jurnal reading contralateral mastectomy
DESCRIPTION
Kajian jurnal mastectomyTRANSCRIPT
DEPARTEMEN ILMU BEDAH JOURNAL READINGFAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN
Review Artikel
Mastektomi Kontralateral Profilaksis untuk Penurunan Risiko
Kanker : Analisis Faktor Risiko dan Strategi Penurunan Risiko
N.n. Basu, 1,2 L. Barr, 1 G. L. Ross,3 dan D.G. Evans1,4
DISUSUN OLEH :
Tri Kurniawan (C 111 11 323)
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Arie Rafael Singara
SUPERVISOR :
dr. John Pieter JR, Sp.B (K) Onk
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2015
i
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama : Tri Kurniawan
NIM : C 111 11 323
Judul : Mastektomi Kontralateral Profilaksis untuk Penurunan Risiko Kanker
; Tinjauan Faktor Risiko dan Strategi Penurunan Risiko
Telah menyelesaikan tugas Journal Reading pada Departemen Ilmu Bedah Divisi
Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Oktober 2015
Residen Pembimbing,
dr. Arie Rafael Singara
Supervisor,
dr. John Pieter JR, Sp.B (K) Onk
ii
Review Artikel
Mastektomi Kontralateral Profilaksis untuk Penurunan Risiko
Kanker : Tinjauan Faktor Risiko dan Strategi Penurunan Risiko
N.n. Basu, 1,2 L. Barr, 1 G. L. Ross,3 dan D.G. Evans1,4
1Nightingale and Genesis Preventiion Center, University Hospital South Manchester M239LT, UK2Department of Breast Surgery, Queen Elizabeth Hospital, Birmingham, UK3The Institute of Cancer Sciences, The University of Manchester, Oxford Road, Manchester, UK4University of Manchester Department of Genomic Medicine, Institiute of Human Development, St. Mary’s
Hospital, Oxford Road, Manchester, UK
ABSTRACT
Rates of contralateral risk-reducing mastectomy have increased substantially
over the last decade. Surgical oncologists are often in the frontline, dealing with
requests for this procedure. This paper reviews the current evidence base regarding
contralateral breast cancer, assesses the various risk-reducing strategies, and
evaluates the cost-effectiveness of contralateral risk-reducing mastectomy.
ABSTRAK
Angka pelaksanaan prosedur mastektomi kontralateral profilaksis telah meningkat
pesat dalam decade terakhir. Ahli bedah tumor merupakan garda terdepan dalam
melaksanakan prosedur ini. Paper ini memberikan tinjauan pustaka yang valid tentang
kanker payudara kontralateral, membahas tentang berbagai strategi dalam
mengurangi risikonya, dan mengevaluasi efektivitas biaya pengeluaran terhadap
permintaan prosedur mastektomi kontralateral profilaksis.
1
1. PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah jenis kanker paling sering pada wanita, dengan 1,7 juta
kasus baru didiagnosis pada tahun 2012 (1,2). Jumlah ini merupakan 25% dari
seluruh kanker pada wanita dan di Inggris diperkirakan bahwa 1 dari 8-10 wanita
akan mendapatkan kanker payudara (3) dalam hidupnya.
Angka keselamatan dari kanker payudara telah meningkat akibat berkembangnya
deteksi dini dan modalitas terapi (3). Sehingga, penatalaksanaan wanita dengan
kanker payudara membutuhkan tenaga kesehatan yang lebih professional yang
mengetahui berbagai faktor risiko terbaru yang berpengaruh nantinya terhadap
munculnya strategi dalam menurunkan risiko kanker.
Sekali didiagnosis sebagai kanker payudara, wanita akan mengalami peningkatan
risiko munculnya kanker payudara kontralateral (4). Kemunculan kanker kontralateral
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, bergantung pada aspek biologis tumor, terapi
adjuvant, dan onkogenetik dari sel.
Dewasa ini, terdapat ketertarikan dalam penelitian terhadap kanker payudara
kontralateral. Data surveilans, epidemiologi, dan End-Results Program (SEER) (5)
telah mengonfirmasi 150% peningkatan angka mastektomi kontralateral dalam
dekade terakhir, walaupun hal ini tidak berlaku sama di Eropa (6). Peningkatan angka
ini justru mengejutkan, karena diketahui sebelumnya bahwa angka kanker payudara
kontralateral menurun (akibat terapi endokrin aromatase inhibitor) dan hal ini
mungkin menunjukkan tingginya risiko pada wanita dengan kanker payudara. Klinisi
merupakan garis terdepan menentukan tindakan berdasarkan situasi yang kompleks
ini dan membutuhkan rekomendasi yang berdasarkan bukti.
Kami mempelajari berbagai faktor risiko yang diketahui berkontribusi dalam
munculnya kanker payudara kontralateral. Angka keselamatan hidup dianalisa, dan
peranan dari faktor risiko ini di diskusikan : mutasi gen dan riwayat keluarga,
histologi, status estrogen reseptor (ER) dan status Human Epidermal Growth Factor
Receptor2 (HER2 ). Kami mengevaluasikan berbagai macam usaha penurunan risiko
kanker payudara seperti pembedahan dan kemoterapi pencegahan, efektivitasnya,
2
biaya, dan perspektif pasien. Kami juga memasukkan terapi antiendokrin dalam
pembahasan ini. Review ini bertujuan dalam memberikan pertimbangan dan masukan
terhadap klinisi ketika menghadapi pasien dengan kanker payudara kontralateral.
2. INSIDENSI KANKER PAYUDARA KONTRALATERAL
Pasien dengan risiko tinggi kanker payudara termasuk di dalamnya yaitu
penderita kanker payudara dengan mutasi genetic (BRCA1/2, TP53) dan adanya
riwayat keluarga signifikan. Karier mutasi BRCA1/2 memiliki risiko kanker payudara
kontralateral 2-3% tiap tahun (8). Namun angka kanker payudara kontralateral lebih
banyak pada pasien dengan mutasi TP53, walaupun data mengenai pasien dalam
kelompok ini masih kurang (9). Risiko yang tinggi ini, khususnya wanita dalam usia
menderita kanker primernya sebelum 40 tahun, bertahan sedikitnya 20 tahun.
Salpingo-ooforektomi bilateral dan menopause sebelum usia 40 tahun merupakan
faktor protektif (8,10,11).
2. 1. Faktor Risiko
2. 1. 1. Mutasi genetik.
Dua gen yang paling diketahui berpengaruh dalam kerentanan terhadap
kanker payudara ialah BRCA1 dan BRCA2. Mutasi pada gen penekan tumor ini
meningkatkan resiko 80-90% seseorang terkena kanker payudara (12-14). Dan
seorang wanita akan meningkat risikonya mengalami kanker payudara kontralateral
jika telah didiagnosis mendapatkan kanker payudara.
Risiko yang terjadi akibat mutasi gen BRCA1 diestimasikan lebih 60% (15)
dan BRCA 2 sedikit lebih rendah yaitu sekitar 50% (16). Akan tetapi, studi
retrospektif (16) terkini menunjukkan risiko bahkan meningkat sampai 83% dan 63%
secara berurutan, menunjukkan lebih tingginya risiko pada era modern ini terutama
dengan mutasi gen BRCA1, yang mana pada sebagian besar tumor tidak
mendapatkan terapi endokrin.
Beberapa studi membahas lebih rinci mengenai risiko kanker payudara
kontralateral dengan karier mutasi BRCA1/2 (8,10,11). Umur <50 tahun ketika
3
didiagnosis pertama kali terkena kanker payudara dengan adanya riwayat keluarga
dekat semakin meningkatkan risiko ini. Faktor protektif terhadap kanker payudara
kontralateral yang menurunkan risiko adalah penggunaan tamoxifen (HR 0.59; 95%
CI 0.31-1.01) (8,17) dan ooforektomi (HR 0.44; 95% CI 0.21-0.91), dengan
keunggulan tambahan ooforektomi sebelum usia 49 tahun (HR 0.24; 95% CI 0.07-
0.77).
Kanker payudara merupakan keganasan tersering bagi wanita yang
menagalmi mutasi gen TP53 pada sindrom Li-Fraumeni. Mutasi ini mencapai 100%
dalam kemunculan kanker payudara, terutama pada usia 46 tahun (18).
Evans dkk (9) meneliti wanita dibawah usia 30 tahun dengan kanker payudara
menemukan angka peningkatan semua mutasi karier (TP53 dan BRCA1/2) sebesar
sekitar 2-3%/tahun, walaupun hanya 11 mutasi karier TP53 yang dimasukkan dalam
analisis di penelitiannya.Terapi adjuvant dan anti-HER2 mungkin mempengaruhi
risiko kanker payudara kontralateral pada mutasi karier TP53 di mana sebagian besar
pada pasien terdapat ER dan HER2 positif (19). Perlu usaha lebih lanjut untuk
meneliti tentang hubungan risiko ini.
2. 1. 2. Riwayat Keluarga.
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit kanker payudara
meningkatkan risiko kanker payudara kontralateral walaupun pola risiko ini relative
kompleks. Vichapat dkk (7) meneliti 8474 wanita dengan kanker payudara selama
lebih dari 31 tahun (1975-2006) menemukan bahwa ada peningkatan sebesar 2,8 kali
lipat terjadinya kanker payudara dengan riwayat keluarga. Analisis lebih lanjut
menunjukkan risiko tertinggi pada mereka yang memiliki riwayat keluarga dekat
(derajat satu dan dua) (HR 2.23) diikut dengan derajat satu saja (HR 1.13).
WECARE (Women’s Environment Cancer and Radiation Epidemiology
Study) melakukan studi case control berbasis populasi membandingkan populasi
dengan kanker payudara bilateral sebagai case dan kanker payudara unilateral sebagai
control (20). Mereka mendapatkan bahwa risiko kanker payudara kontralateral pada
4
nonkarier mutasi BRCA1/2 dengan adanya riwayat keluarga merupakan hasil
tertinggi/terbanyak pada wanita yang didiagnosis pertama kali dengan kanker
payudara ketika berusia <45 tahun, selain itu hasil risiko tinggi juga pada mereka
dengan hubungan kekerabatan derajat satu, terkhusus mereka dengan penyakit
bilateral. Risiko kanker payudara kontralateral selama 10 tahun diurutkan
berdasarkan usia yaitu 6,7% (50-54 tahun), 9,0% (40-44 tahun), dan 14,7% (30-34
tahun).
Sebuah studi dari Mayo Clinic (21) yang meneliti 745 wanita dengan kanker
payudara dan ada riwayat keluarga, yang menjalani Mastektomi Kontralateral
Profilaksis (MKP) antara 1960 dan 1993. Mereka mengambil kontrol (pasien tanpa
MKP) 106 sampel dengan kanker payudara kontralateral pada kelompok
premenopause, dan 50 sampel dengan kanker payudara kontralateral pada kelompok
postmenopause. Hasilnya, MKP dapat menurunkan 95% risiko relative di mana
hanya terdapat 6 kanker payudara kontralateral pada kelompok premenopause dan 2
pada kelompok postmenopause.
2. 1. 3. Histolopatologi Kanker Payudara.
Vichapat dkk (7) meneliti tipe histologi dari kanker payudara terhadap kanker
payudara kontralateral, mendapatkan bahwa tidak terdapat peningkatan KPK pada
pasien dengan kanker payudara lobular. Ini merupakan penemuan yang menarik
mengingat bahwa sebelumnya kanker payudara tipe lobular merupakan faktor
independen terhadap peningkatan angka MKP (22) dan dari studi-studi sebelumnya
terdapat kemungkinan korelasi kanker payudara lobular dengan kanker payudara
kontralateral (23).
Tumor primer stadium tinggi (RR 1,3 utk kanker grade 3 dibandingkan
dengan grade 1), meningkatnya ukuran (<2 cm RR 1.0, 2-5 cm RR 1,51, dan >5 cm
RR 1,89) dan jumlah dari limfonodus yang positif (non-RR 1.0, 4-9 RR 1.12 dan >10
RR 1.62) adalah faktor resiko yang penting (7). Tabel 1 menggambarkan faktor risiko
5
yang telah diketahui berpengaruh terhadap kanker payudara kontralateral sementara
Tabel 2, menunjukkan strategi penurunan risiko dari kanker payudara komtralateral.
Tabel 1. Faktor Risiko Kanker Payudara Kontralateral
Z Perkiraan Risiko per Tahun (%) [4]
Risiko relatif –multivariat (95% CI) [7]
Faktor pasienUsia pada saat pertama kali didiagnosis
<30 th 0,5-1,340-50 th ER + ER -
0,2-0,30,4-0,5
Mutasi genBRCA1BRCA2
2,0-3,02,0-3,0
Riwayat KeluargaTidak ada 1 (referensi)
Derajat 1 dan 2 0,4-1,3 2,8 (1,4-5,5) Derajat 1 0,2-0,8 1,4 (0,9-2,1) Derajat 2 dan 3 Baseline 1,1 (0,7-1,9)
Faktor TumorUkuran
<2 cm (T1) 1 (referensi)2-5 cm (T2) 1,5 (1,1-2,0)> 5 cm (T3) 1,9 (1,1-3,3)
Status LNTidak ada 1 (referensi)1-3 0,9 (0,6-1,2)4-9 1,1 (0,7-1,9)>10 1,6 (0,8-3,1)
HistologiDuctal 1 (referensi)Lobular 1,2 (0,6-2,1)
Status ERER + 1,0 (referensi)ER - 1,3 (0,9-1,9)
6
Status HER2HER2 + 1,0 (referensi)HER2 - 1,02 (0,6-1,8)
Tabel 2. Pengurangan Risiko Kanker Payudara Kontralateral dengan
Kemopreventif dan Pembedahan
Pengurangan risiko (95% CI)KemopreventifAntiendocrine
Tamoxifen dalam karier mutasi BRCA1/2
Tamoxifen pada non-karier Inhibitor aromatase pada non-karier
OR 0,5 (0,3-0,9)50% pengurangan risiko70% pengurangan risiko
KemoterapiKemo vs tidak kemo RR 0,6 (0,4-0,8)
20 tahun kelangsungan hidup PembedahanCRRM
CRRM pada karier mutasi BRCA1/2CRRM pada non-karier mutasi
14,9%<1 %
2. 1. 4. Status HER2 dan Terapi anti-HER2.
Hingga 30% dari kanker payudara (24) mengekspresikan reseptor HER2
tyrosine-protein kinase. Penggunaan antibodi monoclonal trastuzumab (Herceptin)
menunjukkan angka keselamatan bebas penyakit (25). Studi HERA (Herceptin
Adjuvant Trial ) baru-baru ini melaporkan hasil penelitian selama 4 tahun follow-up
(26). Pada kelompok observasi terdapat 19/320 (1,1%) kanker payudara kontralateral
dibandingkan dengan 14/251 (0,8%) pada kelompok dengan trastuzumab. Walaupun
hasil ini menunjukkan pengurangan angka kanker payudara kontralateral pada pasien
dengan trastuzumab, apliksai klinis dari pengurangan risiko KPK masih menjadi
perdebatan.
7
Saltzman dkk (27), melakukan studi case-control dengan 29.126 wanita
dengan menggunakan system registrasi Cancer Surveillance System (CSS). Hasil ini
dapat menunjukkan wanita dengan overekspresi HER2 (ER negative/HER2 postifi)
dan mereka dengan kanker tripel negative (ER negative, PR negative, dan HER2
negatif mempunyai 2.0 kali dan 1.4 kali meningkat resikonya terkena kanker
payudara kontralateral, secara berurutan. Oleh karena itu, sebagai tambahan dengan
meningkatanya risiko penyakit muncul kembali (rekuren) dan kematian, pasien di
dalam subgroup ini mempunyai risiko dalam KPK dan strategi surveilans sepatutnya
dipertimbangkan dalam menanggapi permasalahan ini.
2. 1. 5. Status ER dan agent Kemopreventif.
Beberapa studi (ATAC, IBIS I, IBIS II, dan STAR) telah mengonfirmasi
bahwa agen antihormonal (SERM dan inhibitor aromatase) yang diberikan kepada
wanita beresiko tinggi hingga 10 tahun dapat mengurangi insidensi dari kanker
payudara kontralateral dan kanker payudara primer (28). Wanita dengan indeks
kanker payudara yang sensitive hormonal diberi agen antihormonal secara rutin
sebagai bagian dari terapi adjuvan dan menurunkan hingga 50% risiko mereka dalam
mengalami kanker payudara kontralateral (KPK) dengan studi terbaru lebih
cenderung kepada penggunaan inhibitor aromatase dibanding tamoxifen (ATAC)
dalam populasi post menopause (29). Wanita dengan terapi antihormonal butuh
dijelaskan lebih terperinci tentang efek samping obat yang ditimbulkan seperti
tromboemboli, osteoporosis, dan karsinoma uteri.
Baru baru ini, Gronwald dkk (17) dapat mengonfirmasi studi sebelumnya
yang menunjukkan sekitar 50% penurunan KPK dalam karier mutasi BRCA1/2 yang
mendapatkan tamoxifen. Penelitian juga menunjukkan bahwa penurunan risiko dari
penggunaan jangka pendek tamoxifen (<1 tahun) dengan jangka panjang (>4 tahun).
Hasil ini berimplikasi terhadap wanita yang sangat mencemaskan efek samping
penggunaan obat tamoxifen jangka panjang, dan lebih cenderung akan memilih yang
jangka pendek karena efeknya sama.
8
2. 1. 6. Kemoterapi.
Agen kemoterapi sitotoksik direkomendasikan sebagai adjuvant atau
neoadjuvan dari kanker payudara primer telah menunjukkan penurunan risko kanker
payudara kontralateral (KPK). The Early Breast Cancer Trialists Group (EBCTG)
menunjukkan penurunan insidensi KPK selama 15 tahun penelitian (30), di mana
khususnya pada wanita usia <50 tahun.
Studi WECARE melakukannya dengan metode studi case-control (31) dan
menemukan bahwa kemoterapi berhubungan dengan penurunan 35-40% penurunan
risiko KPK pada wanita dibawah usia 55 tahun, dan kemoterapi ini bersifat protektf
hingga 10 tahun. Sebagai tambahan, mereka yang mengalami menopause dalam
jangka waktu 1 tahun diagnosis mempunyai penurunan risiko yang terbesar
dibangding kelompok populasi lain.
Inhibitor Poli-ADP Ribosa Polimerase (PARP) dan efeknya pada tripel
negative dan kanker payudara yang berkorelasi dengan mutasi BRCA1/2 merupakan
aspek yang sangat menarik (32). Laporan awal dari suatu percobaan (33)
menunjukkan keamaan dan efektivitas dari PARP ini dan penelitian lebih lanjut
dengan pemantauan yang ketat kemungkinan menunjukkan bahwa apakah modalitas
ini dapat mempengaruhi risiko kanker payudara kontralateral.
2. 2. Mastektomi Kontralateral Profilaksis
2. 2. 1. Angka keselamatan.
Setelah artis Angelina Jolie menjalani operasi BRRM (Bilateral Risk-
Reducing Mastectomy), perhatian public kemudian semakin meningkat terhadap
operasi preventif (34-35). Beberapa studi telah mengonfirmasi kebermanfaatan dari
pasien risiko tinggi (BRCA1/2 dan FH) yang menjalani BRRM dan CRRM
(Contralateral Risk-Reducing Mastectomy)(36-39). Berdasarkan pengalaman kami
sendiri dalam memperbandingkan 105 wanita dengan karier mutasi gen BRCA1/2
dengan kanker payudara unilateral terhadap wanita yang tidak mengalami operasi
mastektomi kontralateral profilaksis, diketahui bahwa setelah 10 tahun, angka
9
keselamatan terdapat 89% wanita pada kelompok dengan mastektomi kontralateral
dibanding 71% yang tidak diberlakukan mastektomi kontralateral (P<0,001), dengan
tidak bergantung pada apakah wanita menjalani salpingoooforektomi atau tidak. Hasil
ini tidak senada dengan Sprundel dkk (40) yang menemukan bahwa, setelah
melakukan salpingoooforektomi pada sampel, tidak terdapat keuntungan angka
harapan hidup bermakna pada pasien dengan mastektomi kontralateral. Metcalfe dkk
(38) juga meneliti kelompok sampel sifatnya sama dengan di atas pada 390 orang
karier mutasi BRCA1/2, menemukan bahwa angka harapan hidup selama 20 tahun
kemudian pada kelompok yang menjalani mastektomi kontralateral adalah 88%
dibandingkan yang tidak sebesar 65% (CI 59-73%).
Kebermanfaatan pada pasien tanpa mutasi BRCA masih belum terlalu jelas.
Wanita dengan usia di bawah 49 tahun dengan ER + memiliki angka harapan hidup
lebih baik, di mana mungkin disebabkan karena kelompok ini lebih rentan terhadap
kanker payudara kontralateral. Portschy dkk (43) melakukan penelitian untuk
membandingkan angka harapan hidup antara pasien yang menjalani prosedur
mastektomi kontralateral profilaksis dan yang tidak menjalani prosedur tersebut pada
pasien tanpa mutasi BRCA1/2. Mereka mendapatkan benefit angka harapan hidup 20
tahun hanya <1% pada kelompok dengan mastektomi kontralateral dibandingkan
kelompok lainnya.
2. 2. 2. Rekonstruksi Payudara.
Beberapa studi menunjukkan bahwa cepatnya mendapatkan operasi
rekonstruksi payudara berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
mastektomi kontralateral (44,45). Baru-baru ini, Ashfaq dkk (45) meneliti 102.674
pasien (2004-2008) dengan diagnosis karsinoma ductal In-Situ (15%) atau kanker
payudara invasive (85%). Mereka yang menjalani mastektomi tiga kali kemungkinan
lebih sering juga meminta mastektomi kontralateral profilaksis.
Wanita yang menjalani rekonstruksi setelah mastektomi kontralateral 1,5 kali
kemungkinan mengalami komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
10
atau operasi ulang (46) jika dibandingkan dengan hanya menjalani mastektomi
unilateral. Kurang tersedia data yang membandingkan antara mastektomi
kontralateral dan rekonstruksi dengan mastektomi unilateral dan rekonstruksi. Crosby
dkk (47) meneliti 497 pasien yang menjalani mastektomi kontralateral dan
menyimpulkan bahwa sepertiga dari pasien mengalami sedikitnya 1 komplikasi.
2. 2. 3. Biopsi Kelenjar getah Bening Terdekat (BKGBT).
Tindakan BKGBT pada saat operasi profikalsis masih kontroversial.
Metaanalisis terbaru dari 1251 pasien (48) menunjukkan bahwa 1,7% (n=21) dari
wanita yang menjalani operasi profilaksis mastektomi, ternyata didapati sel kanker
invasive dari specimen hasil mastektomi. Dari 21 pasien ini, hasil biopsy kelenjar
getah bening terdekat hanya sebesar 4 dari 21 pasien, dan negative pada sisanya
(17/21). Angka ini mungkin lebih tinggi pada wanita dengan kanker payudara lanjut
pada biopsy di payudara kontralateral. Selain itu, sebesar 2,8% (n=36) wanita
mendapatkan manfaat dari prosedur biopsy ini, di mana 19 kasus dengan biopsy
positif kemudian membutuhkan operasi pengangkatan KGB di ketiak, dan 17 kasus
kanker invasive tanpa metastasis ke KGB kemudian tidak menjalani operasi
pengangkatan KGB ketiak.
Hasil ini tampaknya setimpal walaupun dengan prosedur ini, terdapat 5%
pasien dengan limfeedema akibat prosedur ini (49). Kuwajerwala dkk (50) secara
retrospektif meneliti 170 pasien dengan mastektomi kontralateral profilaksis dan
menemukan bahwa sebesar 21,8% pasien yang juga menjalani biopsy kelenjar getah
bening terdekat, tidak ada yang hasilnya positif.
2. 2. 4. Biaya.
Biaya perawatan menjadi salah satu pertimbangan penting dalam pemilihan
keputusan pelayanan kesehatan. Efektivitas biaya dengan angka harapan hidup
menjadi pertimbangan tersendiri pada wanita yang menjalani mastektomi bilateral
dengan mutasi BRCA1/2 (51,52). Beberapa studi kemudian juga meneliti
11
pertimbangan tersebut teradap wanita yang menjalani mastektomi kontralateral
profilaksis (53-55). Deshmukh dkk (54) menganalisa kelompok dengan mastektomi
kontralateral dan tanpa mastektomi kontralateral, dan menunjukkan bahwa kelompok
dengan mastektomi kontralateral memiliki peningkatan biaya perawatan jangka
pendek sebesar $7.749. Sebagai tambahan, wanita yang menjalani prosedur
rekonstruksi payudara menanggung biaya yang lebih besar terutama bagi mereka
dengan postifi HER2 dan menjalani radioterapi.
Sebaliknya, Roberts dkk (55) menemukan bahwa prosedur mastektomi
kontralateral profilaksis merupakan pilihan hemat biaya dalam pencegahan kanker
payudara kontralateral pada wanita di bawah usia 50 tahun. Dari keputusannya,
mereka menyimpulkan bahwa sekitar 68.000 wanita dibawah usia 50 tahun yang
telah didiagnosis kanker payudara stadium awal pada 2010. Jika semua wanita
menjalani mastektomi kontralateral prolaksis, akan terdapat penghematan sebesar $19
juta untuk menghindari 3.900 kankerpayudara kontralateral yang mungkin muncul
dalam 10 tahun mendatang. Mereka menunjukkan potensi manfaat yang lebih besar
dari tindakan ini dalam kanker payudara dengan ER negative dibandingkan ER
positif, karena yang ER positif biasanya juga diberikan adjuvant terapi endokrin,
sehingga mengurangi kanker payudara kontralateral.
Zendejas dkk (53) menggunakan model Markov untuk membandingkan
efektivitas biaya pada wanita yang menjalani mastektomi kontralateral profilaksis
dibandingkan dengan mereka yang menjalani surveilans rutin (termasuk mamografi
rutin). Mereka menemukan bahwa mastektomi kontralateral profilaksis sebelum usia
70 tahun itu lebih hemat biaya terutama bagi mereka denfan positif mutasi BRCA.
Baru-baru ini di Inggris, tidak terdapat pembatasan dana oleh National Health
Service pada mastektomi kontralateral. Pasien kanker payudara dapat memilih
mastektomi kontralateral segera (setelah mastektomi terapeutik) atau ditunda tanpa
adanya pengawasan keuangan asalkan ada dukungan/keterangan dari dokter yang
bersangkutan.
12
2. 2. 5 Sudut Pandang Pasien.
Salah satu alasan utama pasien untuk memilih mastektomi profilaksis adalah
kekhawatiran pasien tentang perkembangan kanker baru pada payudara yang
sebelumnya sehat dan tentang harusnya menjalani tahapan pengobatan termasuk
kemoterapi. Penelitian di Amerika yang terbaru melaporkan 68,9% dari pasien yang
menjalani mastektomi kontralateral sebenarnya tidak memiliki faktor risiko genetik
atau riwayat keluarga (56) dan motivasi utama dari tingginya angka ini adalah
kekhawatiran akan terjadinya kekambuhan kanker. Pasien sangat khawatir tentang
risikonya mengalami kanker payudara kontralateral (57) dan melakukan prosedur ini
untuk meredakan kekhawatirannya.
Studi terakhir (58) meneliti sudut pandang pasien dari 60 pasien yang memilih
mastektomi kontralateral profilaksis. Pada sebagian besar kasus, permintaan untuk
dilakukannya mastektomi kontralateral profilaksis diteliti dan pasien tanpa ragu
memintanya. Pasien memilih untuk menjalani prosedur ini tanpa memandang
kuantifikasi risiko yang dimilikinya, intinya ya atau tidak. Kuantifikasi risiko
seseorang dalam mendapatkan kanker payudara kontralateral sedikit berpengaruh
dalam pengambilan keputusan pasien dalam memilih prosedur ini. Peneliti
menyimpulkan bahwa perspektif pasien/pandangan pasien terhadap kerentanan
dirinya terhadap munculnya kanker payudara kontralateral membuat dirinya merasa
sangat beresiko setelah mendapatkan kanker payudara, sehingga seberapa pun
stratifikasi risiko pasien dalam kemunculan kanker payudara kontralateral, mereka
berpikir risiko ini tidak dapat ditoleransi dan merasa hanya mastektomi kontralateral
profilaksis yang merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi hal ini
3. DISKUSI
Angka dari mastektomi kontralateral profilaksis meningkat di Amerika Serikat,
suatu kecenderungan akan terjadi hal yang sama pada Negara-negara lainnya. Ini
menjadi suatu perhatian bahwa kenyataannya angka kanker payudara kontralateral
berkurang disebabkan suksesnya terapi adjuvant
13
Penilaian tentang risiko kanker payudara kontralateral melibatkan banyak faktor
dan kemungkinan bisa diteliti melalui berbagai pendekatan multidisiplin. Faktor
risiko paling signifikan adalah mutasi genetic dan adanya riwayat keluarga, yang
mana dapat menyebabkan sedikitnya 4 kali kemungkinan terjadinya kanker payudara
kontralateral. Pasien dengan mutasi BRCA1/2 memiliki sekitar 2-3% kemungkinan
terjadinya kanker payudara tiap tahunnya. Pada populasi tanpa mutasi BRCA1/2,
adanya riwayat keluarga, usia muda ketika pertama kali didiagnosis dan riwayat
keluarga derajat satu merupakan faktor risiko kuat terjadinya kanker payudara
kontralateral.
Aspek biologi tumor juga sangat penting. Status reseptor estrogen (ER)
merupakan hal yang sangat penting di mana sekitar 70% dari semua kanker payudara
sensitive terhadap hormon. Pengurangan risiko dengan obat antiendokrin dapat
mencapai 50% dengan pemberian tamoxifen dan 70% dengan penghambat aromatase.
Sesuai dengan prediksi, wanita dengan status reseptor estrogen yang negative
memiliki peningkatan risiko kanker payudara kontralateral. Penggunaan obat
sitotoksik dan terapi spesifik (Herceptin) mengurangi kanker payudara kontralateral,
dengan manfaat terbesar pada wanita muda yang menjalani kemoterapi.
Mastektomi kontralateral profilkasis merupakan cara terbaik dalam mengurangi
risiko kanker payudara kontralateral, sampai 95% pada wanita dengan riwayat
keluarga positif. Manfaat kelangsungan hidup terutama pada pasien risiko tinggi
dengan mutasi BRCA1/2. Tidak ada manfaat kelangsungan hidup pada mereka
dengan risiko rendah.
Adanya akses pelayanan terhadap rekonstruksi payudara segera, juga
meningkatkan keputusan wanita untuk memilih mastektomi kontralateral profilaksis.
Manfaat dalam keberlangsungan hidup dan biaya yang hemat terlihat pada mereka
dengan risiko tinggi mendapatkan kanker payudara kontralateral (karier mutasi gen)
dan pasien-pasien ini cenderung mendapatkan manfaat yang besar dari prosedur ini.
Penilaian terhadap risiko kanker payudara kontralateral itu bersifat multifactor
dan kemungkinan dibahas secara multidisiplin ilmu. Arrington dkk (22) menunjukkan
14
bahwa ahli bedah dan karakteristik pasien menentukan mastektomi kontralateral
profilaksis dan termasuk faktor independen seperti pasien berusia muda (<40 tahun),
ukuran tumor besar (>5 cm), histologi bersifat lobular, riwayat keluarga ada, kanker
dengan multisentral, ahli bedah perempuan. Sebagai tambahan, kekhawatiran pasien
tentang timbulnya kanker payudara yang lain, dan terhadap berbagai macam jenis
terapi yang diberikan merupakan satu faktor kesatuan, walaupun sulit diukur.
Semua dokter yang menangani kanker payudara sebaiknya familiar dengan risiko
kanker payudara kontralateral dan berkesempatan mendiskusikan beberapa pilihan
penatalaksanaan termasuk mastektomi kontralateral profilaksis, pencegahan dengan
kemopreventif, dan surveilans/pengamatan secara rutin. Tim multidisiplin sangat
penting dalam mengobati wanita dengan kanker payudara berdasarkan pemeriksaan
objektif dari pemeriksaan genetik dan riwayat keluarga, biologi tumor, dan dukungan
psikologis.
Hal ini menjadi jelas bahwa wanita yang meminta untuk dilaksanakannya
prosedur mastektomi kontralateral profilaksis dapat dikategorikan dalam beberapa
kelompok faktor risiko (59) dan seorang dokter ditantang untuk meangani masalah ini
dengan menghadapi berbagai faktor risiko tadi. Artikel ulasan ini berfokus tentang
berbagai faktor risiko dan strategi penanggulangan risiko untuk memberikan
pembahasan komprehensif bagi klinisi yang diambil dari berbagai literatur terbaru.
15
16