memilih sistem kurs mata uang yang tepat (nurdjaman arsjad)

9
Perekonomian Indonesia MEMILIH SISTEM KURS MATA UANG YANG TEPAT Apa Masalahnya ? Nurdjaman Arsjad*l Abstract In point of historical perspective, we know two groups of exchange rate system, i.e. the fixed exchange rate system (gold standard and Bretton Woods System) and the flexible exchange rate system (clean float and dirty float).Each system has an argumentation how to reach stable rate, but according to experiences in the history, choosing any system is not successful when country has to face a bad conditions of economy. Choosing any system depends on the economic charasteristics of a country. H the economy of a country is ill structurally and fundamentally, there is no system to be choosen. in this case, the goverment has to decide a priority to restructure and reform its domestic economy and politics, in addition to reaching exchange rate stability. Pengantar Memaharni perilaku atau tingkah laku kurs mata uang tidaklah mudah. Masalahnya begitu kompleks dan rumit (complicated). Keoijakan kurs mata uang (selanjutnya disebut kurs saja) yang tidak tepat akibat salah memaharni tingkah Iaku kurs, akan membawa darnpak negatif tidah hanya atas kehidupan ekonomi dan bisnis, tetapi juga kehidupan sosial dan politik. Kegoncangan kurs rupiah atas dolar AS dimana kurs rupiah cenderung merosot terus, sejak Juli 1997, adalah contoh nyata betapa membingungkannya tingkah laku kurs rupiah-dollar AS. Tampaknya kebijak- an kurs (kebijakan e!conomi makro yang dijalankan Bank Indonesia belum beIbasil membikin stabil kurs rupiah. Tulisan ini ingin menelaah sistem kurs apa yang dapat dipilih oleh bank sentral sehingga mampu mengatasi gejolak kurs. Apa keunggulan dan kelemahan dari sistem kurs mengambang bila dibandingkan dengan sistem kurs tetap? *) Penulis lulus dati Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1964. Penulis ada1ah dosen senior di Fakuttas Ekonomi Universitas Pancasila dan beberapa Universitas lain di Jakarta dan Widya Iswara Departemen Keuangan. Penulis pernah mengikuti banyak pelatihan dan konferensi mengenai ekonomi dan moneter di luu negeri sejak tabun 1968 hingga sekarang. Penulis juga sebagai pene1iti dan penulis di CSIS serta penulis di berbagai media masa di dalam dan luar negeri. 20 VOLUME 2 NOMOR 2 November 1998 PANUfAN BISNlS ISSN 1410-7805 http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Upload: andrew-setiadi

Post on 29-Jun-2015

306 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

• Perekonomian Indonesia

MEMILIH SISTEM KURS MATA UANG YANG TEPAT

Apa Masalahnya ?Nurdjaman Arsjad*l

Abstract

In point of historical perspective, we know two groups of exchange rate system,i.e. the fixed exchange rate system (gold standard and Bretton Woods System) and theflexible exchange rate system (clean float and dirty float).Each system has anargumentation how to reach stable rate, but according to experiences in the history,choosing any system is not successful when country has to face a bad conditions ofeconomy. Choosing any system depends on the economic charasteristics of a country. Hthe economy of a country is ill structurally and fundamentally, there is no system to bechoosen. in this case, the goverment has to decide a priority to restructure and reform itsdomestic economy and politics, in addition to reaching exchange rate stability.

PengantarMemaharni perilaku atau tingkah

laku kurs mata uang tidaklah mudah.Masalahnya begitu kompleks dan rumit(complicated). Keoijakan kurs mata uang(selanjutnya disebut kurs saja) yang tidaktepat akibat salah memaharni tingkah Iakukurs, akan membawa darnpak negatif tidahhanya atas kehidupan ekonomi dan bisnis,tetapi juga kehidupan sosial dan politik.

Kegoncangan kurs rupiah atas dolarAS dimana kurs rupiah cenderung merosotterus, sejak Juli 1997, adalah contoh nyata

betapa membingungkannya tingkah lakukurs rupiah-dollar AS. Tampaknya kebijak-an kurs (kebijakan e!conomi makro yangdijalankan Bank Indonesia belum beIbasilmembikin stabil kurs rupiah.

Tulisan ini ingin menelaah sistemkurs apa yang dapat dipilih oleh banksentral sehingga mampu mengatasi gejolakkurs. Apa keunggulan dan kelemahan darisistem kurs mengambang bila dibandingkandengan sistem kurs tetap?

*) Penulis lulus dati Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1964. Penulis ada1ah dosen senior di Fakuttas EkonomiUniversitas Pancasila dan beberapa Universitas lain di Jakarta dan Widya Iswara Departemen Keuangan. Penulis pernahmengikuti banyak pelatihan dan konferensi mengenai ekonomi dan moneter di luu negeri sejak tabun 1968 hinggasekarang. Penulis juga sebagai pene1iti dan penulis di CSIS serta penulis di berbagai media masa di dalam dan luar negeri.

20 VOLUME 2 NOMOR 2 November 1998 PANUfAN BISNlS ISSN 1410-7805

http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 2: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

Macam-macam Sistem Kurs di Dunia danKebijakannya

Penetapan sistem kurs di suatu ne-gara (tetap a13upoo mengambang) padahakikatnya bertujuan ootuk membuat kursmenjadi stabil. Kurs yang stabil membuatsemua pihak (konsumen, pemerintah dandooia bisnis) nyaman dan bahagia, karenaterhindar dari fluktuasi kurs yang membawaresiko. Apabila sistem kurs di seluruh dooiaadalah stabil, akan memperlancar perda-gangan (barang dan jasa) dan investasi de-ngan proses alokasinya yang lebih merata.Tingkah laku kurs dapat dilihat di bursa va-luta asing(BVA). Pembentukannya ditentu-kan oleh kekuatan membeli dan menawarkanvaluta asing (foreign exchange) di BVA.

Kurs yang terbentuk di BVA bisaberfluktuasi tetapi bisa juga stabil. Apabilakestabilan kurs di BVA sukar terbentuk(karena perubahan faktor-faktor yang mem-pengaruhinya), pemerintah biasanya mela-kukan intervensi di BVA. Bentuk intervensipemerintah yang paling ketat adalah monopolipemerintah a13s penjualan dan pembelianvaluta asing (devisa) dengan mendirikanbadan pengendalian devisa (di Indonesiapernah dalam dasawarsa 1960 dikenalLAPLN yaitu lembaga alat-alat pembayaranluar negeri). Inilah yang disebut sistem penga-wasan devisa (exchange control). Denganpengawasan devisa oleh pemerintah, kursbisa menjadi stabil, tetapi bukan 0100 ke-kuatan penawaran dan pennin13an di pasarmelainkan oleh birokrasi (Root, 1990 : 318).

PANUfAN BISNIS ISSN 1410.7805

• Perekonomian Indonesia

Di antara sistem kurs yang berlakudi dunia, sistem kurs tetap adalah yangterlama di dunia yakni sejak 1880 danberakhir 1971. Sistem kurs tetap yangklasik berlaku di bawah standar emas mumi(pure gold standard) yakni dalam periode188~ - 1914. Kemudian setelah PerangDunia II berlaku sistem kurs tetap alaBretton Woods System (1944-1971) , biasadisebut sistem kurs tetap terkendali (ma-naged fixed system). Dalam periode depresibesar (dasawarsa 1930) keadaan kurs didunia amat tidak stabil dan tidak menentu(unsound exchange rate competition).Sistem kurs tetap di bawah standar emaspada masa depresi besar praktis lumpuh didalam menjalankan fungsinya. Juga padamasa Perang Dunia I (1914-1918) standaremas praktis tidak dapat berjalan.

Kurs tetap di bawah standar emasmemilih emas moneter sehagai faktorpenentu sistem kurs tetap. Apabila masing-masing negara menetapkan paritas emasdalam setiap ma13 uangnya (perbandingannilai an13ra emas dan ma13 uang) makauang satu negara bisa saling dipertukarkandengan mata uang negara lainnya (pene-13pan kurs atau nilai tukar mata uang)secara tetap (a13s dasar maint parity =perbandingan antar mata uang).

Sebaliknya, sistem kurs tetap di bawahBretton Woods System ditentukan 0100dollar AS sebagai faktor penentunya.Masing-masing sengaa menetapkan nilaitukar (kurs) mata uangnya terhadap dolar

VOLUME 1 NOMOR 2 November 1°98 21http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 3: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

• PerekonomianIndonesia

A.S. (dollar parity) dan pada gilirannyadollar AS, dikaitkan nilainya dengan emas(mulai 1936, 1 troyonce emas dihargai samadengan US $ 35). Dengan demikian melaluidollar AS sebagai alat penentu kurs tetap,masing-masing mata uang negara-negarabisa saling dipertukarkan secara tetap (fixedrate). Sistem kurs tetap a la Bretton WoodsSystem ini biasa disebut sistem kursterkendali (managed exchange system)karena penetapan kurs tetap di BVAdilakukan dengan intervensi pemerintahapabila temyata pembentukan kurs di BVAmenyimpang dari kurs tetap seperti yangdiinginkanpemerintah.

Dua macam sistem kurs tetaptersebut yang dianut hampir semua negaradi dunia dan berlangsung cukup lama.l

Mengapa bisa berlangsung begitulama? Apakah ada keistimewaan ataukeajaiban luar biasa dari kedua sistemtersebut?

Menurut pendapat saya, tidak adasatupun sistem kurs di dunia yang tepat danbaik secara sempuma. Kemampuan sistemkurs tetap di bawah standar emas maupun ala Bretton Woods System di dalammemperlancar perdagangan, investasi danpembayaran intemasional, bukanlah konseppemikirannya itu sendiri yang baik, tetapi

juga karena didukung oleh situasi dankondisi ekonomipada waktu itu.

Harus diakui bahwa pembentukankurs tetap tidak berarti sarna dengan kursstabil. Akan tetapi, memang kedua sistemkurs tersebut juga telah berhasil mencipta-kan kurs stabil (fixed and stable rate).Mengapa bisa ? Akan ditelaah berikut ini.

Standar EmasPada zaman standar emas(1880-1914),

kestabilan kurs tidak hanya dimungkinkandengan adanya mekanisme penyesuaianyang otomatis (ekspor-impor emas), tetapididukung dengan kondisi perdagangan inter-nasional yang pada waktu itu lebih bersifatkomplementerdaripada kompetitif. 2

Disamping itu, pada waktu itu ha-nya ada satu pusat keuangan intemasional(London) yang mengatur sistem kurs tetaPdi bawah standar emas. Kemudian, sejakPerang Dunia I (1914-1918) sistem kurs dibawah standar emas mulai kehilangankekuatannya di dalam menstabilkan kurs.Setelah Perang Dunia Iyakni dalam periode1918-1925 sistem kurs tetap di bawahstandar emas tidak bisa dipertahankan lagioleh banyak negara dan memilih sistem kursfleksibel atau mengambang.

1 Sistem kurs tetap yang disebut CWTencyBoard System tidak dibahas di sini berhublUlgruang dan waktu terbatas.2 Komplementer artinya misalnya Inggris ekspor barang-barang industri ke Mesir dan Mesir ekspor kapas ke

Inggris, sedangkan kompetitif artinya Inggris bersaing di dalam berdagang tekstil dengan negara lain

22 VOLUME 1 NOMOR2 NOVEMBER 1998 PANUTANBISNIS ISSN 14Io-780S

http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 4: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

Setelah 1925, negara-negara di duniaingin kembali ke standar emas, akan tetapikestabilan kurs tidak bisa dipertahan-kandan kegoncangan kurs diperkuat lagi dengandatangnya depresi besar yang melandadWlia dalam dasawarsa 1930. Dalam masadepresi, khususnya pada 1933-1936, pereko-nomian dunia amat tidak stabil, banyaknegara melakukan tindakan devaluasi yangtidak sehat. Dalam situasi itu tampakadanya kehancuran( collapse) sistem moneterintemasional di bawah tekanan depresi yangmeluas ke seluruh dunia dengan amatdahsyat (Salvatore, 1995 : 689)

Bretton Woods SystemSetelah berakhimya Perang Dunia

n (1939-1945), tampaknya sistem kurs tetapdi bawah standar emas tidak bisa diperta-hankan lagi. Situasi dan kondisinya banyakberubah. Perdagangan dunia semakin kom-petitif, tidak lagi komplementer.

Sekarang muncul pusat-pusat keu-angan yang baru, seperti misalnya NewYork dan Paris, ditambah lagi denganperanan Amerika Serikat yang semakin kuatdalam percaturan perekonomian dWlia,sehingga dWlia memerlukan sistem moneterintemasional (baca : sistem kurs) yang baru.Inilah yang dinamakan Bretton WoodsSystem (1944-1971 ).3

Temyata sistem kurs tetap alaBretton Woods System juga berlangsung

• Perekonomian Indonesia

cukup lama, karena disamping mekanismebisa berjalan dengan baik, juga didukungkondisi ekonomi yang memungkinkan.

Setelah Perang DWlia n, negara-negara yang hancur karena perang (tetapiyang memiliki dasar perindustrian yangkuat) seperti Inggris, Jerman dan Jepangbernasil merekonstruksi perekonomianmereka, kegiatan perdagangan dan investasiintemasional berangsur-angsur pulih sertadidukung dengan tingkat bunga dan tingkatinflasi yang rendah. Negara-negara berkem-bang (bekas jajahan) sudah mulai berperandalam percaturan perekonomian dunia, danmereka terbangun antara lain berkatmengalimya bantuan-bantuan dari negara-negara maju dan lembaga-lembaga PBB.

Hal-hal yang diuraikan di atassangat mendukung bekerjanya sistem kurstetap di bawah Bretton Woods System.Kekuatan dan keunggulan sistem kurs tetapa la Bretton Woods System terletak padadollar AS sebagai faktor penentu. DolarA.S. dalam dasawarsa 1950 dan 1960 sangatkuat dan dipercaya, karena didukung dengancukupnya persediaan emas moneter yangdimiliki Amerika Serikat (bahkan dollar ASdijadikan mata uang cadangan di banyaknegara di dunia).

Perekonomian Amerika Serikat yangpada waktu itu paling kuat di dunia, juga amatmendukung kekuatan dollar AS sebagai matauang dunia (Bretton Woods System menganutdollar standard).

j Tal11laknya negarawan dan pakar masih ingin mempertahankan standar emas. tetapi yang dimodifikasi. Oldl karma itu lahirlah thenew gold exdlange standard yang tidak lain adalah Bretton Woods System.

PANUfAN BISNIS ISSN 141Q..7805 VOLUME I NOMOR 2 November 1998 23http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 5: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

o PerekonomianIndonesia

Bretton Woods System Runtuh (Collapse)

Pada akhimya di awal dasawarsa1970, sistem kurs tetap di bawah BrettonWoods System sama sekali tidakdapatmen-jalankan fungsinya. Arnerika Serikat meng-alami kesulitan perekonomian dalamnegaranya antara lain akibat menurunnyadaya saing perekonomian Arnerika Serikatdalam percaturan dunia. Pada waktu itumuncul kekuatan perekonomian baru didunia yakni Jepang dan Jerman Barat(namanya pada waktu itu), serta negara-negara di Eropa Barat pada umumnya.

Paruh pertama dasawarsa 1970,dollar AS mengalami tekanan berat. Tidakmenentunya nilai dollar AS pada waktu itumencerminkan krisis moneter intemasionalmelanda dunia. Akibatnya, kestabilan per-ekonomian nasional maupun intemasionalterganggu dengan adanya kekacauan mone-ter dunia.

Tanda-tanda akan munculnya krisismoneter intemasional dalam dasawarsa1970, sudah mulai terasa di akhir-akhirdasawarsa 1950 dan lebih menarnpak lagidalam dasawarsa 1960. Apabila dalamperiode 1945-1950 dunia kekurangan, dollarAS (dollar shortage) sebagai dana terutamauntuk membiayai negara-negara yang han-cur karena perang, tetapi setelah itu duniasemakin lama semakin kebanjiran dollar AS(dollar glut). Akibatnya, nilai dollar ASmerosot terus menerus.

Hal tersebut berarti neraca pemba-yaran terus menerus defisit, terutamatransaksi kapital mengalami defisit akibat

24 VOLUME 1 NOMOR 2 NOVEMBER 1998

banyak bantuan dan investasi AS mengalirke luar negeri. Meskipun transaksi kapitaldalam neraca pembayaran AS terus-mene-rus defisit dalam waktu yang cukup lama,namun defisit neraca perdagangan belumpemah teIjadi sejak 1893.

Baru dalam 1971, Amerika Serikatmengalami defisit dalam neraca perdagang-an. Dengan demikian, perpindahan danadan emas terus berlangsung dari AmerikaSerikat ke luar negeri (Arsjad, 1992 : 97).

Demam emas (gold fever) dalamparuh kedua dasawarsa 1960, menambahkekacauan moneter dunia. Masalahnya ber-mula dari adanya tekanan-tekanan kekuatanspekulasi yang menggoncang BVA danpasar emas intemasional di London, sehing-ga pound sterling didevaluasi dan hargaemas berfluktuasi (Root, 1990: 473). Kemelut moneter dunia mencapai

puncaknya pada Agustus 1971, ketikaPresiden Nixon (presiden Amerika Serikatwaktu itu) mengumumkandolar A.S. sudahtidak bisa ditukar lagi dengan emas (U.S.dollar inconvertability). Kemudian, setelahitu, dolar A.S. didevaluasikan berturut-turutpada Desember 1971 dan Februari 1973.

Dolar A.S. yang dijadikan matauang dunia dalam Bretton Woods Systemseharusnya nilainya tetap terhadap matauang lainnya dan emas (dollar standard).Namun, dengan dilepaskannya ikatan dollarAS dengan emas dan didevaluasikannyaduakali berturut-turut, Bretton Woods Systemsudah berhenti tugasnya di dalam mengaturnilai tukar matauang-mata uang di dunia.

PANUI"AN BISNIS ISSN I4I()"780S

http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 6: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

Setelah itu, sejak 1973 banyak ne-gara memilih sistem nilai tukar mengam-bang di dalam menetapkan nilai tukar matauangnya dengan mata uang negara lain.

Sistem Kurs MengambangKestabilan moneter dan perekono-

mian seperti yang terlihat amat mengesan-kan dalam dasawarsa 1950 dan 1960 tidakmenampak lagi dalam dasawarsa 1970 danjuga kecenderungannya masih terlihat hing-ga sekarang ini.

Oleh karena itu, sejak 1973 sistemnilai tukar mengambang diperkenalkan kem-bali di banyak negara di dunia. Sebelumnya,yakni pada periode 1918-1925 berlakusistem nilai tukar mengambang akibatstandar emas tidak mampu menjalankanmisinya untuk mewujudkan sistem nilaitukar tetap akibat perekonomian duniakacau setelah Perang Ounia I (1914-1918).

Menurut pengamat ahli, diperkenal-kannya sistem nilai tukar mengambangmulai 1973 adalah karena kekacauanmoneter (krisis moneter intemasional yangdahsyat) bukan dimunculkan secara sadardan rasional. Oi sini terdapat kesan bahwamemperkenalkan sistem kurs mengambangadalah "tergesa-gesa" dan "terpaksa".

Dengan sistem kurs mengambang,diharapkan pembentukan kurs di pasarbebas menjadi lebih realistis dan stabil. Oibawah sistem kurs mengambang masing-masing negara lebih bebas menentukan ke-bijakan ekonominya tidak seperti pada masa

PANUfAN BISNIS ISSN 1410-1805

• Perekonomian Indonesia

Bretton Woods System, demi mempertahan-kan kurs tetap, kebijakan ekonomi dalamnegeri harus disesuaikan.

Keunggulan dan Kelemahan SistemKurs Mengambang

Oleh para penganutnya, sistem kursmengambang (floating rates) dinilai ampuhsebagai alat yang paling efektif untukmenanggulangi kepanikan dan kesulitanekonomi yang paling serius di dalam jangkapendek. Sistem floating rates terutama yangbersifat bebas tanpa turut campur banksentral (free float atau clean float) bisamengurangi keperluan akan cadangan devi-sa suatu negara dan tidak diperlukan lagimata uang dunia dan pengaturan jumlahuang beredar dunia (Kin dleberger,1970: 224)

Sebaliknya, kritik yang pokok atassistem kurs mengambang adalah dikhawa-tirkan bahwa pergeseran-pergeseran nilaitukar (kurs) mata uang yang terlalu seringakan mengacaukan perdagangan dunia danpada gilirannya akan mengakibatkan keru-gian di dalam memakmurkan dunia.

Oi samping itu, sistem kurs meng-ambang akan mengundang para spekulanmenjalankan peranan mereka yang justrumengacaukan suasana. Sistem ini yang ti-dak lagi memerlukan mata uang dunia akanmenjurus ke sistem barter. Hal ini akan meng-hambat perluasan perluasan perdagangandunia dan membuat tidak efisien penggu-naan sumber daya di dunia (Kindleberger,1970 : 224).

VOLUME I NOMOR 2 November 1998 25http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 7: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

• Perekonomian Indonesia

Memang, hingga sekarang k'Ul"smatauang-mata uang, terutama kurs mata-matauang kuat eperti dolar A.S., Yen Jepang,Deutch mark dan poundsterling masihsering goncang. Kurs yang sering goncangyang diiringi politik proteksi di negara-negara maju jelas akan mempengaruhiperdagangan internasional negara-negara ber-kembang yang pada gilirannya akan mem-pengaruhi pertumbuhan dan pembangunanekonomi negara-negara berkembang.

PenilaianAkhir-akhir ini menjelang tahun

2000, globalisasi ekonomi semakin mengge-jala. Negara-negara di dunia semakin me-nyatu dan tergantung satu sarna lain.

Menurut Peter Drucker, kinifinance memegang peranan kunci, tidak lagitrade di dalam percaturan ekonomi danbisnis internasional (Drucker, 1986 :21)

Dalam dasawarsa 1990, ternyatamemang, globalisasi pasar modal telahmengakibatkan kurs mudah berubah-ubah(volatile), kondisi keuangan sering tidakstabil, dan mengacaukan kebijakan moneterdomestik (Salvatore, 1995 : vii)

Sistem kurs mengambang, baiksecara bebas maupun secara terkendali(managed float) tampaknya sedang diujisekarang ini, terutama di kawasan AsiaTenggara dan Asia Timur yang dilandakrisis moneter dan krisis ekonomi.

Floating regime yang digunakan dibanyak negara di Asia Tenggara dan Timurbelum berhasil (atau mungkin sedang menuju

26 VOLUME 1 NOMOR 2 NOVEMBER 1998

kegagalan?) menjalankan Inlsmya untukmengatur keseimbangan neraca pembayaranserta menata kembali (reordering) perda-gangan dan pembayaran internasional.

Menurut penelitian IMF (Financeand Development, Desember 1997 : 9-11)arus modal swasta ke negara-negaraberkembang telah mencapai US $ 235milyar. Akses yang meningkat ke pasarkeuangan, telah memberi manfaat yangsubstansial bagi negara-negara berkembang.Aka tetapi negara-negara berkembang jugamenjadi rapuh terhadap pergeseran yangtiba-tiba dari para investor keluar darinegara-negara berkembang.

Hal tersebut di atas juga dialamiIndonesia yang sedang dilanda krisis hinggasekarang ini. Tampaknya, pemerintah dandunia bisnis kurang waspada dalammengatisipasi kemelut ekonomi yang dipicukrisis rupiah sejak Juli 1997.

Bank Dunia dalam laporannyatentang perekonomian Indonesia, jauh-jauhhari sebelum krisis telah mengingatkanbahwa di masa mendatang kondisi transaksiberjalan dalam neraca pembayaran yangsemakin memburuk dan pelbagai masalahyang dihadapi negara-negara di Asia Timurmungkin saja menular ke Indonesia.

Faktor-faktor yang mengandungresiko, menurut Bank Dunia selanjutnya,adalah arus modal dari luar negeri yangmasuk ke Indonesia tiba-tiba terbalik lagi keluar negeri secara mendadak, peningkatanutang luar negeri Indonesia (swasta maupunpemerintah) yang cukup besar, serta sema-

PANUfAN BISNIS ISSN 141Q-780S

http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 8: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

kin pekanya arus modal global terhadapperubahan pelbagai indikator sosial ekonomi(World Bank, 1997: vii)

Dari hal-hal yang seperti diuraikandi atas dapat disimpulkan bahwa sistemkurs apapun yang dipilih (kurs tetap ataumengambang) tidaklah berhasil di dalammenjalankan misinya untuk memeliharakestabilan kurs apabila sistem tersebutdihadapkan kepada perubahan sistem situasiyang amat berat dan cepat (contoh yangamat nyata sekarang adalah perpindahanarus modal yang sering dan cepat akibatglobalisasi pasar keuangan).

Oleh karena itu menurut pandanganIMF (the Economist, September 20, 1997:105) tidak ada sistem kurs yang sempurnadi dunia. Sistem kurs yang baik dan tepatdipilih tergantung pada karakteristik terten-tu dari perekonomian suatu negara, yakni:

1. Besamya keterbukaan suatu negara

Apabila faktor perdagangan memberisumbangan yang besar pada PBB, makahal ini bisa menimbulkan ketidakstabilankurs mata uang, untuk itu perlu dipilihsistem kurs tetap (termasuk CBS-penulis).

2. Tingkat Inflasi

Apabila suatu negara menderita tingkatinflasi yang tinggi, lebih tinggi daritingkat inflasi di negara-negara mitra da-gangnya maka perlu dipilih sistem kursfleksibel(mengambang) untuk mencegahkomoditi ekspomya menjadi tidak kom-petitif elipasar duma.

PANllfAN BISNIS ISSN 141()"780S

• Perekonomian Indonesia

Bila perbedaan inflasi (suatu negaradengan mitra dagangnya) tidak terlalubesar, dapat dipilih sistem kurs tetap.

3 . Fleksibilitas pasar buruhSemakin kaku(rigid)-nya upah atau gaji,akan semakin besar diperlukan sistemkurs fleksibel untuk membantu reaksiperekonomian dalam negeri terhadapgangguan dari luar (external shocks)

4. Derajat perkembangan(pembangunan)keuangan

Di negara-negara berkembang denganpasar keuangan yang belum dewasa(immature), sistem kurs mengambangtidak dianjurkan untuk dipilih karena adasejumlah pedagang valuta asing dapat me-nyebabkan kegoncangan nilai mata uang.

5. Kredibilitas pembuat kebijakan

Semakin lernah kredibilitas pembuat ke-bijakan (baca: bank sentral), maka perlukurs mata uang disesuaikan (pegging theexchange rate) untuk membantu keper-cayaan bahwa sentral dapat mengendali-kan inflasi (dalam hal ini CBS mungkintepat diterapkan untuk mengendalikaninflasi seperti dijalankan negara-negaradi Amerika Latin-penulis).

6. Mobilitas modal

Semakin terbukanya perekonomian suatunegara terhadap modal intemasional,semakin sukar mempertahankan sistemnilai tukar tetap (jadi hams fleksibel)

VOLUME 1 NOMOR 2 November 1998 27http://www.univpancasila.ac.id 7/22

Page 9: memilih sistem kurs mata uang yang tepat (Nurdjaman Arsjad)

• Perekonomian Indonesia

Simpulan

Dalam upaya memilih sistem kursyang tepat, temyata tidak ada jawaban yangpasti. Pemilihan sistem kurs yang tepat,menurut IMF, tergantung pada karakteristikperekonomian suatu negara.

Sistem kurs tetap barn bisa diterap-kan di suatu negara apabila (i) sumbanganperdagangan intemasional pada PDB adalahtinggi, (ii) perbedaan inflasi antar negarayang berdagang tidak terlalu besar, (iii)sektor keuangan lemah, dan (iv) pembuatkebijakan kehilangan kredibilitas.

Sebaliknya sistem nilai tukarfleksibel (mengambang) adalah tepat untukdipilih suatu negara apabila (i) perbedaantingkat inflasi antar negara yang berdagangsangat besar, (ii) pasar tenaga tidak flek-sibel dan kaku, dan (iii) perekonomiandalam negeri sudah sedemikian terbukanyatemadap modal intemasional.

Hal-hal tersebut bukanlah simpulanyang pasti dan mati (tidak bisa ditawarlagi), melainkan sesuatu yang masih bisadiperdebatkan.

Akan tetapi yang jelas adalah bahwasistem kurs macam apapun yang dipilihtidak akan berhasil misinya, apabila pereko-namian dalam negeri terns menerns sakitbaik secara struktural maupun fundamental.

28 VOLUME 1 NOMOR 2 NOVEMBER 1998

Oleh karena itu, perlu diprioritas-kan restrukturisasi dan reformasi ekonomidan politik dalam negeri di samping meng-upayakan stabilisasi nilai tukar (kurs) matauang.

Pusnawirawan-Pandok Labu,13 September 1998

Referensi

Arsjad, Nurdjaman, 1992, Ekonomi, Keuangandan Moneter, (kumpulan karangan sendiri),Jakarta : Intennedia

Drucker, Peter, 1986, The Frontiers of Manage-ment, (collective papers), New York: Tru-man Talley Books.

Kindleberger, Charles P., 1970,Power lIIICI Money:The Politics of International Economicsand The Economics of InternationalPolitics, London: MacMillan and co.Ltd.

Root, Franklin R., 1990, International Trade andInvestment, Sixth Edition, Cincinati: South-

Western Publishing Co.

Salvatore, Dominicks, 1995, International Eco-nomics, Fift Edition, Englewood Cliffs:Prentice-Hall Inc.

World Bank, 1997, Indonesia : Sustaining Growthwith Equity, East Asia-Pacific Region,World Bank Report Country Department m.

PANUfAN BISNIS ISSN 1410-1805

http://www.univpancasila.ac.id 7/22