mencari formula upah yangn adil & berdaya … · has not been ideal: ... •pertumbuhan...
TRANSCRIPT
MENCARI FORMULA UPAH YANGN
ADIL & BERDAYA SAING
Drs.Soeprayitno.MBA.,MSc.,Ph.DKETUA APINDO DPP DKI
PERBANDINGAN UPAH & PRODUKTIFITAS
Di negara ASEAN
Peta MASALAH PENETAPAN UMP/UMK
ALTERNATIF KENAIKAN UPAH
OUTLINE
Current Conditions
Minimum Wage &
Productivity ASEAN
Comparisn
3
Minimum Wage – Setting Mechanism
has not been ideal:
• Calculation of complicated and difficult
in replication
• The Mechanism is uncertain and
velnerable to conflicts of interest.
• Figures are set usually resulted in a “lose-
lose” for the worker and employer
SET OF PROBLEMS IN MINIMUM WAGES
PROBLEMATIKA PERUNDINGAN UPAH
Mekanisme perundingan pengupahanjuga tidak berfungsi dengan baik:
• Negosiasi bi-partite mengerucutpada upah minimum dan tidakmembahas produktivitas
• Upah riil bagi pekerja miskin tidakbanyak naik
Kondisi Ketenagakerjaan Saat Ini
Jumlah pekerja di sektor formal jauh lebih kecil dari
sektor informal (<40% dari total angkatan kerja 125.3
juta orang)
Kenaikan UM yang tinggi rata2 >15% /thn (2013-2014
naik 16.89%) menyebabkan semakin menyusutnya
industri padat karya
Besarnya biaya ketenaga kerjaan tiap tahun yang
harus dicadangkan pemberi kerja 34.24-35.74%
(jaminan kesehatan 4%, jaminan hari tua 3.7%,
jaminan kematian 0.3%, jaminan kecelakaan kerja
0.24-1.74%, kenaikan upah/tahun 13%, cadangan
pesangon UU 13/2003 termasuk pensiun 13%)
Kondisi Ketenagakerjaan Saat Ini
• Pertumbuhan investasi yang dibayangi penurunan
penyerapan tenaga kerja yang menunjukan investasi
yang masuk adalah padat modal, seperti terlihat
pertumbuhan investasi triwulan II – 2014 sebesar
116.2 T naik dari periode yang sama 2013 sebesar
99.8 T hanya menyerap 350.803 orang tenaga kerja
turun drastic dari penyerapan tahun 2013 periode
yang sama yaitu 626.376 orang
• Tingkat produktivitas kerja yang cenderung rendah,
dibawah laju kenaikan upah
• Kesenjangan kelompok kaya & miskin semakin lebar,
GINI ratio 2013 sebesar 0.413 hal ini merefleksikan
distribusi pendapatan yang tidak merata
TOTAL COMPENSATION
( COST to COMPANY )
LANGSUNG
• Upah Pokok
• Transportation Allow.
• Housing Allowance
• Functional Allowance
• Regional Allowance
• THR
• Incentive
• Uang hadir/uang makan
TERTUNDA
• Pesangon
• DPLK
• JHT
• Saham
• Asuransi
• Bonus
TIDAK LANGUNG
KESEHATAN
• Perawatan & Pengobatan
• Penggantian biaya pengobatan
FASILITAS
• Rumah peristirahatan
• Kendaraan & supir perusahaan
• Anggota Club Olah Raga / kebugaran
ASURANSI
• JKK & JK
ISTIRAHAT BERUPAH
• Cuti / Sakit / Compassionate Leave
LAIN-LAIN
• Training & kursus
FAKTA vs PERSEPSI
KENAPA NGGAK DIDORONG
SEKALIAN, biar ORANG BOSAN?
FAKTA VS PERSEPSI
COMPENSABLE FACTOR
Ayat (2) Pasal 6 Kep. 49/MEN/2004 :
Faktor – faktor yang diukur dan dinilai dalam evaluasi jabatan antara
lain :a. Tanggung jawab;
b. Andil jabatan terhadap perusahaan;
c. Resiko jabatan;
d. Tingkat kesulitan jabatan;
Kita bisa (dan harus) memilih / mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang akan dipakai sebagai dasar dalam memberikan kompensasi
(compensable factor).
Konsekuensi :
Tinggi (25 pts) 20 22 18
Body (25 pts) 17 20 22
Kulit (20 pts) 15 20 18
“Ukuran” (15 pts) 13 10 15
Tutur kata (15 pts) 12 13 13
TOTAL POINTS 77 85 86
Sebuah ilustrasi……..
FACTOR
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 / 2012
Pasal 6
“Penetapan Upah Minimum oleh Gubernur berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi”
Pasal 9
“Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diarahkan kepada pencapaian KHL”
Peraturan menetapkan upah minimum harus memperhitungkan
kebutuhan hidup layak, produktivitas, dan pertumbuhan
Minimum wages act as the safety net for workers with the
lowest income while at the same time increase their
purchasing power.
“The Government shall set minimum wages based on basic requirements of decent living by taking into account productivity and economic growth.” (Article 88 of Labor Law No. 13/2003)
“Indonesia has dualistic labor market structure, indicated by
high numbers of informal workers and small numbers of
formal workers.”
“Minimum wages in Indonesia are used more as a primary wage setting than as
a safety net.”
(World Bank, Indonesia Jobs Report 2010)
15
Principles of Minimum Wages
In Indonesia
GDP GROWTH BY SECTOR
Source: Statistics Indonesia; *) Quarter III/2012
• Service sector replaced industry since 2005. However, from 2009 industry grows
faster and in 2012 growth of industry has exceeded service sector.
• We indeed have a “red district” due to 1997 financial crisis, but we are on the
track to recover.
CURRENT CONDITIONS
Indonesia’s productivity – and competitiveness – is lagging behind neighboring countries
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Cambodia Mongolia Indonesia Phillippines China Thailand Malaysia Lao PDR Vietnam
Value Added per Worker (2005 PPP$)
1995
2005
2010
In most sectors, labor productivity has
improved gradually …
LABOUR PRODUCTIVITY GROWTH RATE
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
Lab
or
Pro
du
ctiv
ity
Gro
wth
Rat
e (%
)
Agriculture Industry Service Total
18
• Our labor productivity is growing at around 4,5% rate.• In 2011, the growth is dominated by agriculture sector.
Labor-intensive Manufacturing Industries: There are three labor-intensive manufacturing industries that should be considered, i.e. textile, clothing, and footwear.
In 2012, large and medium textile and footwear industries shifted by minus 8,32 per cent and minus 6,96 per cent, respectively.
Meanwhile, micro and small industries showed a positive growth, including clothing industries.
19
Type of Industries
Medium and Large Micro and Small
2012Q4/2011-Q4/2012
(y-on-y)2012
Q4/2011-Q4/2012(y-on-y)
Textile -8,32% -14,78% 2,96% 8,26%
Clothing 4,91% 9,14% 4,15% 8,76%
Footwear -6,96% -3,18% 8,89% 13,91%
Manufacturing industries
4,12% 11,09% 4,06% 1,89%
Current Conditions – Production Growth
Medium and Large Manufacturing Industries: In general, production of
manufacturing industries indicates a positive growth in 2012. However,
not all industries show a production increase.
20
Positive Growth Negative Growth
Types of Industries Growth Types of Industries Growth
Pharmacies 13,19% Basic metal -8,48%
Food 12,75% Textile -8,32%
Tobacco 5,42% Leather and footwear -6,96%
Clothing 4,91% Furniture -6,60%
Transport equipment 3,57% Paper -4,37%
Road vehicles 3,23% Beverages -0,50%
Current Conditions – Production Growth
21
Rapid increases in minimum wages may also discourage investment and affect productivity
… and in a highly informal labor market, the quality of jobs for most workers is low
22
• The majority of workers are in the informal sector
• Over 80 percent of formal workers do not have a contract.
• Employees without contracts earn less and are less likely to receive any benefits.
EDUCATIONAL BACKGROUND vs ECONOMIC SECTOR
•Almost 40% of employment are in agriculture, but around 90% of workers in this
sector are low-skilled.
•Sectors such as social/personal services; electricity, gas, water; and finance
require more skill (higher education). The rest is dominated by people with basic
education.23
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Basic Secondary Higher Share of Employment
Source: National Labor Force Survey,
Feb 2012, (Bappenas Calculation)
Kenapa Ribut Setiap tahun ???
• Politik pengupahan yang ditetapkan di Indonesia, biasanya berlaku
untuk jangka waktu satu tahun.
• Negara lain : Malaysia, Vietnam dan China, Upah
Minimum biasanya berlaku untuk minimal 5 (lima) tahun yang kemudian akan diadakan revisi bila dibutuhkan.
• Upah minimum yang mempunyai jangka waktu lebih panjang,
biasanya menunjukkan kondisi stabilitas ekonomisuatu negara.
Penentuan Upah Tenaga Kerja
• Ada 3 (tiga) Metode :
–hukum pasar (interaksi supply dan demand),
–kemampuan finansial perusahaandan
–berdasarkan biaya hidup
Penentuan Upah Tenaga Kerja
• Di China dan Vietnam, Upah minimum
sepenuhnya ditentukan oleh
Pemerintah.
• Di China dan Vietnam, mempunyai struktur
upah minimum yang berstandard ganda, yaitu upah minimum yang tinggi untukperusahaan investasi asing dan sebaliknyauntuk perusahaan domestik.
Fakta: Upah Pekerja Sepatu RI Lebih Tinggi Dibanding China*)
Indonesia China Vietnam Kamboja
Upah per jam
1,03 dollar AS (Rp 9.888)
0,91 dollar AS (Rp 8.736)
Vietnam 0,46 dollar AS (Rp 4.416)
Kamboja0,29 dollar AS (Rp 2.784)
UMR 179 dollar AS (Rp 1,71 juta) -Tangerang
159 dollar AS (Rp 1,52 juta)
95 dollar AS (Rp 912.000)
….. Dan Pekerja China bisa menghasilkan sepatudua kali lebih banyak dari di Indonesia
Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo)
PEMETAAN MASALAH
PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI
Upah minimum tidak berkorelasi dengan pertumbuhan produktivitas…
Δ Labor Prod (‘07-’10)
Δ %MW (’07-’13)-30
-20
-10
0
10
20
30
-10 -5 0 5 10 15 20 25
r2 = 0.0458
…tetapi upah minimum yang tinggi berkorelasi dengan informalitas yang tinggi di seluruh provinsi
% Formal Employment 2012
%MW / AW 20120
10
20
30
40
50
60
70
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
r2 = 0.2779
80
90
…dan ketidakpatuhan semakin meningkat di sebagian besar provinsi
Ketidakpatuhan 2012
Ketidakpatuhan 2007
10
20
30
40
50
60
0 10 20 30 40 50
Worsening provinces
Improving provinces
0
20
40
60
80
100
120
140
No
rth
Su
law
esi
DK
I Jak
arta
Sou
th K
alim
anta
nLa
mp
un
gN
ort
h S
um
ater
aEa
st J
ava
Sou
th S
ula
wes
iD
I Yo
gjak
arta
NA
DB
ante
nEa
st K
alim
anta
nB
engk
ulu
Jam
bi
Kep
ula
uan
Ria
uW
est
Sum
ater
aC
entr
al J
ava
Cen
tral
Su
law
esi
Ria
uSo
uth
east
Su
law
esi
Wes
t Ja
vaW
est
Sula
wes
iP
apu
aB
angk
a B
elit
un
gW
est
Pap
ua
Cen
tral
Kal
iman
tan
Wes
t N
usa
Ten
ggar
aSo
uth
Su
mat
era
Go
ron
talo
East
Nu
sa T
engg
ara
Wes
t K
alim
anta
nM
alu
kuN
ort
h M
alu
ku Bal
i
%
Rasio Upah Minimum terhadap KHL ( 2013)
-40%-20%
Upah minimum yang berlaku tidak selalumemenuhi kebutuhan hidup layak
Di 9 provinsi, UM lebih tinggi dari KHL.Di 13 provinsi, UM ≈ 80% nilai KHL atau lebih rendah.
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20
07
Ru
pia
hs
Rata-rata pendapatan riil per bulan menurut desil pendapatan (pekerja formal)
2013
2001
Akibatnya, pertumbuhan upah riil untuk pekerja
miskin tertinggal
Jumlah negara
UM ditetapkan berdasarkan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
produktivitas di 28 dari 81 negara yang menggunakan kriteria
ekonomi eksplisit untuk kenaikan UM
Jumlah kriteria untuk
penetapan UM
Kriteria lain meliputi pertumbuhan upah, pertumbuhan lapangan kerja, pengangguran, daya saing
4 12
12
0
5
10
15
20
25
30
Tanpakriteriakhusus
1 kriteria 2 kriteria 3 kriteria 4 kriteria 5+ kriteria
Series3Tanpa UM
Pertumbuhan
Inflasi
Inflasi & pertumbuhan
Negara dengan pendekatan berbasis formula
atau penyesuaian otomatis untuk penetapan UM
PerancisAda indeksasi UM terhadap indeks harga konsumen (IHK). Apabila IHK naik setidaknya 2%, UM juga dinaikkan denganpersentase yang sama.
Israel UM ditetapkan sebesar 47.5% dari upah rata-rata.
Luxembourg Ada indeksasi UM terhadap indeks harga konsumen.
BelandaAda indeksasi UM otomatis terhadap estimasi kenaikan upahrata-rata di sektor publik dan privat pada tahun yang sama.
PolandiaUM naik berdasarkan proyeksi kenaikan IHK. Apabila UM <0.5 upah rata-rata, UM mengalami kenaikan tambahansebesar 2/3 proyeksi pertumbuhan PDB riil.
Dengan data PDB sektoral, sektor dapat dibagimenjadi tiga kategori:
Komunikasi; Listrik; Jasa Sosial dan Perorangan;
Jasa Keuangan; Transportasi (Darat, Air, Laut, Udara); Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran;
Pertambangan dan Penggalian (kecuali minyak bumi dan gas alam);
Transportasi (Jalan Rel); Gas dan Air;
Minyak bumi dan gas alam;
11 SEKTOR NON-MANUFAKTUR
2 SEKTOR MANUFAKTUR PADAT KARYA
5 SEKTOR MANUFAKTUR
NON-PADAT KARYA
Mainan, Furniture
Alas kaki, Pakaian,
Tekstil
Radio, TV, alat komunikasi/ Mesin kantor dan hitung/ Medis, optik, jam /
Mesin listrik /Kendaraan
bermotor, trailer/Alat angkutan lain/Peralatan
mesin
Logam dasar/
Produk logam
olahan/Kimia & produk kimia/
Produk karet dan
plastik
Kayu dan produk
kayu
Tembakau/Makanan & minuman/Kertas &
produknya/Penerbitan & percetakan/Produk non-
logam lainnya
Furnitur dan manufaktur
lainnya/Batu bara,
produk olahan minyak bumi
38
ACUAN :
(BERDASARKAN PASAL 88 AYAT (4) UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN)
JO PASAL 6 AYAT (1) PERMENAKERTRANS NO.13 THN 2012; JO PASAL 3 AYAT (1) PERMENAKERTRANS NO.7
TAHUN 2013
Penetapan Upah Minimum Provinsi oleh Gubernurberdasarkan KHL, dan dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
TEMPAT SURVEI KHL
1. SURVEI HARGA DILAKUKAN DI PASAR TRADISIONALYANG MENJUAL BARANG-BARANG SECARA ECERAN,DAN BUKAN PADA PASAR MODERN ATAUSWALAYAN.
2. DEWAN PENGUPAHAN DKI JAKARTA MELAKUKANSURVEI PASAR PADA PASAR TRADISIONAL DI LIMAWILAYAH KOTA ADMINISTRATIF, YAKNI, WILAYAHJAKARTA PUSAT, JAKARTA BARAT, JAKARTA TIMUR,JAKARTA SELATAN DAN JAKARTA UTARA.
SURVEI KOMPONEN KHL YANG TIDAK DILAKUKAN
DI PASAR TRADISIONAL :
a. LISTRIK : Dewan Pengupahan DKI Jakarta MengundangPLN untuk memberikan penjelasaan dan perhitunganpemakaian kebutuhan pemakain LISTRIK.
b. AIR : Dewan Pengupahan DKI Jakarta Mengundang PDAMDKI Jakarta Untuk memberikan penjelasan danperhitungan Pemakaian AIR Untuk Satu bulan.
c. TRANSPORT : Menggunakan Tarip BUSWAY.
d. REKREASI : Harga tiket rekreasi disurvei di duatempat Rekreasi.
1.SURVEI DILAKUKAN SEBANYAK DELAPAN KALI YAKNI PADA BULAN PEBRUARI, MARET, APRIL,
MEI, JUNI, AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER.
2.SURVEI DILAKUKAN PADA MINGGU PERTAMA PADA SETIAP BULAN DAN DILAKUKAN PADA PAGI
HARI.
WAKTU SURVEY
42
KETERANGAN BULANBULAN KE NILAI KHL PERTUMBUHAN M TO M (%)
X Y
NOVEMBER 10 2.452.011,090,16
DESEMBER 11 2.471.242,700,78
2015
JANUARI 12 2.490.474,310,78
FEBRUARI 13 2.509.705,910,77
MARET 14 2.528.937,520,77
APRIL 15 2.548.169,130,76
MEI 16 2.567.400,740,75
JUNI 17 2.586.632,350,75
JULI 18 2.605.863,960,74
AGUSTUS 19 2.625.095,560,74
SEPTEMBER 20 2.644.327,170,73
OKTOBER 21 2.663.558,780,73
NOPEMBER 22 2.682.790,390,72
DESEMBER 23 2.702.022,000,72
Hasil Proyeksi
43
Rata-rata :
Feb-Des 2014 = 2.375.084,66
Feb'14-Des'15 = 2.490.474,31 Original A Asli
= 2.538.174,31
+ selisih indomie soto betawi vs tepung
Terigu = 72,000 - 24,300 = Rp. 47,700 B 47.700
Bahan Acuan : KUA PPAS danRKPD 2015 as i
Perkiraan Perkiraan Rata-rata
2014 2015 2014-2015
PertumbuhanEkonomi
5.9-6.3 (6.1)
5.9 - 6.4 (6.15) 6,125
dibulatkan6,13
Inflasi5.0 - 6.0
(5.5) 5 - 6 (5.5) 5,5
SKENARIO
44
Alternatif 1 : menggunakan rata2 pertumbuhan ekonomi : 6.13% UMP 2015
Feb'14-Des'15 = 2.490.474,31 Original Asli
selisih 72,000 -24,300 = Rp.
47,700Indomie
SB2.538.174,31
x 1.0613 = 2.693.764,40 6.13
Alternatif 2 : menggunakan rata2 pertumbuhan ekonomi : 6.13 % + inflasi 5.5 % =11.63 11.63%
IndomieSB
2.538.174,31x 1.1163 = 2.833.363,98
Alternatif3 : menggunakan rata2 pertumbuhan ekonomi : 6.13 % + inflasi 5.5 % + BBM 3.42 %=15.05
15,05%Indomie
SB2.538.174,31
X 1.1505 = 2.920.169,54
ALTERNATIF KENAIKAN UPAH
TATA ULANG KEPUTUSAN ESENSIAL
Pengelolaan sistem produksi (manajemen produksi) akan melibatkan serangkaian proses pengambilan keputusan operasional, keputusan – keputusan taktikal bahkan keputusan strategis. Secara umum ada 5(lima) jenis kategori keputusan esensial didalam manajemen produksi, yaitu keputusan yang berkaitan dengan :
• 1. Proses Produksi
• 2. Kapasitas
• 3. Persediaan (Inventory)
• 4. Tenaga Kerja
• 5. Kualitas Produksi
ANALISIS DAN PERENCANAAN KERJA
• Secara umum proses kegiatan analisis dan perancangan kerja adalah penelaahan secara sistematis terhadap pekerjaan dengan maksud untuk :
• 1. Mengembangkan sistem dan metoda kerja yang lebih baik
• 2. Membakukan sistem dan metoda kerja yang sudah baik
• 3. Menetapkan waktu baku (standar produksi) untuk suatu pekerrjaan
• 4. Membantu melatih pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan metoda kerja yang telah diperbaiki.
PENILAIAN BEBAN KERJA (menurut
Christensen,1991.Encyclopaedia of Occupational Health and
Safety.ILO Geneva.
Beban kerja Konsumsi 02
l/mnt
ventilasi
paru l/mnt
Suhu rectal Denyut
jantung
ringan 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100
sedang 1,0-1,5 20-31 37,5-38 100-125
berat 1,5-2,0 31-43 38-38,5 125-150
Sangat berat 2,0-2,5 43-56 38,5-39 150-175
Sgt berat
sekali
2,5-4,0 60-100 >39 >175
Contoh keputusan dalam manajemen produksi
Design and Utilization Decision in Operations
Siklus Penjadwalan
Siklus Fabrikasi
Waktu Kerja Efektif dan Tidak Efektif
pada Manufaktur
Dua unsur pokok dari analisis dan
perancangan kerja adalah :
• 1. Perancangan Metoda Kerja (Method Design), dimaksudkan untuk menetapkan tata cara kerja atau menyederhanakan pekerjaan dan mengusulkan cara kerja yang lebih baik
• 2. Pengukuran kerja (Work Measurement), ditujukan untuk menetapkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan secara wajar oleh pekerja yang normal dengan metode kerja yang sudah dirancang dengan baik.
Peranan Analisis dan Perancangan Kerja
dalam Peningkatan Produktivitas
Faktor yg Menimbulkan
Perbedaan Upah
Perbedaan dalam permintaan & penawaran tenaga kerja.
Perbedaan jenis pekerjaan. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan
pendidikan. Terdapat pertimbangan bukan keuangan
dalam memilih pekerjaan. Mobilitas tenaga kerja.
Ketika Upah Naik, Pekerja Mungkin
Memilih Jam Kerja Lebih Sedikit
Jumlah Tenaga Kerja
Tingkat Upah
KONSEP GAIN SHARING
SCANLON PLAN
1. Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi.
2. Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
3. Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri.
60
PASAL 92 UU 13/2003
Apa maksudnya?
KEPMEN 49/2004
61
Pasal 1
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP.49/MEN/IV/2004
1 Upah Bentuk uang, dibayar sesuai perjanjian atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja
dan keluarga atas suatu pekerjaan.
2 Struktur upah Susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang
tertinggi atau dari yang tertinggi sampai yang terendah.
3 Skala upah Kisaran nilai nominal upah untuk setiap kelompok
jabatan.
4 Jabatan Sekumpulan pekerjaan dalam organisasi perusahaan.
5 Analisa jabatan Proses metoda secara sistimatis untuk memperoleh data
jabatan, mengolahnya menjadi informasi jabatan yang
dipergunakan untuk berbagai program kelembagaan,
ketatalaksanaan dan manajemen SDM.
1. Jaminan Pensiun
Program pensiun yang dimaksud dalam UU SJSN adalah program pensiun
manfaat pasti bulanan dengan rumusan umum sbb:
Faktor Pensiun X Masa Kerja Pada Usia Pensiun X UDP
( Dengan maksimum sebesar sekian persen Upah Dasar Pensiun )
Program pensiun disebut memiliki skema manfaat karena besarnya
manfaat ditetapkan (secara pasti) terlebih dahulu berdasarkan rumusan
terhadap masa kerja pegawai dan variable upah (variable upah ini disebut
upah dasar pensiun). Setelah rumusan besarnya pensiun ditetapkan
berdasarkan upah, kemudian besarnya iuran akan dihitung. Besarnya iuran
(biasanya) ditetapkan sebesar prosentasi tertentu dari Upah Bulanan.
Dengan mekanisme ini maka istilah manfaat pasti diambil dari rumusan
manfaat yang ditetapkan (Defined) terlebih dahulu, kemudian besarnya
iuran dihitung menyesuaikan rumusan manfaat pensiun.
• Manfaat pensiun diatas diperluas dengan memberikan turunan
manfaat (diteruskan) kepada janda/dua (Disebut Pensiun
Janda/Duda) saat pensiunan meninggal dunia dan kemudian
diturunkan lagi kepada anak (sampai usia tertentu misalnya anak
masih berusia dibawah 25 tahun) apabila kedua orang tuanya
meninggal dunia (Disebut Pensiun Yatim/Piatu) dan Pensiun
Orang Tua dalam hal tidak ada janda/duda dan anak.
• Besarnya iuran merupakan amortisasi atas nilai sekarang
manfaat yang akan dibayarkan. Dalam perhitungan iuran ini
dibutuhkan asumsi-asumsi antara lain tingkat kenaikan upah,
tingkat bunga diskonto, tingkat inflasi dan tabel penurunan
populasi. Dengan asumsi-asumsi atas faktor-faktor tersebut
tingkat iuran ditetapkan. Selanjutnya permasalahan muncul pada
saat kenyataan yang terjadi atas faktor-faktor tersebut tidak
sesuai dengan tingkat yang di asumsikan.
Resiko Terjadinya Unfunded
• Satu hal yang menyebabkan perhitungan pembiayaan program pensiun ini menjadi rumit
adalah karena masa mendatang itu sifatnya tidak-pasti. Kita tidak dapat memastikan
berapa upah menjelang usia pensiun misalnya 55 tahun terhadap seorang karyawan yang
saat ini berusia 35 tahun. Kita juga tidak akan bisa memastikan hasil pengelolaan dana
program pensiun dalam masa 20 tahun mendatang misalnya. Program pensiun manfaat
pasti dikenal berisiko tinggi dalam pembiayaan mengingat hal-hal sebagai berikut:
• Faktor Upah. Manfaat pensiun akan dirumuskan sebagai perkalian antara faktor
pensiun, masa kerja dan upah karyawan. Kenaikan upah karyawan bertendensi
meningkat setiap tahunnya mengikuti perkembangan inflasi sedangkan tingkat inflasi di
Indonesia relatif tinggi. Terjadinya perbedaan dimana asumsi kenaikan upah (dalam
perhitungan iuran) lebih rendah dari kenaikan gaji riil memunculkan pembiayaan lebih
karena terjadi Unfunded Liability.
• Kenaikan upah tidak dalam kendali Penyelenggara. Dalam hal penyelenggara adalah
BPJS maka faktor kenaikan upah diatas terjadi di perusahaan di mana peserta bekerja
dan tidak dalam kendali penyelenggara program pensiun.
• Hasil Pengelolaan Dana. Situasi pengelolaan dana di Indonesia yang masih volatile
memberikan ketidak-pastian perolehan imbal hasil (Yield) dalam pengelolaan dana
dimasa mendatang. Saat ini sulit bagi kita untuk melakuan prediksi imbal hasil
pengelolaan dana dimasa mendatang.
Bila Terjadi UnfundedApabila terjadi unfunded terhadap BPJS sebagai penyelenggara
jaminan pensiun nasional maka antisipasi yang kemungkinan
dapat dilakukan:
• Menaikkan tingkat iuran. Unfunded yang terjadi akibat
perbedaan antara asumsi dan kenyataannya akan berakibat
disesuaikannya perhitungan kewajiban. Akibatnya iuran akan
meningkat. Untuk itu maka unfunded liability yang terjadi
dapat di-funded-kan dengan meningkatkan iuran program. Hal
ini memiliki potensi ditentang oleh pemberi kerja dan pekerja.
• Besarnya manfaat disesuaikan. Penyesuaian iuran dengan
menurunkan tingkat manfaat juga dapat dilakukan. Meskipun
cara ini merupakan salah satu pilihan namun dalam
prakteknya, pilihan ini tidak populer dijalankan karena adanya
resistensi dari pekerja
Bila Terjadi Unfunded
• Perpanjangan usia pensiun. Dengan perrpanjangan usia pensiun
maka akumulasi iuran dapat ditingkatkan dan pembayaran
manfaat pensiun diperpanjang. Namun langkah ini hanya bersifat
menunda terjadinya unfunded dan memiliki potensi ditentang
oleh pekerja usia produktif karena karirnya akan terhambat dan
pemberi kerja karena mengkhawatirkan turunnya produktivitas.
• Pelunasan Unfunded Liability. Pelunasan unfunded merupakan
setoran kepada penyelenggara untuk meningkatkan aset
sehingga terjadi kesetaraan dengan kewajiban. Dalam hal
program pensiun nasional yang diselenggarakan oleh BPJS maka
posisi penyetor unfunded ini (diharapkan) adalah pemerintah.
Dengan pilihan ini maka dapat dikatakan bahwa program
pensiun manfaat pasti berpotensi mengganggu fiskal negara.
Resiko Fiskal Tahun 2029• Pola pensiun manfaat pasti bagi penyelenggara negara yang
berjalan saat ini untuk PNS, TNI/Polri mengandung resiko fiskal yang
sangat tinggi bagi negara, akan terjadi kerawanan fiskal menjelang
tahun 2029 saat pensiun PNS/TNI/Polri terintegrasi kedalam BPJS
Ketenagakerjaan (TK) karena pemerintah selaku pemberi kerja
tidak turut membayar iuran, manfaat pensiun dibayarkan melalui
APBN (pay as you go) sehingga saat ini APBN 2014 menanggung
beban pensiun sekitar 90 T (tahun 2010: 39T, tahun 2013: 74T)
untuk 4.9 juta pensiunan.
• Menjadi pertanyaan besar apakah negara sanggup membayar Past
Service Liability (PSL) sebelum bergabung dengan BPJS TK.
• Saat ini trend dunia juga telah meninggalkan model pembayaran
pay as you go, pemerintah harus turut membayar iuran JP selaku
pemberi kerja.
Sikap Apindo Terhadap JP Apindo berpendapat harus dicarikan solusi terbaik untuk pelaksanaan JP
tersebut selain azas manfaat pasti mengingat masih belum stabilnya
perencanaan dan pelaksanaan aturan ketenagakerjaan seperti contohnya
kebijakan pengupahan yang selalu cenderung populis dan mengakibatkan
kenaikan upah setiap tahun secara signifikan maka dapat dibayangkan
dengan kondisi tersebut akan sangat sulit untuk melakukan perencanaan
pengelolaan dana yang dapat memenuhi pembayaran manfaat pensiun di
masa mendatang.
Perlu dipertimbangkan alternatif azas iuran pasti yang dapat mengeliminir
masalah resiko fiskal dan ketidakcukupan dana, atau alternatif lainnya
seperti Notional Defined Contribution (NDC) yang merupakan
perpaduan antara antara azas manfaat pasti dan iuran pasti.
Dengan berlakunya UU SJSN yang mengamanatkan JP adalah kewajiban,
maka ketentuan pesangon PHK dalam UU 13/2003 seharusnya dihapusan
dan di sinkronkan dengan UU SJSN
Apindo sangat berkeberatan bila rencana teknis pelaksanaan JP belum
matang dan dapat mendatangkan masalah besar dikemudian hari.
TIDAKlah SULIT MENYAMAKAN PENDAPAT,
TETAPI YANG SULIT adalah mENYAMAKAN
PENDAPATAN