menciptakan pembelajaran yang efektif oleh: dra. hj. …

20
Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 131 MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA Abstract Learning is an effort which is intended, aimed to control. So that we teach relative things to remain others. This effort can be done] by someone or a team owning interest and ability in designing and developing source learn which is needed. In execution of study has to be labored so that effective in creating study. Affectivity has some indicators for example, organization of better study, effective communications, and domination of enthusiasm in study, positive attitude to result appropriate student. Keywords: Learning and Effective

Upload: others

Post on 24-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 131

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN

YANG EFEKTIF

Oleh:

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, MA

Abstract

Learning is an effort which is intended, aimed to control.

So that we teach relative things to remain others. This

effort can be done] by someone or a team owning interest

and ability in designing and developing source learn which

is needed. In execution of study has to be labored so that

effective in creating study. Affectivity has some indicators

for example, organization of better study, effective

communications, and domination of enthusiasm in study,

positive attitude to result appropriate student.

Keywords: Learning and Effective

Page 2: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

132 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

A. Pendahuluan

Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, dalam

rangka mencapai tujuan ini para pakar pendidikan telah berusaha

merumuskan, mempelajari, memperbaiki sistem pembelajaran, salah satu

diantaranya menyusun langkah-langkah untuk menciptakan pembelajaran yang

efektif.

Pembelajaran yang efektif ini merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini harus menjadi perhatian

dosen dan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, maka dalam

tulisan ini akan menguraikan indikator-indikator yang harus dilaksanakan

dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

B. Pembelajaran yang Efektif

1. Pengertian

Pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu

sama lain. Pembelajaran terdiri dari dua kata:1

a. Belajar menunjukkan apa yang dilakukan seseorang sebagai subjek yang

menerima pelajaran.

b. Mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh pengajar.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti berhasil atau kurang berhasilnya suatu pencapaian

tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa

baik ketika siswa berada dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah

atau keluarga sendiri.2

Belajar adalah membawa perubahan (dalam arti Behavior changers,

aktual maupun potensial).3

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar adalah kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-

banyaknya, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi

1

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching,

2010), hlm. 31* 2

Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2010), hlm. 87. 3

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

230-232.

Page 3: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 133

yang dikuasai siswa. Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar

dipandang sebagai proses pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah dipelajari, dimana semakin bagus mutu pengajaran

seorang guru maka semakin baik pula hasil belajar siswa. Secara kuantitatif

(tinjauan mutu) proses memperoleh arti pahaman serta cara penafsiran

dunia disekeliling siswa. Belajar dalam hal ini difokuskan pada tercapainya

daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-

masalah yang kini dan nanti akan dihadapi siswa.4

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan

pelatihan, dimana kegiatan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku,

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan segenap

aspek pribadi. 5

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengar, meniru dan sebagainya.6

Pembelajaran berasal dari kata “ajar”, yang artinya petunjuk yang

diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata

kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang

mendapat awalan “pem” dan akhiran “an” yang merupakan konflik

nominal (bertalian dengan prefiks verbal meng-) yang mempunyai arti

proses.7

Pembelajaran secara umum merupakan proses perubahan yakni

perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi seseorang dengan

lingkungannya. Secara lengkap pembelajaran merupakan suatu proses

yang dilakukan individu untuk sebuah perubahan baru secara keseluruhan

sebagai pengalaman diri sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada

pengertian lain mengenai pembelajaran diantaranya pembelajaran dan

latihan. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat meskipun tidak identik.

Keduanya menjadikan perubahan perilaku aspek perilaku yang berubah

4

Muhibbin Syah.Op.Cit, hlm. 90 5

Ahmad Sabri. Op.Cit, hlm. 20 6

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pres), hlm 20-

21. 7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), hlm. 664.

Page 4: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

134 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

karena latihan, adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan.

Pembelajaran akan lebih berhasil ketika disertai dengan latihan.8

Pembelajaran menurut Sudjana, merupakan setiap upaya yang

dilakukan oleh pendidik dan memberikan dampak bagi peserta didik untuk

melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution mendefenisikan

pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik

sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, alat

peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan

kegiatan belajar anak.9

Pembelajaran sendiri sangat erat kaitannya dengan belajar. Dimana

kata pembelajaran merupakan dari terjemahan dari kata-kata instruction.

Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-Nalistik, yang

menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.10

Sehubungan dengan istilah pembelajaran prinsip utama dalam proses

pembelajaan adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi

diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dari

kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan dating (life skill).11

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif

menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang

atau sesuatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam

merancang dan atau mengembangkan sumber berlajar yang diperlukan.12

Pembelajaran yang efektif adalah yang menghasilkan belajar yang

bermanfaat dan bertujuan kepada para mahasiswa melalui pemakaian

prosedur yang tepat. Defenisi ini mengandung dua indikator yang penting,

yaitu terjadinya belajar pada mahasiswa dan apa yang dilakukan dosen.

Oleh sebab itu, prosedur pembelajaran yang dipakai oleh dosen dan bukti

8

Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bany

Quraisy, 2004), hlm. 7-11. 9

Tim Penyusun Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan UNY, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 80-81. 10

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Pranada Media, 2005), hlm. 78 11

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 287. 12

Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007),

hlm. 545.

Page 5: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 135

mahasiswa belajar akan dijadikan fokus dalam usaha pembinaan efektivitas

pembelajaran.13

2. Komponen-komponen Pembelajaran

Secara rinci komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:14

a. Tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem

pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa? Apa yang harus dimiliki oleh

siswa? Itu semua tergantung pada proses pembelajaran.

Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis.15

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

2) Penanaman konsep dalam keterampilan

3) Pembentukan sikap

b. Isi atau meteri pelajaran, merupakan komponen kedua dalam sistem

pembelajaran. Materi pelajaran merupakan inti dalam proses

pembelajaran. Dalam komponen ini maka penguasaan materi pelajaran

oleh guru mutlak diperlakukan. Guru perlu memahami betul isi materi

pelajaran yang akan disampaikan, sebab peran dan tugas guru adalah

sebagai sumber belajar. Materi pelajaran tersebut biasanya

tergambarkan dalam buku teks, sehingga sering terjadi proses

pembelajaran adalah menyampaikan materi yang ada dalam buku.

c. Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fungsi

yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat

ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya

komponen lain, tanpa dapat di implementasikan melalui strategi yang

tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna

dalam proses pencapaian tujuan.

d. Alat dan sumber, meskipun sebagai alat bantu, akan tetapi memiliki

peran yang tidak kalah pentingnya. Dalam kemajuan teknologi seperti

sekarang ini kemungkinan siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan

saja dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Maka, peran dan tugas

13

Ibid, hlm. 546 14

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Pranada Media Group, 2010),

hlm. 204-206. 15

Sardiman, Op.cit, hlm. 26-27.

Page 6: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

136 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai

pengelola sumber belajar.

e. Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses

pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan

siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan

balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.

Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan

berbagai komponen sistem pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Dalam pembelajaran ada beberapa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kegiatan sistem pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:16

a. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi

suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan

idenya suatu strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Guru dalam

proses pembelajaran memegang peran penting. Tetapi dalam proses

pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan

bagi siswa yang diajarnya.

Peran guru sebagai mediator (penghubung/perantara) antara

pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya,

sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran. Karakteristik guru yang

erat kaitannya dengan pembelajaran mencakup:17

1) Karakteristik intelektual guru yang meliputi: potential ability

(kapasitas ranah cipta bawaan) dan actual ability (kemampuan ranah

cipta yang nyata).

2) Kecakapan ranah karsa guru, seperti: tingkat kepasihan berbicara,

tingkat kecermatan menulis dan menerangkan keterampilan-

keterampilan lainnya.

3) Karakteristik ranah rasa guru yang meliputi: tingkat minat, keadaan

emosi dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri, dan

sebagainya.

4) Usia guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang diemban,

misalnya: pengajaran yang berorientasi pada penanaman budi

16

Ibid, hlm. 52 17

Ibid.

Page 7: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 137

pekerti akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia relatif

lebih tua dari guru-guru lainnya.

5) Jenis kelamin guru yang berhubungan dengan bidang tugas yang

diemban, umpamanya: pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih

pas jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak.

6) Kelas sosial guru yang berhubungan dengan minat dan sikap guru

terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata sosial

menegah kebawah relative lebih positif dan bangga menjadi guru

dibandingkan dengan guru yang berasal dari strata sosial yang tinggi.

b. Faktor siswa

Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh

aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan

masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses

pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak

sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media

pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain

sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara

tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,

misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan

lain sebagainya.

d. Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1) Faktor organisasi kelas yang didalam meliputi jumlah siswa dalam

satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses

pembelajaran.

2) Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis.

Maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat

dalam proses pembelajaran.

Page 8: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

138 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

C. Indikator Pembelajaran yang Efektif

Keefektipan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian

sibelajar. Ada empat aspek yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan

keefektipan pembelajaran yaitu:

1. Kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan

tingkat kesalahan

2. Kecepatan untuk kerja

3. Tingkat alih belajar

4. Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.18

Yusuf Hadi Miarso mengutip pendapat wotruba and wright, bahwa

berdasarkan pengkajiannya atas sejumlah penelitian, mengidentifikasikan tujuh

indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif. Indikator itu adalah:

1. Pengorganisasian kuliah dengan baik

2. Komunikasi secara efektif

3. Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah

4. Sikap positif terhadap mahasiswa

5. Pemberian ujian dan nilai yang adil

6. Keluwesan dalam pendekatan pengajaran, dan

7. Hasil belajar mahasiswa yang baik.19

Ad. I pengorganisasian kuliah dengan baik. Indikator pengorganisasian kuliah

dengan baik tercermin dalam:

a. Perumusan tujuan

b. Pemilihan bahan/topik kuliah

c. Kegiatan kelas

d. Penugasan

e. Penilaian

f. Kesiapan dosen untuk mengajar

g. Penugasan waktu kuliah dengan baik.

Pelaksanaan kuliah dengan baik tentunya tidak dilakukan dengan

banyak penyimpangan dari Rencana yang telah ditetapkan semula.

Pengorganisasian kuliah merupakan wewenang dosen. Oleh karena itu yang

dapat menilai apakah kuliah telah diorganisasikan dengan baik adalah para

sejawat dalam bidang studi yang bersangkutan, ketua jurusan program studi,

dan mahasiswa. Mahasiswa sering kali mempunyai posisi yang terbaik dalam

18

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 21 19

Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 546

Page 9: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 139

melakukan penilaian, karena mereka dapat membandingkan secara langsung

dosen yang satu dengan lainnya. Sedangkan sejawat dan pimpinan mungkin

hanya menilai berdasarkan data sekunder. Mahasiswa di dalam suatu kelas

dapat menilai dengan cukup tepat: (1) apakah dosen menyajikan bahan di

dalam secara teratur; (2) apakah dosen telah mempersiapkan diri untuk

kelasnya; (3) apakah dosen menjelaskan apakah yang perlu dipelajari; dan (4)

apakah kuliah itu memungkinkan untuk dapat diikuti dengan baik.20

Pengorganisasian kuliah dengan baik termasuk kemampuan mengelola

pembelajaran. Dalam mengelola pembelajaran ada tiga hal yang penting

dilaksanakan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.21

Strategi pembelajaran merupakan hal yang penting diperhatikan guru

dalam proses pembelajaran, ada tiga jenis trategi yaitu:

a. Strategi pengorganisasian pembelajaran

b. Strategi penyampaian

c. Strategi pengelolaan.22

Berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran, Hamzah B. Uno

membagi tiga (3) strategi, yaitu:

Organizational Strategy adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang

studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “mengorganisasi” mengacu pada

suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format

dan lainnya yang setingkat dengan itu.

Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran

kepada siswa dan/atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal

dari siswa. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi

ini.

Management strategi adalah metode untuk menata interaksi antara

sibelajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi

pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

Strategi pengorganisasian , lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2

(dua) jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu

kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada

satu konsep, atau prosedur, atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada

20

Ibid, hlm. 547. 21

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2007), hlm. 77 22

Hamzah. B. Uno, Perencanaan, Opcit, hlm.45

Page 10: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

140 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu

konsep, atau prosedur atau prinsip.

Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan,

membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (apakah itu konsep,

prosedur atau prinsip) yang saling berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu kepada penetapan konsep, atau

prosedur atau prinsip apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu .

penataan urutan isi mengacu kepada keputusan untuk menata dengan urutan

tertentu konsep atau prosedur atau prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan

sistesis mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan

keterkaitan diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman

mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang

konsep, prosedur atau prinsip, serta kaitan yang sudah diajarkan.

Menurut Gakne ada pengorganisasian secara makro dan mikro. Secara

makro yang diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi, secara mikro

yang diacukan untuk menata sajian suatu konsep.

Ad. 2. Komunikasi secara efektif

Kegitan belajar mengajar dikelas merupakan suatu dunia komunikasi

tersendiri, dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide

dan pikiran, sehingga mengandung muatan “komunikasi edukatif” artinya

tujuan akhir dilakukan proses komunikasi adalah mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap anak didik. Komunikasi sering

menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan hambatan

bagi anak didik.23

Komunikasi adalah berasal dari bahasa latin “communis” artinya

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan dua orang atau

lebih.24

Menurut Weaver, komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang

saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya sengaja atau tidak sengaja,

tidak terbatas pada bahasa verbal, termasuk ekspresi muka, lukisan, dan seni

dan teknologi. Everet M. Rogest mengemukakan bahwa komunikasi adalah

proses dimana satu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,

dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, sedangkan pendapat

Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatau proses dimana dua orang atau

23

http:/id.shyoong.com/social-sciences/education/2250900-peran-dan-fungsi-media-

vcd/#ixzz2ngdegopq 24

H. Haviet Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali, 2009), hlm. 17

Page 11: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 141

lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi denga satu sama

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam, fungsi komunikasi ini adalah menyampaikan informasi, mendidik,

menghibur dan mempengaruhi.25

Komunikasi secara efektif tersebut adalah keahlian dalam mentransfer

ilmu pengetahuan dalam mengajar, ini sangat dituntut dalam pembelajaran,

agar isi pembelajaran dapat dipahami dengan baik.

Kebanyakan pembelajaran diperguruan tinggi diberikan dalam bentuk

kuliah. Oleh sebab itu kecapakan memberi kuliah, termasuk pemakaian media

dan alat audiovisual atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa merupakan

suatu karakteristik pembelajaran baik.

Kemampuan komunikasi mencakup:

a. Penyajian yang jelas

b. Kelancaran berbicara

c. Interprestasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh

d. Kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi dan lain-lain)

e. Kemampuan untuk mendengar.26

Kemampuan berkomunikasi tidak hanya di wujudkan dengan melalui

penjelasan verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis secara silabus

dan Rencana kuliah yang jelas dan mudah dimengerti. Komunikasi yang efektif

itu penting di dalam kelas yang besar, seminar, diskusi kelompok, bahkan

dalam percakapan perorangan. Tentu saja dalam berbagai situasi itu

diperhatikan keterampilan yang berbeda. Sebagai mana halnya dengan

pengorganisasian kuliah, penilain atas kemampuan berkomunikasi ini juga

dapat dilakukan dengan baik oleh para mahasiswa, (1). apakah suara dosen

cukup jelas di dengar; (2) apakah dosen berkomunikasi dengan penuh percaya

diri atau ragu-ragu dan gugup; (3) apakah dosen mampu menjelaskan sesuatu

yang abstrak dengan baik dan menggunakan contoh konkret, dan (4) apakah

isi kuliah dipahami dengan baik.27

Keahlian komunikasi sangat dibutuhkan dalam menciptakan

pembelajaran yang efektif, yaitu keahlian berbicara, mendengar, mengatasi

hambatan komunikasi verbal , memahami komunikasi non verbal dari murid

25

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2003), hlm. 11 26

Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm.547 27

Ibid.

Page 12: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

142 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

dan mampu memecahkan konflik, saat berbicara dengan murid bahkan

dengan orang tua administrator dan yang lainnya.28

Guru harus memiliki

keterampilan komunikasi yang efektif, agar mampu menerima semua perasaan

dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.29

Ad. 3. Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah

Seorang dosen dituntut untuk mengetahui materi kuliahnya dengan

baik agar dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis, yang menjadi

indikator penguasaan atas bahan kuliah adalah:

a. Harus mampu menghubungkan isi kuliahnya dengan apa yang telah

diketahui mahasiswa.

b. Mampu mengaitkan isi kuliahnya dengan perkembangan yang baru dalam

disiplin keilmuannya.

c. Mampu mengambil manfaat dari hasil penelitian yang berkaitan

d. Pemilihan buku wajib dan bacaan

e. Penentuan topik pembahasan

f. Pembuatan ikhtisar

g. Pembuatan bahan sajian.30

Penguasaan atas bahan kuliah saja tidak cukup, penguasaan itu harus

diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan penguasaan itu

kepada para mahasiswa. Tidak jarang seorang dosen yang ahli dalam suatu

bidang kajian, ingin memiliki keahlian itu sendiri, karena khawatir mendapat

persaingan. Inilah yang dimaksudkan dengan antusiasme yang tinggi.

Penguasaan atas bahan kuliah ini dapat diketahui dengan baik melalui

penilaian sejawat dalam bidang disiplin yang sama. Kadang-kadang untuk

sesuatu pokok bahasan tertentu perlu diundang narasumber dari luar; nara

sumber itu dapat pula memberikan penilaian apakah materi kuliah yang

dipilih dan disajikan dalam kelas merupakan materi yang tepat, dan apakah

dosen yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang cukup dalam materi

tersebut. Mahasiswa sulit untuk mengetahui kedalaman pengetahuan dosen,

meskipun mahasiswa dapat “menguji” dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat menyulitkan dosen. Mahasiswa juga dapat mengetahui

apabila ada pandangan yang berbeda antar dosen. Antusiasme dosen dalam

28

John W. Santroch, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 7 29

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 171 30

Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 548

Page 13: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 143

memberikan kuliah, dapat diketahui dengan baik oleh para mahasiswa,

meskipun sering kali ukuran mengenai hal ini sifatnya kabur dan berubah-ubah

sesuai dengan suasana hati para mahasiswa sendiri.31

Ad. 4. Sikap positif terhadap mahasiswa

Sikap positif terhadap mahasiswa dicerminkan dengan berbagai cara,

antara lain:

1. Seorang dosen memberi bantuan kala mahasiswa mendapat kesulitan

dengan bahan kuliah.

2. Dosen mendorong mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan atau

memberi pendapat.

3. Dosen dapat dihubungi oleh mahasiswa diluar kelas

4. Dosen menyadari dan peduli dengan apa yang dipelajari oleh mahasiswa.32

Sikap positif ini dapat ditunjukkan baik pada kelas kecil maupun kelas

besar, tentu saja dengan cara yang berbeda. Dalam kelas yang kecil, sikap ini

dapat dilanjutan dengan memberikan perhatian pada orang perorang,

sedangkan pada kelas besar dapat diberikan kepada kelompok yang

menghadapi masalah yang sama. Beberapa dosen berpendapat bahwa

bersikap positif terhadap mahasiswa sama artinya dengan memanjakan

mereka. Dosen seperti ini berpendapat bahwa mahasiswa harus berusaha

sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, para mahasiswa

memang sebaiknya diberikan setelah usaha mereka sendiri kurang berhasil.

Bantuan itu tidak berarti memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa,

melainkan memberikan saran jalan keluar, memberikan dorongan,

membangkitkan motivasi, dan lain sebagainya. Meskipun mahasiswa

mempunyai kesempatan paling besar untuk menilai sikap dan tindakan dosen,

tetapi perlu diperhatikan bahwa mahasiswa dapat mengharap terlalu banyak

dari dosen. Kalau harapannya itu tidak dipenuhi dia dapat menilai dosennya

tidak berikap positif.33

Maka kejujuran merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan dalam mendidik anak. 34

Sikap positif yang diperlihatkan pengajar terhadap mata ajar yang

disajikan pada siswa dan terhadap metode yang digunakan, dapat

31

Ibid. 32

Ibid, hlm. 549 33

Ibid. 34

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Repormasi Pendidikan di

Indonesia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hlm. 73

Page 14: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

144 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

mempengaruhi motivasi sikap siswa. Sudah merupakan keharusan bahwa

setiap orang yang terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program

pengajaran memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong dan

minat terhadap bahan ajar. Apabila siswa merasakan atau benar-benar melihat

ungkapan atau sikap positif, siswa akan cenderung bertingkah laku positif,

hasilnya dapat mendukung keberhasilan pembelejaran.35

Ad. 5. Pemberian ujian dan nilai yang adil

Adil di dalam ujian dan penilaian. Sejak dari permulaan kuliah,

mahasiswa harus diberi tahu, beberapa macam penilaian kuliah yang akan

dilakukan, seperti misalnya tes pormatif, makalah, proyek, ujian dan

pertanyaan-pertanyaan lain yang semuanya akan dihitung untuk menentukan

nilai akhir.

Tolak ukur keadilan dalam ujian dapat dilihat hal:

1. Kesesuaian soal ujian dengan bahan kuliah.

2. Sikap yang konsisten terhadap pencapaian tujuan kuliah

3. Usaha mahasiswa yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

4. Kejujuran mahasiswa

5. Pemberian umpan balik terhadap pekerjaan mahasiswa.36

Keadilan penilaian ini tidak berarti memberi mahasiswa nilai A kalau

mereka seharusnya tidak mendapatkan nilai itu. Sesuai tidaknya ujian dan

penilaian dengan tujuan dan materi kuliah dapat diketahui oleh teman sejawat

atau pinpinan langsung. Demikian pula penilaian yang diberikan terhadap

perestasi mahasiswa; adakalanya nilai yang diberikan oleh seseorang dosen

dipengaruhi pula oleh rasa senang, tidak senang dengan mahasiswa tertentu.

Mahasiswa dapat pula diminta pendapatnya tentang tingkat keadilan dosen.

Tetapi kita juga harus berhati-hati karena mahasiswa juga tidak selalu dapat

bersikap objektif.37

Seringkali dalam proses belajar mengajar aspek evaluasi hasil belajar di

abaikan, artinya dosen, guru terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan

memberikan pelajaran saja. Perkuliahan berjalan, saat membuat soal ujian

35

Ibid, hlm. 47 36

Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm. 549 37

Ibid.

Page 15: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 145

tidak lagi melihat sasaran belajar termasuk aspek kognitif afektif dan

psikomotorik. Dalam membuat soal ujian perlu diperhatikan.38

1. Memberi ukuran yang di pakai

2. Menetapkan fungsi penilaian

3. Melaksanakan standar penilaian ujian

4. Merancang soal-soal ujian tetap relevan dengan pencapaian sasaran

belajar.

5. Membuat bobot soal

6. Pengukuran dan penilaian hasil ujian

7. Pengambilan keputusan atas hasil evaluasi ujian.39

Ujian mempunyai tiga fungsi yaitu mengukur, menilai dan

mengevaluasi. Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila:

1. Menguji apa yang hendak di uji

2. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik.40

Tujuan utama dalam menyelenggaran ujian itu adalah mengukur dan

menilai seberapa jauh mahasiswa mencapai sasaran belajar yang telah

ditetapkan.41

Langkah-langkah diatas sangat penting dilaksanakan setiap dosen, guru

untuk mendukung tercapainya pemberian nilai yang adil. Evaluasi hasil belajar

itu merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur,

mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan kedalam nilai

dan mengambil keputusan lulus tidaknya mahasiswa, efektif tidaknya dosen

mengajar ataupun baik buruknya interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam

proses belajar mengajar.42

Ad. 6. Keluesan dalam pendekatan pengajaran

Keluaesan dalam pendekatan pengajaran. Pendekatan pembelajaran

yang dilakukan oleh dosen dengan bervariasi, seringkali merupakan petunjuk

adanya gairah dalam mengajar. Berbagai pendekatan mungkin dapat

bermanfaat dalam mencapai berbagai tujuan, atau dalam menanggapi latar

belakang dan kemampuan mahasiswa. Umpamanya, simulasi dan teknik

permainan dapat bermanfaat didalam mengajar analisa, sintesa, dan

38

Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran, Opcit, hlm. 92 39

Ibid, hlm. 93 40

Ibid, hln. 95 41

Ibid, hln. 98 42

Ibid, hln. 94

Page 16: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

146 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

kemampuan pemikiran kritis. Media dapat dipakai untuk menambah daya

cerna kuliah, jadi memberikan keuntungan kepada para mahasiswa. Dengan

memberikan kesempatan waktu yang berbeda kepada para mahasiswa yang

kemampuannya berbeda, sudah berarti adanya pendekatan yang luwes.

Kegiatan pengajaran seharusnya ditentukan berdasarkan karakteristik

mahasiswa, karakteristik mata pelajaran, dan hambatan. Karakteristik yang

berbeda, dan kendala yang berbeda menghendaki pendekatan yang berbeda

pula. Usaha pertama untuk pendekatan yang luwes, mungkin belum dapat

menunjukkan hasil yang baik. Kesediaan untuk melakukan eksperimen atau

memberikan umpan balik, akan merupakan usaha yang baik untuk

menghasilkan pendekatan kuliah yang baik. Keluesan dalam pendekatan

mengajar mungkin hanya dapat diketahui oleh dosen yang bersangkutan dan

mahasiswa yang mengikuti kuliahnya. Adakalanya pendekatan yang

digunakan dosen ditentukan secara situsional, yaitu disesuaikan dengan

suasana dan peristiwa yang ada pada waktu kuliah diberikan. Dalam keadaan

seperti ini sebaiknya dosen mencatat suasana dan pendekatan yang

digunakan, karakteristik dari perubahan serta hasil yang diperolehnya.43

Ad. 7. Hasil belajar mahasiswa yang baik

Hasil belajar mahasiswa yang sesuai. Seberapa banyak dan apa yang

dipelajari oleh mahasiswa di dalam suatu kuliah adalah hasil dari berbagai

faktor, yang tidak kesemuanya berhubungan dengan dosen. Kemampuan

dalam memotivasi mahasiswa, umpamanya, sangat berhubungan dengan apa

yang dicapai mahasiswa. Beberapa mahasiswa dapat belajar sendiri, tanpa

harus mendapat pelajaran terlebih dahulu. Oleh sebab itu memisahkan hasil

dari pembelajaran dan proses belajar merupakan suatu yang sangat sukar.

Meskipun ada kesukaran, adalah penting untuk mempertimbangkan usaha

belajar mahasiswa pada waktu menilai efektivitas pembelajaran. Hasil belajar

dapat dibedakan dalam tiga ranah/kawasan, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Proses untuk menentukan jenis dan jenjang tujuan merupakan

tugas yang tidak mudah. Pedoman yang perlu dipegang adalah bahwa hasil

belajar mahasiswa itu harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar

adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta

berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya masalah belajar, banyak

sekali teori yang berusaha menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.

Para penganut aliran behavioristik (keprilakuan) berpendapat bahwa belajar itu

43

Yusuf Hadi Miarso, Opcit, hlm.. 549

Page 17: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 147

terjadi sebagai akibat adanya pengondisian lingkungan yang diikuti dengan

adanya penguatan (reinforcement). Sedang penganut aliran Gastalt

berpendapat bahwa belajar terjadi karena adanya usaha yang bertujuan,

eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Teori belajar keprilakuan berpendapat

bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang teori

belajar Gastalt menganggap belajar adalah perubahan insigh yaitu wawasan

atau pengertian tentang adanya hubungan atau pemecahan situasi

problematic. Menurut teori Gastalt adanya perubahan itu tidak harus terlibat

dari luar.44

Meskipun banyak teori belajar, namun tidak ada kesamaan umum

dalam mendefenisikan belajar. Empat rujukan yang terkandung dalam defenisi

belajar ialah:

1. Adanya perbuhan atau kemampuan baru

2. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat, melainkan

menetap dan dapat disimpan.

3. Perubahan atau kemampuan baru itu terjadi karena adanya usaha

4. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak hanya timbul karena faktor

pertumbuhan. 45

Gagne (1985) mengkaji hal belajar yang kompleks dan menyimpulkan

bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang dipelajari

mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut Gagne ada lima

kategori kemampuan belajar, yaitu:

1. Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan

lingkungan dengan menggunakan lambang. Keterampilan ini meliputi:

a. Asosiasi dan mata rantai: menghubungakan suatu lambang dengan

suatu fakata atau kejadian.

b. Diskriminasi: membedakan suatu lambang dengan lambang lain

c. Konsep: mendefenisikan suatu pengertian atau prosedur

d. Kaidah: mengombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara

e. Kaidah lebih tinggi: menggunakan berbagai kaidah dalam memecahkan

masalah.

2. Siasat kognitif: keterampilan sibelajar untuk mengatur proses internal

perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran.

44

Ibid, hln. 550 45

Ibid.

Page 18: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

148 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

3. Informasi verbal: keterampilan untuk mengenal dan menyimpan nama atau

istilah, fakta dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan

pengetahuan.

4. Keterampilan motorik: keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga

terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu.

5. Sikap: keadaan dalam diri sibelajar yang mempengaruhi (bertindak sebagai

moderator atas) pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen

afektif (emosional), aspek kognitif, dan unjuk perbuatan.

Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Keefektifan (effectiveness)

b. Efesien(efficiency)

c. Daya tarik (appeal)

Keafektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si

belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk

mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan

perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2)

kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang

dipelajari.

Efisien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan

dan jumlah waktu yang di pakai sibelajar atau jumlah biaya pembelajaran

yang digunakan.

Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mangamati

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali

kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran

biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran

kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan

dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.46

D. Penutup

Uraian diatas tentang pembelajaran yang efektif sebagai suatu usaha

guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya, yang diharapkan menghasilkan

belajar yang bermanfaat dan bertujuan, maka harus melalui pemakaian

prosedur yang tepat.

46

Hamzah B. Uno,Perencanaan, Opcit, hlm. 21

Page 19: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

Dra. Hj. Tatta Herawati Daulae, M.A .......Menciptakan Pembelajaran yang Efektif 149

Daftar Pustaka

B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

__________, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Repormasi Pendidikan di

Indonesia, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

Cangara, H. Haviet, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2003.

http:/id.shyoong.com/social-sciences/education/2250900-peran-dan-fungsi-media-

vcd/#ixzz2ngdegopq

Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Miarso, Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana,

2007.

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Bandung: Remaja Rosda Karya,

2007.

Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta: Quantum

Teaching, 2010.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Pranada Media Group,

2010.

Page 20: MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh: Dra. Hj. …

150 Forum Paedagogik Vol. 06, No.02 Juli 2014

__________, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

Jakarta: Pranada Media, 2005.

Santroch, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rajawali Pres.

Surya, Mohammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka

Bany Quraisy, 2004.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Syah, Muhibbin, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2010.

Tim Penyusun Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan UNY, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 80-81.