jurnal kreatinin

Upload: astrimentari

Post on 07-Aug-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    1/8

     J urnal MI PA 35(2): 157-164 (2012)

     J urnal M IPAhttp:/ / journal.unnes.ac.id/ sju/ index.php/ jm

    ©2012UniversitasNegeri Semarang

    ISSN NO 0215-9945

    Abstract 

    SEQUENTI AL INJECTI ON-FLOW REVERSAL M IX ING (SI-FRM)    UNTUK PENENTUAN KREATININ DALAM URIN

    A Sabarudin , ERN Wulandari, H Sulistyarti

     J urusan K imia, Fakultas M IPA, Universitas Brawijaya, IndonesiaLaboratoriumK imiaAnalitik, FM IPA, Universitas Brawijaya, J l. Veteran 65145, Malang

    Sejarah Artikel:Diterima 28 J uli 2012

    Disetujui 30Agustus2012Dipublikasikan Oktober 2012

     J umlah kreatinin yang diekskresikan melalui urin menunjukkan keadaan ginjal seseorang.Dalam penelitian ini, dikembangkan metode untuk penentuan kreatinin secara otomatisyaitu sequential

      inj ection-flow reversal mixi ng  (SI-FRM ). Pendeteksian kreatinin didasarkan

    pada pembentukan senyawa berwarna (merah-orange) yang dihasilkan dari reaksi antarakreatinin dan asampikratdalamsuasana basadan diukur padapanjanggelombang530 nm.Reaksi pembentukan senyawa kreatinin-pikrat dilakukan melalui pembentukan segmenantara sampel dan reagen di-holding coil  dan selanjutnya dilakukan proses flow reversal   di- mixing coil . Parameter-parameter yang mempengaruhi metode ini diuji secara detail. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pengukuran kreatinin yaitu menggunakankonsentrasi asampikrat 0,035 M dan NaOH 3,5%, laju alir fl ow reversal  5 µL/ detik, laju alirproduk reaksi 20 µL/ detik, jumlah f low reversal   empat kali dan menggunakan tiga segmen(pikrat-kreatinin-pikrat) dengan masing-masing volume segmen 100 µL. Metode SI -FRMini telah diaplikasikan langsung untuk penentuan kadar kreatinin dalam urin dengan limitdeteksi 1,7 µg/ g.

    Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]

    Keywords: 

    creatinine 

    flow reversal mixing 

    sequential injection 

    urine 

    T he amount of creatinine excreted in urine indicates kidney conditi on. I n this experiment, the 

    automatic determinati on method of determini ng creatini ne was developed by using sequential in jection-flow r eversal mixi ng (SI-FR M ). T he detecti on of creatini ne is based on t he formati on of a 

    colored product (red-orange) yielded from t he reacti on of creatin in e wit h picrate at alkali ne medium.

    T he absorbancei s measured at wavelength of 530 nm. T he formation of creatini ne-picratecomplex is 

    performed through the segment formation between sample and reagent in the holdi ng coil and then 

    fl ow reversal process in the mixi ng coil of SI-FR M . Several parameters affecti ng t o thi s method are 

    investigated i n detail. The results show that the optimum concentrations of picric acid and NaOH are 

    0.035 M and 3.5%, respecti vely. Other optimi zed condit ions, such as the fl ow reversal rate of there 5 

    µL / s, fl ow rat e of product of 20 µL / s, amount of fl ow reversal process of four t imes, and segment 

    amount of three(pi crate-creatin ine -picrate) wi th each volume of 100 µL , wereobtained. T his method 

    is successfull y applied to the determi nation of creatin ine in u ri ne wi th the detecti on limi t of 1.7 µg/ g.

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    2/8

    Pendahuluan

    K reatinin adalah produk akhir darimetabolisme kreatin yang dikeluarkan melaluiginjal. Konsentrasi kreatinin yang terkandung di

    dalam urin merupakan petunjuk pentingterhadap kerusakan ginjal,   diabeti c nephropathy dan laju filtrasi glomerular ginjal (Khan &Wernet 1997). K reatinin dibentuk oleh tubuhdari pemecahan senyawa kreatin danfosfokreatin dimana jumlah kreatinin sekitar 2%dari total keratin (Garcia & Henry 2004).

    Penentuan kreatinin dapat dilakukandengan menggunakan enzim kreatinindeiminase untuk mengkonversi kreatininmenjadi amonia dan   1-methylhydantoin .Selanjutnya amonia di reaksikan dengan  cresol 

    red   (2-{4-{2-

    hydroxyethyl )-1-

    piperzinyl }

    ethanesulfonic acid ) dan dideteksi secaraspektrometri pada panjang gelombang 555 nm(Yoshiwara   et al . 2005). Metode enzimatis inimemberikan hasil yang selektif walaupunmemerlukan waktu analisis yang lama, dansensitivitasnya kurang baik karena kreatinindideteksi secara tidak langsung berdasarkan jumlah amonia yang terbentuk. Di samping itu juga, konsentrasi bilirubin yang tinggi dalamsampel merupakan masalah tersendiri dalammetodeenzimatis.

    Penentuan kreatinin dalam urine danserum menggunakan kromatografi kinerja tinggi(KCK T) telah diteliti oleh Harmoinen   et al .(1991) dan Tsai dan Syu (2005). Dalam metodeini kolom penukar kation (LichroCA RT®RP-18column) digunakan untuk memisahkankreatinin dari senyawa lainnya dalam   isocratic buffer system . K reatinin dideteksi secaraspektrofotometri pada 234 nm. Pada umumnyametode KCK T memerlukan   compli cated assay system   dalam pelaksanaannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh J ohns   et al . (2001) yangmengembangkan metode isokratik KCK T

    menggunakan kolom si li ca-based strong cation- exchange  (CS103-10 SynChropak) dan matrik 5mM litium asetat pada pH 4.9. Pada metodeini, preparasi sampel melalui serangkaianperlakuan yang rumit yaitu deproteinasi denganasetonitril, evaporasi, dan pelarutan kembalidalam fase gerak yang diikuti dengan kuantisasimenggunakan deteksi UV pada 234 nm. M etodeelektrokimia juga dapat digunakan untukmendeteksi kreatinin. M isalnya amperometribiosensor yang didasarkan pada metodeenzimatis. Metode ini mencakup tiga tahapan

    proses yaitu konversi kreatinin menjadi kreatin,

    kreatin menjadi   sarcosine, sarcosine    menjadiglycine   dan H2O2. Peroksida yang terbentukinilah yang kemudian dijadikan acuan untukmenentukan kreatinin secara elektrokimia. Tigatahapan proses konversi di atas menunjukkan

    kekomplekan dan sensitivitas yang rendahuntuk sistem amperometri (Stefan et al . 2003).

    Reaksi J affe merupakan metode yangpalingpopuler untuk penentuan kreatinin dalamurin dan serum. Dalam metode ini, kreatinindireaksikan dengan asam pikrat pada suasanabasa yang membentuk senyawa berwarnamerah-orange dan dideteksi secaraspektofotometri pada panjang gelombang 490-520 nm (Staden 1983). Keuntungan reaksi Jaffeyaitu sederhana dan mudah. Namun karenadilakukan dengan metode  batch , maka jumlah

    sampel dan reagen yang digunakan sangatbanyak sehingga pembentukan senyawakreatinin-pikrat memerlukan waktu yang cukuplama yaitu sekitar 30 menit. Selain itu,kontaminasi yang besar dari lingkungan dapatterjadi pada metodebatch  sehingga memerlukanpengontrolan yang ketat. Metode ini memilikisensitivitas yang rendah dengan limit deteksisebesar 0,2 M (Faria & Pasquini 1992). Untukmengatasi hal ini, dapat digunakan metode on- line dan otomatis yaitu sequential injection analysis (SIA). Sistem ini dikontrol dengan komputerdan biasanya terdiri dari

      syri nge pump, holding coil , katup multiposisi, dan detektor. Semuakomponen tersebut dihubungkan satu sama lainmenggunakan pipa kapiler PT FE. Operasionalsistem ini diawali dengan pembentukan segmen-segmen antara reagen dan sampel di  holding coil yang selanjutnya didispensikan menuju sel alir(flow cell ) detektor. SIA ini hanya memerlukan jumlah reagen yang sangat sedikit, analisissecara cepat dan otomatis, serta menghasilkanlimbah yang jumlahnya sedikit sehingga analisismenggunakan metode ini akan menghematpemakaian reagen dan lebih bersahabat dengan

    lingkungan (Ruzicka & Marshall 1990). Akantetapi, pembentukan segmen di   holding coil mengurangi keefektifan/ kesempurnaan reaksiantara sampel dan reagen yang mengakibatkansensitivitas yangrendah.

    Atas dasar hal tersebut di atas, makadalam penelitian ini dikembangkan suatu sistemyang disebut dengan   Sequenti al I njecti on-Flow Reversal M ixing    (SI-FRM). Sistem inimerupakan modifikasi dari SIA denganmenempatkan mixi ng coil  pada katup multiposisi(multiposition valve/ selection valve ) sebagai tempat

    berlangsungnya   flow reversal . Segmen-segmen

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    3/8

    antara reagen dan sampel di   holding coil   akandialirkan secara berulang-ulang menuju   mixing coil    secara otomatis   (fl ow reversal ) sehinggadiperoleh hasil reaksi yang sempurna danmemberikan sensitivitas yang tinggi ketika

    dialirkan menuju detektor. Beberapa parameteryang mempengaruhi metode ini dilakukanoptimisasi yang mencakup konsentrasi asampikrat dan N aOH, laju alir flow reversal , laju alirproduk reaksi ke detektor, jumlah  flow reversal ,volume dan jumlah segmen di   holding coil .Untuk keseluruhan proses, kreatinin dapatdideteksi dalam waktu 5 menit secara   on-line dan otomatis dengan hanya membutuhkan200 L reagen dan 100L sampel.

    M etode

    Alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini antara lain neraca analitis Mettler,pipet mikro 1 mL dan 5 mL (Eppendorf  ),L aboratory-made SI-FRM system  yang terdiri darisyringe pump   (SP; Hamilton, Reno, Nevada,USA) dengan volume 2,5 mL, delapan katupselecti on valve   (SV; Hamilton, Reno, Nevada,USA), mixing coil  (PTFE tubing, 1.0 mm i.d x 1m) dan detektor kolorimeter   Red-Green-Blue Light-Emitting Diode    (RGB-LED) yangseluruhnya dikontrol melalui komputermenggunakan home-made software berbasis Visual Basic Program . Semua pipa kapiler yangdigunakan terbuat dari PTFE dengan   inner diameter  (i.d) 0.75mm, kecuali untuk holding coil (1.8 mm i.d). SI-FRM sistem ini sebenarnyamerupakan modifikasi dari sistem yang telahdibuat oleh penulis dalam penelitiansebelumnya (Sabarudin   et al.   2006 & 2007).Adapun  portable  kolorimeter RGB-LED dibuat

    laboratorium berdasarkan penelitian yangdilakukan oleh Suzuki et al. (2004& 2005).

    Bahan-bahan yang digunakan dalampenelitian ini merupakan bahan kimia proanalisis (p.a) antara lain natrium hidroksida,

    asam pikrat, kreatinin, kreatin (Sigma-Aldrich, Jerman), kecuali urin dan akuades.

    Prosedur operasional SI-FRM untukpenentuan kreatinin secara on-line dan otomatisditunjukkan padaGambar 1.

     Tahap pertama adalah pencucian pipakapiler (line ) dan   detector . Sebelum SI-FRMdigunakan untuk penentuan kreatinin, makasemua   line   dan   flow cell detector   harus dicuciterlebih dahulu dengan akuades dengan carasebagai berikut:   syringe pump  (SP) berada padaposisi   in    dan mengambil 2500 uL akuadesdengan laju alir 200 uL / detik. Selanjutnya SPdiubah ke posisi out  untuk mengalirkan akuadesmenuju  holding coil  (HC) dan selection valve (SV)pada semua line yang digunakan (port  3, 4, dan7) dengan volume masing-masing 500 uL danlaju alir 50 uL/ detik. Sisa akuades dialirkanmenuju detektor pada port  2 dengan laju alir 30uL/ detik.

     Tahap kedua adalah tahap pengisian line .Pada tahap ini dilakukan pengaliran larutansampel kreatinin dan reagen yang berupacampuran asam pikrat dengan NaOH ke dalamline dengan cara SP berada pada posisi   out   danmengambil 500 uL kreatinin dengan laju alir 50uL/ detik untuk mengisi   line   pada   port    3,selanjutnya SP mengambil 500 uL reagen(pikrat-NaOH) dengan kecepatan 50 uL/ detikuntuk mengisi   line   pada   port    4. Kelebihanlarutan kreatinin dan reagen yang terdapat diHC dibuang melalui   port    7 dengan caramendorongnyamenggunakan akuades.

    Gambar 1. Skema SI-FRM untuk penentuan kreatinin

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    4/8

     Tahap ketiga adalah tahap pendeteksiankreatinin. Dalam tahap ini, SP berada padaposisi   out    dan mengambil 100 uL reagen(campuran asam pikrat dengan NaOH) untukdialirkan menuju HC melalui SL   port   4 dengan

    laju alir 50 uL / detik, kemudian SP mengambillagi 100 uL larutan sampel (kreatinin/ urin)untuk dialirkan menuju HC melalui SL   port   3dengan laju alir 100 uL/ detik. Reagen diambillagi melalui   port   4 dengan jumlah yang samadengan sebelumnya sehingga pada HC akanterbentuk tiga segmen yaitu reagen-sampel-reagen. Selanjutnya segmen larutan tersebutdialirkan menuju SL   port   1 yang terdapat mixing coil   (MC) untuk dilakukan proses   fl ow reversal (segmen bergerak maju-mundur dari HC ke M Csebanyak 4 kali ulangan). Setelah semua reagen

    tercampur maka produk yang dihasilkandideteksi secara   on-line   dengan menggunakankolorimeter RGB-LED dengan caramengalirkannya melalui SL   port    2 dan akanterdeteksi grafik (flow signal ) yang memberikaninformasi absorbansi kreatinin-pikrat.

    Prosedur yang sama juga dilakukanuntuk pengujian parameter-parameter yangmeliputi variasi laju alir   f low reversal , laju aliroptimum produk ke detektor, banyaknyapengulangan   f low reversal , volume dan jumlah

    segmen optimum, dan konsentrasi N aOH .

    Hasil dan Pembahasan

    Optimasi Parameter K imiaParameter kimia yang dioptimasi pada

    penelitian ini adalah konsentrasi asam pikratdan konsentrasi NaOH.

    Dari Gambar 2 diketahui bahwa denganmeningkatnya konsentrasi asam pikrat makaabsorbansi senyawa kreatinin-pikrat yangterukur juga meningkat, dan mencapai

    optimum pada konsentrasi asam pikrat0,035 M. Absorbansi cenderung menurunketika konsentrasi asam pikrat di atas 0,035 Mkarena pembentukan endapan natrium-pikrat.Endapan ini terjadi karena kelebihan dari

    Gambar 2. Grafik hubunganantara konsentrasi asampikrat denganabsorbansi kreatinin-pikrat.Kondisi: konsentrasi kreatinin 50 ug/ g, konsentrasi NaOH 1 %, laju alir flow reversal  5 uL/ detik,laju alir produk kedetektor 20 uL/ detik, jumlah flow reversal  4 kali, tigasegmen (reagen-sampel-reagen) masing-masing 100uL.

    Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi N aOH dengan absorbansi kreatinin-pikrat.Kondisi: konsentrasi asam pikrat 0,03M, kondisi yanglain sama seperti padaGambar 2.

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    5/8

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    6/8

    terbentuk dengan baik sehingga absorbansi yangterbaca akan menjadi rendah. Sedangkan untukvariasi jumlah   f low reversal   yang lebih banyakakan menyebabkan absorbansi yang terukur juga rendah karena terjadi dispersi senyawa

    kreatinin-pikrat yang terbentuk ke dalam carrier yang ada pada saluran pereaksi (pipa kapiler)dalam alat SI-FRM .

     J umlah segmen optimum yaitu tigasegmen. Segmen ini terdiri atas   reagen-sampel- reagen . Volume segmen optimum akanmemberikan nilai absorbansi yang paling tinggi

    yaitu 100 µL. Dengan adanya penggunaanvolume yang lebih besar dari kondisi optimummaka senyawa kreatinin-pikrat belum terbentukkarena waktu kontak antara sampel dan reagentetap sehingga absorbansi yang diperoleh akan

    menjadi kecil. Sedangkan pada penggunaanvolume yang lebih kecil menyebabkanabsorbansi juga kecil karena jumlah sampel danreagen yang kontak untuk membentuk senyawakreatinin-pikrat semakin sedikit jumlahnya.Hasil optimasi parameter kimia dan fisikdirangkumdalamTabel 1.

     Tabel 1. Optimasi parameter penentuan kreatinin menggunakan SI-FRM

     Tabel 1. Hasil pengukuran kreatinin dalam sampel urin

    Perbandingan Deteksi Kreatinin dengan dan Tanpa Flow Reversal

    M etode yang digunakan untukmendeteksi kreatinin dalam penelitian ini yaitusequential injection analysis    yang dilengkapi

    dengan menggunakan proses   fl ow reversal   (SI-FRM ). Proses ini dimaksudkan untukmembantu penyempurnaan reaksi pembentukansenyawa kreatinin-pikrat sehingga absorbansiyang terbaca oleh detektor menghasilkan satupuncak yang paling tinggi (maksimum). Denganadanya satu puncak tertinggi maka hasilpengukuran menjadi lebih akurat.   Flow signal yang diperoleh tanpa menggunakan proses flow reversal    ditunjukkan oleh Gambar 5 (A)sedangkan yang melalui proses   flow reversal ditunjukkan oleh Gambar 5 (B).

    Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa

    dengan tidak dilakukannya proses   flow reversal maka puncak yang dihasilkan banyak sehinggamenyulitkan pengambilan nilai optimum dariabsorbansi kreatinin tersebut. Hal inidikarenakan tidak terbentuknya senyawakreatinin-pikrat secara sempurna karena segmenantara sampel dan reagen tidak bercampur ataubereaksi dengan baik yang dapat dilihat dariterbentukanya  carrier   yang banyak. Jadi dapatdikatakan bahwa proses flow reversal  (Gambar 5B) menguntungkan apabila dilakukan karenamembantu proses penyempurnaan reaksipembentukan senyawa kreatinin-pikrat sehinggahasil absorbansi yang diperoleh menghasilkanpola yang teratur dengan satu puncak sajawalaupun waktuanalisis menjadi lebih lama.

    K urva K alibrasi KreatininKurva kalibrasi dibuat dengan cara

    mengukur variasi konsentrasi kreatinin

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    7/8

  • 8/20/2019 JURNAL KREATININ

    8/8

    dengan akurasi dan ketelitian yang tinggi.Metode ini juga memiliki sensitivitas yang baikdengan LOD sebesar 1,7 5,69 µg/ g serta waktuanalisis yangrelatif cepat yaitu 5 menit/ sampel.

    Daftar Pustaka

    Faria LC & Pasquini C. 1992. Spectrophotometricdetermination of creatinine bymonosegmented continuous-flow analysis.   J Autom Chem  14: 97-100.

    Garcia CD & Henry CS. 2004. Direct detection of renal function markers using microchip CE

    with pulsed electrochemical detection.   Analyst 129: 579-584.

    Harmoinen A, Sillanaukee P & J okela H. 1991.Determination of creatinine in serum andurine by cation-exchange high-pressure liquidchromatography. Clin Chem 37: 563-565.

     J ohns BA, Broten T, Stranieri M T, Holahan M A &Cook J J. 2001. Simple high-performanceliquid chromatographic method to analyzeserum creatinine has several advantages overthe Jaffé picric acid reaction as demonstratedwith a cimetidine dose response in rhesusmonkeys. J Chromatogr B 759: 343-348.

    K han GF & Wernet W. 1997. A highly sensitiveamperometric creatinine sensor.   Anal Chim Acta   351: 151-158.

    Ruzicka J & M arshall GD. 1990. SequentialInjection: a new concept for chemical sensors,process analysis and laboratory assays.   Anal Chim A cta 237: 329-343.

    Sabarudin A, Lenghor N, Liping Y, Furusho Y &M otomizu S. 2006. Automated onlinepreconcentration system for thedeterminationof trace amounts of lead using Pb-selectiveresin and inductively coupled plasma–atomicemission spectrometry.  Spectrosc Lett  39: 669-

    682.

    Sabarudin A, Lenghor N, Oshima M , Hakim L, Takayanagi T, Gao Y H & M otomizu S. 2007.Sequential-injection on-line preconcentrationusing chitosan resin functionalized with 2-amino-5-hydroxy benzoic acid for thedetermination of trace elements inenvironmental water samples by inductivelycoupled plasma-atomic emissionspectrometry. Talanta 72: 1609-1617.

    Staden J F. 1983. Determination of creatinine inurine and serum by flow-injection analysisusing the J affe reaction.  Fresen Z Anal Chem 315: 141-144.

    Stefan RI , Bokretsion RG, Staden J F, Aboul-enein

    HY. 2003. Simultaneous determination of creatine and creatinine using amperometricbiosensors. Talanta 60: 1223-1228.

    Suzuki Y, Aruga T, Kuwahara H, K itamura M ,Kuwabara T, K awakubo S & Iwatsuki M .2004. A simple and port able colorimeter usinga red-green-blue light-emitting diode and itsapplication to the on-site determination of nitrite and iron in river-water.   Anal Sci    20:975-977.

    Suzuki Y, Ito Y, Fukusawa T, K awakubo S &Iwatsuki M . 2005. Development of compactphotometric titrator and absorptiometric

    detector for flow-injection analysis using light-emitting diode as light source.  Bunseki Kagaku 54: 291-295.

     Tsai HA & Syu M J. 2005. Synthesis of creatinine-imprinted poly (a-cyclodextrin) for the specificbinding of creatinine.   Biomaterials   26: 2759-2766.

     Yoshiwara M , Sakuragawa A & M atsuhashi A . 2005.Determination of creatinine by flow injectionanalysis using creatinine deiminase.   Bunseki Kagaku  54: 1205-1210.