modul i distosia kelompok 6a
DESCRIPTION
MODUL I DISTOSIATRANSCRIPT
Makassar, 15 April 2013
TUTORIAL I
MODUL DISTOSIA SKENARIO 1
1. 1102100017 Fani Yustia
2. 1102100025 Regina Amaliah
3. 1102100042 Rini Angraeni
4. 1102100054 Tri Arini Putri M
5. 1102100073 Andi Yaumil Aliyah T.
6. 1102100074 Dini Pratiwi
7. 1102100130 Ainun Rachmi
8. 1102100142 Selvy Dyan Ningsih
9. 1102100131 Lilis Muliyawati
10. 1102100143 Hesty Yulanda
Tutor : dr. Sri Wahyu, M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial Modul I (DISTOSIA) Sistem Reproduksi
dengan skenario 1 dari kelompok 6A ini dapat terselesaikan, dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan laporan ini, khususnya kepada tutor kami dr.Sri Wahyu, M.Kes.
yang telah membimbing kami selama proses tutorial berlangsung.
Kami menyadari bahwa segala upaya yang telah kami lakukan belumlah sempurna
dan masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu lewat kesempatan ini
mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun, dapat diberikan
kepada kami demi penyempurnaan laporan yang kami susun, agar segala yang
menjadi tujuan kita semua dapat terwujud “Insya Allah”.
Penyusun
Kelompok 6A
SKENARIO
Seorang wanita, usia 19 tahun, tiba di unit gawat darurat RS jam 17.00, dirujuk oleh
bidan puskesmas dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari anamnesis diketahui
ini adalah kehamilan anak pertama, sakit perut tembus ke belakang sejak jam 05.00
subuh disertai pelepasan lendir dan darah, pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi
fundus 2 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian terendah
kepala. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 39 cm, lingkar perut ibu 98 cm,
perlimaan 5/5. Denyut jantung janin 140x/menit. His 3x dalam 10 menit dengan
durasi 40-45 detik. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 8 cm,
selaput ketuban teraba dan menonjol, bagian terendah kepala.
Kata Sulit:
1. His
Gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah
fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang
tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
2. Persalinan
Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir.
3. Distosia
Persalinan macet,persalinan abnormal
4. Perlimaan 5/5
perabaan kepala janin diatas symphysis pubis
Kata Kunci
1. Seorang wanita, usia 19 tahun,
2. persalinan tidak maju.
3. sakit perut tembus ke belakang sejak jam 05.00 subuh disertai pelepasan lendir
dan darah,
4. tinggi fundus 2 jari bawah processus xyphoideus, punggung di kiri ibu, bagian
terendah kepala.
5. Jarak antara simfisis pubis-tinggi fundus uteri 39 cm, lingkar perut ibu 98 cm,
perlimaan 5/5.
6. Denyut jantung janin 140x/menit.
7. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik
8. pembukaan 8 cm.
Pertanyaan:
1. Jelaskan anatomi jalan lahir (rongga panggul)!
2. Jelaskan mekanisme persalinan normal?
3. Bagaimana pemantauan proses persalinan normal?
4. Jelaskan perbandingan antara persalinan primipara dan multipara?
5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama!
6. Bagaimana penatalaksanaan persalinan lama?
7. Komplikasi persalinan lama terhadap ibu dan bayinya?
8. Jelaskan bagaimana perspektif islam sehubungan dengan skenario di atas?
Jawaban:
1. Anatomi jalan lahir (rongga panggul):
Gambar 1.1 rongga panggul
Panggul dewasa terdiri dari empat tulang: sakrum, koksigeus dan dua tulang
inominata. Masing – masing tulang innominata terbentuk dari fusi ilium, iskium dan
pubis. Tulang – tulang innominata itu bersendi secara kuat dengan sakrum pada
sinkondrosis sakroiliaka dan dengan tulang innominata lainnya di simfisis pubis.
Linea terminalis memisahkan panggul palsu dari panggul sejati. Panggul palsu
terletak di atas linea terminalis dan panggul sejati di bawah batas anatomik ini.
Panggul palsu di bagian belakang dibatasi oelh vertebra lumbalis dan di lateral oleh
fosa iliaka, dan di depan batas – batasnya dibentuk oleh bagian bawah dinding
abdomen anterior. Ukuran panggul palsu berbeda – beda di antara para wanita sesuai
dengan pelebaran tulang – tulang iliaka, tetapi bagian ini tidak memiliki kepentingan
obstetri.
Panggul sejati terletak di bawah linea terminalis dan merupakan bagian yang
penting dalam persalinan. Panggul sejati dibatasi di atas oleh promontorium dan ala
sakrum, linea terminalis, dan tepi – tepi atas tulang pubis, dan di bawah oleh pintu
bawah panggul. Rongga panggul sejati dapat digambarkan sebagai silinder bengkok
yang terpotong secara oblik dengan tinggi terbesar di bagian posterior, karena dinding
anteriornya di simfisis pubis berukuran sekitar 5 cm dan dinding posteriornya sekitar
10 cm.
Dinding samping panggul sejati normalnya agak cekung. Terdapat spina
iskiadikus menonjol dari pertengahan margo posterior masing – masing iskium.
Tonjolan ini mempunyai arti obstetri yang penting, karena jarak antara mereka
biasanya menyatakan diameter laterla terpendek rongga panggul. Lagipula karena
spina iskiadika dapat diraba dengan mudah pemeriksaan vaginal atau rektal, tonjol –
tonjol ini berfungsi sebagai tanda yang besar nilainya dalam menentukan seberapa
jauh bagian presentasi janin telah turun ke panggul sejati.
Sakrum membentuk dinding posterior rongga panggul. Tepi anterior atas, yang
berhubungan dengan korpus vertebra sakralis pertama, promontorium, dapat diraba
pada pemeriksaan vagina dan dapat memberikan titik tanda untuk pelvimetri klinis.
Normalnya sakrum mempunyai kecekungan vertikal yang jelas dan kecekungan
horizontal yang kurang mencolok, yang pada panggul abnormal, dapat mengalami
variasi penting.
Sebuah garis lurus yang ditarik dari promontorium ke ujung sakrum biasanya
berukuran 10 cm, sementara jarak sepanjang lengkungan itu rata – rata 12 cm.
Ada 4 bidang imajiner utama untuk dapat menerangkan bentuk panggul yakni:
1. Bidang atas panggul (pintu superior),
2. Bidang bawah panggul (pintu inferior),
3. Bidang panggul tengah (dimensi panggul terkecil), dan
4. Bidang panggul terbesar.
Gambar 1.2 rongga panggul
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul di belakang dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum, di
lateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh rami horizontal tulang – tulang pubis
dan simfisis pubis.
Empat diameter pintu atas panggul biasanya disebutkan: anteroposterior,
transversal, dan dua oblik. Diameter anteroposterior yang penting secara obstetrik
adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum dan simfisis pubis yang disebut
konjugata obstetrik.
Diameter anteroposterior pintu atas panggul yang diidentifikasi sebagai konjugata
vera, tidak mewakili jarak terpendek promontorium sakrum dan simfisis pubis. Jarak
terpendeknya adalah konjugata obstetrik yang merupakan diameter anteroposterior
terpendek yang harus dilewati kepala untuk turun melalui pintu panggul.
Konjugata obstetrik tidak dapat dikur secara langsung oleh karena itu cara
menentukannya adalah dengan pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur
dari tepi bawah simfisis ke promotorium sakrum yakni konjugata diagonalis, dan
mengurangi 1,5 – 2 cm dari hasil ini.
b. Panggul Tengah
Panggul tengah di tingkat spina iskiadika (bidang tengah atau dimensi terkecil
panggul) mempunyai kepetingan kuhus dalam obstetri setelah kepala janin engage di
dalam persalinan yang terhalang. Diameter interspinosa, 10 cm atau agak lebih,
biasanya merupakan diameter terkecil panggul. Diameter anteroposterior, sampai
tinggi spina iskiadika, normalnya berukuran sekurang – kurangnya 11, 5 cm.
Komponen posterior antara sakrum dan perpotongan dengan diameter interspinosa
biasanya sekurang – kurangnya 4,5 cm.
c. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang kira – kira berbentuk segitiga
tidak pada bidang yang sama, yang merupakan satu garis yang ditarik di antara dua
tuberositas iskium. Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebut:
anteroposterior, transvrsal dan sagital posterior. Diameter anteroposterior (9,5 sampai
11, 5 cm) berjalan dari tepi bawah simfisis pubis ke ujung sakrum. Diameter
transversal (11 cm) adalah jarak antara tepi – tepi dalam tuberositas iskium. Diameter
sagital posterior berjalan dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan suatu
garis antara kedua tuberositas iskium. Normalnya, diameter sagital posterior
berukuran 7,5 cm.
Pada partus macet yang disebabkan oleh sempitnya panggul tengah dan/atau pintu
bawah panggul, prognosis untuk persalinan pervaginam sering tergantung pada
panjang diameter sagital posterior pintu bawah panggul.
d. Bidang dimensi panggul terbesar
Bidang dimensi panggul terbesar tidak mempunyai kepentingan obstetrik. Sebagai
yang dikesankan oleh namanya, bagian ini sangat lapang. Bidang ini membentang
dari pertengahan permukaan posterior simfisis pubis ke persambungan vertebra sakral
kedua dan ketiga dan berjalan ke lateral melewati tulang – tulang iskium di atas
permukaan asetabulum. Diameter rata – rata anteroposterior dan transversalnya
adalah 12,5 cm. Karena diameter obliknya berujug pada foramina obturatoria dan
takik sakroskiatika, panjangnya tidak dapat dipastikan.
Ada 4 tipe panggul dasar karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-Moloy:
1. Tipe gynaecoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kiri-kanan, hampir mirip
lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah. Dinding samping panggul
lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).
2. Tipe anthropoid
bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul juga lurus.
Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).
3. Tipe android :
bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak
di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin
sempit ke arah bawah. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. Tipe platypelloid
bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal". Diameter transversal
terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul membentuk sudut yang
makin lebar ke arah bawah. Pada banyak kasus, bentuk panggul merupakan
tipecampuran.
Gambar 1.3 Jenis jenis pelvis
Bidang Hodge
Gambar 1.3 bidang hodge
Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul,
untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin).
1. Bidang Hodge I
adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas simfisis.
2. Bidang Hodge II
adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III
adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica.
4. Bidang Hodge IV
adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis.
2. Mekanisme persalinan normal.
Tanda –tanda inpartu :
a. Nyeri abdomen oleh adanya kehamilan 22 minggu dan semakin kuat,sering
dan teratur.
b. Desertai keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan serviks.
c. Kadang ada pengeluaran air dari vagina secara tiba-tiba atau ketuban pecah
dengan sendirinya.
d. Serviks terasa melunak; adanya pemendekan dan pendataran serviks secara
progresif
e. Dilatasi serviks; peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam
sentimeter.
Mekanisme Persalinan Normal
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan ±58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ±23%
di kanan depan,±11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang. Keadaan ini
mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid
dan rektum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dalam presentase yang tinggi berada dalam
uterus dengan presentasi kepala? Keadaan ini mungkin disebabkan kepala relatif
lebih besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa sehingga
volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruanganyang lebih
sempit. Ini dikenal sebagai teori akomidasi. Dalam mempelajari mekanisme partus
ini, imaginasi stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus benar-benar
difahami.
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang peranan pada
persalinan ialah: (1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan
kekuatan mengejan; (2) keadaan jalan lahir; (3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang mnyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala
akan turun dan mulai masuk kedalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus,
ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.
Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin
miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele
adalah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas
panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman; ialah apabila keadaan
adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme
turunnya kepala dengan mekanisme anklitismus posterior karena ruangan pelvis di
daerah posterior lebih luas jika dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah
anterior. Hal asinklitismus penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu
lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala
yang akan menurun mengakibatkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga
panggul menurut hukum Koppel: a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar
daripada di titik A.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling
kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9.5 cm) dan dengan
sirkumferensia suboksipito bregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi
elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang
berulang ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Didalam
hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan, sehingga didasar
panggul ubun-ubun kecil dibawah simfisis, dan dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap
his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin
lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum. Dengan kekuatan his bersama dengan
kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya panggul.
Sesudah kepala lahir, kepala segera melakukan rotasi, yang disebut putaran paksi
luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali ke posisi sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam kadaan miring. Di dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada pada
posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru
kemudian trochanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini dipahami dengan sungguh-sungguh,
maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual
jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dilakukan.
Apabila bayi telah lahir tali pusat dijepit diantara dua cunam pada jarak 5 dan 10
cm, kemudian digunting diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Umumnya bila
telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik nafas dan menangis.
Bila bayi telah lahir uterus mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri).
Walaupun bayi telah lahir, kala uri idak kalah pentingnya daripada kala I dan II.
Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi apabila pimpinan
kala III kurang cermat dikerjakan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi
lahir, his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya, hanya frekuensinya
yang berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan placenta
dengan dinding uterus akan lepas. Melepasnya placenta dari dinding uterus ini dapat
dimulai dari (1) tengah (sentral menurut Schultze); (2) pinggir (marginal matthew –
Duncan); (3) kombinasi satu dan dua. Yang terbanyak ialah yang menurut Schultze.
Umumnya kala III berlangsung selama 6-15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala
III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
3. Pemantauan proses persalinan normal
a. Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk
mengetahui presentasi (kedudukan) bagian tubuh janin dalam uterus. Empat
pemeriksaan Leopold tersebut adalah:
Leopold I
Gambar 2.1 leopold 1
1) Tujuan
Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui
bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
2) Teknik pemeriksaan
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan
untuk meraba fundus.
3) Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri
a) Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah
keras,bundar dan melenting (seperti mudah digerakkan).
b) Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah
lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
c) Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada rahim.
4) Menentukan usia kehamilan
a) Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas
simpisis.
b) Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis
dan pusat.
c) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah
pusat.
d) Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
e) Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
f) Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat.
g) Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah
prosesus xipoideus.
h) Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara
dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
Gambar 2.2 tinggi fundus uteri
Leopold II
Gambar 2.3 leopold II
1) Tujuan
Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin
pada kedua sisi perut ibu.
2) Teknik pemeriksaan
a) menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut
ibu, raba (palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.
b) Menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi
perut ibu
c) bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan.
d) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi
tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara
aktif maupun pasif.
Leopold III
Gambar 2.4 leopold III
1) Tujuan
Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah
menyentuh pintu atas panggul.
2) Teknik pemeriksaan
a) Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan.
b) Bagian yang teraba, bisa kepala, bisa juga bokong
c) Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat digerakkan atau tidak.
Apabila tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah menyentuh pintu atas
panggul.
Leopold IV
Gambar 2.5 leopold IV
1) Tujuan
Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di
bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin
telah memasuki pintu atas panggul.
2) Teknik pemeriksaan
a) pemeriksa menghadap kaki pasien
b) dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apa (bokongkah atau
kepalakah?) yang terletak di bagian bawah perut ibu.
3) Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul
Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin
memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa
jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).
b. Pemeriksaan Perlimaan
Penurunan presentasi (pada persalinan normal: kepala) janin dapat dari
pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan dalam, dinilai
dalam berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada di luar pintu atas
panggul (5/5 belum masuk, sampai 0/5 sudah masuk).
Kepala disebut "engaged" bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas
panggul.
Gambar 2.6 perlimaan
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu. Raba kepala janin dengan bagian
palmar jari-jari tangan kanan untuk menentukan berapa bagian dari kepala janian
masih berada di pintu atas panggul.
Hasil:
1) Jika seluruh kepala janin dapat diraba dengan kelima jari dan digerakkan,
maka hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai 5/5. Semua jari pemeriksa dapat
mencakup kepala janin diatas pintu atas panggul, berarti kepala janin belum
masuk pintu atas panggul atau belum engaged,
2) Penurunan kepala janin 4/5 bila hanya sebagian kecil dari kepala janin
memasuki pintu atas panggul,
3) Penurunan kepala janin 3/5 bila hanya 3 dari 5 jari-jari dapat meraba seluruh
kepala janin,
4) Bila kepala janin teraba 2/5 pada bagian atas pintu atas panggul, maka hanya
2 jari dapat meraba kepala janin.Sebagian besat kepala sudah masuk ke dalam
rongga panggul, kepa janin sudah tidak dapat digerakkan lagi
5) Bila kepala janin 1/5, maka hanya bagian belakang kepala yang dapat teraba
dari bagian luar
6) 0/5 bila kepala janin seluruhnya sudah masuk rongga panggul
c. taksiran berat badan janin
Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin
(meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan
aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec
yaitu : tinggi fundus (cm) - (12/13/14)) x 155 gram. Atau dengan rumus tinggi
fundus uteri (TFU) cm x LP cm.
d. penghitungan denyut jantung janin
Gambar 2.7 laennec dan doppler
Dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah
punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima,
kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Ideal
perhitungan frekuensi jantung dilakukan 1 menit penuh. Jika ada alat CTG, bisa
direkam untuk 10 menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah
denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Dengan Laennec
daapt didengar pada kehamilan 18-20 minggu dan dengan Doppler dapat didengar
pada 10 minggu.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada
janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi
beban / stress pada janin (fetal distress/gawat janin).
1) Batasan waktu untuk menilai bradikardi: frekuensi denyut jantung di bawah
normal selama lebih dari 2 menit.
2) Batasan waktu untuk menilai akselerasi: peningkatan frekuensi denyut jantung
di atas 15 denyut per menit selama kurang dari 2 menit.
3) Batasan waktu untuk menilai takikardi: frekuensi denyut jantung di atas
normal selama lebih dari 2 menit.
4) Pemeriksaan normal/baik: waktu relaksasi frekuensi jantung normal, waktu
kontraksi terjadi takikardia.
5) Tanda hipoksia akut : waktu relaksasi dan kontraksi bradikardia.
6) Tanda hipoksia kronik : waktu relaksasi normal, waktu kontraksi bradikardia.
7) Jika ada infeksi intra partum : fetal takikardi.
8) Jika ada gawat janin : fetal bradikardi
e. Melakukan pemeriksaan his
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai
dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal
gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus
daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal
mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir)
yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat :
1) kerja hormon oksitosin
2) regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3) rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa
konsepsi.
His yang baik dan ideal meliputi :
1) kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2) kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3) terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4) terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5) serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung
serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka
secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan
internum pun akan terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1) iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem
2) saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
3) peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum,
menjadi rangsang nyeri.
4) keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau
eksitasi).
5) prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus:
1) amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak
cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2) frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3) satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).
Gambar 2.8 grafik aktifitas uterus
Sifat his pada berbagai fase persalinan
1) Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir terjadi peningkatan rasa nyeri,
amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-
90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
2) Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi
juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal
yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.
3) Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
f. Pemeriksaan dalam vagina dan struktur yang dapat dinilai
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang
ada pada partogram.
1) Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:
a) warna cairan amnion
b) dilatasi serviks
c) penurunan kepala
2) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin
diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan. Jika terdapat kontraksi yang menetap,
periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks.
Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam
keadaan inpartu, jika terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan
palsu.
3) Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
4) Hal-hal yang diamati pada pemeriksan dalam:
a) Luka atau benjolan (termasuk kondilomata),
b) Varises pada vulva atau rectum,
c) Parut pada perineum,
d) Darah lendir,
e) Darah,
f) Cairan ketuban,
g. Partograf
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin
dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada
penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan
memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap
garis perjalanan waktu (horisontal).
Partograf mulai diisi bila:
1) Mereka yang masuk dalam persalinan
a) fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’,
lamanya<20".
b) fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20".
2) Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a) bila infus oksitosin dimulai
b) bila persalinan dimulai
3) Masuk untuk induksi persalinan :
a) pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
b) induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
c) bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partograf tidak perlu diisi bila:
1) Masuk dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm atau lebih
2) Sectio cesarea elektif
3) Sectio cesarea darurat saat datang
4) Usia kehamilan kurang dari 34 minggu
Penggunaan Partograf
WHO 2000 telah memodifikasi partograf agar lebih sederhana dan lebih
mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan, dan pencatatan pada partograf
dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4cm.
Partograf harus digunakan untuk:
1) Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran bayi,
sebagai elemen penting asuhan persalinan,
2) Semua tempat pelayan persalinan,
3) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran.
Halaman depan partograf
Mencantumkan observasi dimulai pada fase aktif persalinan; dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil – hasil pemeriksaan selama
fase aktif persalinan, termasuk:
1) Informasi tentang ibu:
2) Waktu pecahnya selaput ketuban
3) Kondisi janin
4) Jam dan waktu
5) Kontraksi uterus
6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan
7) Kondisi ibu
8) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.
Gambar 2.9 halaman depan partograf
Halaman belakang partograf
Merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan
dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I
hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut catatan
persalinan. Catatan persalinan terdiri dari:
1) Data dasar
2) Kala I
3) Kala II
4) Kala III
5) Bayi baru lahir
6) Kala IV
Gambar 2.10 halaman belakang partograf
4. Perbedaan Persalinan Primipara dan Multipara
Primipara Multipara
Pendataran dan Dilatasi
Serviks
Serviks mendatar
(effacement) dulu baru
dilatasi
Mendatar dan membuka
bias bersamaan
Durasi Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Serviks Penurunan janin terjadi
secara lambat
Penurunan janin bisa
berlangsung dengan cepat
Majunya kepala Biasanya pada kala II,
majunya kepala setelah
masuk ke dalam rongga
panggul
Majunya kepala dan
masuknya kepala ke dalam
rongga panggul biasanya
bersamaan
Table 4.1 perbedaan persalinan primipara dan multipara
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama:
Hambatan dalam persalinan normal sering terjadi karena adanya factor-faktor
resiko yang tidak terdeteksi dengan baik pada masa kehamilan. Kata distosia terjadi
jika perslinan normal gagal terjadi, jika proses persalinan tidak selesai selama 18 jam
pada pirimivara dan 12 jam pada multipara.
Penyebab distosia secara umum yaitu :
a) Kelainan tenaga (Power)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebaban kerintangan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat di atasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
b) Kelainan janin (passenger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam
letak atau dalam bentuk janin.
c) Kelainan jalan lahir (passage)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Penyebab distosia secara khusus yaitu :
Dalam scenario tidak ada kelainan his dan tidak ada disebutkan adanya kelainan
jalan lahir. Berdasarkan scenario tinggi fundus uteri 39 cm dan lingkar perut ibu 98
cm, sehingga berdasarkan data tersebut TBJ sebesar 3822 gram. Sehingga penyebab
distosia pada scenario yaitu adanya kelainan janin (passenger), dalam hal ini janin
wanita tersebut besar/berat.
6. penatalaksanaan persalinan lama:
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yg
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah di ukur tiap empat jam,
bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklampsia.
Jantung janin di catat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II.
Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena
ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakuan tindakan pembedahan
dengan narkosis, hendaknya ibu jangan di beri makan biasa melainkan dalam bentuk
cairan. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5 % dan larutan NaCL isotonik
secara intravena berganti-ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin
50mg yang dapat diulangi; pada pemulaan kala I dapat diberikan 10mg morfin.
Pemeriksaan dalam perlu dilakukan , tetapi harus selalu disadari bahwa setiap
pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24
jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang
keadaan. Selain penilaian keadaan umum, perlu di tetapkan apakah persalinan benar-
benar sudah mulai atau masih dalam tingkat fase labour, apakah ada inersia uteri
incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada disproporsi sepalopelvik biarpun
ringan. Untuk menetapkan hal yang terkhir ini , jika perlu dilakukan pelvimetri
reontgenologik atau magnetic resonance imaging (MRI). Apabila serviks sudah
terbuka untuk sedikit-sedikitnya 3cm, dapat diambil kesimpulan bahwa persalinan
sudah mulai.
Dalam menentukan sikap lebih lanjut perlu diketahui apakah ketuban sudah atau
belum pecah. Apabila ketuban sudah pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan
persalinan tidak boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.
Sebaiknya dalam 24jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan apakah
perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarakan
berlangsung terus.
7. Komplikasi persalinan lama terhadap ibu dan bayinya:
Komplikasi pada ibu :
1. Infeksi intrapartum.
Infeksi dapat menjadi komplikasi yang memperlama proses persalinan dan dapat
memberikan efek serius terhadap janin dan ibu. Setelah membran ruptur, bakteri
dapat memasuki cairan amnion, melewati amnion, dan menginvasi pembuluh darah
desidua dan plasenta, sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan sepsis pada ibu
dan janin. Selain itu pemeriksaan serviks menggunakan jari harus dikurangi saat
terjadi distosia karena dapat menjadi salah satu jalan masuknya infeksi.
2. Ruptur uteri.
Penipisan abnormal pada segmen bawah rahim dapat membahayakan selama
proses persalinan terutama pada wanita dengan tingkat paritas tinggi. Ketika terjadi
disproporsi antara kepala janin dengan pelvis sehingga tidak terjadi penguncian atau
penurunan, segmen bawah uterin mengalami pemelaran yang dapat diikuti terjadinya
robekan.
3. Pembentukan fistul.
Ketika bagian tebawah janin mengungkit bagian bawah pelvis namun tidak terjadi
kemajuan persalinan seiring berjalannya waktu, jaringan pada jalan lahir mengalami
penekanan yang luar biasa. Karena sirkulasi yang terganggu, nekrosis dapat terjadi
dan beberapa hari setelah melahirkan, akan timbul fistula vesikovaginal, vesikorektal,
dan vesikoserviks.
4. Cedera panggul.
Selama proses kelahiran bayi, lantai panggul terekspos oleh penekanan kepala
janin yang diperkuat oleh usaha mengedan ibu. Tekanan yang kuat ini dapat
menggeser otot, saraf dan jaringan ikat. Pergeseran ini dapat menimbulkan tanda –
tanda inflamasi.
Efek terhadap janin:
1. Caput succedaneum.
Jika pelvis mengalami kontraktur, selama persalinan terjadi perubahan bentuk
kepala janin yang luar biasa. Yang apabila berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan otak pada janin.
2. Kepala janin menyusut (molding).
Jika terlalu lama molding terjadi pada janin maka dapat menyebabkan fraktur
tulang kepala bahkan dapat merusak otak.
3. Kematian pada janin
8.Perspektif islam sehubungan dengan skenario diatas:
Asal Usul Manusia menurut Islam dan Tahapan kejadian manusia :
a. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah
yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya.
Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.
Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia
pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah
saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah".
(HR. Bukhari).
b. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri). Hal ini dijelaskan
oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin : 36).
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An
Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1).
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.
Bukhari-Muslim)
c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an
dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.Di dalam Al Qur’an proses kejadian
manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu
pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."
(HR. Bukhari-Muslim).
Allah SWT sebagai pencipta makhluk, telah menjelaskan proses demi proses
penciptaan manusia di dalam rahim seorang perempuan. Proses perubahan janin dari
setetes mani hingga menjadi manusia yang sempurna. Sebelum teknologi
berkembang, hal itu merupakan perkara ghaib yang tidak diketahui oleh manusia,
karena letaknya yang sangat dalam. Belum ada alat yang dapat menjangkau hingga ke
dalam rahim tersebut.Walaupun begitu, Al-Quran telah berbicara tentang proses
penciptaan manusia di dalam rahim tahap demi tahap. Menakjubkan, sejak 14 abad
yang lalu dan ternyata sekarang terbukti, semua kandungan Al-Quran tersebut benar
dan tidak salah sedikitpun.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan ( dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetap kan dalam rahim, apa
yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah di tentukan. Kemudian kami
keluarkan kamu sebagi bayi, kemudian(dengan berangsur-angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang di wafatkan dan ( ada pula) di
antara kamu yang di panjangkan umurnya sampai pikun ,supaya dia tidak
mengetahui lagi suatupun yang dahulu telah di ketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumu itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.“(QS.Al-Hajj: 5
Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian di lahir kan kamu sebagai seorang anak.
Kemudian(kamu di biarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa ( dewasa).
Kemudian (di biarkan hidup lagi ) sampai tua. Di antara kamu ada yang di wafatkan
sebelum itu. Kami perbuat demikian supaya kamu sampai kepada ajal yang di
tentukan dan supaya kamu memahami(nya)”.(QS.Al-Mu’min: 67)
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
(berasal dari tanah). Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah. Lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal
daging kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulan itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha suci
Allah, pencipta yang paling baik.”(QS.Al-Mu’minun:12-14)
Doa dan wirid mempermudah proses persalinan:
Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang berat, terutama
ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan. Maka dianjurkan untuk banyak
berzikir dan berdoa. Syeikh Utsaimin Rahimallahu menyebutkan beberapa ayat Al-
Qur’an yang dapat dibacakan kepada wanita yang hendak melahirkan :
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 185:
“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak menghendaki
kesulitan bagi kalian”.
QS. Al-Fuhsilat : 47 :
“dan tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang
perempuanpun mengandung dan tidak pula melahirkan, melainkan dengan
sepengetahuan –Nya.”
Hal ini dapat bermanfaat dengan izin Allah sebagaimana telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an :
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an yang merupakan obat dan rahmat bagi
orang-orang beriman dan tidak menambah bagi orang-orang yang zhalim kecuali
kerugian.”
REFERENSI
1. Sarwono Prawirohardjo.Editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011. H. 288, 315-325.
2. Saifuddin Abdul Bari, editor. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI; 2001. h. 100-121.
3. Dorland, W. A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Ed. 29, Jakarta :
EGC.
4. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal – POGI
5. Sobotta Atlas Der Anatomie In Einem Band 22nd 2007 hal: 721, 724.
6. Anthonius Budi Marjono. Obstetri Ginekologi. [online]. 2013 [cited 2013
April 12]; Available from: URL:
http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/11/catkul_-obgynui.pdf
7. Desiyani Nani. Pemeriksaan Leopold. [online]. 2013 [cited 2013 April 12];
Available from:URL:http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul
%20/Modul%20A3%20-%20Pemeriksaan%20Leopold.pdf
8. Fiqhi Islam. Doa dan Wirid mempermudah persalinan. [online]. 2013 [cited 2013 April 12]; Available from: URL: http : //www.fiqhislam.com/index.php? option=com_content&view=article&id=15321&Itemid=26 3