juklak spkm april 2009 bag2

Upload: devri-radistya

Post on 01-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    1/47

    Juklak SPKM Bagian II

    Badan Pemeriksa Keuangan

    BAGIAN II

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    2/47

    Juklak SPKM Bab III Independensi & Mandat

    Badan Pemeriksa Keuangan 10

    BAB IIIINDEPENDENSI & MANDAT

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 Independensi dan mandat BPK seharusnya komprehensif sesuai dengan

    “Deklarasi Lima” organisasi BPK sedunia atau   International 

    Organization of Supreme Audit Institution   (INTOSAI) atas prinsip-

     prinsip pemeriksaan.

    Independensi &

    mandat sesuai

    Deklarasi Lima

    B. Lingkup

    02 Unsur pertama SPM adalah independensi dan mandat. Unsur SPM ini

    terkait dengan kedudukan, fungsi, dan mandat BPK yang independen.

    Independensi yang dimaksud adalah independensi sesuai dengan

    “Deklarasi Lima” organisasi BPK sedunia (INTOSAI).

    Unsur pertama

    SPM

    03 Independensi dan mandat tersebut diatur dalam konstitusi, undang-

    undang, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait BPK.

    Selain itu, lingkup SPM Independensi dan Mandat termasuk keyakinan

    atas ketiadaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    mengganggu independensi dan mandat BPK.

    Independensi &

    Mandat dalam

     peraturan

    04 Komponen dari unsur SPM Independensi dan Mandat meliputi:

    1). Independensi; dan

    2). Mandat

    Komponen

    05 Komponen unsur SPM tersebut dapat dilihat dalam Gambar 3.1 sebagai

     berikut.

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    3/47

    Juklak SPKM Bab III Independensi & Mandat

    Badan Pemeriksa Keuangan 11

    C. Independensi

    06 Sesuai dengan prinsip-prinsip pemeriksaan terkait independensi, badan

     pemeriksa harus independen sesuai dengan “Deklarasi Lima” INTOSAI.

    BPK harus merupakan suatu lembaga negara yang independen dalam

    organisasi dan pelaksanaan tugas pemeriksaan. Independensi BPK 

    tersebut dijamin konsititusi atau UUD yang diatur lebih lanjut dalam

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Independensi diatur 

    dalam konsitusi dan

    UU

    07 Independensi BPK meliputi independensi anggota BPK, kelembagaan,

     pelaksana BPK, dan keuangan atau anggaran.

    Independensi

    BPK 

    08 Independensi anggota BPK terkait dengan pengangkatan, pemberhentian,

    dan perlindungan hukum. Pengangkatan dan pemberhentian anggota

    BPK dilakukan secara independen, bebas dari intervensi Pemerintah atau

     pejabat entitas yang diperiksa, untuk periode waktu tertentu, dan dengan

    mekanisme yang jelas. Untuk memberikan independensi, anggota BPK 

    memiliki perlindungan hukum terhadap pelaksanaan tugasnya. Hal ini

    diatur di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Independensi

    anggota BPK 

    09 Independensi BPK secara kelembagaan meliputi kebebasan menentukan

    struktur organisasi dan fungsi BPK tanpa intervensi dari Pemerintah atau

    entitas yang diperiksa.

    Independensi

    kelembagaan

    10 Independensi pelaksana BPK terkait dengan penempatan, penugasan,karier pelaksana BPK. Hal tersebut tidak tergantung pada Pemerintah

    atau pejabat entitas yang diperiksa.

    Independensi pelaksana BPK 

    11 Di dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pelaksana BPK yang

    ditugaskan harus independen. BPK harus mengatur independensi

    dimaksud di dalam standar dan pedoman pelaksana lainnya.

    Independensi

     pelaksanaan tugas

    12 Independensi BPK secara keuangan atau anggaran meliputi

     penganggaran BPK (pengajuan, pembahasan, dan persetujuan anggaran

    BPK) dilakukan BPK dengan parlemen dan tidak dengan Pemerintah dhi

    Menteri Keuangan, serta pengalokasian dan penggunaan anggaran untuk 

     pelaksanaan tugas BPK.

    Independensikeuangan atau

    anggaran

    D. Mandat

    13 Mandat BPK harus secara jelas dan eksplisit diungkapkan dalam

    konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Konsititusi dan peraturan

     perundang-undangan tersebut mengatur kewenangan, tugas dan fungsi,

    serta tanggung jawab BPK terkait dengan akses informasi, penentuan

    entitas yang diperiksa, dan sifat-lingkup-waktu pemeriksaan.

    Mandat dalam

    konstitusi dan UU

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    4/47

    Juklak SPKM Bab III Independensi & Mandat

    Badan Pemeriksa Keuangan 12

    14 Konsitusi dan/atau peraturan perundang-undangan juga mengatur 

     penyampaian hasil pemeriksaan BPK kepada parlemen dan parlemen

    memiliki tanggung jawab untuk menilai kinerja pencapaian mandat yangditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan.

    Parlemen dapat menggunakan pihak independen untuk menilai hal

    tersebut.

    Penyampaian laporan

    dan penilaian kinerja

    BPK 

    15 Konstitusi dan/atau peraturan perundang-undangan mengatur 

    kewenangan BPK untuk memeriksa seluruh keuangan negara. BPK dapat

    memeriksa aspek keuangan negara pada seluruh entitas yang mengelola

    keuangan negara tersebut.

    Kewenangan atas

    seluruh aspek 

    keuangan negara

    16 Konsititusi dan/atau peraturan perundang-undangan menjamin adanya

    kebebasan akses terhadap informasi terkait dengan pelaksanaan mandat.Kebebasan akses

    17 Konstitusi dan/atau peraturan perundang-undangan mengatur jenis

     pemeriksaan yang dilakukan BPK dan entitas yang diperiksa yang terkait

    dengan keuangan negara.

    Jenis dan entitas

    yang diperiksa

    18 Apabila mandat BPK tidak dapat dilaksanakan karena suatu ketentuan

     peraturan perundang-undangan, BPK harus melakukan berbagai upaya

    untuk mengembalikan mandat tersebut seperti dengan mengajukan

     judicial review, sengketa kewenangan lembaga negara ( state organs

    dispute), memberikan masukan kepada penyusun undang-undang untuk 

    mengubah atau menyesuaikan ketentuan peraturan perundang-undangan

    yang tidak sesuai dengan mandat BPK (legislative review).

    Disharmonisasi

     peraturan perundang-

    undangan (legal 

    conflicts)

    19 Sehubungan dengan paragraf 18 di atas, BPK melakukan identifikasi

    dan/atau analisis terhadap ketentuan perundang-undangan yang

    mengganggu pelaksanaan mandat BPK.

    Identifikasi/

    analisis

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    5/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   3

    BAB IVKEPEMIMPINAN DAN TATA KELOLA INTERN

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK seharusnya memiliki keyakinan bahwa pengambilan keputusan

    kelembagaan dan mekanisme pengendalian berfungsi secara hemat,

    efisien, dan efektif sehingga BPK dapat menjadi model bagi organisasi

    dalam perwujudan tata kelola yang baik ( good governance).

    BPK menjadi model

    organisasi yang  good 

     governance

    B. Lingkup

    02 Unsur kedua SPM adalah kepemimpinan dan tata kelola intern.

    Kepemimpinan dan tata kelola intern merupakan unsur penting dalam

    organisasi lembaga pemeriksa. Hal ini disebabkan unsur SPM ini

    menentukan keberhasilan organisasi lembaga pemeriksa dalam

    mewujudkan tata kelola yang baik ( good governance).

    Unsur kedua SPM

    03 Peran penting BPK dalam perbaikan kualitas pemeriksaan secara terus-

    menerus sangat dominan. Badan perlu memiliki keyakinan bahwa

     pengendalian mutu telah memadai dalam rangka pencapaian visi, misi,

    dan tujuan strategis sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

    standar pemeriksaan.

    Kepemimpinan

    Badan

    04 Komponen dari unsur SPM kepemimpinan dan pengelolaan intern

    meliputi:

    1) Kepemimpinan dan Arahan (leadership and direction)

    2) Perencanaan Strategis dan Operasional ( strategic & operational 

     planning )

    3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (oversight and accountability)

    4) Kode Etik (code of conduct )

    5) Pengendalian Intern (internal control )

    6) Pemerolehan Keyakinan Mutu (quality assurance)

    Komponen

    05 Komponen unsur SPM kepemimpinan tersebut dapat dilihat dalam

    Gambar 4.1 sebagai berikut.

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    6/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   4

    C. Kepemimpinan & Arahan

    06 Badan harus menetapkan arah organisasi BPK. Hal tersebut menentukan

    suatu indikator pencapaian hasil kerja dan pencapaian standar profesional

    tertinggi. Arahan tersebut dapat berupa keputusan-keputusan BPK dan

    sidang atau rapat yang menekankan capaian yang harus dipenuhi oleh

     pelaksana BPK di bidang pemeriksaan serta penunjang dan pendukung.

    Arah

    organisasi

    07 Badan menetapkan kebijakan dan pedoman yang mendukung budaya

    intern organisasi yang mengutamakan kualitas pelaksanaan pekerjaan.Kebijakan dan pedoman tersebut menuntut seluruh pimpinan satker 

     pelaksana BPK untuk bertanggung jawab atas sistem pengendalian mutu

    organisasi. Kepemimpinan BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK 

    yang konsisten sangat berpengaruh terhadap budaya intern organisasi

    tersebut. Hal ini penting agar kepemimpinan BPK dan pimpinan satker 

    dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa kinerja BPK sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan dan mencapai standar 

     pemeriksaan.

    Budaya organisasi

    atas kualitas

    08 Kebijakan dan pedoman tersebut meliputi pemberian penghargaan atas

     pencapaian pekerjaan yang berkualitas, pemberian keterangan di dalam berbagai hasil reviu pekerjaan atau nota dinas atau risalah rapat atau

     bahan pelatihan dan seminar, atau pernyataan tertulis dalam dokumen

    seperti rencana strategis atau ungkapan misi. Selain itu, penugasan atau

    arahan atau hasil reviu tidak ada yang mengindikasikan pengorbanan

    kualitas karena alasan keuangan, waktu, dan alasan lainnya.

    Bentuk budaya atas

    kualitas

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    7/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   5

    09 Kebijakan dan pedoman yang mengutamakan mutu dapat dilihat juga

    dari berbagai kebijakan, pengaturan, dan prosedur terkait dengan

    evaluasi kinerja, kompensasi, promosi dikaitkan dengan kualitas

     pekerjaan. Hal ini dapat dilihat komitmen BPK dan pimpinan satker 

     pelaksana BPK atas alokasi anggaran dan realisasi serta penggunaan

    sumber daya organisasi lembaga pemeriksaan untuk peningkatan

    kualitas.

    Kebijakan atas

    kualitas

    D. Perencanaan Strategis dan Operasional

    10 BPK menetapkan rencana strategis yang merupakan capaian jangka

     panjang yang diinginkan. Rencana strategis tersebut memiliki tiga

    komponen, yaitu visi, misi, dan nilai inti. Visi, misi, dan nilai inti

    merupakan hal mendasar bagi BPK selaku organisasi pemeriksa

    keuangan negara dalam menetapkan rencana strategis ( strategic

     planning ).

    Rencanastrategis

    11 BPK menetapkan visi sebagai bentuk arahan dan target jangka panjang

    yang ingin dicapai. Penetapan visi merupakan langkah awal dari

     penyusunan rencana strategis. Di dalam penyusunan rencana strategis

    tersebut, BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK harus memiliki

    kejelasan visi BPK dalam periode tertentu serta arah dan fokus organisasike depan terkait dengan sumber daya-teknologi, hasil kerja-klien/entitas

    yang diperiksa. Dalam hal tersebut, BPK dan pimpinan satker pelaksana

    BPK mempertimbangkan lingkungan intern seperti kemampuan dan

    kebutuhan operasional BPK dalam pelaksanaan mandat, tugas, fungsi,

    serta ekstern organisasi. Dengan demikian, penetapan visi tersebut akan

    dipantau dan disempurnakan dari waktu ke waktu.

    Visi

    12 Penetapan visi di atas meliputi penyeleksian area-area operasional yang

    terkait, peletakan tahapan strategis BPK, dan perolehan komitmen untuk 

     pencapaian tahapan strategis BPK tersebut. Dalam penetapan visi

    tersebut, BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK perlu melakukan tigahal sebagai berikut:

    1) menetapkan misi BPK atas kegiatan utama BPK dengan

    mempertimbangkan kejelasan posisi organisasi (who we are), mandat

    dan tugas pokoknya (what we do), serta status atau posisi organisasi

    saat ini (where we are now);

    2) menggunakan pernyataan misi sebagai landasan arah dan target yang

    ingin dicapai (where we are going ); dan

    Penetapan visi

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    8/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   6

    3) menjelaskan visi dengan cara yang jelas dan menarik sehingga BPK 

    dan pimpinan satker pelaksana BPK memperoleh komitmen dari

    seluruh pelaksana BPK. Komunikasi ini penting untuk menumbuhkankepercayaan seluruh pelaksana BPK kepada kepemimpinan BPK 

    terkait arah organisasi BPK ke depan dan perubahan intern dan

    ekstern yang terjadi ke depan.

    13 Penetapan misi BPK harus memperhatikan tiga unsur berikut:

    1) jenis pemangku kepentingan ( stakeholders) atau pihak yang harus

    dipenuhi kebutuhannya secara memuaskan;

    2) kebutuhan para pemangku kepentingan atau hal yang harus dipenuhi

    oleh BPK secara memuaskan; dan

    3) kegiatan, teknologi dan kompetensi SDM BPK, atau cara untuk 

    memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan.

    Misi

    14 Selain penetapan visi dan misi, BPK perlu menetapkan nilai inti ( core

    values) yang merupakan karakteristik organisasi dan SDM BPK. Nilai

    inti yang perlu ditetapkan tersebut menggambarkan karakter dasar dan

    menjadi kriteria atau pertimbangan penetapan visi dan misi organisasi.

    Sebagai lembaga di bidang pemeriksaan seperti lembaga pemeriksaan

     pada umumnya di berbagai negara, nilai inti yang dikembangkan dan

    ditetapkan terkait dengan penjaminan kepentingan publik ( public

    interest ) dan integritas, independensi, objektivitas, profesionalisme.

     Nilai inti

    15 Selain visi, misi, dan nilai inti seperti disebutkan di atas, rencanastrategis tersebut mengungkapkan hal-hal sebagai berikut.

    1) Tujuan strategis dan penanggungjawabnya;

    2) Ukuran atau target dan waktu pencapaiannya;

    3) Penjabaran pencapaian dan implementasinya;

    4) Pengukuran kinerja pencapaian;

    5) Pembentukan satker pelaksana yang memiliki tugas memantau

    rencana strategis dan implementasinya;

    6) Penggunaan tenaga ahli terkait; dan

    7) Metodologi dan pedoman yang diperlukan;

    Substansirencana

    strategis

    16 Dengan mempertimbangkan rencana strategis, BPK menetapkan rencanaoperasional sebagai bentuk penjabaran dari rencana strategis. Komitmen

     penyediaan sumber daya dan kegiatan-kegiatan menjadi bagian dalam

    rencana tersebut.

    Rencana

    Operasional

    17 Salah satu bentuk komitmen adalah penetapan target atau indikator 

    sukses untuk satuan kerja pelaksana BPK dan individu yang bertanggung

     jawab. Pejabat penanggung jawab pencapaian target memiliki

    kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan yang

    dihadapi.

    Target/

    indikator 

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    9/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   7

    18 BPK dan/atau pimpinan satuan kerja pelaksana BPK menetapkan dan

    menyosialisasikan strategi organisasi serta menyusun laporan

     perkembangan ( progress report ) secara periodik untuk memastikan

     bahwa seluruh pegawai memahami dan terlibat serta memberikan

    kontribusi. Dalam hal ini, strategi organisasi tersebut dijabarkan dalam

    suatu sistem atau prosedur yang memungkinkan penyebaran secara luas

    gagasan, informasi, dan praktik serta hasil terbaik di dalam

     pelaksanaannya di lingkungan BPK.

    Strategi organisasi & progress report 

    19 BPK atau pimpinan satuan kerja pelaksana BPK menetapkan dan

    mengatur tentang pengukuran kinerja atas satuan kerja pelaksana BPK 

    dan individu. Pimpinan satuan kerja pelaksana memantau danmelaporkan secara periodik hasil pengukuran kinerja tersebut. Hasil

     pengukuran kinerja tersebut harus dikaitkan dengan pemberian

     penghargaan, sanksi/hukuman, dan/atau kesejahteraan pegawai. Di

    dalam memantau dan menilai kinerja tersebut, BPK membentuk satuan

    kerja pelaksana BPK tertentu dan/atau menetapkan suatu komite dengan

    tanggung jawab dan tugas tersebut.

    Pengukuran

    kinerja

    E. Pengawasan & Pertanggungjawaban

    20 BPK menetapkan pedoman sistem pemerolehan keyakinan mutu (quality

    assurance system) yang meliputi reviu intern atas desain dan

    implementasi sistem pemerolehan keyakinan mutu (SPKM) tersebut

    secara periodik oleh suatu satuan kerja pelaksana BPK atau oleh badan

     pemeriksa negara lain anggota INTOSAI ( peer review).

    Pedoman

    reviu

    SPM

    21 BPK melakukan sosialisasi pedoman SPKM tersebut kepada seluruh

     pelaksana BPK, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan, serta

    menyempurnakan sesuai perkembangan dan kebutuhan.

    Sosialisasi &

     pementauan

    22 BPK menetapkan satuan kerja pelaksana BPK yang berfungsi untuk 

    melakukan reviu intern SPM BPK. Satuan kerja pengawas intern tersebut

    melaporkan hasil reviunya kepada BPK.

    Satker 

     pereivuintern

    23 BPK menetapkan dan/atau melaksanakan ketentuan tentang peer review

    oleh badan pemeriksa lain setingkat BPK anggota INTOSAI.Peer review

    24 Selain penilaian kinerja BPK di atas, BPK harus memenuhi

     pertanggungjawaban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    BPK menyusun laporan keuangan yang diperiksa oleh auditor 

    independen sebelum laporan keuangan dan hasil pemeriksaannya

    disampaikan kepada DPR.

    Laporan

    keuangan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    10/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   8

    25 Selain laporan keuangan, BPK menyampaikan laporan kinerja sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Laporan

    kinerja

    F. Kode Etik 

    26 BPK menetapkan kode etik yang berisi aturan dalam rangka memperoleh

    keyakinan atas integritas, kepercayaan, kerahasiaan, independensi,

    kredibilitas, objektivitas, imparsial, netral, bebas dari konflik 

    kepentingan, kompetensi, dan profesionalisme.

    Penetapan

    kode etik 

    27 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menjelaskan atau

    menyosialisasikan aturan kode etik tersebut kepada seluruh pelaksana

    BPK.

    Penjelasan/sosialisasi

    kode etik 

    28 BPK menetapkan kebijakan dan prosedur mengenai pemantauan dan

    evaluasi kepatuhan terhadap kode etik yang ditetapkan BPK serta

     pemrosesan pelanggaran kode etik tersebut oleh Majelis Kode Etik BPK.

    Pemantauan

    kepatuhan

    kode etik 

    G. Pengendalian Intern

    29 BPK menetapkan ketentuan mengenai sistem pengendalian intern yang

    tepat untuk memperoleh keyakinan pencapaian tujuan organisasi.Penetapan ketentuan

     pengendalian intern

    30 BPK menyosialisasikan ketentuan mengenai sistem pengendalian intern

    kepada seluruh pimpinan dan pegawai pelaksana BPK sehingga sistem

     pengendalian intern tersebut dapat dipahami dan diimplementasikan di

    dalam pelaksanaan tugas.

    Sosialisasi

    31 BPK mempertimbangkan kerangka pengendalian intern yang disusun

    oleh   Committee of Sponsoring Organization of the Treadway

    Commission   (COSO) yang telah diadopsi oleh INTOSAI   Internal 

    Control Standard .

    Kesesuaian dengan

    kerangka COSO

    32 Setiap pimpinan satuan kerja pelaksana BPK bertanggung jawab untuk 

    memantau kepatuhan atas sistem pengendalian intern di lingkungannya.Tanggung jawab

     pemantauan

    33 BPK menetapkan suatu satuan kerja pelaksana BPK yang bertugas untuk 

    memantau kepatuhan sistem pengendalian intern pada seluruh satuan

    kerja pelaksana BPK dan melaporkan hasilnya kepada BPK.

    Satuan kerja

     pemantau

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    11/47

    Juklak SPKM Bab IV Kepemimpinan & Tata Kelola Intern

    Badan Pemeriksa Keuangan   9

    H. Pemerolehan Keyakinan Mutu

    34 BPK menetapkan ketentuan mengenai sistem pemerolehan keyakinan

    mutu untuk memperoleh keyakinan bahwa sistem pengendalian intern di

    atas dan sistem pengendalian mutu telah diimplementasikan.

    Penetapan sistem

    keyakinan mutu

    35 Sistem pemerolehan keyakinan mutu tersebut meliputi penilaian atau

    reviu yang dilakukan secara intern oleh pimpinan satuan kerja pelaksana

    BPK, oleh antarsatuan kerja pelaksana BPK atau antarpihak setingkat

    (cross review), oleh satuan kerja pelaksana BPK yang dibentuk khusus

    untuk tugas tersebut, dan oleh pihak lain yang independen ( peer review).

    Lingkup

     pemerolehan

    keyakinan mutu

    36 Reviu independen sistem pengendalian intern dan sistem pengendian

    mutu oleh satuan kerja pelaksana BPK yang khusus dibentuk dilakukansecara periodik dan dilaporkan langsung kepada BPK.

    Reviu oleh

    satker pengawasintern

    37 Pada tahap awal penyusunan rencana strategis, BPK perlu melakukan

    reviu sistem pengendalian mutu dan sistem pengendalian intern tingkat

    kelembagaan secara umum. Hasil reviu tersebut dapat menjadi bahan dan

    masukan pengembangan rencana strategis dan rencana implementasinya.

    Reviu pada awal

     penyusunan rencana

    stratesis

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    12/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 20

    BAB V

    MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK seharusnya memiliki kecukupan tenaga yang memiliki kompetensi

    serta motivasi dalam melakukan tugasnya secara efektif.Staf kompeten &

    termotivasi

    B. Lingkup

    02 Unsur ketiga SPM adalah manajemen sumber daya manusia. Unsur SPM

    tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pemeriksa memiliki

    kemampuan, kompetensi yang cukup, serta dedikasi atau pengabdian

    dalam melakukan tugasnya sehingga memenuhi mutu pemeriksaan yang

    tinggi dan memenuhi tugas secara efektif. Dengan demikian, SDM

    merupakan aset terpenting bagi organisasi BPK.

    Unsur ketiga SPM

    manajemen

    sumber dayamanusia

    03 Manajemen SDM harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif 

     bagi pegawainya. Manajemen SDM tersebut menjadi bagian dalam

    manajemen BPK secara umum yang meliputi kompetensi yang

    dibutuhkan untuk memenuhi mandat dan harapan pemangkukepentingan serta mencapai rencana strategis BPK. Kompetensi yang

    dibutuhkan tersebut perlu ditetapkan karena akan berpengaruh terhadap

    rekrutmen dan penempatan SDM, retensi SDM, pelatihan dan

     pembangunan kapasitas, penilaian dan manajemen kinerja, serta

     penyediaan kesejahteraan bagi pegawai.

    Manajemen SDM

    04 Berdasarkan hal di atas, komponen unsur SPM – Manajemen SDM

    meliputi:

    1) Rekrutmen dan Penempatan;2) Retensi;

    3) Pelatihan dan Pembangunan Kapasitas;4) Penilaian dan Manajemen Kinerja;5) Kesejahteraan; dan

    6) Pengembangan Karier.

    Komponen

    05 Keenam komponen unsur SPM - Manajemen SDM dapat dilihat dalam

    Gambar 5.1 berikut.Gambar 

    Manajemen

    SDM

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    13/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 21

    C. Rekrutmen dan Penempatan

    06 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait harus menetapkan

    strategi perekrutan dan penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi

    dan kualifikasi yang dibutuhkan. Unsur penting pertama dari strategi ini

    adalah menetapkan persyaratan terbaik terkait dengan kualifikasi

    kompetensi calon pegawai yang dibutuhkan. Perekrutan tersebut

    merupakan perekrutan berbasiskan kompetensi, baik untuk tingkat

     bawah atau yunior maupun untuk tingkat atas yang lebih senior dalam

    organisasi BPK. Unsur kedua dari strategi tersebut adalah merekrut

     pegawai sesuai kebutuhan berdasarkan suatu analisis kebutuhan

     pegawai. Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan memperhatikan

    rencana strategis BPK, kebijakan dan perencanaan pemeriksaan

    strategis, dan manajemen pemeriksaan dan risiko.

    Rekrutmen

     berbasiskompetensi &

    analisis kebutuhan

    07 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kualifikasi

    dan kompetensi pemeriksa adalah sebagai berikut.

    1) Merekrut pegawai dengan latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan;

    2) Melengkapi kebutuhan SDM intern dan keahliannya melalui

     penggunaan tenaga ahli yang kompeten dari luar sesuai dengankebutuhan BPK; dan

    3) Menggunakan pemeriksa dari luar BPK (outsourcing ) untuk 

    melakukan pemeriksaan untuk dan atas nama BPK, dengan reviu atau

    evaluasi terhadap proses hasil pekerjaannya.

    Faktor-faktor 

     penentuan

    kualifikasi &

    kompetensi

     pemeriksa

    08 Penempatan pegawai dilakukan berdasarkan kebutuhan, kompetensi, dan

    uraian pekerjaan atau uraian jabatan. Pegawai yang direkrut ditempatkan

     berdasarkan kebutuhan pegawai tersebut pada satker pelaksana BPK 

    serta sesuai kompetensi yang diminta dan uraian jabatan.

    Penempatan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    14/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 22

    D. Retensi

    09 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait harus menciptakan

    daya tarik bagi SDM berkualitas. Hal tersebut meliputi penawaran gaji

    dan tunjangan, kesejahteraan, fasilitas lain, serta penciptaan lingkungan

    kerja yang menarik dan kondusif.

    Daya tarik bagi SDM

     berkualitas

    10 Daya tarik dari pemberian gaji dan tunjangan, kesejahteraan, dan

    fasilitas lain seringkali sulit diwujudkan apabila badan pemeriksa

    memiliki kendala ketentuan penggajian di negaranya. Dalam kondisi

    seperti itu, daya tarik diberikan dalam bentuk penciptaan lingkungan

    kerja yang kondusif seperti peningkatan kapasitas melalui kesempatan

     pendidikan dan pelatihan, pemberian penghargaan, dan pemberiankesempatan pengalaman.

    Daya tarik non gaji

    dan tunjangan

    11 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait selalu

    mempertimbangkan ke depan atas struktur atau pemberian gaji dan

    tunjangan, kesejahteraan, dan fasilitas lain bagi pegawai sehingga BPK 

    dapat memperoleh dan mempertahankan SDM yang sesuai kompetensi

    dan kualifikasi yang dibutuhkan.

    Pertimbangan ke

    depan atas struktur 

    gaji dan tunjangan

    12 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan suatu

    aturan mengenai penggunaan pemeriksan dan/atau tenaga ahli lain di

    luar BPK sesuai dengan kebutuhan BPK termasuk pengaturan

     penggajian dan penawaran lainnya yang menarik.

    Penggajian &

     penawaran bagi

    tenaga di luar BPK 

    E. Pelatihan dan Pembangunan Kapasitas

    13 BPK menetapkan kebijakan peningkatan kapasitas pelaksana BPK 

    untuk mengikuti perkembangan pemeriksaan dan dapat mengantisipasi

    serta menyelesaikan persoalan yang muncul akibat adanya

     perkembangan lingkungan.

    Penetapan

    kebijakan

     pengembangan

    kapasitas pelaksana

    14 Kebijakan peningkatan kapasitas pelaksana BPK tersebut meliputiidentifikasi-analisis-penetapan kebutuhan pelatihan, pengukuran

    keberhasilan pelatihan, adanya perencanaan SDM, adanya perencanaan

    karier, tingkat pemanfaatan peserta pelatihan dalam tugas pemeriksaan,

    tingkat pemanfaatan hasil pelatihan di lapangan, penggunaan pedoman

     pemeriksaan, evaluasi tingkat pengetahuan pelaksana BPK, evaluasi

    keefektivan pelatihan, perencanaan pelatihan untuk setiap pelaksana

    BPK, magang (on the job training ),   secondment, dokumentasi pelatihan,

    dan perancangan tim pemeriksa sesuai dengan kebutuhannya.

    Bentuk peningkatankapasitas pelaksana

    BPK 

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    15/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 23

    15 BPK membentuk satker pelaksana BPK yang memiliki fungsi pelatihan

    dan pembangunan kapasitas SDM. Fungsi pelatihan meliputi penetapan,

     pengembangan, dan pemantauan kebijakan pelatihan, serta perencanaandan pelaksanaan kegiatan pelatihan. Fungsi pembangunan kapasitas

    meliputi pengembangan pendidikan dan profesionalitas pegawai,

     pengembangan karier pegawai, serta pengembangan kapasitas fungsi

     pelatihan.

    Pembentukan satker 

     pelatian &

     pembangunan

    kapasitas

    16 Pelatihan adalah proses bagi pegawai untuk memperoleh

    kemampuan/keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya

    sehingga ia dapat bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan. Mutu

     pelatihan dan kegiatan pembangunan kapasitas lainnya sangat penting

    dalam pencapaian mutu pemeriksaan dan hasilnya. Para pemeriksa

    harus dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik tentanglingkungan organisasi entitas yang diperiksa dan ketentuan peraturan

     perundang-undangan, standar pemeriksaan, kode etik, manajemen

     pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, khususnya pemeriksaan berbasis

    risiko, kebijakan dan prosedur, serta praktik terbaik, termasuk 

     penggunaan teknologi informasi dengan komputer.

    Pelatihan

    17 Pelatihan merupakan proses yang berkelanjutan sehingga pegawai dapat

    memperbarui pengetahuan dan menyesuaikan dengan perkembangan

    teknologi, metodologi, teknik, dan alat (tools) yang mutakhir. Kegiatan

     pelatihan meliputi antara lain:

    1) pelatihan orientasi untuk membantu pegawai yang baru direkrut agar dapat menyesuaikan diri dengan budaya dan metode kerja BPK;

    2) pelatihan teknis untuk memberikan bekal pengetahuan dan keahlian pegawai sesuai kebutuhan dan tuntutan pekerjaannya; dan

    3) pelatihan manajerial untuk meningkatkan kemampuan manajerial pimpinan satuan kerja pelaksana BPK dan/atau pemeriksa dengan peran-peran yang membutuhkan kemampuan manajerial.

    Lingkup

     pelatihan

    18 Pembangunan kapasitas tidak hanya merupakan pelatihan individu,

    tetapi dimaksudkan untuk mendorong BPK menetapkan prioritas dan

    mengidentifikasi prioritas perubahan dalam hal pendekatan dan

    kebutuhan pelatihan. Pengembangan pelatihan tersebut selanjutnya akan

    meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan, serta karier 

    individu.

    Pembangunan

    Kapasitas

    19 Selain pelatihan di atas, BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK 

    mendorong pegawainya untuk terlibat aktif dalam organisasi profesi

    yang dapat mengembangkan kelembagaan dan pemeriksaan BPK.

    Dorongan tersebut dilakukan melalui pemberian penghargaan atau

     penilaian atas aktivitas tersebut.

    Dorongan aktivitas

     pada organisasi

     profesi terkait

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    16/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 24

    20 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK memberikan kesempatan

    kepada pegawainya untuk memperoleh pengalaman bekerja pada

    lembaga lain. Lembaga lain tersebut meliputi lembaga publik, nasional,negara lain, atau internasional.

    Kesempatan magang

    di tempat lain

    21 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK memberikan kesempatan

     pegawai atau pemeriksa organisasi pemeriksa lain untuk membantu

    membangun kapasitas. Hal ini dapat dilakukan melalui pertukaran

     pengalaman, bantuan teknis dan/atau pelatihan, pembentukan badan

    atau komite bersama, dan pembahasan hasil pemeriksaan.

    Kesempatan untuk membantu

    mengembangkan

    kapasitas

    22 BPK dan/atau pimpinan satker pelaksana BPK mengembangkan dan

    menyelenggarakan pengelolaan   database   pelatihan dan pembangunan

    SDM melalui sistem knowledge sharing .

     Knowledge sharing 

    F. Penilaian dan Manajemen Kinerja

    23 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menetapkan sistem penilaian

    dan manajemen kinerja yang jelas. Sistem manajemen kinerja

    dikembangkan untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan

    tepat waktu atas kinerja pegawai. Tujuan manajemen kinerja untuk 

    memaksimalkan kemampuan individual pegawai untuk perbaikan

    organisasi ke depan.

    Tujuan sistem

    manajemen kinerja

    24 Sistem manajemen kinerja dibangun dengan basis kinerja. Sistem

    tersebut meliputi pemberian kompensasi dan pengukuran kinerja.

    Pemberian kompensasi pegawai dilakukan berdasarkan kinerja. Pegawai

    yang mempunyai kinerja yang baik memperoleh kompensasi yang lebih

     baik dibandingkan dengan pegawai yang kinerjanya tidak baik. Oleh

    karena itu, pemberian kompensasi tersebut memerlukan pengukuran

    kinerja setiap individu pegawai.

    Sistem manajemen

    kinerja berbasis

    kompetensi

    25 Sistem manajemen kinerja tersebut juga harus memungkinkan pegawai

    membicarakan tuntutan kinerjanya dengan penyelia atau atasan

    langsungnya. Pembicaraan dimaksud untuk memperjelas unsur pentingdan standar/indikator kinerja yang harus dipenuhi pegawai,

    mempersiapkan penilaian mandiri, dan memperoleh umpan balik dari

     penyelia atau atasan langsungnya.

    Pembicaraan kinerja

    antara pegawai &

    atasannya

    26 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menetapkan standar atau

    indikator kinerja setiap individu pegawai yang digunakan untuk 

     penilaian kinerja di atas. Indikator kinerja tersebut digunakan pula untuk 

     pengembangan karier berupa promosi pegawai.

    Indikator 

    kinerja indvidu

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    17/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 25

    27 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK membentuk satker pelaksana

    yang memiliki fungsi menetapkan indikator kinerja, menilai pencapaian,

    dan memantau pelaksanaannya, termasuk kebijakan dan prosedur  pengembangan pegawai serta penanganan keluhan atau permasalahan

     pengembangan karir pegawai.

    Pembentukan

    satker penilai,

     pemantau &

     penanganan komplain

    28 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengatur penilaian dan

    manajemen kinerja, antara lain pemberian penghargaan pemeriksa yang

     berprestasi, pemberian sertifikat pencapaian hasil terbaik, pemberian

    tambahan remunerasi atau fasilitas lain bagi pegawai yang mencapai

    kualitas pekerjaan yang tinggi, dan peningkatan karier.

    Dampak pencapain

    kinerja pada pegawai

    G. Kesejahteraan

    29 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menetapkan suatu sistem

    kesejahteraan pegawai yang menarik sehingga BPK memperoleh

    dan/atau memiliki pegawai yang berkualitas dan berpengalaman. Bentuk 

    kesejahteraan yang menarik meliputi pemberian gaji dan tunjangan,

    kesejahteraan dan fasilitas lain, dan lingkungan kerja yang menarik.

    Sistem

    kesejahteraan

     pegawai

    yang atraktif 

    30 Struktur gaji dan tunjangan bagi pegawai harus menarik bagi pegawai

    sehingga pegawai yang berkualitas dapat tetap bekerja di BPK. BPK dan

     pimpinan satker pelaksana BPK terus memantau dan

    mempertimbangkan struktur gaji dan tunjangan pegawai pada masa

    depan sesuai dengan perkembangan.

    Gaji & tunjangan

    yang menarik 

    31 Kesejahteraan dan fasilitas lain meliputi fasilitas kesehatan, kesempatan

    dan fasilitas olah raga, rekreasi, dan bersosialilsasi, fasilitas perumahan

    dan transportasi, fasilitas cuti, dan fasilitas penyuluhan (counceling ).

    Khusus untuk pegawai perempuan, fasilitas seperti pengasuhan dan

     penitipan anak dan cuti melahirkan merupakan bentuk kesejahteraan

    yang diperlukan.

    Kesejahteraan &

    fasilitas lain

    32 Lingkungan kerja yang menarik dan kondusif dapat berupa penghargaan

    dan fasilitas kerja. Penghargaan merupakan insentif bagi pegawai yangmemenuhi atau melebihi standar yang telah ditentukan secara

    transparan. Insentif tersebut dapat berupa sertifikat dan penghargaan

     bagi pemeriksa yang berprestasi, remunerasi tambahan bagi pemeriksa

    yang memiliki kinerja yang berkualitas, pemberian remunerasi serta

     promosi yang didasarkan pada penilaian kompetensi, kinerja dan

     pengalaman serta pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan

     baik di dalam maupun di luar negeri.

    Penghargaan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    18/47

    Juklak SPKM Bab V Manajemen Sumber Daya Manusia

    Badan Pemeriksa Keuangan 26

    33 Fasilitas kerja meliputi ruang kerja yang memadai, penerangan, pengatur 

    suhu ruangan, peralatan rapat, peralatan proses kerja (komputer,  printer ,

     scan, fotokopi, mesin penghancur kertas, alat tulis kantor), peralatankomunikasi (telepon, faksimili, jaringan intra dan internet), dan toilet.

    Fasilitas kerja

    H. Pengembangan Karier

    34 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengembangkan dan

    menetapkan sistem pengembangan karier yang meliputi struktur karier,

    dan pengembangan karier pegawai baik melalui struktur atau fungsi

    yang lebih tinggi melalui pendidikan, pelatihan dan pembangunan

    kapasitas, serta pengalaman kerja.

    Pengembangan karier 

    35 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait memberikan

    kesempatan pengembangan karier melalui seminar dan   workshop

    mengenai berbagai topik yang memfokuskan pada pengembangan

     profesional, kursus di berbagai lembaga pendidikan, magang di bawah

     pengawasan pemeriksa yang berpengalaman, pendidikan keahlian

    tertentu dan/atau sertifikasi profesional tertentu (spesialisasi) sesuai

    kebutuhan BPK, rotasi jabatan, promosi berdasarkan prestasi kerja,

     pendidikan profesional berkelanjutan, umpan balik atas kinerja

     pekerjaan dan pelatihan, dan konseling karier.

    Bentuk 

     pengembangan

    karier 

    36 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengidentifikasi,

    mengevaluasi, dan menyelesaikan kesenjangan antara kemampuan

    teknis, standar kompetensi, dan pengembangan karier.

    Identifikasi, evaluasi,dan penyelesaian

    kesenjangan

    37 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengembangkan karier 

     pegawai melalui promosi yang didasarkan atas kinerja pegawai.

    Promosi

     berdasarkan kinerja

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    19/47

    Juklak SPKM Bab VI Standar & Metodologi Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan   7

    BAB VI

    STANDAR DAN METODOLOGI PEMERIKSAAN

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 Proses pemeriksaan BPK seharusnya didasarkan pada standar 

     pemeriksaan yang ditetapkan INTOSAI dan/atau praktik terbaik 

    internasional lainnya dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan

     peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara masing-masing.

    Kesesuaian dengan

    standar INTOSAI

    dan lainnya

    B. Lingkup

    02 Unsur SPM yang keempat adalah standar dan metodologi pemeriksaan.

    Standar dan metodologi pemeriksaan merupakan ukuran dan pedoman

     pemeriksaan yang menjadi dasar, pertimbangan, dan referensi

     pemeriksa.

    Unsur SPM

    keempat

    03 Standar pemeriksaan merupakan patokan untuk melakukan

     pemeriksaan. Standar pemeriksaan mengatur patokan mengenai

    kualifikasi pemeriksa, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, serta

     pelaporan hasil pemeriksaan. Standar pemeriksaan digunakan sebagaikriteria penilaian kualitas pemeriksaan pada saat evaluasi atau reviu.

    Standar 

     pemeriksaan

    04 Metodologi pemeriksaan merupakan pedoman yang mengatur prosedur 

    atau langkah pemeriksaan dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

     pelaporan termasuk dokumentasi dan evaluasi atau sistem pemerolehan

    keyakinan mutu. Metodologi pemeriksaan diatur lebih lanjut di dalam

     pedoman pemeriksaan.

    Metodologi

     pemeriksaan

    05 Unsur SPM keempat tersebut terdiri atas dua komponen, yaitu:

    1) standar pemeriksaan; dan

    2) metodologi pemeriksaan.

    Komponen

    06 Gambar 6.1 berikut menunjukkan unsur SPM keempat, Standar dan

    Metodologi Pemeriksaan, beserta dua komponennya.

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    20/47

    Juklak SPKM Bab VI Standar & Metodologi Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan   8

    C. Standar Pemeriksaan

    07 BPK menetapkan standar pemeriksaan dalam rangka perolehan hasil

     pemeriksaan yang bermutu tinggi. Penetapan standar pemeriksaan

    tersebut juga dalam rangka memenuhi ketentuan perundang-undangan

    dan sesuai dengan standar dan praktik terbaik internasional dalam

     pemeriksaan. Standar pemeriksaan tersebut menjadi dasar penilaian atau

    kriteria di dalam proses pemerolehan keyakinan yang memadai atas

    mutu pemeriksaan (quality assurance) untuk kegiatan sebelum sampai

    dengan setelah pemeriksaan dilakukan.

    Penetapan

    standar pemeriksaan

    08 BPK menetapkan kebijakan atau aturan yang mengharuskan semua pegawainya, khususnya pemeriksanya, untuk mematuhi standar 

     pemeriksaan yang ditetapkan sesuai dengan penugasan dan tanggung

     jawabnya.

    Keharusan

    kepatuhan pada

    standar pemeriksaan

    09 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyebarkan dan

    memberikan sosialisasi atau pelatihan yang cukup bagi pemeriksa atas

    suatu standar pemeriksaan yang ditetapkan. Penyebaran standar 

     pemeriksaan dilakukan baik secara manual maupun melalui jaringan

    informasi (website  atau intranet ).

    Sosialisasi standar 

     pemeriksaan

    10 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK memantau kepatuhan atasstandar pemeriksaan tersebut dan memperoleh laporan atau dokumentasi

     penyimpangan dari standar tersebut yang harus ditindaklanjuti.

    Pemantauan dan tindak lanjut tersebut meliputi pengembangan dan/atau

     penyempurnaan standar pemeriksaan, pendidikan dan pelatihan SDM,

     pengembangan pedoman, serta penilaian dan pembinaan SDM.

    Pemantauankepatuhan pada

    standar pemeriksaan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    21/47

    Juklak SPKM Bab VI Standar & Metodologi Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan   9

    D. Metodologi Pemeriksaan

    11 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan pedoman

     pemeriksaan yang rinci untuk semua jenis pemeriksaan yang menjadi

    mandat dan tugas BPK. Penetapan petunjuk pemeriksaan tersebut

    meliputi juga ketentuan keharusan pemeriksa untuk melaksanakan

     pemeriksaan sesuai dengan petunjuk pemeriksaan.

    Penetapan

     petunjuk 

     pemeriksaan

    12 Pedoman pemeriksaan yang ditetapkan BPK tersebut harus sesuai

    dengan ketentuan perundang-undangan dan standar pemeriksaan.Kesesuaian dengan

     peraturan dan s tandar 

     pemeriksaan

    13 Pedoman pemeriksaan tersebut mengatur metodologi pemeriksaan yang

    harus dilakukan pemeriksa disertai dengan langkah dan bentuk 

    dokumentasinya.

    14 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyebarkan dan

    memberikan sosialisasi atau pelatihan yang cukup bagi pemeriksa atas

    suatu pedoman pemeriksaan yang ditetapkan. Penyebaran pedoman

     pemeriksaan dilakukan baik secara manual maupun melalui jaringan

    informasi (website  atau   intranet ) agar setiap pegawai dapat mengakses

     pedoman tersebut.

    Sosialisasi petunjuk 

     pemeriksaan

    15 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan kebijakan

    dan melaksanakan pemantauan atas kepatuhan pemeriksa terhadap

     pedoman pemeriksaan yang ditetapkan.

    Kepatuhan atas

     petunjuk 

     pemeriksaan

    16 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan kebijakan

    dan melaksanakan reviu atau pemutakhiran atas petunjuk pemeriksaan

    yang ditetapkan dengan mempertimbangkan pelaksanaannya di

    lapangan dan perkembangan terakhir, serta praktik terbaik pemeriksaan.

    Pemutakhiran

     petunjuk 

     pemeriksaan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    22/47

    Juklak SPKM Bab VII Dukungan Kelembagaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 30

    BAB VII

    DUKUNGAN KELEMBAGAAN

    A. Kondisi Yang Diinginkan

    01 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK mengelola secara optimal

    sumber dayanya untuk memberikan keyakinan bahwa pendukung

     pemeriksaan dapat diberikan secara memadai dan tepat waktu.

    Pengelolaan sumber daya secara optimal

    B. Lingkup

    02 Unsur SPM yang kelima adalah dukungan kelembagaan. Unsur SPM

    dukungan kelembagaan meliputi keuangan, infrastruktur, teknologi, dan

     jasa pendukung yang diperlukan untuk pemeriksaan.

    Unsur SPM

    kelima

    03 Unsur SPM keempat tersebut terdiri dari empat komponen, yaitu:

    1) keuangan

    2) infrastruktur 

    3) teknologi

    4) jasa pendukung

    Komponen

    dukungan

    kelembagaan

    04 Gambar 7.1 berikut menunjukkan unsur SPM kelima, Dukungan

    Kelembagaan, beserta empat komponennya.

    Gambar 

    dukungan

    kelembagaan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    23/47

    Juklak SPKM Bab VII Dukungan Kelembagaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 31

    C. Keuangan

    05 BPK menyediakan anggaran yang cukup untuk melaksanakan

     pemeriksaan sesuai dengan mandat, tugas, dan kewenangan yang diatur 

    di dalam peraturan perundang-undangan. Kecukupan anggaran dibahas

    antara BPK dan DPR dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

    sumber daya yang tersedia.

    Kecukupan

    anggaran

    06 BPK menetapkan kebijakan alokasi anggaran kepada satker pelaksana

    BPK sesuai dengan rencana strategis, kebijakan dan strategi

     pemeriksaan, dan rencana kerja atau kegiatan.

    Alokasi

    anggaran

    07 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menggunakan anggaran

    secara optimal untuk kegiatan pemeriksaan dan untuk kegiatan

    dukungan pemeriksaan yang diperlukan.

    Penggunaananggaran

    08 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK memastikan penggunaan

    anggaran didukung dengan bukti yang cukup dan kompeten, dan

    mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran dengan

    menyampaikan laporan keuangan secara periodik sesuai dengan

    ketentuan yang ditetapkan.

    Pertanggungjawaban

     penggunaan anggaran

    09 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait memiliki jumlah staf di

     bidang keuangan yang cukup secara kuantitas dan kompetensi.

    Staf 

    10 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengevaluasi dan

    memantau penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran.

    Evaluasi & pemantauan

    D. Infrastruktur

    11 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan standar 

    infrastruktur BPK dan pelaksananya sehingga memungkinkan

     pelaksanaan pekerjaan secara memadai.

    Penetapan

    standar 

    12 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menyediakan infrastruktur yang cukup untuk memungkinkan pelaksana BPK melaksanakan

    tugasnya sebaik-baiknya. Infrastuktur tersebut meliputi gedung dan

    ruang kerja, inventaris kantor, listrik dan air bersih, toilet, fasilitas

     pelatihan, perpustakaan, penyimpanan dokumen, dan transportasi.

    Penyediaan

    infrastruktur 

    13 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menggunakan infrastruktur 

    yang tersedia secara optimal dan mempertanggungjawabkan sesuai

    dengan tanggung jawab masing-masing dengan membuat laporan

     pertanggungjawaban secara periodik sesuai dengan ketentuan.

    Penggunaan &

     pertanggungjawaban

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    24/47

    Juklak SPKM Bab VII Dukungan Kelembagaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 32

    14 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengevaluasi dan

    memantau secara periodik kecukupan infrastruktur tersebut serta

    menindaklanjuti dengan penyiapan alokasi anggaran untuk infrastuktur 

    yang dibutuhkan dan pemanfaatan atau pelepasan untuk infrastuktur 

    yang tidak digunakan.

    Evaluasi &

     pemantauan

    E. Teknologi

    15 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyediakan

    dukungan teknologi untuk melaksanakan tugas secara efisien dan

    efektif. Dukungan teknologi meliputi telekomunikasi, sistem informasi

    teknologi, internet dan intranet, perangkat lunak kegiatan perkantoran

    ( general office software), sistem pendukung pengambilan keputusan

    (decision-making support system), dan peralatan pendukung

     pemeriksaan yang telah dibahas sebelumnya.

    Penyediaan

    dukungan teknologi

    16 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK mengembangkan

    menggunakan teknologi secara optimal serta menyampaikan hambatan

    dan kebutuhan teknologi sesuai dengan perkembangan. Pengembangan

    teknologi tersebut dimaksudkan untuk mempercepat, mengefisienkan,

    dan mengefektifkan pemeriksaan dan pekerjaan BPK lainnya melalui

    otomatisasi kegiatan tersebut. Di dalam pengembangan tersebut, BPK harus mengintegrasikan berbagai sistem yang dikembangkan sehingga

    tujuan tersebut dapat tercapai. Misalnya, BPK mengembangkan sistem

    manajemen pemeriksaan terkomputerisasi yang terintegrasi dengan

    sistem informasi SDM, dan sebagainya.

    Pengembangan,

    Penggunaan, dan

    Pelaporan, serta

    Integrasi sistem

    17 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait memantau dan

    memberikan alokasi sumber daya keuangan serta SDM bagi kecukupan

    dan keandalan dukungan teknologi. Hasil pemantauan penggunaan

    dukungan teknologi diungkapkan dalam laporan periodik yang dibuat

    oleh pimpinan satker pelaksana BPK terkait.

    Alokasi anggaran &

    SDM

    18 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyebarkan,

    menyosialisasikan, dan melatih pegawai untuk teknologi baru yang akan

    digunakan.

    Penyebaran,sosialisasi, dan

     pelatihan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    25/47

    Juklak SPKM Bab VII Dukungan Kelembagaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 33

    F. Jasa Pendukung

    19 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyediakan jasa

     pendukung berupa jasa kesekretariatan, keamanan, transportasi,

    kebersihan, dan pengelola kegiatan.

    Penyediaandukungan teknologi

    20 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK menggunakan jasa pendukung

    dan menyampaikan hambatan dan kebutuhan jasa pendukung dimaksud

    sesuai dengan kondisi.

    Penggunaan,

    hambatan, dan

    kebutuhan

    21 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mempertimbangkan

    ketepatan waktu dan kehematan (cost-effective) dalam penyediaan jasa

     pendukung tersebut. Apabila jasa pendukung tersebut lebih murah

    disediakan pihak luar, maka BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait dapat mengadakan jasa tersebut dari pihak luar (outsourcing ).

    Pertimbangan

    kehematan &

    outsourcing 

    22 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengevaluasi dan

    memantau kecukupan dan kebutuhan jasa pendukung secara periodik 

    serta mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan baru atau

    memanfaatkan atau menyelesaikan kelebihan jasa pendukung.

    Evaluasi &

     pemantauan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    26/47

    Juklak SPKM Bab VIII Hubungan BPK – Pemangku Kepentingan

    Badan Pemeriksa Keuangan 34

    BAB VIII

    HUBUNGAN BPK DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK seharusnya menciptakan dan memelihara hubungan kerja dan

    komunikasi dengan pemangku kepentingan (external stakeholders)

    secara efektif untuk memperoleh keyakinan atas dampak signifikan dari

    hasil pemeriksaan dan hasil kerja BPK pada umumnya.

    Penciptaan &

     pemeliharaan

    hubungan dan

    komunikasi

    B. Lingkup

    02

    03

    Hubungan BPK dengan pemangku kepentingan merupakan unsur 

    keenam SPM. Hubungan BPK dengan entitas yang diperiksa dan para

     pemangku kepentingan merupakan unsur penting SPM. Hubungan

    tersebut tidak terhindarkan terkait dengan pelaksanaan tugas BPK di

    dalam pemeriksaan. Efektivitas BPK untuk peningkatan akuntabilitas,

    ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan sektor publik 

    sangat bergantung kepada hubungan yang telah dibangun dan dibina

    dengan para pemangku kepentingan.

    BPK harus mengomunikasikan rencana, pelaksanaan, dan pelaporan

    hasil pemeriksaan, serta pemantauan tindak lanjut dan pemanfaatan

    laporan hasil pemeriksaan BPK kepada para pemangku kepentingan

    sesuai dengan peranan dan kepentingan masing-masing.

    Hubungan &komunikasi

    Hal-hal yang

    dikomunikasikan

    04 Pemangku kepentingan BPK meliputi entitas yang diperiksa, lembaga

     perwakilan, masyarakat, BPK negara lain, pemberi bantuan (donor ),

    organisasi internasional, media, profesional, akademisi, kantor akuntan

     publik (KAP), dan pihak lain yang dapat memanfaatkan dan

    memerlukan hasil BPK.

    Pemangkukepentingan

    05 Hubungan BPK dengan pemangku kepentingan mempunyai tujuh

    komponen berikut.

    1) hubungan dengan Entitas yang Diperiksa;

    2) hubungan dengan Lembaga Perwakilan;

    3) hubungan dengan Publik dan Media;

    4) hubungan dengan BPK Negara Lain dan Asosiasinya;

    5) hubungan dengan Organisasi Internasional & Pemberi Bantuan;

    6) hubungan dengan Kantor Akuntan Publik dan Asosiasi Profesional;

    dan

    Komponen

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    27/47

    Juklak SPKM Bab VIII Hubungan BPK – Pemangku Kepentingan

    Badan Pemeriksa Keuangan 35

    7) hubungan dengan Lembaga Pendidikan

    06 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait melakukan analisis pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi signifikansi hubungan

    dengan masing-masing pemangku kepentingan dan kepentingan serta

     pengaruhnya terhadap BPK. Hal ini dilakukan BPK untuk menentukan

     prioritas hubungan yang harus dilakukan BPK apabila waktu dan

    sumber daya BPK untuk hal tersebut terbatas.

    Analisis pemangkukepentingan

    07 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menentukan ukuran

    untuk menilai usaha menciptakan dan memelihara hubungan dengan

     para pemangku kepentingan tanpa mempengaruhi independensi dan

    obyektivitas. Ukuran tersebut dapat berupa tingkat kepuasan hasil kerja

    BPK atau pemeriksaan, tingkat manfaat hasil pemeriksaan BPK, dantingkat tindak lanjut.

    Ukuran penilaian

    hubungan

    08 BPK menetapkan peraturan tentang hubungan dengan para pemangku

    kepentingan (external stakeholder protocol ) untuk mengefektifkan

    hubungan kerja. Hal tersebut akan memperjelas hubungan, menilai

    implementasi, meningkatkan transparansi kebijakan serta pola hubungan

    kerja BPK dan pemangku kepentingan, termasuk memperjelas harapan

    BPK dan pemangku kepentingan atas masing-masing hasil kerjanya.

    Aturan Hubungan

    09 Gambar 8.1 berikut menunjukkan ketujuh komponen unsur SPM

    Hubungan dengan Pemangku Kepentingan.

    Gambar 8.1

    Hubungan dengan

    PemangkuKepentingan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    28/47

    Juklak SPKM Bab VIII Hubungan BPK – Pemangku Kepentingan

    Badan Pemeriksa Keuangan 36

    C. Hubungan dengan Entitas yang Diperiksa

    10 BPK menetapkan pedoman mengenai laporan hasil pemeriksaan yang

     jelas dan mudah dipahami entitas yang diperiksa serta proses

     pembahasan atau pengomunikasiannya sebelum laporan tersebut

    disampaikan.

    Pedoman pelaporan

    hasil pemeriksaan

    11 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengevaluasi dan

    memantau pelaksanaan komunikasi pemeriksaan dari proses

     perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan yang

    dilakukan oleh pemeriksa pada satker pelaksana BPK di bidang

     pemeriksaan.

    Evaluasi &

     pemantauan

    komunikasi dengan

    entitas yang diperiksa

    12 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait mengembangkan

    sistem penilaian kepuasan dari entitas yang diperiksa terhadap hasil

    kerja BPK. Penilaian kepuasan tersebut dilakukan terhadap hasil

     pemeriksaan BPK dan hasil pekerjaan BPK lainnya terkait dengan

    manfaatnya bagi entitas yang diperiksa. Hasil penilaian tersebut

    diungkapkan secara terbuka.

    Sistempenilaian

    kepuasan

    13 BPK mengelola database  hasil pemeriksaan yang memuat rekomendasi,

    tindak lanjut oleh entitas yang diperiksa, dan pemantauan tindak lanjut

    tersebut. Dalam rangka mengelola   database   tersebut, BPK menetapkan

     pedoman pengelolaan  database   dimaksud dan mekanisme pemantauan

    tindak lanjut tersebut.

    Database hasil

     pemeriksaan &

    mekanisme

     pemantauan t indak 

    lanjut

    D. Hubungan dengan Lembaga Perwakilan

    14 BPK melakukan survei kepuasan lembaga perwakilan yang merupakan

     pemangku kepentingan atas hasil pemeriksaan BPK. Survei kepuasan

    tersebut dilakukan oleh pihak luar yang kompeten dan independen

    terhadap kinerja pemeriksaan BPK.

    Survei kepuasan

    lembaga perwakilan

    15 Selain survei kepuasan di atas, BPK melakukan penelitian tingkat penggunaan hasil pemeriksaan oleh lembaga perwakilan. Penelitian

    tersebut dilakukan dengan melihat penggunaan hasil pemeriksaan dalam

     pembahasan dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat diketahui dalam

     bahan, agenda, risalah pertemuan, hasil pembahasan, konferensi pers,

    keputusan yang dihasilkan, dan dokumentasi lain yang relevan.

    Penggunaan hasil

     pemeriksaan BPK oleh lembaga

     perwakilan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    29/47

    Juklak SPKM Bab VIII Hubungan BPK – Pemangku Kepentingan

    Badan Pemeriksa Keuangan 37

    16 BPK meningkatkan komunikasi yang efektif dengan lembaga

     perwakilan yang dapat diukur dari jumlah pertemuan konsultatif yang

    dilakukan. BPK menetapkan satker pelaksana BPK yang bertugas untuk melakukan hubungan dengan lembaga perwakilan dan

    mengomunikasikan hasil pekerjaan BPK 

    Pertemuan

    konsultatif 

    17 BPK atau pimpinan satker pelaksana BPK terkait melakukan

    komunikasi lembaga perwakilan di dalam perencanaan pemeriksaan.

    Komunikasi dimaksud dilakukan melalui survei atau wawancara dengan

    anggota lembaga perwakilan untuk mengetahui tingkat perhatian dan

    kepentingan atas pemeriksaan BPK.

    Komunikasi

     perencanaan

     pemeriksaan kepada

     pemangku

    kepentingan

    18 BPK menciptakan aturan hubungan dengan lembaga perwakilan untuk 

    memperjelas hubungan kerja.

    Aturan

    Hubungan

    E. Hubungan dengan Publik dan Media

    19 BPK melakukan survei pemahaman dan pemanfaatan hasil pemeriksaan

    kepada publik dan media yang merupakan pemangku kepentingan atas

    hasil pemeriksaan BPK. Survei tersebut dilakukan oleh pihak luar yang

    kompeten dan independen terhadap kinerja pemeriksaan BPK.

    Survei pemahaman &

     pemanfaatan hasil

     pemeriksaan

    20 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menciptakan bentuk 

    komunikasi dengan publik dan media terkait dengan informasi atau

    masukan untuk perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, serta

     penyebarluasan dan pemanfaatan hasil pemeriksaan.

    Bentuk komunikasi

    21 BPK menetapkan kebijakan dan prosedur bahwa hasil pemeriksaan

    tersebut dapat diakses oleh publik sebagai bagian dari fungsi

     pengawasan publik dalam rangka meningkatkan transparansi dan

    akuntabilitas keuangan negara. Hal ini dapat dilakukan BPK setelah

    laporan hasil pemeriksaan disampaikan kepada lembaga perwakilan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Akses publik 

    22 BPK dapat menyebarluaskan hasil pemeriksaan melalui

     penyelenggaraan seminar, konferensi, dan wawancara dengan mediaserta melalui penulisan artikel. Melalui hal tersebut, BPK dapat

    menjelaskan penetapan kebijakan pemeriksaan, pelaksanaan dan

    hasilnya. Hal tersebut dimaksudkan agar publik memperoleh

     pemahaman secara utuh atas hasil pemeriksaan yang disampaikan BPK.

    Penyebarluasan hasil

     pemeriksaan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    30/47

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    31/47

    Juklak SPKM Bab VIII Hubungan BPK – Pemangku Kepentingan

    Badan Pemeriksa Keuangan 39

    29 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyosialisasikan

    aturan dan mengadakan pelatihan bagi pemeriksa KAP serta mengelola

     pendaftaran dan   database   KAP terdaftar di BPK untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara.

    Sosialisasi dan

     pelatihan

    30 BPK mengevaluasi pemeriksaan KAP sesuai dengan ketentuan

     peraturan perundang-undangan.

    Evaluasi pekerjaan

    KAP

    31 Laporan keuangan BPK diperiksa oleh KAP yang ditunjuk DPR.   Pemeriksaan laporankeuangan BPK 

    32 BPK dapat melakukan kerja sama dengan akuntan publik dan

    assosiasinya yang terkait dengan tugas BPK.

    Hubungan dengan

    Asosiasi Profesional

    I. Hubungan BPK dengan Lembaga Pendidikan

    33 BPK melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan untuk 

     pendidikan dan pelatihan serta penyebarluasan hasil pemeriksaan BPK 

    melalui seminar, diskusi, workshop, dan sebagainya.

    Kerjasama pelatihan &

    seminar 

    34 BPK dapat mengadakan pekerjaan penelitian dan pengembangan

     pemeriksaan serta kelembagaan, dan survei-survei yang dibutuhkan

    BPK kepada lembaga pendidikan dan jasa konsultasi.

    Litbang & surve i

    35 BPK melakukan kerja sama terkait dengan penyediaan sumber dayamanusia hasil lembaga pendidikan untuk menjadi pelaksana BPK 

    dengan memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan BPK.

    Penyediaan SDM

    36 BPK berpartisipasi aktif dalam pengembangan lembaga pendidikan

    terkait dengan bidang pemeriksaan sektor publik melalui penyebaran

    hasil pemeriksaan, penyampaian atau pengajaran, seminar, dan

    sejenisnya.

    Partisipasi

     pengembangan

    lembaga pendidikan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    32/47

    Juklak SPKM Bab IX Penyempurnaan Berkelanjutan

    Badan Pemeriksa Keuangan 0

    BAB IX

    PENYEMPURNAAN BERKELANJUTAN

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK seharusnya selalu siap untuk menyelesaikan permasalahan yang

    muncul setiap saat secara efektif, mengantisipasi permasalahan potensial

    yang akan timbul secara memuaskan, dan memanfaatkan peluang serta

    tantangan baru.

    Penyelesaian &

    antisipasi masalah

    serta pemanfaatan

     peluan

    B. Lingkup

    02 Unsur SPM ketujuh adalah penyempurnaan berkelanjutan (continous

    improvement). Unsur SPM ini merupakan unsur yang terkait dengan

    kesiapan BPK di dalam menghadapi permasalahan, peluang, dan

    tantangan kedepan.

    Penyempurnaan

     berkelanjutan

    03 BPK terus meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kompetensi

     pelaksanannya untuk mengikuti perkembangan dunia pemeriksaan dan

    mampu menghadapi permasalahan dalam situasi lingkungan pemeriksaan

    yang cepat berubah.

    Peningkatan kapasitas

    kelembagaan &

    kompetensi staf 

    04 BPK terus memutakhirkan rencana strategisnya secara periodik untuk 

    menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi atas lingkungan

     pemeriksaan yang dihadapi.

    Pemutakhiran rencana

    strategis

    05 Dalam rangka memperoleh keyakinan atas penyempurnaan berkelanjutan,

    BPK harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk 

     penelitian dan pengembangan, pengembangan organisasi, dan manajemen

     perubahan.

    Strategi

     pengembangan

    06 Komponen unsur SPM Penyempurnaan Berkelanjutan meliputi:

    1) Penelitian dan pengembangan

    2) Pengembangan organisasi

    3) Manajemen perubahan

    Komponen

    07 Komponen unsur SPM - penyempurnaan berkelanjutan dapat dilihat pada

    Gambar 9.1 berikut

    Gambar 9.1

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    33/47

    Juklak SPKM Bab IX Penyempurnaan Berkelanjutan

    Badan Pemeriksa Keuangan 1

    D. Pengembangan Organisasi

    13 BPK mengembangkan organisasi BPK melalui perancangan dan

     penetapan organisasi BPK untuk menyesuaikan dengan rencana strategis

    dan perubahan lingkungan.

    Pengembangan

    organisasi

    14 BPK menetapkan organisasi yang secara jelas mengatur tugas, fungsi/

    kewenangan, dan tanggung jawab sesuai dengan satuan kerja yang ada.Kejelasan

    tupoksi

    15 BPK melakukan evaluasi dan pemantauan organisasi yang ditetapkan

    serta mengembangkan organisasi sesuai dengan perubahan lingkungan

    dan rencana strategis.

    Evaluasi

    16 BPK memberikan kesempatan dan dorongan bagi pelaksana BPK untuk 

    memperbaiki organisasi BPK.Peran staf 

    C. Penelitian & Pengembangan

    08 BPK membentuk satuan kerja pelaksana BPK yang bertugas untuk 

    melakukan penelitian dan pengembangan pemeriksaan dan kelembagaan.Satker litbang

    09 BPK menetapkan rencana jangka panjang dan jangka pendek terkait

    dengan penelitian dan pengembangan.

    Perencanaan

    litbang

    10 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait penelitian dan

     pengembangan melakukan studi dan/atau penelitian dalam rangka

     peningkatan kinerja BPK secara efektif.

    Studi penelitian

    keefektivan kinerja

    BPK 

    11 BPK menyediakan alokasi anggaran yang mencukupi untuk penelitian

    dan pengembangan.

    Anggaran

    12 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyediakan SDM yang

    memadai secara kuantitas dan kualitas untuk kegiatan penelitian dan

     pengembangan.

    SDM

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    34/47

    Juklak SPKM Bab IX Penyempurnaan Berkelanjutan

    Badan Pemeriksa Keuangan 2

    E. Manajemen Perubahan

    17 BPK menetapkan satuan kerja pelaksana BPK yang berfungsi sebagai unit

    yang bertanggung jawab terhadap manajemen perubahan. Manajemen

     perubahan tersebut diperlukan sebagai dampak adanya perubahan dan

     pengembangan di atas. Manajemen perubahan merupakan unsur penting

    dalam rangka implementasi pengembangan dan perubahan yang

    dirancang.

    Satker di bidang

    manajemen perubahan

    18 BPK dan satker pelaksana BPK terkait menetapkan rencana manajemen

     perubahan yang disesuaikan dengan rencana strategis dan pengembangan

    serta perubahan yang telah dirancang dan ditetapkan.

    Rencana manajemen

     perubahan

    19 BPK dan satker pelaksana BPK terkait menetapkan ukuran atau indikator 

    untuk setiap kegiatan yang terkait dengan manajemen perubahan.Indikator 

    20 BPK dan satker pelaksana BPK terkait menyediakan sumber daya yang

    cukup untuk perencanaan dan implementasi manajemen perubahan.Sumber daya

    21 BPK dan satker pelaksana BPK terkait merancang dan

    mengimplementasikan manajemen perubahan yang salah satunya meliputi

     juga perubahan di bidang manajemen sumber daya manusia.

    SDM

    22 BPK dan satker pelaksana BPK terkait melakukan manajemen perubahan

    salah satunya melalui perubahan dalam uraian pekerjaan.

    Uraian pekerjaan

    23 BPK dan satker pelaksana BPK terkait memiliki rencana dan prosedur 

    atau mekanisme untuk menyelesaikan resistensi atas manajemen

     perubahan yang telah ditetapkan.

    Rencana untuk 

    mengatasi reistensi

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    35/47

    Juklak SPKM Bab X Hasil

    Badan Pemeriksa Keuangan 3

    BAB X

    HASIL

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK seharusnya menghasilkan laporan hasil pemeriksaan dan hasil

     pekerjaan lain yang bermutu yang dapat meningkatkan transparansi dan

    akuntabilitas di sektor publik, manajemen dan pemanfaatan sumber 

    daya publik yang efisien, serta mendorong terwujudnya tata kelola yang

     baik ( good governance).

    Penyelesaian &

    antisipasi masalah

    serta pemanfaatan

     peluan

    B. Lingkup

    02 Unsur SPM kedelapan adalah hasil yang merupakan unsur yang terkait

    dengan produk akhir atau hasil kerja BPK dan dampaknya bagi

     peningkatan transparansi dan akuntabilitas, efisiensi manajemen dan

     pemanfaatan sumber daya, serta perwujudan tata kelola yang baik.

    Hasil: output &

    impact

    03 BPK menetapkan suatu sistem yang secara obyektif dapat mengukur 

     produk atau hasil kerja dan dampak tersebut. Sistem tersebut dapat

    memberikan keyakinan atas pengukuran kinerja yang sesuai dengan

    mutu yang dapat diterima.

    Sistem pengukuran

    hasil

    04 BPK menindaklanjuti hasil pengukuran kinerja tersebut.   Tindak lanjut

    05 Komponen unsur SPM - Hasil meliputi:

    1) produk atau hasil kerja (output )

    2) dampak (impact )

    Komponen

    06 Komponen unsur SPM – Hasil dapat dilihat pada Gambar 10.1 berikut

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    36/47

    Juklak SPKM Bab X Hasil

    Badan Pemeriksa Keuangan 4

    C. Produk atau Hasil Kerja

    07 BPK menetapkan kebijakan mutu laporan hasil pemeriksaan dan hasil

    kerja termasuk surat kepada manajemen dengan memperhatikan aspek 

    signifikansi, keandalan, obyektivitas, kejelasan, dan ketepatan waktu.

    Mutu output

    08 BPK menetapkan kebijakan bahwa laporan hasil pemeriksaan dan

    hasil kerja lainnya telah sesuai dengan mandat BPK dalam konstitusi

    dan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan

     pedoman lainnya.

    Kesesuaian output

    dengan mandat,

    standar, dan pedoman

    09 BPK menetapkan aturan mengenai target terkait dengan jumlah

    laporan, produk, atau hasil kerja dari setiap aktivitas atau kegiatan

    sesuai rencana.

    Target

    10 BPK menetapkan target tersebut sebagai ukuran kinerja.   Target & Indikator 

    11 BPK menilai kualitas laporan hasil pemeriksaan atau hasil kerja BPK 

    dengan indikator pengukuran kinerja tersebut.

    Penilaian kualitas

    dengan indikator 

    12 BPK mengatur batas waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan

    atau hasil kerja.

    Batas waktu

    13 BPK memiliki prosedur atau mekanisme untuk menilai atau

    memantau pencapaian batas waktu penyampaian laporan hasil

     pemeriksaan atau hasil kerja dan target yang ditetapkan.

    Mekanisme penilaian

     pencapatan batas

    waktu dan target

    D. Dampak 

    14 BPK mempunyai mekanisme atau prosedur untuk mengukur dampak 

    dari hasil kerja BPK. Pengukuran dampak tersebut meliputi:

    1) penurunan jumlah kesalahan atau ketidakpatuhan yang ditemukan;

    2) peningkatan persentase rekomendasi yang diterima oleh pihak 

    terperiksa;

    3) peningkatan persentase rekomendasi yang dapatdiimplementasikan oleh pihak terperiksa ;

    4) peningkatan persentase penggunaan hasil pemeriksaan oleh komite

    akuntabilitas publik atau lembaga perwakilan untuk memberikan

    arahan kepada pihak terperiksa;

    5) peningkatan tingkat kepuasan komite akuntabilitas publik atau

    lembaga perwakilan dan pihak terperiksa atas hasil kerja BPK.

    Satker litbang

    15 BPK mempunyai ukuran kinerja untuk menilai dampak dari hasil

    kerja BPK.

    Ukuran kinerja

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    37/47

    Juklak SPKM Bab X Hasil

    Badan Pemeriksa Keuangan 5

    16 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menilai dampak dari

    hasil kerja BPK dan membandingkannya dengan ukuran kinerja

    tersebut.

    Penilaian

    17 BPK dan pimpinan satker pelaksana BPK terkait menindaklanjuti

    hasil penilaian tersebut.

    Tindak lanjut

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    38/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 46

    BAB XI

    KINERJA PEMERIKSAAN

    A. Kondisi yang Diinginkan

    01 BPK merencanakan, melaksanakan, melaporkan hasil, memantau

    tindak lanjut hasil, dan evaluasi pemeriksaan sesuai dengan peraturan

     perundang-undangan, standar pemeriksaan, kode etik, dan pedoman

     pemeriksaan yang ditetapkan.

    Kesesuaian dengan peraturan, standar, kode

    etik dan pedoman pemeriksaan

    B. Lingkup

    02 Unsur SPM kesembilan adalah kinerja pemeriksaan (audit 

     performance). Kinerja pemeriksaan merupakan unsur penting dalam

    rangka meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.

    Pengendalian mutu atas kinerja pemeriksaan meliputi pengendalian

    mutu atas kegiatan pemeriksaan dari perencanaan sampai dengan

    evaluasi pemeriksaan.

    Kinerja pemeriksaan

    03 BPK menetapkan pedoman pemeriksaan yang mengatur pemeriksaan

    untuk setiap jenis pemeriksaan yang dilakukan. Pedoman tersebut

    meliputi kode etik, standar pemeriksaan, manajemen pemeriksaan,

     petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis pemeriksaan.

    Pedoman

     pemeriksaan

    04 Komponen unsur SPM kinerja pemeriksaan meliputi:

    1) perencanaan pemeriksaan;

    2) pelaksanaan pemeriksaan;

    3) supervisi dan reviu;

    4) pelaporan hasil pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut;

    5) pemantauan tindak lanjut pemeriksaan;

    6) evaluasi pemeriksaan.

    Komponen

    05 Komponen unsur SPM kinerja pemeriksaan di atas dapat dilihat pada

    Gambar 11.1 berikut:

    Gambar 7.1

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    39/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 47

    B. Perencanaan Pemeriksaan

    06 Perencanaan pemeriksaan merupakan kegiatan dalam rangka

     penyusunan program pemeriksaan (P2). BPK menugaskan pemeriksa

    untuk menyusun P2 dalam rangka perencanaan pemeriksaan.

    Kegiatan perencanaan pemeriksaan meliputi kegiatan sebagai berikut:

    1) Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan;

    2) Pemahaman entitas yang diperiksa;

    3) Penetapan dan penugasan;

    4) Penentuan kriteria yang digunakan untuk menilai;

    5) Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya;

    6) Pemahaman sistem pengendalian intern (SPI);

    7) Pemahaman dan penilaian risiko pemeriksaan;

    8) Penetapan materialitas/signifikansi masalah;9) Penentuan uji petik pemeriksaan (sampling); dan

    10) Penyusunan program pemeriksaan dan program kerja perorangan

    Kegiatan perencanaan

     pemeriksaan

    07 Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan harus didefinisikan

    dan/atau diungkapkan dalam program pemeriksaan secara jelas serta

    terukur dan didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan

    (KKP). Hasil pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan

    Tujuan pemeriksaan harus selaras dengan jenis pemeriksaan,

    misalnya, tujuan pemeriksaan laporan keuangan adalah memberikan

    opini kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi

    yang berlaku umum. Selain tujuan pemeriksaan, harapan penugasan

    merupakan hal-hal yang harus dicapai terkait dengan pemeriksaan

    dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.

    Tujuan pemeriksaan &

    harapan penugasan

    08 Perencanaan pemeriksaan harus meliputi pemahaman entitas yang

    didokumentasikan di dalam kertas kerja pemeriksaan. Pemahaman

    entitas meliputi:

    1) faktor ektern seperti industri, peraturan perundang-undangan, dan

    kerangka pelaporan keuangan;

    2) sifat atau karakteristik entitas termasuk kebijakan akuntansi;

    3) tujuan dan strategi serta risiko bisnis yang kemungkinan berdampak salah saji material dalam laporan keuangan entitas;

    dan

    4) pengukuran dan reviu atas kinerja keuangan entitas.

    Pemahaman entitas

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    40/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 48

    09 BPK atau pimpinan satker pelaksana BPK yang diberikan kuasa oleh

    BPK menetapkan dan menugaskan tim pemeriksa dengan

    memperhatikan kebutuhan pemeriksaan, kompetensi yang

    dibutuhkan, serta pemenuhan kode etik dan standar umum

     pemeriksaan. Kebutuhan pemeriksaan diperoleh dari tahap

     pemahaman tujuan dan harapan penugasan serta pemahaman entitas.

    Kompetensi pemeriksa yang dibutuhkan meliputi kompetensi

    keahlian yang dibutuhkan sesuai dengan   database   profil pemeriksa.

    Pemenuhan kode etik dan standar umum pemeriksaan meliputi

     pemenuhan integritas, independensi, benturan kepentingan,

    kerahasiaan, dan kecakapan profesional. Apabila kebutuhan

     pemeriksaan tersebut tidak dapat dipenuhi dari pelaksana BPK, BPK 

    menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang

     bekerja untuk dan atas nama BPK.

    Penyusunan tim pemeriksa sesuai

    kebutuhan &kompetensi, kode etik +

    standar pemeriksaan

    10 Perencanaan pemeriksaan harus menentukan kriteria yang digunakanuntuk menilai. Misalnya, pemeriksaan atas laporan keuangan

    menggunakan kriteria standar akuntansi yang digunakan. Kriteria

    tersebut diungkapkan dalam P2.

    Penentuan kriteria

    11 Perencanaan pemeriksaan harus menilai hasil pemantauan tindak 

    lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dan didokumentasikan di dalam

    kertas kerja pemeriksaan. Apabila pemeriksaan merupakan

     pemeriksaan yang pertama kali, maka pemeriksa dapat menggunakan

    hasil pengawasan intern atau pemeriksaan dari pemeriksa lain untuk 

    mengidentifikasi permasalahan potensial.

    Pemantauan tindak lanjut

    12 Pemeriksa melakukan pemahaman sistem pengendalian intern (SPI)

    entitas yang akan diperiksa dan didokumentasikan dalam KKP.

    Pemahaman SPI entitas meliputi lima komponen SPI, yaitu

    lingkungan pengendalian, penilaian risiko entitas, komunikasi dan

    informasi, aktivitas pengendalian, dan monitoring.

    PemahamanSPI

    13 Pemeriksa menilai risiko entitas baik pada tingkat entitas maupun

     pada tingkat lebih rinci seperti untuk laporan keuangan pada tingkat

    kelompok transaksi dan akun/perkiraan. Penilaian risiko tersebut

    didokumentasikan dan digunakan pemeriksa untuk menentukan

    lingkup dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Penilaian

    risiko tersebut juga meliputi risiko keberlangsungan entitas

    (khususnya untuk entitas berorientasi bisnis/usaha/ profit motives) dan

    risiko salah saji karena kecurangan.

    Penilaian risiko

    14 Pemeriksa menentukan batas materialitas dan/atau signifikansi

    Kegiatan ini didokumentasikan dalam KKP.

    Penentuan batasmaterialitas/signifikansi

    15 Pemeriksa menentukan metode uji petik yang akan dilakukan setelah

    mempertimbangkan langkah perencanaan pemeriksaan sebelumnya.

    Penentuan teknik uji petik diungkapkan dalam KKP dan P2.

    Penentuan metodeuji petik 

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    41/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 49

    16 Berdasarkan P2 yang telah disetujui, ketua tim menyusun jadwal

     pemeriksaan yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk 

    melakukan pemeriksaan pada entitas yang bersangkutan. Jadwal

     pemberitahuan tersebut disampaikan paling lambat tiga hari kerja

    sebelum tim melaksanakan pemeriksaan lapangan.

    Jadwal pemberitahuan pemeriksaan

    17 Jadwal pemeriksaan yang disusun ketua tim menyatakan dengan jelas

     jangka waktu pemeriksaan yang merupakan alokasi waktu yang

    dibutuhkan untuk menyelesaikan pemeriksaan mulai tahap

     perencanaan hingga penyelesaian laporan untuk setiap pemeriksa.

    Cakupan jadwal pemeriksaan

    18 Tortama atau Kalan menetapkan waktu penyampaian dan distribusi

    Laporan Hasil Pemeriksaan dalam P2 yang telah disetujui. Waktu

     penyampaian dan distribusi LHP tersebut dimuat dalam program

     pemeriksaan.

    Waktu penyampaiandan distribusi laporan

    19 BPK dan/atau pimpinan satker pelaksana BPK terkait menyetujui P2dan menandatangani surat penugasan.

    Persetujuan P2 & penugasan

    20 Ketua tim pemeriksa membagi tugas dalam P2 kepada anggota tim

    dengan menyetujui program kerja perorangan (PKP).

    PKP

    C. Pelaksanaan Pemeriksaan

    21 Pemeriksa melaksanakan pemeriksaan di lapangan (audit fieldwork )

    sebagai pelaksanaan P2 dengan melakukan pertemuan awal, prosedur 

    analitis, pengujian pengendalian (test of control ), pengujian substantif,

     penyusunan KKP, penyampaian temuan pemeriksaan (TP), dan

     pertemuan akhir. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pengumpulan

     bukti yang cukup dan memadai untuk mendukung LHP.

    Lingkup

    22 Ketua tim pemeriksa melakukan pertemuan awal dengan pimpinan

    entitas yang diperiksa.   Dalam pertemuan tersebut, ketua tim

    menjelaskan antara lain jenis, tujuan dan lingkup pemeriksaan, tim

     pemeriksa, waktu pemeriksaan, dan dokumen yang diperlukan selama

     pelaksanaan pemeriksaan. Ketua tim mendokumentasikan hasil

    komunikasi awal dalam KKP berupa notulen pertemuan awal.

    Pertemuan awal

    23 Pemeriksa melakukan prosedur analitis atas data/informasi intern dan

    ekstern yang relevan. Pengujian tersebut meliputi pengujian hubungan

     perbandingan, tren, fluktuasi antardata/informasi yang tidak normal,

    tidak lazim, dan kemungkinan terjadi penyimpangan. Hasil prosedur 

    analitis didokumentasikan pemeriksa dalam KKP.

    Prosedur analitis

    24 Pemeriksa melakukan pengujian pengendalian intern dan kepatuhan

    terhadap ketentuan perundang-undangan.   Hasil pengujian tersebut

    didokumentasikan pemeriksa dalam KKP dengan didukung bukti-bukti

    kompeten yang cukup.

    Pengujian SPI &kepatuhan

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    42/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 50

    25 Pemeriksa melakukan pengujian substantif atas kelompok transaksi

    atau akun/perkiraan atau kegiatan/program untuk menguji asersi atau

    informasi yang dilaporkan atau dipertanggungjawabkan. Hasil

     pengujian substantif didokumentasikan pemeriksa dalam kertas kerja

     pemeriksaan dengan didukung bukti-bukti yang cukup.

    Pengujian substantif 

    26 Pemeriksa menyusun konsep TP berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan

    yang dilakukannya yang telah didokumentasikan dalam KKP serta

    reviu atau arahan dari ketua tim.

    Penyusunan konseptemuan pemeriksaan

    oleh pemeriksa

    27 Ketua tim menyusun konsep TP gabungan dan menyampaikannya pada

     pimpinan entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan dari

     pimpinan entitas yang diperiksa. TP merupakan bentuk komunikasi

    awal atas hasil pemeriksaan (pekerjaan lapangan) dari ketua tim

     pemeriksa kepada pimpinan entitas yang diperiksa.

    Penyusunan konseptemuan pemeriksaan

    gabungan

    28 TP tersebut mengungkapkan fakta atau kondisi dan kriteria serta akibatdan sebab yang keseluruhannya mempunyai hubungan yang logis,

    didukung bukti-bukti pemeriksaan, akurat, dan jelas

    Isi temuan

     pemeriksaan

    29 TP yang diajukan harus memenuhi ketentuan mengenai materialitas

    dan kesalahan yang dapat ditoleransi atau signifikansi masalah.

    Pemenuhanmaterialitas

    30 Ketua tim dapat memperoleh tanggapan atas TP diberikan oleh

     pimpinan entitas yang diperiksa secara tertulis. Tanggapan tersebut

    digunakan sebagai pertimbangan ketua tim dalam penyusunan konsep

    LHP.

    Tanggapan

    31 Ketua tim pemeriksa mengonsultasikan hasil pelaksanaan pemeriksaandengan tenaga ahli dari luar BPK apabila diperlukan, khususnya

    terhadap bidang atau permasalahan di luar keahlian yang dimiliki oleh

     pemeriksa.   Kebutuhan tenaga ahli dari luar BPK tersebut dapat

    direncanakan di dalam program pemeriksaan atau diusulkan di dalam

     pelaksanaan pemeriksaan di lapangan kepada pemberi tugas melalui

     pengendali teknis dan penanggung jawab. Apabila tenaga ahli dari luar 

    BPK telah disetujui dan ditugaskan, ketua tim mengonsultasikan hasil

     pelaksanaan pemeriksaan kepada tenaga ahli tersebut yang hasilnya

    didokumentasikan di dalam KKP.

    Konsultasi dengantenaga ahli dari luar 

    BPK 

    32 Anggota tim pemeriksa mendokumentasikan hasil pelaksanaan

     pemeriksaan dalam KKP secara sistematis sesuai dengan indeks dan

     pedoman yang ditetapkan.

    KKP

    33 Kertas kerja pemeriksaan meliputi dokumentasi pelaksanaan P2 oleh

    anggota tim pemeriksa, reviu oleh ketua subtim atau ketua tim, dan

     bukti-bukti pendukung hasil kerja tersebut.

    Isi KKP

    34 Kertas kerja pemeriksaan harus memuat identitas BPK, nama dan

    indeks KKP, waktu pelaksanaan, penyusun, tanggal dan paraf, pereviu,

    tanggal dan paraf, hasil pelaksanaan pemeriksaan, dan simpulan serta

    reviu.

    Bentuk KKP

  • 8/9/2019 Juklak Spkm April 2009 Bag2

    43/47

    Juklak SPKM Bab XI Kinerja Pemeriksaan

    Badan Pemeriksa Keuangan 51

    35 KKP dikelompokkan pemeriksa sesuai tahap pemeriksaan

    (perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan) dan sifat dokumen

    (current and permanent ).

    Pengelompokkan kertaskerja pemeriksaan

    36 KKP memiliki hubungan melalui referensi silang (cross reference)

    terhadap informasi yang terkait terhadap TP dan LHP serta antartahap pemeriksaan.

    Cross referenceindeks KKP

    37 Tim pemeriksa melaksanakan dan menyelesaikan pemeriksaan di

    lapangan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Hal tersebut dapat

    dilihat pada penyampaian laporan atau dokumen sesuai dengan

     pedoman pemeriksaan yang ditetapkan untuk pelaksanaan

     pemeriksaan.

    Pelaksanaan & penyelesaian pekerjaan

    lapangan

    D. Supervisi & Reviu

    38 Pekerjaan pemeriksaan disupervisi dan direviu yang mencakup

     pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain yang terlibat dalam

     perencanaan. Hasil supervisi dan reviu didokumentasikan dalam

    KKP.

    Supervisi dan reviu

     perencanaan pemeriksaan

    39 Supervisi dan reviu juga dilakukan dalam pelaksanaan pemeriksaan di

    lapangan. Supervisi dan reviu tersebut dilakukan secara berjenjang

    oleh ketua tim, pengendali teknis, dan penanggung jawab

     pemeriksaan. Hasil supervisi dan reviu tersebut didokumentasikan

    dalam kertas kerja pemeriksaan.

    Supervisi dan reviu

     pelaksanaan pemeriksaan

    40 Ketua tim mensuper