jenis jenis jamuir antibiotik

Upload: aura-net

Post on 14-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    1/23

    1

    BEBERAPA JENIS FUNGI YANG MENGANDUNGANTIBIOTIK

    DISUSUN Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL

    Disusun Oleh :

    Nama : Rifki Stia Prayoga

    N I M : G.20.10.0010

    DEPARTEMEN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWARBANTEN

    2013

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    2/23

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    BEBERAPA JENIS FUNGI YANG MENGANDUNGANTIBIOTIK

    Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL

    Disusun Oleh :Nama : Rifki Stia Prayoga

    N I M : G.20.10.0010

    Mengetahui,Dosen Pembimbing

    (Mujijah, S.Si, M,Sc)

    ii

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    3/23

    3

    PRAKATA

    Puji dan syukur marillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

    dengan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Field Trip.

    Penyusunan Laporan Field Trip ini disusun dalam rangka

    memenuhi tugas mata kuliah PKL (Praktek Kerja Lapangan) pada

    Fakultas MIPA Universitas Mathlaul Anwar Banten.

    Penyusun telah mendapatkan bantuan dan bimbingan baik pada

    saat penelitian dilapangan dalam pembuatan laporan PKL atau Field Trip

    ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Mujijah, S.Si, M,Sc Selaku Dekan dan sebagai Pembimbing

    PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Fakultas MIPA UNMA BANTEN.

    2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan PKL

    atau Field Trip ini.

    3. Orang tua yang telah mendukung dan membantu baik dari segi

    moril maupun materi dalam pembuatan laporan ini.

    Akhir kata semoga laporan PKL atau Field Trip ini dapatbermanfaat khususnya buat penyusun dan memberi sumbangan bagi

    dunia ilmu pengetahuan, juga menambah motivasi untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut.

    Pandeglang, Maret 2013

    Penyusun,

    Rifki Stia Prayoga

    iii

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    4/23

    4

    DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER ...............................................................................................i

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................ii

    PRAKATA ..........................................................................................iii

    DAFTAR ISI........................................................................................iv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................1

    B. Permasalahan ...................................................................3

    C. Tujuan Penelitian ..............................................................3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Fungi.................................................................4

    B. Klasifikasi Fungi.................................................................6

    C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi. 8

    D. Fungi Penghasil Antibiotik dan Jenis Antibiotiknya...........10

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Waktu Dan Tempat Penelitian ..........................................14

    B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................14

    C. Prosedur Penelitian ..........................................................14

    DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................18

    iv

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    5/23

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat

    besar, Indonesia menyediakan banyak sumber daya alam hayati yang tak

    ternilai harganya, dari bakteri hingga jamur, tumbuhan dan hewan.

    Pencarian isolat dan jenis organisme yang potensial untuk digunakan

    dalam bidang industri, pertanian, dan kesehatan merupakan pekerjaan

    yang harus terus dilakukan (Suryanto, 2009).

    Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan

    suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak

    atau menghambat mikroorganisme lain (Pelczar & Chan, 2005).

    Kebutuhan antibiotik baru masih sangat diperlukan, terutama yang efektif

    melawan bakteri resisten, virus, protozoa, fungi atau tumor. Untuk

    mendapatkan antibiotik baru, para peneliti telah banyak melakukan

    berbagai cara seperti biotransformasi senyawa-senyawa tertentu dengan

    bantuan mikroba atau membuat derivat antibiotik semisintetik, mutasi

    strain penghasil antibiotik atau mencari senyawa antibiotik baru dari

    mikroba yang ada di alam.

    Menurut McCoy (2000), mikroorganisme penghasil antibiotik

    meliputi golongan bakteri, aktinomisetes, fungi, dan beberapa mikroba

    lainnya. Kira-kira 70% antibiotik dihasilkan oleh aktinomisetes, 20% fungi

    dan 10% oleh bakteri. Streptomyces merupakan penghasil antibiotik yang

    paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak yang menghasilkan antibiotik

    terutama Bacillus. Namun kebanyakan antibiotik yang dihasilkan bakteri

    adalah polipeptida yang terbukti kurang stabil, toksik dan sukar

    dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi pada umumnya juga toksik,

    kecuali grup penisilin(Suwandi, 1989).

    Sumber mikroorganisme penghasil antibiotik antara lain berasal

    dari tanah, air laut, lumpur, kompos, isi rumen, limbah domestik, bahan

    1

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    6/23

    2

    makanan busuk dan lain-lain. Namun kebanyakan mikroba penghasil

    antibiotik diperoleh dari mikroba tanah terutama Streptomises dan jamur

    (McCoy, 2000).

    Peningkatan jumlah kasus resistensi mikroba patogen terhadap

    antibiotik, akhir akhir ini memicu peningkatan pencarian sumber senyawa

    antimikroba yang baru (Noviani et al., 2009). Salah satu sumber potensial

    penghasil senyawa antibiotik adalah fungi yang diisolasi dari tanah,

    misalnya Fusarium (javanisin), Penicilium (penisilin) dan Aspergillus

    (fumigasin) (Sekiguchi & Gaucher, 1977). Campuran mikroba dalam tanah

    mungkin mengandung spesies yang mempunyai potensi untuk aplikasi

    fermentasi antibiotik (Suwandi, 1989).

    Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang mikroorganisme

    penghasil antibiotik. Diantaranya adalah studi biosintesis antibiotik dan

    aktivitas antibiotik dari jamur Penicillium chrysogenum (Sri et al., 2000),

    isolasi Actinomycetes dari tanah sawah sebagai penghasil antibiotik

    (Ambarwati & Gama, 2009), fungi penghasil antibiotik dari fungi

    dermatofyta (Kheira et al., 2007), aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan

    fraksi metanol jamur Termitomyces eurrhizus (Milanda et al., 2000).

    Dengan semakin gencarnya penelitian mengenai mikroorganisme

    penghasil antibiotik, maka ketertarikan di bidang ini semakin meningkat.

    Sementara potensi mikroba, khususnya fungi yang bermanfaat

    sebagai penghasil antibiotik masih belum diketahui. Dewanta pada tahun

    2006 telah meneliti bakteri penghasil enzim kitinase dari daerah

    purwokerto yang berpotensi menghambat pertumbuhan fungi patogen

    tanaman yaitu Ganoderma boninense, Fusarium oxysporum, dan

    Penicillium citrinum.

    Hasil yang ditunjukkan dari penelitian tersebut cukup baik.

    Sehingga pada penelitian ini kembali digali potensi dari tanah daerah

    purwokerto untuk mendapatkan sumber penghasil antibiotik baru yang

    berasal dari fungi. Oleh karena itu penelitian ini menitikberatkan pada

    lokasi tersebut.

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    7/23

    3

    Berdasarkan pemaparan di atas, pencarian fungi penghasil

    antibiotik baru dengan kemampuan yang lebih baik harus dilakukan. Salah

    satunya adalah dengan upaya penelitian dan pengujian lebih lanjut fungi

    penghasil antibiotik dari tanah daerah purwokerto. Dengan kondisi lantai

    hutan yang penuh dengan substrat-substrat makanan bagi

    mikroorganisme (Fakhrullah, 2008) memungkinkan adanya jamur yang

    dapat diisolasi dan diketahui peranannya.

    B. Permasalahan

    Penelitian mengenai fungi penghasil antibiotik telah banyak

    dilakukan. Tetapi informasi tentang fungi penghasil antibiotik dari daerah

    Purwokerto masih belum diketahui. Dengan demikian perlu dilakukan

    penelitian mengenai fungi penghasil antibiotik untuk melihat fungi yang

    berpotensi menghasilkan antibiotik dari daerah Purwokerto serta

    potensinya dalam menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen

    tanaman.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat fungi yang

    berpotensi menghasilkan antibiotik daerah Purwokerto serta potensinya

    dalam menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen tanaman.

    D. Manfaat Penelitian

    Informasi tentang fungi yang potensial dalam menghasilkan

    antibiotik yang diisolasi dari daerah Purwokerto serta potensinya dalam

    menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen tanaman.

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    8/23

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Fungi

    Mikologi adalah ilmu mengenai jamur berasal dari bahasa Yunani

    yakni : mykes= jamur, logos= ilmu. Fungi dalam bahasa latin juga berarti

    jamur. Fungi sudah lama sekali dikenal manusia karena dalam kehidupan

    sehari-hari ia ada hubungan dengan jamur. Makanan yang disimpan dapat

    ditumbuhi jamur, pakaian dapat berjamur, perabot rumah tangga dapat

    termakan oleh jamur, dan sebagainya. Perintis ilmu jamur ialah Pier

    Antonio Micheli, seorang ahli tumbuhan berbangsa Italia dan ia

    membicarakan jamur dalam bukunya Nova plantarum genera tahun 1729.

    Bentuk dan ukuran jamur mencakup yang kecil dan besar yang biasa

    disebut kulat, kapang, lapuk, cendawan, dan lain-lain (Dwidjoseputro,

    1978).

    Menurut Gandjar,et al .,(2006), jamur atau fungi adalah sel

    eukariotik tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel

    yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui

    dinding selnya, dan mengekskresikan enzym-enzym ekstraselular ke

    lingkungan melalui spora, melakukan reproduksi seksual dan aseksual.

    Fungi makroskopik yang memiliki tubuh buah besar, dikenal sebagai

    makrofungi. Penemuan mikroskop telah mengungkap lebih banyak dari

    bagian-bagian yang semula tidak terlihat sama sekali, akan tetapi

    merupakan bagian penting dari makrofungi tersebut.

    Menurut Zoberi (1972) macrofungi (jamur makroskopis) adalah

    mencakup banyak jamur yang berukuran besar,makroskopik dengan

    tubuh buah yang kompleks. Sebagian besar spesies habitat terestrial dan

    terdiri dari Ascomyetes dan Basidiomycetes.

    Jamur ada yang berguna, ada yang tidak berguna. Jamur tidak

    memiliki klorofil maka hidupnya bergantung pada zat-zat yang sudah jadi

    yang dibuat oleh organisme lain disebut organisme heterotrof. Kalau zat

    4

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    9/23

    5

    organik yang diperlukan jamur itu zat yang sudah tidak diperlukan

    pemiliknya lagi maka jamur seperti itu disebut saproba. Disamping jamur

    saproba dikenal juga jamur parasit dan jamur patogen. Banyak jamur

    pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Fitopatologi (ilmu penyakit

    tumbuhan) khusus membicarakan penyakit tumbuhan yang disebabkan

    oleh jamur. Mikosis adalah istilah umum untuk penyakit yang disebabkan

    jamur. Sebaliknya jamur yang menguntungkan banyak juga, jamur yang

    enak dimakan jamur merang, jamur kuping, jamur padi. Tanpa jamur

    orang tidak dapat membuat roti, minuman berakhohol seperti anggur,

    tape, tempe, oncom, tauco dan berbagai asam organik. Antibiotik pertama

    penisilin berasal dari jamur Penicillium. Dari genus Aspergillus diperoleh

    antibiotik seperti Fumigatin, Aspergilin,dari genus Fusarium diperoleh

    Fusanin, Javasinin (Dwidjoseputro, 1978).

    Bagian penting tubuh fungi adalah yaitu suatu struktur fungus

    berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak

    bersekat, dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang

    sehingga merupakan jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada

    satu koloni jamur ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak.

    Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan alat-alat pembiak yang

    disebut spora, sedang hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap

    nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang

    menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil.

    Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga

    panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya

    berkisar 3-30 mili mikron. Spesies berbeda memiliki diameter berbeda

    pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

    (Carlile dan Watkinson, 1994).

    Jamur sederhana dapat berupa sel tunggal saja atau berupa

    benang-benang hifa saja, tetapi pada jamur tingkat tinggi terdiri

    atasanyaman hifa yang disebut prosenkim dan pseudoperenkim.

    Prosenkim ialah anyaman hifa yang kendor, sedangkan pseudoparenkim

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    10/23

    6

    ialah jalinan hifa yang lebih padat dan seragam. Seringkali ada anyaman

    hifa yang padat sekali dan berguna untuk mengatasi keadaan buruk

    disebut rizomorf. Suatu anyaman hifa yang lain berupa jalinan hifa cukup

    padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya bagian lain

    disebut stroma (Dwidjoseputro, 1978).

    Jumlah spesies fungi yang sudah diketahui hingga kini adalah

    kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia

    (Zedan 1992, Hawksworth 1991) dan menurut Rifai (1995) di Indonesia

    terdapat kurang lebih 200.000 spesies. Dapat dipastikan bahwa Indonesia

    yang kaya akan diversitas tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas

    fungi yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu

    tropik yang mendukung pertumbuhan fungi ( Gandjar,et al.,2006).

    B. Klasifikasi Fungi

    Mc. Kane (1996) mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu

    kategori taksonomi, dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus

    seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes,

    Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Kecuali

    Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual. Berikut tabel

    untuk membedakan lima kelompok fungi.

    Tabel 2.1. Pengelompokan Jamur dan Ciri-ciri Umum

    Sumber : Mc. Kane 1996

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    11/23

    7

    1. Oomycetes

    Sebagian besar anggotanya hidup di air atau dekat badan air.

    Miselium terdiri atas hifa tidak bersekat, bercabang dan banyak

    mengandung inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.

    Pembiakan aseksual dengan zoospora, pembiakan seksual dengan

    oospora. Beberapa contoh : Saprolegnia sp., Achyla sp., Sclerospora sp.,

    Phytophtora sp.

    2. Zygomycetes

    Memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti disebut

    hifa senositik (dari bahasa latin coenocytic). Kebanyakan kelompok ini

    saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, secara seksual

    dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar,

    dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu

    baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk

    zigospora.

    3. Ascomycetes

    Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di

    dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar

    yang di dalamnya terdapat spora yang disebut akospora. Setiap askus

    biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium

    perkembangbiakan yaitu stadium konidium atau stadium seksual dan

    stadium askus atau stadium aseksual. Kebanyakan ascomycetes bersifat

    mikroskopis, sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh

    buah.

    4. Basidiomycetes

    Basidiomycetes memiliki spora yang disebut basidiospora.

    Sebagian besar makrofungi yang kita kenal adalah Basidiomycota

    (Gandjar,et al ., 2006). Kebanyakan anggota basidiomycetes

    adalahcendawan, jamur payung, dan cendawan berbentuk bola yang

    disebut juga jamur berdaging. Basidiospors yang dilepas dari cendawan

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    12/23

    8

    menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif yang haploid disebut

    miselium primer.

    Pada banyak spesies miselium ini pada mulanya berinti banyak,

    kemudian terjadi persekatan sehingga miselium berinti satu yang haploid.

    Selanjutnya terjadi plasmogami antara dua hifa yang kompatibel

    membentuk miselium sekunder yang berinti dua yang masing-masing

    haploid. Miselium sekunder berbiak dengan cara khusus. Tiap inti

    membelah diri dan belahan berkumpul lagi tanpa mengadakan karyogami,

    sehingga miselium sekunder tetap berinti dua. Miselium sekunder yang

    telah terhimpun banyak membentuk jaringan teratur membentuk

    basidiokarp dan basidiofor disebut miselium tersier. Pada gills (lamella)

    dibagian ujung hifa berinti dua terbentuk probasidium setelah terjadi

    karyogami, selanjutnya inti probasidium mengalami meiosis dan

    menghasilkan Basidiospora. Basidiospora dapat bertangkaikan sterigma

    atau langsung duduk pada Basidium/epibasidum (Dwidjoseputro, 1978)

    5. Deuteromycetes

    Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur

    ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya.

    (Dwidjoseputro, 1978). Deuteromycetes disebut juga Fungi Imperfecti

    (jamur tidak sempurna). Penamaan atau pengelompokan itu bersifat

    sementara.Karena segera setelah diketahui cara reproduksi generatifnya

    (pembentukan askus) dikelompokkan ke Ascomycetes. Deuteromycetes

    secara filogenitik bukan merupakan suatu kelompok taksonomi

    (Gandjar,et al., 2006).

    C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi

    Pada umumnya, pertumbuhan fungi (jamur) dipengaruhi oleh faktor

    substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan

    senyawa-senyawa kimia di lingkungannya ( Gandjar,et al., 2006).

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    13/23

    9

    1. Substrat

    Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur. Nutrien-

    nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah jamur mengeksresi enzim-

    enzim ekstra seluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks

    dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,

    banyak jamur memiliki kemampuan mengeksresikan beberapa jenis enzim

    ke lingkungan yang menguraikan karbohidrat kompleks, antara lain

    cellulase, amilase, pectinase, chitinase, dextranase, xylanase. Sebab

    selulosa adalah polisakarida utama di dalam jaringan tumbuhan yang

    menjadi sumber karbon potensial bagi jamur (Garraway, 1984).

    2. Cahaya

    Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nmrelatif

    berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap

    sporulasi (Deacon, 1988). Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur

    cukup kompleks. Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan

    sinar yang berbeda.Intensitas, durasi, kualitas cahaya menentukan

    besarnya pengaruh cahaya terhadap jamur. Umumnya cahaya

    menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan

    struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses

    reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang

    memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam

    sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh

    spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam

    kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya

    (Purdy, 1956). Cahaya hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari

    spesies Basidiomycetes Lentinus tuberregium(Galleymore, 1949).

    Menurut Landecker (1982) jamur dapat dibagi menjadi 5 (lima)

    kelompok didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : (1) kelompok

    yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya; (2) kelompok yang

    sporulasinya mengalami penurunan atau terhalang oleh paparan cahaya;

    (3) kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    14/23

    10

    dan gelap untuk proses sporulasi; (4) kelompok yang dapat memproduksi

    spora fertil pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif pada

    kondisi banyak sinar; (5) kelompok yang memerlukan sinar yang cukup

    untuk memproduksi struktur reproduktif dan spora-spora.

    3. Kelembaban

    Pada umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembaban

    nisbi 90 %, dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembaban

    yang lebih rendah yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada

    kelembaban pada 70%, misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A.

    flafus (Santoso,et al., 1999). Menurut Deacon (1984) pertumbuhan jamur

    dapat berlangsung dengan kelembaban minimal 70%, walaupun beberapa

    jamur dapat tumbuh dengan sangat lambat pada kelembaban 65%.

    4. Suhu

    Berdasarkan kisaran suhu lingkunganyang baik, untuk

    pertumbuhan, jamur dikelompokkan sebagai jamur psicrofil, mesofil dan

    termofil (Gandjar,et al., 2006). Jamur makro memerlukan suhu di atas

    200C (Garraway dan Evans, 1984). Menurut Deacon (1984) sebagian

    besar fungi atau jamur bersifat mesofilik, tumbuh pada temperatur sedang

    pada rentang 10 400 C, optimum pada suhu 25 350C.

    5. Derajat Keasaman Lingkungan (pH)

    Derajat keasaman substrat sangat penting untuk pertumbuhan

    fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat

    sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya menyenangi pH

    dibawah 7,0. Jenis-jenis Khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH cukup

    rendah yaitu pH 4,5 5,5 (Gandjar,et al., 2006). Menurut Deacon (1984)

    dalam pengamatan di laboratorium jamur tumbuh pada rentang 4,5 8,0

    dengan pH optimum berkisar 5,5 7,5.

    D. Fungi Penghasil Antibiotik dan Jenis Antibiotiknya

    Tanah merupakan tempat interaksi biologis yang paling dinamis

    dan mempunyai lima komponen utama yaitu mineral, air, udara, dan zat

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    15/23

    11

    organik. Lingkungan Indonesia yang tropik dan lembab merupakan

    lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan fungi (Gandjar et al., 1999).

    Mikroorganisme terdapat di berbagai habitat, seperti dalam tanah,

    lingkungan akuatik dan atmosfer (Listari, 2009). Tanah merupakan habitat

    alami bagi sebagian besar mikroorganisme yang memproduksi antibiotik

    (Grossbard, 1952) yang terlibat dalam dekomposisi dan resintesis

    senyawa organik (Suwandi, 1989). Organisme hidup dalam tanah antara

    lain bakteri, aktinomisetes, fungi, algae, dan protozoa (Suwandi, 1989).

    Fungi tanah merupakan salah satu mikroorganisme tanah yang

    mempunyai peranan penting dalam siklus hara yang selanjutnya akan

    menentukan kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman

    (Suciatmih, 2006). Dalam mengisolasi fungi penghasil antibiotik dari tanah

    dapat menggunakan metode cawan sebar. Prinsip teknik ini yaitu dengan

    mengencerkan contoh tanah. Koloni penghasil aktivitas antibiotik

    ditunjukkan pada area agar di sekitar koloni yang bebas pertumbuhan

    koloni lain.

    Setelah terbukti bahwa koloni tersebut memang penghasil

    antibiotik, populasi tersebut dimurnikan dan disubkultur untuk membuat

    stok biakan yang diperlukan dalam pengujian selanjutnya (Davis &

    Blevins, 1999).

    Fungi ada yang bermanfaat bagi manusia, antara lain sebagai

    pengendali hayati, penghasil enzim, antibiotik, rekayasa genetik, dan

    industri komersial (Ahmad, 2008).

    Dalam bidang farmasi fungi juga berperan sebagai penghasil

    antibiotik (Gandjar et al.,1999). Mikroorganisme penghasil antibiotik

    meliputi golongan bakteri, aktinomisetes, fungi, dan beberapa

    mikroorganisme lainnya (Suwandi, 1989).

    Antibiotik merupakan substansi kimia alamiah hasil metabolisme

    sekunder mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah mempunyai

    kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun membunuh

    mikroorganisme lain (Lay, 1994; Setyaningsih, 2004). Antibiotik

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    16/23

    12

    merupakan komponen antimikroorganisme yang dihasilkan secara alami

    oleh organisme dan bersifat toksik bagi mikroalga, bakteri, fungi, virus

    atau protozoa. Antibiotik bila dimaksudkan untuk kelompok organisme

    yang khusus maka sering digunakan istilah-istilah seperti antibakteri,

    antifungi, dan sebagainya (Setyaningsih, 2004). Ada dua cara antibiotik

    dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu sebagai

    bakteriostatis dan baktriosidal.

    Menurut Suwandi (1989), sekitar 800 jenis antibiotik dihasilkan oleh

    fungi. Fungi dari genus Aspergillus dan Penicilin lebih sering memproduksi

    antibiotik (Nemec et al., 1963). Penicillium sp. dan Aspergillus sp.

    dilaporkan juga menghasilkan senyawa metabolit sekunder yaitu lovastin

    yang berfungsi sebagai anti hiperkolestrolemia (Aryantha et al., 2004).

    Suwandi (1989) menyatakan bahwa fungi penghasil antibiotik yang

    terkenal diantaranya adalah Penicilium menghasilkan penisilin,

    griseofulvin, Cephalosporium menghasilkan sefalosporin, serta beberapa

    fungi lain seperti Aspergillus menghasilkan fumigasin, Chaetomium

    menghasilkan chetomin, Fusarium menghasilkan javanisin dan

    Trichoderma menghasilkan gliotoxin. Di bawah permukaan air, kultur P.

    urticae memproduksi antibiotik patulin dan griseofulvin yang tumbuh pada

    media glukosa-nitrat (Sekiguchi & Gaucher, 1977). Fungi dermatofita

    telah lama diketahui menghasilkan suatu senyawa antibiotik. Produksi

    antibiotik dari dermatofyta pertama kali diteliti oleh Nakumura 1931, yang

    menemukan aktivitas antibakteri dari jenis Trichophyton (Kheira et al.,

    2007).

    Fungi penghasil antibiotik yang terkenal salah satunya adalah

    Penicilium. Penisilin merupakan antibiotik modern yang pertama, paling

    bermanfaat serta paling luas penggunaannya. Penisilin dihasilkan selama

    pertumbuhan dan metabolisme Penicillium notatum (Pelczar & Chan,

    2005). Penicillium chrysogenum juga dapat menghasilkan antibiotik

    penisilin, mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas

    terhadap bakteri dan beberapa jamur (Sri et al., 2000). Penisilin

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    17/23

    13

    ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929. Fleming

    memperlihatkan bahwa pada suatu cawan agar yang diinokulasikan

    dengan Staphylococcus aures telah terkontaminasi oleh sejenis jamur dan

    koloni jamur tersebut dikelilingi oleh suatu zona yang jernih, menunjukkan

    adanya penghambatan pertumbuhan bakteri (Pelczar & Chan, 2005).

    Penisilin merupakan suatu kelompok persenyawaan dengan

    struktur yang sekerabat dan sifat-sifat serta aktivitas yang agak berbeda.

    Semua penisilin mempunyai inti yang sama yaitu cincin -laktam-

    thiazolidin, yang memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin

    adalah rantai sampingnya yang berbeda-beda (Pelczar & Chan, 2005).

    Antibiotik ini spesifik menghambat sintesis dinding sel bakteri, mencegah

    sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding sel akan melemah dan

    akibatnya akan mengalami lisis (Susanti & Sri, 2004).

    Antibiotik lainnya yang dihasilkan oleh jamur adalah sefalosporin

    merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Cephalosporium acremonium,

    kelompok kimiawinya sama seperti penisilin. Sefalosporium menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghambat sintesis dinding

    sel (Pelczar & Chan, 2005).

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    18/23

    14

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- April 2013.

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas

    Muhamadiah Purwokerto.

    B. Bahan dan Alat

    Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah fungi

    patogen tanaman yaitu F. oxysporum, P. citrinum dan G. boninense

    ,potato dextrose agar (PDA), yeast extract, metanol destilasi, akuades,

    dimetil sulfoksida (DMSO), blank disc (Oxoid), ketokonazol dan

    kloramfenicol.

    Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, cawan petri, hockey stick,

    miskroskop, inokulum dan buku identifikasi dari Pitt & Hocking (1997),

    Gilman (1971), dan Gandjaret al. (1999).

    C. Prosedur Penelitian

    1. Sumber Isolat

    Sampel tanah diperoleh dari tanah daerah Purwokerto. Sampel

    diambil sebanyak 100 g dengan menggunakan sendok steril dan

    dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah disterilkan. Sampel

    dibawa ke Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiah

    Purwokerto untuk diisolasi.

    2. Isolasi Fungi Penghasil Antibiotik dari Sampel Tanah

    Sampel tanah ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan

    ke dalam tabung reaksi dan dicukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan

    menambahkan akuades steril. Lalu dihomogenkan dengan vortex.

    Selanjutnya sebanyak 0,1 ml suspensi tanah diinokulasikan pada media

    PDA + kloramfenicol (0,03 mg/ml) dalam cawan Petri, kemudian diratakan

    14

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    19/23

    15

    dengan menggunakan hockey stick. Kultur diinkubasi dalam inkubator

    suhu 29 C selama 5 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari selama

    masa inkubasi. Isolat yang memiliki kemampuan menghambat jamur lain

    ditunjukkan dengan zona bening di sekitar koloninya. Isolat ini kemudian

    ditumbuhkan kembali pada media yang sama hingga nanti diperoleh isolat

    murni (Campbell, 1960).

    3. Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Penghasil Antibiotik

    Identifikasi fungi dilakukan berdasarkan ciri-ciri dan karakter

    morfologis, secara makroskopis (visual) maupun mikroskopis (di bawah

    mikroskopik) (Permana & Kusmiati, 2007). Karakterisasi dan identifikasi

    secara visual berdasarkan struktur dan warna koloni (Wibowo, 2008).

    Identifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan mengamati morfologi

    fungi menggunakan buku identifikasi dari Pitt & Hocking (1997), Gilman

    (1971), dan Gandjaret al. (1999).

    4. Uji Antagonis Isolat Fungi Terhadap Fungi Patogen

    Uji antagonis dilakukan secara kualitatif (Wibowo, 2008; Bakri,

    2009) untuk melihat kemampuan isolat fungi dalam menghambat

    pertumbuhan fungi patogen (F. oxysporum, G. boninense dan P. citrinum).

    Dua lempeng inokulum (bagian yang digunakan untuk uji adalah hifa

    terluar/paling ujung dari koloni fungi yang tumbuh), yaitu lempeng

    inokulum dari isolat fungi dan lempeng inokulum dari fungi patogen yang

    telah disiapkan diinokulasikan ke dalam media PDA.

    Lempeng inokulum yang diinokulasikan dilakukan dengan cara

    memotong miselium dari inokulum yang yang tumbuh di permukaan media

    PDA dengan menggunakan cork borer berdiameter 6 mm kemudian

    dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi media PDA baru,

    diinkubasi pada suhu ruang ( 25C 30C) selama 5 hari. Hal yang

    sama dilakukan untuk setiap isolat fungi yang didapat. Isolat fungi

    penghasil antibiotik yang berpotensi menunjukkan hambatan

    pertumbuhan terhadap fungi patogen yang diujikan selanjutnya dikoleksi.

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    20/23

    16

    5. Pengamatan Visual dan Mikroskopis

    Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu secara visual dan

    mikroskopis. Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara melihat

    zona/luas pertumbuhan miselium dari masing-masing lempeng inokulum

    fungi penghasil antibiotik dan fungi patogen.

    Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara megamati

    ujung miselium pada daerah zona hambat fungi patogen (Wibowo, 2008).

    Ujung miselium fungi patogen yang tumbuh pada permukaan media PDA

    dipotong berbentuk block square, kemudian diletakkan pada objek glass.

    Selanjutnya diamati adanya abnormalitas pertumbuhan miselium fungi

    patogen, berupa pembengkokan ujung miselium, miselium pecah,

    miselium berbelah, miselium bercabang, miselium lisis dan miselium

    tumbuh kerdil (Lorito et al., 1992).

    6. Ekstraksi Senyawa Antibiotik dari Isolat Fungi

    Fungi yang menunjukkan hambatan pertumbuhan terhadap fungi

    patogen selanjutnya dikultur pada media potato dextrose agar + yeast

    (PDAY) . Kemudian diinkubasi selama 7 hari. Ekstraksi metabolit fungi

    dilakukan dengan metode Nofiani et al. (2009) yang di modifikasi. Kultur

    fungi ditambahkan metanol destilasi dan direndam selama 4

    hari.Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 metanol

    dievaporasi dengan rotary evaporatorpada suhu 40oC sampai tidak ada

    metanol yang tersisa. Kemudian diuji kemampuan antibiotiknya dengan

    metode Kirby-Bauer (Simbolon, 2008).

    7. Uji Aktivitas Antibiotik Ekstrak Metanol Fungi Terhadap Fungi

    Patogen

    Pada uji antibiotik ekstrak metanol fungi digunakan media potato

    dextrose agar + yeast. Pada media ditumbuhkan F. oxysporum dan G.

    boninense dan diinkubasi pada suhu ruang 25 30C selama 3 hari.

    Masing-masing ekstrak metanol dilarutkan dengan dimetil sulfoksida

    (DMSO) dengan konsentrasi masing masing 40, 60, 80 dan 100%.

    Sebanyak 10 l ekstrak diteteskan pada kertas cakram kosong (Oxoid).

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    21/23

    17

    Pengujian kemampuan antibiotik dilakukan dengan uji cakram metode

    Kirby-Bauer (Lay, 1994). Sebagai pembanding digunakan antibiotik

    ketokonazol 20%. Cawan uji diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari.

    Aktivitas antibiotik ditunjukkan dengan adanya zona hambatan

    pertumbuhan organisme uji di sekitar koloni penghasil antibiotik

    (Lechevalier, 2000). Zona hambat yang terbentuk diamati dan diukur.

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    22/23

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, R Z. 2009. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya.Jurnal Litbang Pertanian. 28(1): 1-21

    Affandi, M. 2000. Diversitas dan Visualisasi Karakter Jamur yangBerasosiasi dengan Proses Degradasi Serasah di LingkunganMangrove. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Airlangga. Surabaya.

    Ambarwati & Azizah Gama T. 2009. Isolasi Actinomycetes dari TanahSawah Sebagai Penghasil Antibiotik. Jurnal Penelitian Sains &

    Teknologi. 10(2): 101 111

    Arnehyppel. 1968. Antagonistic Effects of Some Soil Sample Fungi onFomes annosus in Laboratory Experiments. Studia ForestaliaSueciva. 64: 4-18

    Aryantha, I P., S Widayanti & Yuanita. 2004. Eksplorasi FungiDeuteromycetes Aspergillus sp. dan Penicillium sp. PenghasilSenyawa Antikolestrol Lovastin. Laporan Akhir Penelitian Dasar.Proyek Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar. FMIPA.ITB. Bandung

    Ayunasari, W. 2009. Diversitas dan Visualisasi Karakter FungiDekomposer Serasah Daun Avicennia marina (Forsk) Vierh padaberbagai Tingkat Salinitas. Skripsi.Medan, Indonesia: UniversitasSumatera Utara.

    Bakri, M. 2009. Isolasi & Uji Kemampuan Antifungal Fungi Endofit dariTanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TerhadapFungi perusak makanan. Skripsi. USU. Medan.

    Brock, T. D. 1996. Principles of Microbiology. Prentice Hall Inc. New

    Jersey. hlm. 288.

    Brown, J. F. 1980. Plant Protection. Brisbane. Etching Press Pty. Ltd. hlm150

    Campbell A H. 1960 The search for new antibiotics. Brit Med Bull 16: 82-85.

    Cappucino, J.G & S. Natalia. 1996. Microbiology: A Laboratory Manual.4thEd. Addison-Wesley Publishing Company. hlm 254-255.

    18

  • 7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik

    23/23

    19

    FORM NILAI LAPORAN FIELD TRIP

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN

    Setelah membaca dan mempelajari naskah laporan Field Trip mahasiswa

    berikut

    Nama : Rifki Stia Prayoga

    N I M : G.20.10.0010

    Program Studi : FARMASI

    Judul Laporan : Beberapa Jenis Fungi Yang Mengandung Antibiotik

    Mahasiswa tersebut pantas dan layak untuk mendapatkan nilai .

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing Field Trip

    (Mujijah, S.Si, M,Sc)

    Mengetahui

    Bagian Akademik FMIPA UNMA

    ( )