issn 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/jurnal...

83

Upload: hoangnhu

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN
Page 2: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

i

ISSN 1978-6514

Vol. 9 No. 1, Desember 2015

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : Dra. Ani Leilani, M.Si Redaktur : Ir. Iis Jubaedah, M.Si Editor : Dr. Ir. Azam Bachur Zaidy, MS Dr. Ir. O.D. Subhakti Hasan, M.Si Dr. Ir. Andin H Taryoto, MS Dr. Ir. Lenny Stansye Syafei, MS Drs. Walson H Sinaga, M.Si Drs. Asep Akhmad Subagio, MM Iskandar Musa, A.Pi, MM Abdul Hanan, SP, M.Si Desain Grafis/Fotografer : Nayu Nurmalia, S.Pd., M.Si. Yuke Eliyani, S.Pi, M.Si Alvi Nur Yudistira Sujono Sekretariat : Muh. Patekai, S.St.Pi

Alamat Redaksi Sub Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) STP Jurusan Penyuluhan Perikanan Jl. Cikaret No. 2 PO BOX 155, Bogor Selatan, Bogor 16001 Telp. (0251) 8485231, Fax. (0251) 8485169 e-mail:[email protected]

Page 3: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

ii

Vol. 9 No. 1, Desember 2015

SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN BOGOR

J. Penyuluhan Perikanan

Volume 9

Nomor 1

Halaman 1 - 78

Bogor Desember

2015

ISSN 1978-6514

Page 4: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

iii

Vol. 9 No. 1, Desember 2015

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI

Andin Taryoto ......................................................................................... 1 - 12

PENGARUH KEDINAMISAN SUATU KELOMPOK TERHADAP FUNGSI KELOMPOK (Studi Kasus Pada Kelompok Perikanan di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat)

Abdul Hanan ........................................................................................... 13 - 25 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PENYULUHAN (Kasus pada Kelompok Ranca Kembang Desa Luhur Jaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten)

Nayu Nurmalia, Ani Leilani, Muh. Patekkai ........................................... 26 - 34 KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

Tatty Yuniarti, Romauli J Napitupulu, Iis Jubaedah, Ganjar Wiryati ... 35 - 43 STUDI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON PADA TAMBAK PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

Dinno Sudinno, Pigoselpi Anas, Iis Jubaedah..................................... 44 - 57 PENGARUH PERKEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA PENYULUH PERIKANAN DI BADAN KETAHANAN PANGAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K) KABUPATEN BOGOR

Sobariah .................................................................................................. 58 - 67 PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BACILLUS SP. TERHADAP PROFIL KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus)

Yuke Eliyani, Sujono, Hendria Suhrawardan ........................................ 68 - 78

Page 5: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

1

ANALISIS KARYA ILMIAH

SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI

Oleh: Andin Taryoto

Abstrak

Menyusun karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang dinilai masih belum

dilakukan dengan baik oleh para akademisi dan pejabat fungsional lainnya.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik merupakan aspek yang harus diperhatikan.

Aspek plagiasi juga merupakan hal yang dinilai perlu diperhatikan secara khusus.

Terdapat sejumlah penyebab terjadinya hal ini. Bahasan dalam analisis ini berfokus

pada hal-hal tersebut, dilanjutkan dengan sejumlah rekomendasi untuk dapat

memperbaikinya dimasa mendatang.

Kata Kunci: penulisan karya ilmiah; plagiasi; rendahnya minat menulis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tri Dharma perguruan Tinggi

adalah acuan utama bagi tenaga

fungsional Dosen didalam menjalankan

tugas-tugas utamanya. Komponen Tri

Darma yang mencakup Pendidikan

ataupun pengajaran, Penelitian, dan

Pengabdian Masyarakat, harus secara

proporsional dilaksanakan oleh Dosen

dalam kegiatan kesehariannya. Dengan

pola pikir seperti itu, maka tidak harus

terjadi bahwa Dosen hanya

mementingkan kegiatan Pendidikan dan

Pengajaran saja, mengesampingkan

ataupun mengabaikan komponen

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Untuk dapat mencapai kondisi

yang mendekati ideal dalam hal

keseimbangan masing-masing dharma

dalam Tri Darma Perguruan tinggi,

diperlukan suatu upaya khusus dari para

Dosen maupun institusi para Dosen yang

bersangkutan untuk secara terencana

berupaya membuat keseimbangan pada

tiga komponen Tri Dharma tersebut.

Upaya khususnya diarahkan untuk

memperbesar proporsi kegiatan

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Tentu saja semuanya harus dilakukan

sesuai dengan peraturan dan regulasi

yang berlaku.

Regulasi terbaru yang terkait

dengan ketiga komponen Tri Dharma

tersebut adalah Pedoman Operasional

Penilaian Angka Kredit Kenaikan

Pangkat/Jabatan Akademik Dosen yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.

Secara rinci pedoman tersebut

memutakhirkan acuan-acuan

sebelumnya yang berkaitan dengan

proporsi komponen-komponen Tri

Dharma yang harus diperhatikan oleh

para Dosen dalam hubungannya dengan

jenjang kepangkatan dan jabatan

fungsionalnya.

Komponen Penelitian merupakan

komponen yanng dinilai agak sering

“tertinggal” dibandingkan dengan

komponen Pendidikan dan komponen

Pengabdian Masyarakat. Hal ini

terutama berkaitan dengan

diperlukannya upaya tersendiri untuk

dapat melaksanakan kegiatan penelitian,

Page 6: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

2

yang perlu dilanjutkan dengan upaya

menuliskan hasil penelitian yang

dilakukan, serta lebih lanjut lagi untuk

mengolah hasil-hasil penelitian maupun

hasil analisis yang dilakukan untuk dapat

diterbitkan dalam media ataupun forum-

forum ilmiah yang diselenggarakan

khusus untuk keperluan tersebut.

Tulisan ini dengan demikian

diarahkan untuk mencoba mengulas

lebih lanjut tentang sejauh mana

kegiatan yang terkait dengan Karya

Ilmiah secara ideal dapat dilakukan oleh

para Dosen. Pengalaman dan

pengamatan penulis sebagai Anggota

Dewan Redaksi pada 2 (dua) Jurnal

dalam lingkup KKP dan 1 (satu) jurnal

di Kementerian Pertanian menjadi

pendorong utama penyusunan tulisan ini.

Diharapkan bahwa dari analisis yang

dilakukan dapat diperoleh beberapa

pemikiran untuk memperlancar

tersusunnya komponen penelitian dari

Tri Dharma Perguruan Tinggi,

khususnya di Jurusan Penyuluhan

Sekolah Tinggi Perikanan.

Tujuan

1. Melakukan analisis terhadap

berbagai aspek kunci yang terkait

dengan penyusunan karya ilmiah

yang baik

2. Mengidentifikasi beberapa

kelemahan dan keterbatasan dalam

penyusunan karya ilmiah, untuk

menuju perbaikan di masa

mendatang

3. Mengajukan beberapa rekomendasi

untuk dapat menyusun karya ilmiah

yang baik.

Pendekatan Analisis

Analis Deskriptif digunakan dalam

tulisan ini. Analisis mencakup hal-hal

yang terkait dengan definisi Karya

ilmiah, analisis kaidah dan acuan

penulisan Karya Ilmiah, analisis aspek

regulasi yang terkait dengan penulisan

Karya Ilmiah, serta analisis terhadap

faktor-faktor yang menghambat

kelancaran penulisan Karya Ilmiah.

Kajian referensi dan pustaka yang terkait

dengan penulisan Karya Ilmiah

dilakukan khusus untuk mendukung

pelaksanaan analisis.

KARYA ILMIAH

Definisi dan Cakupan. Secara

umum dikenal 2 (dua) kategori karya

atau tulisan: Karya Ilmiah dan tulisan

atau karya populer. Diantara keduanya

dikenal adanya Tulisan atau Karya

Ilmiah Populer, yang menunjuk pada

bentuk tulisan yang menyangkut topik

atau aspek ilmiah, namun disampaikan

dengan bentuk gaya ataupun format

bebas/populer. Tulisan populer

menunjuk pada bentuk tulisan bebas

yang tidak terikat dengan kaidah-kaidah

penulisan baku. Sifat tulisan lebih

mengarah pada ekspresi ataupun

deskripsi dari pendapat, sketsa, ataupun

imajinasi penulis.

Sementara itu, Karya Ilmiah

merupakan suatu bentuk hasil kegiatan

ilmiah yang dilakukan oleh mereka yang

berkaitan dengan proses-proses ilmiah.

Dalam hal ini Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi (2014) menyatakan

bahwa Karya Ilmiah adalah hasil

penelitian atau pemikiran yang

dipublikasikan dan ditulis memenuhi

Kaidah Ilmiah dan Etika Keilmuan.

Dari definisi ini tampak bahwa Karya

Ilmiah tidak hanya mencakup suatu hasil

penelitian, namun juga mencakup

analisis maupun pemikiran yang bukan

merupakan hasil suatu penelitian formal,

Page 7: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

3

sejauh memenuhi Kaidah Ilmiah dan

Etika Keilmuan. Dalam hal ini menarik

untuk mengutip pendapat Mulyadi

(2011) yang menyatakan bahwa

penelitian adalah sebuah proses yang

bertujuan untuk mengetahui sesuatu

secara teliti serta kritis dalam mencari

fakta-fakta dengan menggunakan

langkah-langkah tertentu. Ditambahkan

Mulyadi bahwa keinginan untuk

mengetahui sesuatu tersebut secara teliti

muncul karena adanya suatu masalah

yang memerlukan jawaban yang benar.

Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) secara eksplisit

menyebutkan terminologi Karya Tulis

Ilmiah, buka Karya Ilmiah saja.

Disebutkan dalam Peraturan Kepala LIPI

No. 04/E/2012 bahwa Karya Tulis

Ilmiah adalah tulisan hasil penelitian dan

Pengembangan dan/atautinjauan, ulasan,

kajian, dan pemikirin sistematis yang

dituangkan oleh perseorngan atau

kelompok yang memenuhi Kaidah

Ilmiah. Selanjutnya disebutkan bahwa

Kaidah Ilmiah adalah aturan baku dan

berlaku umum yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan. Dengan demikian

tampak disini bahwa istilah Karya

Ilmiah dan istilah Karya Tulis Ilmiah

dinilai tidak memiliki perbedaan prinsip;

penyebutannya dapatlah dipertukarkan

satu sama lain dalam penggunaan sehari-

hari. Sementara itu Wahya (2012)

menyatakan bahwa Karya Tulis ilmiah

adalah karya tulis yang menyajikan ilmu

pengetahuan, dikemas dalam format,

sistematika, dan konvensi naskah

tertentu, serta disampaikan dengan

menggunakan bahasa yang resmi.

Secara khusus dalam definisi tersebut,

Wahya menambahkan faktor bahasa

resmi sebagai salah satu syarat tulisan

atau karya ilmiah.

Untuk melakukan penilaian

akreditasi terbitan berkala ilmiah yag

ada di Indonesia, diterbitkan kemudian

Peraturan Direkturat Jenderal

Pendidikan Tinggi Kementerian

Pendidikan Nasional RI No.

49/DIKTI/Kep/2011 tentang Pedoman

Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah.

Pedoman antara lain menyebutkan

bahwa penilaian terhadap bobot dan

mutu substansi lmiah terbitan berkala

secara obyektif mutlak diperlukan.

Disebutkan selanjutnya bahwa artikel

haruslah merupakan tulisan yag

didasarkan kepada penelitian empirik,

atau hasil kajian teoritis dengan tujuan

mengulas dan menyintesis teori-teori

yang ada. Kriteria yang digunakan

untuk melakukan penilaian itu adalah:

(1) cakupan keilmuan; semakin dalam

spesialisasinya, semakin tinggi nilainya;

(2) aspirasi wawasan; meliputi luas

wilayah pengembangan, jumah

pembaca, ruang lingkup dan wilayah

geografi dan lainnya; (3) kepioneran

ilmiah/orisinalitas Karya; (4) makna

sumbangan bagi kemajuan; (5) dampak

ilmiah; (6) Nisbah sumber aacuan

primer berbanding sumber lainnya; (7)

derajat kemutakhiran pustaka acuan, (8)

analisis dan sintesis, serta (9)

Penyimpulan dan pengamatan. Tampak

disini pihak Kementerian Pendidikan

Nasional ingin benar-benar menjaga

bobot dan mutu karya ilmiah yang

diterbitkan lembaga-lembaga yang

berada dalam binaan dan cakupan

kerjanya.

Menjadi menarik untuk

mengidentifikasi lebih lanjut apa yang

disebut sebagai Kaidah Ilmiah dan

etika keilmuan. Mulyadi (2011)

menyebutkan bahwa kaidah ilmiah

sangat berkaitan dengan kegiatan

Page 8: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

4

penelitian, yang pada hakekatnya

merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk berupaya menemukan kembali

sesuatu yang hilang atau belum

ditemukan. Simatupang (2003)

menyatakan bahwa Kaidah Ilmiah

berkaitan dengan kegiatan pengumpulan

informasi secara sistematis dan

penarikan kesimpulan yang logis dari

informasi tersebut. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Soeharso dan

Widiastuti (2015), yang menyatakan

bahwa suatu Karya ilmiah haruslah

memiliki ciri-ciri menyajikan fakta

obyektif, tidak emosional, disusun secara

sistematis, konseptual dan prosedural,

serta tidak bersifat argumentatif.

Selanjutnya, penulisan karya ilmiah

tersebut menurut Dwiloka dan Riana

(2012) harus didukung oleh pemilihan

topik dan pembatasan topik yang

dibahas, serta didukung oleh penyusunan

kerangka maupun pengorganisasian

tulisan yang baik.

Melalui Peraturan Ketua LIPI No.

04/E/2012, disebutkan bahwa Kaidah

Ilmiah adalah aturan baku dan berlaku

umum yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan. Lebih lanjut dinyatakan

dalam peraturan ini bahwa suatu Karya

Tulis Ilmiah yang memenuhi kaildah

ilmiah adalah karya tulis yang memiliki

ciri-ciri sebagai berikut: (1) Logis;

terdapat kerunutan penjelasan dari data

dan informasi yang digunakan; (2)

Obyektif; data dan informasi yang

digunakan sesuai dengan fakta

sebenarnya; (3) Sistematis; data dan

informasi diperoleh dari hasil kajian

dengan mengikuti urutan pola pikir yang

terencana, konsisten, dan berkelanjutan;

(4) Andal; data dan informasi yang

diperoleh maupun yang digunakan teruji

secara sahih dan memungkinkan untuk

terus dikaji ulang; (5) Desain;

dilakukan secara terencana, denngan

mengikuti suatu rancangan kegiatan

tertentu; (6) Akumulatif; merupakan

kumpulan dari berbagai sumber yang

diakui kebenarannya dan keberadaannya,

serta memberikan kontribusi bagi

khasanah ilmu pengetahuan.

Kaidah Bahasa Indonesia yang

digunakan. Terdapat berbagai variasi

dalam penetapan aturan penggunaan

bahasa untuk penulisan ilmiah. Namun

demikian dapat dinyatakan bahwa

semuanya mengacu kepada Pedoman

umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan, seperti yang dinyatakan

dalam Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No.

0543a/U/87 tanggal 9 September 1987.

Acuan yang ditetapkan oleh Universitas

Indonesia (2008), misalnya,

menyebutkan bahwa Tugas Akhir (TA)

adalah karya ilmiah yang disusun

menurut kaidah keilmuan dan ditulis

berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia, di

bawah pengawasan atau pengarahan

dosen pembimbing, untuk memenuhi

kriteria-kriteria kualitas yang telah

ditetapkan sesuai keilmuannya masing-

masing1.

Program Magister Akuntansi,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis,

Universitas Gadjah Mada, memiliki

pedoman tersendiri dalam hal penulisan

tesis pada program ini2. Dalam hal

Bahasa, misalnya, disebutkan bahwa

bahas Indonesia yang digunakan

haruslah berupa Bahasa Indonesia yang

1 http://www.ui.ac.id/download/files/Pedoman-

TA-UI-2008.pdf

2 http://luk.staff.ugm.ac.id/riset/panduan/feb/

Maksi2009.pdf

Page 9: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

5

baku, dengan adanya subyek, predikat

maupun ditambah dengan obyek dan

keterangan. Disebutkan juga bahwa

istilah yang digunakan dalam penulisan

adalah istilah Indonesia, ataupun istilah

yang telah di-Indonesia-kan. Pedoman

juga memuat tentang kesalahan-

kesalahan yang sering terjadi, yaitu

misalnya kata penghubung ditempatkan

diawal kalimat, penggunaan tanda baca

yang tidak tepat, dsb. Dalam pada itu

Universitas Pendidikan Indonesia (2014)

memberi peluang adanya karya ilmiah

yang ditulis selain dengan menggunakan

bahasa Indonesia; karya ilmiah dapat

ditulis dengan menggunakan bahasa

Sunda maupun bahasa Inggris. Kaidah-

kaidah bahasa terkait dengan demikian

juga harus diikuti secara konsisten.

Universitas Katolik Parahayangan juga

membolehkan mahasiswa menggunakan

bahasa pengantar Bahasa Indonesia atau

bahasa Inggris dalam menuliskan tesis

akhirnya (Universitas Katolik

Parahyangan, 2012).

Universitas Trisakti pada tahun

2013 menetapkan juga suatu Pedoman

dalam penulisan Skripsi3. Dalam

pedoman antara lain disebutkan bahwa:

(a) Skripsi ditulis dengan menggunakan

Bahasa Indonesia yang telah dibakukan,

baik kata-kata maupun ejaannya; (b)

istilah-istilah yang digunakan adalah

istilah dalam Bahasa Indonesia, atau

yang sudah dialihbahasakan ke dalam

Bahasa Indonesia; (c) istilah dalam

bahasa asing yang tidak ada padanan

kata dalam Bahasa Indonesia ditulis

dengan huruf miring; dan (d) kalimat

harus jelas maksud dan artinya serta

3 http://www.trisakti.ac.id/fh/files/bagian_isi_

juknis%20skripsi%2022%20Juli%202013.pdf

disusun secara singkat dan jelas.

Sementara itu, STIE Widya Dharma

Surabaya (Usman, 2013), menyebutkan

bahwa:

Penulisan karya ilmiah

hendaknya menggunakan bahasa

yang jelas, tepat, formal, dan

lugas.Setiap paragaf berisi satu

ide pokok penulis yang biasanya

dikemukakan pada kalimat

pertama. Oleh karena itu,

sebaiknya kalimat pertama setiap

paragaf tidak dimulai dengan

kutipan (langsung atau tidak

langsung) untuk menghindari

kesan bahwa ide pokok dalam

paragaf tersebut bukanlah ide

pokok penulis tetapi ide pokok

orang lain (hal. 46).

Secara teoritik, menurut Resmini

(2003) bahasa yang digunakan dalam

artikel ilmiah harus mencakup sifat-sifat

Obyektif, impersona, Teknis, dan

Praktis. Bahasa yang Obyektif adalah

bahasa yang menggambarkan sesuatu

pengalaman yang bagi semua pemakai

bahasa. Upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan keobjektifan bahasa

adalah dengan menghindari atau

meminimalkan pendapat dan sikap

pribadi dalam melakukan analisis. Sifat

impersona digunakan untuk

menunjukkan bahwa penulis berupaya

untuk tidak terlibat secara pribadi dalam

karya ilmiah yanng disusun. Untuk itu

dalam penulisan tidak digunakan kata-

kata ganti saya, kami, kita, atau penulis,

untuk menghindari ekspresi yang

personal dan subyektif. Sifat Teknis

berkaitan dengan penggunaan istilah-

istilah teknis yang sangat spesifik pada

disiplin ilmu yang terkait dengan tulisan

ilmiah. Istilah Teknis tersebut dapat

digunakan, sejauh dinilai dapat

Page 10: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

6

dimengerti oleh khalayak pembaca.

Apabila diperlukan, dapat ditambahkan

penjelasan atau keteranngan terhadap

istilah Teknis yang sangat spesifik.

Terakhir, sifat Praktis digunakan untuk

menghindari bahasa yang

berkepanjangan dan yang menimbulkan

ketidak-pastian. Uraian-uraian ini

menunjukkan bahwa aspek bahasa

menempati peran yang sangat utama

dalam penulisan karya ilmiah.

PLAGIASI

Kegiatan yang dinilai sangat

mencederai kehidupan akademik adalah

kegiatan Plagiasi. Kegiatan ini berkaitan

dengan dilakukannya pengutipan karya

ilmiah secara tidak sepatutnya. Begitu

pentingnya kegiatan Plagiasi ini untuk

dihindarkan terjadinya, sehingga secara

khusus terdapat aturan resmi dari

pemerintah Indonesia untuk

menangkalnya. Melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No. 17

tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Penanggulanngan Plagiat di Pergurun

Tinggi, diatur berbagai hal yang perlu

dilakukan untuk mencegah dan

menanggulangi kegiatan plagiasi.

Plagiat dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional tersebut dinyatakan

sebagai:

….perbuatan secara sengaja

atau tidak sengaja dalam

memperoleh atau mencoba

memperoleh kredit atau nilai

utuk suatu karya ilmiah, dengan

mengutip sebagian atau seluruh

karya dan/atau karya ilmiah

pihak lain yang diakui sebagai

karya ilmiahnya, tanpa

menyatakan sumber secara tepat

dan memadai (Pasal 1)

Dalam artikel Panduan Anti

Plagiarism4, Perpustakaan Universitas

Gadjah Mada menyebutkan bahwa

terdapat 6 (enam) lingkup Plagiarisme:

(1) Mengutip kata-kata atau kalimat

orang lain tanpa menggunakan tanda

kutip dan tanpa menyebutkan identitas

sumbernya, (2) Menggunakan gagasan,

pandangan atau teori orang lain tanpa

menyebutkan identitas sumbernya, (3)

Menggunakan fakta (data, informasi)

milik orang lain tanpa menyebutkan

identitas sumbernya,

(4) Mengakui tulisan orang lain

sebagai tulisan sendiri, (5) Melakukan

parafrase (mengubah kalimat orang lain

ke dalam susunan kalimat sendiri tanpa

mengubah idenya) tanpa menyebutkan

identitas sumbernya, dan (6)

Menyerahkan suatu karya ilmiah yang

dihasilkan dan /atau telah dipublikasikan

oleh pihak lain seolah-olah sebagai

karya sendiri.

Satu hal yag dinilai menjadi kunci

untuk menghindarkan diri dari kegiatan

Plagiasi adalah upaya untuk secara

berkelanjutan mengembangkan

kemampuan dan potensi diri pihak-pihak

yang akan dan sedang menghasilkan

karya ilmiah. Apabila hal ini terus

diupayakan, dapat diharapkan terjadinya

plagiasi dapat dihindarkan. Hal yang

benar-benar harus diwaqspadai adalah

adanya definisi Plagiat yang

menyebutkan bahwa ketoidak-

sengajaanpun dapat menjadi penyebab

terjadinya plagiasi. Hal ini yang harus

dengan baik dicermati, sehingga faktor

ketidak-sengajaan harus juga diupayakan

untuk tidak dilakukan. Aryani (2014)

menemukan bahwa penyebab perilaku

4 http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327

Page 11: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

7

plagiat mahasiswa UNM yaitu : (1) tidak

yakin dengan kemampuan diri, (2) malas

mengerjakan tugas, (3) kesulitan

mencari buku referensi, (4)

penyalahgunaan teknologi komputer

(copy-paste), dan (5) tidak tahu batasan

dan sanksi plagiat. penyebab pertama

sampai keempat bersifat internal pelaku

plagiat, sehingga layak untuk

mendapatkan sanksi. Namun demikian,

penyebab kelima perlu secara khusus

diperhatikan, karena penyebab ini adalah

penyebab yang bersifat eksternal,

sehingga seyogyanya dapat dihindarkan

melalui sosialisasi yang memadai

tentang kriteria plagiasi secara massal.

Pada tanggal 17 Februari 2014

Profesor Anggito Abimanyu mundur

sebagai dosen UGM karena indikasi

plagiasi yang dilakukannya, Majalah

Tempo (18 Februari 2014) menyebutkan

setidaknya terdapat 8 (delapan) kasus

plagiasi yang menjadi pembicaraan di

Indonesia sejak tahun 1949 sampai

dengan tahun 2010.5 Indikasi plagiasi

berkaitan dengan standar cara

pengutipan yang berbeda, meniru

sebagian besar tesis orang lain untuk

kepentingan plagiator, adanya laporan

pihak ketiga, sampai dengan

menggunakan data pihak lain tanpa

penyebutan sumber yang jelas. Berbagai

hal tersebut berkaitan dengan indikasi

plagiasi karena kesengajaan, maupun

karena ke-tidak-sengaja-an. Untuk

kasus plagiasi karena kesengajaan, maka

secara akademik hal tersebut jelas

merupakan pelanggaran aturan yang ada,

termasuk juga pelanggaran kode etik

5 http://nasional.tempo.co/read/news/2014/02/

18/0 78555420/8-kasus-plagiat-yang-

menghebohkan-indonesia

ilmiah. Kesengjaan melakukan plagiasi

dengan demikian jelas harus dihindari.

Hal yang memerlukan pencermatan lebih

lanjut adalah kejadian plagiasi yang

tidak disengaja; kondisi ini dapat

dihindari dengan benar-benar memahami

aturan baku yang terkait dengan

tindakan plagiasi ini. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 17 tahun 2010

dapat dijadikan sebagai acuan dasar

untuk keperluan ini. Hal-hal yang

dinilai sebagai unsur plagiasi dalam

peraturan tersebut (Pasal 2) antara lain

adalah:

a. mengacu dan/atau mengutip

istilah, kata-kata dan/atau

kalimat, data dan/atau informasi

dari suatu sumber tanpa

menyebutkan sumber dalam

catatan kutipan dan/atau tanpa

menyatakan sumber secara

memadai;

b. mengacu dan/atau mengutip

secara acak istilah, kata-kata

dan/atau kalimat, data dan/atau

informasi dari suatu sumber

tanpa menyebutkan sumber

dalam catatan kutipan dan/atau

menyatakan sumber secara

memadai;

c. menggunakan sumber gagasan,

pendapat, pandangan, atau teori

tanpa menyatakan sumber secara

memadai;

d. merumuskan dengan kata-kata

dan/atau kalimat sendiri dari

sumber kata-kata dan/atau

kalimat, gagasan, pendapat,

pandangan, atau teori tanpa

menyatakan sumber secara

memadai;

e. menyerahkan suatu karya ilmiah

yang dihasilkan dan/atau telah

dipublikasikan oleh pihak lain

sebagai karya ilmiahnya tanpa

menyatakan sumber secara

memadai

Page 12: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

8

Lima hal diatas memiliki suatu

kata kunci: tanpa menyatakan sumber

secara memadai. Dengan demikian,

plagiasi dapat dihindarkan sejauh

pengutipan yang dilakukan saat

menyusun suatu karya ilmiah diikuti

dengnan penyebutan sumber yang

dikutip secara lengkap dan memadai.

Hal yang perlu juga diperhatikan adalah

bahwa kutipan hanya dilakukan sejauh

hal tersebut diperlukan untuk

mendukung argumentasi atau pernyataan

penulis karya ilmiah dari hasil-hasil

analisisnya. Niat baik penulis karya

ilmiah untuk menekankan karya sendiri

sebagai hal yang utama harus menjadi

semangat para penulis karya ilmiah;

tulisan ataupun data dan informasi dari

penulis lain haruslah ditempatkan

sebagai penunjang ataupun pembanding

saja.

Terkait dengan kasus profesor

Anggito Abimanyu, Damang (2014)6

menyatakan bahwa tiga pelajaran yang

dapat diambil adalah: (1) negara harus

bertanggung jawab untuk membiasakan

budaya membaca terhadap semua

kalangan; (2) sosialisasi anti

plagiarisme perlu digalakkan secara dini;

dan (3) institusi pendidikan harus secara

rutin mengajarkan ilmu tentang metode

penulisan dan karya ilmiah, termasuk

cara mengutip yang benar dari berbagi

sumber rujukan.

Hampir setiap universitas di

Amerika Serikat memiliki peraturan

maupun komite yang secara khusus

menangani urusan penulisan ilmiah dan

plagiasi ini. Purdue University,

6 http://www.negarahukum.com/hukum/belajar-

dari-kasus-plagiarisme-anggito-abimanyu.html

misalnya, memiliki Komisi Penulisan

Ilmiah (Council of Writing Program

Administrators)7 yang menangani

penulisan ilmiah dan plagiasi di lingkup

universitas tersebut. Harvard Collage

memiliki Harvard College Writing

Program8, sementara di Indiana

University9, School of Education

ditugasi untuk mensosialisasikan norma

tentang plagiasi ini. Dinilai bahwa

perguruan tinggi di Indonesiapun perlu

untuk memikirkan ditetapkannya suatu

unit kerja yang secara khusus menangani

masalah penulisan ilmiah dan plagiasi

ini. Sementara itu, kemajuan teknologi

komunikasi saat ini telah dimanfaatkan

pula untuk mendukung upaya menekan

terjadinya plagiasi ini, yaitu misalnya

dengan adanya berbagai software untuk

mengecek dan mengontrol terjadinya

plagiasi ini1011.

MINAT MENULIS KARYA ILMIAH

Dengan difahaminya rambu-

rambu penulisan ilmiah, prinsip-prinsip

dasar serta aturan-aturan baku tulisan

ilmiah, serta bahasan tentang plagiasi,

faktor-faktor penting terkait dengan

karya tulis ilmiah telah diuraikan. Para

peneliti sangat berkepentingan dengan

hal penulisan ilmiah ini, karena

penulisan ilmiah adalah bagian utama

kegiatan keseharian para peneliti. Bagi

pemangku jabatan fungsional dosen serta

penyuluh, aturan pendukung telah pula

7 https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/

589/01/ 8 http://isites.harvard.edu/icb/icb.do?keyword=

k70847&pageid=icb.page342054 9 http://www.indiana.edu/~wts/pamphlets/

plagiarism.shtml#strategies 10 http://www.plagtracker.com/ 11 http://www.dustball.com/cs/plagiarism.

checker/

Page 13: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

9

ditetapkan, terutama yang berkaitan

dengan tingginya nilai angka kredit

terhadap tulisan ilmiah yang dihasilkan,

termasuk pula tulisan ilmiah populer.

Hal ini seyogyanya dipandang sebagai

aspek pendukung dan pendorong bagi

pada dosen dan penyuluh untuk

mengalokasikan perhatian dan waktunya

terhadap kegiatan penulisan ilmiah ini.

Berlawanan dengan tingginya

insentif angka kredit terhdap tulisan

ilmiah, terdapat indikasi bahwa minat

menulis karya ilmiah di Indonesia saat

ini dinilai masih rendah12. Sejumlah

analisis telah dilakukan untuk

mengetahui penyebab dari rendahnya

minat menulis ilmiah ini. Mudasir

(2014)13 mengidentifikasi bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi rendahnya

minat menulis artikel ilmiah di Indonesia

antara lain adalah kurangnya

pengetahuan tentang cara menulis

ilmiah yang baik, penghargaan dari

perguruan tinggi terkait masih rendah,

serta situasi jurnal ilmiah di Indonesia

belum optimal (copy terbatas, sirkulasi

terbatas, tidak dilanggan oleh

perpustakaan). Dikemukakan

selanjutnya bahwa mengingat abstrak

tulisan ilmiah dalam bahasa Inggris tidak

dilakukan dengan baik, maka tulissan

ilmiah dari Indonesia masih terbatas

dikutip dalam khasanah tulisan ilmiah

internasional.

Dalam pada itu, Aziz (2011)

menyatakan bahwa rendahnya minat

12 http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/

index-berita-bulanan/2014/berita-bulan-april-

2014/816-minat-ilmuwan-menulis-jurnal-

ilmiah-dinilai-rendah 13 https://ugm.ac.id/id/berita/8905-

minat.menulis.jurnal.ilmiah.di.indonesia.rend

ah

menulis ilmiah sangat terkait dengan

indikasi bahwa mahasiswa Indonesia

saat ini dinilai cenderung berpikir

pragmatis; menulis dinilai memerlukan

waktu panjang dan untuk menikmati

hasilnya juga diperlukan waktu yang

panjang. Digabungkan dengan indikasi

kurangnya kesadaran temtang manfaat

menulis serta kurangnya penghargaan

dari perguruang tinggi terkait, maka

minat menulis ilmiah menjadi kurang

berkembang. Khusus tentang rendahnya

minat menulis mahasiswa ini, Darain

(2014)14 menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kurangnya

minat menulis ilmiah mahasiswa adalah

rendahnya minat baca mahasiswa,

kurangnya sosialisasi dan pembinaan

dari pihak kampus kepada mahasiswa,

terbatasnya forum-forum diskusi atau

organisasi mahasiswa yang membidangi

pembinaan karya tulis mahasiswa, tidak

adanya pengakuan dari pemerintah

terhadap karya tulis mahasiswa yang

berkualitas, serta minat/keengganan dari

mahasiswa itu sendiri untuk mau

menulis.

Saihu (2013) dalam skripsinya

menemukan bahwa minat mahasiswa

Program Studi Seni Rupa Universitas

Negeri Malang dalam menulis karya

ilmiah adalah rendah. Faktor yang

mempengaruhi minat mahasiswa

Program Studi Seni Rupa Universitas

Negeri Malang dalam menulis karya

ilmiah adalah faktor frekuensi membaca,

frekuensi menulis, pemahaman karya

tulis ilmiah, dan motivasi. Implikasi dari

indikasi ini adalah bahwa pengajar

14 http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/

2014/09/07/116066/menelisik-rendahnya-

minat-menulis-mahasiswa/

Page 14: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

10

matakuliah yang berkaitan dengan

penulisan karya ilmiah harus mampu

mendorong mahasiswa untuk bisa lebih

berminat menulis karya ilmiah, dengan

mengembangkan metoda pengajaran

yang lebih variatif. Lebih lanjut analisis

Krisanto (2011) menunjukkan bahwa

faktor yang mempengaruhi rendahnya

minat membaca dan menulis mahasiswa

UKSW Salatiga adalah rendahnya

keterlibahan dalam aktivitas pers

mahasiswa, rendahnya hasil karya tulis

mahasiswa yang terekspose, rendahnya

jumlah kelompok diskusi mahasiswa,

serta rendahnya jumlah kunjungan

mahasiswa ke perpustakaan. Kristanto

menunjukkan dari hasil analisisnya

bahwa minat menulis sangat berkaitan

denga minat membaca.

Dari sisi pengajarpun terdapat

indikasi tentang rendahnya minat

menulis ilmiah ini. Rendahnya minat

dosen menulis terkait dengan penyebab

rendahnya kemampuan menulis, serta

belum dikembangkannya secara

sistematis budaya menulis ini15. Sutikno

(2014) menyebutkan bahwa rendahnya

publikasi ilmiah peneliti dari perguruan

tinggi di Indonesia pada jurnal ilmiah

bereputasi international merupakan

faktor penting penghalang masuk ke

jajaran world class university16. Sagala

(2013) menghubungkan rendahnya

minat menulis dosen ini dengnan

rendahnya pendapatan yang mereka

15 http://www.republikapenerbit.com/artikel/

detail_ info/62 16 http://unnes.ac.id/berita/publikasi- ilmiah-

peneliti-di-perguruan-tinggi-indonesia-masih-

rendah/

terima17 Untuk kalangan guru, Larasati

(2014) menemukan bahwa faktor-faktor

penghambat penulisan karya ilmiah

Guru di Yogyakarta adalah keterbatasan

waktu karena tuntutan administratif

Guru, tugas mengajar, dan keperluan

pribadi; gagasan penulisan karya tulis

ilmiah tidak dapat dikembangkan dengan

baik karena tidak adanya pembimbing

dan terbatasnya referensi; faktor

sosialisasi oleh pihak terkait belum

optimal; serta faktor rendahnya

motivasi guru karena usia dan belum

adanya pihak yang menginisisasi para

guru untuk menulis karya tulis ilmiah.

Tampak dari uraian ini bahwa secara

umum minat menulis maupun meneliti

dalam lingkungan pendidikan memang

masih memerlukan upaya-upaya

tersendiri untuk dapat terus

meningkatkannya. Cukup tingginya

angka kredit bagi karya-karya ilmiah

seyogyanya menjadi salah satu

pendorong utama meningkatkan minat

meneliti dqn menulis karya ilmiah

tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Karya ilmiah atau karya tulis

ilmiah menjadi salah satu penciri

kegiatan akademik yang penting di dunia

pendidikan, terutama terkait denngan

pelaksanaan Tri Darma Perguruan

Tinggi. Karya ilmiah menjadi media

untuk menyampaikan hasil penelitian

maupun analisis yang ditujukan untuk

keperluan pengembangan ilmu

pengetahuan, sekaligus media

mengekspresikan pendapat dan

17 http://www.jurnalasia.com/2013/12/30/

terkait- kesejahteraankecil-rendah-minat-

dosen-menulis-buku/

Page 15: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

11

pemikiran penulis secara ilmiah.

Pemenuhan kaidah-kaidah ilmiah

menjadi kunci utama untuk menilai

bobot ke-ilmiah-an karya tulis yang

bersanngkutan.

Penggunaan bahasa Indonesia

baku maupun bahasa lainnya menjadi

keharusan suatu karya ilmiah. Perlu

dihindari penggunaan bahasa sehari-hari

dalam tulisan ilmiah, agar kaidah ilmiah

dapat dipertahankan. Kaidah-kaidah

yang tercantum dalam Pedoman umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan harus diterapkan secara

konsisten. Pencantuman Abstrak dalam

bahasa Inggris yang benar juga harus

mendapatkan perhatian untuk

kesempurnaan karya ilmiah yanng

dihasilkan. Dengan cara ini derajat

ilmiah dapat dipertahankan dan

dikembangkan, sementara abstrak dalam

bahasa Inggris akan menjadi sarana

pengenalan dan penyebarluasan karya

ilmiah yang dihasilkan di Indonesia

kepada forum ilmiah internasional.

Plagiasi merupakan hal yang harus

dihindarkan secara terus menerus dalam

khasanah pengembangan karya ilmiah di

Indonesia. Berbagai kejadian plagiasi

beserta dampak negatifnya perlu menjadi

pelajaran untuk tidak harus terulang lagi.

Semangat untuk memahami kegiatan

yang termasuk sebagai kegiatan plagiat,

serta upaya untuk selalu mencantumkan

sumber referensi secara baik dan benar,

menjadi salah satu cara untuk secara

terencana menghindari terjadinya

phenomena plagiasi.

Perlu terus diupayakan untuk

meningkatkan minat menghasilkan karya

ilmiah oleh para pelaku kegiatan

pendidikan di Indonesia. Disamping

upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh

institusi, kesadaran bahwa karya ilmiah

mendapatkan nilai kredit yang tinggi

dalam penilaian peringkat tenaga

fungsional pendidikan harus juga

menjadi pendorong secara internal untuk

keperluan ini.

PUSTAKA

Aryani, Farida. 2014. Studi Tentang

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku

Plagiat Mahasiswa UNM. Thesis

Universitas Negeri Makassar. http://digilib.unm.ac.id/gdl.php?mod

=browse&op=read&id=unm-

digilib-unm-faridaarya-304

Aziz, abdul W. 2011. Mahasiswa

Enggan Menulis Ilmiah, Tanya

Kenapa?

http://celotehaziz.blogdetik.com/2

011/04/15/mahasiswa-enggan-

menulis-ilmiah-tanya-kenapa/

Direktorat Jenderal Dikti Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

2014. Pedoman Operasional

Penilaian Angka Kredit Kenaikan

Pangkat/Jabatan Akademik

Dosen. Jakarta.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana.

2012. Teknis Menulis Karya

Ilmiah. PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Krisanto, Yakub A. (2014).

Kecenderungan Kurangnya Minat

Mahasiswa dalam Membaca dan

Menulis. http://www.kompasiana.com/yakuba

di/kecenderungan-kurangnya-minat-

mahasiswa-dalam-membaca-dan-

menulis_550093aa813311491afa7

b65

Page 16: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

12

Larasati, Rahma R. 2014. Faktor-faktor

Penghambat Penulisan Karya

Tulis Ilmiah Dalam

Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan Guru SDN

Lempuyangwangi Yogyakarta.

Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Mulyadi, M. 2011. Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif serta

Pemikiran Dasar

Menggabungkannya. Jurnal Studi

Komunikasi dan Media. Vol. 15

No. 1.

Resmini, Novi. 2003. Penggunaan

Bahasa dalam Artikel Ilmiah.

Makalah Lokakarya Lomba Karya

Tulis Mahasiswa dan Program

Kreativitas Mahasiswa Tingkat

FPBS UPI. 10 September 2003.

Saihu, Ahmad. 2013. Minat Mahasiswa

Program Studi Seni Rupa

Universitas Negeri Malang dalam

Menulis Karya Ilmiah. Skripsi,

Jurusan Seni dan Desain Fakultas

Sastra Universitas Negeri

Malang.

Simatupang, Pantjar. 2003. Analisis

Kebijakan: Konsep Dasar dan

Prosedur Pelaksanaan. Analisis

Kebijakan Pertanian Vol. 1 No. 1.

Soeharso, Y dan Eko H. Widiastuti,

2015. Panduan Penulisan Karya

Ilmiah. Majalah Ilmiah

Pawiyatan. Edisi Khusus. Vol.

XXII, No. 2.

Universitas Katolik Parahyangan. 2012.

Pedoman Penulisan Tesis.

Program Pasca Sarjana UNPAR.

Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia

Tahun 2014. UPI. Bandung.

Usman, M. 2013. Pedoman Penulisan

Skripsi. STIE Widya Dharma.

Surabaya.

Page 17: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

13

PENGARUH KEDINAMISAN SUATU KELOMPOK

TERHADAP FUNGSI KELOMPOK

(Studi Kasus Pada Kelompok Perikanan di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

Abdul Hanan

Dosen Jurusan penyuluhan Perikanan Sekolah tinggi Perikanan

ABSTRAK

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usia kelompok 63,3% pada rata-rata 3,7 tahun, kelas

kelompok menunjukkan 43,3% berada pada kelas yang tinggi (utama), namun yang berada di

kelas pemula juga persentasenya mencapai 36,6%. Jika dirata-ratakan maka kelas kelompok

di Kabupaten bekasi pada kelas madya. Sebanyak 80% dari kelompok perikanan, jumlah

anggota dengan rata-rata 25 orang. Unsur dinamika kelompok pada interval 53,4 % - 93,3%.

Namun demikian pada unsur “Suasana Kelompok” tidak ada kelompok yang katagorinya

baik, dan pada unsur dinamika kelompok “Keberhasilan kelompok tidak ada kelompok

dengan katgori rendah. Nilai Korelasi Faktor Internal kelompok dan tiga fiungsi kelompok

memperlihatkan unsur “tekanan pada kelompok” berhubungan erat dengan fungsi kelompok

sebagai unir produksi ( 0,378), Sedangkan unsur Keberhasilan kelompok ternyata

berhubungan erat dengan berfungsi baiknya kelompok sebagai kelas belajar (0,400) dan

berhubungan sangat erat pada unit kerjasama (0,771). Nilai Korelasi delapan unsur dinamika

kelompok hanya unsur” pengembangan dan pemeliharaan kelompok yang berhubungan erat

dengan usia kelompok (0,393). Sedangkan usur dinamika kelompok lainnya tidak begitu erat

hubunganya dengan berfungsi atau belum berfungsinya suatu kelompok perikanan. Nilai

Korelasi Antar Unsur Dinamika Kelompok memperlihatkan bahwa tujuan kelompok

berhubungan sangat erat dengan struktur kelompok (0,378) dan unsur pengembangan dan

pemeliharaan kelompok (0,503). Sedangkan unsur pengembangan kelompok berhubungan

erat dengan terbentuknya suasana kelompok yang kondusif (0,422) Nilai Korelasi Antar

Fungsi Kelompok menunjukkan bahwa bila kelompok sebagai unit usaha bersama berfungsi

dengan baik, maka fungsi sebagai kelas belajarpun akan berfungsi dengan baik, dan demikian

sebaliknya. Sedangkan fungsi kelompok yang lain tetap masih ada hubungan yang timbal

balik namum pada kasusu kelompok perikanan di Kabupoaten bekasi belum memperlihatkan

keeratan yang kuat antar fungsi kelompok sebagai kelas belajar dengan sebagai unit produksi.

Kata Kunci: Kelompok, Dinamika, Fungsi, Pelaku Utama

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyuluhan Perikanan adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama

serta pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumberdaya lainnya

sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha,

pendapatan, dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Karena tujuan penyuluhan jangka

panjang adalah terjadi peningkatan taraf

hidup masyarakat, maka hal ini hanya

dapat dicapai apabila masyarakat telah

melakukan langkah-langkah sebagai

berikut. A. Better Fisheries, mau dan

mampu mengubah cara-cara usaha

perikanan yang lebih baik, b. Better

Business, berusaha yang lebih

menguntungkan, mau dan mampu

Page 18: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

14

menjauhi para pengijon, lintah darat, dan

melakukan teknis pemasaran yang benar,

c. Better living, hidup lebih baik dengan

mampu menghemat, tidak berfoya-foya

dan setelah berlangsungnya masa panen,

bisa menabung, bekerja sama

memperbaiki hygiene lingkungan, dan

mampu mencari alternatif lain dalam hal

usaha, misal mendirikan industri rumah

tangga yang lain dengan

mengikutsertakan keluarganya guna

mengisi kekosongan waktu selama

menunggu panenan berikutnya.

Permasalahan; dalam penelitian ini;

fungsi kelompok belum berjalan sesuai

harapan karena unsur-unsur dinamika

kelompok belum dijalankan, lemahnya

dinamika kelompok karena

Kohesi/persatuan, Motif/dorongan,

Struktur, Pimpinan dan Perkembangan

kelompok yang belum baik, Kompetensi

pembina kelompok belum sepenuhnya

paham pentingnya dinamika kelompok.

Adapun tujuan Penelitian; Menjelaskan

pengaruh unsur dinamika terhadap

fungsi kelompok sebagai kelas belajar,

Menjelaskan pengaruh unsur dinamika

terhad fungsi kelompok sebagai

wadah kerjasama produksi, Menjelaskan

pengaruh unsur dinamika terhad fungsi

kelompok sebagai unit usaha bersama.

Kegunaan Penelitian; Memberikan

kontribusi bagi pengembangan ilmu dan

teknologi yang berkaitan dengan

kelompok, Memberikan masukan kepada

stakeholder terkait dengan kebijakan

pembinaan kelompok.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kelembagaan Pelaku

Utama

Kelembagaan pelaku utama

perikanan adalah kumpulan para pelaku

utama yang terdiri dari nelayan, pembudi

daya ikan, dan pengolah ikan yang

terikat secara informal atas dasar

keserasian dan kebutuhan bersama serta

di dalam lingkungan pengaruh dan

pimpinan seorang ketua kelompok

pelaku utama kelautan dan perikanan.

Kelembagaan pelaku utama kegiatan

perikanan dapat berbentuk kelompok,

gabungan kelompok, asosiasi, atau

korporasi.

Fungsi Kelembagaan Pelaku

Utama Perikanan

a. Wadah Proses Pembelajaran

Sebagai wadah proses

pembelajaran, kelembagaan pelaku

utama perikanan merupakan media

interaksi belajar antar pelaku utama

dari anggota kelompoknya.

b. Wahana Kerjasama

Sebagai wahana kerjasama,

kelembagaan pelaku utama perikanan

merupakan cerminan dari keberadaan

suatu kelompok. Kelembagaan

pelaku utama perikanan harus dapat

berfungsi sebagai wadah kerjasama

antar pelaku utama dalam upaya

mengembangkan kelompok dan

membina kehidupanpelaku utama.

c. Unit Penyedia Sarana dan Prasarana

Produksi Perikanan

Kelembagaan pelaku utama

perikanan sebagai unit penyedia

sarana dan prasarana, erat

hubungannya dengan fungsi unit

produksi perikanan. Misalnya dalam

sebuah produksi budidaya ikan

gurame, kelompok dapat berperan

sebagai penyedia benih ataupun

sarana produksi lainnya.

d. Unit Produksi Perikanan

Kelompok pelaku utama perikanan

sebagai unit produksi, erat

hubungannya dengan fungsi wadah

kerjasama. Misalnya kelompok

pembudidaya ikan gurame, dalam

pengadaan sarana produksi,

perkreditan, dan pemasaran hasil,

sehingga dengan melaksanakan

Page 19: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

15

kegiatan produksi secara bersama-

sama akan lebih efisien.

e. Unit Pengolahan dan Pemasaran

Kelompok pelaku utama perikanan

sebagai unit pengolahan dan

pemasaran, erat hubungannya dengan

fungsi wadah kerjasama. Misalnya

kelompok pengolah hasil perikanan,

dalam melaksanakan kegiatan

pengolahan dan pemasaran hasil

secara bersama-sama akan lebih

efisien serta dapat menjamin

kestabilan harga produk.

f. Unit Jasa Penunjang

Kelembagaan pelaku utama

perikanan juga dapat berfungsi

sebagai sebuah unit usaha yang

mengelola usaha diluar usaha

pokoknya seperti jasa penyewaan,

jasa percontohan, jasa konsultasi, dan

lain-lain.

g. Organisasi Kegiatan Bersama

Kelembagaan pelaku utama berfungsi

sebagai organisasi kegiatan bersama

dimana pelaku utama akan belajar

mengorganisasi kegiatan secara

bersama-sama melalui pembagian

dan pengkoordinasian pekerjaan

dengan mengikuti tata tertib sebagai

hasil kesepakatan bersama.

h. Kesatuan Swadaya dan Swadana

Kelembagaan pelaku utama

perikanan sebagai kesatuan swadaya

dan swadana merupakan

kelembagaan yang mandiri, baik

dalam hal penyelesaian masalah

bersama maupun dalam penguatan

dan pengembangan modal usaha

anggota, misalnya melakukan

pemupukan modal bersama untuk

menyediakan modal bagi anggotanya

melalui penumbuhan budaya

menabung, iuran, dan sebagainya.

Dengan demikian, anggota

mendapatkan kemudahan dalam

mendapatkan modal usaha, bermitra

dengan lembaga keuangan, serta

mempermudah dalam akses

pemasarannya.

Dinamika Kelompok

Istilah dinamika kelompok

berasal dari bahasa inggris ”dynamics”

yang berarti mempunyai gairah atau

semangat untuk bekerja. Dengan

demikian pengertian dinamika kelompok

ditinjau dari istilah mengandung arti

yaitu berkelompok yang selalu memiliki

gairah dan semangat untuk bekerja. Sisi

lain dinamika berarti adanya interaksi,

saling mempengaruhi dan

interdependensi antara anggota

kelompok satu sama lain secara timbal

balik diantara anggota kelompok dengan

kelompok secara keseluruhan. Menurut

Santoso (2004) dijelaskan bahwa;

Dinamika berarti tingkah laku warga

yang satu secara langsung

mempengaruhi warga yang lain secara

timbal balik. Dinamika berarti adanya

interaksi dan interdependensi antara

anggota klpk yang satu dgn anggota

yang lain secara timbal balik dan antara

anggota dengan kelompok secara

keseluruhan. Selanjutnya disebutkan

bahwa selama ada kelompok, semangat

kelompok (group spirit) terus-menerus

HIDUP dalam kelompok itu. Dan setiap

saat kelompok yang bersangkutan dapat

berubah

Dinamika Kelompok

merupakan suatu kelompok yang terdiri

dari dua atau lebih individu yang

memiliki hubungan psikologis secara

jelas antara anggota satu dengan yang

lain dan berlangsung dalam situasi yang

dialami (Purnawan, 2004). Hubungan

psikologis yang jelas antara anggota

kelompok yang satu dengan yang lain.

Dinamika kelompok berkaitan erat

dengan tujuan dan fungsi

penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan.

Kelompok harus bisa produktif, harus

bisa menghasilkan sesuatu, bermanfaat

bagi anggotanya. Agar kelompok

produktif, kelompok harus dinamis.

Page 20: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

16

Untuk bisa dinamis, unsur-unsur

dinamika sebagai kekuatan kelompok

tersebut harus terpenuhi. Unsur-unsur

dinamika kelompok tersebut adalah:

1. Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok dapat diartikan

sebagai gambaran yang diharapkan

angota yang akan dicapai oleh

kelompok. Tujuan kelompok harus jelas

dan diketahui oleh seluruh anggota.

Untuk mencapai tujuan kelompok

tersebut diperlukan aktivitas bersama

oleh para anggota. Hubungan antara

tujuan kelompok dengan tujuan anggota

bisa : a) sepenuhnya bertentangan, b)

sebagian bertentangan, c) netral, d)

searah dan e) identik. Dengan demikian

bentuk hubungan a tidak

menguntungkan dan bentuk d adalah

yang paling baik.

2. Struktur Kelompok

Struktur kelompok adalah bentuk

hubungan antara individu-individu

dalam kelompok sesuai posisi dan

peranan masing-masing. Struktur

kelompok harus sesuai/mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Yang

berhubungan dengan struktur kelompok

yaitu:

a) Struktur Komunikasi, b) Struktur

Tugas Atau Pengambilan Keputusan,

c) Struktur Kekuasaan Atau

Pengambilan Keputusan, d) Sarana

Terjadinya Interaksi

3. Fungsi Tugas

Fungsi tugas adalah segala

kegiatan yang harus dilakukan kelompok

dalam rangka mencapai tujuan. Secara

keseluruhan fungsi ini sebaiknya

dilakukan dengan kondisi

menyenangkan, dengan kondisi yang

menyenangkan dapat menjamin fungsi

tugas ini dapat terpenuhi. Kriteria yang

dipergunakan pada fungsi tugas ini

terpenuhi atau tidak adalah terdapatnya:

a) Fungsi Memberi Informasi, b) Fungsi

Koordinasi, c) Fungsi Memuaskan

Anggota, d) Fungsi Berinisiatif, e)

Fungsi Mengajak Untuk Berpartisipasi,

f) Fungsi Menyelaraskan

4. Mengembangkan Dan Membina

Kelompok

Mengembangkan dan membina

kelompok dimaksudkan sebagai usaha

mempertahankan kehidupan kelompok,

kehidupan berkelompok dapat dilihat

dari adanya kegiatan, yaitu: a)

Mengusahakan/mendorong agar semua

anggota kelompok ikut berpartisipasi

dalam setiap kegiatan kelompok.

Tersedianya fasilitas, b)

Mengusahakan/mendorong

menumbuhkan kegiatan, c) Menciptakan

norma kelompok. Norma kelompok ini

adalah sebagai acuan anggota kelompok

bertindak, d) Mengusahakan adanya

kesempatan anggota baru, baik untuk

menambah jumlah maupun mengganti

anggota yang keluar, e) Berjalannya

proses sosialisasi. Untuk

mensosialisasikan adanya anggota baru

adanya norma kelompok adanya

kesepakatan, dan sebagainya.

5. Kekompakan Kelompok

Kekompakan kelompok

menunjukkan tingkat rasa untuk tetap

tinggal dalam kelompok, hal ini dapat

berupa : loyalitas, rasa memiliki, rasa

keterlibatan, dan keterikatan.

Terdapat enam faktor yang

mempengaruhi kekompakan kelompok

yaitu: 1) Kepemimpinan Kelompok, 2)

Keanggotaan Kelompok, 3) Nilai Tujuan

Kelompok, 4) Homogenitas Angota

Kelompok, 5) Keterpaduan Keiatan

Kelompok, 6) Jumlah Anggota

Kelompok

6. Suasana Kelompok

Suasana kelompok adalah

keadaan moral, sikap dan perasaan

Page 21: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

17

bersemangat atau apatis yang ada dalam

kelompok, suasana kelompok yang baik

bila anggotanya merasa saling

menerima, saling menghargai, saling

mempercayai dan bersahabat. Faktor-

faktor yang mempengaruhi suasana

kelompok adalah: a) hubungan antar

anggota, b) kebebasan berpartisipasi, c)

lingkungan fisik yang mendukung.

7. Tekananan pada Kelompok

Tekanan pada kelompok

dimaksudkan adalah adanya tekanan-

tekanan dalam kelompok yang dapat

menimbulkan ketegangan, dengan

adanya ketegangan akan timbul

dorongan untuk mempertahankan tujuan

kelompok. Tekanan kelompok yan

cermat, dan terukur akan dapat

mendinamiskan kelompok, bila tidak

justru akan berakibat sebaliknya.

8. Efektifitas Kelompok

Efektifitas kelompok adalah

keberhasilan dalam melaksanakan tugas-

tugas kelompok dalam mencapai tujuan.

Semakin banyak tujuan yang dapat

dicapai, semakin banyak keberhasilan,

anggota kelompok akan semakin puas.

Bila anggota kelompok merasa puas

kekompakan dan kedinamisan kelompok

akan semakin kuat.

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Karakteristik Internal mempengaruhi

fungsi kelompok

2. Dinamika kelompok mempengaruhi

fungsi kelompok sebagai unit kelas

belajar

3. Dinamika kelompok mempengaruhi

sebagai fungsi wadah unit produksi

4. Dinamika kelompok mempengaruhi

sebagai fungsi wadah kerjasama

usaha

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian berupa kasus dengan

sifat korelatif deskriptif. Bertujuan

menjelaskan faktor-faktor yang

berhubungan dengan terbentuknya jenis

KARAKTERISTIK INTERNAL

KELOMPOK (X1)

1. Umur Kelompok (X1.1)

2. Kelas kelompok (X1.2)

3. Jumlah anggota (X1.3)

UNSUR DINAMIKA KELOMPOK (X2)

1. Tujuan Kelompok (X2.1)

2. Struktur Kelompok (X2.2)

3. Fungsi Tugas (X2.3)

4. Pengembangan Kelompok (X2.4)

5. Kekompakan Kelompok (X2.5)

6. Suasana Kelompok (X2.6)

7. Tekanan Kelompok (X2.7)

8. Keberhasilan Kelompok (X2.8)

FUNGSI KELOMPOK (Y)

1. Unit belajar (Y1)

2. Unit Produksi (Y2)

3. Unit usaha bersama (Y3)

Page 22: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

18

kelompok. Penelitian dilakukan pada

Bulan Maret sampai April 2015, pada 35

kelompok perikanan yang ada di

Kabupten Bekasi. Data dikumpulkan

melalui daftar pertasnyaan, wawancara

mendalam, dan kajian terhadap data

sekunder.. Analisa data dilakukan

secara deskriftif, analisa kualitatif

dilakukan untuk semua tujuan penelitian,

analisa kuantitatif dilakukan untuk

menguji hipotesis yang diajukan.

karakteristik internal dan karakteristik

eksternal serta karakteristik inovasi

diukur dengan menggunakan distribusi

frekuensi dan nilai tengah. Untuk

mengetahui hubungan antar peubah

dilakukan analisis hubungan dengan

koefisien korelasi Spearman, sebagai uji

korelasi bagi data non parametrik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini

adalah kelompok pelaku utama

perikanan yang dimbil secara rendom.

Karakteriktik internal responden

penelitian yaitu umur kelompok, Tingkat

Kelas Kelompok, jumlah anggota yang

dianalisis dengan pengkatagorian,

persentase, interval dan rata-rata , seperti

pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Karakteriktik Internal NO KARAKTERISTIK KATAGORI PERSENTASE

(N=30)

INTERVAL RATA-

RATA

1 UMUR KELOMPOK Muda (<1,2 th)

Sedang (1,2 – 6,2th)

Tua (>6,2 th)

( 8) 26,7%

(19) 63,3%

( 3) 10%

1 – 11 th 3,7 th

2 KELAS KELOMPOK Rendah (1)

Sedang (2)

Tinggi (3)

(11) 36,7%

(6) 20%

(13) 43,3%

1-3 2

3 JUMLAH

ANGGOTA

Kurang (< 8)

Sedang (8 - 42)

Besar (> 42)

(5) 16,7%

(24) 80%

(1) 3,3%

7 -50 orang 25

orang

Pada Tabel 1 memperlihatkan

bahwa usia kelompok 63,3% pada

kisaran usia sedang (1,2 -6,2) tahun

dengan rata-rata 3,7 tahun, Kisaran umur

kelompok tersebut merupakan usia

produkstif dalam berkelompok, dalam

arti seharunya dapat memperlihat

kedinamisan kelompok yang bisa

diamamti dari segi fungsi kelompoknya.

Dari segi tingkat kerlas kelompok

menunjukkan 43,3% berada pada kelas

yang tinggi (utama), namun yang berada

di kelas pemula juga hampir

persentasenya yaitu mencapai 36,6%,

Jika dirata-ratakan maka kelas kelompok

di Kabupaten bekasi pada kelas madya..

Jumalah anggota kelompok yang terdata

menunjukkan bahwa 80% jumlah

anggota tiap kelompok katagorinya

cukup (antara 8 – 42 orang) dengan rata-

rata 25 orang. Hal tersebut sudah sesuai

dengan pedoman bahwa maksimal

jumlah anggota kelompok 30 orang.

Page 23: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

19

Tabel 2. Sebaran Karakteriktik Dinamika Kelompok NO KARAKTERISTIK

DINAMIKA

KELOMPOK

KATAGORI PERSENTASE

(N=30)

INTERVAL RATA-

RATA

1 Tujuan Kelompok R = 5

S = 22

T = 3

16,7%

73,3%

20%

1 – 3,4

2,3

2 Struktur Kelompok R = 5

S = 18

T = 7

16,7%

60%

23,3%

1,5 – 3,5

2,53

3 Fungsi Tugas R = 3

S =25

T = 2

10%

83,3%

6,7%

1,6-3,2

2,53

4 Pengembangan

Kelompok

R = 5

S = 19

T = 6

16,7%

63,3%

20%

1,5-3,5

2,4

5 Kekompakan Kelompok R = 5

S= 19

T = 6

16,7%

66,3%

17%

1,5-3,7

2,7

6 Suasana Kelompok R = 4

S =26

T = 0

13,3%

86,7%

0

1,7-4

3,22

7 Tekanan Kelompok R = 7

S=16

T = 7

23,3%

53,4%

23,3%

2-4

3,23

8 Keberhasilan Kelompok R = 0

S = 28

T = 2

0%

93,3%

6,7%

2-4

2,7

Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa ke

delapan unsur kelompok pada kelompok

perikanan di Kabupaten Bekasi pada

interval 53,4 % - 93,3%. Namun

demikian pada unsur dinamika

kelompok “Suasana Kelompok” tidak

ada kelompok yang katagorinya baik, dn

pada unsur dinamika kelompok

“Keberhasilan kelompok tidak ada

kelompok dengan katori rendah. Tujuan

kelompok dapat diartikan sebagai

gambaran yang diharapkan angota yang

akan dicapai oleh kelompok. Tujuan

kelompok harus jelas dan diketahui oleh

seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan

kelompok tersebut diperlukan aktivitas

bersama oleh para anggota. Hubungan

antara tujuan kelompok dengan tujuan

anggota bisa : a) sepenuhnya

bertentangan, b) sebagian bertentangan,

c) netral, d) searah dan e) identik.

Dengan demikian bentuk hubungan a

tidak menguntungkan dan bentuk d

adalah yang paling baik.

Struktur kelompok adalah bentuk

hubungan antara individu-individu

dalam kelompok sesuai posisi dan

peranan masing-masing. Struktur

kelompok harus sesuai/mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Fungsi

tugas adalah segala kegiatan yang harus

dilakukan kelompok dalam rangka

mencapai tujuan. Secara keseluruhan

fungsi ini sebaiknya dilakukan dengan

kondisi menyenangkan, dengan kondisi

Page 24: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

20

yang menyenangkan dapat menjamin

fungsi tugas ini dapat terpenuhi.

Mengembangkan dan membina

kelompok dimaksudkan sebagai usaha

mempertahankan kehidupan kelompok,

kehidupan berkelompok dapat dilihat

dari adanya kegiatan, yaitu:

Mengusahakan/mendorong agar semua

anggota kelompok ikut berpartisipasi

dalam setiap kegiatan kelompok.

Kekompakan kelompok

menunjukkan tingkat rasa untuk tetap

tinggal dalam kelompok, hal ini dapat

berupa : loyalitas, rasa memiliki, rasa

keterlibatan, dan keterikatan. Terdapat

enam faktor yang mempengaruhi

kekompakan kelompok yaitu:

Kepemimpinan Kelompok, Keanggotaan

Kelompok, Nilai Tujuan Kelompok,

Homogenitas Angota Kelompok,

Keterpaduan Keiatan Kelo, Jumlah

Anggota Kelompok. Suasana kelompok

adalah keadaan moral, sikap dan

perasaan bersemangat atau apatis yang

ada dalam kelompok, suasana kelompok

yang baik bila anggotanya merasa saling

menerima, saling menghargai, saling

mempercayai dan bersahabat. Tekanan

pada kelompok dimaksudkan adalah

adanya tekanan-tekanan dalam

kelompok yang dapat menimbulkan

ketegangan, dengan adanya ketegangan

akan timbul dorongan untuk

mempertahankan tujuan kelompok.

Tekanan kelompok yan cermat, dan

terukur akan dapat mendinamiskan

kelompok, bila tidak justru akan

berakibat sebaliknya. Efektifitas

kelompok adalah keberhasilan dalam

melaksanakan tugas-tugas kelompok

dalam mencapai tujuan. Semakin banyak

tujuan yang dapat dicapai, semakin

banyak keberhasilan, anggota kelompok

akan semakin puas. Bila anggota

kelompok merasa puas kekompakan dan

kedinamisan kelompok akan semakin

kuat.

.

Tabel 3. Sebaran Karakteriktik Fungsi Kelompok NO FUNGSI

KELOMPOK

KATAGORI PERSENTAS

E (N=30)

INTERVAL RERATA

1

Unit belajar

Rendah (< 2,3 )

Sedang (2,3 – 3,1)

Tinggi (> 3,1)

6 (20%)

24 (80%)

0

1 – 3

2,8

2

Unit Produksi

Rendah (< 2,1)

Sedang (2,1 – 3,1)

Tinggi (> 3,1)

12 (40%)

18 (60%)

0

1 – 3

2,6

3

Unit usaha

bersama

Rendah (< 1,1)

Sedang (1,1 – 3,5)

Tinggi (> 3,5)

1 (3%)

26 (87%)

3 (10%)

1 – 4

2,8

Berdasarkan hasil analisis seperti

pada Tabel 3, menunjukkan bahwa dari

ketiga fungsi kelompok yang dianalisis,

tidak ada satupun kelompok perikanan

yang menjalankan fungsi sebagai unit

berlajar pada katagori baik. Sebanyak

80% kelompok perikanan di Kabupaten

Bekasi menjalankan fungsi kelomp0k

sebagai unit belajar pada katagori cukup

baik, dan hanya 20% jumlah kelompok

yang katogori menjalankan fungsi unit

belajarnya. Pada menjalankan fungsi

kelompok sebagai Unit produksi 40%

kelompok belum menjalankan fungsi

tersbut dcengan baik (rendah), dan

sisaanya sebanyak 60% pada katagori

Page 25: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

21

cukup baik. Dengan demikian belum ada

satupun kelompok dengan katagori

menjalankan fungsinya dengan baik.

Fungsi kelompok sebagai unit usaha

bersama ssudah ada 10% dari jumlah

kelompok yang katagorinya sudah baik

dalam menjalankan fungsi tersbut,

sedangkan yang katagorinya rendah

masih ada 3% dan sisanya sebanyak

87% pada katagori cukup baik.

Tabel 4. Nilai Korelasi Faktor Internal kelompok Dengan Fungsi Kelompok.

NO FAKTOR INTERNAL FUNGSI KELOMPOK

UNIT BELAJAR UNIT

PRODUKSI

UNIT USAHA

BERSAMA

1 USIA KELOMPOK 0,154 0,065 0,208

2 TINGKAT KELAS KELOMPOK 0.039 0,029 0,164

3 JUMLAH ANGGOTA 0.095 0,118 0,198

Pada tabel 4. Terlihat bahwa faktor

internal kelompok yang meliputi: umur

kelompok jumlah anggota kelompok,

tidak ada yang berhubungan erat dengan

fungsi kelompok baik sebagai kelas

belajar, unit produksi, dan unit usaha

bersama. Sebagai wadah proses

pembelajaran, kelembagaan pelaku

utama perikanan seharunya merupakan

media interaksi belajar antar pelaku

utama dari anggota kelompoknya.

Mereka dapat melakukan proses

interaksi edukatif dalam rangka:

mengadopsi teknologi inovasi; saling

asah, asih dan asuh dalam menyerap

suatu informasi dengan fasilitator atau

pemandu dari penyuluh perikanan;

mengambil kesepakatan dan tindakan

bersama apa yang akan diambil dari

sebuah kegiatan bersama. Dengan

demikian proses kemandirian kelompok

akan dapat tercapai. Didalam kelompok

sebagai kelas belajar para pelaku utama

akan dapat melakukan komunikasi multi

dimensional. Mereka dapat

mempertukarkan pengalaman masing-

masing, sehingga akan membuat pelaku

utama semakin dewasa untuk dapat

keluar dari masalahnya sendiri, tanpa

adanya ketergantungan dari penyuluh

perikanan.

Sebagai wahana kerjasama,

kelembagaan pelaku utama perikanan

merupakan cerminan dari keberadaan

suatu kelompok. Kelembagaan pelaku

utama perikanan harus dapat berfungsi

sebagai wadah kerjasama antar pelaku

utama dalam upaya mengembangkan

kelompok dan membina kehidupan

pelaku utama. Kelompok pelaku utama

perikanan sebagai unit produksi, erat

hubungannya dengan fungsi wadah

kerjasama. Misalnya kelompok

pembudidaya ikan gurame, dalam

pengadaan sarana produksi, perkreditan,

dan pemasaran hasil, sehingga dengan

melaksanakan kegiatan produksi secara

bersama-sama akan lebih efisien.

Page 26: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

22

Tabel 5. Nilai Korelasi Unsur Dinamika Kelompok dengan Fungsi kelompok NO UNSUR DINAMIKA KELOMPOK FUNGSI KELOMPOK

KELAS

BELAJAR

UNIT

PRODUKSI

UNIT USAHA

BERSAMA

1 TUJUAN KELOMPOK 0,060 0,069 0,150

2 STRUKTUR KELOMPOK 0,103 0,179 0,198

3 FUNGSI TUGAS 0,023 0,187 0,157

4 PENGEMBANGAN/PEMELIHARAAN

KELOMPOK

0,092 0,270 0,058

5 KEKOMPAKAN ANGGOTA KELOMPOK 0,202 0,158 0,175

6 SUASANA KELOMPOK 0,246 0,296 0,288

7 TEKANAN PADA KELOMPOK 0,196 0,378* 0,139

8 KEBERHASILAN KELOMPOK 0,400* 0,771** 0,290

Ket: * nyata pada 0,05, ** nyata pada 0,01

Pada Tabel 5 memperlihatkan

bahwa ddari ke 8 Unsur dinamika

kelompok, unsur “tekanan pada

kelompok” berhubungan erat dengan

fungsi kelompok sebagai unir produksi.

Artinya semakin tekanan pada kelompok

tinggi dalam hal menghasilkan produksi

untuk bisa sama dan melibihi kelompok

lain akan semakin meningkatkan fungsi

kelompok sebagai unit produksi yaitu

menghasilkan produks sesuai dengan

usaha yang dijalankan oleh kelompok,

baik sebagai kelompok pembenih ikan

yang menghasilkan benih ikan, maupun

kelompok pembesaran ikan yang

menghasilkan ikan konsumsi.

Sedangkan unsur Keberhasilan

kelompok ternyata berhubungan erat

dengan berfungsi baiknya kelompok

sebagai kelas belajar dan berhungan

sangat erat pada unit kerjasama. Hal

tersbur dapat dijelaskan bahwa pada

kelompok-kelompok yang dibina dan

unsur dinamika kelompok berupa

keberhasilan kelompok ckup baik, maka

fungsi kelompoknya akan berjalan

dengan sangat baik pula.

Tabel 6. Nilai Korelasi Unsur Dinamika Kelompok Dengan Faktor Internal Kelompok NO UNSUR DINAMIKA KELOMPOK FAKTOR INTERNAL KELOMPOK

UMUR

KELOMPOK

TINGKAT

KELAS

KLP

JUMLAH

ANGGOTA

1 TUJUAN KELOMPOK 0,205 0,088 0,253

2 STRUKTUR KELOMPOK 0,233 0,300 0,029

3 FUNGSI TUGAS 0,152 0,153 0,334

4 PENGEMBANGAN/PEMELIHARAAN

KELOMPOK 0,393* 0,102 0,261

5 KEKOMPAKAN ANGGOTA KELOMPOK 0,019 0,093 0,151

6 SUASANA KELOMPOK 0,194 0,042 0,138

7 TEKANAN PADA KELOMPOK 0,124 0,199 0,232

8 KEBERHASILAN KELOMPOK 0,109 0,043 0,071

Ket. * Signifikan pada pada 0,05, ** Signifikan pada level 0,01

Pada tabel 6. Dari delapan unsur

dinamika kelompok hanya unsur”

pengembangan dan pemeliharaan

kelompok yang berhubungan erat

dengan usia kelompok. Hal tersebut

menunjukkan bahwa berkembangnya

Page 27: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

23

kelompok perikanan yang ada di

Kabueoten Bekasi dipengaruhi atau

sangat berhubungan dengan lamanya

kelompok tersebut beridiri. Sedangkan

usur dinamika kelompok lainnya tidak

begitu erat hubunganya dengan

berfungsi atau belum berfungsi baiknya

suatu kelompok perikanan

Tabel 7. Nialai Korelaski antar Usur Dinamika Kelompok NO UNSUR

DINAMIKA

KELOMPOK

NO UNSUR DINAMIKA KELOMPOK

1 2 3 4 5 6 7 8

1 TUJUAN

KELOMPOK

1 0,379

**

0,301 0,503*

*

0,357 0,281 0,231 0,060

2 STRUKTUR

KELOMPOK

1 0,081 0,309 0,531*

*

0,242 0,056 0,103

3 FUNGSI TUGAS 1 0,095 0,066 0,091 0,102 0,273

4 PENGEMBANGAN/

PEMELIHARAAN

KELOMPOK

1 0,289 0,422

*

0,314 0,251

5 KEKOMPAKAN

ANGGOTA

KELOMPOK

1 0,295 0,250 0,193

6 SUASANA

KELOMPOK

1 0,307 0,102

7 TEKANAN PADA

KELOMPOK 1 0,344

8 KEBERHASILAN

KELOMPOK

1

Ket: * Siginifikan pada level 0,05, ** Signifikan pada level 0,01.

Pada tabel 7 memperlihatkan

bahwa tujuan kelompok berhubungan

sangat erat dengan struktur kelompok

dan unsur pengembangan dan

pemeliharaan kelompok. Hal ini bisa

dijelaskan bahwa kelompok yang

memilkiki tujuan yang jelas akan

berdampak pada terbentuknya struktur

kelompok yang baik dan benar, dan akan

sangat erat dalam pengembangan

kelompom tersebut. Struktur kelompok

yang baik dan benar juga akan

berhubungan sangat erat dengan

terjadinya kekompakan kelompok dalam

menjalankan fungsi-fungsi

kelompoknya. Sedangkan unsut

pengembangan kelompok berhubungan

erat dengan terbentuknya suasana

kelompok yang kondusif..

Nilai Korelasi Antar Fungsi Kelompok

Tabel 8. Nilai Korelasi Antar Fungsi kelompok NO UNSUR DINAMIKA KELOMPOK FUNGSI KELOMPOK

KELAS

BELAJA

R

UNIT

PRODUKSI

UNIT

USAHA

BERSAMA

1 KELAS BELAJAR 1 0,354 0,879**

2 UNIT KERJASAMA 0,354 1 0,311

3 UNIT USAHA BERSAMA 0,879** 0,311 1

Ket; * Signifikan pada level 0,05, ** Signifikan pada level 0,01

Page 28: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

24

Pada Tabel 8. Menunjukkan bahwa

bila kelompok sebagai unit usaha

bersama berfungsi dengan baik, maka

fungsi sebagai kelas belajarpun akan

berfungsi dengan baik, dan demikian

sebaliknya. Sedangkan fungsi kelompok

yang lain tetap masih ada hubungan

yang timbal balik namum pada kasusu

kelompok perikanan di Kabupoaten

bekasi belum memperlihatkan keeratan

yang kuat antar fungsi kelompok sebagai

kelas belajar dengan sebagai unit

produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Umur kelompok perikanan yang ada

di Kbaupaten Bekasi relatif masih

muda yaitu rata-rata baru 3,7 tahun

dengan kelas kelompok rata-rata

madya, dan jumlah anggota relatif

cukup yaitu 25 oanggota per

kelompok

2. Ke delapan unsur dinamika kelompok

pada 53,4% sampai 93,3% pada

katagori cukup, yang pada katagori

tinggi hanya 23,3% yaitu pada unsur

tekanan pada kelompok.

3. Fungsi kelompok persentase tertinggi

pada katagori sedang (60-87%), pada

katagori tinggi hanya 10% pada

fungsi unit usaha bersama, sedang

pada unit kelas belajar dan nunit

produksi tidak ada katagori tinggi.

4. Nilai korelasi faktor internal

kelompok tidak yang berhubungan

erat dengan fungsi kelompok

5. Unsur dinamika kelompok yang

berhubungan erat dengan fungsi

kelompok yaitu unsur tekanan pada

kelompok dan keberhasilan

kelompok, sedangkan yang

berkorelasi kuat dengan faktor

internal kelompok pada unsur

pengembangan kelompok..

Saran

1. Pembinaan terhadap unsur-unsur

dinamika kelompok sangat penting

dalam upaya peningkatan fungsi

kelompok

2. Pemahaman tentang unsur

dinamika kelompok dan fungsi

kelompok oleh anggota kelompok

sangat penting dalam peningkatan

produktivitas kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1980. ”Pembinaan

Kelompoktani”. Pusat

Penyuluhan Pertanian,

Departemen Pertanian,

Jakarta.

..................., 2006. Undang-Undang

Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan, Nomor 16.

Tahun 2006.

.................., 2011. Per MenKP no.

14/2011 Pedoman

Penumbuhan Kelambagaan

Pelaku Utama Perikanan.

Pranoto, J dan Suprapti, W. 2006.

Membangun Kerjasama Tim

(Team Building). Lembaga

Administrasi Negara –

Republik Indonesia, Jakarta.

Mardikanto. T, 1993. Penyuluhan

Pembangunan Pertanian.

Sebelas Maret University

Press, Surakarta.

Margono Slamet, 1989. “Kumpulan

Bacaan Penyuluhan

Pertanian”.. Institut

Pertanian Bogor.

Page 29: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

25

Kerlinger, F.N., 2002. Asas-asas

Penelitian Behavioral.

Diterjemahkan landing R.

Simatupang. Yogyakarta:

Gajah mada University Press.

Rogers, E.M. & FF Shoemaker, 1987.

Memasyarakatkan Ide-Ide

baru. Disarikan oleh

Abdillah hanafi. Surabaya:

Usaha Nasional.

Page 30: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

26

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PENYULUHAN

(Kasus pada Kelompok Ranca Kembang Desa Luhur Jaya

Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten)

Oleh :

Nayu Nurmalia, Ani Leilani, Muh. Patekkai

Dosen Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan

ABSTRAK

Media penyuluhan merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam kegiatan

penyuluhan. Penggunaan media massa contohnya, yang harus dipertimbangkan dalam

penggunaannya adalah peranannya dalam program penyuluhan, penggunaannya

secara efektif. Yang penting adalah efek yang diharapkan, dan cara menggunakannya

untuk menjamin agar arti pesan menjadi sejelas mungkin. Pilihan terhadap media

massa yang digunakan, dan perbedaan antara media massa dan komunikasi anatar

pribadi. Penggunaan media menjadi sangat penting dalam rangka adopsi inovasi oleh

pelaku utama perikanan. Dari proses adopsi inovasi dan media yang digunakan juga

bisa memperlihatkan tingkat efektifitas masing-masing media. Tujuan dari penelitian

ini adalah mengetahui tingkat efektifitas penggunaan media penyuluhan pada

kelompok pembudidayaikan Ranca Kembang. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Januari sampai Februari 2014 yang berlokasi penelitian di Desa Luhur Jaya

Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan jumlah sample

sebanyak 30 orang. Data kemudian dianalisis dengan uji Koefisien Korelasi Pearson.

Faktor internal berhubungan dengan faktor eksternal pembudidaya ikan tingkat

pendidikan, tingkat kekosmopolitan dan tingkat keinovatifan. Sedangkan faktor

eksternal pembudidaya yang berhubungan dengan faktor internal adalah materi

penyuluhan, kemasan penyuluhan dan penyajian penyuluhan. Faktor internal

pembudidaya ikan (umur, pendidikan, tingkat kebutuhan, tingkat kekosmolitan dan

tingkat keinovatifan) tidak menunjukkan hubungan dengan penggunaan media

penyuluhan baik berupa media cetak maupun media tertayang. Faktor Eksternal yang

mempunyai hubungan sangat erat dengan penggunaan media penyuluhan yaitu untuk

materi berhubungan erat dengan penggunaan media brosur dan film. Faktor eksternal

kemasan media berhubungan dengan penggunaan media peta singkap. Sedangkan

faktor eksternal penyajian media penyuluhan berhubungan erat dengan penggunaan

media penyuluhan berupa leaflet, peta singkap dan majalah.

Kata Kunci: media penyuluhan, adopsi inovasi, kelompok, pelaku utama.,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyelenggaraan penyuluhan

merupakan proses pembelajaran bagi

pelaku utama serta pelaku usaha agar

mereka mau dan mampu menolong serta

mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses informasi pasar, teknologi

pemodalan, dan sumberdaya lainnya

sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha,

pendapatan dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyelenggaraan penyuluhan

diharapkan mampu memberikan suatu

perubahan sosial baik pada individu

Page 31: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

27

maupun masyarakat agar dapat terwujud

perubahan yang lebih baik sesuai dengan

yang diharapkan. Dari pelaksanaan

penyuluhan tersebut diharapkan

masyarakat mampu mendapatkan atau

mengembangkan pengetahuan,

keterampilan serta perilakunya maupun

keluarganya. Oleh karena itu, proses dan

penyelenggaran penyuluhan harus dibuat

sedemikian rupa agar masyarakat mau,

mampu, tertarik, dan ikut serta dalam

penyelenggaraanpenyuluhan sehingga

mampu mewujudkan harapan yang

diinginkan.

Salah satu unsur penting yang

perlu diperhatikan dalam

penyelenggaraan penyuluhan adalah

pemilihan Media penyuluhan. Dimana

media penyuluhan merupakan segala

sesuatu yang berisi pesan atau informasi

yang dapat membantu kegiatan

penyuluhan. Media penyuluhan

perikanan digunakan dalam rangka

mengefektifkan penyampaiaan pesan

pada proses komunikasi antara

penyampai pesan dengan masyarakat

sasaran penyuluhan. Pada faktanya,

proses komunikasi dalam hal ini

penyampaian informasi yang hanya

menggunakan kata-kata atau tanpa media

jarang bisa dimengerti oleh sasaran

penyuluhan sehingga diperlukan adanya

media penyuluhan yang mampu

membantu dalam proses penyampaian

pesan.

Penggunaan media setidaknya

mampu memberikan banyak manfaat

seperti; mempermudah dan mempercepat

sasaran dalam menerima pesan, mampu

menjangkau sasaran yang lebih luas, alat

informasi yang akurat dan tepat, dapat

memberikan gambaran yang lebih

kongkrit, baik unsur gambar maupun

geraknya, lebih atraktif dan komunikatif,

dapat menyediakan lingkungan belajar

yang amat mirip dengan lingkungan

kerja sebenarnya, memberikan stimulus

terhadap banyak indera, dapat digunakan

sebagai latihan kerja dan latihan

simulasi.

Pemilihan penggunaan media

penyuluhan merupakan faktor yang

mutlak diperlukan karena mampu

mempengaruhi efektivitas kegiatan

penyuluhan yang dilaksanakan. Sebagai

contoh, peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap masyarakat

merupakan hasil suatu proses

pembelajaran dalam kegiatan

penyuluhan, dimana keberhasilan

tersebut sangat dipengaruhi oleh

efektivitas penggunaan media. Oleh

karenanya, dalam rangka mengefektifkan

penggunaan media penyuluhan

seyogyanya ada beberapa hal yang

diperlukan dalam pemilihan media

penyuluhan yakni: tujuan perubahan,

karakteristik sasaran, strategi

komunikasi, isi pesan, biaya dan

karakteristik wilayah.

Berdasarkan pertimbangan

tersebut, penelitian yang akan

dilaksanakan pada kelompok Ranca

Kembang Kecamatan Cipanas

Kabupaten Lebak adalah efektifitas

penggunaan media penyuluhan terhadap

peningkatan kemampuan pelaku utama.

Dari hasil penelitian tersebut, nantinya

diharapkan akan diperoleh hasil dan

kajian tentang penggunaan media

penyuluhan yang efektif yang

diadasarkan pada karakteristik

penyelenggaran penyuluhan baik dari

aspek sasaran, pengirim pesan, isi pesan

serta kondisi wilayah tersebut.

Page 32: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

28

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui tingkat efektifitas

penggunaan media penyuluhan pada

kelompok pembudidaya ikan Ranca

Kembang Desa Luhur Jaya Kecamatan

Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Jawa

Barat.

KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Kemampuan pelaku utama

dapat ditingkatkan melalui penyampaian

informasi tentang pengetahuan dan

keterampilan yang terkait dengan usaha

yang dilakukan oleh pelaku utama.

Penyampaian informasi/pesan bagi

pelaku utama tersebut dapat dilakukan

dengan bantuan penggunaan media

penyuluhan sebagai alat dalam

menciptakan efektivitas dan peningkatan

kemampuan. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan satu hal yaitu penggunaan

dan pemilihan media penyuluhan yang

sesuai dengan selera dan kepentingan/

kebutuhan serta menarik bagi sasaran

sehingga mampu mempercepat proses

adopsi dan difusi suatu inovasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu

ditelaah hubungan antara faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan pelaku

utama dengan penggunaan media

penyuluhan baik faktor internal maupun

faktor eksternal.

Karakteristik Internal

Pembudidaya

Umur

Tingkat pendidikan

Tingkat kebutuhan informasi

Tingkat kekosmopolitan

Tidak keinovatifan

Penggunaan media

penyuluhan

Media tercetak

Brosur

Folder

Leaflet

Peta singkap

Koran

Majalah

Media tertayang

Power point

Film

Karakteristik Eksternal

Materi penyuluhan

Kemasan media penyuluhan

Penyajian media penyuluhan

Gambar 1. Hubungan antara faktor internal dan eksternal pelaku utama dengan

penggunaan media penyuluhan

Tingkat Pemanfaatan

Media

Tingkat

pemanfaatan media

oleh pelaku utama

perikanan/

Pembudidaya ikan

Page 33: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

29

METODELOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan

Januari sampai Februari 2014. Lokasi

penelitian pada kelompok Ranca

Kembang Desa Luhur Jaya Kecamatan

Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi

Banten dengan pertimbangan bahwa

kelompok tersebut merupakan binaan

Pusat Penyuluhan BPSDMKP dan

Sekolah Tinggi Perikanan Jurusan

Penyuluhan Perikanan Bogor

Analisa Data

Data dan hasil penelitian yang

telah dikumpulkan yang bersifat

kualitatif ditabulasi dan dianalisis secara

deskriptif, sedangkan data kuantitatif

diuji dengan uji statistik non parametrik.

Keeratan hubungan antara peubah

(hubungan antara variabel bebas dengan

variabel tidak bebas) digunakan Uji

korelasi rank Spearman (rs) (Siegel,

1997)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Internal Pembudidaya

Ikan

Karakteristik responden yang

diamati dalam penelitian ini meliputi

faktor internal yaitu umur, tingkat

pendidikan, tingkat kebutuhan, tingkat

kekosmopolitan, dan tingkat

keinovatifan. Sebaran karakteristik

internal responden seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran karakteristik Internal Responden

NO Karakteristik

Internal

Responden

Katagori N Persentase

n=30

(%)

Interval

1 Umur Muda (< 34,9 thn

Sedang (34,9-54,7 thn)

Tinggi (> 54,7 thn)

3

22

5

10

73

17

27 - 65 thn

2 Tingkat

Pendidikan

Rendah SD

Sedang SMP

Tinggi SMA

10

9

11

33

30

37

SD – SMA

3 Tingkat

kebutuhan

Ya (3)

Kurang (2)

Tidak (1)

30

0

0

100

0

0

1-3

4 Tingkat

Kekosmopolitan

Ya (3)

Kadang-kadang (2)

Tidak (1)

24

6

0

80

20

0

1 – 3

5 Tingkat

Keinovatifan

Ya (3)

Kadang-kadang (2)

Tidak (1)

29

1

0

96,7

3,3

0

1 – 3

Hasil penelitian pada Tabel 1

menunjukkan bahwa umur responde

berkisar antara 27 – 65 tahun dengan

umur rata-rata 44,8 tahun. Umur

responden didominasi pada umur

sedang ( 34,9– 54,7) tahun. Umur

merupakan suatu aspek yang

berhubungan dengan kemampuan fisik

maupun psikologis seseorang.

Berdasarkan data umur tersebut

menunjukkan bahwa responden sebagai

pembudidaya ikan kelompok Ranca

Page 34: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

30

Kembang Kecamatan Cipanas

Kabupaten Lebak sebanyak 83 % masih

tergolong usia produktif yaitu antara (27-

54,7) tahun. Umur responden dengan

kategori usia tua ( > 54,7 tahun) hanya

17 %.

Berdasarkan Tabel 1.

menunjukkan bahwa responden memiliki

tingkat pendidikan yang berbeda-beda

mulai dari tamat SD mencapai 10 orang

(33%), sedangkan SLTP yaitu 9 orang

petani (30%) dan SLTA yaitu 11 orang

(37%). Pengkategorian tingkatan SD,

SLTP dan SLTA dinilai dapat

membedakan wawasan, pengetahuan dan

cara berfikir seseorang terutama dalam

menyerap materi usaha budidaya

perikanan dengan penggunaan berbagai

media penyuluhan. Gambaran tingkat

pendidikan pembudidaya anggota

kelompok menunjukkan seluruh anggota

memiliki kemampuan baca-tulis, berarti

memungkinkan untuk menyerap

informasi dari media sesuai kebutuhan

untuk kemajuan usahanya.

Tingkat kebutuhan informasi

perikanan terkait dengan kegiatan usaha

yang dijalankan, sesuai hasil penelitian

pada Tabel 2. menunjukkan bahwa

semua responden (100%) membutuhkan

informasi perikanan. Hal tersebut artinya

dalam mengelola usahanya pembudidaya

anggota kelompok membutuhkan

informasi yang sesuai dengan usaha

budidaya yang sedang dijalankannya.

Tingkat kekosmopolitan adalah

aktivitas seseorang ke luar lokasi atau

daerahnya dalam mencari inovasi-

inovasi terkait dengan teknologi

budidaya ikan. Pembudidaya ikan

anggota kelompok Ranca Kembang

termasuk pembudidaya ikan dengan

tingkat kekosmopolitan yang cukup, data

hasil penelitian menunjukan bahwa

keaktifan mencari informasi termasuk

kategori tinggi sebanyak 80 % dari 30

responden. Hal tersebut menunjukkan

bahwa anggota kelompok Ranca

Kembang respon dan aktif dalam

mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan peningkatan

usahanya, selain informasi yang diterima

dari penyuluh perikanan. Keaktifan

mencari informasi merupakan upaya

anggota untuk mendapatkan teknologi

usahatani yang baru, baik dari

sumbernya langsung (lembaga

penelitian), lembaga penyuluhan, pakar,

dan kontaktani sebagai pemimpin

kelompok.

Tingkat keinovatifan adalah sikap

anggota kelompok pembudidaya ikan

untuk mau dan menerapkan inovasi yang

diperolehnya pada kegiatan usaha. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar anggota kelompok pembudidaya

ikan sebanyak 96,7% termasuk tingkat

keinovatifannya tinggi dan sebanyak 3,3

% termasuk tingkat keinovatifannya

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

responden dapat menerima informasi

baru yang disampaikan oleh penyuluh.

Karakteristik Eksternal

Pembudidaya Ikan

Karakteristik responden yang

diamati dalam penelitian ini meliputi

faktor eksernal yaitu materi penyuluhan,

kemasan media dan penyajian media.

Sebaran karakteristik ekternal responden

seperti pada Tabel 2.

.

Page 35: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

31

Tabel 2. Sebaran Karakteristik Eksternal Responden

No Karakteristik

Eksternal

Responden

Kategori N Persentase

(%)

n = 30

Interval

1 Materi

penyuluhan

Ya (3)

Kadang-kadang (2)

Tidak (1)

24

3

3

80

10

10

1 - 3

2 Kemasan media

penyuluhan

Selalu (3)

Kadang-kadang (2)

Tidak (1)

20

8

2

66,6

26,7

6,7

1 - 3

3 Tingkat penyajian

media penyuluhan

Cukup (3)

Kurang (2)

Tidak (1)

27

3

0

90

10

0

1 – 3

Materi penyuluhan, pada

hakekatnya merupakan segala pesan

yang ingin dikomunikasikan oleh

seorang penyuluh kepada masyarakat

penerima manfaatnya (Mardikanto,

2009). Definisi materi penyuluhan pada

penelitian ini adalah isi informasi yang

diberikan penyuluh kepada responden.

Berdasarkan data hasil penelitian

sebagian besar responden (80%)

menunjukkan bahwa materi penyuluhan

yang diberikan oleh penyuluh adalah

materi baru yang dibutuhkan oleh

responden. Apapun materi penyuluhan

yang disampaikan oleh seorang

penyuluh, pertama-tama harus diingat

bahwa materi tersebut harus selalu

mengacu kepada kebutuhan yang telah

dirasakan oleh masyarakat sasarannya

artinya materi penyuluhan dapat

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan

sasaran.

Kemasan media penyuluhan adalah

hasil produksi media sesuai selera dan

keinginan responden. Data hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden (66,6%) menunjukkan

bahwa kemasan media penyuluhan yang

digunakan oleh penyuluh dalam kegiatan

penyuluhan cukup sesuai dengan

keinginan responden.

Tingkat penyajian media

penyuluhan adalah kemampuan

menyajikan media penyuluhan sesuai

dengan jenis media yang digunakan.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel

2 menunjukkan sebagian besar (90%)

responen menyatakan bahwa tingkat

penyajian pesan media penyuluhan yang

diberikan penyuluh cukup menarik dan

mudah untuk dipelajari/dipraktekkan.

Hubungan antara faktor internal

dengan faktor eksternal pelaku utama

Hasil analisis hubungan faktor

internal dan faktor eksternal

pembudidaya ikan (pelaku utama)

disajikan pada Tabel 3.

Page 36: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

32

Tabel 3. Hubungan Faktor internal dan Faktor Eksternal Responden

Internal

Eksternal Umur Pendidikan

Tingkat

Kebutuhan

Tingkat

Kekosmopolitan

Tingkat

Keinovatfan

Materi -0,061 -0,168 a 0,547** 0,203

Kemasan

media 0,021 0,365* a 0,218 0,182

Penyajian

media 0,391 0,385* a 0,111 0,156*

Keterangan: * Hubungan yang erat pada taraf kepercayaan 0,05

** Hubungan yang sangat erat pada taraf kepercayaan 0,01

Berdasarkan hasil analisis pada

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur

pembudidaya ikan tidak menunjukkan

korelasi (hubungan) yang erat dengan

materi, kemasan media dan penyajian

media penyuluhan. Pendidikan

pembudidaya menunjukkan hubungan

yang erat dengan kemasan media dengan

korelasi 0,365* dan menunjukkan

hubungan yang erat penyajian media

penyuluhan dengan korelasi 0,385*,

sedangkan pendidikan tidak

menunjukkan hubungan dengan materi

penyuluhan.

Tingkat kekosmopolitan

menunjukkan hubungan yang erat

dengan materi penyuluhan dengan

korelasi 0,547**, tetapi tidak

menunjukkan hubungan dengan kemasan

dengan penyajian media penyuluhan.

Faktor internal tingkat keinovatifan

pembudidaya berhubungan erat dengan

penyajian media dengan korelasi 0,156*,

tetapi tidak menunjukkan hubungan

dengan materi dan kemasan media

penyuluhan.

Hubungan antara faktor internal

dengan penggunaan media

penyuluhan

Hasil analisis hubungan faktor

internal pembudidaya ikan (pelaku

utama) dengan penggunaan media

penyuluhan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hubungan faktor internal dengan penggunaan media

Penggunaan

media

F. Internal

Brosur Folder Leaflet Peta

singkap

Power

point

Film Koran Majalah

Umur 0,309 0,133 0,228 0,036 0,73 0,121 -0,94 0,020

Pendidikan 0,104 -0,026 -0,186 -0,083 -0,160 0,037 0,367 0,432

Tingkat

Kebutuhan

a a a a a a A a

Tingkat

kekosmolitan

0,078 0,075 0,250 0,364 -0,047 0,181 -0,312 -0,508

Tingkat

keinovatifan

0,132 0,121 0,093 0,051 0,223 0,551 0,137 0,121

Keterangan: * Hubungan yang erat pada taraf kepercayaan 0,05

** Hubungan yang sangat erat pada taraf kepercayaan 0,01

Page 37: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

33

Berdasarkan data hasil analisis

pada Tabel 4 menunjukkan bahwa umur,

pendidikan, tingkat kekosmopolitan dan

tingkat keinovatifan tidak menunjukkan

hubungan (korelasi) dengan penggunaan

media penyuluhan baik media cetak

berupa brosur, folder, leaflet, peta

singkat, koran dan majalah maupun

dengan media tertayang yaitu power

point dan film.

Hubungan antara faktor eksternal

pelaku utama dengan penggunaan

media penyuluhan

Hasil analisis hubungan faktor

eksternal pembudidaya ikan (pelaku

utama) dengan penggunaan media

penyuluhan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan faktor eksternal dengan penggunaan media

Penggunaan

media

F.Ekternal

Brosur Folder Leaflet Peta

singkap

Power

point

Film Koran Majalah

Materi 0,263** 0,304 0,278 0,364 -0,062a 0,364** -0,262 -0,424

Kemasan

media

-0,225 -0,229 0,009 0,179* 0,362a 0,126 -0,121 -0,147

Penyajian

media

0,015 0,050 0,259* 0,192* 0,008a 0,008 -0,013 0,006*

Keterangan: * Hubungan yang erat pada taraf kepercayaan 0,05

** Hubungan yang sangat erat pada taraf kepercayaan 0,01

Berdasarkan data hasil analisis

pada Tabel 5, materi penyuluhan

menunjukkan hubungan yang erat

dengan penggunaan media dalam bentuk

brosur dengan korelasi 0,263** dan

media penyuluhan dalam bentuk film

dengan korelasi 0,364**. Sedangkan

tidak menunjukkan hubungan antara

materi penyuluhan dengan penggunaan

media dalam bentuk folder, leaflet, peta

singkap, power point, koran dan majalah.

Kemasan media penyuluhan

menunjukkan hubungan yang erat

dengan penggunaan media penyuluhan

berupa peta singkap dengan korelasi

0,179*. Sedangkan tidak menunjukkan

hubungan kemasan media penyuluhan

dengan penggunaan media penyuluhan

berupa brosur, folder, leaflet, power

point, film, koran dan majalah.

Penyajian media penyuluhan

menunjukkan hubungan yang erat

dengan penggunaan media penyuluhan

berupa leaflet, peta singkap dan majalah

dengan masing-masing korelasi 0,259*,

0,192 dan 0,006. Sedangkan tidak

menunjukkan hubungan antara penyajian

media penyuluhan dengan penggunaan

media dalam bentuk brosur, folder,

power point, film dan koran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Faktor internal berhubungan dengan

faktor eksternal pembudidaya ikan

tingkat pendidikan, tingkat

kekosmopolitan dan tingkat

keinovatifan. Sedangkan faktor

eksternal pembudidaya yang

berhubungan dengan faktor internal

adalah materi penyuluhan, kemasan

penyuluhan dan penyajian penyuluhan

Page 38: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

34

2. Faktor internal pembudidaya ikan

(umur, pendidikan, tingkat kebutuhan,

tingkat kekosmolitan dan tingkat

keinovatifan) tidak menunjukkan

hubungan dengan penggunaan media

penyuluhan baik berupa media cetak

maupun media tertayang.

3. Faktor Eksternal yang mempunyai

hubungan sangat erat dengan

penggunaan media penyuluhan yaitu

untuk materi berhubungan erat

dengan penggunaan media brosur dan

film. Faktor eksternal kemasan media

berhubungan dengan penggunaan

media peta singkap. Sedangkan faktor

eksternal penyajian media penyuluhan

berhubungan erat dengan penggunaan

media penyuluhan berupa leaflet, peta

singkap dan majalah..

Saran

1) Penggunaan/pemilihan media

penyuluhan harus sesuai dengan

kebutuhan sasaran dan sumberdaya

di lokasi penyuluhan.

2) Proses penyampaian pesan/informasi

teknologi/pembelajaran dalam

kegiatan penyuluhan dengan

penggunaan media harus jelas dan

menarik dan interaktif, sehingga

dapat meningkatkan kualitas pesan

yang disampaikan

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Undang-Unadang No. 16

tahun 2006. Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan

Anonimous. Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aaparatur

Negara Nomor

PER/19/M.PAN/10/2008

Tentang Jabatan fungsional

penyuluh perikanan dan angka

kreditnya.

Mardikanto T. 2009. Sistem

Penyuluhan Pertanian.

Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Sigel S. 1956. Nonparametric Statistics

for Behavioral Sciences. Tokyo:

Mc.Graw Hill-Kogakusha. Ltd

Singarimbun, M. dan Effendi, S. Editor.

1989. Metode Penelitian Survei.

Jakarta: Lembaga Penelitian,

Pendidikan, dan Penerangan

Ekonomi dan Sosial.

Van Den Ban AW, Hawkins HS. 1999.

Penyuluhan Pertanian.

Yogyakarta: Kanisius.

Page 39: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

35

KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK IKAN PATIN (Pangasius pangasius)

Oleh

Tatty Yuniarti, Romauli J Napitupulu, Iis Jubaedah, Ganjar Wiryati

Dosen Sekolah tinggi Perikanan

ABSTRAK

Ikan asap adalah salah satu produk olahan tradisional di Indonesia. Berbagai

jenis ikan dapat digunakan sebagai bahan baku ikan asap. Salah satunya adalah ikan

patin (Pangasius-pangasius). Modifikasi pengasapan ikan digunakan untuk

menghasilkan ikan asap yang disukai konsumen. Modifikasi ikan asap yang dilakukan

pada penelitian ini terdiri dari dua (2) model ikan asap yaitu ikan patin tanpa disayat

diasapi (A) dan ikan patin disayat (B) kemudian diasapi. Penyayatan daging pada

salah satu model ikan asap diharapkan dapat memperluas permukaan kontak daging

ikan dengan asap sehingga menghasilkan profil sensori yang berbeda. Metoda yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji sensori skala rating hedonik. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menentukan model ikan asap yang disukai oleh konsumen.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ikan asap dengan bahan baku ikan patin berat

rata-rata 280-320 gr menghasilkan rendemen ikan asap sebanyak kurang lebih 60%.

Dari hasil uji sensori diketahui bahwa panelis lebih memilih atribut penampakan dan

tekstur untuk ikan asap yang disayat dan panelis memilih untuk atribut rasa dan bau

pada ikan asap yang tanpa disayat. Komposisi ikan asap tanpa disayat adalah protein

13%, lemak 0,54%, air 73% dan mineral 1,77%, untuk ikan asap bersayat kadar

protein 23%, lemak 0,44%, air 65% dan mineral 0,96%.

Kata kunci: ikan patin (Pangasius pangasius), ikan asap, ikan asap bersayat

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sebagai negara yang 70 persen

kawasannya berupa perairan dan laut

serta belasan ribu pulau, Indonesia

memiliki potensi untuk mengembangkan

ekonomi berbasiskan kelautan dan

perikanan. Optimalisasi pemanfaatan

sektor kelautan dan perikanan tentunya

dapat berjalan jika para pemuda turut

terjun langsung untuk mengelola potensi

sumber daya kelautan dan perikanan

yang bersandar pada prinsip-prinsip Blue

Economy. Konsep Blue Economy

menawarkan platform yang luas dari ide-

ide inovatif, sehingga dapat merangsang

kaum muda untuk berwirausaha di setiap

sektor bisnis kelautan dan perikanan

melalui pemanfaatan sumber daya yang

tersedia secara berkelanjutan (KKP

2013). Ikan asap adalah salah satu

produk unggulan yang dihasilkan dari

peserta didik Sekolah Tinggi Perikanan,

satuan kerja di bawah Kementerian

Kelautan dan Perikanan sebagai media

pembelajaran menuju wirausaha muda

yang tangguh.

Pemilihan ikan asap sebagai

produk unggulan karena ikan asap

Page 40: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

36

adalah salah satu produk tradisional

yang populer di Indonesia. Berbagai

jenis ikan asap tersebar di wilayah

nusantara. Beberapa produk ikan asap

khas Indonesia diantaranya adalah ikan

salai dari Sumatera Barat, ikan fufu dari

Sulawesi Utara, ikan pe dari Jawa

Tengah, ikan kayu dari Sulawesi

Tenggara, Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Utara. Jenis bahan baku, jenis

kayu, metode pengasapan maupun

faktor-faktor proses lainnya yang

dilakukan di daerah-daerah tersebut

memiliki ciri yang khas sehingga

menghasilkan karakteristik ikan asap

yang berbeda.

Bahan baku ikan asap yang

digunakan pada penelitian ini adalah

ikan patin (Pangasius pangasius),

mengingat ikan patin adalah salah satu

komoditas unggulan budidaya ikan air

tawar di Kabupaten Bogor (Dinas

Peternakan dan Perikanan 2010), dimana

Kampus Sekolah Tinggi Perikanan

berlokasi. Ikan patin asap yang

diproduksi oleh peserta didik (taruna)

Sekolah Tinggi Perikanan mempunyai

kelemahan yaitu kadar air yang masih

tinggi dan bentuk yang biasa, oleh

karena itu maka akan dibuat produk ikan

asap dibuat dua (2) model ikan asap

yaitu ikan asap tidak bersayat (A) dan

ikan asap (bersayat). Model tersebut

nantinya akan diuji baik uji kimia yaitu

uji kadar air, protein, lemak dan mineral,

dan uji sensori. Pertimbangan pemilihan

model ikan asap ditentukan juga oleh

besarnya yield dan lama waktu produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menentukan model ikan asap yang

disukai oleh konsumen. Manfaat dari

penelitian ini diharapkan produk ikan

asap dapat menjadi contoh produk

wirausaha peserta didik yang bisa

diterima konsumen, aman dan

menguntungkan serta diterima oleh

suplier baik toko konvensional maupun

retail modern.

METODA PENELITIAN

Bahan baku penelitian

menggunakan ikan patin (Pangasius

pangasius) yang diambil dari kolam

praktek taruna di Astana Gedhe,

Kompleks Sekolah Tinggi Perikanan,

Bogor. Waktu penelitian pada bulan

Februari-Mei 2013, di Laboratorium

Pasca Panen dan Laboratorium Kimia,

Sekolah Tinggi Perikanan. Penelitian

menggunakan dua (2) model ikan asap,

yaitu ikan asap tanpa sayatan (A) dan

ikan asap bersayat (B). Prosedur

pembuatan ikan asap menggunakan

metoda pengasapan panas bertahap

(Unlusayin et al. 2007) yang

dimodifikasi. Tahapan pengasapan yaitu

penyiangan, pencucian, membelah ikan

pada bagian punggung sehingga

membentuk kupu-kupu, kemudian

membagi ikan asap menjadi dua bagian

model yaitu yang tidak disayat (A) dan

disayat (B), kemudian merendam ikan

patin dalam air garam 5% hingga ikan

terendam seluruhnya selama 30 menit.

Garam yang digunakan adalah garam

halus yang telah bersertifikat halal.

Selanjutnya ikan cuci dengan air bersih

dan ditiriskan, diangin-anginkan selama

30 menit dengan bantuan kipas angin.

Ikan diasapi dalam posisi digantung

dengan kepala diatas, pengasapan

menggunakan bahan bakar asap berupa

tempurung kelapa pada suhu 50 oC

selama 4 jam dilanjutkan pemanasan 70 oC selama 1 jam dan 80 oC pada jam ke-

6. Selesai pengasapan, ikan asap

Page 41: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

37

diangkat dan dibiarkan semalam,

dikemas menggunakan plastik HDPE.

Pengujian komposisi kimia berupa

uji proksimat meliputi kadar air, protein,

lemak, abu dan karbohidrat dan uji TBA.

Bahan kimia yang digunakan untuk

analisa antara lain asam thiobarbiturik

(TBA), asam klorida (HCl), heksana,

natrium hidroksida (NaOH), indikator

phenolphtalein, asam sulfat (H2SO4),

serbuk selenium, asan borat (H3BO3).

Alat yang digunakan antara lain

peralatan penyiangan ikan yaitu pisau,

talenan, baskom, timbangan, alat

pengasapan berupa lemari pengasapan

dua pintu dan dua cerobong asap,

dimensi lemari tersebut adalah panjang x

lebar x tinggi yaitu 2 m x 50 cm x 2 m.

Peralatan analisa antara lain

spektrofotometer, oven, furnace,

timbangan analitik, labu kjeldahl, labu

soxchlet dan peralatan gelas kimia.

HASIL PENELITIAN

Bahan baku ikan patin yang

digunakan pada penelitian ini sebanyak

40 ekor ikan. Berat ikan antara 280-320

gr atau dengan berat rata-rata 301 gr.

Ikan patin disiangi, dibuang organ dalam

dan insangnya, kemudian dicuci

menghasilkan rendemen bahan baku

ikan patin siap asap sebesar 73%.

Faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam proses produksi

yang menguntungkan dan terkontrol

adalah yield dan karakteristik produk

akhir. Saat ini selain faktor tersebut,

faktor lain yang dipertimbangkan dalam

proses produksi antara lain segi

kesehatan, komposisi kimia produk

seperti protein, lemak, kadar garam, air

dan lain lain serta pertimbangan warna,

tekstur dan aspek sensori lainnya

(Cardinal et al. 2001). Pada ikan salmon

asap, yield dan mutu produk tergantung

pada proses produksi, seperti

penghilangan kepala, filleting dan

pemotongan ikan (trimming), pemilihan

proses seperti pengasapan, pengasapan

kering, penggaraman dan teknik

pengasapan, pengendalian parameter

proses seperti konsentrasi garam, suhu

pengasapan, kelembaban, dan

karakteristik dari bahan baku ikan (raw

material) (Rora et al. 1998). Karkas

berupa organ dalam ikan rainbow trout

adalah 13%, atau yield sebesar 87%,

yield berkurang menjadi 61% pada

perlakuan tanpa pemotongan daging ikan

(untrimmed) dan menjadi 41% pada

perlakuan pemotongan daging (trimmed)

(Bugeon et al. 2010). Selanjutnya ikan

patin diasapi dan menghasilkan yield

ikan asap tidak bersayat (A) sebesar 61%

dan yield ikan asap bersayat (B) sebesar

58%. Ikan lele (Clarias gariepinus)

dengan berat 500-400 gr, yang diasapi

tradisional selama 4 jam menghasilkan

yield ikan lele asap sebesar 40-34%

(Agbabiaka et al. 2102). Besarnya yield

akan dapat digunakan untuk

mempertimbangkan secara ekonomis

produk yang dipilih oleh produsen.

Komposisi kimia dilakukan

dengan menggunakan analisa proksimat

untuk mengetahui perkiraan jumlah

relatif protein, lemak, air, air dan

karbohidrat pada ikan patin segar, ikan

asap tidak bersayat (A) dan ikan patin

bersayat (B). Kadar air ikan patin

sebagai bahan baku adalah 78%. Kadar

air ini lebih rendah dari kadar air ikan

lele sebesar 79,73% (Nurjanah, Abdullah

2010) dan ikan nike (Awous

melanocephalus) sebesar 79,76% (Yusuf

at al. 2012). Komposisi kimia setiap

Page 42: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

38

spesies dan individu ikan berbeda-beda

tergantung pada umur, jenis kelamin,

habitat dan musim (Islam, Joadder

2005), jenis makanan yang dikonsumsi

oleh ikan (Adewolu, Bafeney 2009).

Dari hasil uji proksimat, maka ikan patin

digolongkan dalam kelompok ikan kurus

sedikit berlemak karena kandungan

lemaknya <2%.

Proses pengasapan merubah

komposisi kimia terutama pada ikan

asap B, kadar air berkurang dari 78%

menjadi 65%. Unlusayin et al. (2007)

pada proses pengasapan ikan yang

dibuang organ dalamnya, direndam

dalam air garam 20%, dan diasapi 30 oC

selama 45 menit, selanjutnya 50 oC, 60 oC dan 70 oC selama 3 jam, dan 80 oC

selama 45 menit, komposisi kimia ikan

asap sea bass adalah kadar air 58,74%,

protein 13,30%, lemak 15,44%, abu

3,61%, karbohidrat 8,915; ikan sea

bream kadar air 56,97, protein 13,69%,

lemak 17,90%, abu 3,99%, karbohidat

7,45%; ikan rainbow trout kadar air

58,39%, protein 13,47%, lemak 15,

24%, abu 3,98%, karbohidrat 8,92%. Hal

ini disebabkan pengasapan pada suhu

tinggi menyebabkan air bebas pada

daging ikan keluar sehingga kadar air

menurun. Ahmed et al. (2010)

menyatakan bahwa penurunan

prosentase kadar air menyebabkan

peningkatan prosentase kadar protein,

lemak dan kadar abu pada berat basah

ikan asap. Komposisi kimia ikan patin

dan ikan patin asap disajikan pada Tabel

1.

Tabel 1 Komposisi kimia ikan patin dan hasil pengasapan (%)

Kode Air Protein Lemak Abu

Bahan baku 78 10 0,33 0,83

Ikan asap tanpa sayat (A) 73 13 0,54 1,77

Ikan asap bersayat (B) 65 23 0,44 0,96

Penentuan mutu organoleptik

menggunakan metoda rating hedonik

skala 1-10 untuk menentukan mutu

terbaik dengan atribut sensori

kenampakan, tekstur, bau dan rasa.

Ditentukan juga mutu ikan asap selama

penyimpanan pada suhu ruang. Pada

atribut kenampakan, panelis memilih

ikan asap bersayat (B). Sayatan pada

daging ikan membuat luas permukaan

kontak antara ikan dengan asap semakin

besar sehingga komponen kimia dari

asap dapat lebih mempengaruhi ikan

hasil pengasapan. Komponen yang

menyebabkan perubahan warna kuning

keemasan akan nampak pada sayatan

daging ikan sehingga panelis lebih

menyukainya. Warna yang terbentuk

dari proses pengasapan menurut Rozum

(2009), akibat senyawa yang terbentuk

dari proses pirolisis selulasa dan

hemiselulosa yaitu senyawa aldehid

terutama glokoaldehid dan piruvaldehid

yang berkontribusi dalam pembentukan

warna pada permukaan daging.

Pencoklatan terjadi dari reaksi Mailard,

yaitu senyawa karbonil dari asap

bereaksi dengan asam amino dari protein

daging ikan. Warna yang terbentuk

berkorelasi dengan suhu, kelembaban,

kandungan protein, sumber serta waktu

pengasapan. Pada hari ke-0, 2, 4, 6, 8

Page 43: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

39

nilai organoleptik atribut kenampakan

masih diterima oleh konsumen, tetapi

pada hari ke 10, produk sudah tertolak

baik pada sampel A dan B.

Menurut Rora et al. (1998)

kenampakan juga dipengaruhi warna asli

dari bahan baku ikan. Pengasapan

mengakibatpan terjadinya kehilangan air

pada daging ikan sehingga

meningkatkan konsentrasi karetenoid

pada ikan salmon sehingga

mempengaruhi warna produk ikan

salmon asap. Grafik tingkat penerimaan

konsumen terhadap ikan asap tanpa

disayat (A) dan ikan asap disayat (B)

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Profil Kenampakan Ikan patin asap

Keterangan: A = Ikan asap tanpa sayatan

B =Ikan asap bersayat

Tekstur pada ikan asap dengan

sayatan pada penyimpanan suhu ruang

hari ke-0 hingga hari ke 10, lebih disukai

daripada ikan asap tanpa sayatan karena

sayatan dapat memperluas kontak antara

panas pengasapan dengan daging

sehingga perpindahanpanas dari asap ke

daging ikan dapat berlangsung lebih

baik. Hal ini terlihat pada kadar air ikan

asap bersayat yang lebih rendah daripada

ikan asap tanpa sayat sehingga tekstur

ikan asap bersayat menjadi lebih

kompak dan padat. Faktor fisik yang

terlibat didalam pengeringan ikan asap

terdiri dari dua tahap migrasi air dari

permukaan produk yaitu penguapan

permukaan air dan difusi air dari daging

menuju permukaan daging. Faktor yang

mempengaruhi mekanisme migrasi

adalah komposisi kimia dari daging

terutama kandungan lemaknya.

Kecepatan difusi air pada daging lean

fish lebih cepat dari pada difusi air pada

daging berlemak, sehingga pengeringan

lebih cepat dan kehilangan air menjadi

lebih tinggi. Kehilangan air

menyebabkan sifat hardening pada

produk (Cardinal et al. 2001).

Kulit ikan banyak mengandung

kolagen. Kolagen adalah protein fiber

yang banyak terdapat kurang lebih 3%

pada hewan, terdapat pada kulit, tulang

dan jaringan penghubung pada tendon.

Sifat reologi kolagen dipengaruhi oleh

suhu, pH, konsentrasi kolagen dan ikatan

cross linking protein. Pemanasan dan pH

dapat meningkatkan sifat rigid pada

kolagen kulit cat fish (Zhang et al.

0

2

4

6

8

10

0 2 4 6 8 10

Kenampakan

A

B

Page 44: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

40

2010). Gambar tingkat kesukaan

konsumen terhadap atribut tekstur

disajikan pada Gambar 2

Gambar 2 Profil tekstur ikan patin asap

Keterangan: A = Ikan asap tanpa sayatan

B =Ikan asap bersayat

Tingkat kesukaan panelis pada bau

atau aroma ikan asap tanpa disayat (A)

lebih rendah daripada ikan bersayat (B).

Menurut Simko (2005) terdapat

beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat penerimaan

konsumen terhadap produk ikan asap

meliputi kualitas psiko kimia bahan baku

ikan segar, umur, jenis kelamin ikan,

musim penangkapan ikan, proses

pengasapan seperti sumber komponen

asap dari bahan bakar asap, suhu

pengasapan, kelembaban, waktu

pengasapan dan densitas asap. Menurut

Harmain et al. (2012) lama waktu

penyimpanan sosis ikan asap hingga hari

ke- 16, tidak berpengaruh terhadap

aroma sosis. Gambar tingkat penerimaan

panelis terhadap atribut bau ikan patin

asap disajikan pada Gambar 3

Gambar 3 Profil Bau (aroma) ikan patin asap

Keterangan: A = Ikan asap tanpa sayatan

B =Ikan asap bersayat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 2 4 6 8 10

Tekstur

A

B

0

2

4

6

8

10

0 2 4 6 8 10

Bau

A

B

Page 45: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

41

Secara umum atribut rasa pada

ikan patin asap tanpa sayatan (A) lebih

disukai dari pada ikan patin asap

bersayat. Hal ini disebabkan luasnya

permukaan pada kontak pada ikan patin

bersayat memungkinkan kontak

senyawa-senyawa asap dengan daging

ikan tidak terhalang oleh kulit ikan,

sehingga konsentrasi komponen asap

menjadi lebih tinggi dan rasa smoky

menjadi tajam pada ikan patin bersayat.

Ternyata rasa smoky yang tajam tidak

disukai oleh konsumen. Hal ini

kemungkinan karena konsentrasi

senyawa-senya asapyang lebih tinggi

pada ikan patin asap bersayat,

menyebabkan rasa ikan asap menjadi

lebih pahit dan berbau asap yang tajam

membuat konsumen lebih menyukai ikan

asap tanpa sayatan (A). Menurut

Cardinal et al. (2001) suhu pengasapan,

tahapan proses pengasapan seperti

proses thawing dan freezing raw

material ikan mempengaruhi penyerapan

garam dan komponen asap, selain

mempengaruhi struktur dan

mikrostruktur tekstur ikan salmon asap.

Suhu pengasapan dan teknik

pengasapan menghasilkan intensitas bau

dan rasa asap (smoke) yang bervariasi.

Semakin tinggi suhu pengasapan maka

akan meningkatkan deposit komponen

asap. Selain itu jenis kayu, metoda

produksi asap, temperatur pirolisis,

densitas asap dan waktu pengasapan

mempengaruhi atribut sensori ikan asap

(Cardinal et al. 1997). Gambar

penerimaan konsumen terhadap rasa

ikan patin asap disajikan pada Gambar 4

Gambar 4 Profil rasa ikan patin asap

Keterangan: A = Ikan asap tanpa sayatan

B =Ikan asap bersayat

Menurut Cardinal et al. (2006)

Tingkat penerimaan konsumen terhadap

ikan asap dipengaruhi oleh kebiasaan

makan konsumen karena tingkat

kebiasaan makan makanan tradisional

pada suatu daerah akan berbeda

sehingga mempengaruhi tingkat

penerimaan konsumen

KESIMPULAN

Model ikan patin asap utuh tanpa

sayatan secara umum lebih diterima dari

atribut rasa dan aroma, akan tetapi

produk ikan patin asap bersayat lebih

bisa diterima oleh konsumen pada

atribut tekstur dan kenampakan. Yield

0

2

4

6

8

10

0 2 4 6 8 10

Rasa

A

B

Page 46: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

42

ikan patin asap tanpa sayatan lebih tinggi

daripada yield ikan patin asap bersayat.

Dari penelitian ini maka produsen dapat

memilih model produk ikan asap yang

diinginkan dengan mempertimbangkan

karakteristik produk yang dihasilkan.

Sebagai saran, faktor lain yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan model

ikan asap adalah lama waktu

penyayatan, karena lama waktu

penyayatan akan berhubungan secara

ekonomis terhadap produk ikan asap

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official

Analytical Chemist. 2005. Official

Methods of Analysis of AOAC

International 18th Edition.

Gaithersburg, USA: AOAC

International.

[KKP]. 2013. Kaidah Blue Economy

Sudah Berjalan Puluhan Tahun Di

Indonesia. Siaran Pers Pusdatin

KKP . 29/04/2013.

http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/

9043/kaidah-blue-economy-sudah-

berjalan-puluhan-tahun-di-

indonesia/ [Diunduh tanggal 13

Oktober 2013]

Adewolu MA, Benfey TJ. 2009. Growth

nutrient utilization and body

composition of juvenil Bagrid

catfish, Chrysichthys nigrodigitatis

(Actiinopterygii: Siluriformes:

Claroteindae), fed different dietry

crude protein level. Acta

ichtyologica et Piscatoria Vol 39

No 2 page 95-101.

Agbabiaka LA, Amadi AS, Eke LO,

Madubuko CU, Ojukannaiye AS.

2012. Nutritional and storage

qualities of catfish (Clarias

gariepinus) smoked with

Anthonatha macrophylla. Science

Research Reporter Vol 2 No. 2:

142-145 ISSN: 2249-2321.

Ahmed EO, Ali ME, Khalid RA, Taha

HM, Mahammed AA. 2010.

Investigating the quality changes

of raw and hot smoked

Oreochromis niloticus and Clarias

lazera. Pak J Nutr Vol 9 No. 5:

481-484.

BeMiller JN. 2003. Carbohydrate

analysis. Di dalam: Nielsen SS,

editor. Food Analysis. New York:

Kluwer Academic/Plenum. hlm

143-174.

Bugeon J, F Lefevre, M Cardinal, A

Uyanik, A Davenel, P Haffray.

2010. Flesh quality in large

rainbow trout with high or low

fillet yield. Journal of Muscle

Foods Vol 21 Issue 4: 702-721.

Cardinal M, Berdague JL, Dinel V,

Knockaert C, Vallet JL. 1997.

Effet de differentes technique de

fumage sur la nature des compose

volatil et les caracteristiques

ssensorilles de la chair de saumn.

Science des Alments 17:679-696.

Cardinal M, C Knockaert, O Torrison S

Ssigussgislodottir, T Morkore, M

Thomassen. JL Vallet. 2001.

Relation of smoking parameters to

yield, color and sensory quality of

smoked Atlantic salmon (Salmo

salar). Food Research

International 34 (2001): 537-550.

Cardinal M. Cornet J. Serot T. Baron R.

2006. Effect smoking process on

odour characteristict of smoked

herring (Clupea harengus) and

relationships with phenolic

compound content. Food Chem.

96: 137-146.

Page 47: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

43

Cheftel JC, Cheftel H. 1977. Traitment

physiques. In Introduction a

Biochimieet a la technologi des

aliament: 199-219. Paris. Technic

et documentation. Lavoisier.

Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor. 2010. Data

Potensi Perikanan Tahun 2007 s/d

2009. Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor,

Bogor.

Harmain RM, L Hardjito, W Zahiruddin,

2012. Mutu sosis fermentasi ikan

patin (Pangasius sp.) selama

penyimpanan suhu ruang. J

Pengolahan Hasil Perikanan

Indonesia. Vol. 15 No. 2: 80-93.

Islam MN, Joadder AR. 2005. Seasonal

variation of the proksimat

composition of freshwater Gobi,

Glossogobius giuris (Hamilton)

from the river padma. Pakistan J

of Biological Sciences Vol 8 No. 4

page 532-536.

Nurjanah, A Abdullah, 2010. Cerdas

Memilih Ikan Dan Mempersiapkan

Olahannya. Bogor: IPB Press.

Rora AMB, Kvale A, Morkore T, Rorvic

K A, Steien SH, Thomassen MS.

1998. Process yield, colour and

sensory quality of smoked Atlantik

salmon in relation to raw material

characteristics. Food Research

International 31(8) 601-609.

Simko. 2005. Factor affecting

elimination of polycyclic aromatic

hydrocarbons from smoked met

foods and liquid smoke

flavourings- A review. Mol Nutr

Food res 49:637-647.

Unlusayin M. S Bilgin, L Izci, A Gunlu.

2007. Chemical and sensory

assesment of hot smoked fish pate.

J of Fisheries Sciences. Vol 1

No.1: 20-25.

Yusuf N, S Purwaningsih, W Trilaksani,

2012. Formulasi tepung pelapis

savory chips ikan nike (Awaous

melanocephalus). JPHPI Vol. 15

No. 1 35-44.

Zhang M, Y Chen, G Li, Z Du. 2010.

Rheological properties of fish

skin collagen solution: Effects of

temperature and concentration.

Korea-Australia Rheology

Journal. Vol. 22, No. 2, June

2010 pp. 119-127

.

Page 48: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

44

STUDI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON PADA TAMBAK

PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

Oleh

Dinno Sudinno, Pigoselpi Anas, Iis Jubaedah

Dosen Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan

ABSTRAK

Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah pesisir dengan luas 333,57 km2

atau sekitar 16% dari luas seluruh Kabupaten Subang, memiliki hutan mangrove

dan sangat potensial untuk pengembangan usaha budidaya. Telah dilakukan

penelitian di tambak silvofishery kawasan pesisir Kabupaten Subang pada bulan

Mei sampai dengan Agustus 2014. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana

Kualitas air pada Tambak Silvofishery dan bagaimana komunitas plankton pada

Tambak Silvofishery Pesisir Kabupaten Subang Jawa Barat. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengamatan dilakukan pada 6

(Enam) stasiun pengamatan di Kecamatan Blanakan. Analisa Data terdiri dari

analisis kualitas air dan indeks diversitas plankton. Hasil penelitian menunjukan

Parameter kualitas air suhu, salinitas, pH, kecerahan, TSS, NO2, NO3, PO4 , DO,

BOD dan COD nilainya di semua stasiun memenuhi nilai baku mutunya masing-

masing. Sedangkan parameter NH3 dan NO3 di semua stasiun telah melebihi nilai

baku mutunya masing masing. Komunitas plankton pada 6 (enam) stasiun

pengambilan contoh di tambak Subang mendapatkan data plankton secara

keseluruhan berjumlah 13 jenis, terdiri dari 10 jenis fitoplankton dan 3 jenis

zooplankton. Pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa jumlah taksa berkisar

antara 6 hingga 13 jenis, dengan kelimpahan total berkisar antara 400 hingga 2020

individu/liter. Hasil penghitungan indeks diversitas menunjukkan bahwa tingkat

keanekaragaman komunitas plankton pada tambak yang bermangrove secara

keseluruhan tergolong rendah yakni dari 1,2299 sampai 1,2731. Sedangkan pada

tambak yang tidak bermangrove secara keseluruhan tergolong sangat rendah yakni

dari 0,3509 sampai 0,7374. dan Fitoplankton yang mendominasi adalah divisi

Chrysophyta.

Key word: Kualitas air,Plankton, Silvofishery, Tambak, Kb Subang

.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pantai dan pesisir

memiliki arti yang strategis karena

merupakan wilayah interaksi/peralihan

(interface) antara ekosistem darat dan

laut yang memiliki sifat dan ciri yang

unik, dan mengandung produksi biologi

cukup besar serta jasa lingkungan

lainnya. Wilayah pesisir merupakan

ekosistem transisi yang dipengaruhi

daratan dan lautan, yang mencakup

beberapa ekosistem, Salah satu bentuk

keterkaitan antara ekosistem di wilayah

Page 49: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

45

pesisir dapat dilihat dari pergerakan air

sungai, aliran limpasan (run-off), aliran

air tanah (ground water) dengan

berbagai materi yang terkandung

didalamnya (nutrien, sedimentasi, dan

bahan pencemar) yang kesemuanya akan

bermuara ke perairan pesisir. Selain itu,

pola pergerakan massa air ini juga akan

berperan dalam perpindahan biota

perairan (plankton,ikan, udang) dan

bahan pencemar dari satu lokasi ke

lokasi lainnya (Bengen,2000).

Salah satu ekosistem wilayah

pesisir adalah hutan mangrove. Hutan

mangrove merupakan ekosistem utama

pendukung kehidupan penting di

wilayah pesisir dan kelautan. Selain

mempunyai fungsi ekologis sebagai

penyedia nutrien bagi biota perairan,

tempat pemijahan dan asuhan (nursery

ground) berbagai macam biota, penahan

abrasi pantai, penyerap limbah dan

pencegah interusi air laut, Kawasan

hutan mangrove yang memiliki nilai

ekologi dan ekonomi yang tinggi terus

menerus mengalami degradasi akibat

dikonversi dan berubah fungsi untuk

kegiatan lainnya, seperti pemukiman,

pariwisata, perhubungan, reklamasi

pantai, budidaya perikanan dan

sebagainya. Disinyalir bahwa konversi

lahan mangrove untuk pemukiman dan

tambak udang merupakan salah satu

faktor penyebab kerusakan yang cukup

besar. Untuk melindungi kawasan

mangrove dari kerusakan lebih lanjut,

salah satu konsep pengembangan yang

dapat mengkombinasikan antara

pemanfaatan dan sekaligus konservasi di

kawasan mangrove adalah silvo-fishery

Hutan mangrove merupalan

ekosistem hutan yang khas terutama

karena posisinya sebagai peralihan

antara ekosistem darat dan ekosistem

taut. Kondisi lingkungan fisiknya yang

sangat khusus menyebabkan ekosistem

mangrove memiliki keanekaragaman

hayati yang terbatas dan ekosistem ini

sangat rentan terhadap adanya pengaruh

luar terutama karena species biota pada

hutan mangrove memiliki toleransi yang

sempit terhadap adanya perubahan dari

luar.

silvofishery pesisir Kabupaten

Subang yang memiliki lahan tambak

yang luas.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal di atas,

rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Kualitas air pada Tambak

Silvofishery Pesisir Kabupaten

Subang Jawa Barat.

b. Bagaimana Komunitas plankton pada

Tambak Silvofishery Pesisir

Kabupaten Subang Jawa Barat.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

untuk :

a. Mengetahui Kualitas air pada Tambak

Silvofishery Pesisir Kabupaten

Subang Jawa Barat.

b. Mengetahui Komunitas plankton pada

Tambak Silvofishery Pesisir

Kabupaten Subang Jawa Barat.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di tambak

silvofishery kawasan Pesisir Kabupaten

Subang pada bulan Mei sampai dengan

Agustus 2014. Pengamatan dilakukan

pada 6 stasiun pengamatan seperti

terlihat pada Tabel 1

Page 50: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

46

Tabel 1. Stasiun pengamatan penelitian di Pesisir Kabupaten Subang

No. st Kecamatan Lokasi pengamatan Keterangan

1. Blanakan 6º14'26,84" S - 107º43'18,45" Mangrove tebal di tengah tambak

2. Blanakan 6º14'22,08" S - 107º43' 8,86" Tanpa mangrove di tambak

3. Pamanukan 6º12'45,19" S - 107º46'25,77" Tanpa mangrove di tambak

4. Pamanukan 6º12’55,59” S - 107º46’30,02” Mangrove hanya di pematang

5. Pusakanegara 6º15'16,4" S - 107º55'17,17" Mangrove Tipis di tengah tambak

6. Legon Kulon 6º12'42,03" S - 107º47'25,81" Tanpa mangrove di tambak

Metoda Penelitian

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei.

Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh

melalui survei langsung di lapangan

yaitu terhadap :

Kualitas Air

Untuk mendapatkan data

kualitas air dilakukan pengukuran fisika

dan kimia langsung dilapangan maupun

mengambil sampel air untuk diuji

dilaboratorium. Jenis parameter fisika

dan kimia yang diukur meliputi suhu,

salinitas, pH, kecerahan, TSS, NH3, No2,

No3, Po4 , Oksigen terlarut, BOD dan

COD.

Fitoplankton

Untuk mendapatkan contoh

plankton, air sebanyak kurang lebih 50

liter disaring menggunakan plankton net

No 25 menjadi 50 ml dan diawetkan

dengan lugol atau formalin. Identifikasi

jenis dilakukan di laboratorium

menggunakan mikroskop dan buku

identifikasi.

ANALISA DATA

Kualitas Air

Jenis dan cara pengukuran

parameter físika dan kimia terlihat pada

Tabel 2.

Page 51: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

47

Tabel 2. Parameter dan cara analisis kualitas air

No Parameter Satuan Alat/Cara Analisis Keterangan

A. Fisika

1. Kecerahan cm Secchi disk In situ

2. Suhu ° C Thermometer In situ

3. (TSS) mg/l Gravimetri Laboratorium

B. Kimia

4. pH - pH meter In situ

5. Salinitas 0⁄00 Refraktometer In situ

6. Oksigen terlarut Mg/l DO meter In situ

7. BOD mg/l Botol sample ; Titrimetrik Laboratorium

8. COD mg/l Botol sample; Titrimetrik Laboratorium

9 Ammonia mg/l Botol sample; Titrimetrik Laboratorium

10 Nitrat mg/l Botol sample ; Titrimetrik Laboratorium

11 Nitrit mg/l Botol sample ; Titrimetrik Laboratorium

12 Phospat mg/l Botol sampel; Titrimetrik Laboratorium

Indeks Diversitas Plankton

Analisa terhadap plankton

dilakukan dengan menghitung nilai

indeks diversitas dari plankton dengan

Shannon Wieners formula (Soegianto,

2004) :

H = - ∑ ni / N ln ni / N

Shannon dan Wieners

dalam Poole (1974) menyatakan bahwa

berdasarkan indeks diversitas (H'),

kualitas air dikelompokkan atas 5

kategori seperti yang terdapat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria kualitas air berdasarkan indeks diversitas (H')

Indeks Diversitas Kriteria kualitas air

< 1,00 Sangat rendah ( tercemar berat)

1,00 – 1,66 Rendah

1,67 – 2,33 Sedang

2,34 – 3,00 Baik

> 3,00 Sangat baik (tidak tercemar)

Sumber : Shannon dan Weiners dalam Poole (1974)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah

Luas Kabupaten Subang adalah

205.176,95 Ha (4,64% dari luas Jawa

Barat) dengan ketinggian antara 0 –

1500 m dpl. Dilihat dari segi

topografinya dapat dibedakan menjadi 3

zone daerah yaitu : Daerah pegunungan

dengan ketinggian 500 – 1500 m dpl

dengan luas 41.035,09 Ha (20%), daerah

berbukit dengan ketinggian 50 -500 m

dpl dengan luas 71.502,16 Ha (35%),

Page 52: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

48

daerah dataran rendah dengan ketinggian

0 – 50 m dpl dengan luas 92.939,7 Ha

(45%). Sekitar 80,8 % Kabupaten

Subang mempunyai kemiringan 0 - 17º,

sedangkan sisanya memiliki kemiringan

diatas 18º. Secara umum Kabupaten

Subang beriklim tropis dengan curah

hujan rata-rata pertahun 1593 mm

dengan rata-rata hari hujan 91 hari.

Dari 20 kecamatan hanya 4

kecamatan yang merupakan kecamatan

pesisir dapat dilihat pada Tabel 4. Luas

wilayah kecamatan pesisir Kabupaten

Subang adalah 333,57 km² atau 16% dari

luas seluruh Kabupaten Subang.

Tabel 4. Kecamatan Pesisir di Kabupaten Subang

No. Kecamatan Luas (km2)

1. Blanakan 85,81

2. Pamanukan 80,89

3. Legon Kulon 98,47

4 Pusakanegara 68,40

Jumlah 333,57

Sumber: Monografi Kabupaten Subang, 2014

Potensi Tambak

Potensi tambak Kabupaten

Subang ini sangat besar, panjang pantai

mencapai 68 km potensial untuk

pengembangan usaha budidaya.

Komoditas yang sangat cocok untuk

dikembangkan adalah Rumput Laut

(Euchema spp), Kakap (Lates

carcarifer), Kerapu (Ephinephelus

spp), Udang Windu (Penaeus

monodon), Udang Putih (Penaeus

merguensis), Bandeng (Channos

channos) dan Kerang-kerangan serta

jenis ikan lainnya. Seiring dengan

besarnya peluang usaha tambak, maka

peluang usaha pembenihan (hatchery)

pun sangat luas. Tahun 2011

di Kabupaten Subang memiliki potensi

lahan budidaya tambak seluas kurang

lebih 14.300 ha yang terletak di lima

kecamatan yaitu Blanakan, Pamanukan,

Pusakanagara, Sukasari dan Legonkulon.

Produksi udang di Subang tahun 2009

tercatat 3.143,50 ton, tahun

2010 sebanyak 2.004 ton, dan pada

tahun 2011 produksi udang dari lahan

budidaya tambak yang dimanfaatkan

adalah sebesar 2106,72 ton .

Daerah Pantura Subang saat ini

akan dijadikan daerah industri penghasil

udang vaname di Jawa Barat maupun

tingkat Nasional. Tahap awal, saat ini

lahan tambak bandeng sudah mulai

dijadikan tambak udang. Daerah pantura

subang dulu sempat dijadikan tambak

bandeng dan saat ini akan dijadikan

sebagai industry udang untuk memenuhi

permintaan nasional. (etnikom.net)

Dijadikannya pantura Subang sebagai

daerah industri penghasil udang tidak

terlepas dari program yang dicanangkan

oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan yang bertujuan untuk

membangkitkan kembali masa keemasan

tambak udang di daerah pantura dan

meningkatkan kembali produksi udang

yang sempat terpuruk. Guna

mengoptimalkan kawasan pertambakan

pantura di Kabupaten Subang, target

Page 53: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

49

industrialisasi udang di kawasan ini di

tahun 2012 adalah 719 ha. Untuk

pencapaian target tersebut maka

dilakukan revitalisasi tambak melalui

perbaikan infrastruktur berupa saluran

primer, sekunder dan tertier dan

sekaligus perbaikan tambak.

Kondisi Kawasan Pesisir Subang

Perairan pantai Subang memiliki

kedalaman yang relatif dangkal (kurang

dari 20 m) dengan gradien kedalaman

yang relatif landai, dimana untuk

kedalaman kurang dari 5 m di

sekitar Blanakan gradiennya sekitar

0.0027 dan 0.0054 di sekitar

Pusakanegara; di perairan antara 5m -10

m gradien kedalaman berkisar antara

0.0006 (di sekitar Blanakan) sampai

0.0027 (di sekitar Pusakanegara). Hal ini

berarti bahwa di bagian barat pantai

Subang (seperti Kecamatan Blanakan)

lebih landai dibandingkan dengan di

bagian timur pantai Subang (seperti

Kecamatan Pusakanegara). ( Atlas

Subang, 2002)

Wilayah pantai Blanakan Subang

yang berbentuk seperti teluk

memungkinkan terjadinya

proses pengendapan sedimen dari sungai

dan dari angkutan sedimen pantai

menjadi lebih besar, sehingga di wilayah

ini laju pendangkalan perairan sangat

besar. Dari hasil observasi lapangan

diperoleh keterangan bahwa luas lahan

timbul dari hasil pengendapan sedimen

ini mencapai sekitar 400 Ha yang berada

di sekitar muara sungai Blanakan. Di

wilayah timur pantai Subang dengan

garis pantai memanjang dalam arah

tenggara – barat laut cenderung

mengalami penggerusan garis pantai

(abrasi)

Arus perairan di wilayah Pantai

Subang menunjukkan bahwa di perairan

Pantai Mayangan arus pasang berkisar

antara 1.4 ± 31.5 cm/det mengalir

dominan ke arah barat, dan arus surut

berkisar antara 0.7 ± 28.1 cm/det yang

mengalir dominan ke arah barat. Di

lokasi Pantai Ciasem arus pasang

berkisar antara 1.5 ± 30.7 cm/det yang

dominan kearah barat,sedangkan arus

surut berkisar antara 1.9 cm/det sampai

33.5 cm/det dominan kearah barat

(Puslitbang Pengairan, 1985). Arah arus

dominan ke arah barat pada waktu

pasang maupun surut ini diperkirakan

bahwa komponen arus musiman menjadi

dominan di wilayah perairan ini.

Kabupaten Subang, menurut

kajian Atmadipoera (2002) Jenis pasut di

lokasi ini memiliki nilai formzal F =

(19.3+11.4)/(10.5+7.7) = 1.69, berarti

tipe pasut campuran yang condong ke

harian tunggal dengan tunggang pasut

adalah 61.4 cm. Hal ini berarti dalam

satu hari kadang-kadang terdapat hanya

satu kali pasang dan satu kali surut,

tetapi juga kadang terdapat dua kali

pasang dan dua kali surut

Gelombang di sekitar pantai

Mayangan dan Ciasem Kabupaten

Subang dalam musim Peralihan (Mei)

menunjukkan bahwa tinggi gelombang

berkisar antara 4 cm sampai 42 cm

dengan periode gelombang antara 2.0

sampai 6.5 detik. Arah rambatan

gelombang yang dominan berasal dari

arah Utara dan Timurlaut. Di wilayah

Pantai Ciasem tinggi gelombang berkisar

antara 2.0 cm sampai 50 cm, dengan

periode gelombang antara 1.8 sampai 5.7

detik dan arah gelombang yang dominan

adalah Utara dan Timurlaut (Puslitbang

Pengairan,1985).

Page 54: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

50

Hasil Survey Parameter Fisika-Kimia

Air

Hasil pengukuran parameter

kualitas perairan pesisir Kabupaten

Subang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kualitas Air di Lokasi Penelitian

Parameter St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

pH 7,9 7,5 7,6 7,8 7,8 7,4

Suhu 28 32 32 28 29 32

Kecerahan 30 50 55 35 40 50

Salinitas 30 38 38 30 30 35

TSS 40 35 30 45 40 35

DO 4,7 3,5 3 4,5 4 3

NH3 0,46 0,54 0,76 0,50 0,52 0,53

COD 9,27 26,55 14,62 10,87 10,82 13,87

BOD 3,71 5,85 5,55 4,35 4,33 10,62

NO3 20,33 22,1 21,66 20,33 20,77 21,77

PO4 0,03 0,24 0,24 0,05 0,03 0,28

NO2 0,010 0,075 0,052 0,019 0,035 0,073

Sumber : Data primer, 2014

Kecerahan (transparancy)

menunjukkan seberapa jernih air disuatu

perairan, sehingga kecerahan dapat

mencerminkan jumlah plankton disuatu

perairan. Kecerahan adalah gambaran

kedalaman air yang dapat ditembus oleh

cahaya matahari dan dapat dilihat oleh

mata pada umumnya. Kecerahan air

ditentukan oleh partikel-partikel

tersuspensi seperti tanah liat, bahan

organik dan mikroorganisme. Boyd

(1982) menyatakan bahwa kecerahan

akibat lumpur sekitar 30 cm dapat

membatasi penetrasi cahaya sehingga

tidak dapat menembus kedalaman air

dan mengganggu pertumbuhan plankton.

Batas kecerahan optimal untuk udang

adalah antara 30 – 40 cm (Hardjowigeno

dan Widiatmaka, 2001). Kecerahan air

yang terukur di tambak Subang berkisar

30 – 55 cm (Gambar 2). Kecerahan

tertinggi terdapat pada stasiun 3 sekitar

55 cm di Kecamatan Blanakan, hal ini

karena lokasi tersebut tidak ada

mangrove di tambak. Mangrove

memerlukan substrat berlumpur untuk

hidupnya sehingga pada kecerahan yang

tinggi mangrove tidak dapat tumbuh

dengan baik. Pohon mangrove baik

daun, ranting maupun pohon maupun

pohon yang gugur menjadi serasah

membusuk yang dapat menyebabkan

kekeruhan pada perairan. Sebaliknya

kecerahan paling rendah adalah pada

stasiun 1 sekitar 30 cm dimana terdapat

tanaman mangrove tebal ditempat

tambak.

Page 55: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

51

0

10

20

30

40

50

60

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nilai K

ecera

han

Kecerahan

26

27

28

29

30

31

32

33

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nilai S

uh

u

Suhu

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nia

li T

SS

TSS

.

Gambar 2. Konsentrasi Kecerahan Perairan Gambar 3. Konsentrasi Suhu di Perairan

Suhu air terendah hasil

pengamatan tedapat pada St 1 sekitar

28 derajat celsius dan suhu air yang

tertinggi terdapat pada St 2, St 3 dan St 6

yaitu sekitar 32 derajat Celsius. Suhu air

yang terukur di tambak Subang masih

dalam kisaran yang normal yaitu

berkisar antara 28 - 32°C Gambar 3.

Adanya perbedaan suhu antar stasiun

dikarenakan tanaman mangrove yang

cukup tebal di St 1 sehingga suhu sekitar

tambak rendah dibandingkan di St 2, St

3 dan St 6 yang tidak ada tanaman

mangrovenya.

Kandungan total padatan

tersuspensi (TSS) yang terukur di

tambak Subang yaitu sekitar 30 - 45 ppm

(Gambar 4). Padatan tersuspensi (TSS)

yang tertinggi terdapat pada St 4.

Sekitar 45 ppm, masih termasuk

kategori yang baik karena perairan yang

mempunyai nilai kandungan padatan

tersuspensi sebesar 300 - 400 ppm mutu

perairan tersebut tergolong buruk

(Allert, 1984).

Total padatan tersuspensi adalah

padatan yang tersuspensi di dalam air

berupa bahan-bahan organik dan

inorganik yang dapat disaring dengan

kertas millipore berporipori 0,45 μm.

Materi yang tersuspensi mempunyai

dampak buruk terhadap kualitas air

karena mengurangi penetrasi matahari ke

dalam badan air, kekeruhan air

meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme produser.

Gambar 4. Konsentrasi TSS di Perairan

Page 56: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

52

7,1

7,2

7,3

7,4

7,5

7,6

7,7

7,8

7,9

8

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

pH

pH

0

5

10

15

20

25

30

35

40

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nilai S

alin

itas

Salinitas

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nia

li D

O

DO

0

2

4

6

8

10

12

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

BO

D

BOD

Nilai pH di tambak Subang

berkisar antara 7,4 – 7,9 (Gambar 5).

Nilai pH tertinggi terdapat pada St 1

sekitar 7.9. Nilai ini memenuhi syarat

untuk budidaya udang. Air laut memiliki

pH yang relatif stabil dan biasanya

berkisar antara 7,5 – 8,4 Nilai pH suatu

perairan dapat berubah jika perairan

tersebut mengalami gangguan seperti

pencemaran dan ketidakstabilan

lingkungan perairan. Perubahan nilai pH

perairan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah

aktifitas fotosintesis, suhu serta buangan

limbah.

Gambar 5. Konsentrasi pH Perairan. Gambar 6. Konsentrasi Salinitas Perairan.

Air untuk pengairan tambak

udang dapat diperoleh langsung dari laut

dengan salinitas antara 30–36o/oo. Udang

windu mampu hidup pada kisaran

salinitas antara 15 – 50o/oo, pada salinitas

<15o/oo udang dapat tumbuh dengan baik

asalkan perubahan salinitas itu tidak

terjadi secara mendadak. Walaupun

udang mempunyai sifat euryhaline,

kisaran salinitas yang baik untuk tambak

udang adalah 10 – 35o/oo dengan kisaran

optimum 15 – 25o/oo (Poernomo,1992).

Nilai salinitas di tambak Subang berkisar

30 – 38o/oo..

Oksigen terlarut merupakan salah

satu parameter kimia air yang berperan

pada kehidupan biota perairan.

Penurunan okasigen terlarut dapat

mengurangi efisiensi pengambilan

oksigen bagi biota perairan sehingga

menurunkan kemampuannya untuk

hidup normal. Menurut Lung (1993),

kelarutan oksigen minimum untuk

mendukung kehidupan ikan adalah

sekitar 4 ppm. Nilai oksigen terlarut di

tambak Subang adalah berkisar antara

3,0–4,7 ppm. Nilai tersebut masih

mendukung kehidupan biota perairan

yaitu minimum 4, 0 ppm.

Gambar 7. Konsentrasi DO Perairan. Gambar 8. Konsentrasi BOD Perairan.

Page 57: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

53

0

5

10

15

20

25

30

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

CO

D

COD

BOD merupakan parameter yang

dapat digunakan untuk menggambarkan

keberadaan bahan organik di perairan.

Hal ini disebabkan BOD dapat

menggambarkan jumlah bahan organik

yang dapat diuraikan secara biologis,

yaitu jumlah oksigen terlarut yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

memecahkan atau mengoksidasi bahan-

bahan organik menjadi karbondioksida

dan air. Nilai BOD yang tinggi

menunjukkan semakin besarnya bahan

organik yang terdekomposisi

menggunakan sejumlah oksigen di

perairan. Adapun nilai BOD di tambak

Subang berkisar antara 3,71 – 10,62

mg/l, dengan rata-rata 5,7 mg/l.

Berdasarkan baku mutu air , nilai BOD

yang dipersyaratkan 20 mg/l. Dengan

demikian, disimpulkan bahwa tambak di

Subang tidak tercemar oleh bahan

organik mudah urai (BOD).

Parameter lain yang juga dapat

digunakan sebagai penduga pencemaran

limbah organik adalah COD. Nilai COD

menggambarkan total oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan

organik secara kimiawi, baik yang dapat

didegradasi secara biologi

(biodegradable) maupun yang sukar

didegradasi (non biodegradable)

menjadi CO2 dan H2O. Dari hasil

analisis kualitas air tambak di Subang

menunjukkan bahwa nilai COD perairan

berkisar antara 9,27–26,55 mg/l, dengan

nilai rata-rata 14,2 mg/l. Berdasarkan

baku mutu air yang mempersyaratkan

nilai COD adalah 40 mg/l, maka

tambak di Subang tidak tercemar oleh

bahan organik sulit terurai. (Gambar 9).

Gambar 9. Konsentrasi COD Perairan. Gambar 10. Konsentrasi NH3 Perairan.

Ammonia di perairan dapat

berasal dari nitrogen organik dan

nitrogen anorganik yang terdapat dalam

tanah dan air berasal dari dekomposisi

bahan organik oleh mikroba dan jamur.

Selain itu, ammonia juga berasal dari

denitrifikasi pada dekomposisi limbah

oleh mikroba pada kondisi anaerob.

Ammonia juga dapat berasal dari limbah

domestik dan limbah industri. Hasil

analisis kualitas air menunjukkan kadar

ammonia di tambak Subang berkisar

antara 0,46–0,76 mg/l.. Berdasarkan

baku mutu air mensyaratkan kandungan

ammonia maksimal 0,3 mg/l. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

tambak di Subang diduga tercemar

ammonia. (Gambar 10).

Hasil pengukuran kadar nitrat di

tambak Subang berkisar antara 20,33–

21,77 mg/l. Secara umum, kandungan

nitrat di tambak Subang berada di atas

baku mutu air , yang mensyaratkan

kandungan nitrat untuk air baku

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

NH

3

NH3

Page 58: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

54

19

19,5

20

20,5

21

21,5

22

22,5

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

NO

3

NO3

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6

Stasiun Pengamatan

Nil

ai

PO

4

PO4

maksimal 10 mg/l. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tambak

Subang diduga tercemar oleh senyawa

nitrat.

Gambar 11. Konsentrasi NO3 Perairan. Gambar 12. Konsentrasi PO4 Perairan.

Fosfat yang terdapat di perairan

bersumber dari air buangan penduduk

(limbah rumah tangga) berupa deterjen,

residu hasil pertanian (pupuk), limbah

industri, hancuran bahan organik dan

mineral fosfat (Saeni, 1989). Umumnya

kandungan fosfat dalam perairan alami

sangat kecil dan tidak pernah melampaui

0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan

dari luar seperti dari sisa pakan ikan dan

limbah pertanian . Hasil analisis kualitas

air menunjukkan kadar fosfat di tambak

Subang berkisar antara 0,03–0,28 mg/l

(Gambar 12).

Indeks Diversitas Plankton

Dalam bidang perikanan,

plankton berperan penting sebagai

sumber nutrisi perairan. Adanya proses

pasang surut di sekitar perairan Subang

berdampak pada kondisi fisika kimia

perairan yang relatif berbeda di setiap

saat sehingga mempengarui komposisi

jenis plankton sebagai sumber pakan

alami hewan budidaya. Fungsi

fitoplankton adalah sebagai produsen,

penyedia oksigen dalam perairan,

indikator pencemaran dan lain-lain..

Fitoplankton dapat melakukan aktivitas

hidupnya sendiri dengan memanfaatkan

cahaya matahari karena adanya

kandungan klorofil dalam selnya,

adapun peran zooplankton sebagai

konsumen primer. Peran plankton

lainnya adalah sebagai indikator

kesuburan perairan berdasarkan

perhitungan kelimpahan plankton.

Keberadaan fitoplankton dan

zooplankton dikawasan tambak air

payau sepanjang tahun secara kualitatif

dan kuantitatif selalu berubah-ubah

karena pengaruh kadar salinitas dan

faktor lingkungan lain yang selalu

berubah.

Hasil analisis komunitas

plankton pada 6 (enam) stasiun

pengambilan contoh di tambak Subang

mendapatkan data plankton secara

keseluruhan berjumlah 13 jenis , terdiri

dari 10 jenis fitoplankton dan 3 jenis

zooplankton. Pada masing-masing

stasiun menunjukkan bahwa jumlah

taksa berkisar antara 6 hingga 13 jenis,

dengan kelimpahan total berkisar antara

400 hingga 2020 individu/liter. Hasil

penghitungan indeks diversitas

menunjukkan bahwa tingkat

keanekaragaman komunitas plankton

pada tambak yang bermangrove tebal

tergolong rendah yakni dari 1,2299

sampai 1,2731. Sedangkan pada tambak

yang mangrovenya tipis atau sedikit

Page 59: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

55

tergolong sangat rendah yakni dari

0,3509 sampai 0,7374. Fitoplankton

yang mendominasi adalah divisi

Chrysophyta, sedangkan zooplankton

dari kelompok krustacea .

Hal ini terkait dengan hubungan

tingkatan tropik di perairan tersebut,

dimana krustacea sebagai konsumen

pertama yang memiliki kemampuan

memecah komponen silikat pada

Chrysophyta. Kelimpahan jenis plankton

(Tabel 6) berbanding terbalik dengan

keanekaragamannya (Odum, 1993)

disebabkan adanya kondisi pasang surut

yang membawa banyak campuran bahan

organik dari perairan laut maupun

perairan tawar sehingga dapat digunakan

sebagai sumber bahan nutrisi bagi

plankton, dan hal ini juga terkait dengan

kesuburan perairan tersebut. Plankton di

daerah estuaria memiliki

keanekaragaman jenis yang sedikit

karena kondisi fisika dan kimia perairan

yang sering sekali berubah-ubah (Odum,

1993). Chrysophyta sering mendominasi

fitoplankton di daerah estuaria,

sedangkan zooplankton banyak

didominasi oleh jenis krustacea

(Nybakken, 1988).

Tabel 4. Rangkuman hasil analisis sampel plankton

Stasiun Kelimpahan

Total(Sel/Liter)

Jumlah

Taksa

Indeks

Diversitas

Tingkat

Diversitas

Kriteria

kualitas air

I 2020 13 1,2731 Rendah tercemar

II 600 8 0,7374 Sangat rendah Tercemar berat

III 400 7 0,4987 Sangat rendah Tercemar berat

IV 1880 12 1,2386 Rendah Tercemar

V 560 6 1,2299 Rendah Tercemar

VI 1320 10 0,3509 Sangat rendah Tercemar berat

Sumber : Data primer, 2014

Tambak silvofishery merupakan

kegiatan terpadu antara budidaya

perikanan dengan pelestarian dan

penanaman hutan mangrove (Nuryanto,

2003). Jenis tambak ini memiliki

kekhasan tersendiri karena perairan

tambak dipengaruhi oleh pasang surut

air laut yang berguna sebagai sumber

pengisian air tambak tersebut, selain itu

keberadaan vegetasi mangrove juga

dapat mempengaruhi tingkat

produktiftas tambak. Hal inilah yang

membedakan silvofishery dengan jenis

tambak budidaya perairan lainnya.

Fungsi umum dari tambak silvofishery

adalah sebagai salah satu solusi dalam

meminimalisir perusakan dan eksploitasi

hutan mangrove diwilayah ekosistem

peraian dengan sistem silvofishery.

Secara tidak langsung luruhan daun

mangrove juga berguna sebagai

penyedia unsur hara ekosistem perairan

tambak, karena luruhan daunnya dapat

terdekomposisi oleh detritus aquatic

yang memiliki peranan penting dalam

rantai makanan.

Pentingnya kawasan mangrove

bukan hanya sebagai sumber daya hutan

tetapi juga dijadikan sebagai kawasan

sumber makanan utama bagi organisme

Page 60: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

56

air dalam bentuk bahan organik

(detritus) yang dihasilkan dari

dekomposisi serasah mangrove ataupun

sebagai tempat pemijahan bagi hewan-

hewan akuatik (Nontji, 2002). Adapun

kerapatan vegetasi mangrove disetiap

tambak silvofishery di Subang berbeda-

beda, sehingga dapat mempengaruhi

tingkat produktifitas setiap tambak.

Terkait dengan peranan plankton sebagai

sumber pakan alami perairan, menurut

Raymont (1963) dalam Kamali (2004)

apabila kelimpahan suatu plankton di

suatu perairan tinggi, maka perairan

tersebut memiliki produktifitas yang

tinggi pula.

Kesuburan perairan berdasarkan

kelimpahan plankton dibagi menjadi 3

(tiga) macam, Basmi (1987) dalam

Indryani (2005), yaitu :

1. Eutrofik, kelimpahan plankton >

15000 ind/l dengan ciri-ciri perairan

memiliki nilai kecerahan 0,2 meter,

perairan berwarna hijau karena

kepadatan plankton tinggi dan

semakin dalam perairan maka

semakin berkurang kandungan

oksigen.

2. Mesotrofik, kelimpahan plankton

2000-15000 ind/l merupakan

perairan peralihan antara kedua sifat

eutrofik dan oligotrofik.

3. Oligotrofik, kelimpahan plankton <

2000 ind/l dengan ciri-ciri perairan

cenderung kandungan nutrisi rendah

dan air jernih.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Parameter kualitas air suhu, salinitas,

pH, kecerahan, TSS, NO2, NO3, PO4,

DO, BOD dan COD nilainya di

semua stasiun berada dalam kisaran

nilai baku mutunya masing-masing.

Sedangkan parameter NH3 dan NO3

di semua stasiun telah melebihi nilai

baku mutunya masing masing, ini

berarti perairan tercemnar gas

amoniak.

2. Komunitas plankton pada 6 (enam)

stasiun pengambilan contoh di

tambak Subang mendapatkan data

plankton secara keseluruhan

berjumlah 13 jenis , terdiri dari 10

jenis fitoplankton dan 3 jenis

zooplankton.

3. Pada masing-masing stasiun

menunjukkan bahwa jumlah taksa

berkisar antara 6 hingga 13 jenis,

dengan kelimpahan total berkisar

antara 400 hingga 2020

individu/liter.

4. Hasil penghitungan indeks diversitas

menunjukkan bahwa tingkat

keanekaragaman komunitas plankton

pada tambak yang bermangrove

secara keseluruhan tergolong rendah

yakni dari 1,2299 sampai 1,2731.

Sedangkan pada tambak yang tidak

bermangrove secara keseluruhan

tergolong sangat rendah yakni dari

0,3509 sampai 0,7374. dan

Fitoplankton yang mendominasi

adalah divisi Chrysophyta.

Saran

Untuk meningkatkan

keanekaragaman plankton di tambak

subang sebaiknya tambak menggunakan

pola silvofishery

Page 61: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

57

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Teknik

Pengambilan Contoh dan

Analisis Biofisik Sumberdaya

Pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan

(PKSPL).IPB

Boyd, C.E. 1982. Water Quality

Management For Pond Fish

Culture. Elsevier Scienctific

Publishing Company. Alabama.

USA.318 Pages.

Dahuri, R. 2002. Integritas Kebijakan

Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Makalah disampaikan pada

Lokakarya Nasioanal

Pengelolaan Ekosistem

Mangrove di Jakarta, 6-7

Agustus 2002.

______, R. 2001. Pengelolaan

Sumberdaya Wilayah Pesisir

dan Lautan Secara Terpadu.

328 hal

Davis, C.C. 1995. The Marine and Fresh

Water Plankton. Michigan

State Univ. Press, 562.

Hardjowigeno, S.W. 2001. Kesesuaian

Lahan dan Perencanaan Tata

Guna Tanah. Fakultas

Pertanian. IPB.

Indryani, M. 2005. Struktur Komunitas

Diatom dan Dinoflagelata Pada

Beberapa Daerah Budidaya di

Teluk Hurun, Lampung.

Skripsi: Program Studi Biologi.

Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta

Kamali, D. I. 2004. Kelimpahan

Fitoplankton pada Keramba

Jaring Apung di Teluk Hurun,

Lampung. Skripsi: Program

Studi Manajemen Sumber Daya

Perairan. Institut Pertanian

Bogor.

.

Page 62: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

58

PENGARUH PERKEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA

PENYULUH PERIKANAN DI BADAN KETAHANAN PANGAN PELAKSANA

PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K)

KABUPATEN BOGOR

Oleh

Sobariah

Dosen Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan

ABSTRAK

Upaya meningkatkan kepuasan kerja penyuluh perikanan banyak factor yang perlu

mendapat perhatian, yaitu pengembangan karier dari penyuluh tersebut. Pengembangan karir

dapat meningkatkan Kepuasan Kerja bagi penyuluh perikanan sebagai tenaga fungsuional

dibidangnya. Sehingga berdampak positif dalam lingkungan ekternal instansi tersebut yakni

peningkatan kepercayaan masyarakat dalam pemberian penyuluhan dan transfer teknologi

bidang pertanian umumnya dan perikanan khususnya. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan

penelitian tentang pengembangan karir dan kepuasan kerja penyuluh. Adapun tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pengembangan karir terhadap

kepuasan kerja penyuluh perikanan di BKP5K Kabupaten Bogor, dengan menggunakan

metode deskriptif eksploratif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh

Pengembangan Karier terhadap Kepuasan Kerja di BKP5K terhadap 51 orang penyuluh

perikanan dari 209 orang pegawai dan hasil pengolahan data terhadap variabel bebas

Pengembangan Karier (X) serta variabel terikat Kepuasan Kerja (Y) BKP5K diperoleh data

hitung yang dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji t variabel

Pengembangan Karier (X) terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada BKP5K menunjukkan bahwa

nilai thitung sebesar 8,407 dan ttabel sebesar 1,,588 pada level significants 0,05 dan probabilitas

0,000. Hal ini berarti thitung = 8,407 > ttabel = 1,588, maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti

terdapat pengaruh Pengembangan Karier (X) terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada BKP5K

kabupaten Bogor. Koefisien korelasi Pengembangan Karier (X) secara bersama-sama

terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada BKP5K adalah 0,876 sehingga diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0,,876 atau 87,6%. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor lain di luar yang

tidak diteliti namun berpengaruh juga adalah sebesar 12,4%.

Kata kunci : pengembangan karir, kepuasan kerja

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Profesionalisme aparatur pemerintah

yaitu PNS harus diitingkatkan kualitasnya

baik dari segi pengetahuan (intelektual),

keahlian (managerial), keterampilan (skill)

dan tata sikap (behaviour) secara terencana,

terarah, berkesinambungan melalui upaya

pengembangan potensi, karier dan

kesejahteraan, Mariot TE.Hariandja,(

2002;219)

Dengan kejelasan pola karier

pegawai negeri sipil tersebut, maka manfaat

ganda akan diperoleh baik bagi

instansi/lembaga, antara lain memungkinkan

akan terlaksananya fungsi dan tercapainya

tujuan secara efektif dan efisien, begitupun

Page 63: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

59

bagi personal pegawai negeri sipil seperti

adanya kepastian arah pengembangan dan

pemberdayaan pegawai (Empowering

Employeer) serta menghindarkan perilaku

tidak adil dan subyektivitas dalam proses

manajemen kepegawaian, Danang

Sunyoto(2012,184) Dengan demikian

pegawai negeri sipil memiliki kesempatan

yang sama dalam meniti jenjang karir mulai

dari pangkat atau jabatan terendah hingga

yang tertinggi sesuai dengan kompetensi

yang dimilikinya.

Badan Ketahanan Pangan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan sebagai salah satu lembaga

teknis daerah yang mempunyai fungsi

mentransfer teknologi dibidang

pertanian,perikanan kepada

petani,pembudidaya atau masyarakat

merupakan satuan administrasi pangkal

penyuluh pertanian, perikanan. Kinerja

penyuluh sebagai ujung tombak

pembangunan perikanan sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya adalah

kepuasan kerja.

Dalam upaya mengembangkan

karier pegawai fungsional pada Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan, terdapat berbagai faktor

yang perlu mendapat perhatian, antara lain

pengembangan karier pegawai agar dapat

meningkat. Sehingga kepuasan kerja yang

dirasakan para pegawai dalam melaksanakan

pekerjaannya juga akan dapat meningkat.

Danang sunyoto (2012;191) pengembangan

karier dari para pegawai di instansi tersebut

akan meningkatkan kepuasan kerja sehingga

berdampak positif dalam lingkungan

eksternal instansi yakni peningkatan

kepercayaan masyarakat dalam memberikan

penyuluhan maupun transfer teknologi di

bidang pertanian secara umum. Berdasarkan

latar belakang tersebut maka dilakukan

penelitian mengenai PENGEMBANGAN

KARIER, dan KEPUASAN KERJA

PENYULUH.

Rumusan Masalah

Berangkat dari paparan di atas dan

untuk lebih memfokuskan masalah yang

digali, maka masalah yang dibahas dalam

penelitian ini dirumuskan dalam bentuk

pernyataan penelitian yaitu Seberapa

besar pengaruh pengembangan karier

terhadap kepuasan kerja penyuluh

perikanan

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah: Untuk

mengtahui pengaruh pengembangan karier

terhadap kepuasan kerja penyuluh perikanan

di kabupaten Bogor

KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

Kerangka pikir

Adapun kerangka pemikiran penelitian

adalah untuk mengetahui:

Pengembangan Karier (X) adalah

variabel bebas kedua merupakan skor yang

diperoleh dari pengukuran dengan

menggunakan angket sebagai variabel

bebas Pengembangan karier mempunyai

dua dimensi, (1) dimensi pertama yaitu

jenis pengembangan karier dan dapat

diukur dengan Promosi, Rotasi/mutasi yaitu

seberapa besar peluangnya untuk dapat

menduduki posisi tertentu seperti

koordinator , penyuluh pbidang merikanan

maupun posisi lainnya, mutasi yaitu

bagaimana perputaran atau perpindahan

dari suatu jabatan atau tempat kerja yang

satu ke tempat kerja yang lainnya dan

kenaikan pangkat yaitu berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk dapat naik pangkat

satu tingkat lebih tinggi dari pangkat

Page 64: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

60

sebelumnya, sedangkan dimensi kedua

adalah efektivitas dan dapat diukur dengan

sikap kerja dan kesesuaian jabatan. (2)

sedangkan dimensi kedua adalah efektivitas

dan dapat diukur dengan sikap kerja,yaitu

bagaimana penyuluh melakukan pekerjaan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

dalam rangka mencapai tujuan oraganisasi

dan kesesuaian jabatan yaitu jenjang

jabatan yang dimiliki apakah sudah sesuai

dengan atuan-aturan yang ada..

pengembangan karier merupakan

faktor yang mendukung efektivitas

individu dan organisasi dalam mencapai

tujuan yang mengarah kepada pencapaian

kebutuhan, memberi kepuasan kerja

pegawai ataupun mengurangi ketidak

seimbangan (sutanto dalam Edy

sutrisno,2012;159)Dengan demikian diduga

pengembangan karier secara nyata

berpengaruh terhadap kepuasan kerja

penyuluh perikanan.

Hipotesis

Dari uraian diatas maka dapat

dikemukakan hipotesis sebagai berikut;

Diduga terdapat pengaruh pengembangan

karier terhadap kepuasan kerja penyuluh

perikanan

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh

Pengembangan Karier terhadap Kepuasan

Kerja Penyuluh dilaksanakan di BKP5K

Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan

selama empat bulan yaitu dari bulan

Agustus sampai dengan bulan November

2013. BKP5K adalah salah satu lembaga

teknis daerah di kabupaten Bogor yang

mengelola pegawai fungsional khususnya

Penyuluh Pertanian, Perikanan,

Perkebunan, Kehutanan.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh

penyuluh yang bekerja pada Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan baik sebagai pegawai tetap

maupun pegawai kontrak yang berjumlah

268 orang terdiri dari pegawai tetap

berjumlah 258 orang dan pegawai kontrak

berjumlah 16 orang, dengan

memperhatikan populasi yang homogen

maka teknik sampling yang digunkanan

adalah simple random sampling (sampel

acak sederhana) yang merupakan bagian

dari propability sampling. Dari hasil

penghitungan diperoleh data tabel dalam

penelitian ini ditetapkan 51 orang jumlah

sampelnya sebagai berikut :

Pegawai tetap : 35 Orang

Pegawai kontrak : 16 Orang

Page 65: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

61

Tabel 1. Kisi-kisi Indikator Instrumen

No Variabel Dimensi Indikator No. Item ∑ Item

1

Pengembangan

karier

a. Jenis

Pengemban

gan Karier

b. Efektivitas

1. Promosi

2. Rotasi/mutasi

3. Kenaikan pangkat

1. Sikap Kerja

2. Kesesuaian jabatan

1,2,3,4

5,6,7,8

9,10,11,12,1

3

14,15

16,17

18,19,20

4

4

5

2

2

4

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Obyek

Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan

dibentuk dengan Peraturan Daerah

kabupaten Bogor Nomor 15 Tahun 2008,

tentang Pembentukan Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan. Lembaga ini merupakan

wadah pengkoordinasian tenaga fungsional

penyuluh pertanian dan kehutanan,

peternakan dan perikanan, yang mana

sebelumnya tenaga fungsional tersebut

berada di Dinas teknis, yaitu penyuluih

pertanian dan kehutanan di Dinas Pertanian

dan Kehutanan, sedangkan penyuluh

peternakan dan perikanan berada di Dinas

Peternakan dan Perikanan.

Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian,Perikanan dan Kehutanan

merupakan unsur pelaksana pemerintah

daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala

Badan yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah. Mempunyai tugas

membantu Bupati dalam melaksanakan

urusan Pemerintahan Daerah di bidang

penyelenggaraan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan,.selain itu BKP5K

mempunyai fungsi antara, lain : Penyusun

kebijakan dan program penyuluhan daerah

yang sejalan dengan kebijakan dan program

naswional. Pegawai BKP5K adalah 282

orang terdiri dari 14 org pegawai struktural

268 pegawai fungsional, pegawai fungsional

terdiri dari 178 orang penyuluh pertanian, 35

orang penyuluh perikanan, 14 orang

penyuluh peternakan, penyuluh kehutnan 25

orang, 16 orang THL. obyek yang akan

diteliti adalah sebanak 209 pegawai

fungsional dan non fungsional. Analisa

Deskriptif Data Penelitian

Karakteristik Pegawai

Untuk melengkapi ataupun

memperkuat analisa tentang pengaruh dari

variabel-variabel yang diteliti, maka

disajikan berbagai karakteristik pegawai,

sebagai berikut :

a. Karakteristik Pegawai Berdasarkan

Pangkat/Golongan

Dari keseluruhan jumlah responden

yang diteliti diperoleh hasil karakteristik

responden menurut golongan yakni

responden yang terbanyak mempunyai

golongan 2 yaitu 1 orang (52,38%) diikuti

oleh responden golongan 3 yakni 25 orang

(30,00%), dan responden golongan 4 sebesar

Page 66: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

62

10 orang (17,62%). Sedangkan responden

tenaga kontrak (THL-TB) adalah 16 orang.

Uraian mengenai hal ini disajikan pada

Tabel 2. berikut

Tabel 2. Karakteristik Penyuluh Berdasarkan Pangkat/Golongan

No Pangkat/Gol Jumlah Prosentase

1 Pengatur T.I/ II/d 1 1.96

2 Penata Muda/ III/a 2 3.92

3 Penata Muda Tk.I/ III/b 9 17.65

4 Penata/III/c 9 15.69

5 Penata Tk.I/III/d 5 9.80

6 Pembina/IV/a 10 19.61

7 Honorer (THL-TB) 16 31.37

Jumlah 51 100.00

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat

bahwa responden pada level Honorer

sebanyak 16 orang atau 31,37%, golongan

IV/a sebanyak 10 orang atau 19,16 %,

golongan III/b sebanyak 9 orang atau

17,65%, golongan III/c sebanyak 8 orang

atau 15,69 %, golongan III/d sebanyak 5

orang atau 9,8 %, golongan III/a sebanyak 2

orang atau 3,92 % dan penyuluh golongan

II/d sebanyak 1 orang atau1,96%.

Dari data diatas dapat disimpulkan

bahwa dari sisi golongan/pangkat penyuluh

pertanian secara akumulatif didominasi oleh

penyuluh golongan III yaitu sebanyak 24

orang atau 47,6%, dengan demikian para

penyuluh pertanian masih dimungkinkan

untuk meningkatkan kariernya ke jenjang

lebih tinggi.

b. Karakteristik Pegawai Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Dari jumlah responden yang diteliti

diperoleh karakteristik responden dilihat dari

tingkat pendidikan yakni responden

terbanyak berlatar pendidikan S-1 sebesar

22 orang (43.14%) diikuti oleh responden

yang berpendidikan Diploma III 14 orang

(27,45 %), SLTA/sederajat yakni 13 orang

(25,49 %), dan terakhir ialah responden

yang berlatar pendidikan Diploma IV

sebanyak 2 orang atau 3.92%. Rincian hal

ini disajikan pada tabel 3.berikut :

Tabel 3. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Pendidikan

No Uraian Jumlah Prosentase

1 SLTA 13 25.49

2 Diploma III 14 27.45

3 Diploma IV 2 3.92

4 Sarjana (S1) 22 43.14

Jumlah 51 100.00

Dari tabel diatas bahwa sebagian besar

tingkat pendidikan penyuluh adalah sarjana

22 orang atau 43,14% dan Diploma IV

sebanyak 2 orang (3,92%), yaitu penyuluh

pertanian ahli, yang pangkat puncaknya

dapat mencapai IV/c, dengan demikian

Page 67: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

63

kemungkinan penyuluh masih potensial

untuk mengembangkan kariernya.

c. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Masa

Kerja

Dari jumlah responden yang diteliti

diperoleh hasil karakteristik responden

menurut masa kerja yakni responden yang

terbanyak dengan masa kerja antara 30

sampai dengan 40 tahun sebesar 86 orang

(40,95%) diikuti oleh responden dengan

masa kerja di bawah 30 tahun yakni 57

orang (27,14%), responden dengan masa

kerja antara 40 sampai dengan 50 tahun

sebesar 46 orang (21,90%) dan responden

dengan masa kerja di atas 50 tahun sebesar

21 orang (10,00%). Uraian tentang hal ini

disajikan pada tabel 5. berikut :

Tabel 4 Karakteristik Pegawai Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja Jumlah Prosen tase

1 > 5 Tahun 16 31.37

2 6 - 10 Tahun 0 -

3 11 - 15 Tahun 4 7.84

4 16 - 20 Tahun 7 13.73

5 21 - 25 Tahun 17 33.33

6 26 - 30 TAhun 5 9.80

7 < 30 Tahun 2 3.92

Jumlah 51 100.00

d.Karakteristik Pegawai Berdasarkan

Masa kerja Dari jumlah responden yang

diteliti diperoleh hasil karakteristik

responden menurut usia yakni responden

yang terbanyak berusia antara 30 sampai

dengan 40 tahun sebesar 86 orang (40,95%)

diikuti oleh responden berusia di bawah 30

tahun yakni 57 orang (27,14%), responden

berusia antara 40 sampai dengan 50 tahun

sebesar 46 orang (21,90%) dan responden

berusia antara di atas 50 tahun sebesar 21

orang (10,00%). Uraian tentang hal ini

disajikan pada tabel 5. berikut :

Tabel 5. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase

1 > 30 Tahun 6 11.76

2 30 - 35 Tahun 10 19.61

3 36 - 40 Tahun 1 1.96

4 41 - 45 Tahun 5 9.80

5 46 - 50 Tahun 16 31.37

6 51 - 55 Tahun 6 11.76

7 56 - 60 Tahun 7 13.73

Jumlah 51 100.00

Diskripsi Data Setiap Variabel

A. Pengembangan karier

Data Pengembangan Karier dari

kuesioner ini menyebar dari skor terendah

76 dan tertinggi 94. Rentangan skor yang

muncul adalah sebesar 18 dari 76 sampai 94.

Analisis data menghasilkan rata-rata sebesar

75,84 dengan standar deviasi 3,866 dimana

Page 68: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

64

jumlah responden yang diukur sebanyak 51.

Banyak kelas yang ditetapkan sebanyak 7

kelas dengan panjang kelas 3. Selanjutnya

distribusi frekuensi skor Pengembangan

Karier menurut aturan Sturges disajikan

pada tabel berikut:

Tabel 6 Distribusi Skor Pengembangan Karier

Interval Frekuensi Frekuensi Frekuensi

Kelas Absolut Relatif (%) Kumulatif (%)

1 66-68 5 9.80 9.80

2 69-71 5 9.80 19.61

3 72-74 4 7.84 27.45

4 75-77 20 39.22 66.67

5 78-80 9 17.65 84.31

6 81-83 6 11.76 96.08

7 84-86 2 3.92 100.00

51 100.00Jumlah

No

Dari tabel tersebut dapat dilihat

bahwa sebanyak 20 responden (39,22%)

berada pada kelompok rata-rata, 14

responden (27,24%) berada pada kelompok

di bawah rata-rata dan 17 responden

(33,33%) berada di atas rata-rata. Dari data

tersebut terlihat bahwa Pengembangan

Karier para pegawai di Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan sudah cukup baik meskipun

harus ditingkatkan, hal ini terlihat dari

jawaban responden tentang Pengembangan

Karier dimana 20 responden atau 72,55%

jawabannya berada pada skor rata-rata dan

di atas rata-rata. Distribusi skor variabel

Pengembangan Karier. bahwa skor data

yang diperoleh cenderung menyebar. Skor

tengah cenderung lebih tinggi dari skor atas

dan bawah. Gambaran ini terlihat dari

histogramnya yang cenderung memiliki

angka tengah yang lebih tinggi. Hal ini

berarti bahwa data skor Variabel

Pengembangan Karier cenderung

mempunyai distribusi normal.

B. Kepuasan Kerja

Data Kepuasan Kerja yang berasal dari

kuesioner ini menyebar dari skor terendah

65 dan tertinggi 84. Dengan demikian,

rentangan skor yang muncul adalah sebesar

19 dari 65 sampai 84. Selanjutnya dilakukan

analisis dan hasilnya diperoleh rata-rata

sebesar 73,71 dengan tingkat standar deviasi

sebesar 3,870 dimana jumlah responden

yang diukur sebanyak 51. Banyak kelas

yang ditetapkan dalam penelitian ini terdiri

dari 7 kelas dengan panjang kelas 3.

Selanjutnya distribusi frekuensi skor

Kepuasan Kerja menurut aturan Sturges

disajikan pada tabel berikut :

Page 69: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

65

Tabel 7. Distribusi Skor Kepuasan Kerja

Interval Frekuensi Frekuensi Frekuensi

Kelas Absolut Relatif (%) Kumulatif (%)

1 65-67 4 7.84 7.84

2 68-70 4 7.84 15.69

3 71-73 5 9.80 25.49

4 74-76 17 33.33 58.82

5 77-79 7 13.73 72.55

6 80-82 8 15.69 88.24

7 83-85 6 11.76 100.00

51 100.00Jumlah

No

Dari tabel tersebut dapat dilihat

bahwa sebanyak 17 responden (33,33%)

berada pada kelompok rata-rata, 13

responden (25,28%) berada pada

kelompok di bawah rata-rata dan 21

responden (41,18%) berada di atas rata-

rata. Dari data tersebut terlihat bahwa

Kepuasan Kerja para pegawai di Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan sudah cukup baik

meskipun harus ditingkatkan, hal ini

terlihat dari jawaban responden tentang

Kepuasan Kerja dimana 38 responden atau

74,34% jawabannya berada pada skor rata-

rata dan di atas rata-rata. Gambaran lebih

jelas mengenai distribusi skor data variabel

Kepuasan Kerja, skor data yang diperoleh

cenderung menyebar. Skor tengah

cenderung lebih tinggi dari skor atas dan

bawah. Gambaran ini terlihat dari

histogramnya yang cenderung memiliki

angka tengah yang lebih tinggi. Hal ini

berarti skor Variabel Kepuasan Kerja

cenderung mempunyai distribusi normal.

PEMBAHASAN

Pengujian Korelasi

Guna mengetahui secara detail

hubungan antara variabel Pengembangan

Karier dengan Kepuasan Kerja maka perlu

dilakukan pengujian dengan menggunakan

model pengujian korelasi. Hasil pengujian

korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Pengujian Korelasi

Kepuasan

Kerja

Pengembangan Karier 0,876

Hasil pengolahan data tersebut

menjelaskan bahwa :

Nilai korelasi antara Pengembangan

Karier dengan Kepuasan Kerja pada

BKP5K memperlihatkan hasil sebesar

0.876. Dengan demikian menunjukkan

adanya hubungan positif sangat kuat antar

variabel. Artinya bila variabel

Pengembangan Karier ditingkatkan maka

akan meningkatkan variabel Kepuasan

Kerja pada Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan.

Selanjutnya dilakukan uji regresi guna

menguji hipotesis terhadap kedua variabel

yang diteliti, dan setelah dilakukan

pengolahan diperoleh hasil pengujian

sebagai berikut :

Page 70: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

66

Tabel 9. Hasil Uji Regresi

Unstandardized

Coefficients

Unstandardize

d Coefficients

t Sig

B Std Error Beta

Konstanta 4,995 3,146 1,588 0,114

Pengembangan

Karier

0,624 0,074 0,563 8,407 0,000

Y = a + b1X1

dimana

Y = 4,995 + 0,624X1

Hasil pengolahan data dengan uji regresi di

atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Hasil constanta menunjukkan nilai

sebesar 4,995. Dengan demikian,

variabel Kepuasan Kerja pada Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan murni tanpa

adanya pengaruh oleh Pengembangan

Karier sebesar 4,995.

2. Nilai regresi b1(Pengembangan Karier)

didapat sebesar 0,624. Dengan demikian,

terdapat kontribusi oleh Variabel

Pengembangan Karier, yang berarti bila

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan meningkatkan

Kepuasan Kerja 1 skor maka

berpengaruh terhadap peningkatan

Kepuasan Kerja pada Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan sebesar 0,624 skor.

Uji Hipotesis Individu (Uji t) Dengan

kaidah :

thitung > ttabel (H0) ditolak dan (Ha) diterima,

maka ada hubungan antara X terhadap Y.

thitung < ttabel (H0) diterima dan (Ha) ditolak,

maka tidak ada hubungan antara X terhadap

Y.

α = 0,05 atau 5%

Variabel Pengembangan Karier

Hasil pengolahan data

menunjukkan nilai thitung sebesar 8,407

dimana ttabel sebesar 1,588. Dengan demikian

thitung 8,407 > ttabel 1,588 maka (H0) ditolak

dan (Ha) diterima artinya ada hubungan

antara variabel Pengembangan Karier (X)

dengan Kepuasan Kerja (Y) pada Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan.

Sedangkan probabilitas hasil

sebesar 0,000 atau 0% dimana nilai α = 0,05

atau 5% dengan demikian probabilitas di

bawah nilai alpha, berarti variabel

Pengembangan Karier (X) signifikan

terhadap Kepuasan Kerja pada Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan

dan Kehutanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

mengenai pengaruh Motivasi dan

Pengembangan Karier terhadap Kepuasan

Kerja pada BKP5K dan hasil pengolahan

data terhadap variabel bebas Pengembangan

Karier (X) serta variabel terikat Kepuasan

Kerja (Y) pada Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji t variabel Pengembangan

Karier (X) terhadap Kepuasan Kerja (Y)

pada BKP5K menunjukkan bahwa nilai

thitung sebesar 8,407 dan ttabel sebesar

1,588 pada level significants 0,05 dan

Page 71: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

67

probabilitas 0,000. Hal ini berarti thitung =

8,407 > ttabel = 1,588 maka H0 ditolak

dan Ha diterima, berarti terdapat

pengaruh Pengembangan Karier (X)

terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan.

2. Koefisien korelasi Pengembangan

Karier (X) secara bersama-sama

terhadap Kepuasan Kerja (Y) pada

BKP5K adalah 0,876 sehingga diperoleh

nilai koefisien determinasi sebesar

0,,876 atau 87,6%. Hal ini berarti bahwa

faktor-faktor lain di luar yang tidak

diteliti namun berpengaruh juga adalah

sebesar 12,4%.

Saran

1. Selain itu, untuk lebih meningkatkan

Kepuasan Kerja pada BKP5Kjuga dapat

dilakukan melalui pemenuhan

pengembangan Karier. Apabila para

Pegawai yang bekerja pada BKP5K

merasakan iklim kerja yang kondusif dan

adanya pola Pengembangan Karier yang

baik dalam bekerja maka bukan tidak

mungkin kepuasan Kerja pun akan

meningkat. Selain itu perlu ditekankan

prinsip “ enangilah apa yang kamu

kerjakan dan bukan kerjakanlah apa yang

kamu senangi “.

2. Apabila pengembangan karier yang

dirasakan para pegawai terpenuhi dimana

kondisinya para pegawai mempunyai

motivasi yang tinggi dalam bekerja dan

sistem kerja serta sarana dan prasarana

kerja yang ada sudah mampu

meningkatkan Pengembangan Karier

maka tidak mustahil kepuasan kerja akan

meningkat. Oleh karena itu, pimpinan

BKP5k perlu terus memotivasi para

pegawai dan menciptakan iklim kerja

yang dapat terciptanya Pengembangan

Karier untuk meningkatkan kepuasan

kerja penyuluh perikanan khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko T Hani. 2002 . ”Paradigma Baru

Manajemen Sumberdaya Manusia”,

Asmara Books Jogyakarta.

Hasibuan Malahayu. 2001.DM. Sumber

Daya Manusia, Bumi Aksara Jakarta.

Mariot T.E.Hariandja,,2002, Manajemen

Sumberdaya Manusia, PT.Gramedia,

Jakarta

Panggabean, Mutiara.,S2002. Manajemen

Sumberdaya Manusia , Ghalia

Indonesia, Jakarta

Sunyoto Danang, 2012, Manajemen

Sumberdaya Manusia , PT.Buku

Seru,Jakarta

Page 72: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

68

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Bacillus sp. TERHADAP

PROFIL KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN

HIDUP BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus)

Oleh

Yuke Eliyani, Hendria Suhrawardan*), Sujono**), *)Dosen Jurusan Penyuluhan Perikanan STP, **) Staff Unit Hatchery Jurluhkan Bogor

ABSTRAK

Dalam pengembangan budaiaya perikanan, probiotik dinilai memiliki peranan

penting untuk meningkatkan efektifitas kegiatan tersebut. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik Bacillus sp terhadap profil kualitas

air, kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan lele (Clarias gariepinus),

dengan melakukan pemeliharaan ikan pada beberapa perlakuan, yaitu kontrol,

penambahan bakteri dengan dosis. 10 ml/m3 serta 20 ml/m3 Nilai DO dari media

kontrol Perlakuan I dan Perlakuan II secara berturut-turut adalah 6,80 ppm; 6,89 ppm

dan 6,92 ppm. Nilai suhu mulai dari kontrol sampai perlakuan I dan II adalah 280C.

Nilai pH untuk kontrol perlakuan I dan II adalah 6,6; 6,4 dan 6,6. Berdasarkan uji

lanjut (p<0.05) dapat dilihat bahwa perlakuan I (pemberian probiotik 10 ml/m3)

memiliki nilai pertumbuhan harian tertinggi sebesar 12,52 ± 0,29b, disusul perlakuan

II (pemberian probiotik 20 ml/m3 ) sebesar 12,42 ± 0,33b, serta kontrol sebesar 10,72

± 0,09a. Perlakuan penambahan bakteri probiotik memberikan hasil yang terbaik

untuk pertumbuhan berat pada dosis 10 ml/m3 dengan nilai 12,52 ± 0,29 dibanding

dengan kontrol dan perlakuan yang lain. Tingkat kelangsungan hidup ikan uji selama

masa pemeliharaan berkisar antara 79,8 –87,5 %.

Kata kunci : benih lele, pertumbuhan, probiotik, Bacillus sp, Nitrogen

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan suatu kegiatan

budidaya ikan sangat ditentukan oleh

berbagai faktor diantaranya adalah

kualitas air yang meliputi berbagai

parameter yakni fisika, kimia maupun

biologi. Kualitas air yang tidak

memenuhi persyaratan untuk

mendukung pertumbuhan ikan seringkali

disebabkan oleh berbagai faktor seperti

akumulasi bahan organik di dasar kolam

yang berasal dari feses ikan, sisa pakan,

penggunaan pupuk organik yang

berlebihan maupun bahan lainnya.

Kondisi ini dapat ditemukan pada

budidaya dengan padat tebar tinggi

sehingga input produksi yang

dibutuhkan akan semakin meningkat

pula, contohnya pada kegiatan

pembesaran lele baik di ruang tertutup

seperti dalam bak, maupun di luar

ruangan seperti pada kolam tanah

ataupun terpal.

Penurunan nilai kualitas air

dalam media budidaya tentu akan

Page 73: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

69

berpengaruh pada tingkat produksi,

sehingga berbagai upaya telah dicoba

diantaranya dengan memanfaatkan

mikroorganisma yang menguntungkan

atau yang lebih dikenal dengan istilah

probiotik. Probiotik dapat diaplikasikan

untuk memperbaiki kondisi kualitas air

dengan bertindak sebagai agen pengurai

berbagai unsur seperti NH3, NO3, NO2,

maupun bahan organik lainnya, dan

mampu menekan pertumbuhan populasi

alga biru. Beberapa jenis

mikroorganisma sebagai probiotik

pengurai antara lain Bacillus sp dan

Pseudomonas fluorescense (Balcazar et

al , 2006).

Efektivitas probiotik sangat

tergantung pada jenis mikroorganisma

yang digunakan karena populasi

mikroorganisma yang hidup pada suatu

lingkungan dengan kondisi fisika kimia

berbeda kemungkinan akan berbeda

pula. Akan lebih efektif apabila

probiotik menggunakan jenis mikro

organisme indigenous (asli) yaitu yang

diperoleh berasal dari lingkungan yang

sama dengan ikan yang dibudiayakan.

Mikroorganisme tersebut dipastikan

akan lebih mampu beradaptasi dengan

lokasi perlakuan dibandingkan jika

mikro organisma diperoleh dari

lingkungan yang berbeda.

Pemanfaatan probiotik dalam

menekan atau mendegradasi unsur-

unsur yang berpengaruh terhadap

kualitas air media budidaya diharapkan

tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap sistem keseimbangan ekologis

mikrobia, ramah lingkungan, serta tidak

meninggalkan residu (food security dan

food safety). Pengendalian hayati dalam

akuakultur dengan menggunakan

probiotik merupakan salah satu cara

yang perlu dikembangkan untuk

menciptakan sistem akuakultur yang

ramah lingkungan. Pengendalian hayati

ini dapat diterapkan pada berbagai

tahapan akuakultur dan pada berbagai

komoditas perikanan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian

probiotik Bacillus sp terhadap profil

kualitas air, kelangsungan hidup dan

pertumbuhan benih ikan lele (Clarias

gariepinus).

Manfaat Penelitian

Pemberian bakteri probiotik

Bacillus sp. diharapkan dapat digunakan

pada media pemeliharaan benih ikan lele

(Clarias gariepinus), serta diharapkan juga

dapat diperoleh informasi metoda

pengaplikasiannya di lapangan.

Kerangka Permasalahan

Kerangka Permasalahan

.

Bakteri Probiotik

Bacillus sp.

In vitro :Kualitas

Air Media

In vivo :

Kontrol

Perlakuan 1

Perlakuan 2

Page 74: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

70

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan September sampai dengan Oktober

2015 di Hatchery STP Jurusan

Penyuluhan Perikanan, Laboratorium

Analisis dan Kalibrasi Balai Besar

Industri Agro.

Alat dan Bahan

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah

benih lele ukuran 4 + 0,3 cm/ekor yang

diperoleh dari pembudidaya di Parung

Kabupaten Bogor. Sebelum diberikan

perlakuan, hewan uji diadaptasikan

terlebih dahulu dalam wadah uji.

Bakteri Nitrifikasi

Bakteri yang digunakan

merupakan produk komersial yang

memiliki kandungan bakteri Bacillus sp.

Sumber Karbon

Sumber karbon yang digunakan

adalah molase dengan kandungan karbon

sebesar 61,45%.

Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah

bak semen berukuran 100 x 150 x 80

cm3 sebanyak 9 buah sebagai wadah

pemeliharaan ikan. Pada masing-masing

bak diisi air tawar sebanyak 400 liter

dan benih ikan lele sebanyak 200

ekor/bak lengkap dengan sistem

aerasinya.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan meliputi

peralatan aerasi, serokan ikan, penggaris,

timbangan digital, tabung reaksi, cawan

petri, pembakar bunsen, jarum ose,

inkubator goyang (shaker), penangas air,

inkubator (suhu ruang), autoklaf, oven,

penangas air, mikropipet, heater,

termometer, pH meter, DO meter, pipet,

bulp, gelas piala, erlenmeyer,

spektrofotometer, erlenmeyer, lemari es,

vortex, alumunium foil, dan tissue.

Metode Penelitian

Persiapan Wadah

Sebelum digunakan bak dicuci

dengan deterjen dan diisi air.

Selanjutnya wadah berisi air tersebut

disterilisasi menggunakan kaporit

dengan dosis 10 ppm dan dibiarkan

selama 4 hari, tanpa aerasi. Setelah itu

air dibuang dan wadah diisi air tawar

yang telah diendapkan sebanyak 400

liter dan diberi aerasi. Peralatan aerasi

sebelum digunakan direndam terlebih

dahulu dengan kaporit 10 ppm.

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan dilakukan

selama 30 hari pada bak dengan volume

air 400 liter. Jumlah ikan yang ditebar

sebanyak 200 ekor/bak dengan bobot

rata-rata 4 + 0,3 gram dan panjang rata-

rata 7 cm. Pemberian pakan dilakukan

sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pukul

07.00 dan 17.00 WIB. Jumlah pakan

yang diberikan didasarkan pada dosis 3

%biomass. Pemberian molase dilakukan

satu kali dalam seminggu pada pukul

08,00 WIB pemberian probiotik

dilakukan setiap satu minggu sekali

dengan konsentrasi masing-masing bak

perlakuan 1 sebanyak 10 ml/m3 dan bak

perlakuan 2 sebanyak 20 ml/m3.

Perlakuan

Penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pemeliharaan ikan pada

beberapa perlakuan, yaitu kontrol,

penambahan bakteri dengan dosis. 10

ml/m3 serta 20 ml/m3.

Parameter Pengamatan

Page 75: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

71

Selama masa pemeliharaan

dilakukan sampling kualitas air, yang

meliputi pH, suhu, dissolved oxygen

(DO), nitrit, nitrat,. Adapun total bakteri

dihitung diawal dan akhir penelitian.

Pengujian DO, suhu dan pH dilakukan di

Laboratorium Kualitas Air STP Jurusan

Penyuluhan Perikanan, sedangkan

penghitungan nitrit, nitrat dan total

bakteri dilakukan di Laboratorium

Analisis dan Kalibrasi Balai Besar

Industri Agro Bogor. Untuk parameter

tingkat kelangsungan hidup (SR),

pertumbuhan, dan efisiensi pakan

dilakukan pada akhir pengamatan.

Tingkat Kelangsungan Hidup atau

Survival Rate (SR)

Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan

dihitung dengan menggunakan rumus

Effendie (1979) :

𝑆𝑅 =𝑁𝑡

𝑁𝑜 𝑥 100%

Keterangan :

SR = tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah ikan pada waktu panen

No = jumlah udang pada awal penebaran

Tingkat Pertumbuhan

Sampling pertumbuhan ikan uji

dilakukan setiap dua minggu.

Perhitungan pertumbuhan harian

dilakukan menggunakan rumus

berdasarkan Huismann (1987).

𝛼 = [√(𝑊𝑡

𝑊𝑜)

𝑡

− 1] 𝑥 100%

Keterangan :

α = laju pertumbuhan bobot harian (%)

Wt = bobot rata – rata akhir ( gr/ekor )

Wo = bobot rata – rata awal ( gr/ekor )

T = waktu (hari)

Pertumbuhan panjang

Sampling pertumbuhan ikan uji

dilakukan setiap dua minggu.

Perhitungan pertumbuhan panjang

dilakukan menggunakan rumus

berdasarkan Effendie (1979):

P = Lt – Lo

Keterangan:

P = pertumbuhan panjang (cm)

Lt = panjang rata-rata ikan di akhir pemeliharaan

(cm)

Lo = panjang rata-rata ikan di awal pemeliharaan

(cm)

FCR

Pengukuran FCR dilakukan setelah

selesai pemberian pakan perlakuan pada

hari ke-30. Perhitungan yang digunakan

berdasarkan NRC (1993).

FCR = ΣF/(∆B+BD) ; BD=0

Keterangan :

ΣF = jumlah pakan (gram)

∆B = Perubahan biomassa ikan (gram)

BD = biomassa ikan mati (gram)

Penghitungan Total Bakteri

Total bakteri pada media

pemeliharaan dihitung dengan

menggunakan rumus =

Total Bakteri = ∑ koloni x 1 x 1

Fp ml sampel

Keterangan :

Fp = faktor pengenceran

Kualitas Air

pH dan Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan termometer, sedangkan

pH diukur dengan menggunakan pH

meter.

Nitrit (NO2

-

)

Konsentrasi nitrit dihitung dengan rumus

:

(NO2) mg/L = As x Cst

Ast

Page 76: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

72

Keterangan :

Cst = konsentrasi larutan standar (2 mg/L)

Ast = nilai absorbansi larutan standar

As = nilai absorbansi air sampel

Nitrat (NO3

-

)

Konsentrasi nitrat dihitung dengan

rumus :

(NO3) mg/L = As x Cst

Ast

Keterangan :

Cst = konsentrasi larutan standar (2

mg/L)

Ast = nilai absorbansi larutan standar

As = nilai absorbansi air sampel

Prosedur Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

satu faktor. Data dianalisis dengan sidik

ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan

95%. Apabila terdapat perbedaan maka

analisis data dilanjutkan dengan uji Duncan

menggunakan program Xl-stat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Bakteri dan Kualitas Air

Penambahan bakteri probiotik dari jenis

Bacillus sp. Pada penelitian ini, memberikan

nilai kelimpahan bakteri (koloni/ml) yang

berbeda pada kontrol, perlakuan 1 serta 2.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Data Kelimpahan Bakteri (koloni/ml)

Perlakuan Tebar Panen

Kontrol. 2,0 x 103 1,9 x 104

10 ml/m2 2,0 x 103 3,3 x 105

20 ml/m2 2,0 x 103 1,9 x 105

Dari tabel diatas, diketahui bahwa

Jumlah total bakteri pada perlakuan I (10

ml/m3) dan II (20 ml/m3) lebih tinggi

dibandingkan kontrol, dengan nilai 1,9 x

104 koloni/ml, 3,3 x 105 koloni/ml, dan

1,9 x 105 ml/koloni. Hal ini karena

bakteri nitrifikasi yang ditambahkan ke

dalam media uji Perlakuan I dan II

mampu untuk tumbuh dan berkembang

biak, sehingga menambah jumlah

populasi bakteri dalam media uji.

Kondisi ini dapat terjadi karena

didukung oleh nilai beberapa parameter

kualitas air media uji seperti DO,pH

serta suhu yang sesuai untuk tumbuh dan

berkembangbiaknya bakteri nitrifikasi (

Tabel 2).

Tabel 2. Data Kualitas Air Perlakuan Awal Panen

DO Nitrit Nitrat Suhu pH DO Nitrit Nitrat Suhu pH

Kontrol. 7,89 0,004 0,37 28 6,8 6,80 0,63 13,1 28 6,6

10 ml/m2 7,89 0,004 0,37 28 6,8 6,89 0,02 0,22 28 6,4

20 ml/m2 7,89 0,004 0,37 28 6,8 6,92 0,1 0,22 28 6,6

Page 77: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

73

Riple (2003) menyatakan bahwa :terdapat beberapa parameter kualitas air yang

dibutuhkan bakteri nitrifikasi, seperti oksigen terlarut, pH, suhu serta BOD (Tabel 3.).

Tabel 3. Parameter Kualitas Air untuk Bakteri Nitrifikasi

Parameter Keterangan

Dissolved oxygen (DO) Nitrifikasi mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang besar. Bakteri

nitrifikasi membutuhkan 4.6 mg O2 untuk mengoksidasi 1 mg amonia.

Untuk dapat bekerja bakteri nitrifikasi membutuhkan DO minimal 2 mg/l

Kandungan BOD Bakteri nitrifikasi akan kalah berkompetisi dengan bakteri heterotrof dalam

perebutan DO dan nutrien. Oleh karenanya agar proses nitrifikasi dapat

mengambil alih, maka BOD terlarut harus dikurangi hingga nilainya turun

menjadi 20-30 mg/l untuk mengurangi kompetisi tersebut.

pH pH ideal untuk bakteri nitrifikasi adalah 7.5 – 8.5, tetapi bakteri masih dapat

beradaptasi pada pH diluar kisaran

Suhu 20 – 35oC, proses nitrifikasi akan melambat drastis pada suhu dibawah 5oC

Rentan terhadap toksin Bakteri nitrifikasi sensitif terhadap pencemar (ex: logam berat). Bakteri

nitrifikasi menjadi yang pertama mati jika ada pencemaran

Sumber : Riple (2003)

Penambahan bakteri dari kelompok

Nitrifikasi kedalam perlakuan I (10 ml/m3)

dan II (20 ml/m3 ) bertujuan untuk

mendukung proses nitritasi dan nitratasi di

dalam masing-masing media pemeliharaan

ikan uji. Reaksi dari kedua proses tersebut

adalah sebagai berikut:

Nitritasi: oksidasi amonia menjadi nitrit

oleh bakteri nitrit. Proses ini dilakukan oleh

kelompok bakteri Nitrosomonas dan

Nitrosococcus.

Nitratasi: oksidasi senyawa nitrit menjadi

nitrat oleh bakteri nitrat. Proses ini

dilakukan oleh kelompok bakteri

Nitrobacter]

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa

bakteri yang digunakan diduga dapat bekerja

sesuai dengan kedua rekasi diatas, terlihat

dari adanya perbedaan dari nilai nitrit dan

nitrat pada bak kontrol, perlakuan I dan II

(Tabel 2.). Bakteri nitrifikasi merupakan

bakteri aerobik, sehingga dalam prosesnya

selalu membutuhkan oksigen. Hal ini dapat

dilihat pada persamaan reaksi diatas,

dimana bakteri nitrifikasi membutuhkan

oksigen untuk dapat mengubah NH4+

menjadi NO3-. Ripple (2003) menyatakan

bakteri nitrifikasi membutuhkan 4.6 mg/l

oksigen untuk dapat mengoksidasi 1 mg

amonia. Dan untuk dapat bekerja bakteri

nitrifikasi membutuhkan DO minimal 2

mg/l.

Berfungsinya bakteri nitrifikasi jenis

Bacillus sp yang digunakan sebagai

probiotik dalam penelitian ini, sesuai dengan

hasil dari penelitian Cruz et al (2012),

menyatakan bahwa Bacillus sp merupakan

bakteri probiotik yang dapat diaplikasikan

untuk memperbaiki kualitas air (Tabel 4.)

Page 78: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

74

Tabel 4. Pengaplikasian Bakteri Probiotik

Application Identity of the probiotic Applied to aquatic species

Water Quality

Bacillus sp. 48 Penaeus monodon

Bacillus NL 110, Vibrio sp. NE 17 Macrobrachium rosenbergii

Lactobacillus acidophilus Clarias gariepinus

B. coagulans SC8168 Pennaeus vannamei

Bacillus sp., Saccharomyces sp. Penaeus monodon

Sumber: Cruz et al (2012)

Subuntith et al (2012), menyatakan

bahwa penggunaan probiotik Bacillus sp

meningkatkan pertumbuhan Litopenaeus

vannamei , dan menurunkan nilai nitrit di

media uji. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang menunjukan adanya

penurunan nilai nitrit pada media

perlakuan I dan II diabndingkan dengan

kontrol, dimana masing-masing nilai

nitrit berturut-turut adalah : 0,02 ppm;

0,1 dan 0,63.

Nitrit merupakan bentuk peralihan

antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi),

reaksinya berlangsung dengan cepat dan

dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi

ammonia yang dioksidasi sehingga

memiliki orde reaksi 2. Nitrit berbahaya

karena nitrit bergabung dengan ion

hidrogen membentuk asam nitrous

(HNO2-N) yang berupa asam kuat dan

karena tidak bermuatan listrik sehingga

dengan bebas dapat berdifusi melintasi

membran insang atau melalui transport

aktif. Mekanisme efek toksik nitrit

adalah ketika asam nitrous berdifusi ke

dalam darah melalui insang lalu bereaksi

dengan besi II (Fe2+) menghasilkan besi

III (Fe3+). Hal ini akan mengurangi

kemampuan sel darah merah untuk

mengikat oksigen, yang mengakibatkan

penyakit darah coklat (methemoglobin)

yang dapat mematikan ikan karena

kekurangan oksigen (hypoxia) (Boyd,

1990).

Bakteri Bacillus sp. banyak

digunakan sebagai probiotik karena

kemampuannya dalam menghasilkan

senyawa antimikroba yang dapat

menghambat perkembangan

mikroorganisme lain yang merugikan.

Semua jenis golongan Bacillus akan

menghasilkan senyawa antimikroba ini

dalam kondisi tertentu apabila ada

senyawa inducer yang mampu

menginduksi biosintesis senyawa

antimikroba ini dalam sel nya. Seperti

halnya tiram dalam memproduksi

mutiara harus diinduksi oleh benda asing

yang masuk dalam cangkangnya. Begitu

juga dengan biosintesis antimikroba ini

akan terjadi apabila diinduksi oleh

senyawa-senyawa tertentu.

Kandungan senyawa inducer ini

terdapat dalam prebiotik yang mengatur

alur metabolisme bakteri melaui

modifikasi nutrisi yang komplek. Jadi

agar probiotik berfungsi maksimal maka

harus dilengkapi dengan prebiotik yang

mengandung senyawa-senyawa inducer

yang menginduksi metabolisme bakteri

supaya menghasilkan metabolit-

metabolit yang menguntungkan. Selain

senyawa inducer, keberhasilan probiotik

juga tergantung dari pH optimum spesies

bakteri yang terkandung dalam probiotik

tersebut. Masing-masing spesies bakteri

tersebut punya karakter spesifik dan dan

punya daya kerja pH optimum. Berikut

Page 79: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

75

adalah daya kerja pH optimum dari masing-masing bakteri sebagai berikut:

Tabel 5. Nilai Ph Optimum untuk Bacillus sp

Bakteri pH Optimum

Bacillus subtilis 7.3 - 8.1

Bacillus brevis 6.5 - 7.5

Bacillus megaterium 7.0 - 7.5

Bacillus polymixa 6.0 - 7.2

Bacillus amyloliquefaciens 8.2 - 9.7

Bacillus alvei 6.5 - 7.5

Bacillus coagulans 7.5 - 9.0

Bacillus licheniformis 7.3 - 8.8

Bacillus pumilus 8.3 - 9.8 .

Beberapa produk sediaan bakteri

mengandung lebih dari tiga macam

bakteri dengan maksud untuk

mengantisipasi fluktuasi parameter

kimia dilingkungan tersebut. Sehingga

semakin beragam kandungan bakteri

dalam suatu produk maka semakin besar

kemungkinan beberapa spesies dapat

bekerja optimum.

Nilai DO, suhu dan pH selama

masa pemeliharaan cenderung relatif

sama disemua perlakuan dan kontrol.

Nilai DO dari media kontrol Perlakuan I

dan Perlakuan II secara berturut-turut

adalah 6,80 ppm; 6,89 ppm dan 6,92

ppm. Nilai suhu mulai dari kontrol

sampai perlakuan I dan II adalah 280C.

Nilai pH untuk kontrol perlakuan I dan

II adalah 6,6; 6,4 dan 6,6. Berdasarkan

Cruz et al (2012), DO, suhu dan pH

pada penelitian ini berada dalam rentang

nilai yang dapat mendukung

pertumbuhan dan perkembangbiakan

bakteri probiotik Bacillus sp.

Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup,

dan Feed Conversi Ratio (FCR)

Berdasarkan uji statistik pada

selang kepercayaan 95%, terdapat

perbedaan nilai pertumbuhan (berat)

yang nyata antar kontrol dan perlakuan,

sedangkan antara perlakuan I dan II

tidak berbeda nyata (Gambar 1 dan

Tabel 6 ).

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan (Berat) Ikan Uji

Page 80: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

76

Tabel 6. Nilai Pertumbuhan (Berat) Ikan Uji

Perlakuan Tebar Sampling I Panen

Kontrol. 4,27 ± 0,31a 7,45 ± 0,08a 10,72 ± 0,09a

10 ml/m2 4,33 ± 0,15a 8,58 ± 0,36b 12,52 ± 0,29b

20 ml/m2 4,30 ± 0,20a 8,46 ± 0,12b 12,42 ± 0,33b

Berdasarkan uji lanjut (p<0.05)

dapat dilihat bahwa perlakuan I

(pemberian probiotik 10 ml/m3)

memiliki nilai pertumbuhan harian

tertinggi sebesar 12,52 ± 0,29b, disusul

perlakuan II (pemberian probiotik 20

ml/m3 ) sebesar 12,42 ± 0,33b, serta

kontrol sebesar 10,72 ± 0,09a.

Nilai pertumbuhan untuk panjang

ikan uji, dapat dilihat pada Gambar 2

dan Tabel 7. Berikut ini.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan (Panjang) Ikan Uji

Tabel 7. Nilai Pertumbuhan (Panjang) ikan Uji Perlakuan Tebar Sampling I Panen

Kontrol. 7,4 ± 0,2a 8,1 ± 0,3a 12,2 ± 0,5a

10 ml/m2 7,4 ± 0,2a 8,6 ± 0,4ab 12,5 ± 0,3a

20 ml/m2 7,4 ± 0,2a 8,59 ± 0,1b 12,5 ± 0,4a

Berdasarkan uji statistik

(p<0.05), tidak terdapat beda nyata

antara perlakuan dengan kontrol. Laju

pertumbuhan ikan uji mulai dari

perlakuan I, II serta kontrol adalah 12,5

± 0,3a; 12,5 ± 0,4a dan 12,2 ± 0,5a

.Menurut Effendie, (1997) faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ada 2,

yaitu faktor dalam (internal) dan faktor

luar (eksternal). Faktor dalam berupa

keturunan, dan jenis kelamin, . Sedangkan

faktor luar berupa ketersediaan makanan,

kualitas air, dan ruang gerak.

Tingkat kelangsungan hidup ikan

uji selama masa pemeliharaan berkisar

antara 79,8 –87,5 % (Gambar 3, dan

Tabel 8).

Page 81: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

77

Gambar 3. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Uji

Tabel 8. Data Sintasan (kelangsungan hidup) ikan uji (%)

Perlakuan Tebar Panen

Kontrol. 100 ± 0,0 79,8 ± 5,0a

10 ml/m2 100 ± 0,0 87,5 ± 8,4a

20 ml/m2 100 ± 0,0 85,3 ± 75a

Berdasarkan Tabel 8, terlihat

bahwa pada selang kepercayaan 95%, uji

statistik yang dilakuan tidak memberikan

hasil yang berbeda nyata untuk kontrol

dan semua perlakuan . Hal ini

menandakan bahwa pemberian bakteri

probiotik Bacillus sp. tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tingkat

kelangsungan hidup ikan uji selama

masa pemeliharaan.

Nilai FCR kontrol, perlakuan I

dan II, berturut-turut adalah 0,71 : 0,63;

0,60. Dari hasil perhitungan diketahui

bahwa nilai FCR tidak berbeda nyata

untuk semua perlakuan. Nilai kecernaan

menggambarkan banyaknya nutrisi yang

dapat diserap ikan dari pakan (NRC,

1993), dan berkorelasi dengan tingkat

efisiensi terhadap pakan dan

pertumbuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan bakteri probiotik

dari jenis Bacillus sp mempengaruhi

profil kualitas air untuk parameter nitrit

dengan nilai kontrol, perlakuan 1 dan 2

berturut-turut sebesar 0,63 ppm; 0,02

ppm dan 0,1 ppm. Nilai nitrat mulai

dari kontrol, perlakuan 1 dan 2 berturut-

turut adalah sebesar 13,1 ppm; 0,22 ppm

dan 0,22 ppm. Parameter. kualitas air

yang terdiri dari DO, suhu serta pH

pada semua perlakuan selama masa

pemeliharaan masih berada dalam

kisaran toleransi ikan uji. Perlakuan

penambahan bakteri probiotik

memberikan hasil yang terbaik untuk

pertumbuhan berat pada dosis 10 ml/m3

dengan nilai 12,52 ± 0,29 dibanding

dengan kontrol dan perlakuan yang lain.

Tingkat kelangsungan hidup, tidak

menunjukkan beda nyata di semua

Page 82: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN

78

perlakuan dan kontrol, dengan rentang

nilai antara 79,8 –87,5 %.

Saran

Hasil penelitian ini dapat

diaplikasikan oleh pembudidaya maupun

masayarakat luas, pada media budidaya

yang lebih luas, seperti kolam tanah atau

kolam terpal. Perlu dilakukan

penyusunan analisa kelayakanusaha

untuk kegiatan ini

DAFTAR PUSTAKA

Balca´zar , Jose´ Luis. Ignacio de Blas.

Imanol Ruiz-Zarzuela. David

Cunningham. Daniel Vendrell.

Jose´ Luis Mu´zquiz. Review The

role of probiotics in aquaculture.

2006. Veterinary Microbiology

114( 173–186 ).

Boyd AW. 1990. Water quality in pond

for aquaculture. Auburn

University. Birmingham

Publishing Co. Alabama.

Chamberlain G, Avnimelech Y,

McIntosh RP, Velasco M. 2001.

Advantages of aerated microbial

reuse systems with balanced C/N :

Nutrient tranformation and water

quality benefits. Global

Aquaculture Alliance : April 2001.

Cruz, PatriciaMart´ınez., Ana L.

Ib´a˜nez., Oscar A. Monroy

Hermosillo., Hugo C. Ram´ırez

Saad. Use of Probiotics in

Aquaculture. 2012. ISRN

Microbiology . Volume 2012,

Article ID 916845, 13 pages

Effendie MI. 1979. Metode biologi

perikanan. Yayasan Dewi Sri.

Bogor.

Huisman EA. 1987. Principles of fish

production. Departemen of fish

culture and fisheries Wageningen

Agricultural University.

Wageningen/Netherland.

Linggarjati, Kharisma Firdaus. Ali

Djunaedi. Subagiyo. 2013. Uji

Penggunaan Bacillus sp. sebagai

Kandidat Probiotik Untuk

Pemeliharaan Rajungan

(Portunus sp.). Journal Of

Marine Research. Volume 2,

Nomor 1 (1-6).

Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater

engineering : treatment, disposal,

and reuse. McGraw-Hill, New

York

Montoya R dan Velasco M. 2000. Role

of bacteria on nutritional and

management strategies in

aquaculture systems. Global

Aquaculture Alliance

National Research Council (NRC).

1993. Nutrient requirements of

fish. Sub committee on fish

nutrition, National Research

Council. National Academic

Press (USA). 114p.

Subuntith Nimrat.,Sunisa

Suksawat.,,Traimat

Boonthai.,Verapong

Vuthiphandchai. Potential

Bacillus probiotics enhance

bacterial numbers, water quality

and growth during early

development of white shrimp

(Litopenaeus vannamei). 2012.

Veterinary MicrobiologyVolume

159, Issues 3–4, 12 October

2012, Pages 443–450

Page 83: ISSN 1978-6514 - stpbogor.bpsdmkp.kkp.go.idstpbogor.bpsdmkp.kkp.go.id/files/Jurnal Penyuluhan/Jurnal... · ANALISIS KARYA ILMIAH SEBAGAI KOMPONEN TRI DARMA PERGURUAN TINGGI ... KEHUTANAN