaca, Latar belakang, dan Tujuan

Setelah kita memastikan wibawa kerasulan dari Injil Yohanes, kini kita menyelidiki tem- pat, waktu, pembaca, latar belakang, dan tujuan penulisannya. Karena pertanyaan-pertanyaannya saling terkait, maka semua topik akan dibahas secara bersamaan.

Berkaitan dengan tempat penulisan, saya telah menyinggung pandangan dari bapa gereja, Irenaeius, bahwa “Yohanes . . . menerbitkan Injilnya ketika ia tinggal di Efesus di Asia.” Tidak ada tempat lain yang mendapat dukungan dari para bapa gereja mula-mula. Namun, meskipun Yohanes menulis Injilnya di Efesus tidak berarti ia mengacu pada gereja (atau komunitas orang percaya) di Efesus, atau, meskipun sean- dainya mereka adalah para pembaca utama tulisannya, ia tidak lantas menulis Injilnya secara eksklusif untuk gereja-gereja orang Efesus. Kita akan membahas hal ini lebih

mendalam di bagian pembaca Injil ini di bagian bawah.

Kemungkinan besar Injil ini ditulis setelah penghancuran Bait Allah di Yerusalem. Seba- gaimana yang akan dibahas secara lebih mendalam nanti, tujuan penulisan Yohanes adalah untuk memberikan penekanan atas pandangan baru dari Yesus terhadap Bait Allah dan hari-hari raya orang Yahudi dengan tujuan untuk memanfaatkan penghancuran Bait Allah sebagai alat pekabaran Injil bagi bangsa Yahudi Perantauan dan bangsa-bangsa non-Yahudi yang tertarik pada Yudaisme (proselit).6 Jika demikian, maka kemungkinan besar tanggal penulisannya setelah 70 M, namun tidak segera setelah peristiwa-peristiwa mengerikan di Yerusalem tersebut.7 Juga, referensi tentang Petrus yang mati syahid di 21:18-19 tampaknya untuk mengindikasikan bahwa kematiannya telah terjadi pada saat tulisan itu dibuat. Karena Petrus mati syahid sekitar tahun 65 M, artinya tanggal penulisan merujuk dekade-dekade terakhir dari abad I M, juga mengindikasikan bahwa kitab ini ditulis di masa pemerintahan Kaisar Domitian (81-96 M) dari Kerajaan Romawi. Yang lebih meyakinkan adalah fakta

Gerbang Titus dekat Colosseum untuk mengenang kemenangan yang dicapai Jenderal Romawi ini pada

saat jatuhnya Yerusalem tahun 70 M.

Page 11: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

25Perjumpaan dengan Injil Yohanes

bahwa mata uang logam yang ditemukan pada periode tersebut menyebutkan Domitian sebagai Dominus et Deus (Tuhan dan Allah), bahasa Latin yang persis dengan pengakuan Tomas kepada Yesus dalam bahasa Yunani di 20:28, “Tuhanku dan Allahku!” Dengan demikian, 20:28 merupakan sebuah kiasan bermakna khusus yang berisi pengakuan iman umat Kristen yang sedang menghadapi ancaman Kaisar Romawi pada zaman Yoha- nes. Karena alasan-alasan tersebut, tahun 80 M kemungkinan besar merupakan tahun penulisan Injil ini.

Dengan mempertimbangkan sifat uni- versal dari kitab ini dan bagian pertama yang menekankan penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus, maka Yohanes kemungkinan sedang menjadikan sekelompok bangsa Yahudi Perantauan dan bangsa non-Yahudi yang tertarik kepada Yudaisme di dunia Greko-Roman yang luas pada abad pertama Masehi sebagai pembaca tulisannya. Richard Bauckham secara meyakinkan berargumen bahwa keempat Injil kanonik merupakan “Injil bagi seluruh umat Kristen.”8 Oleh sebab itu, Injil Yohanes tidak hanya ditulis bagi gereja-gereja di Efesus, atau bahkan kepada kelompok “komunitas pembaca Yohanes” yang lebih sempit atau kepada sebuah sinagoge Yahudi yang dikucilkan, namun kepada gereja secara keseluruhan. Di atas semua itu, Injil Yohanes adalah sebuah Injil, mengabarkan kabar baik universal tentang keselamatan dalam Kristus.

Jadi, kemungkinan besar Yohanes menu- lis Injilnya pada tahun 80 M di Efesus, dengan target pembaca utama dari bangsa Yahudi Perantauan dan bangsa non-Yahudi yang tertarik dengan iman bangsa Yahudi, namun secara umum dengan seluruh gereja. Namun, apa yang menjadi latar belakang penulisannya, dan tujuan apa yang ingin ia capai lewat penulisan ini?

Kami telah memberikan petunjuk bahwa penghancuran Bait Allah di Yerusalem telah menciptakan sebuah kekosongan dalam kehi- dupan bangsa Yahudi, khususnya mereka yang hidup di Palestina, juga bagi mereka yang berada di perantauan. Yudaisme tanpa Bait Allah berarti Yudaisme tanpa sistem pengurbanan, termasuk keimaman. Situasi tersebut mirip dengan kondisi pembuangan ke Babel (mulai tahun 606/605 SM), yang melahirkan kelompok-kelompok lokal seba- gai pusat pengajaran dan peribadatan, yakni, sinagoge. Bagaimana Yudaisme menghadapi kehancuran Bait Allah kali ini? Nyatanya perkembangan utama berhasil dicapai oleh kelompok Yudaisme rabinik yang dipimpin oleh orang-orang Farisi. Namun kalau bukan satu abad setidaknya dibutuhkan beberapa dekade bagi Yudaisme rabinik untuk menjadi kekuatan dominan dalam Yudaisme. Tentu saja pada saat Yohanes menulis Injilnya, kondisi traumatis yang baru saja terjadi di Palestina membuka sebuah celah kesempatan baginya.9

Pertanyaan tentang nasib Yudaisme mun- cul dalam benak banyak pihak. Jawaban Yohanes sudah jelas: Ia ingin mendorong orang-orang Yahudi perantauan dan para proselit untuk percaya kepada Yesus, Sang Mesias yang menggenapi semua simbol yang terkandung dalam Bait Allah dan hari-hari raya bangsa Yahudi.10 Bagi Yohanes, penghancuran Bait Allah menjadi sebuah kesempatan untuk mengabarkan Injil kepada bangsa Yahudi.11 Ia mengundang kaum sebangsanya untuk memiliki pandangan yang baru kepada Yesus, yakni sebagai Mesias yang disalibkan dan telah bangkit, Anak Allah. Hal ini tentu saja sejalan dengan motto Paulus: “Pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1:16; Kis. 1:8; 28:23-28). Ini tidak berarti bahwa Injil Yohanes merupakan sebuah dokumen pekabaran Injil yang secara langsung ditujukan kepada orang-orang tidak percaya.12 Sebaliknya,

Page 12: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

26 Sejarah

Penulis dari sebuah esai yang penting ten- tang retorika dalam Injil Yohanes menilai natur Injil ini sebagai berikut: “Dalam kaitan dengan Injil ini, julukan kepada ‘murid yang dikasihi’ dalam Injil Yohanes bisa jadi merupakan sebuah perangkat kesusasteraan yang secara tidak langsung merujuk pada penulis, dengan kemungkinan selanjutnya bahwa ‘murid yang dikasihi’ adalah refe- rensi Yohanes kepada rasul Yohanes, anak Zebedeus, seperti yang diterima oleh tra- disi sinoptik. Skenario tersebut sejalan dengan bukti-bukti eksternal bahwa Injil ini ditulis oleh Yohanes. Namun demikian, Injil Yohanes akhirnya harus dianggap sebagai sebuah teks anonim” (Dennis L. Stamps, “The Johannine Writings,” dalam Handbook of Classical Rhetoric in the Hellenistic Period, 330 BC-AD 400, ed. Stanley E. Porter [Leiden: Brill, 1997], 611).

David R. Beck, penulis dari The Discipleship Paradigm: Readers and Anonymous Cha- racters in the Fourth Gospel (Leiden: Brill, 1997) juga menganut pendekatan yang sama, mengikuti tulisan yang sangat ber- pengaruh dari R. Alan Culpepper, Anatomy of the Fourth Gospel: A Study in Literary Design (Philadelphia: Fortress, 1983). Apakah pendapat dari para penulis di atas sudah benar? Apakah kita memiliki bukti yang cukup kuat sehingga kita bisa menggolongkan Injil Yohanes sebagai sebuah teks anonim (dan tidak lebih dari itu) dan kemudian menggali fitur-fitur kesusasteraan dari karya ini sesuka hati? Tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan “kaidah estetika” dalam studi-studi biblika yang dipaparkan dengan begitu jelas dalam tulisan yang mencerahkan dari Kevin J. Vanhoozer, “A Lamp in the Labyrinth: The Hermeneutics of ‘Aesthetic’ Theology,” Trinity Journal 8 (1987): 25-26.

Titik tolak untuk menjawab pertanyaan ini adalah pemahaman tentang genre Injil. Kalau penulis dari karya seperti ini tidak secara eksplisit mengidentifikasikan dirinya sendiri—menganggap diri sendiri sebagai

Apakah Injil Yohanes Merupakan Sebuah Karya Anonim?

hamba dari komunitas Kristen yang lebih luas dalam menulis Injilnya—hal ini tidak berarti bahwa dokumen yang dihasilkannya merupakan sebuah karya “anonim” dalam pemahaman bahasa modern. Karena, secara literal, kata ini berarti “tanpa nama,” yang dapat mengimplikasikan bahwa tidak ada nama yang dicantumkan pada sebuah karya, atau bahwa penulis dari karya tersebut sama sekali tidak dikenal oleh para pembacanya. Untuk makna pertama, istilah “anonim” mung- kin dapat diterima, namun makna kedua tentu sulit diterima. Sebenarnya, judul “Injil Menurut Yohanes,” yang sudah tercantum sejak awal abad kedua sudah cukup jelas membuktikan bahwa penulis (atau minimal orang yang otoritasnya dipakai untuk menu- lis) bukanlah orang yang tidak dikenal di kalangan umat Kristen mula-mula.

Jadi, apakah kita menganggap Injil Yoha- nes sebagai sebuah tulisan “anonim”? Bagai- mana dengan pernyataan-pernyataan seperti yang tercantum di Yohanes 1:14 bahwa “kita telah melihat kemuliaan-Nya?” Bagaimana dengan jaminan yang diberikan kepada para pembaca dari Injil ini bahwa “orang yang melihat hal itu [yakni, penyaliban Yesus] sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya’ (19:35; bdk. 21:24)? Sebuah pembacaan “berdasarkan kaidah kesusasteraan,” yang mengabaikan pribadi penulis tidak menghargai unsur-unsur per- sonal dan pengalaman yang ditampilkan oleh penulis dalam tulisan tersebut. Jadi, nama penulis yang tidak tercantum dalam Injil Yohanes tidak serta merta menjadikan tulisan ini “anonim.” Sebaliknya, kita harus membaca karya ini sebagai sebuah karya kerasulan yang ditulis oleh seorang saksi mata dari peristiwa-peristiwa pelayanan Yesus di atas bumi. Dengan demikian dapat diklaim sebagai cara yang benar untuk mempelajari Injil ini sesuai dengan tujuan penulisannya.

Page 13: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

27Perjumpaan dengan Injil Yohanes

Pertanyaan-pertanyaan Studi

1. Tuliskan berbagai bukti internal yang mendu- kung kepenulisan Yohanes dari Injil Yohanes berdasarkan urutan logis.

2. Secara ringkas uraikan bukti eksternal yang mendukung kepenulisan Yohanes atas Injil Yohanes.

3. Diskusikan tempat dan waktu penulisan Injil Yohanes serta pembacanya, latar belakang dan tujuannya.

Kata-kata Kunci

bukti eksternalbukti internalSinoptikhipotesis komu-

nitas pembaca Yohanes

PerantauanproselitDominus et Deusgenre

Yohanes kemungkinan menulis untuk mem- perlengkapi orang-orang percaya untuk mem- proklamasikan berita Yesus sebagai Mesias di antara orang-orang yang tidak percaya.

Juga, kenyataan bahwa Yohanes kemung- kinan menulis terutama kepada bangsa Yahudi yang tidak mengakui Kristus sebagai Mesias dan kaum proselit tidak berarti bahwa Injil ini dibatasi hanya bagi kedua kelompok orang tersebut saja. Lewat karakter universalnya, Yohanes berpandangan bahwa kekristenan telah menjadi sebuah agama universal, dan bahwa keselamatan diperoleh lewat iman, bukan dengan cara bergabung dengan bangsa Yahudi dalam ibadah dan praktik religius mereka. Implikasi bagi orang-orang Yahudi yang tertarik adalah bahwa mereka diundang untuk bergabung dengan komunitas mesianik baru yang terdiri dari bangsa Yahudi dan non-Yahudi, namun mereka tidak boleh menjalaninya menurut cara orang Yahudi, melainkan dengan cara universal, yakni iman dalam Yesus sebagai

“satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup” (14:6).

Oleh sebab itu, kita menyimpulkan bahwa penulisan Yohanes kemungkinan besar dila- tarbelakangi oleh peristiwa hancurnya Bait Allah di Yerusalem, sebuah kejadian yang ia jadikan tonggak untuk mempresentasikan Yesus agar dapat mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh hilangnya Bait Allah bangsa Yahudi. Tujuan Yohanes menulis Injilnya adalah (secara tidak langsung) pekabaran Injil kepada bangsa Yahudi. Satu hal terakhir: sejumlah orang mungkin mengutip kondisi meningkatnya ketegangan hubungan antara umat Kristen dengan bangsa Yahudi setelah tahun 70 M sebagai bukti bahwa sebagai seorang Kristen, Yohanes tidak mungkin ber- usaha mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi. Namun sebaliknya, sebagai seorang Yahudi Yohanes tidak mungkin berhenti berusaha meyakinkan sesama bangsanya agar percaya teguh bahwa Yesus sebenarnya adalah Mesias dan “tidak seorang pun dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui [Dia]” (14:6).

Namun, apakah ini berarti bahwa Injil tidak secara langsung relevan dengan kita? Tentu saja tidak demikian. Oleh sebab itu, pertama-tama kita harus belajar untuk meng- apresiasi Injil Yohanes dalam konteks aslinya agar dapat memahami berita yang disam paikannya secara autentik dan tepat. Selan- jutnya, dengan pertolongan Allah, para pem- baca Injil ini tidak terbatas pada para pembaca

Page 14: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat

28 Sejarah

mula-mulanya dan para pembaca yang menjadi target dari tulisan ini; Injil ini juga ditujukan kepada kita. Dan dalam pertolongan Allah, kita dapat memperoleh manfaat dari Injil Yohanes dengan menarik gagasan-gagasan rohani, yang mungkin bahkan tidak terpikirkan oleh Yohanes sendiri. Hal ini memang benar, namun semua gagasan tersebut harus tetap berkaitan dan dibatasi dengan pernyataan yang benar-benar ditulis oleh Yohanes. Kita juga harus menggunakan Injil Yohanes seba-

gai alat untuk mengabarkan Injil bukan seka- dar memanfaatkannya sebagai alat untuk memupuk kerohanian sendiri. Dan kini, seperti pada zaman Yohanes, kita perlu menga barkan bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat universal, satu-satunya jalan yang disediakan Allah bagi umat manu- sia untuk mendapatkan pengampunan dosa, diselamatkan, dan mengalami hidup yang kekal.

Page 15: ENCOUNTERING JOHN - Literatur Saat