halaman judul -...

138
TESIS IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP PELAKU E-COMMERCE (The Implementation of Fairness Principle of Tax Collection to E-commerce Actor) Disusun dan Diajukan Oleh : ITSAR NURYANTO SAMBIA P3600216018 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: nguyennhu

Post on 08-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

TESIS

IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAKTERHADAP PELAKU E-COMMERCE

(The Implementation of Fairness Principle of Tax Collection toE-commerce Actor)

Disusun dan Diajukan Oleh :

ITSAR NURYANTO SAMBIAP3600216018

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATANFAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2018

Page 2: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP
Page 3: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

i

HALAMAN JUDUL

IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

PELAKU E-COMMERCE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Kenotariatan

Disusun dan diajukan Oleh:

ITSAR NURYANTO S

P3600216018

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 4: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

ii

Page 5: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Nama : ITSAR NURYANTO SAMBIA

N I M : P3600216018

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan tesis yang

berjudul IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK

TERHADAP PELAKU E-COMMERCE adalah benar-benar karya saya

sendiri. Hal yang bukan merupakan karya saya dalam penulisan tesis ini

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

Makassar, 14 Agustus 2018

Yang membuat pernyataan,

ITSAR NURYANTO SAMBIA

Page 6: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Karunia, dan Hidayah-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan sebuah karya ilmiah berupa

Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN

PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP PELAKU E-COMMERCE”,

sebagai salah satu syarat Untuk Mencapai Gelar Magister pada

Program Studi Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin. Serta lantunan shalawat dan salam kepada Rasulullah

SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan umatnya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang-yang tak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta ayahanda Sambia dan

ibunda Rostina yang selama ini banyak memberikan dukungan yang

sangat bermanfaat dalam menyemangati penulis untuk melakukan

kegiatan pendidikannya mulai dari tingkat dasar hingga perguruan

tinggi dengan penuh kasih sayang dan rasa cintanya yang tak

terhingga. Begitu juga telah merawat dan membimbing saya

sehingga terlahir dan dewasa sampai pada saat ini. Oleh karenanya

ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya dengan berharap

Page 7: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

v

mereka tetap membimbing saya untuk menapaki kehidupan yang

mendatang.

2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor

Universitas Hasanuddin beserta para wakil rektor, staf, dan

jajarannya.

3. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin serta para wakil dekan I, II, dan III

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Dr. Nurfaidah Said, S.H., M.H., M.Si. selaku Ketua Prodi

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk menulis tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, SH.,MH. selaku Pembimbing I dan

Bapak Ruslan Hambali. SH.,MH. selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

tesis ini dapat terselesaikan. Dan merupakan kebanggaan tersendiri

bagi penulis telah dibimbing oleh beliau.

6. Bapak Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M., Ibu Dr. Oky Deviany,

.S.H., M.H., Ibu Dr. A. Tenri Famauri, S.H., M.H. selaku dewan

penguji, yang telah memberikan ilmu, nasihat, serta bantuan

lainnya.

7. Seluruh dosen, pegawai, maupun staf civitas akademika Fakultas

Hukum Universitas Hasanudin yang telah memberikan ilmu, nasihat,

serta bantuan lainnya.

Page 8: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

vi

8. Hendro Adipurna, S.H., Jupriadi, S.H., Aslan Amin, S.H., Andry

Akbar, S.H., Faizal Achmad, S.H., Rakhmat Wiwin Hisbullah, S.H.

M.Kn, Sitti Paradiba Rambega, S.H., Nurliana, S.H., Heny Sugiarti,

S.H., Athifa Ramadhani, S.H., Andi Dettia Cawa, S.H., Githa

Ramadhani, S.H., Iswahyudi Adipradana, S.H., Andika Dwi

Anugerah, S.H., Ismail TH. Sapiu, S.H., dan Indah Ayu Satrika,

S.H., M.H., mereka merupakan sahabat-sahabat terbaik yang

penulis miliki, terima kasih atas waktu dan kebersamaan yang

membuat sepenggal perjalanan hidup ini menjadi lebih ringan, lebih

berwarna, dan lebih indah. Terima kasih atas pengertian dan

kesabaran yang kau tunjukkan dalam mengahadapi sikap, watak,

dan kelakuan penulis yang tidak semua orang bisa memahami dan

menghadapinya. Terima kasih.

9. Kakanda terbaik penulis, Almadany Talaohu, S.H., yang senantiasa

mendengar curahan hati dan keluhan penulis, memberi kritikan dan

masukan kepada penulis. Setiap momen di antara kita, entah

moment itu bahagia atau tidak, dan kita tidak pernah peduli akan hal

itu. Terima kasih karena sudah bersedia sharing cerita-cerita

bahagiamu padaku. Tidak akan ada kebahagiaan tanpa berbagin

pengalaman yang seru, terima kasih kakandaku atas segala waktu,

moment kebersamaan, dukungan, dan semangat hidup yang

selama ini kau berikan.

Page 9: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

vii

10. Adinda Rizki Febrisari, S.H., yang telah menemani, menyemangati

dengan tulus penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

11. Teman-teman RENVOI KENOTARIATAN 2016, teman

seperjuangan penulis sejak berstatus sebagai mahasiswa Pasca

Sarjana Fakultas Hukum Unhas.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini,

baik, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam

penyusunan karya ilmiah lainnya yang lebih baik. Akhir kata,

semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Makassar, 14 Agustus 2018

Penulis,

ITSAR NURYANTO SAMBIA

Page 10: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

viii

ABSTRAK

ITSAR NURYANTO SAMBIA. Implementasi Prinsip Keadilan Pemungutan Pajak Terhadap Pelaku E-commerce (dibimbing oleh Achmad Ruslan dan Ruslan Hambali). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi prinsip keadilan pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce serta menganalisis dampak yang ditimbulkan terhadap ketidakadilan dalam pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce. Tipe penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris yang mengkhususkan pada jenis Pajak Penghasilan (PPh) dengan mengumpulkan data primer berupa hasil wawancara dan data sekunder berupa data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce belum mencerminkan rasa keadilan antara pelaku E-commerce. hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Pertama, kurangnya pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap pelaku E-commerce khususnya melalui media sosial pribadi; Kedua, sistem pajak yang berlaku di oleh Indonesia (Self Assessment) memberikan peluang kepada pelaku E-commerce dari media sosial pribadi untuk bertindak menghindari pemungutan pajak; Ketiga, kepatuhan Wajib Pajak atas peraturan pajak terkait pemungutan Pajak Penghasilan (PPh); Keempat, pengetahuan tentang pajak terkait aturan pajak yang berlaku, dan (2) dampak yang ditimbulkan terhadap ketidakadilan dalam pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce, yaitu pemasukan keuangan negara dari Pajak Penghasilan (PPh) terhadap pelaku E-commerce berkurang mengingat peraturan yang ada hanya mengatur pemungutan pajak transaksi E-commerce Marketplace khususnya Bukalapak dan persepsi pelaku E-commerce yang negatif mempengaruhi pola pikir pelaku E-commerce lainnya yang belum menjadi Wajib Pajak. Kata kunci : Pemungutan pajak, Keadilan, E-commerce

Page 11: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

ix

ABSTRACT

ITSAR NURYANTO SAMBIA. The Implementation of Fairness Principle of Tax Collection to E-commerce Actor. (supervised by Achmad Ruslan and Ruslan Hambali).

This study aims to analyze the implementation of fairness principle of tax collection to E-commerce actor, and to describe the impact of unfairness in tax collection on the actor of E-commerce.

This type of research was an empirical juridical research specializing on the type of the Income Tax (PPh). The data consisted of primary and secondary data. The primary data was conducted through interview, and the secondary data was found through literature study. The data then were analyzed qualitatively.

The results of the research indicates that, (1) the tax collection of the actor of E-commerce has not reflected in the sense of justice among the actors. This is influenced by several factors, mainly: first, the lack of government supervision of the E-commerce actor, especially through personal social media; second, the applicable tax system in Indonesian (self assessment) provided an opportunity for E-commerce actors and personal social media to act and avoid collecting taxes; third, taxpayer compliance with tax relus related to the collection on income tax (PPh); fourth, the knowledge of taxes related to the prevailing tax rules; and (2) the impact of unfair tax collection on the actor of E-commerce is first, the income of state finance from income tax (PPh) to the actor of E-commerce is reduced considering that the existing rules only regulates tax collection of Marketplace E-commerce transactions especially Bukalapak; and second the negative perceptions of E-commerce actors influence the mindset of other E-commerce actors who have not become Taxpayers.

Keywords: Tax Collection, Justice, E-commerce

Page 12: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 12

E. Keaslian Penelitian ................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 15

A. E-commerce .............................................................................. 15

1. Pengertian E-commerce ..................................................... 15

2. Mekanisme Transaksi E-commerce .................................... 15

B. Pajak .......................................................................................... 17

1. Pengertian Pajak ................................................................. 17

Page 13: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

xi

2. Asas Pemungutan Pajak ..................................................... 18

3. Fungsi Pajak ....................................................................... 20

4. Prinsip-Prinsip Pemungutan Pajak ...................................... 22

5. Pemungutan Pajak .............................................................. 24

6. Sistem Pemunguan Pajak ................................................... 25

7. Kepatuhan Perpajakan ........................................................ 27

8. Kesadaran Wajib Pajak ....................................................... 29

C. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) ....................................... 35

1. Tarif PPh Pasal 21 .............................................................. 38

2. Subjek Pajak Penghasilan .................................................. 40

3. Objek Pajak dan Yang Bukan Objek PPh ........................... 44

D. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................ 47

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai ......................................... 48

2. Objek Pajak dan Bukan Objek PPN .................................... 49

E. Dasar Hukum E-commerce ...................................................... 52

1. Subjek dan Objek E-commerce........................................... 56

F. Teori ........................................................................................... 60

1. Teori Keadilan ..................................................................... 60

2. Teori Pengawasan .............................................................. 64

G. Kerangka Pikir ........................................................................... 67

H. Definisi Operasional ................................................................. 68

Bab III METODE PENELITIAN ................................................................ 70

A. Tipe Penelitian ........................................................................... 70

Page 14: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

xii

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 70

C. Populasi Dan Sampel ............................................................... 70

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 71

E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 72

F. Teknik Analisis Data ................................................................. 73

Bab IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 74

A. Implementasi Prinsip Keadilan Pada Pemungutan Pajak

Terhadap Pelaku E-commerce ................................................. 74

B. Dampak Ketidakadilan Pemungutan Pajak Pelaku

E-commerce ............................................................................. 111

Bab V PENUTUP ................................................................................... 117

A. KESIMPULAN .......................................................................... 117

B. SARAN ..................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pelaku E-commerce Pada Market Place (Bukalapak)………… 84

Tabel 2. Pelaku E-commerce Pada Media Sosial Pribadi

(Instagram) …………………………………………………………. 85

Page 16: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penerimaan Pajak ……………………………………………. 113

Page 17: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dapat

digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi. Pajak juga

berfungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk memasukan

dana secara optimal ke dalam kas negara, dalam artian bahwa fungsi

pajak sebagai instrumen penarik masyarakat untuk dimasukkan ke dalam

kas negara. Adapun dana yang berasal dari pajak dipergunakan bagi

penyelengaraan dan aktifitas pemerintahan. Pajak merupakan gejala

sosial dalam suatu masyarakat, sehingga tanpa adanya masyarakat, tidak

mungkin ada pajak. Pajak sebenarnya merupakan utang, dalam arti

bahwa utang anggota masyarakat kepada masyarakat, dimana utang

menurut pengertian hukum adalah perikatan (verbintenis).1

Menurut Cort Van Der Linden, pajak merupakan kewajiban

penduduk suatu Negara untuk berusaha dan berhak untuk memperoleh

perlindungan (hukum dan sosial ekonomi), untuk itu penduduk Negara

berkewajiban membayar pajak kepada Negara2. Undang-undang

perpajakan sendiri tidak memberikan definisi pajak sampai dengan

1 Ali Chidir, 2007, Hukum Pajak Elementer, Bandung: PT. Eresco, hlm.172 Bohari, 2012, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 21

Page 18: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

2

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mengatur bahwa:3

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang olehorang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanundang-undang, dengan mendapatkan imbalan secara tidaklangsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Adapun pajak secara kewilayahan terbagi dalam dua kategori, yaitu

pajak pusat dengan landasan hukumnya berbentuk undang-undang, dan

pajak daerah dengan landasan hukumnya berbentuk peraturan daerah.

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self

assessment, yang berarti sistem yang memberikan kepercayaan dan

tanggung jawab yang lebih besar untuk menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan berkewajiban melaksanakan

pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan

pemenuhan kewajiban wajib pajak, salah satunya pajak penghasilan.

Anjarini dalam bukunya menyebutkan bahwa self assessment system

selama ini dalam prinsipnya telah membuat anggapan bahwa pajak tidak

lagi dianggap sebagai beban melainkan sebuah tugas kenegaraan yang

harus di laksanakan.4

3 Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang PerubahanKetiga atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan. Undang-Undang ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 tahun 2008 tentangPerubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang.

4 Anjarini, Kusujarwati, dkk, 2012, Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak DalamMeningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Jakarta Sawah BesarSatu: Jurnal Akuntasi Perpajakan, hlm. 12

Page 19: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

3

Dianutnya self assessment system membawa misi dan

konsekuensi perubahan sikap atau (kesadaran) yang terjadi pada

masyarakat untuk membayar pajak dengan sukarela. Kesadaran yang

tinggi dari wajib pajak merupakan faktor penting dari wajib pajak dalam

pelaksanaan sistem tersebut. Sehingga semakin tinggi tingkat kesadaran

wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan

semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan. 5

Tinggi rendahnya wajib pajak dalam mematuhi kewajiban

perpajakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

kepatuhan dan kesadaran wajib pajak. Pemahaman wajib pajak serta

kesungguhan wajib pajak untuk melaporkan dan membayar kewajiban

perpajakannya sesungguhnya mencerminkan tingkat kesadaran wajib

pajak. Apabila kesadaran masyarakat atas pajak masih rendah maka akan

menyebabkan banyaknya potensi pajak yang tidak dapat di manfaatkan. 6

Adapun pajak masa kini dihadapkan dengan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat,

seiring dengan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin tinggi. Dari hal

tersebut, timbul pemikiran masyarakat untuk memanfaatkan keadaan

dengan berbisnis agar memiliki penghasilan sendiri dalam memenuhi

kebutuhan hidup diera modern saat ini. Ide berbisnis muncul dengan

menggunakan media online atau disebut dengan istilah transaksi E-

5 Darmayanti, Theresia Woro, 2004, Pelaksanaan Self Assessment System Menurut WajibPajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga): Jurnal Ekonomi dan Bisnis, hlm. 108

6 Muliari, Ni Ketut dan Ery Setiawan, 2011, Pengaruh Persepsi tentang Sanksi Perpajakandan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di KantorPelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur: Jurnal akuntansi dan bisnis Denpasar, FakultasEkonomi Universitas Udayana, hlm. 5

Page 20: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

4

commerce. Transaksi E-commerce merupakan transaksi bisnis yang

dilakukan secara elektronik, sehingga transaksi antara pelaku

E-commerce dan pembeli dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun.

Transaksi seperti ini sedang digemari oleh masyarakat modern

penggunaan internet aktif.

Transaksi E-commerce berbeda dengan transaksi pada umumnya

yang memperdagangkan barang dagangan mereka di suatu tempat jual-

beli pada umumnya seperti pasar tradisional, pasar modern, pasar

swalayan, dan toko-toko pada umumnya yang dapat di lihat dan dapat di

sentuh langsung. E-commerce di perdagangkan pada suatu website atau

sebuah akun sosial media public yang berkecimpung dalam transaksi E-

commerce, seperti: bukalapak, lazada, dan PT.Kudo, sementara untuk

media sosial pribadi seperti: facebook, twitter, dan instagram.7

Masalah kemudian muncul dari transaksi E-commerce terkait

pengenaan pajak penghasilan pelaku E-commerce, yakni pajak yang

dibebankan kepada pelaku E-commerce belum efektif secara menyeluruh.

Di lapangan ditemukan pelaku E-commerce yang berjualan melalui media

sosial pribadi dan tidak membayar pajak penghasilan sekalipun

penghasilan yang didapatkan setiap bulan sudah mencapai batas minimal

sebagai wajib pajak atau sudah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

101/PMK.010/2016 adalah Rp 54.000.000 /tahun dan Rp 4.500.000 /bulan

7 Fuadi, Arabella Oentari, Yeni Mangonting, 2013, Pengaruh Kualitas Pelayanan PetugasPajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM,Tax & Accounting Review, hlm. 33

Page 21: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

5

untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal ini dikarenakan oleh, penjualan

di media sosial pribadi adalah bersifat bebas tanpa adanya aturan

tertentu, tidak adanya pihak-pihak yang bertanggungjawab atas penjualan

terhadap pemungutan pajak tersebut, kurangnya pengetahuan pelaku E-

commerce terkait pajak, kurangnya sosialisasi dari pihak berwajib atas

pemungutan pajak, hingga kurangnya pengawasan dari pihak berwajib

atas bisnis online ini.

Hal ini berbanding terbalik dengan pelaku E-commerce yang

menjajakkan dagangannya di dalam wadah resmi sesuai Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan

Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-commerce. Adapun wadah resmi

sesuai dengan Surat Edaran tersebut terdapat empat (4) model transaksi

E-commerce: yaitu Online marketplace, Classified Ads, Daily Deals, dan

Online Retail. Di mana pelaku online yang menjajakkan dagangannya

melalui Online marketplace, classified Ads, Daily Deals dan Online Retail

secara otomatis akan menjadi wajib pajak penghasilan apabila

penghasilan yang di dapat dari berjualan telah melebihi Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP).

Hal ini dapat terjadi karena, badan usaha yang tergabung dalam

Online marketplace, Classified Ads, Daily Deals, dan Online Retail

bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pajak untuk mengawasi

transaksi para pelaku online di dalam. Sehingga apabila, ada pelaku

online yang telah memenuhi standar sebagai wajib pajak, maka Direktorat

Page 22: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

6

Jendral Pajak di wilayah masing-masing akan mengirimkan surat

pemberitahuan sebagai wajib pajak sebagai bentuk peringatan. Hal ini

tentunya membantu pemerintah dalam mendata wajib pajak, sehingga

para pelaku online yang sudah memenuhi standar sebagai wajib pajak

akan sulit untuk menghindarinya. Berbeda dengan pelaku online melalui

media sosial pribadi yang tidak memiliki aturan khusus. Sehingga

seringnya para pelaku online yang tergabung dalam badan usaha terkait

memilih untuk keluar dan menjajakkan dagangannya melalui media sosial

pribadi saja. Hal ini juga tentunya akan berdampak pada pemasukan dari

badan usaha tersebut, mengingat badan usaha tersebut harus membayar

pajak, dan memberikan gaji kepada karyawannya.

Pada dasarnya penerimaan pendapatan pajak maksimal

membutuhkan kepatuhan dan kesadaran masyarakat untuk menjalankan

kewajibannya sesuai dengan kebijakan yang berlaku yang berlaku.

Persoalan mengenai kepatuhan membayar pajak telah menjadi masalah

yang penting karena jika wajib pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan

keinginan untuk melakukan tindakan seperti penghindaran, pengelakan

dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu

dengan berampak pada berkurangnya penerimaan pajak.8 Hal ini sama

dengan tingkat kesadaran masyarakat atas kewajiban perpajakan. Kedua

hal ini, sama sekali tidak dapat dipaksakan selaku pribadi atau badan

hukum. Akan tetapi, pemerintah dapat bertindak tegas untuk mendorong

8 Ibid., hlm. 35

Page 23: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

7

kepatuhan dan kesadaran pribadi/badan hukum dengan mengadakan

pengawasan yang ketat serta aturan dan sanksi yang tegas pula.

Ketika yang terjadi kepatuhan dan kesadaran masyarakat kurang,

maka tentunya akan berdampak pada kurangnya pendapatan Negara

yang bermuara dari sistem perpajakan di Indonesia. Walaupun hingga

saat ini, dengan kebijakan perpajakan yang ada belum mampu menjaring

potensi pajak, khususnya jenis usaha online shop dengan menggunakan

transaksi E-commerce. Adapun beberapa akun online shop tersebut

adalah Missy Shop, Hana Shop, Lov Limitee, Permata Shop, dan Tshop

yang berada di Kota Makassar.

Sementara itu, jika telusuri lebih dalam bahwa uang pajak yang di

terima pemerintah akan di keluarkan lagi untuk masyarakat yang akan di

gunakan untuk membiayai kepentingan umum sehari-harinya. Sehingga

dapat di katakan bahwa hal ini akan berdampak besar pada

perekonomian negara. Adapun Kewajiban pajak merupakan kewajiban

publik yang pribadi, yang tidak dapat di alihkan kepada orang lain. Wajib

pajak dapat menunjuk atau minta bantuan atau memberi kuasa kepada

orang lain, akan tetapi kewajiban publik yang melekat pada dirinya

(persoonlijk), khususnya mengenai pajak-pajak langsung tetap ada

padanya dan ia tetap bertanggung jawab, sekalipun orang lain dapat ikut

bertanggungjawab.

Selain undang-undang pajak, pengaturan khusus mengenai pajak

atas transaksi E-commerce sendiri terdapat dalam Surat Edaran Direktur

Page 24: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

8

Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan

Perpajakan Atas Transaksi E-commerce. Selain itu, Ditjen Pajak

mengeluarkan SE-06/PJ/2015 tentang Pemotongan dan atau Pemungutan

Pajak Penghasilan atas Transaksi E-commerce.9

Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 28 Tahun

2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, mengatur

bahwa:

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaranpajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hakdan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 28

Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

selanjutnya mengatur bahwa:

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif danobjektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat JenderalPajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempatkedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor PokokWajib Pajak.

Pungutan pajak hanya diterapkan pada kanal marketplace khususnya

pelaku E-commerce yang jualan online dengan membuka toko online,

seperti tokopedia, bukalapak, shopee, OLX, berniaga, elevenia, dan

lazada. Adanya ketidakadilan pemungutan pajak terhadap pelaku

E-commerce ini, memungkinkan untuk para penjual pada marketplace

keluar dari kanal tersebut dan lebih memilih untuk berjualan pada kanal-

9 Rahmat fiansyah, 2015, Aturan Pajak Bisnis Online Ditargetkan Rampung Tahun Ini,diakses dari: http://ekbis.sindonews.com/read/989943/150/aturan-pajak-bisnis-online-ditargetkan-rampung-tahun-ini-1429149243, Pada Tanggal 16 Januari, Pukul [15.30 WITA]

Page 25: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

9

kanal di media sosial pribadi yang tidak di kenakan pajak penghasilan.

Sehingga pada akhirnya, para pengelola marketplace akan kehilangan

secara signifikan pendapatannya yang di peroleh dari pendapatan komisi

yang di peroleh dari para pelapaknya.

Sejatinya bahwa tidak adanya pemungutan pajak dari transaksi

yang terjadi di dunia digital melalui media sosia pribadi, merupakan bentuk

ketidakadilan pemungutan pajak terkhusus pajak penghasilan. Bayangkan

saja, toko-toko yang berjualan barang setiap hari harus melakukan

pungutan dan pembayaran pajak. Padahal, barang yang di perjualbelikan

notabene sama, sehingga seharusnya alokasi beban pajak pada berbagai

golongan masyarakat harus mencerminkan keadilan. Mengenai hak ini

ada dua kriteria yang lazim digunakan untuk melihat apakah alokasi

beban pajak telah mencerminkan aspek keadilan, yaitu kemampuan

membayar dari wajib pajak (ability to pay) dan prinsip benefit (benefit

principel).

Selanjutnya menurut Aristoteles, keadilan merupakan tindakan

yang terletak di antara memberikan terlalu banyak dan terlalu sedikit.

Keadilan dapat diartikan memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai

dengan apa yang menjadi haknya.10 Selanjutnya menurut John Rawls,

jaminan keadilan harus di awali dengan dua prinsip dasar keadilan, yaitu:

Pertama, Prinsip perbedaan dan prinsip persamaan yang adil atas

kesempatan, dalam prinsip ini perbedaan sosial ekonomi harus diatur

10 Ibid.,

Page 26: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

10

sedimikian rupa sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

mereka yang kurang beruntung; Kedua, Prinsip kekebasan yang sama

sebesar-besarnya, dalam artian bahwa setiap orang memiliki hak yang

sama atas seluruh sistem kekebasan yang ada dan yang sesuai dengan

kebebasan itu.11

Dalam mewujudkan jaminan keadilan diperlukan adanya lembaga-

lembaga tertentu yang berfungsi untuk memperjuangkan berlakunya

kedua prinsip di atas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Menurut Miriam Budiardjo, ada lima lembaga yang dibutuhkan

dalam mengupayakan jaminan keadilan, yaitu: Pertama, Pemerintahan

yang terbuka dan bertanggung jawab; Kedua, Dewan perwakilan rakyat

yang mewakili golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan dalam

masyarakat, yang dipilih melalui pemilu yang bebas dan rahasia; Ketiga,

Organisasi politik yang mencakup satu atau lebihi partai politik; Keempat,

Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat; dan

Kelima, Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi

manusia dan mempertahankan keadilan.12

Sehingga wajar saja bila pemerintah ingin memungut pajaknya

apalagi melihat potensi pajak dalam pembangunan yang semakin besar.

Katakanlah bila saat ini transaksi E-commerce telah mencapai Rp.394

triliun. Dengan dikenai PPh dengan tarif 1% saja, ada potensi penerimaan

11 Ibid.,12 Ibid.,

Page 27: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

11

Rp.3,9 triliun, belum lagi dari PPN bisa berkali-kali lipat.13 Aparat pajak

menyebut bahwa pungutan pajak terhadap bisnis online bukanlah hal

baru, melainkan transaksi dari itu sekadar objek pajak yang belum dipajaki

atau dipungut. Wajar saja bila pemerintah ingin memungut pajaknya.

Apalagi bila melihat potensi penjualan online yang semakin besar.

Sebagai upaya untuk menerapkan keadilan bagi seluruh wajib pajak,

pungutan pajak E-commerce merupakan sebuah keharusan. Akan tetapi,

kemampuan pemerintah memberikan level playing field yang sama

dengan mampu menjangkau kanal media sosial juga harus dipenuhi

sebab temanya tetap sama, yakni keadilan dalam pemungutan pajak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi prinsip keadilan pada pemungutan pajak

terhadap pelaku E-commerce?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap ketidakadilan dalam

pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi prinsip keadilan

pada pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce.

13 Ade Hapsari Lestarini, 2017, Menimbang keadilan pajak E-commerce. diakses dari:http://www.metronews.com/embed/JKRIx2pb, diakses pada Tanggal 16 Januari 2018, Pukul [16.40WITA]

Page 28: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

12

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak yang ditimbulkan

terhadap ketidakadilan dalam pemungutan pajak terhadap pelaku

E-commerce.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis digunakan sebagai bukti empiris

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.14 Penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau bahan penelitian lebih

lanjut serta menambah informasi yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip keadilan terhadap pelaku E-commerce

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:

a. Bagi Direktur Jenderal Pajak, sebagai sumbangan pemikiran dan

sebagai kontribusi ilmiah dalam mengoptimalkan penerimaan

pajak penghasilan dari E-commerce.

b. Bagi pengusaha online, sebagai salah satu referensi dalam

pelaksanaan pembayaran pajak penghasilan dan pajak

pertambahan nilai yang sesuai dengan peraturan yang ada.

14 Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Enam Belas, Bandung: CVAlfabeta, hlm. 10

Page 29: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

13

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini memuat uraian sistematis mengenai hasil-

hasil karya ilmiah lainnya yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu

atau hampir sama namun obyeknya berbeda.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Suriyadi (2015) yang berjudul

Pengaturan Perpajakan Dalam Transaksi E-commerce Dalam Rangka

Penghindaran Pajak Berganda. Penelitian tesis ini fokus terhadap

pemungutan pajak atas transaksi E-commerce berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku yang dikaitkan

dengan sengketa hak pemajakan yang berimplikasi terhadap munculnya

pajak berganda, sehingga pengenaan sanksi terhadap subjek pajak yang

tidak melakukan kewajiban perpajakan tidak dapat diterapkan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mahu, Nur Aini yang berjudul

Penerapan Pajak Penghasilan Pada Transaksi E-commerce di

Yogyakarta. Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis

penghasilan yang timbul dari transaksi E-commerce yang dapat dijadikan

objek pajak dan dapat tidaknya penerapan konsep BUT (Bentuk Usaha

Tetap) pada server terhadap transaksi E-commerce di Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yaitu meneliti bahan

perundang-undangan sebagai bahan primer serta bahan pustaka sebagai

data sekunder.15

15 Electronic theses & dissertations, 2005, Penerapan pajak penghasilan pada transaksi E-commerce di Yogyakarta. diakses dari: http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=28616, Pada Tanggal 16Januari 2018, Pukul [18.30 WITA]

Page 30: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

14

Dari judul penelitian di atas, jelas bahwa pembahasannya berbeda

dengan pembahasan yang diangkat oleh penulis karena tidak mengkaji

mengenai prinsip-prinsip keadilan perpajakan terhadap pelaku E-

commerce. Oleh karena itu, tidak mengulangi penelitian sebelumnya,

karena belum ada penelitian sejenis yang telah dilakukan.

Page 31: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. E-commerce

1. Pengertian E-commerce

E-commerce merupakan salah satu keunggulan dari internet. Ada

beberapa sebutan E-commerce yaitu internet Commerce , Ecom, atau

Immerce, yang pada dasarnya semua sebutan di atas mempunyai makna

yang sama. Istilah-istilah tersebut berarti membeli atau menjual secara

elektronik, dan kegiatan ini di lakukan pada jaringan internet.

Ada beberapa definisi Electronic Commerce atau sering disebut

atau disingkat menjadi E-commerce, menurut David Baum “E-commerce

sebagai salah satu set teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang dinamis

yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu

melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan

informasi yang dilakukan secara elektronik”16.

2. Mekanisme Transaksi E-commerce

Mekanisme transaksi E-commerce di mulai dengan adanya

penawaran suatu produk tertentu oleh penjual (misal berada atau

bertempat kedudukan di AS) di suatu situs melalui server yang berada di

Indonesia. Apabila konsumen di Indonesia melakukan pembelian maka

konsumen tersebut akan mengisi “order mail” yang di sediakan oleh pihak

16 John Hutagaol, dkk, 2007, Kapita selekta Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat, hlm. 48

Page 32: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

16

penjual. Cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut

yaitu dengan:

1) Transaksi model ATM;

2) Pembayaran langsung antara dua pihak yang bertransaksi tanpa

perantara;

3) Dengan perantara pihak ketiga;

4) Micropayment (recehan), dan

5) Anonymous digital cash.

Apabila proses pembayaran tersebut telah di otorisasi, maka proses

pengiriman dapat di lakukan. Cara pengiriman atas produknya, apakah

barang berwujud (melalui pengiriman biasa), jasa, atau produk digital

(melalui proses download).17 Adapun dalam setiap kegiatan E-commerce

tentunya tidak selamanya berjalan mulus. Seperti halnya menurut

Mardiasmo 2 (dua) jenis hambatan terhadap pelaksanaan pemungutan

pajak yang dapat di kelompokkan yaitu:18

a. Perlawanan pasif, yaitu masyarakat enggan (pasif) membayar

pajak, yang dapat disebabkan antara lain:

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat;

b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami

masyarakat;

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan

dengan baik.

17 Ibid., hlm. 5118 Mardiasmo,2011, Perpajakan,Edisi revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi, hlm. 8

Page 33: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

17

b. Perlawanan aktif, yaitu meliputi semua usaha dan perbuatan

yang secara langsung ditujukkan kepada fiskus dengan tujuan

untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:

a) Tax Advoidance, usaha meringankan beban pajak dengan

tidak melanggar Undang-undang;

b) Tax Evasioni, usaha meringankan beban pajak dengan cara

melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak).

B. Pajak

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah bantuan, baik secara langsung mapun tidak langsung

yang dipaksakan oleh kekuasaan poitik dari penduduk atau dari barang

untuk menutup belanja pemerintah. Pajak sebagai bantuan uang secara

incidental atau secara periodic (dengan tidak ada kontraprestasinya), yang

di pungut oleh badan yang bersifat umum (Negara), untuk memperoleh

pendapatan, di mana terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang

karena undang-undang telah menimbulkan hutang pajak. 19

Pajak merupakan iuran wajib yang di pungut oleh pemerintah dari

masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan

biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat di tunjuk secara

langsung di dasarkan undang-undang. Pemungutannya dapat di paksakan

19 Siti Resmi, 2008, Perpajakan, Teori dan Kasus, Edisi pertama, Jakarta: SalembaEmpat, hlm. 2

Page 34: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

18

kepada subyek pajak, dan tidak ada balas jasa yang langsung dapat di

tunjuk penggunaannya.20

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat di paksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan yang di gunakan

untuk membayar pengeluaran umum.21

2. Asas Pemungutan Pajak

Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya Wealth of Nations

mengemukakan 4 (empat) asas pemungutan pajak yang lazim di kenal

dengan “four canons taxation” atau sering di sebut “The four Maxims”

dengan uraian sebagai berikut:22

1) Asas equality yaitu bahwa pembagaian tekanan pajak di antara

masing-masing subyek pajak hendaknya di lakukan secara

seimbang dengan kemampuannya. Kemampuan wajib pajak dapat

di ukur dengan penghasilan yang di nikmati masing-masing wajib

pajak di bawah perlindungan pemerintah. Negara tidak di

perbolehkan mengadakan pembedaan atau diskriminasi di antara

sesama wajib pajak.

2) Asas certainly yaitu bahwa pajak yang di bayar oleh wajib pajak

harus pasti/jelas dan tidak mengenal kompromi, dalam arti bahwa

20 Tunggal Anshari Setia Negara, 2017, Ilmu Hukum Pajak, Malang: Setara Press, hlm. 321 R.Santoso Brotodihardjo, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Refika

Aditama, hlm. 2522 Mardiasmo, 2011, Perpajakan, edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi, hlm. 25

Page 35: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

19

dalam pemungutan pajak harus ada kepastian hukum mengenai

subyeknya, obyek dan waktu pembayarannya.

3) Asas convenience of payment yaitu pajak hendaknya di pungut

pada saat yang tepat atau saat yang paling baik bagi wajib pajak

yaitu sedekat mungkin dengan saat di terimanya penghasilan.

4) Asas efficiency yaitu bahwa pemungutan pajak hendaknya di

lakukan sehemat mungkin, dalam arti bahwa biaya pemungutan

pajak hendaknya lebih kecil dari hasil penerimaan pajaknya.

Menurut W.J. de Lange ada 7 (tujuh) asas pokok perpajakan

adalah sebagai berikut: 23

1) Asas Kesamaan, dalam arti bahwa seseorang dalam keadaan yang

sama hendaknya di kenakan pajak yang sama. Tidak boleh ada

diskriminasi dalam pemungutan pajak.

2) Asas Daya Pikul, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa setiap

wajib pajak hendaknya terkena beban pajak yang sama. Ini berarti

orang yang pendapatannya tinggi di kenakan pajak yang tinggi,

yang pendapatannya rendah di kenakan pajak yang rendah dan

pendapatannya di bawah basic need di bebaskan dari pajak.

3) Asas Keuntungan Istimewa, bahwa seseorang yang mendapatkan

keuntungan istimewa hendaknya di kenakan pajak istimewa pula.

23 Soetrisno, PH, 1982, Dasar-dasar Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta: FakultasEkonomi UGM, hlm. 56

Page 36: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

20

4) Asas Manfaat, mengatakan bahwa pengenaan pajak oleh

pemerintah di dasarkan atas alasan bahwa masyarakat menerima

manfaat barang-barang dan jasa yang di sediakan oleh pemerintah.

5) Asas Kesejahteraan, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa

dengan adanya tugas pemerintah yang pada satu pihak

memberikan atau menyediakan barang-barang dan jasa bagi

masyarakat dan pada lain pihak menarik pungutan-pungutan untuk

membiayai kegiatan pemerintah tersebut, akan tetapi sebagai

keseluruhan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6) Asas Keringanan Beban, asas ini menyatakan bahwa meskipun

pengenaan pungutan merupakan beban masyarakat atau

perorangan dan betapapun tingginya kesadaran berwarga Negara,

akan tetapi hendaknya di usahakan bahwa beban tersebut sekecil-

kecilnya.

7) Asas Keseimbangan, asas ini menyatakan bahwa dalam

melaksanakan berbagai asas tersebut yang mungkin saling

bertentangan, akan tetapi hendaknya selalu di usahakan sebaik

mungkin. Artinya tidak mengganggu perasaan hukum, perasaan

keadilan, dan kepastian hukum.

3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai fungsi penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan Karena pajak

merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua

Page 37: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

21

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak mempunyai

beberapa fungsi sebagai berikut:24

1) Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk

membaiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk mejalankan

tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara

membutuhkan biaya. Biaya ini dapat di peroleh dari penerimaan

pajak. Untuk pembiayaan pembangunan, uang di keluarkan dari

tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri di kurangi

pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun di

tingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2) Fungsi mengatur (regulered)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa di

gunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam

rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun

luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.

Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah

menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3) Fungsi stabilitas

24 Direktorat Jenderal Pajak, 2005, Masalah Pajak di Indonesia: Jakarta, hlm. 54

Page 38: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

22

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga

sehingga inflasi dapat di kendalikan, hal ini bisa di lakukan antara

lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,

pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4) Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah di pungut oleh Negara akan di gunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang

ada pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

4. Prinsip-prinsip Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila

terlalu tinggi, masyarakat akan tidak membayar pajak, namun bila

terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana

yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka

pemungutan pajak harus memenuhi beberapa prinsip-prinsip sebagai

berikut:25

1) Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk

menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam

perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

25 Joseph R. Kaho, 2007, Keuangan di Era Otonomi Daerah, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.35

Page 39: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

23

Contohnya dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.

Pajak di berlakukan bagi setiap warga Negara yang memenuhi

syarat sebagai wajib pajak dan sanksi atas pelanggaran pajak di

berlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya

pelanggaran.

2) Pengaturan pajak harus berdasarkan undang-undang

Pasal 23 A UUD 1945 menjelaskan bahwa pajak dan pungutan

yang bersifat untuk keperluan Negara diatur dengan undang-

undang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan UU tentang pajak, yaitu pemungutan pajak yang di

lakukan oleh Negara yang berdasarkan UU tersebut harus di jamin

kelancarannya.

3) Jaminan hukum

Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak di perlakukan

secara umum. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahasiaan bagi

para wajib pajak.

4) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus di usahakan sedemikian rupa agar tidak

mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,

perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai

merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya

usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan

menengah.

Page 40: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

24

5) Pemungutan pajak harus efisien

Biaya-biaya yang di keluarkan dalam rangka pemungutan pajak

harus di perhitungkan. Jangan sampai pajak yang di terima lebih

rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh Karena itu,

system pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk di

laksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami

kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan

maupun dari segi waktu.

5. Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak adalah kegiatan atau aktifitas mengambil pajak

yang harus di bayarkan oleh wajib pajak oleh petugas atau lembaga

yang memiliki kewenangan memungut pajak, sebagai pembayaran

atas imbalan penggunaan fasilitas atau jasa yang diberikan

terhadapnya. Pembayaran tersebut bersifat wajib karena si pembayar

telah memanfaatkan fasilitas atau jasa dari orang lain.26

Pemungutan pajak adalah kegiatan mengambil pajak sebagai

kewajiban dari wajib pajak atas penggunaan fasilitas, pelayanan/jasa

atau bidang pekerjaan tertentu yang di gunakan oleh seseorang untuk

kepentingannya.27 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka

yang di maksud dengan pemungutan pajak adalah kegiatan atau

aktifitas mengambil pajak dari wajib pajak atas fasilitas atau bidang

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

26 Mardiasmo, 2012, Perpajakan, Yogyakarta: Penerbit Andi, hlm. 2527 Kunarjo, 2008, Hukum Perpajakan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 23

Page 41: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

25

6. Sistem Pemungutan Pajak

1) Official Assessment System

Official assessment system adalah suatu system pemungutan

pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-

cirinya sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiscus;

b. Wajib pajak bersifat pasif;

c. Utang pajak timbul setelah di keluarkannya Surat Ketetapan

Pajak (SKP) oleh fiscus.

2) Self-Assessment System

Self-assessment system adalah suatu system pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan

sendiri besarya pajak yang terutang. Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada wajib pajak sendiri;

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang;

c. Fiscus tidak ikut campur dan hanya mengawasi;

d. Adanya kepastian hukum;

e. Sederhana penghitungannya;

f. Mudah pelaksanaan;

Page 42: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

26

g. Lebih adil dan merata;

h. Penghitungan pajak di lakukan oleh wajib pajak.

Sistem ini umumnya di terapkan pada jenis pajak yang wajib

pajaknya di pandang cukup mampu untuk menghitung dan

menetapkan utang pajaknya sendiri. Oleh karena sistem ini

memberikan kepercayaan yang besar kepada wajib untuk

menghitung, menetapkan, dan menyetor pajaknya sendiri maka

akan berhasil dengan baik jika wajib pajak sudah memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Tax consciousness/kesadaran pajak wajib pajak;

b. Kejujuran wajib pajak;

c. Tax mindedness wajib pajak, hasrat untuk membayar pajak;

d. Tax discipline, disiplin wajib pajak terhadap pelaksanaan

peraturan-peraturan pajak.

Dengan demikian, wajib pajak akan memenuhi kewajiban-

kewajiban yang di bebankan kepadanya oleh undang-undang

seperti memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) pada

waktunya, membayar pajak pada waktunya dan sebagainya

tanpa di peringatkan untuk melakukan hal itu.

3) With Holding System

With holding system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan

bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya

Page 43: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

27

pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri with holding system ini

terletak pada wewenang menentuka besarnya pajak terutang yang

ada pada pihak ketiga, selain fiscus dan wajib pajak.28

7. Kepatuhan Perpajakan

Kepatuhan menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti tunduk

atau patuh pada ajaran atau peraturan. Menurut Norman D. Nowak,

kepatuhan wajib pajak memiliki pengertian yaitu “suatu iklim kepatuhan

dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam

situasi di mana:

1) Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas;

3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar;

4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.29

Menurut Safri Nurmanto bahwa kepatuhan perpajakan dapat di

definisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.30

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban

perpajakan yang di lakukan oleh pembayar pajak dalam rangka

memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang

diharapkan di dalam pemenuhannya di berikan secara sukarela.

28 Tunggul Anshari Setia Negara, 2017, Ilmu Hukum Pajak, Malang: Setara Press, hlm. 2429 Bambang Hariyanto, 2012, Pengertian kepatuhan wajib pajak menurut ahli, diakses

dari:http://www.bambanghariyanto.com/2012/06/pengertian-kepatuhan-wajib-pajak.html?m=1,Pada Tanggal 18 Januari 2018, Pukul [23.30 WITA]

30 Ibid.,

Page 44: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

28

Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem

perpajakan Indonesia menganut system self assessment di mana

dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada

wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor

kewajibannya.31

Kepatuhan dalam perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan

patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib pajak yang patuh

adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

pajak. Ada 2 macam kepatuhan, yaitu:

1) Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan di mana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan

dalam undang-undang perpajakan.

2) Kepatuhan material yaitu suatu keadaan di mana wajib pajak

memenuhi semua ketentuan material perpajakan sesuai dengan isi

dan jiwa undang-undang perpajakan.32

Wajib pajak dapat di kelompokkan sebagai wajib pajak yang patuh

bila memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Tepat waktu menyampaikan surat pemberitahuan pajak;

2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak

kecuali telah mendapat izin untuk mengangsur atau menunda

pembayaran pajak;

31 Ibid.,32 Supadmi, Ni Luh, 2009, Meningkatkan Kepatuhan Pajak Melalui Kualitas Pelayanan,

Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Denpasar: Fakultas Ekonomi UNUD, hlm. 215

Page 45: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

29

3) Tidak pernah di jatuhi hukuman karena melakukan tindakan

pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir;

4) Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan

sebagaimana di maksud dalam UU perpajakan;

5) Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir

di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian atau pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang

tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.33

8. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut kamus besar dalam bahasa Indonesia, kesadaran adalah

keadaan tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi

ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-faktor

apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati.

Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak

tersebut masih rendah. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di

mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan

ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Pengetahuan dan

pemahaman tentang perpajakan sangat penting karena dapat

membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan perpajakan. Wajib

pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela. Jadi,

kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, mengakui, menghargai, dan menataati ketentuan

33 Alim, Setiadi, 2005, Perencanaan Pajak Penghasilan Yayasan yang Bergerak di BidangPendidikan, Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, hlm. 5

Page 46: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

30

perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan

untuk memenuhi kewajiban pajaknya.34

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian direktorat jenderal pajak

dalam membangun kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak

antara lain:

1) Melakukan sosialisasi sebagaimana dinyatakan dirjen pajak

bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari diri sendiri,

maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa

di awali dari lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar

kepada tetangga, lalu dalam forum-forum tertentu dan ormas-ormas

tertentu melalui sosialisasi. Dengan tingginya intensitas informasi

yang di terima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan

merubah mindset masyarakat tentang pajak kearah yang positif.

Beragam bentuk sosialisasi bisa di kelompokkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan metode

Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun

informal. Acara formal biasanya menggunakan format acara

yang di susun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya

seperti sosialisasi bendaharawan, sosialisasi pemda, seminar

dan sebagainya. Acara informal biasanya menggunakan

format acara yang lebih santai dan tidak resmi. Contohnya

34 Anonim, 2011, Kesadaran Wajib Pajak, diakses dari: http://zetzu.blogspot.in/2011/08/kesadaran-wajib-pajak.html?m=1, Pada Tanggal 19 Januari 2018, Pukul [20:40 WITA]

Page 47: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

31

seperti ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh

masyarakat dan sebagainya.

b. Berdasarkan segmentasi

Bisa membaginya untuk kelompok umur tertentu, kelompok

pelajar dan mahasiswa, kelompok pengusaha tertentu,

kelompok profesi tertentu, kelompok/ormas tertentu.

c. Berdasarkan media

Sosialisasi dapat di lakukan melalui media elektronik dan

media cetak. Misalnya dilakukan dengan talkshow di radio

atau televisi, membuat opini, ulasan dan tanya jawab di koran,

tabloid atau majalah. Iklan pajak pun mempunyai pengaruh

dan dampak positif terhadap meningkatkan kesadaran dan

kepedulian sukarela wajib pajak. Bentuk propaganda lainnya

seperti spanduk, banner, papan iklan/billboard, dan

sebagainya.

2) Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan

kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada

wajib pajak. Jika pelayanan tidak beres atau kurang memuaskan

maka akan menimbulkan keengganan wajib pajak melangkah ke

kantor pelayanan pajak. Pelayanan sebagai wajah DJP harus

mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan, dan kenyamanan.

Pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat menciptakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa

Page 48: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

32

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan wajib pajak.

3) Meningkatkan citra good governance yang dapat

menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan

masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan

menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban.

Dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan

masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi

dengan rasa saling percaya.

4) Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan

khususnya pendidikan perpajakan. Melalui pendidikan diharapkan

dapat mendorong individu kea rah yang positif dan mampu

menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat

memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk

melaksanakan kewajiban membayar pajak;

5) Dengan penegakan hukum yang benar tanpa pandang bulu

akan memberikan deterent efect yang efektif sehingga

meningkatkan kesadaran dan kepedulian sukarela wajib pajak.

Walaupun DJP berwenang melakukan pemeriksaan dalam rangka

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, namun

pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan dan bersih dari

intervensi apapun sehingga tidak mengaburkan makna penegakan

Page 49: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

33

hukum serta dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat

wajib pajak.

6) Membangun trust atau kepercayaan masyarakat terhadap

pajak. Akibat kasus gayus kepercayaan masyarakat terhadap ditjen

pajak menurun sehingga upaya penghimpunan pajak tidak optimal.

Atas kasus seperti gayus itu para aparat perpajakan seharusnya

dapat merespon dan menjelaskan dengan tegas bahwa jika

masyarakat mendapatkan informasi bahwa ada korupsi di

lingkungan ditjen pajak, jangan hanya memandang informasi dari

sudut yang sempit saja. Jika tidak segera dijelaskan maka

masyarakat kemudian bersikap resistance dan enggan membayar

pajak karena beranggapan bahwa pajak yang dibayarkannya

paling-paling hanya akan dikorupsi. Sesuai dengan iklan pajak

“LUNASI PAJAKNYA AWASI PENGGUNAANNYA”. Hal ini

tentunya memerlukan adanya transparansi dan akuntabilitas dari

Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak harus

senantiasa berusaha membangun kepercayaan para wajib pajak

kemudian seharusnya menjamin dan menjawab kepercayaan

tersebut dengan melakukan pembenahan internal. Sehingga

terwujudkan kondisi dimana masyarakat benar-benar merasa

percaya bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak akan dikorupsi

dan akan disalurkan sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 50: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

34

7) Merealisasikan program sensus perpajakan nasional yang

dapat menjaring potensi pajak yang belum tergali. Dengan program

sensus ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui dan

memahami masalah perpajakan serta sekaligus dapat

membangkitkan kesadaran dan kepedulian, sukarela menjadi wajib

pajak dan membayar pajak.35

Adapun dalam meningkatkan pengetahuan serta wawasan

terhadap peraturan perpajakan. Adapun indikator pemahaman

peraturan perpajakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan telah

oleh Widayati dan Nurlis (2010), yaitu:36

a. Kewajiban kepemilikan NPWP, setiap Wajib pajak yang memiliki

penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak.

b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban

sebagai wajib pajak. Apabila wajib pajak telah mengetahui

kewajibannya sebagai wajib pajak, maka mereka akan

melakukannya, salah satunya adalah membayar pajak.

c. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.

Semakin tahun dan paham wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak

35 Herry Susanto, 2012, Membangun kesadaran dan kepedulian sukarela wajiib pajak,diakses dari: http://www.pajak.go.id/content/article/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak, Pada Tanggal 19 Januari 2018, Pukul [20:43 WITA]

36 Widayati dan Nurlis, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untukMembayar Pajak WAjib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus padaKPP Pratama Gambir Tiga), Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto

Page 51: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

35

terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban

perpajakan mereka. Pengetahuan dan pemahaman mengenai

PTKP dan PKP.

C. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

32/PJ/2015, Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) adalah pajak

atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh

orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pada Pasal 9

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah

sebagai berikut:

1. Penghasilan kena pajak yang berlaku bagi:

a. Pegawai tetap

b. Penerima pensiun berkala

c. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara

bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima

dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp

3.000.000,00 (tiga juta rupiah)

d. Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf

c, yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan.

Page 52: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

36

2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 300.000,00 (tiga ratus

ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau

tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah mingguan,

upah satuan atau upah borongan,3636sepanjang penghasilan

kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah

melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang

berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3

huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat

berkesinambungan.

4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima

penghasilan selain penerima penghasilan di atas.

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh

Pasal 26 berdasarkan peraturan Direktur Jenderal Pajak PEr-32/PJ/2015

Pasal 3 adalah orang pribadi yang merupakan:

1. Pegawai;

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,

tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:

Page 53: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

37

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri

dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,

penilai dan aktuaris;

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang

film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto

model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,

pemahat, pelukis dan seniman lainnya;

c. Olahragawan;

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,

komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa

kepada suatu kepanitiaan;

g. Agen iklan;

h. Pengawas atau pengelola proyek;

i. Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang

menjadi perantara;

j. Petugas penjaja barang dagangan;

k. Petugas dinas luar asuransi; dan/atau

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct

selling dan kegiatan sejenis lainnya.

Page 54: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

38

m. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas tidak

merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang

sama;

n. Mantan pegawai; dan/atau

o. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh

penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam

suatu kegiatan, antara lain:

a) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain

perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu

pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

b) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau

kunjungan kerja;

c) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu;

d) Peserta pendidikan dan pelatihan; atau

e) Peserta kegiatan lainnya.

1. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Tarif pemotongan PPh Pasal 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1)

huruf a. Tarif berikut berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP):

1) WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp

50.000.000,00 adalah 5%;

Page 55: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

39

2) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,00

sampai dengan Rp 250.000.000,00 adalah 15%;

3) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,00

sampai dengan Rp 500.000.000,00 adalah 25%;

4) WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,00

adalah 30%;

5) Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20%

lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Penerima

Penghasilan yang Tidak Memiliki NPWP pada Pasal 20 Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015, sebagai berikut:

1) Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP,

dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20%

daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki

NPWP;

2) Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh

Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan

memiliki NPWP;

3) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat

tidak final. PPh tidak final merupakan pajak penghasilan yang tidak

langsung dikenakan saat menerima objek atau sumber penghasilan

Page 56: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

40

tertentu, pajak penghasilannya diakumulasikan40selama 1 tahun

pajak dan dihitung secara berlapis. Sedangkan PPh final

merupakan pajak penghasilan yang langsung dikenakan saat

menerima objek atau sumber penghasilan tertentu, contoh: bunga

tabungan;

4) Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala

sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21

dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama

sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember,

PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif

sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut

diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-

bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.

2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)

Subjek pajak penghasilan menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun

1983 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun

2000 dalam Pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa yang menjadi subjek

adalah:37

1) Orang Pribadi;

37 Penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

Page 57: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

41

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak;

3) Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang

tidak melakukan usaha yang meliputi, Perseroan terbatas (PT),

Perseroan Komanditer (CV), Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,

koperasi, dana pension,yayasan dan bentuk badan lainnya.

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang dimaksud dengan BUT adalah

bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih

dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12

(dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen;

b. Cabang perusahaan;

c. Kantor perwakilan;

d. Gedung kantor;

e. Pabrik;

f. Bengkel;

g. Pertambangan dan penggalian sumber alam wilayah kerja

pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi

pertambangan;

Page 58: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

42

h. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan;

i. Proyek konstruksi instalasi atau proyek perakitan;

j. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang

kedudukannya tidak bebas;

k. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang

menerima premi asuransi atau menanggung resiko di

Indonesia.

Bagi mereka yang bertempat tinggal di luar Indonesia, baru

menjadi subjek pajak di Indonesia apabila mereka menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia, misalnya penghasilan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 17

Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1983 tentang Pajak Penghasilan adalah:

a. Dividen;

b. Bunga, royalty, sewa;

c. Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

d. Imbalan sehubungan dengan penggunaan jasa, pekerjaan dan

kegiatan;

e. Hadiah dan penghargaan; dan

f. Pensuinan dan pembayaran berkala lainnya.38

38 Bohari, 2012, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 49

Page 59: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

43

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 3 ayat (1) tentang

Pajak Penghasilan menjelaskan tentang apa yang tidak termasuk

objek pajak sebagai berikut:

a. Badan perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau

pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan

bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya

tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan

keputusan menteri keuangan dengan syarat:

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

b) Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain

pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya

berasal dari iuran para anggota;

c) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang

ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak

Page 60: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

44

menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain

untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

3. Objek Pajak dan yang Bukan Objek Pajak Penghasilan

Berdasarkan Pasal 4 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000

tentang Pajak Penghasilan, mengatur bahwa:

Objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahankemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambahkekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dandalam bentuk apa pun.

Penghasilan yang menjadi objek pajak dapat dikelompokkan

menjadi empat kelompok yaitu:39

1) Penghasilan diterima orang pribadi dari pekerjaan;

2) Penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas (laba usaha);

3) Penghasilan dari modal atau penggunaan harta seperti bunga,

sewa, dividen, royalty;

4) Penghasilan lain termasuk keuntungan pembebasan hutang,

laba selisih kurs, penilaian kembali, pengalihan harta, undian,

penghasilan yang bukan objek pajak.

Walaupun masuk sebagai penghasilan namun ada beberapa

penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. Penghasilan yang

bukan objek pajak diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan meliputi:

39 Sugeng wahyono, 2012, Mengurus Pajak itu Mudah, PT. Elex Media Komputindo.Jakarta, hlm. 28

Page 61: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

45

1) Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau

badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil

termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan;

3) Warisan;

4) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau

kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah;

6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

7) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi,

badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat

kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

Page 62: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

46

b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan

badan usaha milik daerah yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen

paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar

kepemilikan saham tersebut;

8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya

telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi

kerja maupun pegawai;

9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan;

10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;

11) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa

dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau

pemberian ijin usaha;

12) Penghasilan yang dterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan

dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat

badan pasangan usaha tersebut:

Page 63: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

47

a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang

ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

D. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas

setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari

produsen ke konsumen. Dalambahasa Inggris, PPN disebut Value Added

Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak

tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain

(pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain,

penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak

yang ia tanggung.

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada

pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha

Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus

disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak

keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP 47menjual produknya,

sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli,

memperoleh, atau membuat produknya.

Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar

10% (sepuluh persen). Dasar hukum utama yang digunakan untuk

penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983

Page 64: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

48

berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994,

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang-Undang No. 42 Tahun

2009.40

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek pajak dari pajak pertambahan nilai 1984 yang telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 adalah pengusaha

kena pajak. Pengusaha adalah orang atau badan dalam bentuk apa

pun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya:

1) Menghasilkan barang, pengusahanya disebut

pabrikan/produsen;

2) Mengimpor barang, pengusahanya disebut eksportir;

3) Melakukan usaha perdagangan, pengusahanya disebut

pedagang; dan

4) Melakukan usaha jasa, pegusahanya disebut pengusaha jasa.

Pengusaha menurut Undang-undang pajak pertambahan nilai

nomor 18 tahun 2000 wajib melaporkan usahanya kepada pejabat

pajak di tempat pengusaha itu bertempat tinggal atau tempat

kedudukan usaha itu, dalalm jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

usaha dimulai untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak

(PKP).41

40 Waluyo, dan Wirawan B. ilyas, 2008, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,hlm. 67

41 Bohari, 2012, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 52

Page 65: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

49

2. Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Pertambahan Nilai

A. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pada dasarnya semua barang dan jasa adalah objek PPN. Akan

tetapi, karena adanya pertimbangan ekonomi, sosial, dan budaya,

maka diatur sendiri oleh Undang-undang PPN bahwa ada barang dan

jasa tertentu yang tidak dipungut serta dikecualikan dari pengenaan

PPN dan dibebaskan dari pungutan PPN.

Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 telah menjelaskan apa

saja yang menjadi objek PPN dalam Pasal:

a. Pasal 4 ayat (1)

Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang PPN disebutkan PPN

dikenakan atas:

a) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang

dilakukan oleh pengusaha;

b) Impor barang kena pajak;

c) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang

dilakukan oleh pengusaha;

d) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar

daerah pabean di dalam daerah pabean;

Page 66: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

50

e) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di

dalam daerah pabean; dan

f) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

b. Pasal 16 C

Pajak pertambahan nilai dikenakan atas kegiatan membangun

sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan

oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan

keputusan menteri keuangan.

c. Pasal 16 D

Pajak pertambahan nilai dikenakan atas penyerahan barang kena

pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan oleh pengusaha kena pajak, kecuali atas

penyerahan aktiva yang pajak masukannya tidak dapat dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

B. Bukan Objek Pajak Pertambahan Nilai

Selain mengatur mengenai apa saja yang menjadi objek PPN,

Undang-undang PPN juga mengatur mengenai apa saja barang tidak

kena pajak (non BKP) dan jasa tidak kena pajak (non JKP).

1. Barang Tidak Kena Pajak (non BKP)

Berdasarkan Pasal 4A ayat (2), jenis barang yang tidak dikenai

pajak pertambahan nilai adalah barang tertentu dalam kelompok

barang sebagai berikut:

Page 67: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

51

a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya;

b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat

banyak;

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan

minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,

termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha

jasa boga atau catering; dan

d. Uang, emas batangan, dan surat berharga.

2. Jasa Tidak Kena Pajak (non JKP)

Berdasarkan Pasal 4A ayat (3), jenis jasa yang tidak dikenai pajak

pertambahan nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai

berikut:

1) Jasa pelayanan kesehatan medis;

2) Jasa pelayanan sosial;

3) Jasa pengiriman surat dengan perangko;

4) Jasa keuangan;

5) Jasa asuransi;

6) Jasa keagamaan;

7) Jasa pendidikan;

8) Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

9) Jasa kesenian dan hiburan;

Page 68: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

52

10) Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan

udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dari jasa angkutan udara luar negeri;

11) Jasa tenaga kerja;Jasa perhotelan;

12) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka

menjalankan pemerintahan secara umum;

13) Jasa penyediaan tempat parker;

14) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;

15) Jasa pengiriman uang dengan wesel pos, dan;

16) Jasa boga atau catering.

E. Dasar Hukum E-commerce

Perkembangan teknologi membawa banyak perubahan dalam gaya

hidup masyarakat saat ini, misalnya yang paling banyak adalah pada

gadget dan kecenderungan beraktivitas di dunia maya. Melalui internet,

dikenal berbagai hal mulai dari jejaring sosial, aplikasi, berita, video, foto

hingga berbelanja melalui internet membuat kita semakin mudah

berbelanja, tanpa menghabiskan waktu dan tenaga, karena kemudahan

inilah membuat Usaha online semakin diminati.

Usaha Online adalah kegiatan jual beli barang dan jasa melalui

media Internet. Kegiatan Usaha online ini merupakan bentuk komunikasi

baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung,

melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan keseluruh dunia

Page 69: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

53

melalui notebook, komputer ataupun handphone yang tersambut dengan

layanan akses internet.42

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang

Perdagangan Pasal 4 ayat (1) huruf e bahwa ruang lingkup perdagangan

salah satunya meliputi:

“perdagangan melalui sistem elektronik”

Dalam Pasal 65 ayat (4) bahwa pelaku usaha perdagangan melalui sistem

elektronik wajib untuk menyediakan data tentang:

a. Identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen atau

pelaku usaha distribusi;

b. Persyaratan teknis barang yang ditawarkan;

c. Persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan;

d. Harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa;

e. Cara penyerahan barang.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013

tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-commerce,

usaha online meliputi proses bisnis sebagai berikut:

a. Proses Bisnis Jasa Penyediaan Tempat dan/atau Waktu

a) Online Marketplace Merchant melakukan pendaftaran dan

memberikan persetujuan atas perjanjian yang ditetapkan

oleh penyelenggara online marketplace;

42 Priyo Utomo, 2013, Raja bisnis online, Yogyakarta: Mediakom, hlm. 12

Page 70: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

54

b) Penyelenggara Online Marketplace melakukan verifikasi,

menyetujui permohonan pendaftaran dan menerbitkan

invoice atas Monthly Fixed Fee;

c) Online Marketplace Merchant melakukan pembayaran atas

Monthly Fixed Fee melalui rekening Penyelenggara Online

Marketplace;

d) Penyelenggara Online Marketplace menyediakan tempat

dan/atau waktu kepada online marketplace merchant untuk

memajang content (teks, grafik, video penjelasan, informasi,

dan lain-lain) barang dan/atau jasa dan melakukan

penjualan di Toko Internet melalui mal internet.

b. Proses Bisnis Penjualan Barang dan/atau Jasa

a) Online Marketplace Merchant menawarkan barang dan/atau

jasa yang akan dijual dengan mengunggah data dan/atau

informasi terkait barang dan/atau jasa yang akan dijual di

Toko Internet melalui mal internet;

b) Penyelenggara Online Marketplace melakukan verifikasi dan

menampilkan data dan/atau informasi terkait barang

dan/atau;

c) jasa yang akan dijual di toko internet melalui mal

internet.Pembeli melakukan pemesanan di Toko Internet

melalui Mal Internet. Untuk memesan barang dan/atau jasa

Page 71: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

55

di Mal Internet, beberapa penyelenggara online marketplace

mensyaratkan Pembeli untuk mendaftarkan diri;

d) Penyelenggara Online Marketplace mengeluarkan rincian

transaksi beserta jumlah yang harus dibayar oleh pembeli di

toko internet melalui mal internet (contohnya jenis barang,

harga barang, jumlah barang, metode pembayaran,

mekanisme pengiriman, dan biaya-biaya terkait lainnya);

e) Pembeli melakukan pembayaran melalui Escrow Account

yang telah ditetapkan oleh penyelenggara online

marketplace;

f) Penyelenggara Online Marketplace di toko internet melalui

mal internet menyampaikan notifikasi kepada online

marketplace merchant untuk melakukan pengiriman barang

dan/atau jasa kepada pembeli;

g) Online Marketplace Merchant melakukan pengiriman barang

dan/atau jasa kepada Pembeli, baik dengan menggunakan

fasilitas pengiriman sendiri atau melalui penyedia jasa

pengiriman. Selanjutnya, online marketplace merchant juga

mengirimkan notifikasi kepada penyelenggara online

marketplace untuk memberitahu bahwa online marketplace

merchant telah melakukan pengiriman barang dan/atau jasa

kepada pembeli.

Page 72: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

56

c. Proses bisnis penyetoran hasil penjualan kepada online

marketplace merchant oleh penyelenggara online marketplace

a) Penyelenggara online marketplace menyetor hasil penjualan

kepada online marketplace merchant melalui rekening yang

telah ditetapkan oleh online marketplace merchant;

b) Jumlah yang disetor oleh penyelenggara online marketplace

kepada online marketplace merchant adalah sebesar nilai

transaksi dikurangi dengan per Sale fee, point fee, serta

tagihan lainnya;

c) Periode penyetoran hasil penjualan oleh penyelenggara

online marketplace kepada online marketplace merchant

adalah sesuai dengan isi perjanjian.

Transaksi E-commerce merupakan salah satu jenis transaksi yang

kompleks dan berkembang pesat di Indonesia. Pada praktiknya, terdapat

beberapa model dalam penyelenggaraan transaksi E-commerce, yaitu

online marketplace, classifield ads, daily deals, dan online retail.

1. Subyek dan Objek E-commerce

Subjek pajak:

1) Orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari

jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain untuk

penyampaian informasi;

2) Online marketplace merchant;

3) Penyelenggara online marketplace;

Page 73: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

57

4) Daily deals merchant;

5) Penyelenggara daily deals merchant;

6) Penyelenggara online retail.

Objek pajak:

1) Penghasilan dari jasa penyediaan tempat dan/atau waktu

dalam media lain untuk penyampaian informasi merupakan objek

pajak penghasilan (PPh) yang wajib dilakukan pemotongan PPh

Pasal 23, Pasal 21, atau Pasal 26. Termasuk dalam pengertian

media lain untuk penyampaian informasi adalah situs internet

yang digunakan untuk mengoperasikan toko, memajang content

(kalimat grafik, video penjelasan, informasi, dan lain-lain) contoh

proses barang dan/atau jasa, dan/atau melakukan penjualan.

Imbalan sehubungan jasa penyediaan tempat dan/atau waktu

dalam situs internet untuk penyampaian informasi dalam bisnis

online marketplace ini dapat berupa monthly fixed fee, rent fee,

registration fee, fixed fee, atau subscription fee;

2) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media lain

untuk penyampaian informasi merupakan jasa kena pajak (JKP).

Penyerahan JKP di dalam daerah pabean atau pemanfaatan JKP

dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dikenai PPN;

3) Penghasilan dari penjualan barang dan/atau penyediaan

jasa merupakan objek PPh. Apabila penghasilan dari penjualan

barang dan/atau penyediaan jasa merupakan objek

Page 74: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

58

pemotongan/pemungutan PPh, maka wajib untuk dilakukan

pemotongan/pemungutan PPh;

4) Penghasilan dari jasa perantara pembayaran merupakan

objek PPh yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, Pasal

23, atau Pasal 26;

5) Jasa perantara pembayaran, yang diserahkan oleh

penyelenggara online marketplace kepada online marketplace

merchant, merupakan jasa kena pajak (PJK). Penyerahan JKP di

dalam daerah pabean atau pemanfaatan JKP dari luar daerah

pabean di dalam daerah pabean dikenai PPN;

6) Penyerahan yang dilakukan oleh daily deals merchant

kepada pembeli BKP dan/atau JKP, yang dapat berupa:

a. Penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP di dalam

daerah pabean; dan atau;

b. Ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud,

dan/atau ekspor JKP.

7) Jasa perantara pembayaran yang diserahkan oleh

penyelenggara daily deals kepada daily deals merchant

merupakan jasa kena pajak (JKP).

Beberapa dasar hukum pemungutan pajak usaha online adalah

sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan adalah pajak yang dipotong atas penghasilan

Page 75: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

59

berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain

dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak

orang pribadi dalam negeri;

2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Dalam aturan ini dijelaskan bahwa setiap pelaku usaha wajib

menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan

benar. Dan apabila terjadi sengketa maka dapat diselesaikan

melalui pengadilan atau melalui mekanisme penyelesaian

sengketa lainnya;

3) Surat Edaran Pajak Nomor SE- 62/PJ/2013 tentang penegasan

ketentuan perpajakan atas transaksi E-commerce. Dalam aturan

ini disebutkan ada empat model E-commerce yang dikenakan

pajak pertambahan nilai (PPn) 10% (sepuluh persen), yaitu

marketplace, classified ads, daily deals, dan peritel online.

Perkembangan berikutnya, Ditjen Pajak mengeluarkan SE-

06/PJ/2015 tentang pemotongan dan atau pemungutan pajak

penghasilan atas transaksi E-commerce;

4) Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010

Tahun 2010 tentang pelaksanaan pengenaan pajak penghasilan

Pasal 25 bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu

(WPOPPT). Dalam ketentuan ini diatur bahwa para pengusaha

Page 76: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

60

orang pribadi dikenakan PPh sebesar 0,75% dari omzet setiap

bulannya.

F. Teori

1. Teori Keadilan

Keadilan merupakan hal yang sangat esensial bagi jehidupan

manusia, namun kadang kala keadilan hanya menjadi bahan

perdebatan tiada akhir, apa itu keadlian, bagaimana wujud keadilan,

dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang rumit mengenai

keadilan, sehingga keadilan muncul hanya sebagai wacana

perdebatan, diskusi-diskusi kaum intelektual. Keadilan harus

diwujudkan agar mampu memaknai supremasi hukum, menghilangkan

imparsialitas hukum, dan tetap pada entitas keadilan.43

Keadilan berasal dari kata adil, menurut kamus bahasa Indonesia

adil adalah tidadk sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat

sebelah. Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan

tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak

subjektif apalagi sewenang-wenang. Keadilan pada dasarnya adalah

suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang

satu belum tentu adil bagi yang lainnya, kapan seseorang menegaskan

bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan

dengan ketertiban umum di mana suatu skala keadilan diakui. Skala

keadilan sangat bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, setiap

43 Sukarno Aburaera, Muhadar, dan Maskun, 2014, Filsafat Hukum Teori dan praktik,Cetakan ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group, hlm. 178

Page 77: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

61

skala didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai

dengan ketertiban umum dari masyarakat tesebut.44

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang

harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk

mewujudkan tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh

warganya dan seluruh wilayahnya.45 Didalam pancasila kata adil

terdapat pada sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab,

disamping itu juga termuat dalam sila kelima, keadilan social bagi

seluruh rakyat Indonesia. Nilai kemanusiaan yang adil dan keadilan

sosial mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai

makhluk yang berbudaya dan berkodrat adil, yaitu adil dalam

hubungannya dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil

terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya

serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya adalah

bahwa manusia harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensi nilai-nilai

keadilan yang harus diwujudkan meliputi:46

1) Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara

terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi

keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk

44 Agus Santoso, 2014, Hukum, Moral, dan Keadilan, Cetakan ke-2, Jakarta: PrenadaMedia, hlm. 85

45 Ibid., hlm. 8746 Ibid., hlm. 91

Page 78: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

62

kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup

bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.

2) Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu hubungan keadilan warga

negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang

wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam negara; dan

3) Keadilan komulatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga

satu dengan lainnya secara timbal balik.

Kata adil atau keadilan adalah kombinasi dari nilai-nilai moral dan

sosial yang merupakan pengejawantahan dari: 47

1) Fairness (kejujuran/keadilan/kewajaran)

2) Balance (keseimbangan);

3) Temperance (pertengahan, menahan diri); dan

4) Stragtforwardness (kejujuran).

Menurut Adolf Wagner, pemungutan pajak yang adil adalah

pemungutan pajak yang diberlakukan secara umum kepada semua

Wajib Pajak dan dibebankan kepada setiap Wajib Pajak yang

mempunyai ability to pay secara merata, bahwa satu struktur tarif pajak

berlaku kepada setiap wajib pajak yang mempunyai kemampuan

membayar. Semakin besar ability to pay seorang Wajib Pajak, semakin

47 Ibid., hlm 94

Page 79: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

63

besar presentase pajak yang harus dibayar. Dalam perpajakan dikenal

2 (dua) macam prinsip keadilan, yaitu:48

1. Keadilan Horizontal (Horizontal Equity) mengandung pengertian

bahwa penyelenggaraan pajak harus secara umum dan merata, yang

berarti semua orang mempunyai kemampuan ekonomis atau yang

mendapat tambahan kemampuan ekonomis yang sama harus

dikenakan pajak yang sama.

2. Keadilan Vertikal (Vertical Equity) pada hakikatnya berkenaan

dengan kewajiban membayar pajak yang kemampuan membayarnya

tidak sama, yaitu semakin besar kemampuannya untuk membayar

pajak harus semakin besar tarif pajak yang dikenakan.

Keadilan horizontal adalah keadilan yang dicapai melalui

pengenaan pajaknya sama atas semua tambahan kemampuan

ekonomis yang sama tanpa membedakan sumber penghasilannya

dan tanpa membedakan jenis-jenis penghasilan. Wajib Pajak yang

mendapatkan penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan

yang sama tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber

penghasilan akan dikenakan pajak yang sama pula, diterapkan hanya

satu macam struktur pajak, atau biasa disebut equal treatment for the

equals.

Keadilan vertikal adalah keadilan yang dicapai melalui pengenaan

pajak yang berbeda apabila jumlah penghasilan seorang wajib pajak

48 Chairil Anwar Pohan, 2017, Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan Teoridan Konsep Hukum Pajak Edisi 2, Jakarta: Mitra Wacana Media, hlm. 148

Page 80: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

64

berbeda. Semakin besar jumlah penghasilan seorang wajib pajak

akan semakin besar tarif pajak yang harus dikenakan atas wajib pajak

tersebut.49

Keadilan vertikal mensyaratkan adanya: 50

a. Struktur tarif yang progresif, yaitu semakin besar penghasilan

neto seorang wajib pajak, maka tarif pajaknya harus semakin

besar;

b. Perbedaan besarnya tarif adalah jumlah seluruh penghasilan

atau jumlah seluruh tambahan kemampuan ekonomis, bukan

karena perbedaan sumber penghasilan atau perbedaan jenis

penghasilan, atau biasa disebut dengan unequal treatment for

the unequals.

Asas keadilan secara vertikal pada dasarnya berkenaan dengan

penentuan besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh wajib

pajak. Hal ini erat kaitannya dengan penentuan besarnya tarif pajak.

Beban pajak seharusnya dibagi berdasarkan kemampuan untuk

membayar kontribusi guna membiayai kegiatan pemerintah. Ukuran

bagi kemampuan membayar (ability to pay) beban pajak dapat berupa

penghasilan netto, bisa juga berupa kekayaan maupun berupa

49 Chairil Anwar Pohan, 2016, Mereviu Basis Pemajakan Perusahaan Pelayaran NasionalBerdasarkan “Deemed Profit” Atas Penghasilan Dari Usaha Angkutan Laut, Jurnal Ilmiah IlmuAdministrasi, hlm. 125

50 Ibid., hlm. 125

Page 81: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

65

pengeluaran belanja untuk konsumsi atau kombinasi dari kedua atau

ketiga ukuran tersebut.51

2. Teori Pengawasan

Terselenggaranya pengawasan dalam sebuah institusi yakni untuk

menilai kinerja suatu institusi dan memperbaiki kinerja sebuah

institusi. Oleh karena itu dalam setiap perusahaan mutlak, bahkan

rutin adanya sistem pengawasan. Dengan demikian, pengawasan

merupakan instrument pengendalian yang melekat pada setiap

tahapan operasional perusahaan.

Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik selama

proses manajemen atau administrasi berlangsung maupun setelah

berakhir untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi

atau kerja. Fungsi pengawasan dilakukan terhadap perencanaan dan

kegiatan pelaksanaannya. Kegiatan pengawasan sebagai fungsi

manajemen bermaksud untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan

kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan dilaksanakan.

Keberhasilan perlu dipertahanakan dan jika mungkin ditingkatkan

dalam perwujudan manajemen/administrasi berikutnya dilingkungan

suatu organisasi/unit kerja tertentu. Sebaliknya setiap kegagalan

harus diperbaiki dengan menghindari penyebabnya baik dalam

menyusun perencanaan maupun pelaksanaannya.

51 Ibid., hlm. 126

Page 82: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

66

Untuk itulah, fungsi pengawasan dilaksanakan, agar diperoleh

umpan balik (feed back) untuk melaksanakan perbaikan bila terdapat

kekeliruan atau penyimpangan sebelum menjadi lebih buruk dan sulit

diperbaiki.

Menurut Lyndal F. urwick, pengawasan adalah upaya agar sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan

instruksi yang dikeluarkan.

Page 83: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

67

G. Kerangka Berpikir

1. TEORI KEADILAN2. TEORI PENGAWASAN PEMERINTAH

IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK

TERHADAP PELAKU E-COMMERCE

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakanc. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangand. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Infomasi dan

Transaksi Elektronike. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak Penghasilanf. Surat Edaran Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan

Ketetuan Perpajakan atas Transaksi E-commerceg. Surat Edaran Pajak Nomor SE-06/PJ/2015 tentang Pemotongan

dan atau Pemungutan Pajak Penghasilan Transaksi E-commerce

Terwujudnya KeadilanPemungutan Pajak Terhadap

Pelaku E-commerce

Implementasi Prinsip KeadilanPemungutan Pajak Terhadap

Pelaku E-Commerce

Dampak yang Ditimbulkan dariKetidakadilan Pemungutan Pajak

Pelaku E-Commerce

1. Pengawasan Pemerintah2. Sistem Pajak di Indonesia

3. Kepatuhan Wajib Pajak4. Pengetahuan Pajak

1.Pemasukan Keuangan Negara2. Persepsi Pelaku E-commerce

Page 84: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

68

H. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional yang dimaksudkan untuk menyatukan

pandangan dalam penulisan inni dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. E-commerce merupakan aktivitas yang berkaitan dengan

pembelian, penjualan, pemasaran barang ataupun jasa dengan

memanfaatkan sistem elektronik seperti internet ataupun jaringan

komputer.

2. Pajak adalah kontribusi wajb kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

3. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

4. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban

perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka

memberikan kontribusi bagi pembangunan yang diharapkan di dalam

pemenuhannya diberikan secara sukarela.

5. Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran

umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok

sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.

Page 85: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

69

6. Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai

sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

7. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan

yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya.

8. Sanksi adalah tindakan-tindakan (hukuman) untuk memaksa

seseorang menaati aturan atau menaati ketentuan undang-undang.

9. Pemungutan Pajak adalah kegiatan memungut sejumlah pajak

yang terutang atas suatu transaksi.

10. Penerimaan Pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh

pemerintah yang bersumber dari pajak rakyat.

11. Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan

menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan

pemahaman tentang lingkungan

.

Page 86: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

70

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah Yuridis Empiris dengan

mengkhususkan pada jenis Pajak Penghasilan (PPh). Dalam penelitian ini

dilakukan penelitian terhadap pelaku E-commerce dalam penerapan

kewajiban perpajakan yang terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), serta

keadilan perpajakan terhadap pelak E-commerce.

B. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap dan konkrit,

maka penulis melakukan penelitian ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Selatan, Bukalapak dan aplikasi Instagram. Pemilihan lokasi ini

karena terkait dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam artian bahwa, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan

dipilih karena untuk mengeroscek penerapan kebijakan pajak, Bukalapak

dan Instagram dipilih karena keduanya sedang banyak digunakan oleh

masyarakat.

C. Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian adalah 10

(sepuluh) pelaku E-commerce yang menggunakan marketplace

(bukalapak) dan 10 (sepuluh) yang menggunakan media sosial pribadi

Page 87: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

71

(instagram) di Kota Makassar. Dari keseluruhan populasi tersebut maka

ditarik beberapa sampel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pelaku E-commerce marketplace 5 orang;

2. Pelaku E-commerce media sosial pribadi 5 orang

D. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam

pelaksaaan suatu penelitian yang berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan sumbernya data terdiri dari data lapangan dan data

kepustakaan. Jenis data ini meliputi data primer dan data sekunder.

1) Data primer merupakan sumber data yang langsung dari lapangan

dengan cara melakukan wawancara dengan sumber atau

responden.52

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan (library research) dengan menelaah dan mengutip dari

bahan kepustakaan dan melakukan pengkajian peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan diteliti.

1. Bahan hukum primer terdiri dari:

a. Undang-undang Dasar 1945 Amandemen Keempat Pasal

23A

b. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan

52 Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Enam Belas, Bandung: CV.Alfabeta, hlm. 3

Page 88: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

72

c. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

d. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Infomasi dan

Transaksi Elektronik

e. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak

Penghasilan

f. Surat Edaran Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 tentang

Penegasan Ketetuan Perpajakan atas Transaksi E-

commerce

g. Surat Edaran Pajak Nomor SE-06/PJ/2015 tentang

Pemotongan dan atau Pemungutan Pajak Penghasilan

Transaksi E-commerce

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini bersumber dari

bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam

menganalisa serta memahami permasalahan, berbagai buku

hukum, arsip, dan dokumen dan makalah.

3. Bahan hukum tersier

Bersumber dari berbagai sumber pendukung bahan seperti

kamus hukum dan sumber dari internet.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 89: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

73

1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan

menelaah dan mengutip dari bahan kepustakaan dan melakukan

pengkajian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang ditelti.

2) Observasi yaitu pengumpulan data dilakukan ke instansi-instansi

terkait untuk pengumpulan data berkaitan dengan penelitian.

3) Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

bertatap muka (face to face) antara pencacah dengan sumber yang

dapat dipercaya.

F. Teknik Analisis Data

Keseluruhan data yang diperoleh dari penelitian ini, baik data

primer maupun data sekunder diolah dan dianalisis secara kualitatif untuk

selanjutnya dideskripsikan guna memberikan pemahaman dengan

menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian ini.

Page 90: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Prinsip Keadilan Pada Pemungutan Pajak Terhadap

Pelaku E-commerce

Pada dasarnya E-commerce merupakan kegiatan jual beli

barang/jasa transmisi dana/data melalui jaringan elektronik, terutama

internet. Di masa kini E-commerce telah mengalami berbagai macam

perkembangan, mulai dari fungsi sampai dengan jenis-jenis E-commerce

yang hingga saat ini terdapat tujuh jenis dasar E-commerce atau bentuk

bisnis E-commerce dengan karakteristik berbeda, yaitu: 53

1. Business-to-Business (B2B)

B2B E-commerce meliputi semua elektronik barang atau jasa yang di

lakukan antar perusahaan. Produsen dan pedagang tradisional biasanya

menggunakan jenis E-commerce ini. Umumnya E-commerce dengan jenis

ini di lakukan dengan menggunakan EDI (Electronic Data Interchange)

dan email dalam proses pembelian barang dan jasa, informasi dan

konsultasi, atau pengiriman dan permintaan proposal bisnis. EDI

(Electronic Data Interchange) adalah proses transfer data yang terstruktur,

dalam format standar yang di setujui, dari satu sistem komputer ke sistem

komputer lainnya dalam bentuk elektronik. Adapun contoh website E-

commerce B2B adalah Bizzy dan Ralali.

53 Rebecca, 2016, Jenis-jenis E-commerce dan Contohnya, diakses dari:https://www.progresstech.co.id/blog/jenis-E-commerce/, Pada Tanggal 20 Mei 2018, Pukul [13.30WITA]

Page 91: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

75

2. Business-to-Consumer (B2C)

B2C adalah jenis E-commerce antara perusahaan dan konsumen

akhir. Hal ini sesuai dengan bagian ritel dari E-commerce yang biasa di

operasikan oleh perdagangan ritel tradisional. Jenis ini lebih mudah dan

dinamis, namun juga lebih menyebar secara tak merata atau bahkan bisa

terhenti. Jenis E-commerce ini biasa di gunakan oleh penjual atau

produsen yang serius menjalankan bisnis dan mengalokasikan sumber

daya untuk mengelola situs sendiri. Beberapa website di Indonesia yang

menerapkan E-commerce tipe ini adalah Bhinneka, Berrybenka dan

Tiket.com.

3. Consumer-to-Consumer (C2C)

C2C merupakan jenis E-commerce yang meliputi semua transaksi

elektronik barang atau jasa antar konsumen. Umumnya transaksi ini di

lakukan melalui pihak ketiga yang menyediakan platform online untuk

melakukan transaksi tersebut. Beberapa contoh penerapan C2C adalah

website di Indonesia adalah Tokopedia, Bukalapak, PT. Kudo Indonesia

dan Lamido. Di sana penjual diperbolehkan langsung berjualan barang

melalui website yang telah ada.

4. Consumer-to-Business (C2B)

C2B adalah jenis E-commerce dengan pembalikan utuh dari transaksi

pertukaran atau jual beli barang secara tradisional. Jenis E-commerce ini

sangat umum dalam proyek dengan dasar multi sumber daya. Contohnya

adalah sebuah website dimana desainer website menyediakan beberapa

Page 92: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

76

pilihan logo yang nantinya hanya akan di pilih salah satu yang di anggap

paling efektif. Platform yang umumnya menggunakan jenis E-commerce

ini adalah pasar yang menjual foto bebas royalty, gambar, media dan

elemen desain seperti www.istockphoto.com.

5. Business-to-Administration (B2A)

B2C adalah jenis E-commerce yang mencakup semua transaksi yang

di lakukan secara online antara perusahaan dan administrasi publik. Jenis

E-commerce ini melibatkan banyak layanan, khususnya di bidang-bidang

seperti fiskal, jaminan sosial, ketenagakerjaan, dokumen hukum dan

register, dan lainnya. Jenis E-commerce ini telah meningkat dalam

beberapa tahun terakhir dengan investasi yang dibuat melalui E-

government atau pihak pemerintah. Beberapa contoh website administrasi

publik yang menerapkan B2C adalah www.pajak.go.id, www.allianz.com

dan www.bpjs-online.com. Disana perusahaan dapat melakukan proses

transaksi atas jasa yang mereka dapatkan langsung kepada pihak

administrasi publik.

6. Consumer-to- Administration (C2A)

Jenis C2A meliputi semua transaksi elektronik yang di lakukan antara

individu dan administrasi publik. Contoh area yang menggunakan jenis

E-commerce ini adalah: pendidikan, jamsostek, pajak, dan kesehatan.

Contoh penerapan C2A sama dengan B2A, hanya saja pembedanya ada

pada pihak individu-administrasi publik dan perusahaan-administrasi

publik.

Page 93: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

77

7. Online-to-Offline (O2O)

O2O adalah jenis E-commerce yang menarik pelanggan dari saluran

online untuk toko fisik. O2O mengidentifikasikan pelanggan di bidang

online seperti email dan iklan internet, kemudian menggunakan berbagai

alat dan pendekatan untuk menarik pelanggan agar meninggalkan lingkup

online. Contohnya, sebuah pusat kebugaran tidak akan bisa didirikan di

ruang tamu rumah anda, namun dengan menggunakan layanan O2O

yang di sediakan perusahaan seperti Groupon Inc, pusat kebugaran

tersebut bisa menyalurkan bisnis offline nya menjadi online. Beberapa

website di Indonesia yang menerapkan jenis O2O adalah Kudo dan

MatahariMall. Seperti yang di lakukan oleh perusahaan ritel besar di

Amerika, Walmart.

Adapun yang ramai di gunakan oleh masyarakat Indonesia adalah

jenis transaksi Consumer to Consumer (C2C). Transaksi ini di lakukan

melalui pihak ketiga yang menyediakan platform online untuk melakukan

transaksi. Beberapa contoh penerapan C2C di Indonesia adalah

Tokopedia, PT. Kudo Indonesia, dan Bukalapak. Adapun karakteristik dari

bukalapak, yakni: di dalam platform ini penjual/pelaku online

diperbolehkan langsung berjualan barang melalui website dan aplikasi

yang telah ada. Bukalapak juga diciptakan sebagai media bisnis teruntuk

masyarakat luas dalam melakukan transaksi jual-beli dengan melalui

transaksi E-commerce. Bukalapak saat ini banyak digunakan oleh

masyarakat luas, mengingat bukalapak menawarkan banyak promosi,

Page 94: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

78

potongan harga, hingga kemudahan dalam mengakses aplikasinya.

Bukalapak.

Penggunaan website/aplikasi dari bukalapak terhitung mudah

dengan langkah-langkah transaksi sebagai berikut:

1. Ketik atau download aplikasi Bukalapak.com;

2. Login akun Bukalapak. Kalau belum memiliki akun, maka daftar

terlebih dahulu dengan klik daftar dan isi data diri, lalu

konfirmasi dengan email dan nomor handphone;

3. Lalu ketik keyword di kolom pencarian yang berhubungan

dengan barang yang di inginkan;

4. Jika sudah menemukan barang yang di inginkan, langsung klik

“Beli” atau bisa klik “tambahkan ke keranjang” jika ingin

berbelanja lagi;

5. Jika sudah selesai berbelanja, klik “bayar transaksi” dengan

terlebih dahulu memastikan data diri dan alamat tujuan sudah

terisi dengan benar. Pada tahap ini pembeli bisa menuliskan

catatan untuk penjual berupa detail barang yang di inginkan

seperti ukuran, warna, dan lain-lain;

6. Tahap terakhir adalah memilih metode pembayaran bisa lewat

transfer, kartu kredit, dan melalui minimarket;

7. Setelah barang sampai, maka pembeli melakukan konfirmasi

dengan mengklik “Konfirmasi Terima Barang” pada halaman

detail transaksi.

Page 95: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

79

Sementara untuk transaksi melalui media sosial pribadi, penulis

melakukan penelitian terhadap pelaku E-commerce yang melakukan

kegiatannya melalui instagram. Instagram penulis pilih karena, instagram

merupakan salah satu media sosial pribadi yang sedang ramai digunakan

masyarakat luas. Berbeda halnya dengan bukalapak, instagram memiliki

karakteristik sebagai media sosial pribadi yang digunakan untuk lalukan

sosialisasi antara orang yang satu dengan lainnya. Akan tetapi, seiring

berjalannya waktu yang didukung dengan meningkatnya pengguna

instagram, saat ini instagram turut dijadikan sebagai media bisnis. Hal ini

disebabkan oleh, di instagram pelaku online bebas berjualan apa saja dan

kapan saja tanpa harus ada registrasi atau sesuatu terkait administrasi.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan kegiatan E-commerce

terhitung sangat mudah dan praktis, yaitu:

1. Buka aplikasi instagram;

2. Kemudian pilih explorer yang berada di sebelah gambar Home.

Pilih lambing search yang ada di pojok kanan atas. Ketik nama

akun online shop yang diinginkan;

3. Kemudian buka profil online shop tersebut dan melihat barang

apa yang akan dibeli. Jika sudah menemukan barang yang di

inginkan, selanjutnya kita memesan barang tersebut melalui

contact person yang di sediakan atau yang tertera di profil akun

online shop;

Page 96: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

80

4. Setelah memesan barang, penjual akan mengirimkan nomor

rekening pribadi kepada pembeli untuk melakukan transfer

sesuai dengan harga barang yang di inginkan ditambah dengan

biaya ongkos kirim namun tidak jarang juga bebas ongkos kirim;

5. Setelah mengirim bukti transfer kepada penjual, sebelumnya

pembeli mengirim data pemesanan barang sesuai dengan

format yang disediakan;

6. Setelah itu tinggal menunggu pesanan barang datang ke tempat

yang dituju.

Dalam platform online sesuai dengan Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak Nomor SE-62/PJ/2013 Tentang Penegasan Ketentuan

Perpajakan Atas Transaksi E-commerce pada transaksi E-commerce

Online Maketplace, setidaknya ada 3 (tiga) pihak yang terlibat, yaitu:

1. Penyelenggara Online Marketplace, adalah pihak yang

menjalankan kegiatan usaha mal internet;

2. Online Marketplace Merchant, adalah pihak yang membuka dan

mengoperasikan toko internet untuk melakukan penjualan

barang dan/atau jasa di toko internet melalui mal internet;

3. Pembeli, adalah pihak yang melakukan pembelian barang

dan/atau jasa dari Online Marketplace Merchant di toko internet

melalui mal internet.

Sementara untuk media online pribadi hanya ada penjual dan

pembeli yang terlibat di dalamnya. Dari segi langkah-langkah pemesanan

Page 97: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

81

antara bukalapak dan instagram, pada dasarnya tidak memiliki perbedaan

yang signifikan. Perbedaan justru terdapat pada proses awal pelaku online

akan bergabung, dimana pada bukalapak terdapat beberapa tahapan

administrasi, sementara pada instagram sama sekali tidak memiliki syarat

apapun.

Berdasarkan penjelasan umum terkait transaksi E-commerce,

selanjutnya akan dibahas terkait implementasi prinsip keadilan pada

pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce. Berbicara tentang

pemungutan pajak pelaku E-commerce, dalam hal ini penulis fokuskan

pada Pajak Penghasilan (PPh) yang di kaitkan dengan kebijakan di bidang

perpajakan, seperti: subyek Pajak Penghasilan (PPh), obyek Pajak

Penghasilan (PPh), jenis penghasilan dikenai pajak bersifat final,

kepatuhan Wajib Pajak, dan pengawasan Wajib Pajak.

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan mengatur bahwa:

Yang menjadi subyek pajak adalah:a. Orang Pribadi;b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak;c. Badan; dand. Bentuk usaha tetap.

Selanjutnya obyek Pajak Penghasilan (PPh) secara tegas di atur

dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan mengatur bahwa:

Yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan, yaitu setiaptambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperolehWajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Page 98: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

82

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untukmenambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.Sementara jenis penghasilan yang dikenai pajak bersifat final diatur

dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan mengatur bahwa:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpananyang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orangpribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,

transaksi derivative yang diperdagangkan di bursa, dantransaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modalpada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaanmodal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanahdan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan ketentuan pajak penghasilan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pelaku E-commerce, baik dalam bentuk badan

ataupun perorangan (pribadi), jenis kegiatan transaksi E-commerce, serta

penghasilan yang didapatkan sudah dapat digolongkan sebagai wajib

pajak yang kena pajak penghasilan. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa

wajib pajak yang dapat dikenakan pajak penghasilan hanyalah wajib pajak

yang sudah memenuhi standar Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),

yakni seseorang yang berpenghasilan minimal Rp. 4.500.000,-/bulan atau

Rp. 54.000.000,-/tahun. Hal ini sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016. Sehingga dapat dikatakan bahwa,

sekalipun orang/badan tersebut berkecimpung pada kegiatan yang kena

Page 99: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

83

pajak penghasilan, namun jika belum memenuhi batas minimal PTKP

tersebut, maka orang/badan tersebut tidak dapat dikenakan pajak

penghasilan.

Adapun implementasi keadilan dalam pajak, seringnya

diterjemahkan sebagai keadilan bahwa setiap wajib pajak itu harus adil

dan merata. Dalam artian bahwa pajak yang dikenakan kepada orang-

orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar pajak

tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya.54 Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengkaji keadilan dalam sudut pandang

antar sesama pelaku E-commerce yang bergabung dalam badan usaha

yaitu, bukalapak dan pelaku E-commerce dengan menggunakan media

sosial pribadi instagram. Dilapangan penulis mewawancarai seorang

pelaku online yang bergabung dengan bukalapak yakni, Toko Liewind

Store, dimana pemiliknya mengatakan bahwa:55

Saya menjadi wajib pajak karena saya sadar sudah memilikipenghasilan tetap setiap bulannya melalui online shop saya dibukalapak. Selain itu, petugas pajak juga sudah mengirimkan suratpemberitahuan untuk membayar pajak.

Selanjutnya pada elmuttaqishop yang berjualan baju di bukalapak.

Owner/pemilik mengatakan bahwa:56

Saya belum menjadi wajib pajak, saya belum bayar pajak karenapenghasilan saya dari berjualan di bukalapak hanya sekitar Rp.1.500.000,- setiap bulannya. Selain itu belum ada juga surat

54 Rosdiana, Haula, Rasin Tarigan, 2005, Perpajakan, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hlm. 121

55 Wawancara dilakukan melalui website Bukalapak dengan owner/pemilik Liewind Store,Pada Tanggal 10 Mei 2018, Pukul [11:10 WITA]

56 Wawancara dilakukan melalui website Bukalapak dengan owner/pemilik Alfatih Shop,Pada Tanggal 08 Mei 2018, Pukul [15:05 WITA]

Page 100: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

84

pemberitahuan dari Kantor Pajak untuk bayar pajak, sepertipelapak lainnya yang penghasilannya sudah di atas Rp. 5.000.000,-

Selanjutnya terdapat beberapa pelaku E-commerce wajib pajak yang

berjualan di bukalapak yang terlampir pada tabel berikut:

TABEL 1. Pelaku E-commerce Pada Market Place (Bukalapak)

NO. Nama PelakuE-commerce Status Alasan

1. X Wajib Pajak Patuh pada peraturan, pemberitahuan dariKantor Pajak

2. XX Wajib Pajak Sadar dan ada surat pemberitahuan dari KantorPajak

3. XXX Wajib Pajak Sadar dan ada surat pemberitahuan dari KantorPajak

4. XXXX Wajib Pajak Patuh pada peraturan, pemberitahuan dariKantor Pajak

5. XXXXX Belum WajibPajak

Penghasilan belum mencapai minimalPenghasilan Tidak Kena Pajak dan belum ada

pemberitahuan dari Kantor Pajak

Sumber: Data Primer Dari Hasil Wawancara Tahun 2018

Selain itu, penulis juga mewawancarai pelaku E-commerce melalui

instagram dengan nama toko online Missy shop yang mengatakan

bahwa:57

Penghasilan saya setiap bulan kurang lebih Rp. 5.000.000,- danpekerjaan saya memang hanya sebagai penjual di online shopinstagram. Saya tidak mengetahui kalau penghasilan dari jualanonline melalui media sosial pribadi (instagram) harus bayar pajak,karena tidak pernah ada penyuluhan atau surat pemberitahuanpajak online yang saya dapat. Selain saya, banyak juga online shoplain seperti saya yang tidak membayar pajak karena tidak tahu.

Selanjutnya terdapat beberapa pelaku E-commerce yang menggunakan

media sosial pribadi, dapat dilihat dalam tabel berikut:

57 Wawancara dilakukan melalui aplikasi instagram dengan owner/pemilik Toko MissyShop, Pada Tanggal 10 Mei 2018, Pukul [11:02 WITA]

Page 101: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

85

TABEL 2. Pelaku E-commerce Pada Media Sosial Pribadi (Instagram)

NO. Nama PelakuE-commerce Status Alasan

1. X Belum Wajib Pajak Tidak mengetahui dan tidak adapemberitahuan dari pihak terkait

2. XX Belum Wajib Pajak Tidak mengetahui tahu denganaturan pajak yang berlaku

3. XXX Belum Wajib PajakTakut ke Kantor Pajak dan tidak

mengetahui sistematikapengurusan pajak

4. XXXX Belum Wajib Pajak Tidak mengetahui aturan

5. XXXXX Belum Wajib Pajak Tidak mengetahui aturan

Sumber: Data Primer Dari Hasil Wawancara Tahun 2018

Dari wawancara dan tabel di atas, dapat diketahui bersama

perbedaan antara pelaku E-commerce melalui bukalapak dan media

sosial pribadi (instagram). Pada pelaku E-commerce melalui bukalapak

yang berpenghasilan sudah memenuhi PTKP secara sadar mendaftarkan

diri sebagai wajib pajak dan membayar pajak penghasilannya. Hal ini

didorong dengan adanya himbauan dari Kantor Pajak setempat dengan

memberikan surat pemberitahuan pajak penghasilan. Adanya kerja sama

antara Kantor Pajak setempat dengan bukalapak menjadikan pelaku E-

commerce mudah untuk dilacak. Sementara bagi pelaku E-commerce di

bukalapak yang belum memenuhi PTKP, tentunya belum menjadi wajib

pajak. Akan tetapi, Kantor pajak setempat terus memantahu para pelaku

tersebut melalui nilai transaksi yang dilakukan setiap saat, hal ini menjadi

salah satu bentu pengawasan pemerintah secara aktif terhadap wajib

pajak penghasilan.

Page 102: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

86

Sementara itu, bagi pelaku E-commerce yang menggunakan media

sosial pribadi (instagram) sendiri mengakui bahwa penghasilannya jika

dilihat menurut aturan, seharusnya sudah melebihi standar PTKP dan

sudah harus mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan membayar pajak

penghasilannya. Akan tetapi, pelaku E-commerce tersebut tidak

mengetahui bahwa penghasilan dari online shopnya tersebut harus

dikenakan pajak penghasilan. Dari hal ini, dapat dilihat bahwa penjualan

yang dilakukan menggunakan media sosial pribadi bersifat bebas, tanpa

adanya pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kegiatan tersebut.

Kurangnya pengetahuan tentang pajak juga menjadi masalah selanjutnya.

Hal ini tentunya menjadi kekurangan dalam manjaring pelaku E-commerce

yang seharusnya sudah menjadi wajib pajak terkhusus pajak penghasilan

melalui kegiatan jual-beli online.

Dari kesenjangan yang timbul antara pelaku E-commerce yang

berdagang di bukalapak dengan pelaku E-commerce yang berdagang

melalui instagram, tampak adanya ketidakmerataan pemungutan pajak

yang menimbulkan adanya ketidakadilan pemungutan pajak terhadap

pelaku E-commerce secara keseluruhan. Dimana, bagi pelaku E-

commerce yang melalui bukalapak, jika penghasilannya sudah melebihi

PTKP, maka sudah harus menjadi wajib pajak dan membayar pajak

penghasilannya. Sementara bagi pelaku E-commerce melalui instagram,

sekalipun penghasilannya sudah melebihi PTKP, tidak secara otomatis

menjadi wajib pajak, yang dikarenakan oleh banyak hal, seperti: tidak

Page 103: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

87

tahu-menau, tidak adanya pemberitahuan dari pihak yang

bertanggungjawab mengurusi perpajakan, atau bahkan sengaja untuk

menghindari pajak dengan tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.

Dalam sebuah artikel dari salah satu koran Indonesia, yaitu Media

Indonesia pernah membahas terkait keadilan pengenaan pajak terhadap

pelaku E-commerce, dalam artikel itu disebutkan bahwa:58

Bila pungutan pajak hanya diterapkan pada kanal marketplace,para pelapak hampir pasti akan keluar dari kanal itu dan lebihmengaktifkan jualannya pada kanal-kanal di media sosial pribadisehingga para pengelola marketplace akan kehilangan secarasignifikan pendapatan dari pendapatan komisi yang diperoleh daripara pelapaknya.

Dari pihak bukalapak sendiripun mengakui adanya ketidakadilan dalam

pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce. Dalam wawancara juru

bicara bukalapak mengatakan bahwa:59

Kami merasa rugi apabila para pelapak kami mulai keluar danmenjual secara mandiri menggunakan media sosial pribadi. Hal iniberpengaruh pada penghasilan kami yang menurun, mengingatkami mendapatkan penghasilan dari komisi yang kami tarik daripelapak kami. Penghasilan kami penting bagi keberlangsunganusaha kami mengingat kami merupakan suatu badan usaha yangmembayar pajak secara rutin setiap tahunnya, belum lagi kami jugaharus membayar gaji karyawan kami. Bermacam-macam alasanpelapak untuk keluar, namun yang utama adalah karena parapelapak mulai melihat peluang besar dari media sosial pribaditanpa harus memikirkan membayar pajak dan mematuhi aturanyang berlaku dalam marketplace.

Selanjutnya dari pihak Pelaku E-commerce yang tergabung dalam

bukalapak menyampaikan keluhannya terhadap ketidakadilan

58 AHL, 2017, Menimbang Keadilan Pajak E-commerce, Koran Media Indonesia, hlm. 1559 Wawancara dilakukan melalui aplikasi Whats App dengan perwakilan dari Bukalapak

Indonesia, Pada Tanggal 10 Mei 2018, Pukul [10:22 WITA]

Page 104: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

88

pemungutan pajak E-commerce. Dari hasil wawancara dengan pemilik

Liewind Store mengatakan bahwa:60

Sebenarnya kami merasa tidak adil, karena ketika kami yangberjualan di bukalapak sudah berpenghasilan melebihi dari standarPTKP, maka secara otomatis kami akan dikirimkan suratpemberitahuan wajib pajak dari kantor pajak dan juga adanyapemberitahuan dari pihak bukalapak. Sehingga kami tidak memilikicela untuk menghindari pajak atau bahkan menunda untukmendaftarkan diri sebagai wajib pajak.

Dari hasil wawancara dengan 3 (tiga) narasumber, dapat di ambil

kesimpulan bahwa, pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce

belum menunjukkan rasa keadilan. Sebagaimana pelaku E-commerce

yang bergabung dalam marketplace diawasi oleh Direktorat Jendral Pajak

melalui transaksi penjualanya, sementara pelaku E-commerce dengan

media sosial pribadi sama sekali tidak diawasi, dalam artian bersifat

bebas, kecuali para penjual di Online shop dengan sendirinya patuh dan

sadar akan kewajiban pembayaran pajaknya apabila telah memperoleh

penghasilan dengan nilai minimal sesuai PTKP yang telah di tetapkan

oleh pemerintah.

Menurut Adolf Wagner, pemungutan pajak yang adil adalah

pemungutan pajak yang diberlakukan secara umum kepada semua Wajib

Pajak dan di bebankan kepada setiap Wajib Pajak yang mempunyai ability

to pay secara merata, bahwa satu struktur tarif pajak berlaku kepada

setiap wajib pajak yang mempunyai kemampuan membayar. Semakin

besar ability to pay seorang Wajib Pajak, semakin besar presentase pajak

60 Wawancara dilakukan melalui aplikasi bukalapak dengan owner/pemilik Liewind Store,pada Tanggal 10 Mei 2018, Pukul [11:10 WITA]

Page 105: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

89

yang harus di bayar. Dalam perpajakan dikenal 2 (dua) macam prinsip

keadilan, yaitu:61

1. Keadilan Horizontal (Horizontal Equity) mengandung pengertian

bahwa penyelenggaraan pajak harus secara umum dan merata,

yang berarti semua orang mempunyai kemampuan ekonomis

atau yang mendapat tambahan kemampuan ekonomis yang

sama harus di kenakan pajak yang sama;

2. Keadilan Vertikal (Vertical Equity) pada hakikatnya berkenaan

dengan kewajiban membayar pajak yang kemampuan

membayarnya tidak sama, yaitu semakin besar kemampuannya

untuk membayar pajak harus semakin besar tarif pajak yang

dikenakan.

Berdasarkan pada teori dari Adolf Wagner di atas, prinsip keadilan

horizontal sangatlah sesuai dengan prinsip keadilan dalam perpajakan

yang di anut oleh Bangsa Indonesia. Di mana parameter prinsip keadilan

dalam pemungutan pajak terlihat pada adanya pemerataan dan perlakuan

yang sama serta adanya perlindungan terhadap warga negara terhadap

tindakan semena-mena penguasa dalam pemungutan pajak tersebut itu

sendiri. Prinsip keadilan horizontal ini juga sangatlah sesuai jika

diteraokan pada pelaku E-commerce secara menyeluruh. Sekalipun

demikian, di lapangan masih saja ada cela untuk tidak membayar pajak

atau bahkan dengan sengaja menghindari pajak.

61 Chairil Anwar Pohan, 2017, Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan Teoridan Konsep Hukum Pajak Edisi 2, Jakarta: Mitra Wacana Media, hlm. 148

Page 106: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

90

Dalam prinsip keadilan horizontal di katakan bahwa

penyelenggaraan pajak harus secara umum dan merata, yang berarti

bahwa semua orang dalam hal ini pelaku E-commerce yang mempunyai

kemampuan ekonomis atau yang mendapat tambahan kemampuan

ekonomis yang sama harus dikenakan pajak yang sama. Hal ini juga

yang seharusnya diberlakukan terhadap pelaku E-commerce. Di mana,

terhadap pelaku E-commerce yang bergabung dalam marketplace

(bukalapak), maupun pelaku E-commerce yang menggunakan media

sosial pribadi (instagram) selama mendapatkan kemampuan ekonomis

yang di artikan sebagai penghasilan dari berjualan online pada batasan

tertentu harus di kenakan pajak yang sama, tanpa memperdebatkan

sarana/media yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan tersebut.

Adapun batasan yang di maksudkan adalah batasan Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP).

Akan tetapi, pada kenyataannya hal ini sangat sulit dterapkan

terhadap pelaku E-commerce, sehingga pada akhirnya menimbulkan

ketidakadilan pemungutan pajak. Terhadap pelaku E-commerce yang

menggunakan media sosial pribadi (instagram), bersifat bebas. Hal ini

dapat dilihat dari tidak adanya keterlibatan pihak berwenang (kantor pajak)

dalam memantahu transaksi penjualan, melainkan pihak yang terlibat

hanyalah penjual dan pembeli pada online shop, dan juga tidak adanya

aturan yang mengikat para penjual dan pembeli itu sendiri. Sementara

pada marketplace para pelaku E-commerce di awasi secara ketat dan

Page 107: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

91

bersifat terus-menerus oleh Kantor Pajak yang bekerjasama dengan

marketplace terkait dan marketplace juga bersifat aktif dalam memberikan

himbauan pajak.

Ketidakadilan ini perlu mendapat perhatian khusus, mengingat

bahwa, antara pelaku E-commerce dari bukalapak dengan instagram

memperdagangkan barang yang sama, seperti: pakaian, aksesoris,

pernak-pernik rumah, sepatu, hingga makanan. Harga yang di patok oleh

para pelaku E-commerce dibukalapak inipun hampir sama dengan harga

yang di patok oleh para pelaku E-commerce diinstagram. Hanya saja,

pada marketplace seringnya memberikan kemudahan-kemudahan yang

dapat memikat para pembeli, seperti halnya biaya ongkos kirim yang

digratiskan dan juga keamanan dalam transaksi jual-beli. Kemudahan ini

juga sebagai salah satu cara agar pendapatan pelapak dan perusahaan

secara umum meningkat.

Sederhananya ketidakadilan muncul pada saat hal yang sama di

perlakukan secara tidak sama, dan juga ketika hal yag tidak sama di

perlakukan sama. John Rawls mengemukakan pendapatnya, bahwa

masyarakat yang tertata dengan baik adalah jika ia tidak hanya di rancang

untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, namun secara efektif di

atur oleh konsepsi publik mengenai keadilan, yaitu:62

a. Setiap orang menerima dan mengetahui bahwa orang lain

menganut prinsip keadilan yang sama;

62 Sri Pudyatmoko. 2015. Memahami Keadilan Di Bidang Pajak. Cahaya Atma Pustaka:Yogyakarta. hlm 6

Page 108: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

92

b. Institusi-institusi sosial dasar pada umumnya sejalan dengan

prinsip-prinsip tersebut. Dalam hal ini institusi di anggap adil

ketika tidak ada pembedaan sewenang-wenang antar orang

dalam memberikan hak dan kewajiban dan ketika aturan

menentukan keseimbangan yang pas antara klaim-klaim yang

saling berseberangan demi kemanfaatan kehidupan sosial;

c. Adanya prinsip keseimbangan dan kelayakan pada pembagian

keuntungan dalam kehidupan sosial. Keadilan sosial di sini

melibatkan persoalan tentang efisiensi, koordinasi dan stabilitas.

Dalam hal ini John Rawls banyak berbicara tentang keadilan di

bidang ekonomi.

Adil (equalty) beban pajak harus dibagi di antara para warga

masyarakat dengan seadil mungkin. Supaya pajak itu adil, menurut

Gilarso biasanya dipergunakan tiga patokan berikut ini:63

a. Beban pajak harus sesuai dengan daya pikul (kemampuan

membayar) dari si Wajib Pajak. Patokan ini dikenal dengan

nama asas “ability to pay”. Sudah sewajarnyalah kalau orang

yang lebih mampu (kaya) memberikan sumbangan yang lebih

besar pula kepada negara. Misalnya, pajak mobil mewah lebih

tinggi daripada pajak untuk kendaraan bermotor;

63 Ibid. hlm 12

Page 109: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

93

b. Tarif pajak progresif, artinya: makin tinggi pendapatan

seseorang, dikenakan tarif pajak dengan presentasi yang makin

besar pula;

c. Beban pajak disesuaikan dengan manfaat yang diperoleh.

Orang yang mendapat manfaat lebih besar dari pengeluaran

pemerintah tertentu sudah selayaknya memberikan sumbangan

yang lebih besar pula. Asas ini dikenal dengan nama “benefit

principle”. Misalnya, pajak kendaraan bermotor lebih berat

daripada pajak sepeda, dan pajak mobil lebih tinggi daripada

pajak untuk sepeda motor.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa

faktor penyebab ketidakadilan dalam pemungutan pajak terhadap pelaku

E-commerce, yaitu:

1. Pengawasan Pemerintah

Dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan membayar

pajak, kantor pelayanan pajak pratama Makassar selatan dalam

bidang Account Representative (AR)/Waskon (Pengawasan dan

Konsultasi) melakukan pengawasan terhadap wajib pajak. Adapun

tugas Account Representative berdasarkan Pasal 4 Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.01/2015

Tentang Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak,

mengatur bahwa:

Page 110: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

94

Account Representative yang menjalankan fungsipengawasan dan penggalian potensi wajib pajak mempunyaitugas:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajibanperpajakan wajib pajak;b. Menyusun profil wajib pajak;c. Analisis kinerja wajib pajak; dand. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangkaintensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.

Kita mengawasi pajak E-commerce sama halnya mengawasi

pedagang konvensional, yang sedikit berbeda adalah fiskus yang

bertugas mengawasi kewajiban perpajakan terlebih khusus di

bidang Account Representative dan penyuluhan tugasnya

melakukan penyuluhan yang belum terjangkau dan menjadi

terjangkau, mengawasi yang sudah memiliki NPWP dan

mengawasi yang belum memiliki NPWP, kalau sudah berkewajiban

membayar pajak maka harus membayar pajak.64

Sementara tugas dan fungsi Account Representative menurut

Keputusan Menteri Keuangan Nomor.161/KM/2005 tentang uraian

jabatan struktural dan pelaksana KPP sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan perpajakan kepada Wajib Pajak

yang menjadi tanggung jawabnya yang berkaitan dengan

pemenuhan hak dan kewajiban sesuai dengan prosedur yang

berlaku dan tepat waktu;

64 Wawancara dengan Mohamad Prima Andika (Account Representative) tanggal 9 Mei2018

Page 111: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

95

b. Memberikan informasi tentang peraturan perpajakan yang

baru kepada Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya baik

melalui surat ataupun benda elektronik;

c. Menjembatani kepentingan Wajib Pajak dengan seksi yang

terkait dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada

Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya untuk

memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan

oleh Wajib Pajak.

Account Representative akan memberikan informasi mengenai:

a. Rekening Wajib Pajak untuk semua jenis pajak;

b. Kemajuan proses pemeriksaan dan restitusi;

c. Interpretasi dan penegasan atas suatu peraturan;

d. Perubahan data identitas Wajib Pajak;

e. Tindakan pemeriksaan dan penagihan pajak;

f. Kemajuan proses keberatan dan banding

g. Perubahan peraturan perpajakan yang berkaitan dengan

kewajiban Wajib Pajak.

h. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak, proses

keberatan serta mengevaluasi hasil banding;

i. Memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui pemanfaatan data

dan SAPT (sistem administrasi perpajakan terpadu);

j. Merekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi,

dengan demikian setiap Wajib Pajak dapat menanyakan hak

Page 112: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

96

dan kewajiban perpajakannya kepada setiap Account

Representative di KPP.

Lebih lanjut Prima Andika mengatakan bahwa:

Untuk transaksi E-commerce yang banyak di lakukan melaluiinternet adalah sudah terutang PPh, masalah yang di alamiadalah penggalian potensinya belum fokus ke E-commercedan pengawasannya masih manual dan sumber dayamanusia yang ada, dengan cara memantahu setiap kegiatanonline shop di instagram yang memiliki penjualan terbanyak,yang sering dikunjungi dan memiliki pengikut terbanyak,karena hal tersebut ada indikasi penjualan dan penghasilanyang besar. Sebaliknya pelaku E-commerce yang berjualandi Bukalapak dapat dideteksi keberadaanya dan rekeningnyamelalui kerjasama yang dilakukan Direktur Jenderal Pajakdengan pihak Bukalapak”.

Account Representative juga memiliki fungsi sebagai pegawasan

atas kewajiban pajak Wajib Pajak, pengawasan yang diberikan

agar dapat mengawasi dan mengingatkan Wajib Pajak atas pajak

yang di kenakan terhadapnya, tugas sebagai pengawas adalah:65

a. Account Representative membuat perhitungan surat tagih

kepada Wajib Pajak;

b. Account Representative membuat surat pemberitahuan

perubahan besarnya nilai pajak Wajib Pajak;

c. Account Representative memberikan himbauan mengenai

penyetoran pajak SPT masa dan tahunan;

d. Account Representative mengusulkan pemeriksaan dan

penyidikan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

65 M. Situmorang, Viktor dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Pengawasan Melekat dalamLingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm. 25

Page 113: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

97

Lebih lanjut Prima Andika mengatakan bahwa:

Pemberian NPWP secara jabatan atau sepihak, kantor pajakbisa melakukan hal tersebut ketika orang tersebut menolakmenindaklanjuti himbauan dari pajak untuk mendaftarkan dirimenjadi wajib pajak. Maka kantor pajak berhak melakukanperbuatan hukum untuk menerbitkan NPWP dan memungutpajaknya 5 tahun ke belakang jika usahanya sudah berjalan5 tahun atau lebih.

Dalam Pasal 22 Undang-undang republik Indonesia nomor 16

tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

menyebutkan bahwa:

a. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda,

kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah

melampaui waktu 5 (lima) tahun terhihtung sejak penerbitan

surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, serta

surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, dan surat

keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan

banding, serta putusan peninjauan kembali.

b. Daluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tertangguh apabila:

a) Diterbitkan surat paksa

b) Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung

maupun tidak langsung

c) Diterbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar

sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau surat

ketetapan pajak kurang bayar tambahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau

d) Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

Selanjutnya mengenai teori pengawasan menurut Lyndall F.

Urwick, pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang

Page 114: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

98

dikeluarkan. Dalam hal ini untuk menciptakan masyarakat patuh

membayar Pajak Penghasilan, khususnya pada pelaku E-

commerce harus dilakukan pengawasan secara terus menerus dan

menerapkan sanksi yang tegas bagi Wajib Pajak yang

melanggarnya, serta dilakukan pengawasan terhadap pelaku E-

commerce yang memiliki penghasilan PTKP agar di berikan

himbauan surat teguran untuk menjadi Wajib Pajak dengan

mendaftarkan diri di kantor pajak.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah selain melakukan

pengawasan secara terus menerus terhadap Wajib Pajak,

khususnya pelaku E-commerce, harus pula di lakukan

sosialisasi/penyuluhan pajak yang berkesinambungan, serta dapat

memperlihatkan pemanfaatan yang nyata dari pungutan pajak

kepada masyarakat. Menurut pandangan penulis, pengawasan

Account Representative berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak karena Account Representative memberikan pengawasan

kepada Wajib Pajak terhadap kewajiban pajaknya, pengawasan

yang diberikan dapat mengawasi dan mengingatkan Wajib Pajak

tentang pajak yang di kenakan terhadap Wajib Pajak.

Adanya kenyamanan dan kepuasan bagi Wajib Pajak hal ini

berdampak pada kepatuhan seorang Wajib Pajak tersebut untuk

membayar kewajibannya yaitu membayar pajak tepat waktu. Maka

dari itu, pengawasan Account Representative sudah seharusnya

Page 115: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

99

bisa untuk diterapkan diseluruh kanal transaksi E-commerce.

Sehingga, para wajib pajak dari transaksi E-commerce bisa terlacak

dengan mudah dan tidak tercipta kesenjangan dalam pemungutan

pajak antara pelaku E-commerce melalui bukalapak dan instagram.

2. Sistem Pajak di Indonesia

Indonesia menganut sistem pajak self assessment yang

memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak

untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak

yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.66

Wajar adanya apabila dalam setiap kebijakan yang diambil, akan

ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sama halnya

dengan system self assessment system. Dalam praktik, apabila di

sandingkan dengan kegiatan transaksi E-commerce memiliki

kekurangan yang menjadi cela bagi para pelaku E-commerce yang

menggunakan media sosial pribadi yang tidak bertanggungjawab

untuk menghindari pajak atau bahkan bertindak seakan-akan tidak

memiliki tanggungjawab atas pajak dari penghasilan yang

diperoleh.

Dalam praktik, apakah Direktorat Jenderal Pajak akan

mengecek siapa yang membeli? Apakah ada bukti transaksi yang

di tandatangani penjual dan pembeli? jawabannya tentu tidak,

karena dalam transaksi yang sering terjadi menggunakan sistem

66 Nufransa Wira Sakti, 2014, Buku Pintar Pajak E-commerce, Jakarta: Visimedia, hlm. 72

Page 116: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

100

kepercayaan di mana pembeli menyetor uang via atm/transfer dan

kemudian penjual akan mengirimkan barang yang di maksud.

Sementara alat bukti yang tersisa hanyalah kertas bukti transfer

dan bukti pengiriman. Beda halnya, jika transaksi tersebut di

lakukan oleh pelaku E-commerce yang tergabung dalam

marketplace, di mana bukti transfer dapat terdeteksi oleh pengawas

pajak.

Menurut penulis walaupun pelaku E-commerce di berikan

kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri

jumlah pajaknya, di sini pihak pemerintah khususnya Direktur

Jenderal Pajak harus memberikan penyuluhan dan pengawasan

terhadap pelaku E-commerce khususnya yang menggunakan

media sosial pribadi seperti instagram. Hal ini sejalan dengan Pasal

12 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

menyebutkan bahwa:

Setiap Wajib Pajak wajib membayar yang terutang sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanyasurat ketetapan pajak.

Dalam Pasal tersebut, jelas adanya bahwa pemerintah juga

menghendaki Wajib Pajak bersifat aktif dalam membayar pajak.

Aktif di sini berarti menghitung sendiri pajak yang terutang tanpa

menunggu adanya ketetapan pajak.

Page 117: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

101

3. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak adalah pemenuhan kewajiban

perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka

memberikan kontribusi bagi pembangunan, yang diharapkan

didalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan

wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan

Indonesia menganut sistem self assessment dimana secara mutlak

memberikan kepercayaan kepada seorang wajib pajak untuk

menghitung, membayar, dan melapor kewajibannya. Menurut

Chaizi Nasucha, kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi sebagai

berikut:67

a. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri;

b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan

(SPT);

c. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak

terutang; dan

d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

Terdapat 3 (tiga) macam alternative strategi kepatuhan yang

merupakan produk dari kebijakan perpajakan yang dipilih oleh

fiskus, seperti berikut:68

a. Strategi kepatuhan yang sebaiknya dilancarkan oleh fiskus

adalah melaksanakan komitmennya secara konsisten memberikan

67 Chaizi Nasucha, 2005, Reformasi Administrasi Publik; Teori dan Praktik, PT. GramediaWidiasarana Indonesia: Jakarta, hlm,45

68 Ibid., hlm. 156

Page 118: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

102

kemudahan dalam pelayanan yang terbaik (make it easy). Peran

aktif Account Representatif (AR) dari Direktorat Jenderal Pajak

dalam memberikan penyuluhan dan informasi yang diperlukan agar

Wajib Pajak merasa nyaman dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, sehingga dengan semakin meningkatnya tingkat

kesadaran Wajib Pajak maka pada gilirannya Wajib Pajak akan

menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi;

b. Strategi kepatuhan yang sebaiknya di lancarkan oleh fiskus

adalah dengan cara memberikan bantuan pelayanan dan

pencerahan bagaimana memahami aturan pajak dan prosedur

administrasi yang menyertainya dengan benar (assist to comply).

Dalam konteks ini, strategi kepatuhan pajak yang di bangun atas

dasar kepercayaan pada iktikad baik Wajib Pajak di harapkan dapat

memberikan sentiment positif bagi Wajib Pajak sehingga di

kemudian hari Wajib Pajak akan membatalkan niatnya untuk

menghindar pajak, sehingga kembali dapat meningkatkan

kepatuhannya;

c. Melakukan upaya pencegahan penghindaran pajak dengan

upaya pencarian fakta-fakta yang menjadi alasan Wajib Pajak untuk

menghindar, dan menemukan data atau informasi yang terkait

dengan potensi penyimpangan aturan pajak (deter by detection).

Data atau informasi yang di peroleh tersebut selanjutnya dapat di

tindaklanjuti oleh fiskus dengan mengirimkan surat teguran atau

Page 119: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

103

peringatan lainnya kepada Wajib Pajak yang bersangkutan sebagai

alat untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang baik.

Kepatuhan dalam kewajiban perpajakan yang harus di lakukan

oleh Wajib Pajak adalah mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak

untuk mendapatkan NPWP untuk memenuhi ketentuan pada Pasal

2 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

mengatur bahwa:

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratansubjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang perpajakan, wajibmendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajakyang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempatkedudukan Wajib Pajak, dan tempat kegiatan usaha wajibpajak, dan kepada wajib pajak diberikan nomor pokok wajibpajak.

Persyaratan subjektif yang dimaksudkan adalah persyaratan

yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam

undang-undang pajak penghasilan, yaitu orang pribadi, warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak, badan usaha, dan bentuk usaha tetap. Sementara

persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang

menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk

melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.69

69 Nufransa Wira Sakti, 2014, Buku Pintar Pajak E-commerce, Visimedia: Jakarta, hlm. 7

Page 120: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

104

Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk

mendapatkan NPWP, dikenakan sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan perpajakan. Sanksi yang timbul karena tidak

mempunyai NPWP adalah diberikan terlebih dahulu NPWP secara

jabatan. Berdasarkan NPWP tersebut, kemudian dilakukan

pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dapat menimbulkan surat

ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) dan jika Wajib Pajak

melakukan dengan sengaja tidak mengingikan NPWP dan

menimbulkan kerugian negara, maka dikenakan denda paling lama

enam tahun dan denda paling tinggi empat kali pajak terutang yang

tidak atau kurang dibayar (Pasal 39 Undang-undang Nomor 16

tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Dalam hal Wajib Pajak tidak mengindahkan ketentuan ini, maka

kepada Wajib Pajak tersebut akan dikenakan sanksi berupa

penetapan NPWP/SPPKP secara jabatan, penetapan pajak

terutang secara jabatan, bunga, kenaikan, denda, dan pidana

penjara.70 Selanjutnya dalam Pasal 39 undang-undang nomor 16

tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

menyebutkan bahwa:

1. Setiap orang dengan sengaja:

70 Agus Setiawan, Basri Musri. 2006. Perpajakan Umum. PT. Rajagrafindo Persada:Jakarta. hlm 2

Page 121: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

105

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib

Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai pengusaha kena pajak;

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor

Pokok Wajib Pajak atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;

c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan

d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan

yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;

e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaiamana

dimaksud dalam Pasal 29

f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain

yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak

menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di

Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku,

catatan, atau dokumen lain;

h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang

menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain

termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola

secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi

online di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat

(11); atau

i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Page 122: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

106

4. Pengetahuan Pajak

Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan

merupakan suatu proses dimana oleh wajib pajak mengetahui

tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk

membayar pajak. Terhadap meningkatnya pengetahuan

perpajakan seseorang, baik formal dan non formal akan berdampak

postif terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.

Sebaliknya bahwa, terhadap rendahnya kepatuhan wajib pajak

disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta persepsi tentang

pajak dan petugas pajak yang masih rendah. Sebagian wajib pajak

memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada

yang memperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar

dan pelatihan pajak.

Sementara terkait pemahaman peraturan perpajakan adalah

suatu proses dimana wajib pajak memahami dan mengetahui

tentang peraturan dan undang-undang serta tata cara perpajakan

dan menerapkannya untuk melakukan kegiatan perpajakan seperti,

membayar pajak, melaporkan SPT, dan sebagainya. Jika

seseorang telah memahami dan mengerti tentang perpajakan maka

akan terjadi peningkatan pada kepatuhan wajib pajak.

Pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan pajak tentu berkaitan

dengan pemahaman seorang wajib pajak tentang peraturan pajak.

Hal tersebut dapat diambil contoh ketika seorang wajib pajak

Page 123: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

107

memahami atau dapat mengerti bagaimana cara membayar pajak,

melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) dan lain sebagainya.

Ketika seorang wajib pajak memahami tata cara perpajakan maka

dapat pula memahami peraturan perpajakan.

Sementara jika dicermati secara seksama, alur/proses untuk

seseorang menjadi wajib pajak itu tidaklah sulit. Seperti halnya yang

disampaikan oleh pegawai pajak, bahwa:71

Jika sudah memiliki penghasilan di atas PTKP maka selanjutnyamendaftar diri menjadi Wajib Pajak dan membuat NPWP di kantorpajak, setelah itu di arahkan ke Peraturan Pemerintah Nomor 46tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari UsahaYang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki PeredaranBruto Tertentu karena di bawah 4.3 Milyar setahun maka tarifpajaknya 1%.

Dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013

Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima

Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu,

mengatur bahwa:

Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WajibPajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai pajakpenghasilan yang bersifat final

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha

Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Perederan Bruto

Tertentu, mengatur bahwa:

71 Wawancara dengan Mohamad Prima Andika (Account Representative), Pada Tanggal 9Mei 2018

Page 124: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

108

Besarnya tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimanadalam Pasal 2 adalah 1% (satu persen).

Dari hasil wawancara di atas penulis berpendapat bahwa tidak ada

klasifikasi secara khusus terhadap pelaku E-commerce, yang ada hanya

klasifikasi sebagai pedagang UMKM. Hal ini diatur dalam kementerian

perindustrian mengenai jenis-jenis usaha seperti perdagangan eceran,

perdagangan besar, barang-barangnya tergantung apa yang dijual.72 Hal

ini tentunya tidak sejalan perkembangan teknologi digital, karena dunia

kita semakin digital maka kedepannya sudah tidak ada lagi toko offline,

semua toko menjual secara online. Oleh karena itu, Sektor perpajakan

melalui E-commerce memiliki potensi yang sangat besar dan dalam hal ini

pelaku E-commerce wajib dipungut PPh dengan syarat objektif dan syarat

subjektif terpenuhi.73

Dari pemaparan di atas penulis berpendapat bahwa, terkait

transaksi E-commerce melalui marketplace dengan media sosial pribadi

merupakan suatu pilihan yang disajikan seiring dengan perkembangan

teknologi yang ada saat ini. Keduanya memiliki ciri khas, karakteristik dan

keuntungannya masing-masing, kembali kepada konsumen yang akan

menggunakannya. Akan tetapi, sebagai konsumen yang baik dan taat

hukum, baiknya mendukung kebijakan pemerintah yang ada. Selain itu,

terhadap transaksi E-commerce melalui media sosial pribadi, pada

dasarnya kurang tepat. Hal ini karena media sosial pribadi merupakan

72 Wawancara dengan Mohamad Prima Andika (Account Representative) tanggal 9 Mei2018

73 Wawancara dengan Mohamad Prima Andika (Account Representative) tanggal 9 Mei2018

Page 125: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

109

media yang diciptakan untuk sarana bersilaturrahmi dan bersosialisasi.

Oleh karenanya, kurang tepat apabila digunakan sebagai wadah untuk

berbisnins. Akan tetapi, mengingat perkembangan teknologi dengan

gelaja yang timbul dimasyarakat, pada akhirnya media sosial pribadi

digunakan sebagai media untuk berbisinis, pemerintah harus segera turun

tangan untuk menertibkan hal tersebut dengan membuat suatu regulasi

yang dapat mewadahi keseluruahan kegiatan transaksi E-commerce.

Selanjutnya, penulis berharap Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

yakni Sensus Pajak Nasional, menjadi salah satu media atau cara untuk

mendata/mensensus semua Wajib Pajak, baik itu pelaku E-commerce

yang berjualan di Bukalapak maupun pelaku E-commerce di media sosial

pribadi, sehingga dengan adanya sensus pajak nasional yang dilakukan

secara menyeluruh diharapkan dapat menciptakan pemungutan pajak

yang adil, ekonomis dan efisien. Sebagaimana secara konseptual

pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:74

a. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan

untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil

dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanannya.

Contohnya adalah dengan mengatur hak dan kewajiban para Wajib

Pajak, pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang

memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak dan sanksi atas pelanggaran

74 Joseph R. Kabo, 2007, Keuangan di Era Otonomi Daerah, Jakarta: Rineka Cipta: hlm.46-47

Page 126: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

110

pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya

pelanggaran;

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang

Pasal 23A UUD 1945 menjelaskan bahwa pajak dan pungutan

yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-

undang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan Undang-undang tentang pajak, yaitu pemungutan

pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan Undang-

undang tersebut harus dijamin kelancarannya;

c. Jaminan hukum

Jaminan hukum bagi para Wajib Pajak untuk tidak diperlakukan

secara umum. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi

para Wajib Pajak;

d. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar

tidak mengganggu kondisi perkenomoian, baik kegiatan produksi,

perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai

merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya

usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan

menengah;

e. Pemungutan pajak harus efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak

harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih

Page 127: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

111

rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu,

sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan. Dengan demikian, Wajib Pajak tidak akan mengalami

kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan

maupun dari segi waktu.

B. Dampak Ketidakadilan Pemungutan Pajak Pelaku E-commerce

1. Pemasukan Keuangan Negara

Berdasakan hasil wawancara penulis dengan Mohamad Prima

Andika sebagai Account Representative Kantor Pajak Pratama

Makassar Selatan, mengatakan bahwa:

Dampak dari ketidakadilan dalam pemungutan pajak terhadappelaku E-commerce adalah berpengaruh pada pemasukankeuangan negara. Mengingat bahwa, transaksi E-commerce saatini sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia, menginatbanyaknya kemudahan yang ditawarkan melalui transaksi E-commerce ini. Sekalipun dampak ini adalah dampak jangkapanjang, akan tetapi jika dibiarkan maka akan tampak padaterlambatnya pembangunan disetiap daerah, hingga rencanapemasukan keuangan negara dari pajak meleset jauh.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa pajak merupakan sumber

keuangan utama bagi Indonesia. Hal tersebut telah tercantum di dalam

Pasal 33 pada Undang-Undang Dasar 1945, yang mengatur bahwa

bumi, air, dan juga kekayaan alam yang ada di dalamnya tersebut

dikuasai oleh negara, dan semuanya itu dipakai untuk kemakmuran

rakyat. Atas dasar ketentuan inilah kemudian menjadi alasan mengapa

pajak menjadi sumber utama keuangan Negara. Pembangunan pada

setiap daerah, baik itu untuk kabupaten, kota, dan provinsi, sangat

Page 128: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

112

bergantung pada Aggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang

disingkat dengan APBN. Dalam postur APBN 2018, pendapatan

negara diproyeksikan sebesar Rp. 1.894,7 triliun, dimana jumlah

tersebut berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp. 1.618,1 triliun.75

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merujuk kepada

perkembangan kegiatan perekonomian suatu negara yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat

bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka

panjang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi merupakan salah satu

indikator yang dapat digunakan sebagai nilai keberhasilan

pembangunan.

Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan

ekonomi ditunjukkan oleh adanya perkembangan ekonomi secara fisik.

Contoh perkembangan fisik adalah pertambahan jumlah dan produksi

barang industry, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah

fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan, perkembangan

barang manufaktur, dan sebagainya. Pendapatan negara tahun 2018

diproyeksikan sebesar Rp 1.894,7 trilliun. Jumlah ini berasal dari

penerimaan pajak sebesar Rp 1.618,1 trilliun, penerimaan negara

bukan pajak sebesar Rp 275,4 trilliun dan hibah sebesar Rp 1,2 trilliun.

Dapat dilihat pada gambar 1 dibawah.

75 Kemetrian Keuangan Republik Indonesia, 2018, APBN 2018, diakses dari:http://www.kemekeu.go.id/apbn2018, pada Tanggal 13 Juli 2018, pukul 20:14 wita.

Page 129: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

113

Gambar 1. Penerimaan Perpajakan

Lebih lanjut menurut Mohamad Prima Andika yang menjabat sebagai

bagian Account Representative (AR)/Waskon (Pengawasan dan

Konsultasi) mengemukakan bahwa akibat atau dampak tidak patuh

membayar pajak adalah pembangunan negara tidak akan berjalan

dengan baik, apalagi negara kita menghutang ke negara lain sehingga

utang negara semakin banyak, maka negara kita tidak akan menjadi

negara tidak berkembang dalam sektor pendidikan dan pembangunan.

Page 130: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

114

2. Persepsi Pelaku E-commerce

Terhadap persepsi pelaku E-commerce, penulis melihat bahwa

dampak dari ketidakadilan pemungutan pajak terhadap pelaku E-

commerce turut dipengaruhi dari persepsi yang tercipta dimasyarakat,

terkhusus sesama pelaku E-commerce secara luas. Pada dasarnya

persepsi timbul akibat adanya komunikasi yang dilakukan seseorang

kepada seorang lain dengan tujuan untuk menyampaikan informasi.

Informasi yang disampaikan tersebut diterima setiap orang dengan

cara yang berbeda-beda, dengan tidak menutup kemungkinan adanya

penerimaan yang sama. Hal ini disebabkan oleh persepsi orang-orang

yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Miftah Thoha

mengemukakan bahwa:76

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kogntif yangdialami oleh setiap orang dalam memahami informasitentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan

bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap

situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Persepsi timbul karena diawali dengan adanya obyek peristiwa atau

situasi yang hadir, kemudian situasi yang hadir tersebut di registrasi

atau diterima oleh panca indera baik itupenglihatan, pendengaran,

penyentuhan, perasaan, dan penciuman yang diinterpretasikan sesuai

dengan cara pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang yang

76 Miftah Thoha, 2009, Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya, Jakarta: RajaGrasindo Perkasa, hlm. 141

Page 131: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

115

kemudian akan menimbulkan umpan balik yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang.

Persepsi jika disandingkan dengan dampak ketidakadilan pajak

terhadap pelaku E-commerce tentunya sangat berpengaruh. Hal ini

mengingat bahwa, bagi sebagian besar orang informasi yang diterima

dari seseorang akan mempengaruhinya terhadap sesuatu tersebut.

Terhadap pelaku E-commerce, seseorang yang belum menjadi wajib

pajak atas penghasilannya memiliki kemungkinan akan terus seperti

itu, ketika seorang tersebut melihat contoh atau mendapat informasi.

Dalam artian bahwa, ketika seorang pelaku E-commerce yang

seharusnya sudah menjadi wajib pajak, melihat bahwa masih banyak

juga pelaku E-commerce lainnya yang belum menjadi wajib pajak dan

sampai saat ini tidak ada satupun pihak yang mendatanginya untuk

menegur atau apapun itu, maka secara tidak sadar hal tersebut akan

semakin meyakinkannya atas tindakannya tersebut.

Selain dari contoh yang dilihatnya langsung, persepsi ini juga bisa

muncul seiring dengan berkembangnya teknologi. Di lihatnya di media

cetak dan elektronik bahwa atas tidak mendaftarnya seseorang

menjadi wajib pajak, tidak adapula dampak negatif yang di terimanya,

seperti teguran dari pihak terkait atau didatangi pihak berwajib, atau

pembekuan usahanya. Terkait persepsi yang timbul akibat pengaruh

teknologi ini, tanpa di sadari media memang terkesan atau bahwa

tidak menyoroti permasalahan apakah seseorang tersebut sudah

Page 132: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

116

menjadi wajib pajak atau belum. Padahal, dampak dari oemberitaan

itu, tentunya akan sangat besar terhadap masyarakat, khusunya

pelaku E-commerce lainnya. Dari peristiwa itu, dapat menciptakan

persepsi seseorang akan hal tertentu dan meyakinkan orang itu

bahwa yang saat ini terjadi bukanlah masalah besar, kecuali ada

kesadaran dan kepatuhan dari diri pribadi orang tersebut.

Page 133: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

117

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN1. Pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce belum

mencerminkan rasa keadilan antara pelaku E-commerce. Adapun

faktor-faktornya adalah sebagai berikut: Pertama, kurangnya

pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap pelaku E-

commerce khususnya melalui media sosial pribadi; Kedua, sistem

pajak yang berlaku di Indonesia (Self Assessment) memberikan

peluang kepada pelaku E-commerce dari media sosial pribadi

untuk bertindak menghindari pemungutan pajak; Ketiga,

kepatuhan Wajib Pajak atas peraturan pajak terkait pemungutan

Pajak Penghasilan (PPh); Keempat, pengetahuan tentang pajak

terkait aturan pajak yang berlaku.

2. Dampak yang ditimbulkan terhadap ketidakadilan dalam

pemungutan pajak terhadap pelaku E-commerce, adalah:

Pertama, pemasukan keuangan negara dari Pajak Penghasilan

(PPh) terhadap pelaku E-commerce berkurang mengingat

peraturan yang ada hanya mengatur pemungutan pajak transaksi

E-commerce Marketplace khususnya Bukalapak dan persepsi

pelaku E-commerce yang negatif mempengaruhi pola pikir pelaku

E-commerce lainnya yang belum menjadi Wajib Pajak.

Page 134: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

118

B. SARAN

1. Kepada pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak dan

aparatur terkait untuk segera membuat regulasi (aturan) yang

spesifik mengatur tentang pajak E-commerce agar tercipta

keadilan terhadap pelaku E-commerce yang mencakup seluruh

media yang digunakan untuk transaksi E-commerce.

2. Kepada pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak,

agar membentuk suatu tim/badan pengawas cyber crime yang

bekerja untuk mengawasi dan mengantisipasi kejahatan yang

dapat timbul dalam transaksi E-commerce.

3. Kepada Direktorat Jenderal Pajak perlu mengadakan

pendataan kembali terhadap pelaku E-commerce dengan

bekerjasama dengan media sosial terkait yang sering digunakan

sebagai media/sarana oleh pelaku E-commerce sehingga potensi

pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai dari transaksi E-

commerce dapat meningkat.

Page 135: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Agus Santoso, 2014, Hukum, Moral, dan Keadilan, Cetakan ke-2, Jakarta:Prenada Media

Agus Setiawan dan Basri Musri, 2006, Perpajakan Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada

Ali Chidir, 2007, Hukum Pajak Elementer, Bandung: PT. Eresco

Bohari, 2012, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada

Chairil Anwar Pohan, 2017, Pembahasan Komprehensif PengantarPerpajakan Teori dan Konsep Hukum Pajak Edisi 2, Jakarta: MitraWacana Media

Chaizi Nasucha, 2005, Reformasi Administrasi Publik; Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

John Hutagaol, dkk, 2007, Kapita selekta Perpajakan, Jakarta: SalembaEmpat

Joseph R. Kaho, 2007, Keuangan di Era Otonomi Daerah, Jakarta: RinekaCipta

Kunarjo, 2008, Hukum Perpajakan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

M. Situmorang, Viktor dan Jusuf Juhir, 1994, Aspek Pengawasan Melekatdalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi

_________, 2012, Perpajakan, Yogyakarta: Penerbit andi

Miftah Thoha, 2009, Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya,Jakarta: Raja Grasindo Perkasa

Nufransa Wira Sakti, 2014, Buku Pintar Pajak E-commerce, Jakarta:Visimedia

Priyo Utomo, 2013, Raja bisnis online, Yogyakarta: Mediakom

R.Santoso Brotodihardjo, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung:Refika Aditama

Page 136: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

Rosdiana, Haula, Rasin Tarigan, 2005, Perpajakan, Teori dan Aplikasi,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Siti Resmi, 2008, Perpajakan, Teori dan Kasus, Edisi pertama. Jakarta:Salemba Empat

Soetrisno, PH, 1982, Dasar-dasar Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta:Fakultas Ekonomi UGM

Sri Pudyatmoko, 2015, Memahami Keadilan Di Bidang Pajak, Yogyakarta:Cahaya Atma Pustaka

Sugeng wahyono, 2012, Mengurus Pajak itu Mudah, Jakata: PT. ElexMedia Komputindo

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Enam Belas,Bandung: CV. Alfabeta

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Enam Belas,Bandung: CV Alfabeta

Sukarno Aburaera, Muhadar, dan Maskun, 2014, Filsafat Hukum Teoridan praktik, Cetakan ke-2, Jakarta: Prenadamedia Group

Tunggal Anshari Setia Negara, 2017, Ilmu Hukum Pajak, Malang: SetaraPress

Waluyo, dan Wirawan B. ilyas, 2008, Perpajakan Indonesia. Jakarta:Salemba Empat

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atasUndang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang ini diubah denganUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 tahun2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanMenjadi Undang-Undang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 TentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Page 137: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

JURNAL:Alim, Setiadi, 2005, Perencanaan Pajak Penghasilan Yayasan yang

Bergerak di Bidang Pendidikan, Jurnal Akuntansi dan TeknologiInformasi

Anjarini, Kusujarwati, dkk, 2012, Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan PajakDalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi PadaKPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu: Jurnal AkuntasiPerpajakan

Chairil Anwar Pohan, 2016, MEREVIU BASIS PEMAJAKANPERUSAHAAN PELAYARAN NASIONAL BERDASARKAN“DEEMED PROFIT” ATAS PENGHASILAN DARI USAHAANGKUTAN LAUT, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi

Darmayanti, Theresia Woro, 2004, Pelaksanaan Self Assessment SystemMenurut Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak BadanSalatiga): Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Fuadi, Arabella Oentari dan Yeni Mangonting, 2013, Pengaruh KualitasPelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan BiayaKepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Tax &Accounting Review

Muliari, Ni Ketut dan Ery Setiawan, 2011, Pengaruh Persepsi tentangSanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada KepatuhanPelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan PajakPratama Denpasar Timur: Jurnal akuntansi dan bisnis Denpasar,Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Supadmi, Ni Luh, 2009, Meningkatkan Kepatuhan Pajak Melalui KualitasPelayanan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Denpasar: FakultasEkonomi UNUD

Widayati dan Nurlis, 2010, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauanuntuk Membayar Pajak WAjib Pajak Orang Pribadi yang MelakukanPekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga)”,Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto

MEDIA ONLINE:Ade Hapsari Lestarini, 2017, Menimbang keadilan pajak e-commerce.

diakses dari: http://www.metronews.com/embed/JKRIx2pb, diaksespada Tanggal 16 Januari 2018, Pukul [16.40 WITA]

Anonim, 2011, Kesadaran Wajib Pajak, diakses dari:http://zetzu.blogspot.in/2011/08/kesadaran-wajib-pajak.html?m=1,Pada Tanggal 19 Januari 2018, Pukul [20:40 WITA]

Page 138: HALAMAN JUDUL - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2... · i HALAMAN JUDUL IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN PEMUNGUTAN PAJAK TERHADAP

Bambang Hariyanto, 2012, Pengertian kepatuhan wajib pajak menurutahli. Diakses dari:http://www.bambanghariyanto.com/2012/06/pengertian-kepatuhan-wajib-pajak.html?m=1, Pada Tanggal 18 Januari 2018, Pukul [23.30WITA]

Electronic theses & dissertations, 2005, Penerapan pajak penghasilanpada transaksi e-commerce di Yogyakarta. diakses dari:http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=28616, Pada Tanggal 16 Januari 2018, Pukul [18.30WITA]

Herry Susanto, 2012, Membangun kesadaran dan kepedulian sukarelawajiib pajak, diakses dari:http://www.pajak.go.id/content/article/membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak, Pada Tanggal 19 Januari 2018,Pukul [20:43 WITA]

Kemetrian Keuangan Republik Indonesia, 2018, APBN 2018, diakses dari:http://www.kemekeu.go.id/apbn2018, pada Tanggal 13 Juli 2018,pukul [20:14 WITA]

Rahmat fiansyah, 2015, Aturan pajak bisnis online ditargetkan rampungtahun ini. diakses dari:http://ekbis.sindonews.com/read/989943/150/aturan-pajak-bisnis-online-ditargetkan-rampung-tahun-ini-1429149243, Pada Tanggal16 Januari, Pukul [15.30 WITA]

Rebecca, 2016, Jenis-jenis E-commerce dan Contohnya, diakses dari:https://www.progresstech.co.id/blog/jenis-e-commerce/, PadaTanggal 20 Mei 2018, Pukul [13.30 WITA]

MEDIA CETAK:Direktorat Jenderal Pajak, 2005, Masalah Pajak di Indonesia: Jakarta