langkah-langkah pelaksanaan guru pai dalam …

17
27 LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN GURU PAI DALAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN (Studi Kasus di MTs Negeri 5 Ponorogo Tahun 2019-2020) Okta Khusna Aisi Dosen Tetap Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM) Ngabar Ponorogo Jawa Timur. [email protected] Abstract - Given the importance of the ability to read the Qur’an to students , so here the teacher must continue to try to motivate students to be enthusiastic in learning to read and write the Qur’an. Planting, training, and fostering islamic education in this case education or reading and writing lessons of the Qur’an is not only the responsibility of a teacher of the koran or religious teacher at school, more than that all parties are obliged to realize and advance a society that is able to read and writing the Qur’an. The role of a teacher in delivering lessons to improve the ability to read and write the Qur’an also needs a teacher to choose the right method in teaching and learning strategies. Along with the progress of the present age, teaching methods are developing rapidly from the simple to the more practical, from the complicated to the easy using a relatively short time. Among the methods that have been used, among others, iqra method, and so forth. Keywords : Islamic religius education teacher, effectiveness, Qur’an reading and writing methods PENDAHULUAN Peran guru sangat besar dalam mengelola kelas, pengelolaan program pembelajaran. Oleh karena itu, guru tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral dan salah satu sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus mempunyai daya kreatifitas dan inisiatif dalam mengelola kelas karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa secara psikologis dengan latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing siswa. 1 1 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya, Insan Cendikia 2002), h. 82.

Upload: others

Post on 20-Mar-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

27

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN GURU PAI

DALAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS

PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN

(Studi Kasus di MTs Negeri 5 Ponorogo Tahun 2019-2020)

Okta Khusna Aisi

Dosen Tetap Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin

(IAIRM) Ngabar Ponorogo Jawa Timur. [email protected]

Abstract - Given the importance of the ability to read the Qur’an to students , so

here the teacher must continue to try to motivate students to be enthusiastic in learning to read and write the Qur’an. Planting, training, and fostering islamic education in this case education or reading and writing lessons of the Qur’an is

not only the responsibility of a teacher of the koran or religious teacher at school, more than that all parties are obliged to realize and advance a society that is able

to read and writing the Qur’an. The role of a teacher in delivering lessons to improve the ability to read and write the Qur’an also needs a teacher to choose the right method in teaching and learning strategies. Along with the progress of the

present age, teaching methods are developing rapidly from the simple to the more practical, from the complicated to the easy using a relatively short time. Among

the methods that have been used, among others, iqra method, and so forth.

Keywords: Islamic religius education teacher, effectiveness, Qur’an reading and

writing methods

PENDAHULUAN

Peran guru sangat besar dalam mengelola kelas, pengelolaan

program pembelajaran. Oleh karena itu, guru tanggung jawab dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral dan salah satu

sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus mempunyai

daya kreatifitas dan inisiatif dalam mengelola kelas karena gurulah yang

mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa

secara psikologis dengan latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing

siswa.1

1 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran (Surabaya, Insan Cendikia

2002), h. 82.

28

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

mengajar serta pembinaan secara rutin merupakan kegiatan yang paling

pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa

sebagai peserta didik serta tingkat pembinaan yang dilakukan guru

terhadap hasil dari pembelajaran itu sendiri.2

Dari hasil pengamatan penulis, di MTs Negeri 5 Ponorogo mata

pelajaran BTQ merupakan mata pelajaran yang harus di pelajari mulai dari

kelas VII sampai dengan kelas IX dan mata pelajaran BTQ sangatlah

penting, karena dapat mempengaruhi mata pelajaran agama yang lain

seperti akidah akhlak, fiqih, bahasa arab terutama Al-Qur’an hadist.

Namun kesulitan membaca tulis Al-Qur’an bagi siswa di Madrasah

Tsanawiyah masih saja ada, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor pendidikan agama dalam keluarga yang berjalan kurang

optimal, lingkungan pendidikan agama di masyarakat yang kurang

mendukung, kurang adanya minat bagi anak untuk belajar Al-Qur’an, serta

lingkungan yang tidak mendukung, atau bisa juga karena faktor internal

diri anak itu sendiri dan sebagainya.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an

pada siswa, maka disini para guru harus terus berusaha memotivasi para

siswa agar semangat dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an. Penanaman,

pelatihan, dan pembinaan pendidikan agama islam dalam hal ini

pendidikan atau pelajaran baca tulis Al-Qur’an bukan hanya tanggung

jawab seorang guru ngaji atau guru agama di sekolah saja, lebih dari itu

semua pihak berkewajiban untuk mewujudkan dan memajukan masyarakat

yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an. Memang di dalam

kurikulum tercantum bahwa pendidikan agama islam terdapat pada setiap

jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, pendidikan

agama tidak terabaikan.

2 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru… h. 83.

29

Peran seorang guru dalam menyampaikan pelajaran guna

meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an perlu juga seorang guru

dapat memilih metode yang tepat dalam strategi belajar mengajar.Seiring

dengan kemajuan zaman sekarang ini, metode pengajaran berkembang

pesat dari yang sederhana sampai kepada yang lebih praktis, dari yang

rumit sampai kepada yang mudah dengan memakai waktu yang relatif

singkat. Diantara metode yang selama ini digunakan antara lain, metode

iqra, dan lain-lain sebagainya. Maka para guru di Madrasah Tsanawiyah

ini, berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis

Al-Qur’an terhadap siswanya, salah satu langkah yang harus ditanamkan

kepada para siswanya adalah bagaimana caranya agar para siswa memiliki

kecintaan kepada Al-Qur’an dan mendorongnya untuk tekun belajar.

PEMBAHASAN

Kedudukan Guru

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalm pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di

masjid, di surau/musholla, di rumah dan sebagainya. Guru memang

menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah

yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan

figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak

didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka dipundak

guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas

memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggup jawab. Sebab

tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga

diluar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara

kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau

30

menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan

perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar

sekolah sekalipun.3 Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A

Ametembun, bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan

bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik

secaraindividual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar

sekolah.4

Guru mempunyai peran penting yaitu mengajar dan membimbing

siswa. Mengajar dibutuhkan untuk menciptakan pembelajaran yang baik

dan sesuai agar pembelajaran di dalam kelas dapat terlaksana serta dapat

memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran. Peran yang dilakukan guru sebagai

pembimbing proses pembelajaran bagi siswa, guru sebagai pengelola

kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator serta guru sebagai evaluator.5

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru.Semua peranan yang

diharapkan dari guru seperti6: 1) Korektor; 2) Inspirator; 3) Informator; 4)

Organisator; 5) Motivator; 6) Inisiator; 7) Fasilitator; 8) Guru sebagai

Pembimbing; 9) Demonstrator; 10) Pengelola Kelas; 11) Mediator; 12)

Supervisor; 13) Guru sebagai Evaluator.7

Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata efektif yaitu perubahan yang membawa

pengaruh, makna dan manfaat tertentu.Pembelajaran yang efektif ditandai

dengan sifatnya menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif.

Pembelajaran yang menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang

apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan

nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.

3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta,

Rineka Cipta 2015), h. 31. 4Ibid., h. 32.

5 Trianto, Model Pembelajaran…, h. 136.

6Ibid., h. 43.

7 E. Mulyasa, Menjadi Guru…, h. 61-62.

31

Dibidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari dua segi,

yaitu efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektifitas

guru menyangkut sejauh mana jenis-jenis belajar mengajar yang

direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.Sedangkan efektifitas

belajar murid sejauh mana tujuan-tujuanpelajaran yang diinginkan telah

dapat dicapai melaui belajar mengajar yang ditempuh.8Hakikat

pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja

terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses

pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,

kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan

perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.9

Menurut ensiklopedia umum efektifitas menunjukan adanya taraf

tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai

tujuannya.Secara ideal keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan

taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.10 Menurut

John M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia secara

etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.

The Oxford English Dictonary mengartikan efektifitas sebagai The Quality

of being effective.In various sebse.Efectivity the quality or state being

effectiveand power to be effective.Secara sederhana dapat diartikan sebagai

suatu kualitas yang menjadi efektif dan menggerakkan untuk bisa efektif.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektifitas merupakan

keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam

pencapaian tujuan.11 Dari beberapa pengertian-pengertian efektifitas diatas

dapat disimpulkan, bahwa secara umum efektifitas dapat diartikan sebagai

adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar

memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan

8E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)

h.149. 9 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan…, h. 226-227.

10A.b. Pridodgdo, Hasan Shaidily, Ensiklopedia Umum (Yogyakarta, Kanisius, 1990),

Cet. Ke-8, h. 296. 11

Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surabaya: PT. Indah, 1995) Cet. 1, h. 742.

32

keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan saran,

keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana

atau fasilitas dan juga dapat memberi pengaruh.

Agar dapat meningkatkan prestasi belajar, seorang siswa harus

mampu me-manage faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya. Baik

dari faktor intern misalnya motivasi belajar, maupun faktor ekstern

misalnya lingkungan kehidupan sehari-hari. Menurut Harry Firman

(1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan

instruksional yang telah ditetapkan

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan

siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan

instruksional

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar

mengajar.

Berdasarkan ciri-ciri program pembelajaran efektif seperti yang

digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya

ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi

tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program

pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap ketrampilan

siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada

penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh

siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap

fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses

33

belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran

dan buku-buku teks.12

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan

ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik

mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.13 Sebagaimana hal

yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya pembelajaran adalah

nominalisasi proses untuk membelajarkan.Seharusnya pembelajaran

bermakna membuat atau menyebabkan orang lain belajar.14

Belajar seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara

relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian

dari pengalaman-pengalaman.15 Di kalangan psikologi terdapat

keberagaman cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang makna belajar.

Salah satu definisi yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar

merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan

praktik atau pengalaman tertentu.

Definisi belajar jika dikaitkan dengan perkembangan manusia,

belajar merupakan faktor penentu perkembangan manusia memperoleh

hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, ketrampilan, nilai, reaksi,

keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah

12

Harry Firman, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT. Impereal Bhakti Utama,

1987) h. 24 13

Muhaimin, M.A, Dkk, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996)

h. 99. 14

Jos D Parera, Linguistik Edukasional(Jakarta: Erlangga, 1997) h. 24-25. 15

Fadilah Suralanga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN

Press, 2005) Cet.1, h. 60.

34

diperoleh melalui belajar. Definisi lain mengatakan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latian.

Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku theories of learning

mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang ulang dalam situasi itu, dimana perubahan

tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.”

Menurut Morgan, dalam buku introduction to psychology mengemukaan:

“belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

Sedangkan menurut Witherington, dalam buku educational

psychology mengemukakan: “belajar adalah suatu perubahan didalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi

yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu

pengertian.” Dari pendapat para ahli tesebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan dan diubah

melalui praktek atau pengalaman, menyangkut aspek kepribadian baik

fisik maupun psikis.

Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an

Baca tulis Al-Qur’an, yaitu bagian dari mata pelajaran pendidikan

agama islam (di Madrasah Tsanawiyah) untuk memberikan motivasi,

bimbingan, pemahaman, kemampuan membaca dan ketrampilan menulis

huruf-huruf arab dan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Membaca adalah

melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang ditulis.

Membaca menyangkut tiga hal.pertama, membaca melibatkan proses

35

kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga,

membaca selalu melibatkan proses pemahaman.16

Apabila pengertian membaca dikaitkan dengan kata Al-Qur’an

sehingga menjadi pengertian membaca Al-Qur’an, maka akan berarti

melihat tulisan yang ada pada Al-Qur’an dan melisankannya. Akan tetapi

membaca Al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa

yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya. Wahyu pertama

yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah perintah untuk

membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu atau

pengetahuan yang tidak diketahuinya (Surat Al-Alaq, 96:1-5). Secara

tersirat dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan

membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengajarkan Al-

Qur’an termasuk fardhu kifayah.Sedangkan menghafalnya merupakan

suatu kewajiban bagi umat islam agar tidak terputus jumlah kemutawatiran

para penghafal Al-Qur’an di samping untuk menghindari timbulnya

perubahan dan penyimpanagan. Bila tugas ini telah dilakukan oleh

sebagian orang, maka gugurlah kewajiban ini dari yang lain. Bila tidak

satupun yang melakukannya, maka semuanya berdosa. Dalam hadits yang

diriwayatkan Utsman disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:

وعن عثمان بن عفان رضيالله عنه، قال: قال رسول الل

القرآن وعلمه. رواه البخاريصلى الل عليه وسلمخيركم من تعلم

“Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata: Rosulullah SAW

bersabda: Sebaik-baikkalian adalah orang yang mempelajari

Al-Qur’an dan mengajarkannya”.(HR. Bukhori)17

16

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zan, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT.

Rosdakarya 2006), h. 43. 17

Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Amani, 1999) Cet.

IV, h. 116

36

Cara mempelajari Al-Qur’an ialah dengan menghafalnya ayat demi

ayat.Cara inilah yang dewasa ini dipakai dalam media pendidikan modern,

yakni setiap pelajar diharuskan menghafal sedikit demi sedikit, kemudian

ditambah lagi dengan pelajaran berikutnya, dan begitu seterusnya. Dari

Abul Aliyah, ia berkata, “Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat,

karena Nabi mengambilnya dari jibril Alaihisalam lima ayat-lima ayat”. 18

Kesimpulan dari beberapa uraian diatas bahwa pembelajaran atau

pembinaan baca tulis Al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca

dan menulis yang ditekankan pada upay;’a memahami informasi, tetapi

ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan

pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun

tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an ini adalah

agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar

dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan

rapi, lancar dan benar.

Metode dalam Membaca Al-Qur’an

Metode merupakan jalan atau cara yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan, metode sangatlah penting dalam pendidikan. Dalam

kenyataannya materi pendidikan tidak mungkin terlaksana secara efektif

dan efisien. Jika seorang guru tidak menggunakan metode yang dapat

membuat seorang siswa memahami dan mengerti apa yang disampaikan

oleh gurunya. Seorang guru harus memiliki metode efektif yang bisa

memotivasi siswa untuk mencintai, membaca dan menjaga Al-Qur’an,

sehingga dari kalangan pendidik tidak lagi mengeluh tentang anak-anak

atau siswa yang tidak menyukai atau meremehkan mengaji Al-Qur’an.

Sudah saatnya seorang guru memperkuat perlunya inovasi dalam

pembelajaran Al-Qur’an peserta didik. Hal ini tentu akan sangat

membantu seorang guru dalam proses belajar mengaji Al-Qur’an.

18

Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2005), hlm. 238

37

Tujuannya untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an agar

siswa bebas dari buta huruf Al-Qur’an. Metode-metode yang dapat

digunakan yaitu:

Metode Iqro’.

Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang

menekankan langsung pada latihan membaca.Adapun buku panduan iqro’

terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap

sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode iqro’ ini dalam prakteknya

tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada

bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung

tanpa dieja artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara

belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.19

Tujuan dari pengajaran iqro’ adalah untuk menyiapkan anak didik

menjadi generasi yang qur’ani yaitu generasi yang mencintai Al-Qur’an,

komitmen dengan Al-Qur’an yang menjadikannya sebagai bacaan dan

pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan target operasionalnya adalah

sebagai berikut:

a) Dapat membaca dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah

ilmu tajwid.

b) Dapat melakukan sholat dengan baik dan terbiasa hidup dalam

suasana yang islami.

c) Hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do’a sehari-

hari

d) Dapat menulis huruf Al-Qur’an20

Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang

memikat perhatian anak. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku

19

As’ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an Jilid 1-6

(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 2000), h. 20. 20

Ibid., h.14.

38

panduan ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan

petunjuk mengajarkan kepada siswa.21 Agar kegiatan belajar mengajar

iqro’ dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang

maksimal, maka harus memakai strategi dalam mengajar iqro’ dikenal

beberapa macam strategi:

a) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru sebagai penyimak saja,

jangan sampai menuntun, kecuali hanya memberikan contoh

pokok pelajaran. Belajar aktif tidak hanya dituntun gairah,

namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan

keragaman kecerdasan.22

b) Privat. Penyimakan seorang demi seorang secara bergantian,

sedang bila secara klasikal, ada buku khusus “Iqro’ Klasikal”

yang dilengkapi peraga.

c) Asistensi. Setiap siswa yang lebih tinggi pelajarannya

diharapkan membantu menyimak siswa lain. Yaitu adanya

metode belajar yang baik adalah dengan mengajarkan kepada

orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta

didik dalam mengajarkan kepada teman sekelasnya.23

Mengajar adalah belajar. Jika guru berpandangan demikian

maka ia akan selalu berkembang dan makin mengusai disiplin

atau bidang studi yang diampu.24

d) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang pokok betul

membacanya.

e) Komunikatif. Setiap huruf/kata dibaca betul, guru jangan diam

saja, tetapi agar mengiyakan. Umpamanya dengan kata-kata:

bagus, betul, ya dan sebagainya.

21

Ibid., h. 21. 22

H.M. Budiyanto, Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Cara Cepat Membaca Al -

Qur’an(Yogyakarta: Team Tadarus AMM, 1995), h. 13. 23

Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,

2008), h. 22. 24

M. Furqon Hidayatulloh, Guru Sejati Membangun Insan Yang Kuat dan Cerdas

(Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), h. 153.

39

f) Sekali huruf dibaca betul jangan diulangi lagi.

g) Bila siswa keliru baca huruf, cukup betulkan huruf yang keliru

saja.

Metode Qira’ati

Metode Qira’ati ditemukan oleh KH.Dachlan Salim Zarkasyi dari

Semarang. Jawa Tengah. Metode ini mulai disusun tahun 1963 dan

disebarkan sejak awal 1970-an. Sejarah penemuan dan penyusunan metode

Qiraati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha,

penelitian, pengamatan dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan

penuh ketekunan dan kesabaran Bapak KH. Dachlan Salim

Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis

pengajaran Al Qur’an di musholla-musholla, di masjid-masjid ataupun

pada majelis tadarus Al Qur’an. Dari hasil pengamatan dan penelitian ini

beliau mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan metode Qiraati,

dimana hal-hal yang dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan

dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta contoh-contohnya yang kemudian

diuji cobakan kepada anak didiknya. Sehingga dengan demikian

penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku sekali jadi

hasil “otak-atik akal”, melainkan dari hasil pengamatan, penelitian dan

percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak yang dinamis

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.

Sistem pengajaran metode qira’ati antara lain:

a) Bacaan langsung, Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan

tanpa dieja

b) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CBSA diartikan sebagai

sistem belajar mengajar yang menekankan pada siswa secara

fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil

belajar

40

c) Privat, Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru agar

dapat mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai

kaidah makhraj.

d) Modul, Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati

tergantung kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan

kemampuan kelas atau temannya.

e) Variatif25

Metode Bagdhadiyah (atau yang dikenal dengan Juz ‘Amma)

Metode Bagdhadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah),

maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan

merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan

metode alif, ba’, ta’. Metode ini disebut juga dengan metode ”Eja”. Secara

didaktif materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit kepada yang

abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya

kepada materi yang terinci (khusus).28 huruf hijaiyah selalu ditampilkan

secara utuh dalam tiap belajar.Metode ini adalah metode yang paling lama

muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.Metode ini

berasal dari Baghdad Iraq masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah

dan dianggap sebagai metode tertua.

Sistem pengajaran metode bagdhadiyah antara lain:

a) Hafalan, Sebelum siswa diberi materi, terlebih dahulu harus

menghafal huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf dari

alif sampai ya’ ditambah dengan huruf hamzah dan lam alif.

b) Eja, Maksud dari eja yaitu, sebelum santri membaca per

kalimat terlebih dahulu membaca huruf secara eja, misalnya:

alif fathah a ba’ fathah bad an seterusnya.

25

https://qiraati.wordpress.com/sejarah-singkat-penemuan-metode-qiraati/, diakses 17 April 2019

41

c) Modul, Siswa yang lebih dahulu menguasai materi, dapat

melanjutkan kepada materi atau halaman berikutnya tanpa

harus menunggu siswa atau teman yang lain.

d) Tidak Variatif, Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa

jilid buku, melainkan hanya 1 jilid buku saja.

e) Pemberian contoh yang absolute, Seorang ustadz/ustadzah

dalam memberikan bimbingan, terlebih dahulu memberikan

contoh kemudian siswa mengikutinya, sehingga siswa tidak

diperlukan untuk bersikap aktif.26

SIMPULAN

Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an

pada siswa, maka disini para guru harus terus berusaha memotivasi para

siswa agar semangat dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an. Penanaman,

pelatihan, dan pembinaan pendidikan agama islam dalam hal ini

pendidikan atau pelajaran baca tulis Al-Qur’an bukan hanya tanggung

jawab seorang guru ngaji atau guru agama di sekolah saja, lebih dari itu

semua pihak berkewajiban untuk mewujudkan dan memajukan masyarakat

yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an. Memang di dalam

kurikulum tercantum bahwa pendidikan agama islam terdapat pada setiap

jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, pendidikan

agama tidak terabaikan.

Peran seorang guru dalam menyampaikan pelajaran guna

meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an perlu juga seorang guru

dapat memilih metode yang tepat dalam strategi belajar mengajar.Seiring

dengan kemajuan zaman sekarang ini, metode pengajaran berkembang

pesat dari yang sederhana sampai kepada yang lebih praktis, dari yang

rumit sampai kepada yang mudah dengan memakai waktu yang relatif

singkat. Diantara metode yang selama ini digunakan antara lain, metode

26

https://wahdah.or.id/metode-baca-tulis-alquran/, diakses 17 April 2019

42

iqra, dan lain-lain sebagainya. Maka para guru di Madrasah Tsanawiyah

ini, berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis

Al-Qur’an terhadap siswanya, salah satu langkah yang harus ditanamkan

kepada para siswanya adalah bagaimana caranya agar para siswa memiliki

kecintaan kepada Al-Qur’an dan mendorongnya untuk tekun belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar. 2005.

Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan

Cendikia. 2002.

Budiyanto, H.M. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Cara Cepat Membaca

Al-Qur’an. Yogyakarta: Team Tadarus AMM. 1995.

Djamarah, Syaiful Bahri.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta. 2015.

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zan. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Rosdakarya 2006.

Firman, Harry. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Impereal Bhakti

Utama.1987.

Hidayatulloh, M. Furqon. Guru Sejati Membangun Insan Yang Kuat dan Cerdas.

Surakarta: Yuma Pustaka. 2009.

Muhaimin, M.A, Dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media.

1996.

Humam, As’ad. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an Jilid 1-6.

Yogyakarta: Team Tadarus AMM. 2000.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2003.

Nawawi, Imam. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.

1999.

43

Parera, Jos D. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga. 1997.

Pridodgdo, A.b. Hasan Shaidily. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisius.

1990.

Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Indah. 1995.

Suralanga, Fadilah dkk. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta:

UIN Press. 2005.

Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani. 2008.

https://qiraati.wordpress.com/sejarah-singkat-penemuan-metode-qiraati/, diakses

17 April 2019