implementasi kebijakan pp no 33 tahun 2012...
TRANSCRIPT
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
16
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PP NO 33 TAHUN 2012 TENTANG ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATUMBAK
KABUPATEN DELI SERDANG
Oleh : Heddy Sitanggang
Dosen AKBID SIFRA Husada Deli Serdang
ABSTRACT
Breastfeeding with ASI (breast milk) is the most influencing factor on the
execution of a child’s life. The coverage of Exclusive ASI, according to Riskesdas
in 2010, was 15.3%, and the coverage of exclusive ASI in Deli Serdang in 2008
was 19.33%. The objective of the research was to deeply explore the
implementation of the policy on Exclusive ASI in the working area of Patumbak
Health Centre, Deli Serdang District.
The research used qualitative method with phenomenological approach.
In-depth interviews were conducted with informants, focused on the fact of the
implementation of the policy on exclusive ASI in the working area of Patumbak
Health Centre, Deli Serdang.
The result of the research showed that the implementation of the policy of
PP No. 33/2012 did not run well. Some obstacles were people’s lack of interest in
knowing IMD (Early Breastfeeding Initiation) and Exclusive ASI, the absence of
socialization program for people, the program was combined with other
programs, women’s weak physical condition, the habit of giving supplementary
food when a baby was crying, and unavailability of SOP which was related to
IMD and Exclusive ASI.
Keywords: Breastfeeding with Exclusive ASI, Implementation of Policy
PENDAHULUAN
AKB merupakan salah satu
indikator untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat. Dibandingkan
dengan indikator kesehatan lainnya,
AKB lebih sensitif karena secara
universal akan lebih tinggi pada
negara yang ekonominya masih
rendah.
Menurut WHO tahun 2005
Angka Kematian Bayi di Indonesia
adalah 20 per 1000 kelahiran hidup,
jika angka kelahiran hidup di
Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan
Angka Kematian Bayi adalah 20 per
1000 kelahiran hidup. Berarti sama
halnya dengan setiap hari ada 246 bayi
meninggal, dan setiap 1 jam ada 10
bayi di Indonesia meninggal.
Berdasarkan penelitian WHO tahun
2000 di 6 negara berkembang risiko
kematian bayi antara usia 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut
tidak disusui, sedangkan bayi berusia
di bawah 2 bulan angka kematian
meningkat menjadi 48%.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
17
Sumatera Utara yang
merupakan salah satu provinsi di
Indonesia juga termasuk yang
mengalami Angka Kematian Bayi
yang tinggi. Menurut SDKI tahun
2012 Angka Kematian Neonatus
Sumatera Utara adalah 26 /1000
Kelahiran hidup, kematian bayi 40 /
1000 kelahiran hidup dan balita
14/1000 Kelahiran hidup.4
Salah satu
kabupaten yang memberi kontribusi
terhadap tingginya Angka Kematian
Bayi di Sumatera Utara adalah
Kabupaten Deli Serdang, Angka
Kematian Bayi pada tahun 2009
adalah 134 / 40.868 kelahiran hidup
(3,28%) dan tahun 2011 adalah 98 /
36.743 kelahiran hidup (2,67%).
Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2010 menunjukkan pemberian
ASI Eksklusif di Indonesia sangat
memprihatinkan yakni hanya 15,3%,
di Provinsi Sumatera Utara cakupan
ASI Eksklusif adalah 50,3%. 6
Menurut data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara (2008),
cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten
Deli Serdang sebesar 19,33%.7
Capaian program IMD kurang dari 1
jam setelah Bayi Baru Lahir di
Indonesia adalah 29,3%, tertinggi di
Nusa Tenggara Timur 56,2% dan
terendah di Maluku 13,6%.
Selain faktor ibu dan petugas
kesehatan, diperlukan kebijakan dari
pemerintah baik pusat maupun daerah
dalam keberhasilan program IMD dan
ASI Eksklusif. Dukungan yang
diberikan WHO dimulai adanya
rekomendasi pada tahun 2002 yang
bertujuan meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif. Pemerintah juga telah
mencanangkan GNPP-ASI (Gerakan
Nasional Peningkatan Penggunaan-
Air Susu Ibu) pada tahun 1990,
ditetapkannya keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia N0.
450/MENKES/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif yang
memuat pengetahuan yang cukup
tentang tehnik menyusui yang benar
dan manajemen laktasi.24
Peraturan
nomor 69 tahun 1999 tentang label
dan iklan pangan yang mengatur
mengenai pelabelan dan iklan
makanan dan minuman, peraturan
daerah Kabupaten Deli Serdang no.
37/K/DPRD/2009 tentang kesehatan
ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita (KIBBLA).
Kebijakan tentang ASI
Eksklusif dan IMD mempunyai tujuan
dan target tercapainya cakupan ASI
Eksklusif 80% di Indonesia,
pencapaian tersebut akan terealisasi
bila kebijakan telah
diimplementasikan yang merupakan
tahapan yang sangat penting dalam
proses kebijakan bahkan jauh lebih
penting daripada pembuat kebijakan.
Menurut teori George. C. Edwards III
(1980) bahwa model implementasi
kebijakan dipengaruhi 4 variabel yaitu
1) komunikasi, 2) sumberdaya, 3)
disposisi dan kemudian 4) struktur
birokrasi. Keempat variabel tersebut
juga saling berhubungan satu sama
lain.
Proses implementasi berkaitan
dengan 2 faktor utama yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi kebijakan yang akan
di implementasikan dan faktor-faktor
pendukung, sementara faktor eksternal
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
18
meliputi kondisi lingkungan dan
pihak-pihak terkait. Faktor internal
kedua dalam proses implementasi
adalah sumber daya yang merupakan
faktor pendukung (supporting factor)
terhadap kebijakan. Faktor pendukung
dalam manajemen publik meliputi
Sumber Daya Manusia, Keuangan,
logistik, informasi, legitimasi dan
partisipasi.
Berdasarkan identifikasi
terhadap peraturan perundangan yang
ada terkait ASI Eksklusif terlihat
adanya kontrol pemerintah untuk
mendukung ASI Eksklusif, selain
dalam bentuk perundangan juga
terdapat kebijakan dan program
berbagai peraturan perundangan
pemberian ASI, khususnya di
Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. 14
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa petugas
kesehatan memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam pencapaian ASI
Eksklusif dan IMD. Hasil penelitian
Aprillia Y di kabupaten Klaten
Semarang tahun 2009 bahwa dari 7
variabel yang diteliti variabel
kebijakan berhubungan dengan
persepsi bidan terhadap sosialisasi
program IMD dan ASI Eksklusif.9
Hasil penelitian Yulianti R tahun 2010
di Puskesmas Bromo kota Medan
menunjukkan bahwa masalah yang
berpengaruh terhadap peran tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan IMD
adalah pengetahuan dan keterampilan
tenaga kesehatan.
Studi kualitatif pada ibu-ibu di
wilayah Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2009
melaporkan bahwa IMD berpengaruh
nyata terhadap pelaksanaan ASI
Eksklusif. Ibu yang di fasilitasi oleh
tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
IMD lebih besar kemungkinan untuk
melakukan ASI Eksklusif dibanding
ibu yang tidak di fasilitasi IMD.
Menurut Edmond, menunda
IMD akan meningkatkan kematian
bayi. Hasil penelitan melaporkan
bahwa dari 10.947 bayi yang lahir
antara Juli 2003- Juni 2004 dan
disusui, menyusu dalam 1 jam
pertama akan menurunkan angka
kematian perinatal sebesar 22%.
Dari survey pendahuluan di
Kabupaten Deli Serdang memiliki 34
Puskesmas dan 17 diantaranya adalah
Puskesmas rawat inap, tiap-tiap
Puskesmas memiliki 35-40 orang
tenaga kesehatan, dan wawancara
yang dilakukan kepada 30 orang
tenaga kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Patumbak dan Tanjung
Morawa 14 orang (46,7%) yang
mengatakan selalu melaksanakan IMD
dan 16 orang (53%) menjawab IMD
dilakukan kadang-kadang. Adapun
alasan tidak dilakukan IMD yang
paling banyak adalah bayi akan
dibersihkan dan dibedong terlebih
dahulu, dan alasan lain tidak cukup
waktu untuk melakukan IMD.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Implementasi
Kebijakan tentang ASI Eksklusif di
Wilayah Puskesmas Patumbak
Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
19
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
KERANGKA PIKIR
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh jawaban
atau informasi yang mendalam tentang
pendapat dan perasaan seseorang yang
memungkinkan untuk mendapatkan
hal-hal yang tersirat tentang sikap,
kepercayaan, motivasi, dan perilaku
individu.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah
wilayah kerja Puskesmas Patumbak
Kabupaten Deli Serdang dan waktu
penelitian dilaksanakan mulai bulan
Januari sampai dengan Februari 2014
Informan
Penelitian informan menggunakan
metode snowball dengan menentukan
kriteria informan yang dapat memberi
informasi. Adapun kriteria inklusi :
a) Berstatus dokter, bidan,
perawat di wilayah
kerjaPuskesmas Patumbak
Kabupaten Deli Serdang.
b) Bertugas minimal 1 tahun
Pemilihan informan di dasari
jumlah tenaga kesehatan dokter umum
6 orang, bidan 39 orang, perawat
sejumlah 4 orang dan bidan
merupakan tenaga kesehatan yang
paling berperan terkait implementasi
kebijakan tentang ASI Eksklusif.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan
dengan mengelompokkan data
berdasarkan topik penelitian yaitu
implementasi kebijakan tentang ASI
Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Patumbak. Hal terkait meliputi
komunikasi, sumber daya, disposisi,
serta struktur birokrasi.
Pengalaman informan
kemungkinan menambah unsur terkait
implementasi kebijakan tentang ASI
Eksklusif. Cara untuk menentukan
keabsahan data yaitu:
(1) Credibility
(2) Tranferability
(3) Dependability
(4) Confirmability
Sumber Daya
Struktur Birokrasi
o Standart
o Pengawasan
o Sanksi
Terhadap Kebijakan
Disposisi
Sikap Tenaga Kesehatan
terhadap Program IMD
dan ASI Eksklusif
Impleme
ntasi
Kebijaka
n IMD
dan ASI
Eksklusif
Komunikasi Program
IMD dan ASI
Eksklusif
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
20
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas
Patumbak memiliki 8 desa, 52 dusun,
116 RW dan 274 RT dengan luas
wilayah ±46,79 km2. Keadaan tanah
mendatar dan jarak ke ibukota
kabupaten adalah 46 km.
Wilayah kerja Puskesmas
Patumbak Kabupaten Deli Serdang
meliputi Marindal I, Marindal II,
Patumbak Kampung, Sigara-gara,
Lantasan lama, Patumbak II,
Patumbak I, dan Lantasan Baru. Luas
dan wilayah desa di wilayah kerja
Puskesmas Patumbak Kabupaten Deli
Serdang terdiri dari Marindal I dengan
luas desa 8,15 km2, Marindal II
dengan luas desa 7,11 km2, Patumbak
Kampung dengan luas desa 6,18 km2,
Sigara-gara dengan luas desa 6,04
km2, Lantasan lama dengan luas desa
1,86 km2, Patumbak II dengan luas
desa 6,54 km2, Patumbak I dengan
luas desa 7,19 km2 dan Lantasan Baru
dengan luas desa 3,72 km2.
Adapun batas-batas wilayah
kerja Puskesmas Patumbak yakni
sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Medan Amplas dan
Kecamatan Percut Sei Tuan, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan
STM Hilir dan Kecamatan Biru-biru,
sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan
Tanjung Morawa, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Deli
Tua dan Kecamatan Medan Amplas.
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini
terdiri dari Kepala Puskesmas, Bidan
Koordinator, Bidan Pemilik Klinik
Bersalin, Bidan Desa, 1 Kader
Kesehatan, 2 orang ibu yang
mempunyai anak bayi.
Sosialisasi Peraturan Pemerintah
Pendapat Informan tentang
Sosialisasi PP No.33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari informan yang
diwawancarai, bahwa sebagian
besarinforman menyatakan sudah
pernah menerima penjelasan tentang
IMD dan ASI Eksklusif .
Pendapat Informan tentang Cara
Sosialisasi PP No. 33 tahun 2012
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa informan yang diwawancarai
sebagian besar informan mengatakan
cara sosialisasi PP No. 33 tahun 2012
sudah baik namun masih adainforman
yang mengatakan kurang jelas.
Pendapat Informan tentang
Informasi yang diterima mengenai
IMD dan ASI Eksklusif saat
Pemeriksaan Kehamilan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Informan belum ada menerima
informasi yang jelas mengenai IMD
dan ASI Eksklusif dari tenaga
kesehatan saat melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
21
Sikap Informan
Sikap Informan terhadap Ibu
Hamil dalam Pelaksanaan PP No.
33 tahun 2012
Hasil penelitan menunjukkan
bahwa informan yang diwawancarai
seluruhnya menyatakan telah
mempersiapkan pelaksanaan IMD dan
ASI Eksklusif sejak pemeriksaan
kehamilan.
Sikap Informan Saat Menolong
Persalinan dalam Melaksanakan
IMD
Dari wawancara yang
dilakukan terhadap informan sebagian
besar mendukung pelaksanaan IMD
dan berusaha melakukan. Namun
masih ada dijumpai informan yang
menyatakan itu hal yang masih sulit
dilakukan.
Sikap Informan tentang
Pelaksanaan IMD
Dari hasil wawancara terhadap
informan, sebagian besar berpendapat
bahwa IMD tidak sulit untuk
dikerjakan, namun masih ada
informan yang mengatakan menunggu
waktu tenang. Seperti pada Tabel 4.6
ini.
Sikap Informan tentang Pemberian
ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa beberapa informan memiliki
sikap yang mendukung pemberian
ASI Eksklusif, namun sebagian besar
informan tidak terlalu mendukung
pemberian ASI Eksklusif. Pernyataan
informan tentang pemberian ASI
Eksklusif tertuang pada Tabel 4.7
berikut.
Sikap Informan terhadap
Pemberian Susu Formula pada Bayi
Informan yang diwawancarai
berhubungan dengan sikapnya
terhadap pemberian susu formula pada
bayi, seluruhnya informan
mendukungpemberian susu formula
pada bayi bila tidak memungkinkan
minum ASI.
Pendapat Informan tentang
Kendala yang dialami dalam
Melaksanakan PP No. 33 tahun
2012
Dari hasil penelitian terhadap
informan didapati bahwa seluruh
informan pernah mengalami kendala
dalam melaksanakan IMD dan ASI
Eksklusif pada ibu melahirkan.
Pernyataan informan dapat di lihat
pada Tabel 4.9.
Struktur Birokrasi Implementasi
PP No. 33 tahun 2012 di Wilayah
Kerja Puskesmas Patumbak
Birokrasi dalam Pemberian Surat
Perintah
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semuainforman yang
diwawancarai belum ada menerima
surat perintah secara tertulis dari
atasan.
Pendapat Informan tentang SOP PP
No. 33 TAHUN 2012
Dari hasil wawancara
mengenai pendapat informan tentang
SOP dalam pelaksanaan PP No. 33
tahun 2012 di dapati semua informan
menyatakan bahwa dalam
pelaksanaannya tidak disertai adanya
SOP
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
22
Pendapat Informan tentang
Pengawasan yang dilakukan Atasan
dalam Pelaksanaan PP No. 33 tahun
2012 di Wilayah Kerja Puskesmas
Patumbak
Hasil penelitian mendapatkan
informasi bahwa sebagian besar
informan menyatakan bahwa
pengawasan terhadap pelaksanaan PP
No. 33 tahun 2012 telah dilakukan dan
sebagian kecil informan menyatakan
jarang dilakukan
Pendapat Informan tentang Sanksi
bila tidak Melaksanakan PP No. 33
tahun 2012
Dari hasil wawancara terhadap
informan diperoleh informasi bahwa
sanksi yang diberlakukan selama ini
bila tidak melaksanakan PP No. 33
tahun 2012 hanya berupa teguran lisan
dan sebagian informan menyatakan
belum ada menerima sanksi.
PEMBAHASAN
Analisa Kebijakan PP no. 33 tahun
2012 tentang ASI Eksklusif
Untuk mendukung dan
mempromosikan pemberian ASI
Eksklusif, Pemerintah telah
melakukan upaya agar fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan
masyarakat serta keluarga mendorong
supaya ibu dapat memberikan ASI
Eksklusif yaitu dengan diterbitkannya
PP no. 33 tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif.
a) Konten PP Pemberian ASI
Eksklusif
PP no. 33 tahun 2012 sudah
mulai dibahas sejak November 2006
yang saat itu diberi nama RPP
Pemasaran susu formula, dan disahkan
pada bulan maret tahun 2012. PP ini
terdiri dari 10 bab, 43 pasal dengan 55
ayat yang mengatur 7 hal pokok yaitu
tanggung jawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah, Kabupaten Kota, Air Susu
Ibu, Penggunaan susu formula dan
produk bayi lainnya, tempat kerja dan
tempat sarana umum, dukungan
masyarakat, pendanaan, pembinaan
dan pengawasan.
b) Konteks
Situasi lingkungan
pelaksanaan PP tentang pemberian
ASI Eksklusif ini mempengaruhi
keberhasilan yang akan dicapai.
c) Proses
Penyusunan PP ASI kurang
lebih prosesnya selama 6 tahun
dimulai tahun 2006 dan disahkan
tahun 2012. Dalam penyusunan PP ini
diperlukan media untuk
memasyarakatkan informasi yang
berkaitan dengan IMD dan ASI
Eksklusif sehingga lebih cepat
dipahami dan diterima secara
menyeluruh oleh masyarakat Karena
pada kenyataannya walaupun tenaga
kesehatan memfasilitasi IMD dan ASI
Eksklusif tetapi tujuan sulit dicapai
bila ibu atau pihak yang
berkepentingan tidak bersedia untuk
melaksanakannya.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
23
d) Aktor
Terkait PP No. 33 tahun 2012
terdapat beberapa aktor yang
seharusnya masing-masing berusaha
untuk mendukung PP ini. Aktor utama
dalam hal ini adalah tenaga kesehatan
sebagai implementor, namun tentunya
akan berhasil jika diiringi ketaatan ibu
melahirkan untuk melaksanakannya.
Peran penting yang lain adalah
adanya dukungan dari Pemerintah
Daerah, Kabupaten dan Kota serta
perlu dipertimbangkan agar agen susu
formua memahami tujuan dari
program pemerintah ini
e) Advokasi
Dalam PP ASI ini tidak ada
yang bertentangan dengan falsafah
negara RI dan UUD 1945, bahkan
mendukung terhadap nilai
kemanusiaan sesuai sila kedua dari
pancasila. PP ini sendiri
penyusunannya didasari dari pasal 5
ayat 2 Undang Undang Dasar RI tahun
1945 dan pasal 129 ayat 2 undang-
undang no. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.
Komunikasi
Secara umum Edward
membahas 3 hal penting dalam proses
komunikasi yaitu transmisi,
konsistensi dan kejelasan. Persyaratan
pertama kebijakan yang efektif adalah
bahwa mereka yang melaksanakan
keputusan harus mengetahui apa yang
harus mereka lakukan.
Sosialisasi PP No. 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif
Terkait sosialisasi PP No. 33
tahun 2012 tentang pelaksanaan IMD
menurut dokter dan pegawai
puskesmas serta bidan klinik bersalin
bahwa sosialisasi dari Dinas
Kesehatan terkait IMD dan ASI
Eksklusif sudah memadai yaitu
melalui seminar-seminar, media
elektronik seperti video. Hal itu
didukung oleh pendapat.
“menurut saya…
sosialisasinya sudah baik.. di rapat-
rapat, seminar-seminar… pelatihan
sudah banyak yang disampaikan
kepada petugas kesehatan dan pada
umumnya semua tenaga kesehatan di
wilayah puskesmas ini telah mengerti
dan memahami PP ini.”(Informan 1)
“Kalau pelatihan itu dalam
setahun kurang lebih 2 kali
penyuluhan mengenai IMD.
Khususnya bagian anak yang
menangani hal ini. Selama ini
sosialisasi dari Dinas Kesehatan
sudah berjalan dengan baik.
“(Informan 2)
“sering, kami sering. Biasakan
dari susu yah… Dari seminar
kesehatan, dimana-mana rata-rata
kalau hotel medan inikan udah
semualah, di jawa di bali, ke batam ke
padang dibiayai sama susu
SGM.”(Informan 3)
Namun, untuk penyampaian
informasi IMD dan pemberian ASI
Eksklusif dari tenaga kesehatan
kepada masyarakat dirasakan masih
kurang maksimal. Informan
menyatakan belum menerima
informasi yang jelas tentang IMD dan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
24
ASI Eksklusif pada saat melakukan
pemeriksaan kehamilan dari tenaga
kesehatan, seperti pada pendapat
informan berikut:
“kalau waktu hamil itu… dari
bidan nggak ada dikasih tahu, tapi
dari teman-teman, dengar-dengar
gitu-gitu aja.”(Informan 6)
“enggak dikasih tahu… waktu
melahirkan anak pertama pun nggak
dikasih tahu, bapakku yang ngasih
tahu.. langsung disusukan saja
anaknya katanya.”(Informan 7)
Menurut penulis hal ini sangat
bertentangan dengan tujuan dari
pelaksanaan ANC itu sendiri yaitu
salah satunya mempersiapkan ibu agar
masa nifas dan pemberian ASI
Eksklusif berjalan normal. Jika
diperhatikan pendapat informan pada
saat melakukan pemeriksaan
kehamilan tenaga kesehatan belum
memberikan penjelasan yang memadai
kepada ibu tentang IMD dan ASI
Eksklusif.
Salah satu faktor penyebabnya
bahwa sosialisasi khusus mengenai
IMD dan ASI Eksklusif tidak berjalan
sendiri. Biasanya digabungkan dengan
program lain seperti kegiatan
posyandu dan imunisasi, sehingga
pencapaian tujuan penyuluhan tidak
berjalan maksimal.
Akibat informasi yang kurang
kepada ibu, berdampak kepada
ketidaksiapan ibu untuk mengikuti
program IMD dan pemberian ASI
Eksklusif. Informasi yang kurang
dapat menyebabkan kurangnya
pengetahuan ibu tentang program
IMD dan ASI Eksklusif, sehingga
menyebabkan ibu berperilaku tidak
mendukung program IMD. Menurut
Laurence Green bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia adalah faktor-faktor
predisposisi (predispotition factor)
yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-
nilai dan sebagainya. Bila dilihat dari
penggalian informasi terhadap ibu
yang mempunyai bayi, ibu cenderung
tidak terlalu menanggapi penyuluhan
terkait IMD dan ASI Eksklusif.41
“pernah… dengar-dengar gitu
aja dari teman-teman, tapi nggak tahu
itu apa.. saya kurang open sih sama
yang kayak-kayak gitu..”(Informan 5)
“ada sih penyuluhan terakhir-
terakhir ini, tapi saya nggak open-
open sama yang kayak-kayak gitu.
”(Informan 5)
“enggak dikasih tahu… waktu
melahirkan anak pertama pun nggak
dikasih tahu, bapakku yang ngasih
tahu.. langsung disusukan saja
anaknya katanya.”(Informan 6)
Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Patumbak
sudah mencukupi, seluruh desa sudah
memiliki tenaga bidan. Dokter yang
bertugas di Puskesmas Patumbak
sejumlah 5 orang dengan tenaga bidan
sejumlah 20 orang belum termasuk
bidan yang berpraktek swasta secara
mandiri, sehingga dari segi jumlah
tenaga kesehatan sudah memadai
untuk implementasi kebijakan PP No.
33 tahun 2012.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
25
Alokasi Anggaran
Dari keterangan informan di
wilayah kerja puskesmas patumbak
didapati bahwa tidak tersedia dana
khusus yang dipergunakan untuk
sosialisasi kebijakan IMD dan ASI
Eksklusif, biasanya sosialisasi
dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan lain seperti kegiatan
posyandu, penyuluhan ibu hamil dan
imunisasi.
“Kalau di Puskesmas kita
punya bagian, setiap Posyandu kita
sekalian membuat penyuluhan tentang
ASI Eksklusif, jadi rutin setiap jadwal
Posyandu.”
“tidak ada… biasanya masih
berjalan dengan program lain. dibuat
mungkin untuk penyuluhan IMD dan
ASI Eksklusif.. karena kalau untuk
penyuluhan-pun kita harus keluar dari
gaji ya.. agak sulit.” (Informan 2)
Menurut Edward III salah satu
aspek dari sumber daya yang
mempengaruhi implementasi
kebijakan adalah dana. Insentif
merupakan salah-satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi masalah
sikap para pelaksana kebijakan. Pada
dasarnya orang bergerak berdasarkan
kepentingan dirinya sendiri, maka
memanipulasi insentif oleh para
pembuat kebijakan mempengaruhi
tindakan para pelaksana kebijakan,
dengan cara menambah keuntungan
atau biaya tertentu mungkin akan
menjadi faktor pendorong yang
membuat para pelaksana menjalankan
perintah dengan baik. Hal ini
dilakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan pribadi atau organisasi.18
Menurut peneliti agar
pelaksanaan PP No. 33 tahun 2012
dapat terlaksana dengan baik selain
dari sudah tersedianya sumber daya
tenaga kesehatan diperlukan sumber
daya dana (money) yang perlu di
anggarkan oleh para pengambil
keputusan.
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehtan di Puskesmas
sudah cukup memadai dalam
menunjuang pelaksanaan IMD dan
ASI Eksklusif, Puskesmas Patumbak
merupakan puskesmas rawat inap
yang buka 24 jam dengan
memberlakukan aturan piket bagi
tenaga kesehatan yang ada, ditunjang
adanya Pustu dan 10 ruangan
penunjang lainnya.
Disposisi Implementor
Dari wawancara yang
dilakukan terhadap informan secara
umum tenaga kesehatan mendukung
kelancaran program IMD dan ASI
Eksklusif. Kepala Puskesmas dan
bidan memiliki sikap yang positif
terhadap program IMD.
Sikap merupakan reaksi atau
respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau
objek. Menurut new comb, sikap itu
merupakan kesadaran atau kesiapan
untuk bertindak. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap tenaga kesehatan
menyatakan dukungan terhadap
program IMD dan ASI Eksklusif.
“menurut saya, hal ni bisa
diterima karena kalau IMD sangat
penting untuk pertama kali disitulah
isapan bayi yang kuat kalau
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
26
dikerjakan itu tidak sulit. Bisa
dikerjakan…”
(Informan 2)
“kita berusaha agar semua
bayi yang lahir di puskesmas ini
langsung IMD, akan tetapi kondisi ibu
yang lemah tidak memungkinkan IMD
setelah persalinan dengan terpaksa
ya… diberi susu formula. Lagi pula,
khususnya untuk ibu-ibu dengan
ekonomi kurang mampu, kadang
tampak kurang gizi dan lemah.
Mungkin dipengaruhi pola makan
bidan selama hamil dan sulit kita
paksakan untuk langsung
IMD.”(Informan 1)
Walaupun menurut Informan
masih dijumpai beberapa kendala saat
petugas kesehatan menerapkan
program IMD dan ASI Eksklusif
“ada juga yang dikasih, itulah
tadi kalau ibunya tidak mau IMD.. ya,
terpaksa kami kasih susu formula…
tanggapan saya tentang susu formula..
begitu mau dikasih kan harus
perhatikan tentang kebersihannya,
kita nggak tahu kebersihan karet dot
gimana… dan cara pencampurannya
juga, perlu diperhatikan kebersihan
air yang di dispernser itu juga apakah
steril.”(Informan 2)
“kalau IMD kita terapkanpun
jadi kayak pasiennya yang ngatur kita.
Kayak pandaian mereka daripada
kita, kita kasih yang terbaik masih…
aja. Karena gini bu, misalnya
dikampung ini kita kasih yang terbaik
orang itu kan bilang, aku kan masih
lagi sakit, aku baru siap di hecting
katannya segala macam kan.. sudah
disosorkan bayi ke kita… waktu kita
sampaikan yang terbaik, dia
menganggap itu asing bagi dia..
Karena dia tidak pernah seminar…”
(Informan 3)
Dalam wawancara juga,
informan menyampaikan sikap mereka
terhadap pemberian susu formula
“kita ngasih ke mereka itu
pelan-pelan, meskipun kadang nggak
siap lahir langsung diberikan antara
dua-dua jam. Palingan kita kasih
susu, memang kita kasih jugalah bu
kadang-kadang susu melalui sendok,
biar jangan kenal puting dulu. Kalau
saya gitu, nantikan siap mamanya
sudah siap di hecting, siap bersih baru
kita tidurkan di samping mamanya.”
(Informan 3)
Struktur Birokrasi
Dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap informan didapat
keterangan bahwa kordinasi antara
dinas kesehatan dan puskesmas sudah
dilakukan secara berjenjang, walaupun
masih dilakukan secara lisan dalam
himbauan-himbauan melalui rapat.
Belum tersedianya SOP terkait
pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Patumbak
Kabupaten Deli Serdang, seperti
pendapat informan berikut.
“secara tertulis kita belum
buat… namun, secara lisan itu sudah
di perintahkan dalam setiap rapat,
dari dinas sendiri telah menyuruh kita
agar dibuat sendiri protap untuk IMD
di Puskesmas ini, namun belum
terlaksana.”(Informan 1)
“Belum ada… baru secara
lisan”(Informan 2)
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
27
Menurut informan yang di
wawancarai petunjuk teknis yang
digunakan dalam pelaksanaan IMD
dan ASI Eksklusif mengacu kepada
PP No. 33 tahun 2012.
Pelaksanaan pengawasan
terhadap pelaksanaan IMD dan ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Patumbak biasanya dilaksanakan
secara berkala ke puskesmas maupun
ke lapangan seperti pernyataan
informan berikut.
“selama ini masih teguran secara
lisan… setiap rapat-kan ditanya
cakupan ASI Eksklusif tiap puskesmas,
selalu dihimbau agar lebih
ditingkatkan lagi, dari bagian Kes ga..
Dinkes sering sidak untuk mengawasi
pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif
ini.”(Informan 1)
“kadang ada… dari dinas kesehatan
ke puskesmas … biasanya itu dari Kes
Ga.”(Informan 2)
Dalam hal sanksi yang
diberlakukan yang berkaitan dengan
pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif
menurut informan masih berupa
teguran-teguran secara lisan, yang
biasanya menurut informan
dilaksanakan pada saat rapat rutin saat
pelaporan cakupan ASI Eksklusif
seperti pernyataan informan berikut
ini.
“selama ini masih teguran
secara lisan… setiap rapat-kan
ditanya cakupan ASI Eksklusif tiap
puskesmas, selalu dihimbau agar lebih
ditingkatkan lagi, dari bagian Kes ga..
Dinkes sering sidak untuk mengawasi
pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif
ini.”(Informan 1)
“Selama ini sanksi yang
diberlakukan yang berkaitan dengan
pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif
masih berupa teguran-teguran secara
lisan yang biasanya menurut informan
dilaksanakan pada saat rapat rutin
pelaporan cakupan ASI Eksklusif yang
sampai saat ini cakupannya di
wilayah kerja Puskesmas Patumbak
adalah 38%.”(Informan 1)
“belum ada… biasanya hanya
teguran-teguran secara lisan.”
(Informan 2)
Dalam PP No. 33 tahun 2012
telah diatur sanksi administratif
terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan apabila tidak
melaksanakan ketentuan pasal 9 ayat
1: Tenaga kesehatan dan
penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan Inisiasi
Menyusu Dini terhdap bayi yang baru
lahir kepada ibunya paling singkat
selama 1 jam. Pasal 10 ayat 1 : tenaga
kesehatan dan penyelenggara fasilitas
kesehatan wajib menempatkan ibu dan
bayi dalam satu ruangan. Dan pasal 13
ayat 1: untuk mencapai pemanfaatan
ASI Eksklusif secara optimal tenaga
kesehatan dan penyelenggara fasilitas
kesehatan wajib memberikan
informasi dan edukasi ASI Eksklusif
pada ibu dan anggota keluarga yang
bersangkutan sejak pemeriksaan
kehamilan sampai dengan periode
pemberian ASI Eksklusif selesai.
Adapun pelanggaran akibat
tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat 1, pasal 10 ayat 1 dan pasal 13
ayat 1 dikenakan sanksi administratif
oleh pejabat yang berwenang berupa
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
28
teguran lisan, teguran tertulis dan atau
pencabutan izin.
Dalam pasal lain yaitu pasal 17
ayat 1 PP No. 33 tahun 2012 diatur
bahwa setiap tenaga kesehatan
dilarang memberikan susu formula
bayi dan / atau produk bayi lainnya
yang dapat menghambat program
pemberian ASI Eksklusif, kecuali atas
indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu
terpisah dari bayi. Dan pada pasal 21
ayat 1 diatur bahwa setiap tenaga
kesehatan dan penyelenggara
pelayanan kesehatan dilarang
menerima hadiah dan/ bantuan dari
produsen atau distributor susu formula
bayi. Pasal 23 ayat 1 tenaga kesehatan
yang menerima bantuan wajib
memberikan pernyataan tertulis
kepada atasannya bahwa aturan
tersebut tidak mengikat dan tidak
menghambat keberhasilan program
ASI Eksklusif, telah diatur sanksi
administratif apabila tidak
melaksanakan pasal-pasal ini berupa
teguran lisan, teguran tertulis dan atau
pencabutan izin.14
Menyimak berbagai pasal
dalam undang-undang kesehatan No.
36 tahun 2009 yang jauh lebih tegas
mengatur tentang sanksi dalam
pelanggaran pelaksanaan ASI
Eksklusif yaitu pasal 200: setiap orang
yang dengan sengaja menghalangi
program pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif di pidana penjara pada lama
1 tahun dan denda paling banyak 100
juta rupiah.16
Menurut undang-undang
tersebut, jelas ASI Eksklusif adalah
hak bayi yang dilindungi undang-
undang dan harus didukung semua
pihak. Di Wilayah Kerja Puskesmas
Patumbak masih kurang tegas dalam
menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang diatur baik dalam
Peraturan Pemerintah maupun
undang-undang kesehatan, sehingga
sepertinya sanksi itu hanya berupa
tulisan semata tanpa dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Sosialisasi terhadap tenaga
kesehatan dari Dinas Kesehatan
sudah berjalan dengan baik. Dari 4
informan menyatakan bahwa
sosialisasi PP No. 33 tahun 2012
sudah berjalan dengan baik, dan 1
informan menyatakan tidak
mengetahui tentang PP No. 33
tahun 2012.
2) Dari 4 informan tenaga kesehatan,
3 informan menyatakan sikap yang
mendukung pelaksanaan PP No. 33
tahun 2012 dan 1 orang informan
menyatakan hal ini sulit untuk
dilaksanakan.
3) Kendala-kendala yang dialami
tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan IMD dan ASI
Eksklusif adalah kondisi ibu yang
lemah, kurangnya kesiapan ibu
untuk program IMD akibat tidak
adekuatnya asupan gizi saat hamil,
serta sikap ibu yang menganggap
IMD dan ASI Eksklusif tidak
terlalu penting.
4) Dalam pelaksanaan PP No. 33
tahun 2012 di wilayah kerja
Puskesmas Patumbak belum
disertai dengan adanya surat
perintah secara tertulis dan belum
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
29
ada SOP serta pengawasan
khususnya bagi klinik bersalin
dalam rangka implementasi PP No.
33 tahun 2012
Saran
1) Sebaiknya puskesmas dan fasilitas
kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Patumbak membuat
surat perintah dan SOP secara
tertulis untuk dapat dilaksanakan
oleh setiap Tenaga Kesehatan
sesuai Tupoksinya terkait
implementasi IMD dan ASI
Eksklusif.
2) Bagi Tenaga Kesehatan sebaiknya
program penyuluhan IMD dan ASI
Eksklusif dilaksanakan tersendiri
dan diperlukan metode
penyampaian informasi yang lebih
menarik kepada masyarakat seperti
poster, spanduk, dan lain-lain.
3) Bagi tenaga Kesehatan, khusunya
di KIA/KB agar lebih intensif lagi
memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil agar mempersiapkan
kondisi gizi yang baik untuk
persiapan menyusui.
4) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang supaya melaksanakan
pengawasan secara berkaladi
fasilitas kesehatan khususnya klinik
bersalin swasta serta menerapkan
sanksi administratif terhadap
tenaga kesehatan maupun fasilitas
pelayanan kesehatan yang
melanggar ketentuan dalam
undang-undang kesehatan No. 36
dan PP No. 33 tahun 2012.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutisna E. Manajemen
kesehatan teori dan praktik di
Puskesmas. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pres;
2011. hlm 5.
2. Roesli U. Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Pustaka Bunda;
2010. hlm 37.
3. Wijaya M. Kondisi angka
kematian bayi di Indonesia.
2013 [diunduh 9 Maret 2013].
Tersedia dari:
www.infodokterku.com.
4. Badan pusat statistik badan
kependudukan dan keluarga
berencana nasional
kementerian kesehatan RI.
Survei demografi dan
kesehatan. Jakarta: SDKI;
2012.
5. Sekretariat Republik
Indonesia. Pelayanan
jamkesmas di Deli Serdang.
[dokumen di internet].
[diunduh 26 Agustus 2013].
Tersedia dari:
http://sctkab.go.id.
6. Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan
kementerian kesehatan RI.
Riskesdas.Jakarta; 2010.
7. Dinas kesehatan Provinsi
Sumatera Utara. Cakupan ASI
Eksklusif. Medan; 2008.
8. Nugroho R. Analisis
kebijakan. Jakarta: PT. Elex
media komputindo; 2007.
9. Aprillia Y. Analisis sosialisasi
program IMD dan ASI
Eksklusif kepada bidan di
Kabupaten Klaten. [dokumen
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
30
di internet]. [tesis]. Semarang:
UNDIP; 2009. [diunduh 5
April 2013]. Tersedia dari
http://undip.ac.id.
10. YuliantiR. Pengaruh peran
tenaga kesehatan terhadap
pelaksanaan IMD di
Puskesmas Bromo kota
Medan. [dokumen di internet].
[tesis]. medan: USU;
2010.[diunduh 8 April 2013].
tersedia dari:
http://repository.usu.ac.id.
11. Fikawaty S. Praktek pemberian
ASI Eksklusif penyebab
keberhasilan dan
kegagalannya. [Makara
Kesehatan]. 2010 [diunduh 8
Juli 2013]. Tersedia dari:
http://journal.ui.ac.id
12. Siregar A. Model dan faktor-
faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan.
[dokumen dari internet].
Medan: USU Press; 2013
[diunduh 8 Juli 2013]. Tersedia
dari:
http://arpansiregar.wordpress.c
om.
13. Abidin S. Kebijakan publik.
Jakarta: Salemba humanika;
2012.
14. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 33 tahun 2012.
Pemberian ASI Eksklusif.
Jakarta: 2012.
15. Kepmenkes RI No.
450/menkes/SK/IV/2004.
Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi di Indonesia. Jakarta:
Kementrian kesehatan
Republik Indonesia; 2004.
16. Undang-undang kesehatan
Republik Indonesia no. 36
tahun 2009. Kesehatan.
Jakarta; 2009.
17. Kebijakan. [homepage di
internet]. 2013 [diunduh 8 Juli
2013]. Tersedia dari:
http://id.wikipedia.org/wi/kebij
akan.
18. Winarno B. Kebijakan publik
teori dan proses. Yogyakarta:
Media Pressindo; 2007.
19. Ariani. Ibu susui aku,bayi
sehat dan cerdas dengan ASI.
Bandung: Khazanah
Intelektual; 2009.
20. Riksani R. Keajaiban ASI.
Jakarta: Dunia Sehat; 2011.
21. Kristiansari. Ibu menyusui dan
sadari. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2009
22. Khanizah S. Segudang
keajaiban ASI yang harus anda
ketahui. Yogyakarta:
Flashbook; 2012.
23. Nugroho T. ASI dan tumor
payudara. Bantul: Nuha
medica; 2011.
24. Siregar A. Pemberian ASI
Eksklusif dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2004.
25. Jaringan nasional pelatihan
klinik. Asuhan persalinan
normal dan IMD. Jakarta: Save
the children; 2008.
26. Sugiono. Metode penelitian
administrasi. Bandung:
Alfabeta; 2006.
27. Ilyas Y. Kinerja teori,
penilaian dan penelitian.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016
31
Depok: FKM Universitas
Indonesia; 2012.
28. Azwar A. Pengantar
administrasi kesehatan.
Jakarta: Binapura aksara;
2005.
29. Peraturan daerah Kabupaten
Deli Serdang No. 2 tahun
2012. Retribusi jasa umum.
Lubuk pakam: 2012.
30. Machfoedz I. Metodologi
penelitian kuantitatif dan
kualitatif bidang kesehatan.
Yogyakarta: Fitramaya; 2010.
31. Notoatmodjo S. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka cipta; 2010.
32. Daryanto. Kamus bahasa
indonesia EYD dan
pengetahuan umum. Surabaya:
Apollo lestari; 2006.
33. Nawawi I. Public policy
(analisis, strategi advokasi
teori dan praktek). Surabaya:
PMN; 2009.
34. Subarsono A. Analisis
kebijakan publik (konsep, teori
dan aplikasi). Yogyakarta:
Pustaka belajar; 2010.
35. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 69 tahun 1999.
Label dan Iklan Pangan.
36. Peraturan Daerah No.
37/K/DPRD/2009. Kesehatan
ibu, BBL, bayi dan anak balita.
37. Depkes RI. Sistem kesehatan
nasional. Jakarta; 2009.
38. Saryono. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Nuha Medika;
2011.
39. Murti B. Desain dan ukuran
sampel penelitian kuantitatif
dan kualitatif Bidang
Kesehatan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University;
2013.
40. Bugin B. Metodologi
penelitian kualitatif. Jakarta:
Raja Gratundo Persadu; 2005.
41. Notoadmodjo S. Pendidikan
dan perilaku kesehatan.
Jakarta: Rineka cipta; 2005
42. Ulfa M. Survei pengetahuan
ibu tentang ASI Eksklusif
dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di desa
sadang Kecamatan Jebulo
Kabupaten Kudus. [dokumen
di internet]. [tesis]: Semarang:
Universitas Negeri Semarang;
2007 [diunduh 12 April 2014].
Tersedia dari maria-
ulfamaria.blogspot.com
43. Depkes RI. Manajemen laktasi.
Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat;
2005.
44. Margawati A. Antenatal Place
of Birth and Postnatal related
to breastfeeding practice
among woman in peri urban
area. Semarang: Media medika
Indonesia; 2009