nilai-nilai pendidikan islam serta hikmah pengurusan

21
Belajea: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 5, No 2, 2020; 289-308 p-ISSN 2548-3390; e-ISSN 2548-3404, DOI:10.29240/belajea.v5i2.1418 http://journal.iaincurup.ac.id/indek.php/belajea Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan Jenazah Nurma Yunita Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup [email protected] Femalia Valentine Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup [email protected] Abstract: This paper aims to determine the values of Islamic education in the management of remains. This is a library research (library research). Sources of data are books relating to Islamic education and books relating to the maintenance of the bodies. The method (data analysis) used is the method of deduction, induction and comparability. From this study it can be concluded that the values of Islamic education in the management of remains include the education of faith which includes multiplying remembering death, guarding and avoiding oneself from acts of shirk, repentance, being obedient in carrying out Allah's commands, being patient in worship, being patient when receiving disaster and giving thanks. Which Allah has given and always has the nature of tawadhu. In contrast the values of other Islamic education are social education which includes instilling mutual respect, generosity, being responsible and implementing mutual assistance. Keywords: Islamic Education, Management Of Remains Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam dan hikmah pengurusan jenazah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Sumber data yang digunakan adalah buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan islam dan buku-buku yang berkaitan dengan ibadah pengurusan jenazah. Adapun metode (analisa data) yang digunakan yakni metode deduksi, induksi dan komparatif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam dan hikmah pengurusan jenazah meliputi pendidikan keimanan yang mencakup memperbanyak mengingat kematian, menjaga dan menghindari diri dari perbuatan syirik, taubat, taat dalam menjalankan perintah Allah, bersabar dalam beribadah, sabar ketika mendapat musibah dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta selalu memiliki sifat tawadhu. Sedangkan nilai-nilai pendidikan islam lainnya yaitu pendidikan sosial yang mencakup menanamkan rasa saling menghormati, dermawan, bertanggug jawab dan menerapkan sikap saling tolong menolong. Kata Kunci: Pendidikan Islam, Pengurusan Jenazah Pendahuluan Ibadah dan pendidikan Islam itu memiliki kaitan yang sangat erat. Pada hakekatnya ibadah itu terbagi dua bagian yakni ibadah yang bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang bersifat khusus ialah suatu bentuk

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Belajea: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 5, No 2, 2020; 289-308

p-ISSN 2548-3390; e-ISSN 2548-3404, DOI:10.29240/belajea.v5i2.1418 http://journal.iaincurup.ac.id/indek.php/belajea

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan Jenazah

Nurma Yunita

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup [email protected]

Femalia Valentine Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

[email protected]

Abstract: This paper aims to determine the values of Islamic education in the management of remains. This is a library research (library research). Sources of data are books relating to Islamic education and books relating to the maintenance of the bodies. The method (data analysis) used is the method of deduction, induction and comparability. From this study it can be concluded that the values of Islamic education in the management of remains include the education of faith which includes multiplying remembering death, guarding and avoiding oneself from acts of shirk, repentance, being obedient in carrying out Allah's commands, being patient in worship, being patient when receiving disaster and giving thanks. Which Allah has given and always has the nature of tawadhu. In contrast the values of other Islamic education are social education which includes instilling mutual respect, generosity, being responsible and implementing mutual assistance. Keywords: Islamic Education, Management Of Remains

Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam dan hikmah pengurusan jenazah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Sumber data yang digunakan adalah buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan islam dan buku-buku yang berkaitan dengan ibadah pengurusan jenazah. Adapun metode (analisa data) yang digunakan yakni metode deduksi, induksi dan komparatif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam dan hikmah pengurusan jenazah meliputi pendidikan keimanan yang mencakup memperbanyak mengingat kematian, menjaga dan menghindari diri dari perbuatan syirik, taubat, taat dalam menjalankan perintah Allah, bersabar dalam beribadah, sabar ketika mendapat musibah dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta selalu memiliki sifat tawadhu. Sedangkan nilai-nilai pendidikan islam lainnya yaitu pendidikan sosial yang mencakup menanamkan rasa saling menghormati, dermawan, bertanggug jawab dan menerapkan sikap saling tolong menolong. Kata Kunci: Pendidikan Islam, Pengurusan Jenazah

Pendahuluan

Ibadah dan pendidikan Islam itu memiliki kaitan yang sangat erat. Pada hakekatnya ibadah itu terbagi dua bagian yakni ibadah yang bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang bersifat khusus ialah suatu bentuk

Page 2: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

290 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

pengabdian manusia kepada Allah SWT secara langsung, dan tanpa melalui perantara siapapun. Oleh sebab itu, ibadah yang bersifat khusus ini terkait dengan tata tertib yang telah ditentukan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasullullah. Sedangkan ibadah yang bersifat umum ialah segala bentuk pelaksanaan terhadap hukum-hukum Allah yang berhubungan dengan persoalan kehidupan manusia, yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya.

Beribadah berarti berbakti sepenuhnya kepada Allah SWT yakni untuk mencapai tujuan hidup (hasanah di dunia dan hasanah di akhirat).1 Adapun muatan ibadah dalam pendidikan Islam yakni Menjalin hubungan utuh dan langsung antara manusia dengan Allah SWT, Menjaga hubungan sesama manusia dan lingkungan, dan kemampuan menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri kepada Allah SWT. Dengan demikian ibadah dapat dikatakan sebagai alat untuk digunakan oleh manusia dalam rangka memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah.2 Sedangkan Penidikan Islam bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran Islam.3Artinya ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.

Adapun isi dari pendidikan Islam itu sendiri yakni meliputi aspek pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak dan pendidikan sosial. Pendidikan keimanan merupakan pendidikan Islam yang terpenting dan utama, yang berkaitan dengan sebuah tujuan besar yakni rukun iman. Dengan bekal keyakinan yang telah dimiliki, maka selanjutnyalah untuk mengaplikasikan dari apa yang telah diyakini ini dengan pendidikan amaliah yakni beramal saleh. Kemudian menjauhi kejahatan dan mentaati kebenaran (isi ini sejalan dengan ilmu yang bertujuan menyikap hakikat dan mencari kebenaran), dan saling mengingatkan agar menetapi kesabaran (isi ini melambangkan pendidikan akhlak, karena kesabaran merupakan inti akhlak yang di sebut di dalam Al Quran lebih dari seratus kali). Dan yang terakhir adalah pendidikan sosial, yang mencakup kerjasama dalam menumbuhkan keimanan dan amal saleh serta saling mengingatkan agar mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.

Islam dengan tegas memandang amal bernilai ibadah apabila dalam

1Nasruddin Razak. 1989. Dienul Islam : Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan

Way of Life. Bandung: Al Ma’arif. hlm. 44-45 2Zulkarnain. 2008. Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam : Manajemen Berorientasi Link

dan Match, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 28 3Taklimudin dan Febi “Metode Keteladanan dalam Persfektif Quran”. BELAJEA: Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 3 No. 1 2018. hlm. 1-22

Page 3: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 291

pelaksanaannya manusia menjalin hubungan dengan tuhannya serta bertujuan merealisasikan kebaikan bagi dirinya dan masyarakatnya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam itu sangat erat kaitannya dengan ibadah, sama halnya dengan tujun Allah menciptakan manusia tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, hal ini terdapat dalam al-Qur’an Az-Zariyat: 56)4 yang artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Az-Zariyat: 56).

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagaimana Allah berfirman sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Luqman: 34)5

Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.

Dalam pengurusan jenazah banyak pelajaran yang dapat diambil pada setiap pelaksanaannya, secara umum dapat diambil pelajaran bahwa sesungguhnya manusia itu tidak ada yang abadi, manusia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Setelah roh terpisah dari jasad manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh sebab itu janganlah merasa angkuh dan sombong karena setelah terpisahnya roh dan jasad manusia tidak bisa memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan dirinya sendiri. Tetapi banyak manusia yang tidak mengambil pelajaran dari semua itu, banyak yang ikut menshalatkan tetapi hanya sebatas untuk memperpanjang shaf, banyak yang ikut menguburkan tetapi tidak mengambil pelajaran dibalik itu semua. Dengan demikian dapat dilihat banyaknya nilai-nilai pendidikan islam yang dapat diambil dari pengurusan jenazah.

4 Departemen Agama RI. 2005. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: J-ART. 5 Ibid.,

Page 4: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

292 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan Keimanan

Iman merupakan salah satu pondasi utama dalam ajaran Islam, yang sering disebut dengan rukun iman. Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam makna kata “iman”, yakni: keyakinan, ucapan dan perbuatan. Ini menandakan bahwa iman tidak hanya cukup sebatas meyakini saja, tetapi mesti diaplikasikan dengan perbuatan. Begitu pula halnya dengan pendidikan keimanan, tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan pencipta-Nya secara langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba dengan berbagai fenomena alam dan lapangan kehidupan, baik sosial maupun fisik. Sehingga dengan demikian maka iman mesti diwujudkan dengan amal saleh dan akhlak yang luhur. Dan bagi orang yang tidak mengerjakan amal saleh dan tidak berakhlak Islam adalah termasuk orang yang kafir dan mendustakan agama. Jadi keimanan merupakan rohani bagi individu sebagai salah satu dimensi pendidikan Islam yang tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan penciptanya.6

Kadar iman seseorang sering berubah-ubah, ada yang bertambah dan ada yang imannya berkurang. Mendengarkan ceramah, buletin jum’at, menkaji Alquran dan Hadis, puasa Daud, puasa senin dan kamis dapat mempertebal iman. Allah mengatakan di Alquran belum beriman jika masih belum diuji, Anak sekolah SD sampai perguruan tinggi perlu di tes sebelum lulus sekolah, agar mendapatkan ijazah dengan kualitas yang bermutu dan profesional.7

Allah telah menyuruh segenap kaum mukminin untuk bersungguh-sungguh memasuki agama Islam ini, untuk menjadi hamba Allah yang konsekuen terhadap keimanan dan keIslaman yang dimiliki selama ini, oleh karena itu Allah memerintahkan agar masuk Islam dan beriman dengan keseluruhan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 208 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-baqarah: 208)8

Adapun pendidikan keimanan yang terkandung di dalam ibadah pengurusan jenazah adalah sebagai berikut:

6Hery Noer Aly dan Muzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta : Friska Agung Insani

hlm. 69-73 7Muhammad Sobirin dan Mukayat Al-Amin_Perawatan Jenazah Menurut Islam dan

Hindu, AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 2, No. 1, 2016 8Departemen Agama RI. 2005. Op. Cit

Page 5: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 293

1. Mengingat Kematian

Dalam Islam kematian ada dua cara yaitu husnul khatimah dan su’ul khatimah, husnul khatimah berarti kesudahan yang baik yaitu kematian dalam keadaan iman kepada Allah, sehingga berpeluang masuk syurga. Sedangkan suul khatimah sebaliknya yaitu kematian dalam keadaan tidak beriman dan ganjarannya adalah neraka.9

Manusia itu adalah makhluk, makhluk itu adalah ciptaan dan segala sesuatu yang diciptakan itu akan musnah atau dalam artian manusia itu semuanya akan mengalami kematian. Hal ini tercantum dalam beberapa firman Allah SWT sebagai berikut:

Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. Az: zumar: 30)10

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Qs. Al-Imran: 185)11

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, (QS. An-Nisa’: 78)12

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Setiap orang telah ditakdirkan oleh Allah akan kematiannya. Dimana dan kapan seseorang akan mati, itu hanya diketahui oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Luqman: 34)13

9Sudirman Tebba. 2006. Kiat Sukses Menjelang Maut. Jakarta: PustakaIrVan. hlm. 61 10Departemen Agama RI, Op.Cit 11Departemen Agama RI, Op.Cit 12Ibid., 13Ibid.,

Page 6: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

294 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Kematian merupakan hal yang sangat dahsyat dan menakutkan. Sikap

lalai yang dilakukan orang banyak terhadap kematian akibat kurangnya perenuangan dan ingatan terhadapnya. Orang yang mengingat kematian tidak dengan hati yang penuh tetapi dengan hati yang galau oleh nafsu duniawi, maka ingatannya kepada kematian tidak menimbulkan efek yang kuat.

Ketahuilah bahwa hati orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, mengejar kesiaannya, dan menghambakan cinta kepada kenikmatannya yang palsu, akan lalai dari mengingat maut. Dalam keadaan lalai seperti itu, apabila ia diingatkan tentang kematian, dia malah membencinya dan sengaja melupakannya.14 Karena datangnya kematian an tidak dapat diundur atau pun diajukan sekehendak hati manusia, hanya atas seizin Allah kematian itu dapat terjadi.15 Oleh sebab itu hendaklah seorang hambah mengingat kematian dengan rasa taubat dan takut kepada Allah.

Pada saat mengurus jenazah hendaklah dapat mengambil hikmah atau pelajaran-pelajaran yang dapat mengingatkan diri kepada Allah, merenungkan bagaimana sekarang tanah telah melenyapkan kecantikan maupun ketampanan mereka yang telah meninggal dan bagaimana bagian tubuh mereka telah hancur membusuk dalam kubur dan apabila manusia meninggal juga akan merasakan atau mengalami hal yang sama.

2. Menjaga dan menghindari diri dari sifat syirik

Syirik adalah menyekutukan Allah atau meyakini yang lain, selain Allah SWT. Dan sesungguhnya perbuatan ini tidak akan diampuni oleh Allah SWT, karena syirik termasuk dosa besar. Sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa’: 48) 16

Syarh Ad Din Al Qunawi menyatakan bahwa diri yang suci adalah diri yang terpelihara dari najis-najis yang tak terlihat. Adapun najis-najis tersebut

14Fikri Mumtazul. “Pendidikan kematian: memaknai maut menjadi sebuah kerinduan”.

Jurnal Mudarrisunah, Vol. 4 no. 1 (Januari-Juni). 2014 15Murniati Reo. “Konsep ketakutan kematian dan balapan liar”. Insight, Vol. 10, no. 1,

Februari 2012 16Departemen Agama RI, Op.Cit

Page 7: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 295

yakni sifat syirik, kebodohan, pandangan yang rusak, peribadatan yang menyimpang, dan syahwat yang menguasai kekuatan rohani.17

Mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan dan menguburkan bertujuan untuk mensucikan jenazah agar menghadap kepada Allah SWT dalam keadaan suci dan tata cara pengurusan itu berdasarkan ajaran Islam dan sunnah Rasulullah SAW, bagi mereka yang mengurusnya berdasarkan ajaran Islam dan sunnah Rasulullah SAW akan terjauh dari salah satu perbuatan syirik seperti peribadatan menyimpang.

3. Taubat

Taubat adalah meninggalkan dosa yang pernah dilakukannya di masa lalu dan melakukan hal-hal positif sebagai sikap perbaikan terhadap perbuatan keji yang pernah dilakukannya di masa lalu. Ketika manusia terjebak dalam kesalahan atau dosa kecil maupunbesar yang dianggap buruk oleh al-qur’anmaka sudah menjadi kewajibanharus melaksanakan taubat nasuha secara lansung dan meminta ampunan kepada Allah SWT.18

Qadhi Sa’id Qummi menyatakan bahwa taubat meliputi enam perkara yakni: Menyesali masa lalu yang penuh dosa, Bertekad bulat untuk meninggalkan perbuatan dosa di masa mendatang, meng-qadha semua kewajiban kepada Allah yang telah ditinggalkan, mengembalikan hak-hak orang lain yang terambil baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, meninggalkan makanan dan minuman yang haram, konsisten dengan aturan-aturan Allah.19 Jadi, bertaubat bertujuan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang pernah dilakukan dan kembali menuju jalan Allah SWT. Di dalam surah Al-Nisa: 17-18, Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula

17Muhammad Mujahidi. 2007. Jangan Tobat Bila Tak Takut Akhirat. Jakarta: Al-Huda. hlm

39 18Ahmad Rusydi, “Efektifitas Salat Taubat Dalam Meningkatkan Ketenangan Hati”, Psikis: Jurnal Psikologi Islami, Vol. 2, No. 2 (2016) 19Ibid, ... hlm. 44

Page 8: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

296 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. 20

Satu pelajaran yang dapat diambil disaat mengurus jenazah yaitu melihat akhir dari kehidupan simayit meninggal husnul khatimah atau sebaliknya meninggal suul khatimah, ini semua harus menjadi pelajaran bagi mereka yang masih hidup agar segerah bertaubat, meninggalkan kemungkaran dan mengerjakan amal ma’ruf sebab taubat seorang hambah ketika sakratul maut tidak pernah diterimah oleh Allah SWT. Jadi, bertaubatlah dari sekarang sebelum roh ini terpisah dari jasad atau sebelum sakratul maut.

4. Ikhlas

Ikhlas berarti murni, maksudnya beramal murni semata-mata hanya ditujukan kepada Allah SWT tanpa berharap pamrih dan hanya berharap ridho dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS. Al-An’am: 162-163)21

Pada saat mengurus jenazah mulai dari memandikan, megafani, menshalatkan dan menguburkan tidak ada yang mengetahui atau dapat mengukur seorang yang mengurusnya itu ikhlas atau tidak karena pada saat itu yang dihadapi adalah orang yang telah tidak bernyawa, tetapi semua itu harus dikerjakan semata-semata karena Allah agar dapat meningkatkan rasa ikhlas dalam diri walaupun simayit tidak bernyawa lagi tetapi Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan oleh hambah-Nya.

5. Ketaatan

Ketaatan merupakan bukti rasa cinta kepada Allah SWT. Dan ketaatan ini dapat dibuktikan dengan hanya mengikuti semua perintah Allah dan menjauhi semua larangannya.

Muhamnmad Sa’id Mubayyidh mengategorikan ketaatan itu sebagai bagian dari adab kepada Allah. Adab kepada Allah berarti aturan-aturan dalam menjalani hubungan manusia kepada Allah. Hubungan ini akan berjalan dengan baik jika digandengi dengan “ketaatan” hamba kepada Sang penciptanya.

20Departemen Agama RI. Op.Cit., 21Departemen Agama RI. Op.Cit., hlm. 151

Page 9: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 297

Mengurus jenazah mulai dari memandikan, megafani, menshalatkan dan menguburkan adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT karenah mngurus jenazah adalah fardu kifayah yaitu kewajiban atas umat Islam yang apabilah sudah ada yang mengerjakannya maka Muslim yang lainnya bebas dari dosa dan apabila tidak ada yang mengerjakannya maka semuanya berdosa.

6. Mensyukuri Nikmat

Syukur dapat dilakukan dengan hati, mulut, atau anggota badan lainnya. Syukur dengan hati yakni, berniat melakukan kebaikan untuk semua makhluk. Syukur dengan mulut yakni, mengucapkan hamdallah serta memuji Allah, selalu berzikir, berdoa dan bertasbih kepada-Nya. Dan syukur dengan anggota badan lainnya yakni, menggunakan anggota badan itu hanya untuk ketaatan kepada Allah SWT serta tidak pernah menggunakannya untuk maksiat.22

Sesungguhnya nikmat Allah yang diberikan kepada kita tidak terhitung dan tidak terbatas, nikmat-nikmat itu datang silih berganti baik pada waktu siang atau malam. Allah SWT berfirman yang artinya “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu

menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya .Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS.Ibrahim: 34)23

Dan Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah -lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada -Nya lah kamu meminta pertolongan”. (QS. Al-Nahl: 53).24

Nikmat ini akan terus menetap karena disyukuri, yaitu syukur yang terwujud dalam tiga cara tersebut diatas, sementara menghilangnya nikmat disebabkan oleh berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa. Allah SWT berfirman:

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS. Al-Nahl: 112).25

22Mubayyidh, Op. Cit., hlm. 5-6 23Departemen Agama RI. Op.Cit., hlm. 261 24Ibid, ... hlm. 274 25Ibid, ... hlm. 108

Page 10: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

298 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Banyak yang berfikir bahwa nikmat Allah SWT itu hanya berupa

makanan yang banyak atau harta yang berlimpah saja tanpa menyadari umur yang panjang sehat rohani dan jasmani sehinga dapat menerima agama Islam juga adalah karunia dan nikmat Allah yang harus bahkan wajib disyukuri Dan nikmat yang paling besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada manuia adalah nikmat mendapat hidayah agama Islam. Allah SWT berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)26

Syukur adalah ibadah yang tidak pernah sampai ke puncaknya, bersyukur adalah syarat tauhid, Syukur dan kufur sejatinya untuk diri kita

sendiri, kiat bersyukur, bersyukur kepada hamba Allah, Do‟a untuk dapat senantiasa bersyukur.

Pada saat mengurus jenazah dapat diambil pelajaran bagi yang masih hidup berapa besar nikmat kesempatan, iman dan pengetahuan yang diberikan oleh Allah sehingga masih dapat mengurus orang yang telah meninggal.

7. Sabar

Kata sabar berasal dari bahasa Arab al-shabrr, yang terambil dari akar kata “shabara”. Kata dasar “shabara” ini dalam bahasa Arab mengandung arti menahan, mencegah dan menanggung. Menurut M.Qurais Shihab, makna yang terkandung dalam kata dasar shabara berkisar pada tiga hal, yaitu: menahan, ketinggian sesuatu, dan sejenis batu. Dari makna menahan lahir makna bertahan. Karena itu seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai sabar.27

Dalam al-Qur’an, perintah untuk bersikap sabar diulangi sebanyak 34 kali,28 salah satunya:

26 Ibid,. hlm. 108 27 Yusefri. 2011. Telaah Tematik Hadits Tarbawi. Curup: LP2 STAIN Curup. hlm. 88 28 Lihat: Q.S Ali Imran (3): 200; Q.S al- A’raf (7): 87 dan 128; Q.S al- Anfal (8): 16 Yunus

(10): 109; Q.S Hud (11): 49 dan 115; Q.S al- Nahl (16) : 127; al- Kahfi (18) : 28; Q.S Maryam (19): 65; Q.S Thoha (20): 130; Q.S al- Rum (30): 60; Q.S Lukman (31): 17 dan 27; Q.S Shat (38): 17; Q.S 17; Q.S al-Mu’min (40): 77; Q.S al- Ahqaf (46): 35; Q.S Qaf (50): 39; Q.S al- Thur (52): 16; Q.S al- Ma’arij (70): 5; Q.S al- Muzammil(73): 10; Q.S al- Muddatsir (74): 7; Q.S al- Insan (76): 24. Lihat Yusefri. Op. Cit., hlm. 89

Page 11: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 299

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah: 155)29

Manusia tidak akan lepas dari ujian dan cobaan Allah SWT apalagi orang yang beriman akan lebih berat ujian yang diberikan-Nya. Karena untuk mengetahui sampai dimana kekuatan iman seseorang tersebut. Seperti halnya terrsebut dalam ayat al-Qur’an diatas yaitu cobaan seperti: kelaparan, ketakutan, kekurangan harta benda, atau cobaan jiwa seperti sakit dan kematian untuk menerima cobaan itu janganlah sekali-kali dengan putus asa.

Dipandang sangat penting sekali kesabaran diterapkan takala keluarga atau sanak famili meninggal dunia. Karena dengan kesabaran menerima musibah tersebut, mka baginya mendapatkan balasan berupa surga. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:

“Allah SWT berfirman: tidak ada pembalasan bagi seorang hamba-Ku yang mukmin, jika aku mengambil kekasihnya di dunia, kemudian ia ridha dan bererah diri kepada-Ku melainkan surga balasannya” (HR. Bukhari)

Hadits di atas jelas sekali bahwa bagi ahli waris atau orang-orang yang mengurus jenazah tersebut harus bersabar dan kesabaran itu tidak akan didapat apabila mereka tidak ridho atas kepergian simayit dan dalam pengurusannya mulai dari memandikan sampai dengan menguburkanjuga hendaklah dilakukan dengan kesabaran.

8. Tawadhu Secara harfiah tawadhu artinya merendahkan diri. Tawadhu sebagai

akhlak karimah adalah manusia terhadap kedudukan yang lebih rendah, atau rendah hati terhadap orang yang beriman, atau mau menerima kebenaran. Jadi tawadhu adalah salah satu bentuk akhlak mulia yang menggambarkan keagungan jiwa, kebersihan hati dan ketinggian derajat pemiliknya. Seseorang belum dikatakan tawadhu apabila belum melenyapkan kesombongan yang ada dalam dirinya. Semakin kecil sifat kesombongan dalam diri seseorang, semakin sempurnahlah ke tawadhuannya dan begitu juga sebaliknya.30

Dalam pengurusan jenazah manusia hendaklah memahami mengenal diri dan selalu ingat asal usul manusia pada saat manusia meninggal yang dibawa menghadap Allah hanya berupa kain kafan dan yang membedakan setiap manusia itu hanya pada imannya, oleh sebab itu hendaklah sebagai manusia yang lemah tiada kekuatan selalu berserah diri dan tawadhu kepada Allah SWT.

29 Departemen Agama RI. Op.Cit., hlm. 25 30 Yusefri. Op. Cit., hlm. 115

Page 12: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

300 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Pendidikan Sosial

Pendidikan sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan Islam, karena manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, tanpa lingkungan dan alam sekitarnya. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS. Hujarat: 13)31

Masyarakat Islam di lingkungan banyak memiliki pranata sosial. Di antaranya yang terpenting ialah masjid dengan berbagai aspek edukatifnya: rohani, amaliah, sosial, akhlak, dan ilmiah. Bentuk-bentuk ibadah amaliah dalam Islam seperti shalat, zakat, puasa, dan haji sesungguhnya merupakan sarana-sarana praktis pendidikan yang dilakukan individu sebagai anggota dalam komunitas. Ketika seseorang itu sedang melaksanakan ibadah yang sifatnya personal. Dia juga akan merasakan makna kebersamaan dengan memohon petunjuk kepada Allah bagi sesamanya. Dengan demikian tercipta kondisi sosial yang kondusif dan terciptanya lingkungan ibadah .32

Pendidikan sosial dalam Islam menanamkan orientasi dan kebiasaan sosial positif yang mendatangkan kebahagian bagi individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial, antara anggota masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia. Di antara kebiasaan dan orientasi sosial tersebut ialah pengembangan kesatuan masyarakat, persaudaraan seiman, kecintaan insani, saling tolong-menolong, kepedulian, musyawarah, keadilan sosial dan perbaikan di antara manusia. Dan termasuk pula padanya saat ibadah mengurus jenazah.

Adapun pendidikan sosial yang terkandung di dalam ibadah pengurusan jenazah adalah sebagai berikut:

1. Tolong menolong

Imam Ghazali berkata: “kamu tidak akan mampu hidup sendirian dialam yang terbentang luas ini dengan cara menutup diri, engkau tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Engkau tidak akan dapat memenuhi kebutuhanmu tanpa orang lain. Setiap orang pasti

31 Departemen Agama RI. Op.Cit 32 Aly dan Munzier, Op. Cit.,

Page 13: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 301

membutuhkan orang lain dalam menjalani hidup. Oleh sebab itu, jika mereka kesulitan dan membutuhkan pertolongan maka tolonglah. Hidupmu akan menjadi berarti jika engkau bisa berada ditengah-tengah manusia dan bermanfaat bagi mereka. Engkau akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin setelah memberikan pertolongan kepada orang lain.33

Berdasarkan pesan Imam ghazali di atas bahwa sesungguhnya Semua manusia tidak boleh memilih hidup sendirian di muka bumi ini biarpun Allah telah memberikan faktor-faktor kesenangan dan kecukupan kepadanya. Ini disebabkan, hal itu bertentangan dengan sifat, potensi dan kebiasaan manusia. Seseorang individu memerlukan orang lain dan orang lain juga perlukan individu itu, sehingga kehidupan berlaku dalam bentuk yang terbaik. Inilah yang disebut "tolong-menolong" atau “kerjasama”.

Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman supaya saling tolong-menolong dan bekerjasama, dengan syarat mestilah atas dasar kebenaran dan ketakwaan, dan melarang mereka untuk tolong-menolong dan bekerja sama dalam perkara yang haram atau yang bathil sebagaimana firman Allah SWT:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah: 2)

Begitu juga dalam pengurusan jenazah dapat diambil bahwa sesungguhnya dalam pelaksanaannya tersebut terdapat nilai pendidikan sosial tentang tolong menolong dimana ahli waris atau yang mengurusi si mayit tidak akan bisa mengurus jenazahnya sendirian tanpa bantuan orang lain jadi hendaklah sewaktu ada kesempatan untuk menolong seseorang maka kerjakanlah karena suatu saat setiap orang itu pasti membutuhkan orang lain.

2. Tanggung jawab Bagi mereka yang telah meninggal dunia, berakhirlah semua

urusan mereka di dunia ini setelah mereka menghembuskan nafas yang terakhir. Namun bagi mereka yang masih hidup, bertanggung jawab untuk menguruskan jenazah mereka, yaitu dengan memandikannya, mengkafani, menshalatkan dan seterusnya menguburkan.

Imam ghazali berkata: “hak sesama muslim yaitu: memberikan salam ketika bertemu, menyertakan do’a ketika engkau berdo’a, mendoakan ketika dia batuk (bersin), menjenguk ketika dia sakit,

33 Said Faqih Nawawi. 2008. Menjadi Manusia Ma’rifat dan Berjiwa Besar (dari kita al-insanun

“arifun indahu ruuhul ‘adim: Imama ghazali). Jakarta: Mitrapress. hlm. 219

Page 14: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

302 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

mengantarkan jenazahnya ketika meninggal, saling memberi nasehat, menjaga barangnya ketika ditinggal, mencintai dia seperti engkau mencintai dirimu sendiri, dan membenci dia seperti engkau membenci dirimu sendiri.34 Hal ini menjelaskan bahwa sesama muslim itu ada hak dan kewajiban yang akan menjadi tanggung jawab diantaranya adalah mengurus jenazahnya setelah dia meninggal.

3. Dermawan Sifat dermawan adalah sifat yang harus ditanamkan dalam diri

setiap muslim. Menurut kamus bahasa indonesia, dermawan diartikan sebagai pemurah hati atau orang yang suka berderma (beramal dan bersedekah). Menurut istilah dermawan bisa diartikan memberikan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan dengan senang hati tanpa keterpaksaan. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

“Abdullah Ibn Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah saudaranya muslim (yang lain), dia tidak menganiaya dan menyerahkan saudaranya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan di akhirat.” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Tirmidzi)

Orang yang dermawan adalah orang yang senang jika bisa membantu orang lain yang sedang ditimpa kesusahan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Dengan memiliki sifat yang dermawan maka hidupnya akan lebih bahagia karena dengan kedermawanannya maka akan melapangkan dadanya. Secara sosial orang yang dermawan akan disenangi banyak orang, sehingga orang pun tidak enggan untuk bergaul dengannya.

Dermawan bukan hanya berbentuk menyumbangkan harta benda saja tetapi juga dapat berupa tenaga dan fikiran. Begitu pula dalam pengurusan jenazah biayaya yang digunakan adalah harta peninggalannya apabila si mayit tidak mempunyai harta warisan maka biayaya harus ditanggung oleh ahli waris dan apabila ahli waris juga tidak memiliki harta untuk mengurusinya maka itu adalah kewajiban saudara muslim yang lainnya untuk berderma menyumbangkan hartanya untuk mengurusi simayit.

34 Fatihuddin Abul Yasin. Rahasia Ketajaman Mata Hati. Surabaya: Terbit terang. hlm 235

Page 15: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 303

4. Saling menghormati dan kasih sayang

Saling menghargai atau saling hormat menghormati dan kasih sayang kepada sesama manusia. adalah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap muslim sebagai wujud dari Akhlaq mahmudah. Islam sangat menekankan pada dua dimensi nilai yang harus selalu diwujudkan yaitu akhlaq yang terpuji dan ‘aqidah atau keimanan yang benar, dua-duanya harus seiring sejalan. Aqidah yang benar akan membuahkan akhlaq yang baik. Akhlaq yang baik harus berakar pada aqidah yang benar. Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan, tawadhu, tasamuh, muru’ah (menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku ‘adil dan saling menyayangi.

Sifat kasih sayang pada dasarnya adalah fitrah yang dianugerhakan Allah kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Pada hewan sekalipun terdapat sifat kaih sayang, terlebih lagi pada manusia sebagai makhluk yang palinbg sempurna. Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak cukup hanya dengan memaparkan konsep global, tetapi juga menjabarkannya secara terperinci. Misalnya, menyebutkan beragam gambaran secara detil dan menggambarkan dengan begitu jelas implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik dari sisi kekerabatan maupun agama, Semua berhak mendapat kasih sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama. Pada saat pengurus jenazah hendaklah memperlakukan jenazah tersebut dengan sopan lemah lembut dan penuh kasih sayang dalam artian janganlah memperlakukan jenazah itu dengan kasar.

Nilai pendidikan sosial Saling hormat menghormati pada pengurusan jenazah itu menurut penulis diantaranya terdapat pada saat memandikan dan menguburkannya. Pertama pada saat memandikannya hendaklah menggunakan penutup (bagian-bagian tertentu) dimana sebagai wujud penghormatan kepada si mayit. Kedua pada saat menguburkannya sebagai penghormatan agar kemuliaan dan kehormatannya sebagai manusia dapat terpelihara dan tidak menyerupai bangkai hewan, karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhlukNya yang mulia (QS. 95: 4).

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”35

35Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit.,

Page 16: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

304 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Selain itu agar manusia yang hidup tidak merasa terganggu oleh

bau yang tidak baik yang timbul dari jasad si mayit yang mungkin akan menimbulkan fitnah.

Adapun nilai-nilai pendidikan Islam yakni diantaranya : Tauhid (keimanan), ibadah, akhlak, kemasyarakatan (sosial).36

a. Keimanan

Iman merupakan salah satu pondasi utama dalam ajaran Islam, yang sering disebut dengan rukun iman. Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam makna kata “iman”, yakni : keyakinan, ucapan dan perbuatan. Ini menandakan bahwa iman tidak hanya cukup sebatas meyakini saja, tetapi mesti diaplikasikan dengan perbuatan.

Begitu pula halnya dengan pendidikan keimanan, tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan pencipta-Nya secara langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba dengan berbagai fenomena alam dan lapangan kehidupan, baik sosial maupun fisik. Sehingga dengan demikian maka iman mesti diwujudkan dengan amal saleh dan akhlak yang luhur. Dan bagi orang yang tidak mengerjakan amal saleh dan tidak berakhlak Islam adalah termasuk orang yang kafir dan mendustakan agama. Jadi keimanan merupakan rohani bagi individu sebagai salah satu dimensi pendidikan Islam yang tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan penciptanya.37

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pendidikan keimanan merupakan bagian dasariah di dalam pendidikan Islam yang melandasi semua bagian lainnya, dan juga merupakan poros pendidikan Islam yang menuntun individu untuk merealisasikan ketakwaan di dalam jiwanya.

b. Ibadah

Dalam pengertian khusus, ibadah ialah prilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasullullah SAW, seperti shalat, zakat, puasa dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :

36 Hery Noer Aly dan Muzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta : Friska Agung

Insani. hlm. 69-73 37 Abu Ahmadi dan Noor Salami. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi

Aksara. hlm. 240

Page 17: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 305

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS. Adz dzariyat : 56)38

Pada Pelaksanaannya ibadah bisa dilihat dari berbagai macam pembagian diantaranya dari Segi umum dan khusus.

a. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan dan pernyataan baik, yang dilakukan dengan niat yang baik semata-mata karena Allah. Sebagai contoh makan minum dan bekerja, apabila dilakukan dengan niat untuk menjaga dan memelihara tubuh, sehingga dapat melaksanakan ibadah kepada Allah.

b. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan nash, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

Ibadah yang dikerjakan oleh manusia harus didasari dengan keikhlasan, ketulusan hati dan dilaksanakan karena Allah SWT. Menyembah Allah SWT berarti memusatkan penyembahan kepada Allah semata-mata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali kepadanya saja. Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada Allah SWT. Jadi beribadah berarti berbakti sepenuhnya kepada Allah SWT yakni untuk mencapai tujuan hidup (hasanah di dunia dan hasanah di akhirat). Adapun muatan ibadah dalam pendidikan Islam yakni menjalin hubungan utuh dan langsung antara manusia dengan Allah SWT, menjaga hubungan sesama manusia dan lingkungan dan kemampuan menjaga dan menyerahkan dirinya sendiri kepada Allah SWT. Dengan demikian ibadah dapat dikatakan sebagai alat untuk digunakan oleh manusia dalam rangka memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah.39

c. Akhlak

Akhlak berasal dari kata jamak bahasa arab “akhlaq”. Kata mufradnya ialah “khulqu” yang berarti perangai, budi, tabiat, adab.40

Ibn Miskawaih seorang pakar bidang akhlak terkemuka menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Begitu pula halnya dengan Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

38 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., 39Zulkarnain,Op.Cit., hlm. 28 40Kahar Masyur. 1994. Membina Moral dan Akhlak.Jakarta: PT Rineka Cipta. 1994, hlm 11

Page 18: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

306 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Jadi akhlak merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu perbuatan, yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

Dalam pendidikan Islam akhlak merupakan hal yang terpenting, karena akhlak merupakan bagian utama dari tujuan pendidikan Islam. Musthafa Al Ghulayani pun menyatakan bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat. Jadi akhlak merupakan salah satu hasil yang sangat diharapkan di dalam pendidikan Islam.

Islam sangat mementingkan pendidikan akhlak yang baik, karena pendidikan akhlak yang baik dapat menciptakan manusia saleh. Oleh karena itu pendidikan akhlak merupakan perilaku yang baik untuk jangka panjang bagi keluarga maupun Negara yang sangat bermakna. Pendidikan akhlak yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memberdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bakal hidup dimasa depan untuk memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.41

Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul dalam prinsip “berpegang kepada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran”, berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan besar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah.

Sesuatu perbuatan itu belum bisa dikatakan pencerminan dari akhlak, jika belum terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut, yakni di antaranya:

1) Dilakukan berulang-ulang. Jika dilakukan sekali saja atau jarang-jarang, tidak dapat dikatakan akhlak. Jika seseorang misalnya memberi uang (derma) kepada orang lain karena alasan tertentu, orang itu tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan.

41Cut Nya Dien. “Pembinaan pendidikan akhlaq di rumah penyantun Muhammadiah

Kota Banda Aceh”. Jurnal Pionir, Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2013.

Page 19: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 307

2) Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir dan ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya.42

d. Sosial

Pendidikan sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan Islam, karena manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, tanpa lingkungan dan alam sekitarnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Hujarat: 13)43

Fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi tidak terlepas dari dapat menjadi seorang khalifah, manusia harus mampu berinteraksi dengan baik terhadap sesamanya dan terhadap lingkungannya.

Penutup

Nilai-nilai pendidikan Islam dan Hikmah yang terkandung dalam pengurusan jenazah yaitu Pertama pendidikan keimanan yang meliputi memperbanyak mengingat kematian karna didunia ini tidak ada yang abadi, menjaga dan menghindari diri dari perbuatan syirik, taubat, menanamkan rasa ikhlas dalam beribadah, taat dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam beribadah dan ketika mendapat musibah serta mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia serta selalu memiliki sifat tawadhu’. Kedua pendidikan sosial yaitu meliputi: menanamkan rasa saling menghormati, dermawan, bertanggung jawab dan menerapkan sikap tolong menolong.■

Bibliografy

Abul Yasin, Fatihuddin. Rahasia Ketajaman Mata Hati. Surabaya: Terbit terang.

Ahmadi, Abu dan Noor Salami. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

42Muhammad Daud Ali. 2006. Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada.

hlm. 348 43 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 1041

Page 20: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

308 | Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2, 2020

Aly, Hery Noer Aly dan Muzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta : Friska

Agung Insani

Al–Qunawi, Syarh Ad–Din. 1998. Pancaran Spiritual, Telaah 40 Hadis Sufistik, Jakarta: Lentera.

Cut Nya Dien. “Pembinaan pendidikan akhlaq di rumah penyantun Muhammadiah Kota Banda Aceh”. Jurnal Pionir, Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2013

Departemen Agama RI. 2005. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: J-ART.

Fikri Mumtazul. “Pendidikan kematian: memaknai maut menjadi sebuah kerinduan”. Jurnal Mudarrisunah, Vol. 4 no. 1 (Januari-Juni). 2014

Masyur, Kahar. 1994. Membina Moral dan Akhlak.Jakarta:PT Rineka Cipta. 1994, Hal. 11

Mubayyidh, Muhammad Sa’id. 2006. Adab Harian Muslim : Panduan Akhlak Islami Dalam Ibadah, Muamalah dan Kebiasaan Sehari-Hari. Jakarta: Hanif Press.

Muhammad Sobirin dan Mukayat Al-Amin_Perawatan Jenazah Menurut Islam dan Hindu, AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 2, No. 1, 2016

Mujahidi, Muhammad. 2007. Jangan Tobat Bila Tak Takut Akhirat. Jakarta: Al-Huda.

Murniati Reo. “Konsep ketakutan kematian dan balapan liar”. Insight, Vol. 10, no. 1, Februari 2012

Nawawi, Said Faqih. 2008. Menjadi Manusia Ma’rifat dan Berjiwa Besar (dari kita al-insanun “arifun indahu ruuhul ‘adim: Imama ghazali). Jakarta: Mitrapress.

Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islam : Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma’arif.

Taklimudin dan Febi “Metode Keteladanan dalam Persfektif Quran”. BLAJEA: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3 No. 1 2018. Hal. 1-22

Tebba, Sudirman. 2006. Kiat Sukses Menjelang Maut. Jakarta: PustakaIrVan.

Yusefri. 2011. Telaah Tematik Hadits Tarbawi. Curup: LP2 STAIN Curup.

Zulkarnain. 2008. Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam : Manajemen Berorientasi Link dan Match, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 21: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Serta Hikmah Pengurusan

Nurma, Femalia: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Hikmah Pengurusan Jenazah...| 309