kel i mp ah an mak rob h en t os d i perai ran pu l au tu

16
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/321747125 Kelimpahan Makrobhentos di Perairan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan besar, Provinsi Banten Conference Paper · November 2017 CITATIONS 0 10 authors, including: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Counteracting Loss of Biotechnological Resources & Ecosystem Functions caused by potentially Climate Change-driven Sponge Invasions into Indonesian Coral Reefs View project Identifikasi, Klasifikasi dan Kuantifikasi Habitat dan Vegetasi Bawah Air di Perairan Dangkal dengan Metode Akustik dan Satelit Penginderaan Jauh View project Beginer Subhan Bogor Agricultural University 64 PUBLICATIONS 83 CITATIONS SEE PROFILE Denny Khairudi Bogor Agricultural University 4 PUBLICATIONS 19 CITATIONS SEE PROFILE Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan Wildlife Conservation Society 13 PUBLICATIONS 21 CITATIONS SEE PROFILE Hawis Madduppa Bogor Agricultural University 93 PUBLICATIONS 219 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Beginer Subhan on 12 December 2017. The user has requested enhancement of the downloaded file.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/321747125

Kelimpahan Makrobhentos di Perairan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan besar,

Provinsi Banten

Conference Paper · November 2017

CITATIONS

0

10 authors, including:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Counteracting Loss of Biotechnological Resources & Ecosystem Functions caused by potentially Climate Change-driven Sponge Invasions

into Indonesian Coral Reefs View project

Identifikasi, Klasifikasi dan Kuantifikasi Habitat dan Vegetasi Bawah Air di Perairan Dangkal dengan Metode Akustik dan Satelit Penginderaan

Jauh View project

Beginer Subhan

Bogor Agricultural University

64 PUBLICATIONS   83 CITATIONS   

SEE PROFILE

Denny Khairudi

Bogor Agricultural University

4 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE

Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan

Wildlife Conservation Society

13 PUBLICATIONS   21 CITATIONS   

SEE PROFILE

Hawis Madduppa

Bogor Agricultural University

93 PUBLICATIONS   219 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Beginer Subhan on 12 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

Page 2: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu
Page 3: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu
Page 4: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu
Page 5: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

v

DAFTAR ISI Sambutan Kepala Loka PSPL Serang ......................................................................... i

Sambutan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten ................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... v

1. Potensi Kesesuaian Wilayah Wisata Selam di Pulau Tunda, Provinsi Banten ......... 1

2. Pemanfaatan Rubble Karang Jenis Acropora Branching Menjadi Tempat Hidup

Biota Laut Kembali dan Sumber Pemasukan Masyarakat di Pulau Tunda, Banten ... 11

3. Analisis Keberadaan Perifiton sebagai Bioindikator dalam Penentuan Zona

Kawasan Konservasi Perairan Pulau Tunda ............................................................ 19

4. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Provinsi

Banten ....................................................................................................................... 23

5. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tunda, Kabupaten Pandeglang,

Provinsi Banten ......................................................................................................... 33

6. Terumbu Karang di Perairan Pulau Tunda, Pulau Pamujan Besar, dan Pulau

Pamujan Kecil, Provinsi Banten ................................................................................. 45

7. Struktur dan Pola Sebaran Komunitas Asteroidea di Perairan Pulau Tunda,

Kabupaten Serang, Provinsi Banten .......................................................................... 51

8. Kondisi Komunitas Ikan Karang dan Implikasinya terhadap Potensi Wisata di Teluk

Lada dan Pulau Tunda Provinsi Banten ..................................................................... 63

9. Penilaian Struktur Komunitas dan Keterkaitan Ikan Terumbu pada Terumbu

Karang di Pulau Tunda, Banten ................................................................................ 75

10. Struktur Komunitas Makrozoobentos serta Implikasinya terhadap Lingkungan di

Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda, Banten ......................................................... 87

11. Kelimpahan Makrobhentos di Perairan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar,

Provinsi Banten .......................................................................................................... 97

Page 6: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

97

Kelimpahan Makrobhentos di Perairan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan besar, Provinsi Banten

Mohammad Iqbal Panggarbesi, Denny Khairudi, Prakas Santoso, Dedi Soedharma , Dondy

arafat, Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan, Beginer Subhan, Hawis Madduppa, Aditya Bramandito, Hollanda Arif Kusuma

Abstrak Invertebrata benthik atau yang disebut benthos sebagian hidupnya berada di dasar

perairan, baik sesil, merayap maupun menggali lubang. Memiliki motil yang rendah sehingga sering digunakan sebagai indikator lingkungan. Keberadaan benthos di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik itu biotik maupun abiotik. Pengamatan kelimpahan makro benthos menggunakan metode Belt Transect, yaitu metode yang digunakan untuk melihat kerusakan fisik dan kesehatan karang, namun dapat dimodifikasi untuk melihat kelimpahan dan keanekaragaman makro benthos. Pengamatan dilalukan pada tahun 2013, yakni Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar.

Pulau Tunda dan Pulau Pamujan berada di teluk banten yang merupakan salah satu pulau terluar di Provinsi Banten. Aktivitas di sekitar pulau pulau saat ini adalah kegiatan perikanan, pariwisata, dan ada beberapa aktivitas pertambangan pasir. Hasil penelitian bahwa Keanekaragaman makrobhentos di Pulau Tunda (bagian utara) dan Pulau Pamujan besar (utara dan selatan), memiliki tingkat kestabilan pada komunitas jenis dan keanekaragaman jenis yang rendah. Pada lokasi pengamatan Selatan dan Tenggara Pulau Tunda, memiliki keanekaragaman makrobhentos sedang, penyebaran makrobhentos sedang, dan kestabilan makrobhentos sedang. Nilai indeks keseragaman keseluruhan titik peneltian bahwa keseragaman jenisnya kecil dan komunitas tertekan

Keyword: Makrobhentos, keanekaragaman,

PENDAHULUAN

Invertebrata benthik atau yang disebut zoobenthos sebagian hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap maupun menggali lubang. Memiliki motil yang rendah sehingga sering digunakan sebagai indikator lingkungan. Zoobentos merupakan salah satu kelompok besar hewan yang ada di laut.

Keberadaan zoobenthos di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik itu biotik maupun abiotik, contohnya seperti ketersediaan makanan pada tingkat trofik makanan, selain itu juga parameter fisik maupun kimia dalam perairan. Penggolongan zoobenthos berdasarkan cara makannya (Knox, 1986), zoobenthos berperan dalam mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.

Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar secara geografis terletak di wilayah Teluk Banten. Aktivitas di sekitar pulau saat ini adalah kegiatan perikanan, pariwisata, dan ada beberapa aktivitas penambangan pasir, Pencemaran limbah dan run off dari sungai maupun daratan Teluk Banten serta aktivitas antropogenik mempengaruhi sebaran parameter fisik dan kimia perairan. Kepadatan dan keragaman jenis zoobentos yang

Page 7: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

98

ditemukan dapat dijadikan sebagai indikasi perairan. Selain sebagai indikasi perairan, zoobentos tertentu juga yang memiliki nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karena itu pengamatan zoobentos di perairan perlu dilakukan.

METODE DAN ANALISA DATA

Pengamatan kelimpahan zoobentos menggunakan metode Belt Transect, yaitu

metode yang digunakan untuk melihat kerusakan fisik dan kesehatan karang, namun dapat dimodifikasi untuk melihat kelimpahan dan keanekaragaman zoobentos. Metode ini digunakan untuk mengkaji dan memonitor komunitas zoobentos dengan kombinasi 2 (dua) teknik. Teknik pertama untuk mendeteksi perbedaan pengelompokkan zoobentos di lokasi-lokasi terumbu yang berbeda dengan menggunakan kategori kepadatan (abundance categories). Teknik kedua dengan menghitung keragaman jenis zoobentos sehingga dapat mengindikasikan kompleksitas / kondisi sehat atau tertekannya suatu sistem terumbu karang. Dalam pengamatan kali ini jenis benthos yang diamati adalah makrozoobentos. Makrozoobentos memiliki ukuran lebih besar dari 1 milimeter atau 0,04 inchi (Hutabarat dan Evans, 1985).

Pengamatan dilakukan bulan Agustus tahun 2012 di lokasi Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar.

• Metode belt transect ini adalah metode dengan membentangkan roll meter sepanjang

50 meter sejajar dengan garis pantai pada kedalaman tentatif tergantung kedalaman terumbu karang, dalam hal ini di kedalaman 5 – 7 meter.

• Setelah transek (roll meter) terpasang, pengamat menghitung/mengestimasi mega benthos dengan lebar transek 1 m ke kiri dan 1 m ke kanan. Pengamat mengambil data dengan cara selang-seling (zigzag), dapat dilihat dari Gambar 1.

• Tingkat kemahiran dalam mengidentifikasi makrozoobenthos melalui berbagai tahap latihan lapangan dan semakin seringnya seorang pengamat melakukan pendataan makrozoobentos. Beberapa buku yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi makrozoobentos yaitu Tropical Pasific Invertebrates oleh Colin dan Arneson tahun 1995.

• Data yang diambil adalah spesies dari makrozoobentos yang ditemukan, kecuali karang keras dan karang lunak, beserta jumlah yang ditemukan di dalam transek tersebut.

Gambar 1. Metode Belt Transect Untuk Makro Benthos

Page 8: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

99

PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan pada dua pulau, yakni Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar. Hasil yang ditemukan yakni 58 spesies/genus di dua pulau pengamatan adalah spesies Diadema setosum yang sering disebut bulu babi. Terdapat spesies/genus yang paling banyak ditemukan jumlah maupun kepadatannya, yakni di Pulau Tunda jenis Zoanthid, sedangkan di Pulau Pamujan Besar Filum Cnidaria.

Total Filum benthos yang ditemukan di seluruh pengamatan ada 8 Filum, yakni : Chordata, Crustacea, Porifera, Cnidaria, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelminthes, dan Annelida. Pulau Tunda ditemukan jenis spesies makrobenthos sebanyak 42 jenis dan 8 filum, sedangkan di Pulau Pamujan Besar terdapat 24 jenis spesies dan 7 filum. (gambar 1).

Gambar 1. Jumlah Spesies/Genus dan Filum di Seluruh Lokasi Pengamatan

3.1. Kepadatan Makrobenthos di Pulau Tunda

Pada Gambar 2. penyebaran jumlah spesies/genus yang ada di Pulau Tunda pada bagian di tenggara ditemukan 14 jenis spesies/genus dan 6 Filum, selatan Pulau Tunda ditemukan 33 spesies/genus dan 5 filum makrobenthos dan utara Pulau Tunda ditemukan 15 spesies/genus dan 7 Filum Makrozoobentos.

Gambar 2. Jumlah Spesies/Genus dan Filum Makrozoobentos yang ditemukan di Pulau

Tunda

Page 9: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

100

Ketiga lokasi pengamatan makrobenthos, lokasi yang memiliki perairan berarus adalah lokasi pengamatan Tenggara Pulau Tunda dan Utara Pulau Tunda. Diduga arus membatasi pergerakan makrozoobentos yang bukan sessil (menempel pada substrat). Gambar 3. menunjukkan kepadatan jenis makrobenthos yang ada di lokasi pengamatan Tenggara Pulau Tunda. Kepadatan makrozoobentos terbesar ditemukan pada spesies/ Clathria sp.sebanyak 5167 individu/ha yakni semacam spons atau filum Porifera yang bersifat sessil atau menempel pada substrat. Selain itu ditemukan jenis lili laut Crinoid sp. sebanyak 3167 individu/ha. Kategori other untuk makrozoobentos yang memiliki kepadatan sediki, yakni ditemukan : Oxycomanthus bennetti, Heteractis magnifica, Echinothrix calamaris, Diadema setosum, Cliona sp., dan Acanthaster planci. Lokasi ini ditemukan jenis Acanthaster planci atau yang sering dikenal bulu seribu. Bulu seribu merupakan predator dari hewan karang, tetapi kepadatan di lokasi pengamatan Tenggara Pulau Tunda hanya ditemukan sebesar 167 individu/ha.

Gambar 3. Kepadatan Makrozoobentos di Lokasi Pengamatan Tenggara Pulau Tunda

Pada gambar 4, di bagian Selatan Pulau Tunda merupakan lokasi pengamatan yang ditemukan jumlah spesies makrobenthos paling besar. Kondisi arus di lokasi ini cukup tenang. Jumlah spesies/genus yang ditemukan sebanyak 33 jenis dan 5 filum. kepadatan makrozoobentos terbesar adalah pada jenis Parazoanthus sp. sebesar 76000 individu/ha yang merupakan filum Cnidaria sessil atau menempel pada substrat yang dapat menginvasi luasan habitat karang. Zoanthid Jenis Parazoanthus sp. ini dapat mempengaruhi dominansi wilayah perairan karena ditemukan padat.

Page 10: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

101

Gambar 4. Kepadatan Makrozoobentos di Lokasi Pengamatan Selatan Pulau Tunda.

Kategori Other (lainnya) yang ditemukan adalah Linckia multifora, Hyotissa hyotis, Crinoid sp., Aplidiopsis sp., Hyotissa sp., Unidentified sponge, Rhopalea sp., Pedum spondyloideum, Ophiomastix janualis, Lopha cristagalli, Linckia laevigata, Echinothrix calamaris,. Echinostrephus sp., Dysidea sp., Colobometra perspinosa, Clathria sp., Phyllidia sp., Phallusia arabica, Petrosia Nigricans, Diadema setosum, Dendroderma maxima, Dactylospongia sp., Atrina vexillum, dan Acanthaster planci. Lokasi pengamatan Selatan Pulau Tunda juga ditemukan jenis Acanthaster planci dengan kepadatan 100 individu/ha. Pada Gambar 5, Lokasi pengamatan Utara Pulau Tunda ditemukan kepadatan makrozoobentos terbesar adalah jenis Parazoanthus sp. sebesar 386000 individu/ha. Kepadatan makrobenthos jenis Parazoanthus sp di lokasi pengamatan lebih ditemukan padat, dominansi jenis Parazoanthus sp. dapat mempengaruhi habitat karang hidup .Kategori other yang ditemukan di Utara Pulau Tunda meliputi Pseudoceratina verongiformis, Ophiothrix purpurea, Drupella sp., Clathria sp., Heteractis crispa, Bispira sp., dan Heteractis magnifica. Utara Pulau Tunda ditemukan jenis Drupella sp. sebanyak 400 individu/ha. Drupella sp. merupakan gastropoda filum Mollusca yang dapat memicu coral dissease.

Page 11: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

102

Gambar 5. Kepadatan Makrozoobentos di Lokasi Pengamatan Utara Pulau Tunda

3.2. Kepadatan Makrobenthos di Pulau Pamujan Besar Pulau Pamujan besar terletak berdekatan dengan Teluk Banten sehingga

masih terpengaruh sedimentasi dan pencemaran dari run off daratan Pulau Jawa. Hal ini mempengaruhi keragaman dan penyebaran jenis makrozoobentos pada ekosistem terumbu karang. Gambar 6. menunjukkan penyebaran jumlah spesies/genus yang ada di Pulau Pamujan Besar. Di Selatan Pulau Pamujan Besar ditemukan 20 jenis spesies/genus dan 6 Filum. Lokasi Pengamatan Utara Pulau Pamujan Besar ditemukan 6 spesies/genus dan 3 filum makrobenthos. Kondisi kecerahan perairan dan jarak pandang di dalam air di Pulau Pamujan besar cukup buruk sehingga dapat mempengaruhi kepadatan dan jumlah jenis makrobenthos yang hidup di ekosistem terumbu karang

Gambar 6. Jumlah Spesies/Genus dan Filum Makrozoobentos yang ditemukan di Pulau

Pamujan

Page 12: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

103

Lokasi Pengamatan Utara Pulau Pamujan Besar jenis makrozoobentos yang paling

banyak ditemukan adalah Zoanthid spesies Parazoanthus sp. Zoanthid bersifat invasif dengan terumbu karang. Secara visual Ekosistem terumbu karang pada lokasi yang sama dapat dikategorikan buruk sehingga jenis makrozoobentos yang hidup di wilayah perairan sedikit.

Gambar 7. Kepadatan Makrozoobentos di Lokasi Pengamatan Utara Pulau Pamujan Besar

Selatan Pulau Pamujan Besar secara visual memiliki kecerahan perairan, jarak pandang, dan kondisi ekosistem terumbu karang lebih baik daripada lokasi pengamatan Utara Pulau Pamujan besar. Berdasarkan data gambar 8. terlihat perbedaan jumlah jenis dan kepadatan yang ditemukan lebih besar. Kepadatan terbesar makrobethos di lokasi pengamatan Selatan Pulau Pamujan Besar adalah jenis spons Clathria sp. dan tunikata jenis Didemnum molle. Kedua jenis makrozoobentos tersebut sessil atau menempel pada substrat dasar. Kategori other yang ditemukan di lokasi pengamatan Selatan Pamujan Besar adalah Sabellastarte indica, Sabellidae sp., Xestospongia testudinaria, Diacarnus bella, Hyrtios erecta, Hyrtios mela, Ophiothrix purpurea, Pseudoceratina verongiformis, Stichodactyla gigantea.

Page 13: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

104

Gambar 8. Kepadatan Makrozoobentos di Lokasi Pengamatan Selatan Pulau Pamujan

Besar

3.3. STRUKTUR KOMUNITAS BHENTOS DI PULAU TUNDA DAN PULAU PAMUJAN BESAR

Pengamatan makrozoobentos dilakukan di dua pulau, yakni: Pulau Tunda, dan Pulau Pamujan Besar. Metode transek sabuk (belt transec) dilakukan hanya di Pulau Tunda dan Pulau Pamujan besar.

Tabel 1. Struktur Komunitas Makrozoobentos di Teluk Banten Pulau Tunda Pulau Pamujan Besar Indeks

Utara Selatan Tenggara Utara Selatan

H' 0,53 1,49 2,76 0,03 0,23

E 0,13 0,29 0,72 0,01 0,05

C 0,85 0,67 0,22 0,99 0,98

Menurut Odum (1971) bahwa H’≤1 menunjukkan keanekaragamannya rendah

dan kestabilannya rendah; 1<H’<3 menunjukkan keanekaragamannya sedang, penyebarannya sedang, dan kestabilannya sedang; sedangkan apabila H’≥3

menunjukkan keanekaragamannya tinggi, kestabilan dan penyebarannya tinggi. Berdasarkan Tabel 1 nilai indeks keanekaragaman sedang berada di lokasi Selatan Pulau Tunda dan Tenggara Pulau Tunda dengan nilai indeks keanekaragaman 1,49 dan 2,76. Nilai keanekaragan yang termasuk kategori rendah berada di lokasi

Page 14: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

105

pengamatan Utara Pulau Tunda, Utara Pulau Pamujan Besar, dan Selatan Pulau Pamujan besar yang memiliki nilai kisaran H’≤1. Hal ini mengindikasikan bahwa

tingkat kestabilan pada komunitas jenis di Utara Pulau Tunda dan semua lokasi Selatan dan Tenggara Pulau Tunda yang memiliki wilayah terlindung dari arus. Sedangkan, wilayah yang memiliki keanekaragaman rendah seperti Utara Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar diduga dipengaruhi oleh faktor arus dan gelombang yang tinggi, serta perairannya keruh.

Pada indeks keseragaman, bahwa apabila memiliki kisaran nilai 0<E≤ 0,4

maka dinyatakan keseragaman jenis kecil dan komunitas tertekan; 0,4<E≤0,6 adalah

keseragaman sedang, komunitas labil; sedangkan niai kisaran 0,6<E≤1 adalah

keseragaman tinggi, komunitas stabil. Nilai indeks keseragaman keseluruhan lokasi penyelaman yakni Utara Pulau Tunda, Selatan Pulau Tunda, Utara Pulau Pamujan Besar, dan Selatan Pulau Pamujan Besar didominasi memiliki kisaran 0<E≤0,4.

Kisaran tersebut mengindikasikan bahwa keseragaman jenisnya kecil dan komunitas tertekan. Pengecualian di titik pengamatan Tenggara Pulau Tunda, titik penyelaman ini memiliki nilai indeks keseragaman 0,72 termasuk dalam nilai kisaran keseragaman 0,6<E≤1 yang memiliki keseragaman jenis yang tinggi dan

komunitasnya stabil. Nilai indeks dominansi menurut Odum (1971) dapat dikategorikan bahwa nilai

0<C≤0,5 dominansinya rendah; nilai 0,5<C≤0,75 dominansi sedang; dan 0,75<C≤1

dominansinya tinggi. Pada pengamatan makrozoobentos kategori dominansi tinggi terletak pada Utara Pulau Tunda, Utara Pulau Pamujan Besar, dan Selatan Pulau Pamujan Besar yang memiliki nilai indeks dominansi sebesar 0,85, 0,99, dan 0,98. Pada bagian Selatan Pulau Tunda memiliki nilai indeks dominansinya 0,67 termasuk pada kisaran indeks dominansi sedang dan bagian. Indeks Dominansi pada kisaran indeks rendah adalah di lokasi Tenggara Pulau Tunda dengan nilai indeks dominansi 0,22..

KESIMPULAN

Nilai Indeks Keanekaragaman makrozoobentos pada bagian Utara Pulau

Tunda, Utara dan Selatan Pulau Pamujan Besar, memiliki tingkat kestabilan pada komunitas jenis dan keanekaragaman jenis yang rendah. Pada lokasi pengamatan Selatan dan Tenggara Pulau Tunda, memiliki keanekaragaman makrozoobentos sedang, penyebaran makrozoobentos sedang, dan kestabilan makrozoobentos sedang. Nilai indeks keseragaman keseluruhan titik penyelaman keseragaman jenisnya kecil dan komunitas tertekan. Pengecualian di titik pengamatan Tenggara Pulau Tunda, Lokasi pengamata ini memiliki keseragaman jenis yang tinggi dan komunitasnya stabil. Sedangkan indeks keseragaman Pulau Pamujan termasuk keseragaman sedang, komunitas labil. Pada lokasi pengamatan di Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar nilai indeks dominansi (C) m makrozoobentos memiliki kecendurungan bahwa di dalam komunitas terdapat dominansi yang tinggi. Dominansi tinggi terletak pada Utara Pulau Tunda, Utara dan Selatan Pulau Pamujan Besar. Pada lokasi pengamatan di Selatan Pulau Tunda indeks dominansi makrozoobentos sedang dan bagian Tenggara pulau Tunda termasuk pada kisaran indeks dominansi rendah. Pendugaan Faktor pembatas seperti kekeruhan dan sedimentasi dari run off, arus perairan, dominasi spesies yang bersifat invasif dapat

Page 15: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

Prosiding Seminar Nasional Ekosistem Perairan Teluk Lada dan Pulau Tunda Tahun 2017

106

menjadi saran untuk pengamatan lanjutan. Kepadatan makrozoobentos terbesar cenderung bersifat sessil atau menempel pada substrat. Jenis makrozoobentos sessil atau menempel pada substrat ini apabila ditemukan sangat padat dapat menginvasi pertumbuhan dan habitat karang hidup. Makrozoobentos sessil atau menempet pada substrat dasar yang ditemukan kepadatan besar di lokasi pengamatan Pulau Tunda dan Pulau Pamujan Besar adalah jenis Clathria sp., Parazoanthus sp., dan Didemnum molle.

DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat S dan Evans S M. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press.

Jakarta. Odum E P.1971. Fundamentals of Ecology (Edisi Ketiga). W. B. Saunders Company.

Philadelphia. Knox, G. A., 1986. Estuarine Ecosistem and System Aproach. Vol I CRC. Press Inc.

Bacaration. Florida.

Page 16: Kel i mp ah an Mak rob h en t os d i Perai ran Pu l au Tu

View publication statsView publication stats