lap. mr. brown kel.10
DESCRIPTION
mr. brownTRANSCRIPT
BLOCK 11
MR. BROWN
Scenario C
Mr. Brown, 60 years old come to emergency room with chief complaint cannot
voiding spontaneously since 3 hours ago and suffered from lower abdominal
pain.
History of illnes, he has weak of stream and strain of urination since 6 months
ago.
Obstructive symptoms occured sine 6 months ago include hesitancy
(delayed to start voiding), decrease force and caliber of stream, sensation of
incomplete bladder emptying, straining to urinate, post void dribbling
(kencing terakhir menetes).
Irritative symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit dan sering karena
obstruksi prostat) dan nocturia ( terbangun untuk kencing selama jam tidur >
1)
IPSS ( International Prostatic Symptoms Care) since six months ago: 28 (0-
7: mild; 8-19: moderate; 20-35: severe)
On physical examination: BP: 150/90 mmHg, HR: 105x/ min, Temp: 370 C.
Head and neck: normal. Chest: normal. Abdominal: inspection: distend
lower abdominal, palpation: bladder palpable 2 cm below the umbilicus.
DRE (Digital Rectal Examination) should be done after insert catheter into
urethra: sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery, no
induration.
Laboratorium finding: serum creatinin: 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF;
WBC: 0-2/HPF
Imaging: USG: bilateral mild hydronefrosis, bladder is full, prostate enlarge
6cm x 5cm x 5cm
I. Klarifikasi Istilah
- voiding: membuang keluar seperti bahan sisa, terutama urin
- lower abdominal pain: nyeri perut bagian bawah
-weak of stream and strain of urination: BAK dengan mengejan dan pancarannya
lemah
- obstructive symptoms: keluhan obstruktif pada saat miksi, biasanya berupa
hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urin
melemah, intermitensi, dan menetes serta masih terasa
ada sisa urine sehabis miksi.
- hesitancy: menunggu lama pada permulaan buang air kecil karena sphingter
internum terlambat membuka.
- urgency: dorongan yang mendesak untuk berkemih.
- frequency: urinasi pada interval waktu pendek tanpa peningkatan volume atau
keluaran urine harian, disebabkan berkurangnya kapasitas kandung
kemih.
- nocturia: urinasi berlebihan pada malam hari.
- DRE: pemeriksaan colok dubur
- consistency rubbery: konsistensi kenyal
- induration: sifat yang keras; proses menjadi keras; titik atau tempat yang keras
secara abnormal.
- hydronephrosis: distensi pelvis dan kalises ginjal oleh urin, akibat obstruksi
ureter, disertai atrofi parenkim ginjal.
II. Identifikasi Masalah
1. Mr. Brown (60 tahun) datang ke ruang emergency dengan keluhan tidak
dapat BAK spontan sejak 3 jam yang lalu dan nyeri abdomen bawah.
2. History of illness: sejak 6 bulan yang lalu, BAK dengan mengejan dan
pancarannya lemah.
3. Obstructive symptoms occured sine 6 months ago include hesitancy (delayed
to start voiding), decrease force and caliber of stream, sensation of
incomplete bladder emptying, straining to urinate, post void dribbling
(kencing terakhir menetes).
4. Irritative symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit dan sering karena
obstruksi prostat) dan nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur >
1)
5. IPSS (International Prostatic Symptoms Care) since six months ago: 28 (0-7:
mild; 8-19: moderate; 20-35: severe)
6. On physical examination: BP: 150/90 mmHg, HR: 105x/ min, Temp: 370 C.
Head and neck: normal. Chest: normal. Abdominal: inspection: distend
lower abdominal, palpation: bladder palpable 2 cm below the umbilicus.
DRE (Digital Rectal Examination) should be done after insert catheter into
urethra: sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery, no
induration.
7. Laboratorium finding: serum creatinin: 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF;
WBC: 0-2/HPF
8. Imaging: USG: bilateral mild hydronefrosis, bladder is full, prostate enlarge
6cm x 5cm x 5cm
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi sistem urogenital? Bagaimana
perubahan pada lansia (60 tahun) ?
2. Apa yang menyebabkan dan bagaimana mekanisme dari:
- tidak dapat BAK spontan?
- nyeri abdomen bawah?
3. Apa yang menyebabkan dan bagaimana mekanisme dari:
- BAK mengejan dan pancaran lemah?
- hesitancy (delayed to start voiding)?
- decrease force and caliber of stream?
- sensation of incomplete bladder emptying?
- straining to urinate?
- post void dribbling (kencing terakhir menetes)?
4. Apa yang menyebabkan dan bagaimana mekanisme dari:
- urgency?
- frequency?
- nocturia?
5. Bagaimana interpretasi dan metode perhitungan dari IPSS (International
Prostatic Symptoms Care)?
6. Bagaimana penegakan diagnosis penyakit Mr. Brown?
- Anamnesis
- Interpretasi pemeriksaan fisik:
a. Mengapa terjadi BP yang meningkat, HR yang meningkat, abdominal
distend?
b. Apa itu DRE dan bagaimana interpretasinya?
7. Apa differential diagnosis untuk penyakit Mr. Brown?
8. Apa interpretasi dari pemeriksaan penunjang Mr. Brown:
a. Laboratorium?
b. USG?
9. Apa dianosis penyakit Mr. Brown:
a. etiologi?
b. epidemiologi?
c. faktor resiko?
d. Manifestasi klinis?
e. patogenesis?
10. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Mr. Brown?
11. Bagaimana prognosis dan komplikasi penyakit Mr. Brown?
12. Kapan penyakit Mr. Brown harus dirujuk?
IV. Hipotesis
Mr. Brown (60 tahun) mengeluh sulit berkemih dan nyeri abdominal bagian
bawah karena Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
V. Sintesis
1. Anatomi, fisiologi dan histologi sistem urogenital
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh
kapsul fibromuskuler,yang terletak disebelah inferior vesika urinaria,
mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada
disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat
normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke
apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1.lobus medius
2.lobus lateralis (2 lobus)
3.lobus anterior
4.lobus posterior
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior
akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus
medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain
tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan
seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara
lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia
prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya proximal dari
spincter externus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral.
Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat.
Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara dikanan dari
verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Disebelah
depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, disebelah bawah
ligamentum triangulare inferior dan disebelah belakang didapatkan fascia
denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat
dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat
secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan
rektum.
Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan
jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1.Kapsul anatomi
2.Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3.Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian,
a.Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya.
b.Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga
sebagai adenomatous zone
c.Disekitar uretra disebut periurethral gland
Pada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1.kapsul anatomis
2.kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang
sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul
3.kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam
(inner zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena
mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran
pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang
merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan
prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena
sedikit mengandung jaringan kelenjar.
Perdarahan
Suplai arteri berasal dari a. vesicalis inferior, suatu cabang yang masuk ke
glandula prostat melalui tiap-tiap sisi pada ekstremitas lateralis.
Vena membentuk plexus venosus prostaticus yang menerima darah dari v.
dorsalis penis dan mengalirkannya ke v. iliaca interna pada tiap-tiap
sisinya. Beberapa drainase vena menuju plexus venosus yang terletak di
depan corpus vertebra dekat foramen vertebrale. Vena-vena ini tidak
memilika valva (katup) dan disebut “vena-vena vertebra Bateson tanpa
valva”. Hubungan inilah yang dapat menjelaskan penyebaran carcinoma
prostat menuju ke pelvis dan vertebrae.
Histologi
Kelenjar prostat merupakan kumpulan 30-50 kelenjar tubulo alveolar.
Kapsul terdiri dari jaringan fibro elastik, serat otot (dalam). Terbagi oleh
septa dari kapsul ke dalam kelenjar menjadi lobus. Epithel bervariasi ada
yang kuboid atau kolumner simplek.
Fisiologi
Fungsi Kelenjar Prostat
Kelenjar prostate menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung
ion sitrat, kalsium,ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisin. Selama
pengisian, simpai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi
vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yang
sedikit basa dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan
fertilisasa ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya
asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibat, akan
menghambat fertilisasi sperma. Juga, secret vagina bersifat asam (pH 3,5
sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya
meningkat kira-kira 6 sampai 6,5. Akibatnya, merupakan suatu
kemungkinan bahwa cairan prostate menetralkan sifat asam dari cairan
lainnya setelah ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas
sperma.
Perubahan prostat pada pria tua
Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari
lahir sampai pubertas, waktu itu ada peningkatan cepat dalam ukuran,
yang kontinyu sampai usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa ke-5,
prostat bisa mengalami perubahan hiperplasi.
Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan
kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30%
penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang
jelas prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya
perubahan-perubahan ke arah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai
sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopoik yang
kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar
membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik.
Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah
dapat ditemukan pada usia 30 – 40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada pria usia
50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar
80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan
tanda klinik.
2. Penyebab dan mekanisme dari:
- tidak dapat BAK spontan
Hal ini diakibatkan karena terdapat obstruksi pada vesica urinaria yang
berlangsung terus menerus dan mengakibatkan tahanan outflow lebih
meningkat sehingga daya kontraksi dan tekanan didalam kandung kemih
harus lebih tinggi lagi untuk mengimbangi daya tahanan dengan
penderita harus menunggu sebentar untuk memulai buang air kecil atau
tidak dapat BAK secara spontan
- nyeri abdomen bagian bawah
Penyumbatan total menyebabkan penderita tidak dapat berkemih
sehingga penderita merasakan kandung kemihnya penuh dan timbul
nyeri hebat di perut bagian bawah.
(mekanisme dapat dilihat pada patogenesis penyakit)
3. Penyebab dan mekanisme dari:
- BAK mengejan dan pancaran lemah
- hesitancy (delayed to start voiding)
- decrease force and caliber of stream
- sensation of incomplete bladder emptying
- straining to urinate
- post void dribbling (kencing terakhir menetes)
(lihat mekanisme pada patogenesis penyakit)
4. Penyebab dan mekanisme dari:
- urgency
- frequency
- nocturia
(lihat mekanisme pada patogenesis penyakit)
5. Interpretasi dan metode perhitungan dari IPSS (International Prostatic
Symptoms Care)
Terdapat beberapa jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk membantu
diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit, antara lain skor
internasional gejala-gejala prostat WHO (International Prostate Symptoms
Score, IPSS) dan skor Masen Iversen.
Skor Madsen Iversen
Pertanyaan 0 1 2 3 4
Pancaran Normal Berubah-
ubah
Lemah Menetes
Mengedan
saat
berkemih
Tidak Ya
Harus
menunggu
saat akan
kencing
Tidak Ya
BAK
terputus-
putus
Tidak Ya
Kencing
tidak lampias
Tidak
tahu
Berubah-
ubah
Tidak
lampias
1 kali
retensi
>1 kali
retensi
Inkontinensia Ya
Kencing sulit
ditunda
Tidak ada Ringan Sedang Berat
Kencing
malam hari
(nocturia)
0-1 2 3-4 >4
Kencing
siang haro
>3 jam
sekali
Setiap 2-3
jam sekali
Setiap 1-2
jam sekali
<1 jam sekali
Kapita Selekta Kedokteran UI
Skor Internasional gejala-gejala prostat WHO (International Prostate Symptom
Score, IPSS)
Pertanyaan Jawaban dan skor
Keluhan pada
bulan terakhir
Tidak
sama
sekal
<1
sampai
5 kali
>5
sampai
<15
kali
15 kali Lebih dari
15 kali
Hampir
selalu
Apakah anda
merasa buli-buli
tidak kosong
setelah BAK
0
Berapa kali anda
hendak BAK
dalam waktu 2
jam setelah BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali
terjadi air kencing
berhenti sewaktu
BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali anda
tidak dapat
menahan
keinginan BAK.
0 1 2 3 4 5
Berapa kali arus
air seni lemah
sekali sewaktu
BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali
terjadi anda
mengalami
kesulitan BAK
0 1 2 3 4 5
(mengejan)
Berapa kali anda
bangun untuk
buang air kecil di
waktu malam
0 1x 2x 3x 4x 5x
Andaikata hal
yang anda alami
sekarang akan
tetap berlangsung
seumur hidup
bagaimana
perasaan anda
Sangat
senang
Cukup
senang
Biasa
saja
Agak
tidak
senang
Tidak
menyenang
kan
Sangat
tidak
menyenang
kan
Jumlah nilai :
0= baik sekali
1= baik
2=kurang baik
3=kurang
4=buruk
5= buruk sekali
6. Penegakan diagnosis penyakit Mr. Brown
- Anamnesis
a. Identitas (nama, umur, dsb)
b. Keluhan utama dan tambahan
Keluhan utama dan tambahan yang biasanya terdiri dari tanda-tanda
iritatif dan obstruktif.
- gejala iritatif berupa sering kencing (frequency), tergesa-gesa
ingin kencing (urgency), kencing malam hari (nocturia),
kencing sulit ditahan (urge inkontinen).
- gejala obstruktif berupa pancara yang lemah, terakhir kencing tidak
puas, kencing harus menunggu lama (hesistancy), mengedan
(straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan overflow.
Gejala-gejala tersebut biasanya disusun dalam bentuk skor simptom
yang dapat menggunakan skor Madsen Iversen atau dengan
International Prostate Scoring System (IPSS).
-Di samping itu ditanya juga riwayat kesehatan pada umumnya seperti
riwayat pembedahan, riwayat penyakit saraf, penyakit metabolik
seperti diabetes melitus, dan riwayat pemakaian obat-obatan.
- Interpretasi pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan
FisikNormal
Hasil
pemeriksaanInterpretasi
Tekanan
darah
120/80 mmHg 150/90 mmHg Hipertensi
Heart Rate 60-100x/min 105x/ min Tachycardia
Temperatur 360 - 370 C 370 C normal
Head and
neck
normal Normal
Chest normal normal
Abdominal
inspection:
normal distend lower
abdominal
Penggelem-
bungan perut
Abdominal
palpation
Tidak teraba bladder palpable
2 cm below the
umbilicus
Bladder penuh
DRE (Digital
Rectal
examination)
a. sphincter tone
normal
b.prostate
enlarge
c.consistency
a. tidak ada
kelainan
buli-buli
neurogenik
b. BPH
c. BPH, tidak
rubbery
d. no induration
ada tanda
keganasan
seperti pada
karsinoma
prostat
d. BPH
a. Terjadi BP yang meningkat, HR yang meningkat, abdominal distend
karena air kemih yang tertahan di kandung kemih menyebabkan
bertambahnya tekanan pada ginjal sehingga terjadi pembesaran ginjal
(hidronefrosis) yang menyebabkan perfusi darah ke ginjal terhambat
sehingga meningkatkan tekanan darah dan peningkatan heart rate.
Abdominal distend terjadi juga karena pembesaran ginjal yang terjadi
akibat obstruksi pada vesica urinaria. (lihat mekanisme pada
patogenesis)
b. DRE dan interpretasinya
Pemeriksaan colok dubur atau yang dikenal dengan Rectal Toucher
(RT) atau Digital Rectal Examination (DRE) dilakukan untuk menilai
(1). Tonus sfingter ani dan refleks bulbo kavernosusu (BCR). (2)
mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum. (3)
pembesaran atau penonjolan prostat, apakah batas atas prostat dapat
dicapai dengan jari, jika masih dapat diraba diperkirakan besar
jaringan prostat kurang dari 60 gram. Juga dinilai konsistensi prostat,
apakah lunak, kenyal, adakah nodul atau bagian yang keras.Colok
dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan
tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada carcinoma prostat,
konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus
prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba
krepitasi.
7. Differential diagnosis untuk penyakit Mr. Brown
Sign &
symptoms
BPH Karsinoma
prostat
prostatitis urolithiasis
Kesulitan
BAK spontan+ + + +
Nyeri
abdomen
bawah
+ -
Pancaran urin
melemah+ + +
Mengejan saat
miksi+ ?
Rasa tidak
lampias+
Post void
dribbling+
Urgency+ + +
Dysuria- + +
Nocturia+ + +
Frequency+ +
Spincter tonus
normalNormal
Prostate
enlarge + + +
Consistency
rubbery+ -
Induration - + -
Hipertension+
Heart Rate+
Distend lower
abdominal+
8. Interpretasi dari pemeriksaan penunjang Mr. Brown:
a. Laboratorium
Laboratorium finding Normal Hasil
pemeriksaan
Interpretasi
Serum creatinin 0.5-1.4mg/dl 1.0 normal
Urine sediment:
- RBC 0/ HPF 10/HPF hematuria
- WBC <10/HPF 0-2/ HPF normal
b. USG
Imaging Interpretasi
Bilateral mild hydronephrosis detensi bulu-buli
Bladder is full incomplete voiding dan weak of
streaming
Prostate enlargement 6cm x 5 cm x 5cm (normal: 4cm x 3cm x 2,5cm)
nodular hyperplasia menyebabkan
prostate membesar
9. Dianosis penyakit Mr. Brown (Benign Prostatic Hyperplasia):
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak
adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri
melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di atas 50
tahun.
a. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab
terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat adalah:
1.Teori Hormonal
Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka
tidak terjadi BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi.
Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk
terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon
estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi
testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang
terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi
kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma.
Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan
estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan
lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan,
bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan
menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol
pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi
penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan
menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini
mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi
hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat
terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap
estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2.Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu; basic
transforming 1, transforming growthgrowth factor, transforming growth
factor 2, dan epidermal growth factor.factor
3.Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel
yang Mati
4.Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada
seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”,
antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan
adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat
mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan
tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi
lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar
periuretral prostat menjadi berlebihan.
5.Teori Dihydro Testosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian
dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan
terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG).
Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas
inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu sel prostat melewati
membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel,
testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhidro
testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi
“hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini
mengalami transformasi reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk
kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan
transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.
6.Teori Reawakening
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran
stroma pada kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu
mekanisme “glandular budding” kemudian bercabang yang menyebabkan
timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan
“glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan
perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya “reawakening”
yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat
embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari
jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori
reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during
adult hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan
tentang penyebab terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan
faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang
berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol,
dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-
akibatnya.
b. Epidemiologi
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang
ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami
peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, waktu itu
ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir
30-an. Pertengahan dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan
hiperplasi.
Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan
kepustakaan luar negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-
30% penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat hiperplasia.
Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada golongan umur.
Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat
sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan
mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan
makroskopik (kelenjar membesar) dan kemudian baru manifes dengan
gejala klinik.
Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah
dapat ditemukan pada usia 30 – 40 tahun. Bila perubahan mikroskopik
ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada
pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80
tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan
menyebabkan gejala dan tanda klinik.
c. Faktor resiko
- bertambahnya usia
- genetic
- lingkungan
- merokok
d. Manifestasi klinis
a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang air kecil,
sulit mengeluarkan atau menghentikan urin. Mungkin juga urin yang
keluar hanya merupakan tetesan belaka.
b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang
air kecil yang berulang-ulang.
c. Pancaran atau lajunya urin lemah.
d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang air kecil lagi, padahal
baru saja melakukannya.
e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat
tertahannya urin.
e. Patogenesis
Lihat mekanisme di halaman selanjutnya.
terjadi terus menerus
Prostat membesar
Penyempitan lumen uretra pars prostatika
Aliran urin terhambat
Tekanan intravesikal ↑↑
Kontraksi VU ↑↑
m.detrusor berkompensasi dengan hipertrofi
LUTS
Pancaran&aliran urine masih normal
m.detrusor lebih sensitif
Tahanan ourflow ↑↑
↑↑ Kontraksi& tekanan dalam VU
Pancaran urine lemah Aliran urin kecil hesitency
urgency
1.Teori Hormonal
2.Teori Growth Factor
(faktor
pertumbuhan)
3.Teori Peningkatan
Lama Hidup Sel-sel
Prostat karena
Berkuramgnya Sel
yang Mati
4.Teori Sel Stem (stem
cell hypothesis)
5.Teori Dihydro
Testosteron (DHT)
6.Teori Reawakening
Terjadi terus menerus
Pada malam hari
DEKOMPENSASI
Kontraksi m.detusor melemah
Masa kontraksi jadi lebih pendek
Otot-otot menipis
Daya pompa VU < tahanan outflow
Residual urine (urine sisa)
Frekuensi ↑↑
Mengedan untuk BAK tetapi pancaran urine tetap lemah, aliran urin kecil, menetes dan akhirnya tertahan pengeluaran urine
Bladder is full
Refluks vesico ureter
hydronefrosis
↑↑ resistensi darah di ginjal
hipertensitachicardia
Peregangan bladder
Nyeri abdominal bag.bawah
nocturia
Rasa tidak lampias saat BAK
Distend lower abdominal Bladder palpable
Usia tua
hematuria
Vena prostat menjadi ruptur
Pelebaran vena prostat
10. Penatalaksanaan penyakit Mr. Brown
Pada penderita dengan derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan
operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Pada
penderita dengan derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk
melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap
sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang
derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam
keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif.
Pada derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang
cukup berpengalaman melakukan TUR oleh karena biasanya pada derajat
tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu
jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada hiperplasia prostat
derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah
membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang
kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat
dengan TURP atau operasi terbuka.
Berikut ini merupakan penatalaksanaan yang biasa dilakukan pada BPH:
1. Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
(skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9). Tindakan yang dilakukan
adalah observasi saja tanpa pengobatan. Pasien diberi nasihat agar
mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia,
menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan),
mengurangi kopi, dan melarang minum minuman alkohol agar tidak
terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol
setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS.
Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
2. Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat
(medikamentosa). Terdapat tiga macam terapi dengan obat yang
sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan penghambat
adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.
a. Penghambat adrenergik a-1
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor a-1 yang banyak
ditemukan pada otot polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan
kapsul prostat. Dengan demikian, akan terjadi relaksasi di daerah
prostat sehingga tekanan pada uretra pars prostatika menurun dan
mengurangi derajat obstruksi. Obat ini dapat memberikan perbaikan
gejala obstruksi relatif cepat. Efek samping dari obat ini adalah
penurunan tekanan darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing
(dizziness), lelah, sumbatan hidung, dan rasa lemah (fatique).
Pengobatan dengan penghambat reseptor a-1 masih menimbulkan
beberapa pertanyaan, seperti berapa lama akan diberikan dan apakah
efektivitasnya akan tetap baik mengingat sumbatan oleh prostat makin
lama akan makin berat dengan tumbuhnya volume prostat. Contoh
obat: prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, dan dapat dinaikkan hingga
2-4 mg/hari. Tamsulosin dengan dosis 0.2-0.4 mg/hari2.
b. Penghambat enzim 5a reduktase
Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase,
sehingga testosteron tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan
demikian, konsentrasi DHT dalam jaringan prostat menurun, sehingga
tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan
perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi. Salah satu efek samping
obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2. Contoh
obat : finasteride dosis 5 mg/hari.
c. Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a
reduktase
Terapi kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim
5a reduktase pertama kali dilaporkan oleh Lepor dan kawan-kawan
pada 1996. Terdapat penurunan skor dan peningkatan Qmax pada
kelompok yang menggunakan penghambat adrenergik a-1. Namun,
masih terdapat keraguan mengingat prostat pada kelompok tersebut
lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Penggunaan terapi kombinasi
masih memerlukan penelitian lebih lanjut1.
d. Fitoterapi
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di
Eropa dan baru-baru ini di Amerika. Obat-obatan tersebut
mengandung bahan dari tumbuhan seperti Hypoxis rooperis, Pygeum
africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula,
Echinacea purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan penelitian
untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya1,2.
3. Terapi Bedah Konvensional
- Open simple prostatectomy
Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat
terlalu besar, di atas 100g, atau bila disertai divertikulum atau batu
buli-buli. Dapat dilakukan dengan teknik transvesikal atau retropubik.
Operasi terbuka memberikan morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi daripada TUR-P1-2.
4. Terapi Invasif Minimal
a. Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
Prinsip TUR-P adalah menghilangkan bagian adenomatosa dari
prostat yang menimbulkan obstruksi dengan menggunakan
resektoskop dan elektrokauter. Sampai saat ini, TUR-P masih
merupakan baku emas dalam terapi PPJ. Sembilan puluh lima persen
prostatektomi dapat dilakukan dengan endoskopi. Komplikasi jangka
pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan
retensi karena bekuan darah. Komplikasi jangka panjang adalah
struktur uretra, ejakulasi retrograd (75%), inkontinensia (<1%), dan
disfungsi ereksi (4-40%)1,2.
b. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan
dengan ukuran prostat kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura
posterior (leher kandung kemih yang tinggi). Teknik ini meliputi insisi
pada arah jam 5 dan 7. Penyulit yang bisa terjadi adalah ejakulasi
retrograd 1,2.
c. Terapi laser
Terdapat dua sumber energi yang digunakan, yaitu Nd YAG dan
holmium YAG. Tekniknya antara lain Transurethral laser induced
prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan bantuan USG, Visual
coagulative necrosis, Visual laser ablation of the prostate (VILAP),
dan interstitial laser therapy. Keuntungan terapi laser adalah
perdarahan minimal, jarang terjadinya sindrom TUR, mungkin
dilakukan pada pasien yang menjalani terapi antikoagulan, dan dapat
dilakukan tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Kerugiannya di
antaranya tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi,
diperlukan waktu pemasangan kateter yang lebih lama, keluhan iritatif
yang lebih banyak, dan harga yang mahal1,2. Efek samping yang
pernah dilaporkan di Indonesia adalah perdarahan (2%), nyeri pasca
operasi (3%), retensi (19%), ejakulasi retrograd (3%), dan disfungsi
ereksi (1%)13.
d. Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui
uretra atau rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi
koagulasi1,2.
e. Trans urethral needle ablation (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur,
dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan
mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang
menancap di jaringan prostat2.
f. High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi
ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus1.
g. Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika
untuk mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada
pasien dengan harapan hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan
anestesi atau pembedahan1,2.
h. Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa
prostatika dan leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila
ukuran prostat kurang dari 40 g, sifatnya sementara, dan jarang
dilakukan lagi
11. Prognosis dan komplikasi penyakit Mr. Brown
o Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada
tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH
yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena
dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker
prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah
kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan
berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
o Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat
dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1.Inkontinensia Paradoks
2.Batu Kandung Kemih
3.Hematuria
4.Sistitis
5.Pielonefritis
6.Retensi Urin Akut Atau Kronik
7.Refluks Vesiko-Ureter
8.Hidroureter
9.Hidronefrosis
10.Gagal Ginjal
o Pencegahan
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu
mengatasi pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah
suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil
penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-
sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-
alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon
testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH)5. Hasilnya,
kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat
di antaranya adalah:
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam
mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-
10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja
ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu
melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem
penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan
kualitas sperma.
12. Penyakit Mr. Brown harus dirujuk ketika terapi medikamentosa tidak
memberikan hasil yang signifikan. Dan penderita harus segera dirujuk
untuk mendapat terapi invasif berupa pembedahan oleh dokter ahli bedah
urologi.
REFERENSI
Patofisiologi Price and Wilson
Kapita Selekta
Buku saku Nefrologi, Thiser&Wilcock
www.nejm.com
www.wikpedia.com
www.emedicine.com
other sources
BLOK 11
“MR. BROWN”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
- DELFA SAGITA (004) - FIERLINDO ANGGA P. (055)
- TIA SABRINA (038) - DEVI SILVIA A. (086)
- DWI YULIANI (009) - M.DAVID RIANDY (096)
- OKKY MARARINANDA (015) - SURIYA KALA (133)
- RANTI KEMALA A. (045) - M. FAKHARUDIN (127)
- YULIANA LATHIFAH A. (083)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008