karya ilmiah 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nafas merupakan esensi kehidupan, tanpa nafas berarti tidak ada
kehidupan. Manusia bernafas berarti mengambil udara bebas untuk
dimasukan ke dalam tubuh melalui hidung dan paru-paru. Dalam dinding
paru (alveoli) yang dipenuhi kapiler darah terjadi pertukaran oksigen masuk
kedalam darah dan sebaliknya sel darah mengeluarkan karbondioksida untuk
dibuang bersamaan nafas keluar.
Udara bebas mengandung 20% oksigen, 78% Hidrogen, 1%
Karbondioksida dan yang 1 % nya gas-gas lain. Bernafas untuk menghisap
oksigen secara maksimum tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa.
Diibaratkan kita mengambil buih yang mengapung di atas air, maka kalau
mengambilnya dengan tergesa-gesa buih itu susah untuk diambil. Begitu pula
apabila kita bernafas secara cepat, maka kemungkinan oksigen yang terhisap
oleh paru-paru kita hanya sedikit, yang lainnya hydrogen, karbondioksida dan
mungkin juga debu yang akan berakibat kotornya paru dan kurang
terpenuhinya sel-sel tubuh akan oksigen. Kenapa oksigen yang terhisap hanya
sedikit?, karena kalau bernafas cepat sel-sel alveoli belum sempat mengambil
oksigen secara maksimum udara sudah keluar lagi. Dari fenomena ini dapat
dilihat apabila seseorang yang nafasnya terengah-engah karena mungkin
habis berlari, maka kalau orang tersebut mau menahan nafas beberapa saat
secara berulang-ulang nafas yang terengah-engah akan cenderung kembali
normal.
Reflek bernafas manusia normal pada umumnya ketika tidur mencapai
16 kali per detik, sedangkan pada saat terjaga tergantung pada aktifitas tubuh.
Semakin banyak bergerak maka akan semakin cepat pola nafas karena untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
Bernafas untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran
berbeda dengan nafas biasa, pada tata nafas untuk meningkatkan derajat
kesehatan dilakukan secara pelan, dalam dan teratur serta benar-benar
1
dinikmati jalannya pernafasan, sehingga alam pikiran kita masuk ke dunia
mikrokosmos yaitu dunia batin, yang berakibat pada melambatnya gelombang
otak/emosional menjadi lebih tenang. Sehingga diharapkan dapat mengontrol
emosi, menyembuhkan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup sesorang.
Pengendalian tata nafas sangat mempengaruhi denyut jantung, denyut
jantung sangat mempengaruhi gelombang otak, gelombang otak
mengendalikan system kerja pusat syaraf outonom, sedangkan pusat syaraf
outonom mengendalikan kerja peristaltic organ dalam seperti lambung, usus
halus, usus besar, pancreas, ginjal dan organ dalam yang lainnya. Dengan
demikian apabila seseorang telah mencapai reflek nafas yang teratur, maka
fungsi organ dalam akan cenderung normal dan berfungsi dengan baik,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan membantu penyembuhan
penyakit.
Saat ini, banyak orang yang mengidap berbagai penyakit, sebagian dari
mereka hanya mengandalkan obat-obatan, makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup. Namun disisi lain sebenarnya penyembuhan juga dapat
dilakukan dengan jalan metode seni pernafasan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil judul “Menuju
Hidup Sehat Dengan Metode Seni Pernafasan”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah karya ilmiah ini dengan judul “Menuju Hidup Sehat
dengan Metode Seni Pernafasan” adalah untuk menjawab pertanyaan :
1. Apakah metode seni pernafasan dapat menyembuhkan penyakit dan
meningkatkan derajat kesehatan seseorang?
2. Apakah metode seni pernafasan dapat membantu mengontrol emosi
seseorang?
3. Apakah metode seni pernafasan dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang?
2
C. Tujuan Penulisan
Berangkat dari judul Menuju Hidup Sehat Dengan Metode Seni
Pernafasan, maka tujuan penelitian ini adalah :
Secara Umum :
Pembuatan karya tulis ilmiah ini dibuat oleh penulis dengan tujuan
guna memenuhi nilai tugas mata pelajaran bahasa Indonesia.
Secara Khusus :
1. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan seni pernafasan Satria Nusantara
terhadap penyembuhan penyaki dan peningkatan derajat kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan seni pernafasan Satria Nusantara
terhadap kontrol emosi.
3. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan seni pernafasan Satria Nusantara
terhadap kualitas hidup seseorang.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan methode wawancara, angket dan pustaka.
1. Metode Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan tanya jawab secara langsung kepada responden untuk
memperoleh beberapa data informasi yang dibutuhkan;
2. Metode Angket merupakan metode pengumpulan data melalui pengisian
angket yang berisi daftar serangkaian pertanyaan yang ditujukan kepada
responden.
3. Metode Pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan menggunakan buku-buku, karya-karya ilmiah dan makalah-
makalah yang berhubungan dengan seni pernafasan.
E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap anggota Lembaga Seni Pernafasan Satria
Nusantara Slawi, yaitu suatu lembaga seni pernafasan yang didirikan oleh
DR. H. Maryanto. berpusat di Yogyakarta yang bergerak dibidang olah nafas
menjadi suatu seni untuk meningkatkan derajat kesehatan anggotanya dari
3
mengidap suatu penyakit menjadi sembuh dalam arti mampu beraktifitas
secara normal dan tidak tergantung terhadap obat-obatan, serta sehat dalam
artian mampu bertahan dalam keadaan cuaca seburuk apapun.
1. Tempat Penelitian
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Slawi Unit Latihan SMA
Negeri 3 Slawi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 9 (sembilan) kali pelatihan/hari, yaitu
pada tanggal 2- 30 Maret 2010.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Mencangkup latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penulisan, waktu, dan tempat penelitian, metode penulisan serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Mencangkup batasan istilah, seni pernafasan Satria Nusantara dan
hidup sehat dengan seni pernafasan.
BAB III HASIL PENELITIAN
Mencangkup pelatihan seni pernafasan.
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari penulis.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Batasan Istilah
1. Seni Pernafasan
Seni Pernafasan Duduk atau Meditasi dalam istilah yoga (India)
disebut dengan Dhyana, dalam tradisi Cina disebut dengan Siulian, dalam
bahasa sansekerta disebut Samadhi (Semedi), sedangkan dalam tasawuf
Islam istilah meditasi dapat disebut dengan tafakur atau khalwat.
Pengertian meditasi menurut Sri Mulyono Hartono pendiri Prana
Meditasi Group sebagai berikut :
“ Meditasi adalah salah satu upaya penjernihan batin, yakni pengendapan alam pikir serta pengendapan alam rasa dan emosi untuk menciptakan ketenangan batin” (AF. Jaelani, Solo 1995: 10).
Kemudian menurut B Sidartanto Buana Jaya pengertian Meditasi
adalah :
“Proses relaksasi dan harmonisasinya fisik dan psikhis dalam strata
kesadaran yang tertinggi” (Buana Jaya Sidartanto, 1993: 5).
Sedangkan pengertian Meditasi menurut Ki Joyo Suwito, Guru Besar
Perguruan Silat Popsi Bhayu Manunggal dari Jogjakarta adalah :
“ Meditasi yaitu suatu cara menemukan kesadaran tinggi dengan jalan mengatur jalannya pernafasan sepelan mungkin dan sama panjangnya, kondisi tubuh lemas dan pikiran hanya ditujukan untuk merasakan dan memperhatikan jalannya nafas” (Dadi Kuswadi,1985: 19).
Jika melihat arti meditasi seperti yang disebutkan diatas, berarti
meditasi adalah sarana untuk mencapai keadaan hening atau sunyi untuk
mewujudkan suatu kondisi fisik maupun psikhis yang seimbang, rileks,
tenang yang luar biasa dalam kesadaran yang tinggi.
“ Analisa medis psikhologis memberikan bukti bahwa sistem kerja organ dalam tubuh (khususnya gerak peristaltik organ dalam) dikendalikan oleh pusat syaraf outonom, pusat syaraf outonom sangat dipengaruhi oleh gelombang otak. Satu-satunya yang bisa mengendalikan gelombang otak adalah pulsa jantung, sedangkan satu-satunya yang bisa mengendalikan denyut atau pulsa jantung adalah ritme nafas yang teratur dan dikendalikan” (Dadi Kuswadi, 2002: 29 ).
5
Masih menurut Dadi Kuswadi, Korelasi kelimanya bisa dilihat dalam
fenomena kehidupan sehari-hari sebagai berikut :
1. Orang yang kacau pikirannya entah apapun penyebabnya akan
menyebabkan fungsi lambung, hati, usus besar, pancreas, ginjal dan
organ dalam lainnya tidak bekerja secara normal sehingga bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat, maag sakit, gula naik atau
BAB terus menerus;
2. Orang yang terkejut maka jantungnya akan berdebar-debar, nafas
terengah-engah dan pikiran menjadi kacau;
3. Seseorang yang melihat sesuatu yang menakutkan, maka jantungnya
akan berdebar-debar dan nafasnyapun akan terengah-engah;
4. Orang yang tengah berlari cepat nafasnya terengah-engah, denyut
jantungnya akan cepat dan terjadi kesulitan berfikir;
5. Orang yang tengah berkonsentrasi (contoh mudah orang yang sedang
memasukan benang ke dalam jarum) maka ia akan berusaha
menenangkan pikiran, secara reflek dia akan menahan nafas, dan
denyut jantungpun akan pelan;
6. Orang yang tengah marah/stress/shock (otomatis gelombang otak
kacau) apabila disuruh bernafas panjang dan pelan secara berulang-
ulang, maka dalam beberapa saat akan menjadi tenang kembali;
7. Orang yang berobat ke dokter akan diberi obat yang mengandung
unsur menenangkan (CTM) dengan harapan orang tersebut mudah
tertidur dan tenang sehingga diharapkan fungsi organ bergerak normal
dan antibodi akan menjadi aktif;
8. Orang yang tingkat kepasrahannya tinggi (orang-orang sufi)
cenderung akan lebih sehat dan berumur panjang.
Pada pernafasan duduk anggota Lembaga Seni Pernafasan Satria
Nusantara dilatih berbagai teknik perlakuan nafas yaitu dari nafas dua
sama sisi, segi tiga sama sisi, segi enam dan nafas bulat. Namun untuk
tingkat awal anggota diajarkan pernafasan segi tiga, yaitu tarik nafas
secara pelan, tahan tekan bawah pusar kemudian dikeluarkan secara pelan
6
dengan ritme sama panjangnya antara penarikan, penahanan dan
pengeluaran nafas.
Dengan menggunakan alat ukur gelombang otak EEG yang
diidentifikasi berdasarkan frekuensinya (siklus per detik/Hertz) dengan
korelasi nafas per menit diketahui bahwa:
No Jenis
Gelombang
Frekuensi
(Hz)
Pola Nafas/
MenitKondisi
1
2
3
4
5
Delta
Teta
SMR
Alfa
Beta
1 – 3 Hz
4 – 8 Hz
8 - 11 Hz
12 -15 Hz
16 - lebih
1 – 3
4 – 8
8 – 11
12 – 15
16 - lebih
- Tidur sangat
nyenyak, meditasi
- Melamun,
berfantasi, peralihan
bangun dari tidur
- Kesadaran mental/
tenang/siap bereaksi
- Keadaan istirahat,
siap berpikir
- Normal, sedang
berfikir, ada
permasalahan / stress
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(Prof. Dr. Bob Santoso Wibowo, SpS(K), 2005)
7
Pada kondisi pelatihan duduk nafas atau meditasi diam, anggota
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara pada awalnya dilatih bernafas
segi tiga sama sisi yaitu tarik, tahan tekan kira-kira dua jari dibawah pusar
dan keluar dengan siklus waktu antara 10 sampai 30 detik per sisi, yang
kemudian pada tingkat delapan diharapkan anggota bisa mencapai 330
detik per sisi (dengan perhitungan 33 kali dzikir secara pelan La ilaha
ilallah, perdzikir equivalen 10 detik). Dari kondisi pelatihan tersebut
awalnya gelombang otak memasuki Gelombang Alfa pada frekuensi 12-15
Hz, namun setelah beberapa saat gelombang otak semakin melambat
menuju pada frekuensi 4-8 Hz, yang apabila dilanjutkan akan mencapai
frekuensi 1- 3Hz atau bahkan 0,1 Hz yang berarti akan lebih lambat dari
gelombang tidur yang paling nyenyak sekalipun.
Refleksi dari pelatihan duduk nafas, diharapkan dalam keadaan
normal tanpa gerak fisik anggota Satria Nusantara mampu bernafas
bernafas 4 sampai 6 kali per menit, yang pada gilirannya akan berpengaruh
terhadap gelombang otak yang semakin tenang, lebih stabilnya fungsi
susunan saraf outonom dan semakin meningkatnya tonus / fungsi para
simpatis sehingga lebih percaya diri, tidak mudah terserang stress dan
penyakit-penyakit psikosomatis.
Perlu diketahui bahwa gelombang otak sangat mempengaruhi system
kerja organ dalam seperti hati, jantung, pancreas, ginjal dan lain
sebagainya. Seseorang yang terkena penyakit maag, darah tinggi, diabetes
atau yang lainnya apabila mendapatkan masalah yang mengganggu
pikirannya, maka cenderung akan memperparah penyakitnya.
2. Hidup Sehat
“Hidup Sehat adalah bergerak dalam keadaan yang baik”. (W.J.S
Poerwadarminta, 1979: 355).
Ditinjau dari sudut fungsi (Ilmu Faal), maka “hidup sehat ialah bergerak
sesuai dengan normalnya fungsi alat-alat tubuh (jasmani) secara
keseluruhan”.(Y.S. Santosa Giriwijoyo, 1992: 51).
8
3. Satria Nusantara
Satria Nusantara adalah Suatu lembaga seni pernafasan yang didirikan
oleh DR. H. Maryanto. berpusat di Yogyakarta bergerak dibidang olah
nafas menjadi suatu seni untuk meningkatkan derajat kesehatan
anggotanya dari mengidap suatu penyakit menjadi sembuh dalam arti
mampu beraktifitas secara normal dan tidak tergantung terhadap obat-
obatan, serta sehat dalam artian mampu bertahan dalam keadaan cuaca
seburuk apapun.
B. Seni Pernafasan Satria Nusantara
1. Olah gerak
“ Olah gerak adalah cara peralihan gerak”. (Drs. Maryanto, 1996: 10).
Dalam kegiatan seni pernafasan gerak sangat diperlukan untuk
mencapai keseimbangan olahan dalam tubuh. Semakin banyak kita
melakukan olah gerak semakin banyak lemak dalam tubuh kita yang
terbakar.
Olah gerak dalam Seni Pernafasan Satria Nusantara dinamakan
jurus, yang terdiri atas sepuluh gerakan dasar yang mudah, yaitu :
1. Jurus dasar 1 :
1.1 Posisi siap, yaitu tangan menjulur kedepan.
1.2 Kedua telapak tangan diturunkan sambil berproses dibalik
menyentuh pusat tenaga (di bawah pusar), membentuk seperti
segitiga.
1.3 Telapak tangan digesekan kearah pinggang, kemudian naik ke
rusuk samping sampai setinggi-tingginya ke ketiak menggunakan
alat gesek ibu jari, siku-siku tangan belakang sehingga terjadi
lipatan di punggung belakang.
1.4 Putar pergelangan tangan sambil menggenggam ibu jari yang
mantap. Jari-jari lainnya menyentuh ketiak memutar pergelangan
tangan.
1.5 Genggaman digesekan ke bawah melalui jalur semula
menggunakan jari kelingking sampai ke pinggang, kemudian
9
kepalan diadu sekitar 3 cm dibawah pusar. Berhenti sebentar, lalu
kembali posisi siap dan dilanjutkan seperti urutan 1.2-1.5 lagi
sampai 20 langkah.
2. Jurus dasar 2 :
2.1 Posisi siap.
2.2 Kedua tangan ditarik diatas dada, telapak tangan menghadap ke
atas dan ujung jari-jari saling berhadapan, siku masih disamping.
2.3 Siku ditarik dan disentak ke belakang, dada digesek dengan jari
kelingking dan telapak tangan ditarik kea rah ketiak.
2.4 Pergelangan diputar di ketiak, jari-jari tidak ditekuk, sampai
telapak tangan menghadap ke bawah. (pada saat ini, tumit
bertemu tumit.)
2.5 Telapak tangan ditekan/didorong ke bawah di depan pusat tenaga.
Siku agak ke samping dan tertekuk, telapak tangan serta jari-jari
membentuk segitiga untuk putra. Sedangkan putrid, dorongan
telapak tangan agak sejajar dan ketiak tertutup tangan.
2.6 Berhanti sebentar, kemudian kembali posisi siap dan dilanjutkan
sampai 15 langkah. Pandangan mata mengikuti gerakan tangan
untuk jurus dasar 2 ini.
3. Jurus dasar 3 :
Proses sama dengan jurus dasar 2 (1-3), hanya putaran telapak
tangan langsung menghadap ke depan dan dorong telapak tangan ke
depan kearah dada bayangan kita sendiri, tangan sejajar dengan bahu.
4. Jurus dasar 4 :
4.1 Telapak tangan ditemukan di depan pusat tenaga (jari-jari
bertemu terlebih dahulu). Kaki belum bergerak.
4.2 Tusuk tangan ke atas lurus sambil dilihat, telapak tangan masih
saling merapat.
4.3 Tangan diturunkan kembali di depan pusat tenaga.
4.4 Telapak tangan diputar di pangkal ibu jari dengan posisi telapak
tangan tetap menghadap kebawah(kaki kiri depan, tangan kiri di
10
bawah dan sebaliknya) dan posisi siap merobek. Tumit ketemu
tumit.
4.5 Kedua telapak tangan merobek sambil telapak tangan yang di atas
menggesek punggung tangan di bawahnya sampai jari tengah
lepas dari jari tengah, terus kebelakang ke arah pinggang sehingga
telapak tangan berhadapan setinggi pinggang. Pandangan mata ke
depan.
Tahan sebentar, kemudian kembali ke posisi siap. Dilanjutkan
sampai 15 langkah.
5. Tahap-tahap pengolahan jurus dasar 5 :
5.1 Kuda-kuda kiri depan, kedua tangan ditarik ke dada kanan, siku
kiri mengarah ke depan, telapak tangan berhadapan. Untuk putra,
kedua telapak tangan di atas dada, sedangkan untuk putri, tangan
yang di bawah berada di rusuk di bawah dada.
5.2 Kedua telapak tangan dibalik sehingga punggung tangan saling
berhadapan menempel.
5.3 Kedua tangan digesekkan kea rah pinggang kiri melewati uluhati.
5.4 Tahan kedua tangan di pinggang sebentar, kemudian kembali ke
posisi siap. Dilanjutkan sampai 15 langkah.
5.5 Pandangan mata mengikuti gerakan tangan.
6. Jurus dasar 6 :
6.1 Kuda-kuda kiri depan, kedua telapak tangan ditarik ke pinggang
kanan. Pandangan mata ikuti ke arah pinggang kanan. Kedua
telapak tangan berhadapan, jari-jari tangan saling
berpotongan/bersilangan.
6.2 Pergelangan tangan diputar, tetap menempel di pinggang dan
kedua telapak tangan masih berhadapan tetapi sudah berpindah
posisi, yang di bawah berpindah ke atas dan sebaliknya.
6.3 Tangan kiri ditarik dan digesekan ke pinggang kiri melalui pusar
menggunakan pisau tangan. Siku tangan kiri ke belakang. Tangan
kanan menusuk menukik ke bawah tengah.
11
6.4 Tahan sebentar, kemudian kembali ke posisi siap. Dilanjutkan
sampai 15 langkah.
6.5 Untuk kaki kanan depan, posisi tangan sebaliknya. Pandangan
tangan ikuti tusukan tangan.
7. Jurus dasar 7 :
7.1 Kuda-kuda kiri depan, tangan kiri ditarik ke dada kanan dengan
telapak menghadap ke bawah, siku ke depan, sedangkan tangan
kanan ditarik ke belakang dengan siku lurus sebahu dan
telapaknya menghadap ke depan, di belakang kepala. Mata ikuti
ke samping belakang.
7.2 Telapak tangan kiri dibalik menghadap ke atas sambil digesek ke
arah pinggang melalui uluhati, tangan satunya membacok ke
depan dengan siku tanan lurus menuju kea rah pinggang kiri,
seirama/bersamaan dengan tangan kiri. Yang dibacok adalah
bayangan kita sendiri dalam cermin, yaitu dada, uluhati dan
pinggang.
7.3 Pandangan mata ikuti bacokan tangan. Tahan sebentar di
pinggang, kemudian kembali posisi siap dan dilanjutkan sampai
15 langkah.
8. Jurus dasar 8 :
8.1 Seperti jurus dasar 6, kuda-kuda kiri depan kedua tangan di
pinggang kanan, telapak saling berhadapan.
8.2 Kedua tangan diputar berpindah posisi.
8.3 Tangan kanan menusuk ke arah tenggorokan bayangan sendiri
dan pisau tangan kiri menggesek ke pusar. Tahan sebentar
kemudian kembalikan ke posisi siap. Dilanjutkan sampai 15
langkah.
8.4 Siku tertahan sedikit sewaktu menusuk ke depan dan pandangan
mata ikuti arah tusukan.
9. Jurus dasar 9 :
9.1 Kuda-kuda kiri depan, tangan kiri ditekuk/dilipat tegak lurus
dengan telapak tangan menghadap ke dalam dan telapak tangan
12
kanan ditempelkan pada siku kiri bagian dalam, siku kanan tidak
turun.
9.2 Telapak tangan kiri dibalik berproses sambil telapak tangan kanan
menggesek ke atas sehingga kedua telapak bertemu di depan di
antara dua mata membentuk segitiga.
9.3 Telapak tangan saling menggesek dengan cara tangan kanan
diayunkan ke atas belakang dan telapaknya menghadap ke depan.
Sedangkan tangan kiri ditekan ke bawah belakang dan telapaknya
menghadap ke belakang.
9.4 Bila kuda-kuda kanan depan, dilakukan sebaliknya. Posisi telapak
tangan diatas belakang dan di bawah belakang dipertahankan
sebentar kemudian kembali ke posisi siap dan dilanjutkan sampai
15 langkah.
10. Jurus dasar 10 :
10.1 Kedua tangan diturunkan kebawah, badan tetap tegak, telapak
tangan menghadap ke depan.
10.2 Kedua tangan diangkat ke atas, silangkan pergelangan tangan di
antara mata, lalu silangan diangkat ke atas ubun-ubun, telapak
tangan masih menghadap ke bawah.
10.3 Kedua telapak tangan dibalik menghadap ke atas, posisi tangan
atas bawah tetap tidak berubah.
10.4 Kedua tangan merobek, tangan yang di bawah menggesek
sehingga jari tengah lepas dari jari tengah berjarak sebatas
kepala.
10.5 Tahan sebentar, kemudian kembali ke posisi siap.
10.6 Kuda-kuda kiri depan, tangan kiri di bawah sewaktu di atas
kepala. Pandangan mata mengikuti tangan dari bawah sampai ke
atas ubun-ubun.
2. Olah Nafas
“ Olah nafas adalah pengaturan nafas”. (Drs. Maryanto, 1996: 23).
13
Pada olah raga biasa, kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi
karena selama melakukan gerakan pola nafas tetap biasa, artinya semakin
berat intensitas gerakan akan diikuti oleh cepatnya pernafasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh, sehingga kekurangan oksigen
relatif hanya terjadi pada otot-otot yang digerakan. Sedangkan pada
pelatihan gerak (jurus) Satria Nusantara dilakukan dengan menahan nafas
atau anaerob selama ± 30 – 45 detik, sehingga tubuh benar-benar
kekurangan oksigen (Hipoxic).
3. Olah konsentrasi
“Olah konsentrasi adalah pembagian fokus pikiran”. (Drs. Maryanto,
1996: 30).
Dalam setiap melakukan aktifitas olah konsentrasi sangat diperlukan,
agar setiap aktifitas yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
C. Hidup Sehat Dengan Seni Pernafasan Satria Nusantara
Pada prinsipnya tubuh mempunyai obat yang sangat mujarab yang
dinamakan anti bodi. Penyakit apapun pada dasarnya adalah karena terjadinya
disfungsional pada organ, kelenjar maupun jaringan tubuh. Penyakit infeksi
tidak akan berkembang apabila tubuh memiliki anti bodi yang kuat. Orang
terkena penyakit infeksi karena terjadi disfungsional pada produksi anti
bodinya. Dengan melakukan latihan Seni Pernafasan Satria Nusantara yang
bersifat anaerob, maka sel-sel tubuh akan menjadi lebih tegar dan mampu
menghadapi keadaan yang kurang menguntungkan serta meningkatnya
system kerja antibodi.
Selain mengikuti pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara untuk
mencapai derajat kesehatan dinamis yang baik, perlu diperhatikan faktor-
faktor pendukung lainnya, antara lain :
1. Pola makan
Pola makan yang salah satunya menyebabkan seseorang mudah
terkena penyakit yang berhubungan dengan metabolisme.
14
Tidak ada larangan makan makanan yang enak dan lezat, asalkan
konsekuensinya banyak kerja dan olah raga. Sesuaikan antara yang masuk
dan yang keluar sehingga selalu terjadi keseimbangan dalam tubuh.
2. Pola hidup
Faktor penentu ada dalam diri kita sendiri, yaitu berupa spiritual
dalam mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Apa yang kita
terima adalah yang terbaik untuk diri kita menurut Allah, Yang Maha
Mengetahui. Tawakal dan pasrah dalam hidup adalah kunci untuk
menangkal penyakit yang berhubungan dengan faktor stress.
3. Pola lingkungan
Manusia hidup tidak bisa lepas dari lingkungannya. Polusi makro
berupa pencemaran dan rusaknya alam serta polusi mikro dalam kantor
dan rumah tangga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Kebersihan dan hati-hati terhadap faktor alergen adalah
pencegahan terbaik agar penyakit yang berhubungan dengan lingkungan
hidup tidak menganggu kita.
Apabila ketiga pola tersebut di atas mampu kita kendalikan dengan
baik, maka artinya kita sudah mencegah terjadinya penyakit maupun
mengurangi faktor penyebabnya. Selanjutnya pola latihan seni pernafasan
akan mengobati sekaligus meningkatkan derajat kesehatan dinamis kita.
Perlu diingat bahwa penyakit itu terjadi karena adanya kekacauan
fungsi biolistrik pada organ, kelenjar maupun jaingan yang bersangkutan.
Peserta dapat mengadakan swahusada (pengobatan diri sendiri) dengan
menambah porsi latihan untuk jurus-jurus yang berhubungan dengan
organ, kelenjar atau jaringan yang terganggu tersebut.
D. Manfaat Meditasi
Manfaat duduk nafas adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kapasitas vital paru;
2. Melatih otot pernafasan pembantu, otot dinding perut dan dasar panggul;
3. Meningkatnya penyerapan oksigen oleh organ-organ;
15
4. Meningkatnya fungsi syaraf outonom sehingga metabolisme tubuh
meningkat;
5. Meningkatnya derajat kesehatan fisik berupa normalnya fungsi
organ/kelenjar dan kesehatan mental;
6. Mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap stress, tidak mudah
tersinggung, sabar, tekun melakukan sesuatu yang sulit dan bermental
positif;
7. Melambatnya denyut jantung dan tekanan darah yang menuju ke normal;
8. Meningkatnya fungsi system lambung-usus sehingga memperbaiki fungsi
pencernaan dan penyerapan makanan serta buang kotoran. (DR. Drs. H.
Maryanto, MM.1993: 19).
16
BAB III
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap anggota Lembaga Seni Pernafasan Satria
Nusantara Slawi, yaitu suatu lembaga seni pernafasan yang didirikan oleh DR. H.
Maryanto. berpusat di Yogyakarta yang bergerak dibidang olah nafas menjadi
suatu seni untuk meningkatkan derajat kesehatan anggotanya dari mengidap suatu
penyakit menjadi sembuh dalam arti mampu beraktifitas secara normal dan tidak
tergantung terhadap obat-obatan, serta sehat dalam artian mampu bertahan dalam
keadaan cuaca seburuk apapun dan mampu beraktivitas secara rutin tanpa keluhan
kesehatan.
Tempat penelitian di lakukan pada Lembaga Seni Pernafasan Satria
Nusantara Unit Latihan SMA Negeri 3 Slawi dengan alasan masih dalam lokasi
sekolah dan, penulis banyak mengenal pelatih, pengurus maupun anggota peserta
latihan.
Penelitian dilaksanakan selama 9 (sembilan) kali pelatihan/hari, yaitu pada
tanggal 2 hingga 30 Maret 2010, dengan alasan pada saat pelatihan tersebut
anggota Satria Nusantara banyak berkumpul sehingga lebih mudah untuk
melakukan wawancara, pengamatan dan pembagian kuisioner.
Sumber data primer yang digunakan adalah Pelatih dan Pengurus Lembaga
Satria Nusantara Kabupaten Tegal dan anggota yang aktif latihan dengan rincian
sebagai berikut :
No Sumber data primer Jumlah Keterangan
1 Pelatih 2 Orang
2 Pengurus 2 Orang
3 Anggota Penderita penyakit Hypokinetik 6 Orang
4 Anggota Ex Penderita Penyakit Metabolisme 6 Orang
5 Anggota Ex Penderita Penyakit Jantung
Pembuluh Darah 6 Orang
6 Anggota Ex Penderita Penyakit Psikosomatis 6 Orang
17
Satria Nusantara dengan metode khusus berusaha mengembangkan potensi
yang ada dalam tubuh manusia dengan tiga unsur kekuatan, yaitu olah gerak, olah
nafas dan olah konsentrasi untuk membangkitkan inner power yang berfungsi
memacu anti bodi dan menenangkan gelombang otak sehingga tubuh akan mampu
menyembuhkan diri sendiri (self healing) dari penyakit yang bersifat
disfungsional, psikosomatis dan metabolisme, meningkatkan stamina dan
endurance, serta pengembangan untuk penyembuhan orang lain dan beladiri pasif.
A. Mekanisme Penyembuhan dan Penyehatan Melalui Pelatihan Seni Pernafasan
Satria Nusantara
Mekanisme penyembuhan dan penyehatan melalui pelatihan seni
pernafasan Satria Nusantara, melalui beberapa olahan yakni olah gerak/olah
raga, olah nafas dan olah konsentrasi.
1. Olah Gerak
Olah gerak dalam Seni Pernafasan Satria Nusantara dinamakan
jurus, yang terdiri atas sepuluh gerakan dasar yang mudah, dan dapat
dilakukan oleh siapa saja dari anak-anak sampai orang tua.
Dilihat dari Ilmu Faali, jurus Seni Pernafasan Satria Nusantara
termasuk dalam kriteria olah raga kesehatan. Sebagaimana olah raga
kesehatan pada umumnya, maka gerak dalam jurus Satria Nusantara dapat
meningkatkan derajat kesehatan, memperbaiki dan bahkan menyembuhkan
penyakit-penyakit non infeksi yang meliputi :
a.Penyakit Hypokinetik
Yaitu penyakit kelemahan jasmani (loyo), yang banyak dijumpai pada
orang yang kurang bergerak. Bila bergerak atau bekerja, orang ini akan
lekas lelah dan nafas terengah-engah karena kemampuan kerja fisiknya
yang rendah.
b.Penyakit olah daya (metabolisme)
- Penyakit jantung koroner;
- Penyakit gula (Diabetes Mellitius);
- Kelebihan lemak darah (hyperlipidemia).
c. Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Penyakit jantung dan pembuluh darah;
18
- Penyakit tekanan darah (tinggi/rendah);
- Stroke.
d.Penyakit psikosomatik
-Penyakit lambung/maag (gastritis);
-Penyakit bengek/asma;
-Penyakit kulit eczema/dermatitis.
Selain itu gerak dalam Senam Satria Nusantara akan meningkatkan
derajat kesehatan, dalam arti :
-Memperluas pergerakan persendian;
-Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta urat;
-Meningkatkan kemampuan saraf untuk mengkoordinasikan gerak;
-Memperkuat perangkat pendukung gerak, yaitu jantung dan paru; dan
-Memperlancar peredaran darah.
2. Olah Nafas
a. Nafas Gerak / Jurus
Perbedaan yang mendasar anatara senam / olah raga biasa dengan
gerak jurus di Satria Nusantara adalah pada pola nafas. Pada olah raga
biasa, kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi karena selama
melakukan gerakan pola nafas tetap biasa, artinya semakin berat
intensitas gerakan akan diikuti oleh cepatnya pernafasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh, sehingga kekurangan
oksigen relatif hanya terjadi pada otot-otot yang digerakan. Pada gerak
jurus Satria Nusantara justru dilakukan dengan menahan dan menekan
nafas diperut (± 2-3 jari di bawah pusar) selama gerakan yaitu antara 30
s/d 45 detik yang dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 40 kali
dengan jeda istirahat antara jurus yang satu dengan yang lain ± 5 detik,
sehingga seluruh tubuh benar-benar kekurangan oksigen termasuk sel-
sel.
Seperti diketahui dalam biologi, bahwa sel adalah merupakan
kesatuan hidup terkecil yang ada dalam tubuh manusia. Secara biologis
kehidupan dan kesehatan manusia sangat tergantung pada kehidupan
dan kesehatan sel-selnya. Dengan tetap menahan nafas selama bergerak
19
(anaerob), sama dengan melatih sel untuk tetap bertahan tegar dalam
menghadapi kekurangan oksigen (hipoxia). Sehingga pada saat bernafas
biasa sel-sel akan sangat fresh dan mampu melakukan tugasnya secara
maksimal. Efek fisiologis dari keadaan hipoxia juga menyebabkan
bertambahnya jumlah Hb darah. Inilah olah kanuragan Satria Nusantara
pada tingkat sel, sehingga anggota Satria Nusantara (dengan catatan
yang aktif) akan selalu kelihatan awet muda, berusia panjang, aktif dan
relatif lebih mampu bertahan dalam cuaca buruk dibandingkan orang
biasa.
Mekanisme Satria Nusantara yang melatih sel-sel tubuh untuk
mampu bertahan dalam kondisi kekurangan oksigen selama bergerak,
dapat mencegah dan bahkan menyembuhkan penyakit keganasan
(kanker). Karena sel-sel ganas pada umumnya mempunyai olah daya
yang sangat tinggi dan membutuhkan oksigen yang yang lebih banyak
untuk pertumbuhan ganasnya, sehingga apabila mengalami kekurangan
oksigen, sel-sel ganas tersebut akan lebih dahulu terganggu ketingkat
yang lebih fatal sementara sel-sel normal masih mampu bertahan. Ini
bisa dibuktikan oleh banyak anggota yang sebelumnya terkena kanker
payudara dan kanker rahim, setelah mengikuti pelatihan Satria
Nusantara secara aktif pertumbuhan keganasannya berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang.
Kondisi Hipoxia selama melakukan jurus Satria Nusantara juga
merangsang dan meningkatkan kemampuan elemen-elemen ketahanan
tubuh (anti bodi) termasuk meningkatkan kemampuan sel darah putih
untuk mengadakan perlawanan yang lebih aktif terhadap kuman,
bakteri maupun virus yang masuk kedalam tubuh. Selain itu pelatihan
Hipoxia membuat orang lebih tahan terhadap akibat serangan kardio
vascular, khususnya yang bersifat iskemia yaitu kekurangan pasokan
darah yang berarti juga kekurangan oksigen bagi sel-sel jaringan yang
bersangkutan. Misalnya Iskemia Stroke (otak) dan Iskemia Miokard
(jantung), karena sel-selnya telah terbiasa dengan kekurangan oksigen.
20
Hipoxia juga menyebabkan meningkatnya keasaman jaringan
tubuh yang merangsang pembuluh-pembuluh kapiler dan artiole kecil,
sehingga pembuluh melebar dan darah yang mengalir ke jaringan lebih
banyak serta memperkecil hambatan terhadap aliran darah. Dengan
demikian pada saat dalam kondisi bernafas biasa tekanan darah akan
cenderung menuju ke normal dan kebutuhan syaraf-syaraf akan oksigen
dan listrik tubuh terpenuhi sehingga menyembuhkan penyakit hambatan
syaraf seprti buyuten dan sulit memegang benda kecil.
Mekanisme pernafasan perut memperlancar aliran darah balik dari
vena-vena di daerah perut menuju ke jantung. Hal ini disebabkan
karena pada waktu menghisap nafas tekanan di rongga perut meningkat
sedangkan tekanan di rongga dada menurun. Tekanan nafas di bawah
perut yang benar akan berfungsi sebagai jantung kedua yang efisien
dan meringankan kerja jantung baik sewaktu memompa maupun
menghisap darah sehingga tekanan darah menuju ke normal. Selain itu
tekanan nafas di bawah perut akan mempersempit ruang perut dan
menghasilkan tekanan yang besar sehingga seluruh organ diperut dan
sekitarnya dibatasi dalam ruang sempit yang berakibat terjadinya efek
pemijatan, hal ini mengakibatkan keluarnya kotoran-kotoran dan racun
yang berada dalam organ-organ tersebut seperti batu ginjal, batu
empedu dan lain-lain.
Tekanan terhadap organ dalam perut juga merupakan rangsangan
mekanik yang akan mengaktifkan dan menormalkan fungsi hati, alat
reproduksi, pancreas, ginjal dan gerak peristaltic alat-alat pencernaan
dari mulai lambung sampai ke usus besar.
Penahanan nafas yang lama menyebabkan susasana darah menjadi
semakin asam, sehingga electron bebas dari lingkungan banyak diserap
ke dalam tubuh yang kemudian dengan gerakan-gerakan jurus, energi
dan electron yang diserap oleh tubuh diarahkan keseluruh jaringan,
kelenjar dan organ lain, sehingga seluruh organ tubuh mendapat suplai
energi dan electron yang cukup.
21
Tekanan nafas bawah perut (dua/tiga jari di bawah pusar)
menimbulkan efek kegel, yaitu sama dengan melatih otot dubur dan
qubul berkontraksi dengan kuat sehingga memperbaiki dan memperkuat
elastisitas otot-ototnya, menyembuhkan ambeien, hernia dan
menyembuhkan impotensi pada derajat tertentu, serta meningkatkan
kualitas dan kuantitas seks.
Selain itu penekanan nafas di bawah pusar juga akan memberikan
rangsangan peristaltic organ rahim, sehingga organ rahim akan bergerak
kearah normal, memacu indung telur untuk lebih aktif dan memperbaiki
system kerja rahim dengan efek menyembuhkan rasa sakit ketika
menstruasi dan mempermudah untuk memperoleh keturunan.
b. Nafas Duduk / Meditasi
Selain dilatih pernafasan gerak (jurus) anggota Satria Nusantara
juga dilatih pernafasan duduk (meditasi) yang dilakukan pada saat
sebelum nafas jurus sebagai warming up dan sesudah nafas jurus
sebagai cooling down.
Pada pernafasan duduk anggota Lembaga Seni Pernafasan Satria
Nusantara dilatih berbagai teknik perlakuan nafas yaitu dari nafas dua
sama sisi, segi tiga sama sisi, segi enam dan nafas bulat. Namun untuk
tingkat awal anggota diajarkan pernafasan segi tiga, yaitu tarik nafas
secara pelan, tahan tekan bawah pusar kemudian dikeluarkan secara
pelan dengan ritme sama panjangnya antara penarikan, penahanan dan
pengeluaran nafas dengan durasi waktu minimal dari sepuluh menit
sampai satu jam. Sasaran dari olah nafas ini adalah melambatnya reflek
pernafasan dan melambatnya frekwensi gelombang otak sehingga
keadaan fisiologis benar-benar rileks.
Perlu diketahui bahwa system kerja otak, jantung dan paru-paru
sangat erat hubungannya. Satu-satunya yang bisa mengendalikan
frekuensi gelombang/ ketenangan otak hanyalah pulsa (denyut) jantung,
sedangkan satu-satunya yang bisa mengendalikan pulsa jantung
hanyalah paru-paru atau pernafasan.
22
Gelombang otak sangat mempengaruhi fungsi pusat syaraf
otonom yang mengendalikan sistem kerja organ dalam seperti hati,
jantung, pancreas, ginjal dan lain sebagainya. Korelasinya Seseorang
yang terkena penyakit maag, darah tinggi, diabetes atau yang lainnya
apabila mendapatkan masalah yang mengganggu pikirannya, maka
cenderung akan memperparah penyakitnya.
Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan anggota
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Slawi Unit Latihan SMA
Negeri 3 Slawi dapat diketahui bahwa terjadi penyembuhan dan
peningkatan kesehatan yang sangat signifikan bagi peserta pelatihan
seni pernafasan khususnya untuk penyakit non infeksi, dalam artian dari
menderita suatu penyakit menjadi sembuh dengan tidak lagi
ketergantungan terhadap obat-obatan yang sebelumnya dikonsumsinya,
dan menjadi sehat dalam artian dapat beraktivitas sehari-hari secara
normal tanpa gangguan kesehatan.
B. Mekanisme Pengendalian Emosi Melalui Pelatihan Seni Pernafasan Satria
Nusantara
Sebagaimana diketahui bahwa system kerja otak, jantung dan paru-
paru sangat erat hubungannya. Satu-satunya yang bisa mengendalikan
gelombang/ketenangan otak hanyalah pulsa (denyut) jantung, sedangkan satu-
satunya yang bisa mengendalikan pulsa jantung hanyalah paru-paru atau
pernafasan. Fenomena ini dapat diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai berikut :
1. Seseorang yang sedang melakukan olah raga berat misal melakukan lari
cepat atau gerak lain yang membuat nafasnya terengah-engah, maka ia
akan sulit untuk berpikir, pertanyaan perkalian yang sangat mudahpun
akan membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan jawabannya.
2. Seseorang yang melihat sesuatu yang menakutkan, maka jantungnya akan
berdebar-debar dan nafasnyapun akan terengah-engah;
3. Seseorang yang sedang melakukan suatu pekerjaan yang membutuhkan
konsentrasi tinggi, contoh yang gampang misalnya memasukan benang
23
ke dalam lobang jarum maka orang tersebut akan berusaha menenangkan
pikirannya dan berkonsentrasi penuh untuk memasukan benang, secara
reflek nafasnya akan pelan atau bahkan menahan nafas.
4. Seseorang yang tengah marah apabila disuruh bernafas panjang yang
dilakukan secara berulang-ulang, maka emosinya akan cenderung stabil.
Pada kondisi pelatihan duduk nafas atau meditasi diam, anggota
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara pada awalnya dilatih bernafas segi
tiga sama sisi yaitu tarik, tahan tekan kira-kira dua jari dibawah pusar dan
keluar dengan siklus waktu antara 10 sampai 30 detik per sisi, yang kemudian
pada tingkat delapan diharapkan anggota bisa mencapai 330 detik per sisi
(dengan perhitungan 33 kali dzikir secara pelan La ilaha ilallah, perdzikir
equivalen 10 detik). Dari kondisi pelatihan tersebut awalnya gelombang otak
memasuki Gelombang Alfa pada frekuensi 8-11 Hz, namun setelah beberapa
saat gelombang otak semakin melambat menuju pada frekuensi 4-8 Hz, yang
apabila dilanjutkan akan mencapai frekuensi 1- 3Hz atau bahkan 0,1 Hz yang
berarti akan lebih lambat dari gelombang tidur yang paling nyenyak sekalipun.
Refleksi dari pelatihan duduk nafas, diharapkan dalam keadaan normal
tanpa gerak fisik anggota Satria Nusantara mampu bernafas bernafas 4 sampai
6 kali per menit, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap frekwensi
gelombang otak yang semakin tenang, lebih stabilnya fungsi saraf outonom
dan semakin meningkatnya tonus / fungsi para simpatis sehingga lebih
percaya diri, tidak mudah terserang stress dan penyakit-penyakit psikosomatis.
Dengan melakukan pernafasan Satria Nusantara, hasil gelombang otak
menampilkan pola yang teratur dan stabil, yang disebut gelombang alfa.
Gelombang tersebut mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap stress, tidak
mudah tersinggung, sabar, tekun melakukan sesuatu yang sulit dan mental
positif lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh DR. Haryadi mengenai respon
(Beda Kadar Pre dan Post Test) ACTH dan Kortisol yang dilakukan terhadap
kelompok perlakuan Pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara dan
kelompok kontrol terjadi kenaikan yang sangat signifikan sebagai berikut :
24
Kelompok ACTH Kortisol
PerlakuanKontrol
7,5261 + 11,79-3,0200 + 6,58
1,6100 + 2,370,4543 + 2,33
Setelah dilakukan uji statistic, hasil tersebut diatas menunjukan adanya
perbedaan nyata (p<0,05).
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1. Peningkatan hormon anti stress ACTH yang lebih besar pada anggota
Pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara dan menunjukan bahwa
peserta pelatihan memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap stress,
lebih sabar dan lebih bisa mengendalikan diri;
2. Peningkatan hormon Kortisol pada batas tertentu pada anggota Seni
Pernafasan Satria Nusantara menunjukan bahwa anggota Seni Pernafasan
Satria Nusantara memiliki Imun (kekebalan tubuh yang lebih baik)
terhadap penyakit. Jumlah hormon Kortisol yang cukup banyak juga
menimbulkan perasaan gembira.
Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan anggota
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Slawi Unit Latihan SMA Negeri 3
Slawi dapat diketahui bahwa latihan seni pernafasan sangat membantu
peningkatan ketahanan terhadap stress, pengendalian emosi dan lebih sabar.
C. Meningkatnya Kualitas Hidup Melalui Pelatian Seni Pernafasan Satria
Nusantara
Selain olah nafas, yang membedakan antara olah raga/senam biasa
dengan senam/jurus pada Seni Pernafasan Satria Nusantara adalah pada
konsentrasi. Pada olah raga biasa konsentrasi kurang begitu berperan,
sedangkan pada Pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara konsentrasi
memegang peranan penting.
Olah konsentrasi pada Pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara
dibedakan sebagai berikut:
A. Olah konsentrasi pada Duduk Nafas
Olah konsentrasi pada nafas duduk yaitu ketika menarik nafas
konsentrasi diarahkan ke hidung, turun ke paru kemudian ke bawah
pusar. Ketika menahan nafas konsentrasi diarahkan ke penekanan perut
25
kira-kira dua atau tiga jari dibawah pusar, sedangkan ketika
mengeluarkan nafas konsentrasi diarahkan keseluruh tubuh dengan niat
mendorong penyakit jasmani maupun rohani.
2. Olah Konsentrasi pada Gerak Jurus
Olah konsentrasi pada gerak jurus dilakukan untuk merasakan dan
memperhatikan arah gerakan serta bagi yang muslim sambil berdzikir La
Illaha Ilallah dalam hati.
Kekurangan oksigen adalah akut karena akan terjadi kekacauan
gelombang otak. Fenomena ini akan terlihat jelas pada anggota yang
baru, mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi menghapalkan gerak
jurus meskipun gerakannya sangat mudah. Dalam pelatihan Seni
Pernafasan Satria Nusantara secara tidak langsung anggota dilatih untuk
tetap sadar dan bisa berfikir secara benar meskipun kondisinya terjepit
karena kekurangan oksigen.
Dengan pelatihan Seni Pernafasan Satria Nusantara selain meningkatkan
derjat kesehatan peserta dari menderita suatu penyakit menjadi sembuh
dalam artian tidak tergantung pada obat-obatan dan menjadi sehat dalam
artian mampu bertahan dalam kondisi cuaca apapun, juga terjadinya
kemampuan berpikir secara jernih dalam kondisi terjepit sehingga
kualitas sumber daya manusianya atau kualitas hidup meningkat.
Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan anggota
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara Slawi Unit Latihan SMA Negeri 3
Slawi didapat pengakuan bahwa dengan pelatihan seni pernafasan terjadi
peningkatan kemampuan berpikir dan lebih bisa menganalisa suatu masalah
dan mencari solusinya, sehingga secara umum kualitas hidupnya meningkat
signifikan dibanding sebelum mengikuti pelatihan Seni Pernafasan Satria
Nusantara.
26
BAB IV
PENUTUP
Disadari atau tidak bahwa faktor usia yang meningkat dan kurangnya
berolah raga sangat berpengaruh terhadap penurunan kemampuan fungsi tubuh,
ditambah pola hidup yang tidak teratur, polusi alam dan semakin banyaknya
radiasi gelombang elektromagnetik dari alat-alat elektronik di sekitar kita yang
sangat mempengaruhi fungsi otak, maka kian lengkaplah faktor yang
menggerogoti fisik dan psikis kita.
Seni Pernafasan Satria Nusantara dengan metode perpaduan antara gerak,
nafas dan konsentrasi memberikan solusi untuk membangkitkan inner power yang
berfungsi memacu anti bodi dan menenangkan gelombang otak sehingga tubuh
akan mampu menyembuhkan diri sendiri (self healing) dari penyakit yang bersifat
disfungsional, psikosomatis dan metabolisme, serta meningkatkan stamina dan
endurance.
A. Kesimpulan
1. Jurus-jurus seni pernafasan dalam Satria Nusantara memenuhi kriteria
olahraga kesehatan.
2. Dibandingkan dengan olahraga kesehatan pada umumnya, maka seni
pernafasan dalam Satria Nusantara adalah lebih baik oleh karena secara
serentak membina aspek jasmani, rohani dan sosial sehingga merupakan
olah manusia seutuhnya.
3. Penahanan nafas selama melakukan jurus-jurus menyebabkan terjadinya
keadaan hypoxic-anaerobik yang merupakan rangsangan bagi peningkatan
kesehatan dan kemampuan sel-sel dalam meningkatkan metabolisme
tubuh.
4. Tenaga dalam ditinjau dari sudut ilmu faal adalah ketegaran, ketahanan
dan vitalitas sel-sel tubuh dari seni pernafasan Satria Nusantara.
5. Analisa ilmu faal menunjukan adanya potensi yang besar dari seni
pernafasan Satria Nusantara terhadap pencegahan dan penyembuhan
penyakit melalui mekanisme pelatihan hypoxic-anaerobik terhadap sel-sel
tubuh.
27
6. Frekuensi latihan seni pernafasan Satria Nusantara yang terbaik ialah 3-
5x/minggu.
7. Latihan seni pernafasan Satria Nusantara bisa sebagai salah satu alternatif
untuk menyembuhkan penyakit, meningkatkan derajat kesehatan dan
sumber daya manusia seutuhnya.
8. Latihan seni pernafasan Satria Nusantara sangat membantu peningkatan
ketahanan terhadap stress, pengendalian emosi dan lebih sabar.
B. Saran
1. Perlu keterlibatan diri pribadi secara langsung dalam seni pernafasan
Satria Nusantara, agar memperoleh manfaat langsung dari pengolahan seni
pernafasan dalam dirinya.
2. Perlu diusahakan adanya kesempatan menjalani latihan seni pernafasan
Satria Nusantara minimal 3x/minggu sesuai prinsip pelaksanaan olahraga
kesehatan pada umumnya.
3. Pada setiap pelaksanaan latihan perlu ditekankan agar peserta benar-benar
menghayati maksud dan tujuan latihan, agar dapat diperoleh manfaat yang
maksimal bagi kesehatan raga dan jiwanya.
4. Pada setiap latihan, semua peserta hendaknya selalu lebih dahulu
menjalani seluruh jurus dasar dan pengendalian sebelum melakukan
latihan khusus sesuai tingkatannya masing-masing demi memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesehatannya.
5. Perlu sosialisasi lebih intensif kepada masyarakat agar lebih mengenal
seni pernafasan Satria Nusantara sebagai sarana meningkatkan kualitas
hidup manusia.
28
DAFTAR PUSTAKA
Buana Jaya. Sidartanto. 1993. Meditasi Statik dan Dinami. CV. Aneka: Solo.
Djuhari, O. Setiawan. 2001, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Yrama Widya: Bandung.
Haryadi, Suparto, 2002. Satria Nusantara Suatu Telaah dari Segi Kesehatan. LSP Satria Nusantara Pusat: Yogyakarta.
Giriwijoyo. Santoso. 1991. Penyehatan dan Penyembuhan Diri Melalui Olah Seni Bela Diri Tenaga Dalam Satria Nusantara. WiraRipta Program: Bandung.
Jaelani, AF. 1995. Potensi Meditasi dan Tenaga Dalam Ditinjau Hakikatnya dari Berbagai Aspek. CV Aneka: Solo.
Kuswadi, Dadi, 2002. Penyembuhan dengan Teknik Pernafasan, LSP Satria Nusantara Slawi: Slawi.
Maryanto. 1991. Hakekat Seni Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara Ditinjau dari Pendekatan Ilmiah dan Manfaat yang ditimbulkannya. WiraRipta Program: Bandung.
Maryanto. 1995. Ilmu Satria Nusantara. Yayasan Satria Nusantara: Yogyakarta.
Maryanto. 2000. Ilmu Satria Nusantara II. Yayasan Satria Nusantara: Yogyakarta.
Razak Thaha, Abdul, dkk, 2000. Kemampuan Fisik dan Gambaran Kepribadian Peserta Latihan Seni Pernafasan Satria Nusantara Sulawesi Selatan. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T): Provinsi Sulawesi Selatan.
Saifuddin Anshari. Endang. 1991. Latihan Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara Tinjauan dari Sudut Pandang Muslim. WiraRipta Program: Bandung.
Santoso Wibowo, Bob. 2005. Peranan Neurofisiologi Klinik Dalam Aplikasi Diagnostik Kini dan Masa Datang. Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Syaraf. Universitas Indonesia: Jakarta.
Syafrianur, 2000. Panduan Penyembuhan Tenaga Dalam Satria Nusantara. Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Penyembuhan Tenaga Dalam: Surabaya.
29