laporan kasus frozen shoulder

32
BAB I PENDAHULUAN Seluruh aktivitas manusia dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh. Gerakkan ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem- sistem lain tidak mengalami gangguan. Kelainan pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi akan menimbulkan masalah yang dapat menyebabkan seseorang terganggu aktifitasnya. 1 Frozen shoulder merupakan kondisi yang dikarakterisasi oleh hilangnya kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara progresif akibat kontraktur sendi. 2 Dapat merupakan akibat dari trauma ringan, namun kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. 3 Dengan insiden sekitar 2% pada populasi umum, lebih sering pada wanita, dengan umur antara 40-60 tahun. 2 Nyeri dan kaku yang timbul bukan merupakan gejala arthritis, namun merupakan proses patologi struktur periarticular, dapat pula timbul sebagai nyeri perlahan sekitar insersio deltoid. 2 Dalam kondisi ini, gejala nyeri dan kaku pada penderita mengakibatkan gangguan tidur, keterbatasan gerak sendi yang berdampak pada terbatasnya aktivitas 1

Upload: scar

Post on 09-Sep-2015

423 views

Category:

Documents


52 download

DESCRIPTION

Frozen shoulder

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Seluruh aktivitas manusia dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh. Gerakkan ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem- sistem lain tidak mengalami gangguan. Kelainan pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi akan menimbulkan masalah yang dapat menyebabkan seseorang terganggu aktifitasnya.1

Frozen shoulder merupakan kondisi yang dikarakterisasi oleh hilangnya kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara progresif akibat kontraktur sendi.2 Dapat merupakan akibat dari trauma ringan, namun kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.3 Dengan insiden sekitar 2% pada populasi umum, lebih sering pada wanita, dengan umur antara 40-60 tahun.2

Nyeri dan kaku yang timbul bukan merupakan gejala arthritis, namun merupakan proses patologi struktur periarticular, dapat pula timbul sebagai nyeri perlahan sekitar insersio deltoid.2

Dalam kondisi ini, gejala nyeri dan kaku pada penderita mengakibatkan gangguan tidur, keterbatasan gerak sendi yang berdampak pada terbatasnya aktivitas sehari-hari seperti memakai pakaian, menyisir rambut, atau meletakkan sesuatu ke dalam lemari.3

Teknik mobilisasi pada permukaan ventral, dorsal dan inferior sendi gleno-humeral merupakan terapi yang sering diberikan oleh fisioterapis dalam intervensi keterbatasan lingkup gerak sendi. Selain itu beberapa modalitas rehabilitasi medik digunakan dalam terapi frozen shoulder.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Frozen shoulder, atau capsulitis adhesiva merupakan kondisi mengakibatkan bahu menjadi nyeri dan kaku, yang dikarakterisasi oleh hilangnya kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara progresif.2,4

ANATOMI FUNGSIONAL

Gerakan bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks dari sendi yang terpisah: glenohumeral, skapulothorakal, sternoklavikular, suprahumeral, akromioklavikular, costosternal, costovertebral.5-7

Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna karena lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu: fleksi (180o), ekstensi (60o), abduksi (180o), adduksi (45o), endorotasi (90o), eksorotasi (90o).5-7

Sendi bahu mempunyai gerakan yang paling luas diantara sendi-sendi lain. Dua pertiga bagian gerak ini dilakukan oleh sendi glenohumeral dan sepertiga lainnya oleh skapulotorasik. Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai diatas kepala diperlukan sendi yang tidak ada gangguan. 5-7

Gerakan lain yang penting adalah gerakan rotasi internal dan rotasi eksternal. Gerakan rotasi internal dan eksternal merupakan gerakan gelang bahu dimana tangan dapat mencapai bagian punggung/ belakang kepala. Kedua gerakan ini sangat penting untuk dapat melakukan aktivitas memakai baju, dan menyisir. 5-7

ETIOLOGI

Etiologi frozen shoulder belum diketahui secara pasti. frozen shoulder diklasifikasikan sebagai Primer frozen shoulder bila terjadi secara spontan, dan Sekunder frozen shoulder bila merupakan dampak dari trauma. Primer frozen shoulder merupakan kasus idiopatik yang belum dapat dimengerti. Pada primer frozen shoulder stimulus yang tidak diketahui mengakibatkan perubahan histologi di kapsul sendi yang berbeda substansi yang diproduksi pada keadaan immobilisasi dan degeneratif. Meskipun stimulus tunggal tidak dapat di identifikasi, namun kombinasi antara host dan faktor ekstrinsik dapat memicu terjadinya frozen shoulder. Faktor umur dengan insidensi terbanyak yakni antara 40-60 tahun lebih mudah mengalami frozen shoulder bila dikombinasi dengan faktor ekstrinsik seperti trauma, immobilisasi, penyakit tertentu dan kesalahan penggunaan anggota tubuh.8

Sekunder frozen shoulder sering didahului oleh adanya keterlibatan SSP, immobilisasi ekstermitas atas, trauma pada lengan, infeksi atau keganasan pada paru-paru, infark myocard, cervical disk disease, Rheumatoid Arthritis, atau Diabetes Melitus.8

PATOLOGI

Volume intra-articular sendi gleno-humeral berkisar 15-35cc dan pada Frozen Shoulder berkurang menjadi 5-6cc. Hal tersebut menggambarkan adanya proses inflamasi kronik (capsulitis). Pada investigasi histologi didapatkan adanya proliferasi fibroblast dan myofibroblast di ligamen coracohumeral. Secara keseluruhan abnormalitas yang terjadi pada Frozen Shoulder meliputi penebalan dan fibrosis interval rotator, pembentukan jaringan ikat (scar) subskapula, neovaskularisasi, peningkatan konsentrasi sitokin, kontraksi kapsul anterior dan inferior, penurunan volume sendi,kontraksi dan fibrosis ligamen coracohumeral, proliferasi fibroblas dan myofibroblast, dan proses inflamasi.9

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :5

a. Pain ( freezing )

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36 minggu.

b. Stiffness ( frozen )

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.

c. Recovery (thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.

DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Nyeri merupakan kelainan tersering yang didapatkan pada penderita frozen shoulder. Kebanyakan pasien menggambarkan adanya nyeri akut yang terjadi selama minggu-minggu pertama, atau bulan pertama. Tidak seperti nyeri yang berkaitan dengan kelainan muskuloskeletal yang lain, nyeri pada frozen shoulder dialami selama aktivitas dan beristirahat. Pasien sering mengeluh adanya nyeri di malam hari yang menjadikannya mengalami gangguan tidur.8

Nyeri terdistribusi di daerah deltoid, dan kadang menjalar mengikuti dermatom C5. Beberapa penderita mengeluhkan adanya nyeri di daerah punggung dan leher, gejala tersebut dapat merupakan kompensasi adanya penggunaan berlebihan (overuse) dari otot-otot sekitar bahu, seperti m.trapezius.8

Kerterbatasan gerak sendi merupakan gejala yang menyebabkan penderita berobat ke paramedis. Pasien dapat kesulitan menggunakan pakaian, atau menyentuh daerah belakang kepala (menyisir rambut, atau menggunakan shampo).8

PEMERIKSAAN FISIK

Gerak aktif maupun pasif dari sendi glenohumeral terbatas oleh adanya nyeri. Pada gerak pasif keterbatasan lebih terlihat pada rotasi eksternal daripada rotasi internal. Pada restriksi maksimal capsular sendi, kemampuan sendi glenohumeral < 80 pada rotasi eksternal, dan < 70 pada rotasi internal. Dapat pula ditemukan spasme otot, dan disuse atrofi.8

Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi internal lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 5

Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.5

Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.5

Gambar 1: Tes Appley scracth

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai dengan masing penyakit. Pada penyakit frozen shoulder pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan radiologi (x-ray untuk menyingkirkan arhritis , tumor dan deporit kalsium) dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12 minggu).10

PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA

Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi non steroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun. Dasar penggunaan kortikosteroid pada frozen shoulder dikaitkan dengan kemampuan mengurangi edema atau inflamasi saraf.5

PENANGANAN FISIOTERAPI

Terapi dingin

Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera muskuloskeletal akut. Demikian pula pada nyeri akut frozen shoulder lebih baik diberikan terapi dingin.5,11

Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas, mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada peradangan sendi kronis menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal pengurangan nyeri. 5,11

Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 5,11

Kompres dingin

Teknik: masukkan potongan potongan es kedalam kantongan yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat diulang dengan jarak waktu 10 menit.

Masase es

Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah dibungkus. Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu 10 menit.

Terapi panas

Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, membantu resolusi infiltrat radang, edema dan efek eksudasi. 5,11

Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi bermanfaat sebagai analgesik. Terapi panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 5,11

Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy=SWD)

Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy=MWD)

Diatermi ultrasound (utrasound diathermy=USD)

Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah (US) yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi yang dipakai untuk terapi 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal adalah gel. 5,11

Efek US pada frozen shoulder :

Meningkatkan aliran darah

Meningkatkan metabolisme jaringan

Mengurangi spasme otot

Mengurangi perlekatan jaringan

Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11 m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati jaringan. Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak dipermukaan. 5,11

ELEKTROSTIMULASI: TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada frozen shoulder.

Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakan elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur. 5,11

Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak abduksi, elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda kedua diletakkan pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri disamping sebuah dinding dan diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan pasien diminta untuk berjalan ke atas di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi bervariasi dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita. Angka keberhasilan untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 80-95%.5,11

LATIHAN

Merupakan bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder. Pada awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder wheel , over head pulleys, finger ladder, dan tongkat (stick exercise) merupakan terapi standar untuk penderita frozen shoulder. 5,11

Latihan Codman (Pendulum)

Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot lengan. Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan menggunakan gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada saat berdiri tegak akan timbul rasa nyeri hebat. Tetapi bila dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi maka gerakan tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri. Pada pergerakan pendulum penderita membungkuk kedepan, lengan yang terkena tergantung bebas tanpa atau dengan beban.5,11

Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-ekstensi)(gambar 2). Makin lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler) searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian beban pada latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot bahu. 5,11

Gambar 2: Latihan Pendulum

Latihan dengan menggunakan tongkat

Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun berbaring. Cara latihan tongkat dipegang dengan kedua tangan di depan tubuh. Untuk fleksi bahu posisi tongkat seperti pada gambar 3(7a) dan 3(7b). Untuk horizontal abduksi dan adduksi, tongkat diangkat sampai sendi bahu fleksi 90o. Siku tetap ekstensi, tangan yang sehat dipakai untuk mendorong sisi yang sakit selebar mungkin secara perlahan-lahan. Dengan tongkat diletakkan dibelakang punggung dapat dilaksanakan rotasi eksternal atau rotasi internal (gambar 3.7c). Pada saat terasa peregangan, posisi dipertahankan selama 3 hitungan, dan peregangan dapat diulang 3 sampai 5 kali. 5,11

Gambar 3 : stick exercise

Latihan finger ladder

Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan secara obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri menghadap dinding dengan ujung jari-jari tangan sisi yang terkena menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk gerakan abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding (gambar 4). 5,11

Gambar 4: Latihan dengan finger ladder

Latihan dengan over head pulleys (katrol)

Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan: dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring terlentang dengan bahu terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu tali yang lain akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan perlahan-lahan (gambar 5). 5,11

Gambar 5: Latihan dengan overhead pulley (katrol)

Latihan dengan shoulder wheel

Dengan instruksi yang benar shoulder whell dapat digunakan untuk memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi bahu secara aktif. Cara penggunaan alat: penderita berdiri sedemikian rupa sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga gerak lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku fleksi 90o (gambar 6 ). Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi. 5,11

Gambar 6: Latihan dengan shoulder wheel

BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA

Nama:Ny. ES

Umur:60 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat: Kleak Lingkungan V

Tanggal Pemeriksaan: 10 Maret 2015

2. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Nyeri dan keterbatasan gerak bahu kiri.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri dan keterbatasan gerak pada bahu kiri dialami oleh penderita sejak 3 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Riwayat kaku pada bahu di pagi hari (-). Nyeri timbul atau bertambah terutama saat penderita menggerakkan bahunya seperti saat memakai kaos, mengancingkan pakaian dalam (BH), menyisir rambut, dan mencebok. Nyeri menjalar (-). Nyeri berkurang saat tidak menggerakkan bahunya. Riwayat trauma (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (+) sejak 3 tahun lalu, terkontrol dengan obat amlodipine 5mg

Kolestrol (+) sejak 3 tahun lalu

Asam urat (+) sedang mengonsumsi alopurinol

DM (-)

Riwayat trauma (-)

D. Riwayat penyakit keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini.

E. Riwayat kebiasaan

Sehari-hari beraktivitas dengan tangan kanan. Penderita terbiasa mengangkat benda berat seperti ember yang berisi air saat mencuci pakaian 3 kali dalam 1 minggu. Penderita aktif sebagai pemain voli sebelum pensiun.

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita merupakan pensiunan guru. Tinggal bersama suami di rumah permanen, 1 lantai, sedangkan anak-anak telah tinggal terpisah. Toilet berada di dalam kamar tidur, jarak 5 meter dari tempat tidur, pakai WC jongkok. Penerangan bersumber dari PLN dan sumber air bersih. Biaya pengobatan di tanggung oleh BPJS.

G. Riwayat Psikologi

Penderita merasa cemas dengan nyeri yang dialami karena menganggu aktivitas sehari-hari.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Derajat kesadaran : Kompos mentis

Glassgow Coma Scale (GCS) : Eye4 Motoric6 Verbal5

Tanda Vital :

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi: 84x/menit, regular, isi cukup

Respirasi: 18x/menit

Suhu : 36,5 C

Status generalis:

Kepala

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher: Pembesaran KGB leher tidak ada

Thoraks

Bentuk : simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut datar

Palpasi: Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi: Timpani

Auskultasi: Peristaltik usus (+) normal

Ekstremitas: Akral hangat, Oedem (-)

Status Lokalis

Regio: Shoulder sinistra :

Inspeksi: merah (-), udem (-), deformitas (-)

Palpasi: nyeri tekan (+) regio trapezius bagian atas, supra & infraspinatus, panas (-), krepitasi (-/-)

Movement: nyeri gerak (+)

Nilai Visual Analog Scale (VAS)

04 10

(dengan analgetik)

Status Motorik:

Ekstremitas Superior

Ekstremitas Inferior

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Gerakan

Kekuatan Otot

Tonus Otot

Refleks Fisiologis

Refleks Patologis

Sensibilitas

Proprioseptif

Normal

5/5/5/5

Normal

Normal

-

Normal

Normal

sde/5/5/5

Normal

Normal

-

Normal

Normal

Normal

5/5/5/5

Normal

Normal

-

Normal

Normal

Normal

5/5/5/5

Normal

Normal

-

Normal

Normal

Protopatik

Normal

Normal

Normal

Normal

Lingkup Gerak Sendi (LGS) bahu

Dextra

Sinistra

Normal

Aktif

Pasif

Aktif

Pasif

Ekstensi - Fleksi

45 - 0 -180

40-0-110

40-0-120

60-0-180

Abduksi - Adduksi

180-0-45

100-0-45

110-0-45

180-0-45

Rotasi Eksternal internal

90-0-90

70-0-55

75-0-60

90-0-90

Tes Provokasi:

Jenis pemeriksaan

Dekstra

Sinistra

Appley Scratch test

-

+

Appley Scarf test

-

-

Lift off test

-

+

Yergason test

-

-

Mosley test

-

-

Empty Can test

-

-

4. RESUME

Seorang pasien perempuan, 60 tahun, datang ke poliklinik rehabilitasi medik dengan keluhan utama nyeri dan keterbatasan gerak pada bahu kiri sejak 3 minggu yang lalu, seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri timbul terutama saat penderita menggerakkan bahunya seperti saat memakai baju, mengancingkan celana dan pakaian dalam (BH), menyisir rambut, dan mencebok. Nyeri berkurang saat penderita tidak menggunakan bahunya. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital : TD: 110/70 mmHg , N:84 x/menit , SB: 36,5 C, P: 16 x/menit. Pada pemeriksaan status lokalis ditemukan nyeri tekan regio trapezius bagian atas, infra dan supraspinatus. Pemeriksaan LGS bahu sinistra keterbatasan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, ekstenal dan internal rotasi. Pada test provokasi didapatkan hasil yang positif pada appley scratch test dan lift off test.

5. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis Klinis: frozen shoulder sinistra

Diagnosis Etiologis: suspect overuse injury, proses degeneratif

Diagnosis Topis: sendi glenohumeral sinistra

Diagnosis Fungsional

Impairment: nyeri dan keterbatasan gerak bahu sinistra

Disabilitas: gangguan AKS seperti dressing, feeding, grooming, toileting.

Handicap: -

6. PROBLEM REHABILITASI MEDIK

a. Nyeri pada bahu kiri dengan VAS 4

b. Keterbatasan LGS pada bahu sinistra

c. Gangguan AKS (toileting, feeding, dressing, grooming)

d. Kecemasan akan sakit yang dialami

7. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa: Analgetik, AINS ( Anti-Inflamasi Non Steroid):

b. Rehabilitasi Medik

Fisioterapi

Evaluasi :

Nyeri pada bahu kanan dengan VAS 4

Keterbatasan LGS pada bahusinistra

Gangguan AKS (toileting, grooming, feeding, dressing)

Program:

Ultra Sound Diathermy (USD) glenohumeral sinistra

Latihan LGS aktif sendi bahu sinistra (sampai batas nyeri)

Okupasi Terapi

Evaluasi :

Keterbatasan LGS sendi bahu kiri

Gangguan AKS

Program :

Latihan AKS dengan aktivitas dan keterampilan

Ortotik dan Prostetik

Evaluasi :

Nyeri pada bahu kanan dengan VAS 4

Keterbatasan LGS pada bahusinistra

Gangguan AKS (toileting, grooming, feeding, dressing)

Program:

Saat ini tidak diperlukan

Sosial Medik

Evaluasi :

Penderita adalah seorang pensiunan guru, dan ibu rumah tangga. Sebelum sakit penderita biasanya dapat melakukan pekerjaan rumah tangga secara mandiri. Namun karena nyeri dan keterbatasan gerak AKS, pekerjaan rumah tangga tidak dapat dilakukan. Keadaan ekonomi penderita masih cukup. Pekerjaan suami adalah seorang pensiunan dan penderita memiliki 2 orang anak.

Program:

Saat ini keadaan ekonomi keluarga ini masih bisa terpenuhi

Edukasi mengenai penyakit pasien agar pasien rajin melakukan home program exercise dan memberikan support supaya pasien tetap rajin untuk melaksanakan terapi.

Psikologi

Evaluasi :

Kecemasan pasien akan nyeri yang dirasakan

Program :

Mensupport mental pasien

Terapi Bicara

Evaluasi :

Pasien tidak ada masalah dalam berbahasa dan berkomunikasi

Program: saat ini tidak ada

Home program

Pendulum exercise

Finger ladder

Stick exercise

8. PROGNOSIS

Quo ad Vitam: bonam.

Quo ad Fungsionam: dubia at bonam.

Quo ad Sanasionam : dubia at bonam.

9. ANJURAN

Foto rontgen regio shoulder dextra et sinistra posisi AP dan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012.

2. Goyal M., Bhattacharjee S, Goyal K. Combined Effect of End Range Mobilization (ERM) and Mobilization with Movement (MWM) Techniques on Range Of Motion and Disability in Frozen Shoulder Patients: A Randomized Clinical Trial. Journal of Exercise Science and Physiotherapy.2013;9:74-82.

3. Ansari SN, Lourdhuraj I, Shah S, Patel N. Effect Of Ultrasound Therapy With End Range Mobilization Over Cryotherapy With Capsular Stretching On Pain In Frozen Shoulder A Comparative Study. IJCRR.2012;4:64-73.

4. JOSPT team. Frozen Shoulder What Can a Physical Therapist Do for My Painful and Stiff Shoulder?. J Orthop Sports Phys Ther.2013;43:351.

5. Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone acetonide pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003

6. Cluett, Jonathan. Frozen Shoulder Symptoms. 22 Agustus 2011. Diunduh dari: http://orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder_2.html.

7. Kuntoro, Heru Purbo. Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu. Surabaya. 2007

8. Carolin T, Wadsworth. Frozen Shoulder. Physical Terapi.2006;66:1878-83.

9. Lewis J. Frozen shoulder contracture syndrome e Aetiology, diagnosis and management.Manual Therapy.2014;4:1-8

10. Pakasi RE. Aspek Rehabilitasi Nyeri Bahu. Physical Medicine and Rehabilitation Departement Fatmawati General Hospital. Jakarta

11. Sriwidayati, Ika Wahyu. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus frozen shoulder capsulitis adhesiva dextra. Sukoharjo. 2008

17