evaluasiadministrasioralekstrakmetanol ...digilib.unila.ac.id/56086/2/skripsi tanpa pembahasan.pdfix...
TRANSCRIPT
EVALUASI ADMINISTRASI ORAL EKSTRAKMETANOLMANGROVE API-API PUTIH (Avicennia marina) DAN TAURIN
DALAMMENGHAMBAT KARSINOGENESIS PADAMENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO-ALFA-PIREN
(Skripsi)
Oleh
LILY UTAMI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
THE EVALUATION OF Avicennia marinaMETHANOL EXTRACT ANDTAURIN ORAL ADMINISTRATION IN INHIBIT CARCINOGENESIS
ON MICE (Mus musculus L.) THAT INDUCED WITHBENZO-ALPHA-PYRENE
By
LILY UTAMI
Benzo(a)pyrene (BAP) is a carcinogenic compound that inducescarcinogenesis, has dual roles, as an initiator and promoter. BAP inductiontriggers oxidative stress and lipid peroxidase which is the initial stage ofcarcinogenesis. Antioxidants are proven to inhibit carcinogenesis, for exampletaurine, but not yet consumed in Indonesia. Therefore, this study aims to obtainsources of antioxidants from the surrounding environment, especially fromAvicennia marina as a taurine substitute, in order to inhibit carcinogenesis interms of the histopathology of liver mice. This study used a completelyrandomized design (CRD) in 5 treatment groups and 5 replications. K1 group(given standard feed and drinking water until the end of the study), K2 (BAPinduction 0.3 mg/bw/day subcutaneously for 10 days), K3 (induced by BAP thengiven oral administration of taurine 15.6 mg/bw/day for 15 days), K4 (induced byBAP then given oral administration of Avicennia marina leaves methanol extract24.5 mg/bw/day for 15 days) and K5 (induced by BAP then given oraladministration of Avicennia marina fruits methanol extract 24.5 mg/bw/day for15 days). The data obtained will be analyzed by One Way ANOVA and followedby LSD at the 5% level. The results showed that BAP induction of 0.3mg/bw/day caused changes in the number of erythrocytes, leukocytes, differentialleukocytes, liver weight, and liver histopathology. Administration of oral taurine,methanol extract of Avicennia marina leaves and fruit sequentially showed theability to repair liver tissue (hepatoprotective) induced by BAP.
Keywords: BAP, carcinogenesis, Avicennia marina, taurine, hepatoprotective
ABSTRAK
EVALUASI ADMINISTRASI ORAL EKSTRAKMETANOLMANGROVE API - API PUTIH (Avicennia marina) DAN TAURIN
DALAMMENGHAMBAT KARSINOGENESIS PADAMENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO-ALFA-PIREN
Oleh
LILY UTAMI
Benzo(a)piren (BAP) adalah senyawa karsinogenik yang menginduksikarsinogenesis, berperan ganda, yaitu sebagai inisiator dan promotor. InduksiBAP memicu stres oksidatif dan peroksidase lipid yang merupakan tahap awalkarsinogenesis. Antioksidan terbukti dapat menghambat karsinogenesis,contohnya taurin, tetapi belum awam dikonsumsi di Indonesia. Oleh sebab itu,penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan sumber antioksidan darilingkungan sekitar, khususnya dari Avicennia marina sebagai substitusi taurin,guna menghambat karsinogenesis yang ditinjau dari gambaran histopatologihepar mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan 5 kelompok perlakuan dan 5 ulangan. Kelompok K1 (diberikan pakanstandar dan air minum hingga akhir penelitian), K2 (diinduksi BAP 0,3mg/ekor/hari secara subkutan selama 10 hari), K3 (diinduksi BAP kemudiandiberikan administrasi oral taurin 15.6 mg/ekor/hari selama 15 hari), K4(diinduksi BAP kemudian diberikan administrasi oral ekstrak metanol daunAvicennia marina 24,5 mg/ekor/hari selama 15 hari) dan K5 (diinduksi BAPkemudian diberikan ekstrak metanol buah Avicennia marina 24,5 mg/ekor/hariselama 15 hari). Data yang didapatkan akan dianalisis dengan One Way ANOVAdan dilanjutkan BNT pada taraf nyata 5%. Hasil menunjukkan bahwa induksiBAP 0,3 mg/ekor/hari menyebabkan perubahan pada jumlah eritrosit, leukosit,differensial leukosit, berat basah hepar, dan histopatologi hepar. Pemberianadministrasi oral taurin, ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina secaraberurutan menunjukkan kemampuan memperbaiki jaringan hati (hepatoprotektif)yang diinduksi BAP.
Kata kunci : BAP, karsinogenesis, Avicennia marina, taurin, hepatoprotektif
EVALUASI ADMINISTRASI ORAL EKSTRAKMETANOLMANGROVE API-API PUTIH (Avicennia marina) DAN TAURIN
DALAMMENGHAMBAT KARSINOGENESIS PADAMENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI BENZO-ALFA-PIREN
Oleh
LILY UTAMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 13
Desember 1997. Penulis merupakan anak bungsu dari dua
bersaudara oleh pasangan Bapak Ayub Yacob dan Ibu Marsini.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di
Xaverius Panjang Bandar Lampung pada tahun 2003. Pendidikan formal penulis
dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar di Xaverius Panjang Bandar Lampung dan
diselesaikan pada tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikannya di
SMP Xaverius 2 Bandar Lampung yang berakhir pada tahun 2012. Pada tahun
2015, penulis menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12 tahun di SMA Xaverius
Bandar Lampung. Selain pendidikan formal, penulis juga menjalani pendidikan
informal di bidang Bahasa Inggris.
Pada tahun 2015, penulis memutuskan untuk mengikuti kata hatinya untuk
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negri (PTN) dan berhasil lolos
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN) di Jurusan Biologi
Universitas Lampung. Selama masa perkuliahan, penulis berkontribusi dalam
bidang akademis maupun kemahasiswaan. Hal ini dibuktikan dengan
keikutsertaan penulis pada Olimpiade Nasional Bidang Matematika dan Ilmu
xi
Pengetahuan Alam (ON-MIPA) di Palembang, menjadi asisten praktikum
Mikrobiologi Umum bagi Jurusan Pendidikan Biologi, analis spektrofotometri
dan mentor pada Biology English Club (BEC). Selain itu, penulis juga pernah
menjabat sebagai bendahara bidang Sains dan Teknologi (Saintek) pada
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila pada tahun 2016-2017.
Pada tahun kedua masa perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi salah satu
penerima beasiswa bergengsi. Selain itu, penulis melihat masa perkuliahan
sebagai peluang untuk mengasah keterampilannya dalam berwirausaha.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukamulya, Kecamatan
Banyumas, Kabupaten Pringsewu pada Januari hingga Maret 2018 dan
melaksanakan Kerja Praktik di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)
Regional III Lampung pada Agustus 2018.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
karunia, rezeki, dan penyertaan-Mu di setiap langkah
hidupku, termasuk dalam penyusunan skripsi ini.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Mama dan Papaku tercinta yang selalu berdoa untuk
kelancaran perjalanan hidupku, pengorbanannya, kasih dan
sayangnya, motivasi, dan kepercayaannya padaku;
Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikan ilmu, saran
terbaik, pengarahan, bimbingan selama masa perkuliahan,
dan usahanya untuk membentuk karakterku menjadi lebih
baik;
Para sahabat, teman, kakak, dan adik yang telah
membagikan ilmu, pengetahuan, pengalaman hidup ,
kebersamaan, hingga canda tawa padaku selama masa
perkuliahan;
serta Almamaterku tercinta.
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yangmemberi kekuatan kepadaku“
(Flp 4: 13)
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia jugadalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benardalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar”
(Lukas 16: 10)
‘Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu - satunyahal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu
sendiri”
(R. A. Kartini)
“Whatever you are, be a good one”(Abraham Lincoln)
“Show respect even to people who don’t deserve it: not as areflection of their characters, but as a reflection of yours”
(Dave Willis)
“Never give up. Today is hard, tomorrow will be worst, but theday after tomorrow will be sunshine”
(Jack Ma)
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Evaluasi Administrasi Oral Ekstrak Metanol Mangrove
Api-Api Putih (Avicennia marina) dan Taurin dalam Menghambat
Karsinogenesis pada Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi
Benzo-Alfa-Piren” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains di Universitas Lampung. Penelitian ini merupakan sebagian dari penelitian
Puslitbang Pesisir dan Kelautan LPPM Universitas Lampung yang didanai oleh
Hibah Institusi tahun 2018.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Ayub Yacob dan Ibu Marsini, yang selalu
memberikan doa, restu, dukungan, dorongan, nasihat, dan kepercayaan
kepada penulis selama pelaksanaan penelitian;
2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan ilmu, bantuan, saran, dan ketulusan selama
perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini, serta kepercayaan kepada
penulis selama pelaksanaan penelitian;
3. Ibu Henni Wijayanti M., S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing II atas
saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian;
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku dosen pembahas yang dengan
baik hati berbagi ilmu dan saran selama perkuliahan maupun penyusunan
skripsi ini, juga berbagi pelajaran tentang hidup;
5. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan saran terbaik, pengarahan, bimbingan selama perkuliahan,
dan usahanya untuk membentuk karakter penulis menjadi lebih baik;
6. Prof. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;
7. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung;
8. Bapak Drs. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung;
9. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Kepala Laboratorium
Biomolekuler dan Mba Nunung Cahyawati, A.Md. selaku laboran yang
telah banyak membantu penulis selama penulisan skripsi ini;
10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
11. Kakak satu–satunya, Sule, serta kuku Mery (tante rasa ibu), yang mau
mendengarkan dan menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah, canda tawa
bahkan motivasi agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik;
12. Mba Iffa Afiqa Khairani, S.Si. yang telah membimbing penulis selama
penelitian dan mau berbagi ilmu, dorongan serta motivasi kepada penulis;
13. Yonathan Christyanto, S.Si. selaku partner terbaik dalam berjuang serta
motivator bagi penulis;
14. Teman-teman seperjuangan penelitian, yaitu Mba Iffa, Mba Rizka, Yona,
Noufallia F. Arra dan Mba Harnes yang mau berbagi ilmu hingga canda
tawa dengan penulis selama masa penelitian dan penyusunan skripsi;
15. Teman-teman anggota laboratorium biomolekuler, yaitu Mba Nung,
Yonathan, Arra, Winda, Tiyas, Tia, Inas, Mba Iffa, Mba Wulan, Mba Rizka,
Pak Yo, dan Kak Yogi atas kebersamaannya selama ini;
16. Sahabatku yang memiliki porsi tersendiri di hati, Desi, Yoyo, Puput, Stevi,
Berekhya Glori, dan segenap anggota Salira University dan semua teman
yang rajin membeli pulsa serta dagangan penulis;
17. Teman-teman Biologi angkatan 2015 atas kebersamaannya selama ini;
18. Teman-teman KKN Desa Sukamulya, Kecamatan Banyumas, Kabupaten
Pringsewu, Farah, Ridho, Winda, Mba Tika, Billy, dan Bang Tom atas
kebersamaannya selama ini;
19. Seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan Biologi FMIPA Unila atas
kebersamaannya;
20. Serta almamater Universitas Lampung tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu
atas kontribusi serta motivasi dari pihak-pihak terkait, maka penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Besar harapan penulis agar skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 21 Febuari 2019
Lily Utami
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN i
ABSTRACT ii
ABSTRAK iii
HALAMAN JUDUL DALAM iv
HALAMAN PERSETUJUAN v
HALAMAN PENGESAHAN vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI vii
RIWAYAT HIDUP ix
HALAMAN PERSEMBAHAN xi
MOTTO xii
SANWACANA xiii
DAFTAR ISI xvii
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR GAMBAR xx
I. PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 5C. Tujuan Penelitian 6D. Manfaat Penelitian 6E. Kerangka Pikir 6F. Hipotesis 8
xviii
II. TINJAUAN PUSTAKA 9A. Hepar 9B. Benzo(a)piren 13C. Karsinogenesis 15D. Biologi Mangrove Api - Api Putih (Avicennia marina) 20E. Taurin 23F. Biologi Mencit (Mus musculus L.) 24
III. METODE PENELITIAN 26A. Waktu dan Tempat 26B. Alat dan Bahan 26C. Metode Penelitian 28D. Pelaksanaan Penelitian 29E. Alur Penelitian 36F. Parameter Penelitian 37G. Analisis Data 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39A. Hasil Analisis Fitokimia 39B. Berat Badan Mencit (Mus musculus L.) 42C. Jumlah Eritrosit Mencit Sebelum dan Sesudah
Perlakuan 45D. Jumlah Leukosit Mencit Sebelum dan Sesudah
Perlakuan 48E. Rerata Diferensial Leukosit Mencit Semua Kelompok
Perlakuan 51F. Rerata Berat Basah Hepar dan Limpa Mencit 55G. Pengamatan Histopatologi Hepar Mencit 59
V. SIMPULAN DAN SARAN 74
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN 84
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan senyawa aktif daun dan buahAvicennia marina 22
Tabel 2. Prosedur pengujian fitokimia 31
Tabel 3. Skor tingkat kerusakan sel hepar 38
Tabel 4. Hasil analisis fitokimia ekstrak metanolAvicennia marina 39
Tabel 5. Rerata diferensial leukosit mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 51
Tabel 6. Rerata jenis kerusakan sel hepar mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 59
Tabel 7. One Way ANOVA rerata berat badan mencit 85
Tabel 8. One Way ANOVA rerata jumlah eritrosit mencit 85
Tabel 9. One Way ANOVA rerata jumlah leukosit mencit 86
Tabel 10. One Way ANOVA rerata diferensial leukosit mencit 86
Tabel 11. One Way ANOVA rerata berat basah hepar danLimpa mencit 87
Tabel 12. One Way ANOVA rerata jenis dan skor kerusakanHepar mencit 87
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi anterior pembuluh darah hepar 9
Gambar 2. Histologi sel hepar normal 11
Gambar 3. Histopatologi sel hepar kanker 12
Gambar 4. Struktur Benzo(a)piren 13
Gambar 5. Sumber ROS dan karsinogenesis 17
Gambar 6. Mangrove Avicennia marina 21
Gambar 7. Struktur flavonoid 23
Gambar 8. Rerata berat badan mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 42
Gambar 9. Rerata jumlah eritrosit mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta Buah Avicennia marina 45
Gambar 10.Rerata jumlah leukosit mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 48
Gambar 11.Rerata berat basah hepar mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 55
Gambar 12.Rerata berat basah limpa mencit yang diinduksiBenzo(a)piren dan diberikan administrasi oral taurin,ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina 57
Gambar 13. Histopatologi hepar mencit pada kelompok K1 (A),
xxi
Kontrol positif (B), kelompok K3 (C), kelompok K4, dankelompok K5 62
Gambar 14. Gambaran histopatologi hepar mencit kontrol negatif (K1) 64
Gambar 15. Gambaran histopatologi hepar mencit kontrol positif (K2) 66
Gambar 16. Gambaran histopatologi hepar mencit yang diinduksi BAPdan Diberikan administrasi oral taurin (K3) 68
Gambar 17. Gambaran histopatologi hepar mencit yang diinduksi BAPdan diberikan administrasi oral ekstrak metanol daunAvicennia marina (K4) 70
Gambar 18. Gambaran histopatologi hepar mencit yang diinduksi BAPdan diberikan administrasi oral ekstrak metanol buahAvicennia marina (K5) 72
Gambar 19. Buah Avicennia marina 89
Gambar 20. Habitat Avicennia marina 89
Gambar 21. Administrasi oral 90
Gambar 22. Pengeringan buah Avicennia marina 90
Gambar 23. Benzo(a)piren 90
Gambar 24. Pengukuran berat badan mencit 91
Gambar 25. Penggilingan bahan uji 91
Gambar 26. Kandang pemeliharaan mencit 91
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangrove adalah kelompok tanaman estuaria yang memiliki banyak manfaat
dan potensi. Di Indonesia, mangrove menempati urutan pertama jika ditinjau
dari sisi kuantitas maupun keragaman spesies (Spalding dkk., 2001). Teluk di
Provinsi Lampung ikut berkontribusi pada predikat tersebut karena kawasan
ini dilindungi oleh 27 spesies mangrove (Mukhlisi dkk., 2013). Mangrove
adalah kelompok tanaman yang memiliki ketahanan fisiologis lebih
dibandingkan tanaman darat karena habitatnya yang spesial, seperti salinitas
tinggi, rendahnya O2, dan sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Walaupun fungsi utama mangrove sebagai pertahanan pantai terhadap abrasi
namun, keberadaannya juga memberikan kehidupan bagi organisme lain
(Ningsih, 2011).
Avicennia marina atau api-api putih merupakan salah satu spesies mangrove
mayor yang dapat ditemukan di kawasan Teluk Provinsi Lampung. Menurut
Mukhlisi dkk. (2013), meskipun Avicennia marina bukan mangrove yang
paling dominan, tetapi distribusinya merata di sekitar muara sungai yang
cenderung tergenang sehingga memiliki nilai lebih yaitu, lebih mudah
didapatkan oleh masyarakat Lampung. Walaupun demikian, pemanfaatan
2
Avicennia marina belum maksimal, hanya sebatas pengolahan kayu menjadi
peralatan sederhana oleh masyarakat sekitar (Mukhlisi dkk.,2013).
Beberapa tahun terakhir, para peneliti tertarik untuk mengeksplorasi
kandungan kimia pada mangrove. Latar belakang pemilihan mangrove,
termasuk Avicennia marina adalah kondisi habitat spesial yang diimbangi
dengan kemampuan adaptasi hebat sehingga diharapkan terdapat metabolit
sekunder atau kombinasi senyawa kimia unik yang berpotensi sebagai
kandidat agen terapi baru atau kemopreventif (Purnobasuki, 2004).
Di sisi lain, negara berkembang, termasuk Indonesia, sedang menghadapi
kondisi berlebihnya emisi gas rumah kaca, yang menjadi salah satu faktor
permasalahan kesehatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), sebanyak
56,6% dari emisi tersebut didominasi oleh hasil pembakaran tidak sempurna
bahan bakar fosil atau bahan organik yang memicu terbentuknya polycyclic
aromatic hydrocarbon (PAH). Apabila PAH dimetabolisme tubuh melalui
aktivasi enzimatis, sifat karsinogenik akan terekspresi (Ramesh dkk., 2001).
Selain itu, peningkatan jumlah radikal bebas adalah salah satu respon seluler
akibat induksi karsinogen (Schoket, 2001).
Salah satu jenis PAH yang dapat menginduksi karsinogenesis adalah
benzo(a)piren atau biasa disebut BAP. BAP merupakan senyawa karsinogen
bagi manusia dan hewan percobaan laboratorium, dengan organ target yang
beragam (Wester dkk., 2011). Karsinogenesis dapat terjadi karena adanya
ikatan antara BAP dan DNA gen tertentu, misalnya proto-oncogen dan tumor
suppressor genes sehingga menginisiasi adanya mutasi serta mempengaruhi
3
regulasi pembelahan sel atau pertumbuhan sel. Salah satu hal penting yang
melatar belakangi pemilihan BAP sebagai senyawa karsinogen dalam
penelitian ini adalah kemampuan peran ganda yang dimilikinya atau complete
carcinogen (Lunch, 2005). Berdasarkan hasil penelitian, BAP dapat
menginduksi karsinogenesis pada hepar, kulit, paru – paru, dan usus jika
dipaparkan pada hewan uji dalam jangka waktu tertentu (Gehle, 2009).
Karsinogenesis adalah proses pertumbuhan sel kanker dari sel normal yang
diinduksi oleh karsinogen atau zat pemicu pertumbuhan sel kanker. Terdapat
beberapa proses panjang yang harus dilewati sel sebelum menjadi sel kanker.
Gejala awal yang dapat diamati untuk mengindikasikan karsinogenesis
adalah adanya sel abnormal. Hiperplasia, displasia, atau metaplasia adalah
kondisi sel abnormal yang dapat terlihat pada proses awal karsinogenesis.
Umumnya pada tahap inisiasi atau promosi, kondisi tersebut dapat diamati
pada gambaran histopatologi jaringan. Organ yang ingin diamati harus
dipertimbangkan karena setiap karsinogen diduga memiliki organ target yang
berbeda.
Menurut Dell dkk. (1993), karsinogenesis terdiri dari tiga tahap penting, yaitu
inisiasi, promosi, dan progresi. Proses ini dimulai dari inisiasi yang
mengubah sel normal menjadi abnormal dengan sifat laten dan bersifat
ireversibel. Sel abnormal yang telah terbentuk mengalami dorman apabila
tidak dilanjutkan dengan stimulasi promotor. Tahap promosi ditandai dengan
pembelahan sel abnormal yang merupakan hasil inisiasi, dapat segera
membentuk tumor, tergantung intensitas dan dosis paparan karsinogen.
4
Setelah sel abnormal terus membelah maka terjadi metastasis, yang
merupakan tahap progresi. Berdasarakan penelitian terdahulu, dapat
disimpulkan bahwa inisiasi merupakan tahapan yang paling penting karena
adanya promotor tanpa didahului inisiator, karsinogenesis tidak akan terjadi
(Hemminki, 1995). Namun, karsinogenesis tidak dapat terjadi secara instan
karena adanya peran detoksifikasi oleh hepar (Segner dkk., 2013).
Hepar merupakan salah satu organ yang terlibat dalam proses karsinogenesis,
mengingat bahwa hepar menjadi tempat regulasi berbagai senyawa toksik.
Sel-sel penyusun jaringan hepar memiliki sifat yang cukup sensitif terhadap
senyawa toksik, sehingga dapat terjadi perubahan sturktur akibat paparan
BAP. Oleh karena itu, hepar dapat mengindikasikan adanya proses
karsinogenesis yang sedang terjadi, maka sangat direkomendasikan untuk
dilakukan analisis gambaran histopatologi.
Peran BAP sebagai promotor pada karsinogenesis dapat menyebabkan stres
oksidatif pada organ. Hepar menjadi salah satu organ yang dapat terlihat
perubahannya secara fisik maupun seluler akibat stres oksidatif ROS
(Reactive Oxygen Species) yang meningkat pada hepar menjadi tanda
berlangsungnya proses karsinogenesis pada tahap promosi. Perubahan
struktur sel hepar akibat stress oksidatif dapat menentukan seberapa besar
dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh karsinogen. Hal ini dapat diamati
melalui gambaran histopatologi (Waris, 2006).
Taurin atau 2-aminoethanesulfonic acid telah dikenal dengan sifat antikanker
dan antioksidan yang dikandungnya. Menurut Murray (1996), senyawa ini
5
diduga mengandung antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel dan
jaringan yang disebabkan oleh proses oksidasi serta mencegah proses
karsinogenesis. Secara umum, taurin terbukti berperan penting dalam
mencegah kerusakan sel, menjaga kerja jantung, mengatur aktivitas sel otak
dan mata (Redmon, 1993).
Walaupun taurin memiliki banyak manfaat, taurin murni belum umum
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk memaksimalkan fungsi bahan alam dari lingkungan sekitar, khususnya
Avicennia marina. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sumber antioksidan
dari Avicennia marina sebagai substitusi taurin dalam menghambat
karsinogenesis pada mencit yang telah diinduksi BAP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah
apakah induksi BAP dapat mempengaruhi jumlah eritrosit, jumlah leukosit,
diferensial leukosit, berat badan, dan berat basah hepar mencit. Rumusan
masalah lainnya adalah apakah pemberian administrasi oral ekstrak metanol
mangrove api – api putih (Avicennia marina) mampu memperbaiki kerusakan
sel hepar mencit akibat induksi BAP, sebaik atau bahkan melebihi taurin
dalam menghambat karsinogenesis.
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perubahan berat badan, jumlah eritrosit, jumlah leukosit,
diferensial leukosit, dan berat basah hepar mencit yang diinduksi BAP;
2. Mengetahui tingkat kerusakan hepar mencit, ditinjau dari gambaran
histopatologi, yang diinduksi BAP;
3. Membandingkan kemampuan ekstrak metanol mangrove api – api putih
(Avicennia marina) dan taurin dalam memperbaiki kerusakan hepar
mencit akibat induksi BAP sebagai tanda awal karsinogenesis.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan diketahui informasi teraktual terkait
perubahan berat badan, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, diferensial leukosit,
dan berat basah hepar mencit yang diinduksi BAP dan adanya aktivitas
antioksidan dari Avicennia marina sebagai substitusi taurin dalam
menghambat karsinogenesis pada mencit yang telah diinduksi BAP.
E. Kerangka Pikir
Provinsi Lampung menyimpan kekayaan alam yang beragam, salah satunya
aneka mangrove berbagai spesies di Teluk Lampung, misalnya api-api putih
(Avicennia marina). Persebaran Avicennia marina merata di setiap muara dan
sangat mudah ditemukan oleh penduduk Lampung, khususnya wilayah pesisir.
7
Walaupun begitu, pemanfaatan Avicennia marina belum maksimal karena
kurangnya informasi tentang potensi lain, seperti di bidang farmakologi.
Negara berkembang merupakan negara yang sedang berbenah di setiap
sektor kehidupan, contohnya kesehatan. Polusi dan mengonsumsi makanan
yang dipanggang berkaitan erat dengan masyarakat. Tanpa disadari, terdapat
senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya, yaitu benzo(a)piren
atau biasa disebut BAP. Polusi tergolong ke dalam PAH yang mana memiliki
dampak berbahaya bagi tubuh.
Benzo(a)piren merupakan senyawa karsinogenik yang telah terbukti
berbahaya bagi manusia maupun hewan uji di laboratorium. Efek kesehatan
yang ditimbulkan senyawa ini beragam, mulai dari penyakit ringan, seperti
iritasi hingga kanker. Semakin tingginya intensitas paparan benzo(a)piren
mengakibatkan semakin tinggi peluang masyarakat menderita kanker.
Proses karsinogenesis tidak dapat berlangsung instan, melainkan terdapat
beberapa tahapan panjang yang harus dilewati, yaitu proses pre-neoplasm.
Hepar merupakan organ penting yang menjadi target dari metabolisme
benzo(a)piren. Taurin merupakan antioksidan yang terbukti menghambat
karsinogenesis, namun masyarakat Indonesia belum awam untuk
mengonsumsinya.
Senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan disintesis pada saat tumbuhan
mengalami cekaman seperti kondisi salinitas dan temperatur yang tidak stabil.
Mangrove api-api putih diketahui hidup pada kondisi cekaman tersebut.
8
Perubahan berat badan, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, diferensial leukosit,
dan berat basah hepar diduga terjadi pada kelompok mencit yang diinduksi
BAP. Selain itu, daun serta buah Avicennia marina diduga menunjukkan
kemampuan antioksidan, seperti taurin. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan harapan diperoleh sumber antioksidan dari lingkungan
sekitar, substitusi dari taurin, yang bersumber dari buah serta daun mangrove
api – api putih (Avicennia marina) dalam menghambat karsinogenesis pada
mencit akibat induksi benzo(a)piren.
F. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Induksi BAP berpengaruh terhadap berat badan, jumlah eritrosit, jumlah
leukosit, diferensial leukosit, dan berat basah hepar mencit;
2. Induksi BAP menunjukkan kerusakan pada strukutur jaringan hepar mencit;
3. Pemberian administrasi oral ekstrak metanol mangrove api–api putih
(Avicennia marina) mampu memperbaiki kerusakan hepar mencit sebaik
taurin akibat induksi BAP sebagai tanda awal karsinogenesis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hepar
1. Anatomi Hepar
Hepar merupakan organ terbesar kedua yang memiliki bobot 2 hingga 3%
berat badan tubuh. Hepar memiliki dua lobus dan masing - masing terdiri
atas delapan segmen yang tersusun atas ribuan lobus kecil dengan saluran
hepatik. Organ ini terletak di kuadran kanan atas rongga perut yang
dilindungi oleh tulang rusuk dan posisinya dapat konsisten karena adanya
jaringan ikat (Shereif dkk., 2010). Setidaknya ada 3 macam jaringan ikat
yang bertanggung jawab terhadap posisi hepar, yaitu ligamen falciform,
teres, dan venosum (Jamieson, 2006).
Gambar 1. Anatomi anterior pembuluh darah hepar
10
Hepar juga memproduksi getah bening atau limfe dalam jumlah besar,
ditranspor ke usus halus untuk memecah lemak oleh saluran empedu (bile
duct). Selain itu, hepar menerima darah sebesar 25-30% darah dari jantung
melalui arteri hepatika dan vena porta yang bertanggung jawab 80%
menyuplai stok darah yang dibutukan oleh hepar, lebih lanjut akan
ditampilkan pada Gambar 1. Pada akhirnya darah dari vena dan arteri
bercampur di sinusoid sebelum mengalir sistemik, di mana vena membawa
darah yang kaya nutrisi ke hepar (Blumgart, 2007).
Hepar memiliki fungsi yang sangat penting, meliputi fungsi fisiologis yang
berperan dalam metabolisme dan sistem imun, termasuk produksi empedu
atau limfa, penyimpanan vitamin (tembaga dan besi) yang dilepaskan pada
saat tubuh membutuhkan, peyimpanan glikogen yang berasal dari
berlebihnya jumlah gula darah, detoksifikasi zat beracun, dekomposisi sel
darah merah, sintesis protein dan berperan sebagai sistem pertahanan
dalam melawan infeksi. Semua kinerja hepar ini didukung oleh darah yang
dialiri melalui vena porta. Hepar terdiri dari sel parenkim (sel sel hepar dan
saluran empedu) dan sel non-parenkim (sel endotel sinusoid, sel Kupfer)
yang bekerja sama dalam proses homeostatis (Uhlen dkk., 2015).
2. Histologi Sel Hepar
Sel hepar berbentuk poligonal yang berinti tunggal, inti terpusat dengan
pigmen kecoklatan yang mewakili empedu intraseluler. Lobus hepar
heksagonal dikelilingi rata-rata oleh enam saluran dan dihubungkan oleh
cabang dari vena hepatika yang disebut vena sentrilobus atau pusat.
11
Gambar 2. Histologi sel hepar
Sinusoid berasal dari percabangan vena porta yang berfungsi mengalirkan
darah ke pusat lobus. Sinusoid mengelilingi sel hepar pada dua permukaan
sehingga darah dapat mengalir ke dalamnya. Membran interseluler sel
hepar dialiri suatu alur yang disebut hemikanalikulus. Hemikanalikulus
dari dua sel hepar yang berdekatan terdiri dari kanalikulus biliaris
interseluler. Ruang Disse terbentuk antara sel-sel di antara lapisan sinusoid
dari permukaan sel hepar. Beberapa jenis sel lainnya adalah endotel
sinusoid, sel Kupffer, sel-sel stellata hepar (sel-sel Ito) terletak pada
sinusoid hepar yang memiliki fungsi berbeda. Saluran portal di pinggiran
lobus terdiri dari jaringan konektif yang meliputi cabang-cabang arteri
hepatika, vena porta, saluran empedu (bersama-sama disebut triad portal)
dan limfatik.
12
3. Histopatologi Sel Hepar
Salah satu penyebab kelainan pada hepar dengan prevalensi tinggi adalah
kanker hepar. Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah kanker dengan
jumlah penderita terbesar kelima di dunia (Lau,2002). Kemoterapi untuk
kanker memiliki efek samping, contohnya myelosuppression dan resiko
akibat infeksi, anemia dan perdarahan (Ahles dkk., 2002). Untuk pasien
dengan kanker stadium lanjut, obat herbal tradisional umum dikonsumsi di
Taiwan, baik sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan utama. Namun,
efektivitas terapi ini belum diteliti secara sistematis (Cheng dkk., 2004).
Gambaran histopatologi hepar penderita kanker dapat dilihat pada Gambar
3.
Gambar 3. Histopatologi sel hepar kanker
13
B. Benzo(a)piren
Gambar 4. Struktur Benzo(a)piren
Benzo(a)piren atau BAP merupakan anggota hidrokarbon aromatik polisiklik
lima cincin (PAH) yang memiliki potensi aktivitas mutagenik. Senyawa
karsinogen ini berbentuk kristal padat putih kekuningan dan mudah larut dalam
air. BAP menyumbang setengah bagian dari total senyawa karsinogenik pada
kelompok PAH (IARC, 2012). Menurut US EPA (2017), BAP dapat terbentuk
dari proses pembakaran tidak sempurna yang dilepaskan ke atmosfer sebagai
komponen asap dari kebakaran hutan, proses industri, knalpot kendaraan, rokok,
dan melalui pembakaran bahan bakar (seperti kayu, batu bara, dan produk
minyak bumi). Besarnya intensitas paparan BAP terhadap manusia bergantung
pada faktor luar seperti gaya hidup (jenis diet, merokok), pekerjaan, dan kondisi
hidup (lingkungan perkotaan atau pedesaan, pemanasan domestik, dan metode
memasak).
BAP dapat berikatan dengan DNA di tempat yang spesifik, membentuk
kompleks DNA-adducts. Kompleks yang stabil ini dapat menghambat atau
mengacaukan proses replikasi DNA, sedangkan kompleks yang tidak stabil
14
bereaksi dengan guanin atau adenin (Waris, 2017). Apabila mutasi berlangsung
lama, maka akan lebih besar kemungkinan BAP bereaksi dengan pro-onkogen
sehingga mengaktivasi onkogen yang menjadi penyebab kanker (Baird dkk.,
2015).
Telah dipastikan bahwa BAP dapat mengakibatkan imunotoksik dan kanker
pada hewan pengerat dan menunjukkan hasil serupa pada manusia. Paparan
PAH terbukti meningkatkan produksi Ca2+ intraseluler dalam limfosit . Hal ini
menyebabkan kematian sel dan menginduksi apoptosis oleh keterlibatan
beberapa jalur caspase pada beberapa hewan uji di laboratorium (Davilla dkk.,
1999). Menurut Sugihara dkk. (2007), BAP dapat memicu proses inisiasi dan
promosi dalam karsinogenesis namun, respon awal sel yang terpapar BAP
adalah stres oksidatif, yang akan menimbukan kerusakan DNA.
Studi pada beberapa spesies hewan menunjukan bahwa BAP bersifat
karsinogenik di beberapa organ target (saluran pencernaan, hepar, ginjal,
saluran pernapasan, faring, dan kulit) pada semua rute paparan (US EPA, 2005).
Asap rokok merupakan PAHs yang sering berkaitan dengan manusia, yang
dapat mengakibatkan akumulasi 8-hydroxydeoxyguanosine. Akumulasi ini
dapat mengakibatkan mutasi dan kelainan DNA yang dipercepat dengan adanya
radikal bebas. Respon awal dari kelainan DNA adalah inflamasi tingkat sel,
fibrosis yang dapat berlanjut menjadi tumor (Olinski dkk., 1992).
15
C. Karsinogenesis
Menurut Widyarini (2017), terdapat beberapa tahapan sebelum sel kanker
terbentuk, meliputi hiperlasia, metaplasia, atau dysplasia, biasa disebut juga
sebagai tahap pre-neoplasm. Adapun penjelasan mengenai ketiganya adalah
sebagai berikut.
1. Hiperplasia: Hiperplasia mengacu pada peningkatan abnormalitas sel yang
ditandai dengan sel yang terus membelah. Pertumbuhan
hiperplastik sel biasanya menghasilkan pembesaran organ
atau pembentukan tumor (jinak), namun hanya terlihat di
bawah mikroskop. Sel yang mengalami hiperplasia berada
pada mekanisme kontrol regulasi normal.
Hiperplasia mungkin disebabkan oleh sejumlah penyebab,
termasuk peningkatan stres (seperti dalam kasus penggunaan
otot), respons peradangan kronis, disfungsi hormonal, atau
dampak dari kerusakan atau penyakit di tempat lain. Kadang-
kadang, hiperplasia adalah respons alami yang tidak
berbahaya misalnya, pertumbuhan dan penggandaan sel-sel
kelenjar yang mensekresi susu di payudara sebagai respons
terhadap kehamilan dianggap sebagai "pertumbuhan sel
hiperplastik".
2. Metaplasia : Ditandai oleh transformasi dari satu jenis jaringan ke
jaringan lainnya. Metaplasia bermakna perubahan bentuk sel
yang mengacu pada perubahan jenis tipe sel. Perubahan ini
16
dapat menjadi perubahan fisiologis normal, seperti dalam
pengerasan tulang rawan untuk membentuk tulang, atau dapat
sebagai respons terhadap rangsangan eksternal, seperti dalam
kasus perokok kronis yang mengalami metaplasia pada epitel
pernapasan normal. Secara umum, metaplasia terjadi karena
sel-sel tidak mampu lagi untuk menangani stres (stimulus
eksternal) yang mereka hadapi. Dengan demikian, sel-sel ini
digantikan oleh sel-sel tipe lain.
3. Displasia : Disebut juga pra-kanker. Displasia mengacu pada setiap
gangguan pertumbuhan dan pematangan epitelium, yang
masih reversibel jika faktor-faktor pemicunya dihilangkan.
Displasia mirip dengan metaplasia, tetapi ada beberapa
perbedaan utama. Displasia merupakan bentuk paling awal
dari lesi pra-kanker yang dapat dikenali pada pap smear atau
biopsi oleh ahli patologi. Displasia ini merupakan perubahan
sel abnormal menuju transformasi malignan yang berpotensi
menjadi kanker. Ketika seluruh epitel suatu organ mengalami
displasia dan tidak ada sel epitel normal, maka pertumbuhan
tersebut disebut sebagai neoplasia.
Karsinogenesis dapat disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS).
ROS merupakan radikal bebas yang secara normal berada di dalam tubuh
karena hasil dari proses fosforiasi oksidatif, penghasil ATP. Contoh
radikal bebas adalah oksigen yang kehilangan satu elektron terluar
17
(superoxde anion), kehilangan dua elektron terluar (Hydroxen peroxide)
bahkan kehilangan tiga elektron terluar (Hydroxyl radical). Walaupun
secara alami merupakan hasil samping dari proses metabolisme, apabila
jumlah ROS di dalam tubuh berlebihan dan efeknya diperparah dengan
ketidakseimbangan antioksidan maka dapat menginisiasi karsinogenesis.
Respon patologi yang terjadi saat hal ini terjadi adalah inflamasi. Ilustrasi
jalur ROS, baik sumber hinga efeknya terhadap perkembangan kanker
dijelaskan pada Gambar 5.
Gambar 5. Sumber ROS dan karsinogenesis
Kerusakan sel dimulai dari aktivitas lipid peroksidase, di mana elektron
radikal bebas berikatan dengan elektron pada molekul lipid membran sel
yang terjadi berantai. Perusakanan akan diperparah dengan pengambilan
Sumber InternalMitokondriaPeroksisomSitokrom P450
Sumber EksternalSinar UVRadiasi IonInflamasiPatogen
ROS
Stress Oksidatuf
Merusak Asam Nukleat,Protein dan Lipid
MutasiKetidakstabilan KromosomHilangnya fungsi organelKersakan Membran Sel
Kanker
18
elektron dari protein tepatnya pada gugus sulfhidril bahkan DNA sehingga
mengakibatkan mutasi yang dapat mengaktivasi onkogen (Waris, 2006).
ROS dapat merusak DNA dan pembelahan sel yang menyebabkan mutasi.
Mayoritas mutasi yang diinduksi oleh ROS melibatkan modifikasi guanin,
menyebabkan transversi basa nitrogen G → T (Higinbotham dkk., 1992).
Jika mutasi terjadi pada gen-gen penting seperti onkogen atau gen penekan
tumor, inisiasi dapat terjadi.
Peran ROS dalam regulasi pertumbuhan sel kompleks, menjadi sel khusus
dan bergantung pada bentuk oksidan serta konsentrasinya. Perubahan
ekspresi gen oleh ROS berdampak pada proliferasi sel dan apoptosis
melalui aktivasi faktor transkripsi. Aktivasi AP-1 yang dimediasi oksidan,
hasil dalam peningkatan ekspresi cyclin D1 dan cdks, menginduksi mitosis
dan pembelahan sel. Kerusakan DNA, mutasi, dan perubahan ekspresi gen
mempu menginduksi proses karsinogenesis.
Tahap lanjutan dari neoplasia adalah kanker. Kanker menyebabkan
berbagai macam penyakit dan ditandai oleh pertumbuhan yang tidak
terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal dan gangguan fungsi organ dan
jaringan (Willems dkk., 2010). Apoptosis atau kematian sel terprogram,
adalah proses fisiologis yang menghilangkan sel abnormal atau
nonfungsional yang sangat penting untuk homeostasis jaringan (Desoize
dkk., 1992).
19
Apoptosis yang berlebihan menyebabkan atropi dan disfungsi organ,
sedangkan kegagalan apoptosis menghasilkan akumulasi sel-sel abnormal,
yang berpotensi menyebabkan perkembangan tumor. Apoptosis
dikendalikan pada berbagai tingkat molekuler dan melibatkan anggota
protein pro-dan anti-apoptosis dari keluarga protein Bcl-2 (Reed dkk.,
1995). Di antara agen kemoterapi, fitokimia, seperti paclitaxel dan
vincristine, secara luas digunakan untuk mengobati kanker dan telah
menunjukkan efek pro-apoptosis (Wachtel dkk., 2011).
Berbagai agen kemopreventif dan kemoterapi telah terbukti menginduksi
apoptosis baik dalam penelitian in vitro dan in vivo. Hal ini menunjukkan
bahwa apoptosis memainkan peran penting dalam pengobatan kanker
(Rajput, 2015). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa fitokimia
yang terkandung dalam makanan mampu menginduksi apoptosis sel kanker,
di mana peristiwa ini menunjukkan potensi sebagai agen terapi kanker (Sun
dkk., 2004).
D. Biologi Mangrove Api – Api Putih (Avicennia marina)
Pada umumnya, mangrove memiliki peran penting dalam hal ekologi.
Menurut Huang dkk. (2016), mangrove berpotensi menjadi pemecah
beberapa masalah kesehatan, seperti rematik, antibakteri hingga menekan
toksisitas senyawa kimia.
20
1. Klasifikasi Avicennia marina
Menurut IUCN (2008), klasifikasi mangrove api – api putih adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Lamiales
Family : Avicenniaceae
Genus : Avicennia
Species : Avicennia marina
2. Morfologi Avicennia marina
Mangrove api – api putih (Avicennia marina) termasuk belukar atau
pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m.
Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas
yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti
asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-
abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil,
sementara yang lain cenderung memiliki permukaan yang halus. Pada
bagian batang tua, terkadang ditemukan serbuk tipis .
21
Gambar 6. Mangrove Avicennia marina
Permukaan daun Avicennia marina halus, bagian atas hijau mengkilat,
bawahnya pucat. Letak duduk daun sederhana dan berlawanan. Bentuk
daun adalah lanset, terkadang elips dengan ujung yang meruncing
dengan ukuran 16 x 5 cm. Buah Avicennia marina berbentuk seperti
kerucut, cabe atau mente, bewarna hijau muda kekuningan dengan
ukuran 4 x 2 cm (Halidah, 2014).
3. Farmakologi Avicennia marina
Ekstrak tumbuhan, tepatnya daun Avicennia marina mengandung
polifenol yang tinggi dan terbukti aman digunakan sebagai obat
tradisional Cina selama berabad-abad. Berdasarkan penelitian Han dkk.
(2016), kandungan fenol dan flavonoid dalam buah Avicennia marina
lebih tinggi daripada daun melalui proses maserasi menggunakan
beberapa pelarut, yaitu akuades, etanol, metanol, dan etil asetat.
22
Berikut adalah kandungan senyawa aktif pada daun dan buah
Avicennia marina.
Tabel 1. Kandungan senyawa aktif daun dan buah Avicennia marina
Ekstrak Avicennia marina
Kandungan
Senyawa
Aktif (mg/g)
Daun Buah
MeOH EtOH H2O EtOAc EtOH H2O EtOAc
Total
Fenol
46,96 22,82 47,06 80,96 49,96 36,08 82,23
±0,24 ±1,80 ±2,15 ±0,78 ±3,85 ±6,85 ±1,12
Total
Flavonoid
9,26 11,96 6,83 18,69 3,15 1,47 4,72
±1,05 ±3,16 ±1,57 ±2,01 ±1,02 ±0,08 ±0,58
Pada tabel 1, ekstrak etil asetat daun Avicennia marina memiliki
kandungan fenol tertinggi (80,96 ± 0,78 mg/g) dan flavonoid (18,6 ±
2,01 mg/g), diikuti oleh ekstrak akuades dan metanol daun Avicennia
marina. Demikian pula, ekstrak etil asetat buah Avicennia marina
lebih kaya fenol dan flavonoid daripada menggunakan pelarut jenis
lain.
Menurut Santos dkk. (2017), flavonoid yang juga terkandung di dalam
Avicennia marina merupakan golongan metabolit sekunder terbesar
ketiga setelah terpenoid dan alkaloid. Flavonoid merupakan komponen
terpenting bagi tumbuhan tingkat tinggi, karena dapat berfungsi
sebagai pertahanan terhadap parasit, patogen, serta radiasi UV.
Flavonoid juga merupakan senyawa kimia yang dapat diindra oleh
hewan polinator sehingga membantu penyerbukan. Banyak penelitian
23
yang telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa flavonoid
menunjukkan aktivitas farmakologi, meliputi antioksidan, antimikroba,
antikanker, antiinflamasi, antivirus, antialergi, kardioprotektif,
hepatoprotektif, dll.
Gambar 7. Struktur Flavonoid
Menurut (Han dkk., 2016), penghambatan karsinogenesis lebih besar
pada ekstrak etil asetat daun Avicennia marina dan disimpulkan bahwa
ekstrak daun Avicennia marina dengan pelarut etil asetat memiliki
kandungan polifenol tertinggi dan menunjukkan aktivitas antikanker
tertinggi.
E. Taurin
Taurin (Tau) adalah asam yang mengandung sulfur dengan gugus amino, yang
mampu menangkal radikal bebas oksigen, mengatur homeostasis kalsium
intraseluler, menjaga stabilitas membran sel dan melindungi sel-sel (Huxtable
dkk., 1992). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan sifat antitumor dari Tau
(Wang dkk., 2009). Selain itu, penambahan sejumlah Tau ke air minum telah
terbukti memperpanjang umur rata-rata tikus dengan tumor yang
24
ditransplantasi, dengan tingkat penghambatan pertumbuhan tumor 42,26% (Yu
dkk., 2010).
Analisis biokimia telah mengungkapkan bahwa ekspresi protein pro-apoptosis
(Bax), meningkat setelah pengobatan dengan berbagai dosis Tau, sedangkan
ekspresi protein anti-apoptosis (Bcl- 2), dihambat pada tikus percobaan.
Selanjutnya, sel apoptosis dapat diamati secara morfologis setelah pengobatan
Tau (Zhang dkk., 2012).
Tau juga dapat berfungsi sebagai agen antitumor dengan menurunkan regulasi
matriks metalloproteinase-2, meningkatkan regulasi N-
acetylgalactosaminyltransferase, dan menghambat invasi potensial dan
metastasis yang diinduksi oleh radiasi (Zhang dkk., 2012). Tau juga terbukti
menginduksi apoptosis sel kanker pada usus manusia dengan meningkatkan
ekspresi p53 (Zhang dkk., 2014).
F. Biologi Mencit (Mus musculus L.)
Induksi senyawa karsinogen atau sel tumor pada hewan penelitian, seperti
mencit, adalah aktivitas eksperimental yang sangat penting dan membutuhkan
pertimbangan efek tumor pada hewan.
25
1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)
Menurut (Arrington,1972), klasifikasi mencit adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Mamalia
Order : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species :Mus musculus L.
2. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)
Mencit bisa bertumbuh dari satu sampai tujuh inci (2,54 hingga 18 cm)
panjangnya dan beratnya antara 0,5 sampai satu ons. Menurut Retnaningsih
(2008), mencit sering digunakan sebagai hewan percobaan karena memiliki
beberapa keunggulan. Pertama, gen mencit relatif mirip dengan manusia,
kedua, merupakan binatang menyusui (mamalia) dengan kemampuan
berkembang biak yang tinggi sehingga relatif cocok untuk digunakan
dalam eksperimen massal. Mencit (Mus musculus L.) adalah hewan
pengerat yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,
variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya
terkarakteristik dengan baik (Khairani, 2015 dan Yuwono, 2009)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan November hingga Desember 2018.
Tahapan pre-treatment, yaitu proses ekstraksi api - api putih (Avicennia
marina) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Tahapan awal berupa, proses
aklimatisasi, penginduksian benzo(a)piren dan pemberian bahan uji tahapan
intermediet, yaitu pengambilan sampel darah, penghitungan eritrosit, leukosit ,
differensial leukosit dan dislokasi dilakukan di Laboratorium Biomolekuler,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung .
Tahapan akhir berupa pembuatan preparat histopatologi dilakukan di
Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor mencit jantan usia
3 bulan dengan berat badan ± 30 - 40 gram (diperoleh dari Balai Penyidikan
dan Pengujian Veteriner Regional (BPPV) III Lampung, pakan mencit berupa
pur BR-II, air minum, BAP (diperoleh dari Sigma-Aldrich Singapura),
27
minyak jagung (untuk melarutkan BAP), taurin, larutan CMC 1% (untuk
melarutkan taurin dan pasta daun dan buah api - api putih), daun dan buah api
- api putih (Avicennia marina) diperoleh dari Pulau Pasaran, Teluk Betung
Barat, Bandar Lampung, metanol pro analis (untuk proses ekstaksi) dan
kloroform (sebelum proses dislokasi). Bahan untuk penghitungan eritrosit,
leukosit dan differensial leukosit, berupa larutan Hayem, larutan Turk,
metanol dan giemsa serta bahan untuk pembuatan preparat histopatologi
berupa garam fisiologis, formaldehida 10%, alkohol bertingkat (70%, 96 %,
dan alkohol absolut), xilol, parafin, pewarna Hematoxylin - Eosin dan entelan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set pembuatan ekstrak
(ember plastik, mesin penggiling atau grinder, corong plastik, corong buchner,
kertas saring, erlenmeyer, evaporator, cawan petri, gelas ukur dan alumunium
foil), oven (untuk memastakan ekstrak), satu set pemeliharaan mencit (bak
plastik, penutup kawat, wadah minuman, wadah pakan), neraca analitik,
jarum suntik atau syringe (untuk menginduksi BAP), sonde lambung (untuk
mencekokan taurin, ekstrak daun dan buah mangrove api - api putih), satu set
pengambilan sampel darah (jarum suntik, kapas, mikropipet, mikrotip, tabung
EDTA, tissue), set alat dislokasi (pinset, gunting, pins, papan bedah, tabung
sampel, gelas arloji), set pengecekan profil darah (mikrotup, haemositometer,
gelas penutup, chamber sebagai wadah metanol dan giemsa dan mikroskop),
set pembuatan prepatat histopatologi (embedding cassette, waterbath,
mikrotom, gelas objek, gelas penutup) serta kamera untuk mengambil data.
28
C. Metode Penelitian
Adapun kelompok percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelompok 1 (K1) : kelompok yang digunakan sebagai kontrol
negatif, hanya diberikan makan dan minum
hingga akhir penelitian
2. Kelompok 2 (K2) : kelompok yang digunakan sebagai kontrol
positif, diinduksi BAP selama 10 hari tanpa
diberikan administrasi oral bahan uji
3. Kelompok 3 (K3) : kelompok yang diinduksi BAP selama 10 hari
kemudian kemudian diberikan administrasi
oral taurin dengan dosis 15,6 mg/ekor/hari
selama 15 hari
4. Kelompok 4 (K4) : kelompok yang diinduksi BAP selama 10 hari
kemudian kemudian diberikan administrasi
oral ekstrak daun api - api putih (Avicennia
marina) dengan dosis 24,5 mg/ekor/hari
selama 15 hari
5. Kelompok 5 (K5) : kelompok yang diinduksi BAP selama 10 hari
kemudian kemudian diberikan administrasi
oral ekstrak buah api - api putih (Avicennia
marina) dengan dosis 24,5 mg/ekor/hari
selama 15 hari
29
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa mencit
(Mus musculus L.) jantan sebanyak 25 ekor, berumur 3 bulan dengan berat
rata – rata 25 hingga 30 gram yang diperoleh dari BPPV Regional III
Lampung. Mencit dipelihara secara individu dalam bak plastik berukuran
20x30 cm dengan penutup berbahan kawat yang dilengkapi dengan tempat
air minum dan wadah pakan. Pakan dan minum mencit diberikan secara ad
libitum.
Sebelum perlakuan dimulai, dilakukan proses aklimatisasi selama 7 hari.
Hal ini bertujuan agar mencit beradaptasi dengan lingkungan baru dan
tidak mengalami stress. Setiap lima hari berat badan mencit ditimbang,
dimulai dari berat badan awal. Selanjutnya mencit dikelompokkan dalam
lima kelompok dan diberikan perlakuan sesuai dengan rancangan
percobaan.
30
2. Persiapan Bahan Uji
2.1. Persiapan Ekstrak Daun dan Buah Api – Api Putih
(Avicennia marina)
Gambar 8. Proses ekstraksi bahan uji
Daun dan buah api - api putih (Avicennia marina)dikeringanginkan tanpa terpapar sinar matahari langsung hingga
air yang terkandung di permukaan menguap
Daun dan buah api - api putih (Avicennia marina) dikeringkandalam oven selama 48 jam dengan suhu 40oC
Daun api - api putih (Avicennia marina) dipotong menjadi ukuranlebih kecil, selanjutnya daun dan buah dihaluskan dengan mesin
penggiling atau grinder
Bubuk daun dan buah api - api putih (Avicennia marina)dimasukkan ke dalam methanol pro analis (1:10) selama 3x24 jam
hingga diperoleh maserat. Proses ini dinamakan maserasi
Daun dan buah api – api putih (Avicennia marina) dipilih yangterbaik lalu dicuci hingga bersih dengan air mengalir
Maserat daun dan buah api - api putih (Avicennia marina) disaringdengan corong buchner yang dilapisi kertas saring
Ekstrak kental daun dan buah api - api putih (Avicennia marina)ditakar dalam cawan petri lalu dimasukkan ke dalam oven hingga
diperoleh ekstrak dalam bentuk pasta dan dilarutkan dalam CMC 1%
Filtrat dari maserat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu50oC hingga didapat ekstrak kental
31
2.2 Persiapan Taurin
Dalam penelitian ini, dosis taurin yang digunakan adalah 15,6
mg/ekor/hari, yang mana merupakan dua kali dosis normal (Agata,
2006). Angka ini merupakan hasil perhitungan dan konversi dosis
normal pemberian taurin manusia (3 gram/70kg ekor) ke mencit.
Menurut (Nugraha, 2011), nilai konversi manusia ke mencit yaitu
0,0026.
3. Pengujian Fitokmia Ekstrak Metanol Daun dan Buah Api - Api Putih
(Avicennia marina)
Tabel 2. Prosedur pengujian fitokimia (Tasmin dkk., 2014).
Jenis Uji Perlakuan Indikator
Saponin 0,5 ml sampel + 5 ml
akuades, kemudian
dikocok selama 30 detik
Busa
Steroid/Terpenoid 0,5 ml sampel + 0,5 ml
asam asetat glasial + 0,5
ml H2SO4
Warna sampel berubah
menjadi biru atau ungu
Tanin 1 ml sampel + 3 tetes
larutan FeCl3
Warna larutan menjadi
hitam kebiruan
Alkaloid 0,5 ml sampel + 5 tetes
kloroform + 5 tetes
pereaksi Mayer (1 g KI
dilarutkan dalam 20 ml
akuades dan
ditambahkan 0,271 g
HgCl2 hingga larut)
Warna larutan putih
kecoklatan
32
4. Induksi BAP pada Hewan Uji
Induksi benzo(a)piren dilakukan secara subkutan dengan cara
menyuntikkannya pada bagian tengkuk mencit. Dosis benzo(a)piren yang
digunakan adalah 0,3 mg/ekor/hari dilarukan dalam 0,2 ml minyak jagung.
Semua kelompok percobaan diinduksi benzo(a)piren kecuali kontrol
negatif (K1) selama 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian bahan uji
selama 15 hari.
5. Administrasi Oral Ekstrak Daun dan Buah (Avicennia marina)
Pemberian kedua ekstrak ini dilakukan selama 15 hari, dimulai dari hari
penelitian ke-sebelas. Sebelum dilakukan proses pencekokan, penentuan
dosis harus dilakukan terlebih dahulu. Menurut Sumithra (2011), ekstrak
methanol Avicennia marina pada dosis 500 mg/ekor/hari terbukti berhasil
melawan efek toksisitas senyawa karsinogenik, yaitu kanker pada tikus.
Nilai konversi tikus ke mencit adalah 0,14, maka dosis ekstrak daun dan
buah api - api putih (Avicennia marina) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 24,5 mg/ekor/hari. Selanjutnya, pasta ekstrak tersebut dilarutkan
dalam larutan CMC 1%. Jadi dapat dikatakan bahwa, di setiap kali
pencekokan, sebanyak 0,2 ml, terkandung 24,5 mg ekstrak bahan uji di
dalamnya.
Flavonoid 0,5 ml sampel + 0,5 g
serbuk Mg + 5 ml HCl
pekat (ditambahkan tetes
demi tetes)
Warna larutan merah atau
kuning, terbentuk busa
33
6. Administrasi Oral Taurin
Pemberian taurin dilakukan selama 15 hari, dimulai dari hari penelitian
ke-sebelas. Setelah dilakukan perhitungan dosis yang sesuai, 15,6
mg/ekor/hari, taurin dilarutkan dalam akuades (Agata, 2016).
7. Pengamatan Berat Badan dan Berat Basah Hepar Mencit
Pengamatan berat badan mencit dilakukan per lima hari, yaitu hari ke-0
perlakuan, ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, dan ke-25. Sedangkan pengamatan
berat basah hepar dilaksanakan di hari terakhir perlakuan, yaitu sesudah
dilakukan proses dislokasi.
8. Pengambilan Sampel Darah Mencit
Pengambilan sampel darah dilakukan dua kali, yaitu di awal dan akhir
penelitian. Pengambilan sampel darah awal diambil melalui vena ekor
sedangkan pengambilan sampel darah akhir diambil melalui proses
cardiac puncture, menggunakan jarum suntik. Setelah itu, darah yang
didapat dimasukkan ke dalam tabung EDTA.
9. Analisis Penghitungan Jumlah Total Eritrosit, Leukosit, dan
Differensial Leukosit Mencit
9.1 Eritrosit
Pengamatan eritrosit menggunakan haemositometer. Larutan yang
digunakan adalah Hayem sebagai larutan fisiologis yang terdiri dari
NaCl 1 g, Na2SO4 5 g, HgCl2 0,5 g dan akuades 200 ml. Larutan
fisiologis ini digunakan untuk mengencerkan darah sehingga darah
bisa dihitung karena harus bersifat isotonis dan fiksatif terhadap
34
eritrosit.. Tetes darah pertama dibuang, tetes darah berikutnya dihisap
dengan haemositometer sampai batas 0,5 atau 1. Hisap larutan
pengencer sampai angka 101, suspensi dikocok sampai benar-benar
homogen (larutan menjadi berwarna merah di dalam tabung). Tetes
pertama suspensi darah dibuang terlebih dahulu, setelah itu tetes darah
berikutnya diteteskan pada bagian pinggir gelas penutup. Jumlah
eritrosit dihitung pada 5 kotak kecil pada kotak besar di tengah.
9.2 Leukosit
Penghitungan jumlah leukosit dilakukan dengan menggunakan pipet
Thoma leukosit. Sampel darah yang diberi anti koagulan EDTA
dihisap dengan pipet sampai tanda “0,5”. Pipet kemudian dicelupkan
ke dalam larutan Turk dihisap sampai tanda “11” sehingga diperoleh
pengenceran 1 : 20. Pipet dibolak-balik selama kurang lebih 3 menit
dengan membentuk seperempat lingkaran, kemudian 2-3 tetes darah
yang pertama dibuang.
Selanjutnya darah diteteskan dipinggir kamar hitung. Kamar hitung
dibiarkan satu menit yang bertujuan untuk melisiskan eritrosit dan
memberi kesempatan kepada leukosit untuk menempati kamar hitung.
Penghitungan leukosit dilakukan dengan bantuan mikroskop
perbesaran 40x pada empat kotak besar dari kamar hitung. Jumlah
leukosit tiap milimeter kubik (mm³) adalah jumlah sel terhitung
dikalikan dengan 50 (Tambur, 2006).
35
9.4 Differensial Leukosit
Darah yang diambil menggunakan mikropipet dibuat apusan dengan
cara menggoreskan darah yang telah diletakkan pada gelas objek
dengan gelas objek lainnya perlahan. Selanjutkan dilakukan proses
fiksasi, menggunakan methanol selama lima menit, kemudian
dilakukan pewarnaan giemsa selama 30 menit. Preparat apusan darah
ini dapat diamati jelas pada perbesaran 1000x (menggunakan imersi).
10. Pembuatan Preparat Histopatologi Hepar Mencit
Proses pembuatan preparat histopatologi dilakukan menggunakan acuan
(Yunadir, 2008). Proses pembuatan preparat terdiri dari beberapa langkah,
yaitu fiksasi menggunakan formaldehida, dehidrasi menggunakan
alkohol bertingkat, penjernihan atau clearing menggunakan xilol,
infiltrasi parafin, pengeblokan atau embedding menggunakan paraffin,
pemotongan dengan mikrotom, pengecatan atau staining, mounting dan
pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
36
E. Alur Penelitian
p
25 ekor mencit umur 3 bulan dengan berat badan 30-40 g diaklimatisasi selama 7 haridan berat badannya ditimbang setiap 5 hari sekali serta persiapan bahan uji serta uji
fitokimia ekstrak metanol daun dan buah api - api putih
Pengambilan sampel darah awal melalui vena ekordan uji awal darah awal
K1
Hanyadiberikanpakan
standar danair minumhingga akhirpenelitian
K2
Diinduksibenzo(a)pirenselama 10harit tanpadiberikanbahan uji
K3
Diinduksibenzo(a)pirenselama 10 haridan dilanjutkanpemberian
taurin 15 hari
K4
Diinduksibenzo(a)pirenselama 10 haridan dilanjutkanpemberianekstrak
metanol daunapi - api putihselama 15 hari
K5
Diinduksibenzo(a)pirenselama 10 haridan dilanjutkanpemberianekstrak
metanol buahapi - api putihselama 15 hari
Induksi dengan benzo(a)piren dengan administrasisubkutan dengan dosis 0,3 mg/ekor/hari selama 10
hari
K3Administrasioral taurin
selama 15 hari
K4Administrasioral ekstrakmetanol daunapi-api selama
15 hari
K5Administrasioral ekstrakmetanol buahapi-api selama
15 hari
Pengambilan sampel darah dengan cardiac puncture dan uji darah akhir
Nekropsi, organ hepar ditimbang, pembuatan preparat, dan pemeriksaan histopatologi
Analisis data
37
F. Parameter Penelitian
1. Rerata Berat Badan Mencit
Pengukuran rerata berat badan mencit dilakukan sebanyak lima kali, yaitu
pengukuran berat badan mencit hari ke - 0, hari ke- 10 (setelah 10 hari
diinduksi benzo(a)piren), hari ke-15 (setelah 5 hari pemberian bahan uji),
hari ke-20 (setelah 10 hari pemberian bahan uji) dan hari ke-25 (15 hari
pemberian bahan uji).
2. Jumlah Total Eritrosit, Leukosit, dan Differensial Leukosit Mencit
2.1. Leukosit
Penghitungan leukosit dilakukan dengan bantuan mikroskop perbesaran
400X pada empat kotak besar dari kamar hitung. Jumlah leukosit tiap
milimeter kubik (mm³) adalah jumlah sel terhitung dikalikan dengan 50
(Tambur, 2006).
2.2. Eritrosit
Setelah pembuatan preparat darah di haemositometer, darah dihitung
jumlahnya. Penghitungan jumlah eritrosit dengan cara mengamati 5
kotak kecil pada kotak besar di tengah yang terdapat pada
haemositometer. Jumlah total keseluruhan eritrosit dihitung dengan
rumus :
Keterangan : Ne : Jumlah eritrosit dalam satu kotak menegahp : Pengenceran
(Tambur, 2006).
Jumlah sel darah merah (DM) = Ne x p x 50
38
3. Rerata Berat Basah Hepar Mencit
Prosedur pengamatan berat basah organ hepar dilakukan
dengan menimbang organ segar sesaat setelah nekropsi menggunakan
neraca digital dan dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Dewi, 2012).
4. Skoring Gambaran Struktur Jaringan Hepar Mencit pada Preparat
Histopatologi
Berdasarkan penelitian Maretnowati dkk. (2005), kriteria skor derajat
kerusakan sel hepar mencit seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Skor tingkat kerusakan sel hepar
Kriteria Lesi Skor
Sel organ normal 0
Kerusakan sel organ sebesar 1%-25% 1
Kerusakan sel organ sebesar 26%-50% 2
Kerusakan sel organ sebesar >50% 3
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode statistik ANOVA
(Analysis of Variance) pada taraf nyata 5% (p ≤ 0,05) untuk melihat pebedaan
nyata antar kelompok perlakuan. Selanjutnya dianalisis dengan uji BNT (Beda
Nyata Terkecil) pada taraf nyata 5% untuk melihat perbedaan antara perlakuan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Induksi BAP 0.3 mg/ekor/hari selama 10 hari menyebabkan
perubahan jumlah eritrosit, leukosit, differensial leukosit, berat basah
hepar dan histopatologi hepar;
2. Gambaran histopatologi hepar mencit yang diberikan administrasi
oral taurin, ekstrak metanol daun serta buah Avicennia marina
menunjukkan tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol positif;
3. Pemberian administrasil oral taurin lebih efektif dalam menghambat
karsinogenesis dibandingkan ekstrak daun serta buah Avicennia
marina;
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran penulis untuk penelitian
selanjutnya tentang karsinogenesis adalah dosis dan lama induksi
benzo(a)piren yang lebih tinggi serta lama. Hal ini bertujuan agar sel kanker
jelas dapat dibedakan dibandingkan sel normal.
DAFTAR PUSTAKA
Arrington, J.B. E.B. Prophet and B. Mills. 1992. Laboratory Methods inHistotechnology. Armed Forces Institute of Pathology. Washington C.
Ahles, T. A., J. Andrew and Saykin. 2002. Breast Cancer Chemotherapy-RelatedCognitive Dysfunction. Journal of Clinical Breast Cancer Vol 3.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. BPSStatistics Indonesia. Indonesia.
Baird, W.M., L. A. Hooven, B. Mahadevan. 2012. Carcinogenic Polycyclic AromaticHydrocarbon-DNAAdducts and Mechanism of Action. Journal of Environ MolMutagen. 45:106–114.
Baird, K. Lisbeth, L. Kristi, J. Tammie, V. Christianae, M. Lisa, M. Katrina and M.William. 2015. Cytochrome P450 1b1 in Polycyclic Aromatic Hydrocarbon(PAH)-Induced Skin Carcinogenesis: Tumorigenicity of Individual Pahs andCoal-Tar Extract, DNAAdduction and Expression of Select Genes in TheCyp1b1 Knockout Mouse. Journal od Toxicology and Apllied Pharmacology.
Bismuth, H. 1982. Surgical Anatomy and Anatomical Surgery of The Liver. WorldJournal of Surgery . 6(1):3–9.
Blumgart, L. H., J. Belghiti. 2007. Surgery of The Liver, Biliary Tract and Pancreas3rd. Philadelphia. USA. Hlm 3 - 30.
Cheng, S., M. Y. Barakatun, J. Anthony and A. Ismail. 2015. Potential MedicinalBenefits of Cosmos caudatus (Ulam Raja): A scoping review. Journal ofResearch in Medical Sciences. Hlm 1000-1007.
Davila D.R., D.L. Romero and S.W. Burchiel. 1999.Human T Cells are HighlySensitive to Suppression of Mitogenesis by Polycyclic Aromatic Hydrocarbonsand This Effect is Differentially Reversed by A-naphthoflavone. Journal ofToxicol Appl Pharmacol. 139:333–341.
Ding, J., J. Zhong, Y. Yang, B. Li, G. Shen, B.Wang, R. Wang, Y. Huang, Y. Zhang, H.Cao, Y. Zhu, L.M.Staci and S. Tao. 2011. Occurance and Exposure to PAHs andTheir Derivatives in A Rural Chinese Home Through Biomass Fuelled Cooking.Journal of Environment Pollution.
Han, C., C.K. Lu, M.C. Tu, J.C. Chang, Y.J.Chen, Y.H. Tu and H.C. Hua. 2016.Polyphenol-Rich Avicennia Marina Leaf Extracts Induce Apoptosis In HumanBreast And Liver Cancer Cells And In a Nude Mouse Xenograft Model. Journalof Oncotarget. 7(24).
Halliwell, B. and J.M.C. Gutteridge. 2007. Free Radicals In Biology And Medicine.Ed ke-4. Oxford University Press. Oxford UK.
Hemmink, K., H. Autrap and A. Haugen .1995. Dna And Protein Adducts.Journal of Toxicology 101: 41-53.
Huang, B., X. Ban, J. He, J. Tong, J. Tian dan Y. Wang. 2011. Hepatoprotectiveand Antioxidant Activity of Ethnolic Extracts of Edible Lotus (Nelumbo nuciferaGaertn.) Leaves. Journal of Food Chem. 120: 873-878.
Huxtable, R. J. 1992. Physiological actions of taurin. Journal of Physiol Rev.72:101-163.
IARC. 2012. Monographs on the Evaluation of the Carcinogenic Risk of Chemicalsto Humans. Geneva: World Health Organization, International Agency forResearch on Cancer.
Jamieson, G.G. 2006. The Anatomy of General Surgical Operations 2nd Edition.Churchill Livingstone. Edinburgh NY. Hlm 8-23.
Lunch, A. 2005. The Carcinogenic Effects of Polycyclic Aromatic Hydrrocarbons.Imperial college Press.London
Mukhlisi, M., I. B. Hendrato and H. Purnaweni. 2013. Keanekaragaman Jenis danStruktur Vegetasi Mangrove di Desa Siddodadi Kecamatan Padang CerminKabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung (Prosiding). Universitas Diponegoro.Semarang.
Nisa, F., I. Pratomo, P. A. Nugroho dan A. Hermawan. 2014. Kanker Hepar(Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM). Diaksespada tanggal 17 Oktober 2018.
Olinski R., T. Zastawny, J. Budzbon, J. Skokowski, W. Zegarski, M. Dizdaroglu.1992. DNA Base Modifications in Chromatin of Human Cancerous Tissues.FEBS Lett. 309:193-8.
Priya, Y. S. Soegijanto, F.A. Ratam, Soetjipto dan K. Sudiyana. 2013.Uji CobaVaksin Dengue Rekombinan pada Hewan Coba Mencit, Tikus, Kelincidan Monyet. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003: 64 – 71.
Purnobasuki, H. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat (Prospect ofMangrove as Herbal Medicine) (Short Communication. Universitas Airlangga.Surabaya.
Ramesh, A., F. Inyang , D.B. Hood, A.E. Archibong, M.E. Knuckles andA.M. Nyanda. 2001. Metabolism, Bioavailability, And Toxicokinetics OfBenzo[a]Pyrene In F-344 Rats Following Oral Administration. Journal ofToxicol Pathol. 53: 275-290.
Rajput, S., M. Mandal. 2012. Antitumor Promoting Potential of SelectedPhytochemicals Derived from Spices: A Review. Journal of Cancer Prev.21:205–215.
Redmon, H., P. Stapkleton, and David. 1983. Immunustrition: The ple of Taurine.Journal of Nutrition. 14. 559-604.
Reed, J.C. 1995. Regulation of Apoptosis By Bcl-2 Family Proteins and Its Role inCancer and Chemoresistance. Journal of Oncology. 7:541–546.
Retnaningsih, C.H. 2008. Potensi Fraksi Aktif Antioksidan, Anti KolesterolKacang Koro (Mucuna pruriens) dalam Pencegahan Arteroskerosis.Laporanpenelitian Hibah Bersaing DIKTI 2008/2009 UKS . Semarang.
Segner H., A. M. Moller, C. Hermsen, T. Floehr and M. H. Lamoree. 2013. TissueSpecific Metabolism of Benzo[a]pyrene in Rainbow Trout (Oncorhynchusmykiss): A Comparison between the Liver and Immune Organs. Journal of DrugMetabolism and Disposition. 42:111-118.
Sheriff, R. Z., A. Bloomston, Liver Anatomy. 2010. The Ohio State UniversityMedical Centre. USA.
Schoket, B., G. app, K. Levay, G. Mrackova, F.F. Kadlubar and I. Vincze.2001.Impact Of Metabolic Genotypes On Levels Of Biomarkers Of GenotoxicExposure.Mutat. Res. 482: 57-69.
Spalding, M.D., C. Ravilious and E.P. Green. 2001. World Atlas of Coral Reefs.University of California Press. Berkeley. USA.
Sugihara, N., K. Toyama, T. Okamoto, M. Kadowaki, K. Terao and K. Furuno. 2007.Effects of Benzo(e)pyrene and Benzo(a)pyrene on P-glycoprotein-mediatedTransport in Caco-2 Cell Monolayer: A Comparative Approach. Journal ofToxicology In Vitro. 21(5): 27-34.
Sun, S.Y., N. Hail, R. Lotan. 2004. Apoptosis As a Novel Target For CancerChemoprevention. Journal of National Cancer Insttitute. 96:662–672.
Szalay, J. 2018. Spleen Function Location and Problems. Journal of Live Scince.
Uhlén,M., L. Fagerberg, B.M. Hallstorm, Lidskog, P. Oksvold, etc. 2015. Tissue-Based Map of The Human Proteome. Journal of Science Vol. 347.
US. EPA. 2017. Toxicological Review of Benzo(a)pyrene. U.S. EnvironmentalProtection Agency. Washington DC.
US. EPA. 2005. Guidelines for Carcinogen Risk Assessment [EPAReport].Washington DC. U.S. Environmental Protection Agency, Risk AssessmentForum. Hlm 1-166. Diakses padahttp://www2.epa.gov/osa/guidelines-carcinogen-risk-assessment..
Waris, G., H. Ahsan. 2006. Reactive Oxygen Species Role: Role in The Developmentof Cancer and Various Chronic Conditions. Journal of Carcinogenesis.
Widyarini, S., M. Allanson, N.L. Gallagher, J.Pedley, G.M. Boyle, P.G. Parsons, D.C.Whiteman, C. Walker and V.E.Reeve. 2017. Isoflavonoid Photoprotection inMouse and Human Skin Is Dependent on Metallothionein. Journal ofInvestigative Dermatology.
Zhang, H. M., J. S. Nie and X. Lie. 2012. Characteristic Analysis of Peripheral BloodMononuclear Cell Apoptosis in Coke Oven Workers. Journal of OccupationHealth. 54(1):44-50.
Wachtel, G.S., I.F.F. Benzie. 2011. Herbal Medicine: An Introduction to Its History,Usage, Regulation, Current Trends, and Research Needs. In: Herbal Medicine:Biomolecular and Clinical Aspects. Benzie IFF, Wachtel-Galor S (ed). BocaRaton (FL).
Wester, P.W., J.J. Muller, W. Slob, G.R. Mohn, P.M. Dortan, E.D.Kroese. 2011Carcinogenic Activity of Benzo[a]Pyrene in A 2 Year Oral Study in Wistar Rats.Journal of Food Chem Toxicol. 50:927–935.
Willems, M. I. and R. Roggeband . 2010. Monitoring The Exposure of Rats toBenzo[a]pyrene by The Termination of Mutagenic Activity in Excreta,ChromosomeAberrations and Sister Chromatid Exchanges in Peripheral BloodCells, and DNAAdducts in Peripheral Blood Lymphocytes and Liver. Journal ofMutagenesis. 6(2):151–158.
Yu, N.Y. Lin, Hallstorm, M. Bjorn, L. F agerberg, F. Ponten, H. Kawaji, P. Carcini,R.R. Alistair, M. Uhlen and O.C. Daub. 2015. Complementing Tissue
Characterization by Integrating Transcriptome Profiling from The HumanProtein Atlas and from The Fantom5 Consortium. Journal of Nucleic AcidsResearch Vol 43.
Yunadir. 2008. Buku Panduan Lasboratorium Histopatologi. Laboratorium PatologiAnatomik Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
85
Tabel 7. One Way ANOVA Rerata Berat Badan Mencit
ANOVASum of
Squares df Mean Square F Sig.
ekor1 Between Groups 6.800 4 1.700 .141 .965
Within Groups 241.200 20 12.060
Total 248.000 24
ekor5 Between Groups 64.640 4 16.160 .594 .671
Within Groups 544.000 20 27.200
Total 608.640 24
ekor10 Between Groups 31.440 4 7.860 .441 .778
Within Groups 356.800 20 17.840
Total 388.240 24
ekor15 Between Groups 31.840 4 7.960 .361 .834
Within Groups 441.600 20 22.080
Total 473.440 24
ekor20 Between Groups 13.040 4 3.260 .114 .976
Within Groups 571.200 20 28.560
Total 584.240 24
ekor25 Between Groups 34.240 4 8.560 .378 .822
Within Groups 453.200 20 22.660
Total 487.440 24
Tabel 8. One Way ANOVA Rerata Jumlah Eritrosit Mencit
ANOVASum of
Squares df Mean Square F Sig.
EritrositAwal Between Groups 16.869 4 4.217 .449 .772
Within Groups 187.815 20 9.391
Total 204.684 24
EritrositAkhir Between Groups 13.977 4 3.494 .461 .764
Within Groups 151.632 20 7.582
Total 165.609 24
86
Tabel 9. One Way ANOVA Rerata Jumlah Leukosit Mencit
Test of Homogeneity of VariancesLevene Statistic df1 df2 Sig.
LeukositAwal Based on Mean 2.346 4 20 .090
Based on Median .385 4 20 .817
Based on Median and with
adjusted df
.385 4 14.851 .816
Based on trimmed mean 2.148 4 20 .112
LeukositAkhir Based on Mean 3.264 4 20 .033
Based on Median 1.322 4 20 .296
Based on Median and with
adjusted df
1.322 4 7.035 .349
Based on trimmed mean 3.048 4 20 .041
Tabel 10. One Way ANOVA Rerata Diferensial Leukosit Mencit
ANOVASum of
Squares df Mean Square F Sig.
Neutrofil Between Groups 553.760 4 138.440 2.733 .058
Within Groups 1013.200 20 50.660
Total 1566.960 24
Eosinofil Between Groups 42.800 4 10.700 1.379 .277
Within Groups 155.200 20 7.760
Total 198.000 24
Basofil Between Groups 334.640 4 83.660 3.560 .024
Within Groups 470.000 20 23.500
Total 804.640 24
Monosit Between Groups 686.160 4 171.540 .889 .488
Within Groups 3857.200 20 192.860
Total 4543.360 24
Limfosit Between Groups 3028.960 4 757.240 3.125 .038
Within Groups 4846.000 20 242.300
Total 7874.960 24
87
Tabel 11. One Way ANOVA Rerata Berat Basah Hati dan Limpa Mencit
ANOVASum of
Squares df Mean Square F Sig.
Indeks Hepar Between Groups .000 4 .000 .226 .921
Within Groups .002 20 .000
Total .002 24
IndeksLimpa Between Groups .000 4 .000 .661 .626
Within Groups .000 20 .000
Total .000 24
ekorlhepar Between Groups .070 4 .018 .082 .987
Within Groups 4.317 20 .216
Total 4.387 24
ekorlimpa Between Groups .032 4 .008 .587 .675
Within Groups .271 20 .014
Total .303 24
Tabel 12. One Way ANOVA Rerata Jenis Kerusakan Sel Hepar Mencit
ANOVASum of
Squares df Mean Square F Sig.
N Between Groups 19392.640 4 4848.160 72.642 .000
Within Groups 1334.800 20 66.740
Total 20727.440 24
DH Between Groups 70.240 4 17.560 .698 .602
Within Groups 503.200 20 25.160
Total 573.440 24
DL Between Groups 687.440 4 171.860 1.504 .239
Within Groups 2285.600 20 114.280
Total 2973.040 24
Nekrosis Between Groups 13928.240 4 3482.060 49.251 .000
Within Groups 1414.000 20 70.700
88
Total 15342.240 24
Persentase Between Groups 19401.818 4 4850.454 72.753 .000
Within Groups 1333.408 20 66.670
Total 20735.226 24
Skor Between Groups 13.760 4 3.440 14.333 .000
Within Groups 4.800 20 .240
Total 18.560 24
90
Gambar 23. Benzo(a)piren
Gambar 21. Administrasi Oral Gambar 22. Pengeringan BuahAvicennia marina