paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

55
TRANSFORMASI ANGKATAN KERJA TRANSFORMASI ANGKATAN KERJA INDONESIA: INDONESIA: TEORI DAN KAJIAN TEORI DAN KAJIAN EMPIRIS EMPIRIS Paper Matakuliah EKONOMI PEMBANGUNAN Nama Mahasiswa/NPM : Sri Yusnita Burhan/120130100013 Pembina/Dosen Matakuliah : Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi

Upload: ita-burhan

Post on 12-Apr-2017

29 views

Category:

Economy & Finance


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

TRANSFORMASI ANGKATAN KERJA TRANSFORMASI ANGKATAN KERJA INDONESIA:INDONESIA:

TEORI DAN KAJIANTEORI DAN KAJIAN EMPIRISEMPIRIS

Paper Matakuliah

EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama Mahasiswa/NPM :

Sri Yusnita Burhan/120130100013

Pembina/Dosen Matakuliah :

Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi

Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran

November 2010

Page 2: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kinerja perekonomian sebelum krisis 1997 ditandai dengan perkembangan cukup

baik dari sejumlah indikator makroekonomi, seperti tingkat pertumbuhan PDB berkisar 7-8

persen, pertumbuhan produktivitas berkisar 4-6 persen, dan pertumbuhan upah riel 7-9

persen. Meski pada tahun 1992 tingkat pertumbuhan upah riel lebih besar dari tingkat

pertumbuhan produktivitas1, namun pada periode 1993-1996, pertumbuhan produktivitas

semakin meningkat, sebaliknya tingkat pertumbuhan upah riel semakin turun, di mana

keduanya hampir mencapai keseimbangan yaitu mendekati 6 persen pada tahun 1996.

Implikasinya, kesejahteraan tenaga kerja semakin meningkat karena kegiatan ekonomi

meningkat. Artinya, lapangan kerja semakin meningkat, kemampuan tenaga kerja dalam

menghasilkan output meningkat, dan orang-orang dibayar sesuai dengan produktivitasnya.

Keadaan ekonomi yang baik sebelum krisis ekonomi 1997, menyebabkan banyak

tenaga kerja desa pindah ke kota untuk memperoleh pendapatan dan fasilitas hidup lebih

baik. Hal ini, menyebabkan pengangguran terbuka di kota meningkat, terutama pada sektor

formal, terlihat dari job search durationnya lebih lama. Para penganggur tersebut umumnya

berpendidikan cukup tinggi (SLTA sampai PT). Sementara itu penganggur terselubung

banyak terjadi pada sektor pertanian di pedesaan, bekerja sebagai buruh, self employed,

family worker, dan secara persentase semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena

banyak tenaga kerja di pedesaan pindah ke perkotaan (lihat tabel 1, pada bab 3).

Dari sisi penawaran tenaga kerja, angka pertumbuhan penduduk usia kerja

(population growth) pada periode 1992-1997 mengalami penurunan, karena tingkat

kelahiran turunnya lebih besar dari tingkat kematian, menyebabkan angka pertumbuhan

angkatan kerja (labor force growth) mengalami penurunan dari 3 persen tahun 1993

1 Tingkat pertumbuhan upah riel lebih besar dari tingkat pertumbuhan produktivitas mencerminkan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output masih rendah, tetapi mendapatkan upah/gaji yang besar. Produktivitas rendah berarti kapasitas produksi, misalnya mesin-mesin tidak digunakan secara maksimum (fully unutilized). Implikasinya, secara rata rata kesejahteraan tenaga kerja rendah karena kegiatan ekonomi rendah.

2

Page 3: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

menjadi 1,4 persen tahun 1997. Dengan angka pertumbuhan angkatan kerja semakin

menurun, sementara di sisi lain angka pertumbuhan GDP masih tetap tinggi, mendorong

permintaan tenaga kerja dan upah semakin meningkat. Pada periode 1992-1997,

pertumbuhan upah riel selalu lebih tinggi dari pertumbuhan produktivitasnya,

mencerminkan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output belum maksimal,

namun bayaran yang diterimanya lebih tinggi dibanding dengan kontribusinya.

Dampak positip pertumbuhan ekonomi tinggi lainnya adalah perubahan struktur

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, seperti sektor industri,

perdagangan dan jasa-jasa (lihat tabel 2, bab 3). Penurunan tenaga kerja dalam nilai absolut

dan prosentase terjadi pada sektor pertanian. Implikasinya, daerah-daerah yang tidak

terlalu luas areal tanahnya dapat berkembang melalui sektor-sektor di luar pertanian,

sehingga pendapatan dan produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor ini dapat

ditingkatkan. Sebagai contoh, porsi tenaga kerja pada sektor industri meningkat dari 14

persen tahun 1990 menjadi 19 persen tahun 1997, sektor perdagangan dari 15 persen

menjadi 20 persen, sektor jasa-jasa dari 16 persen menjadi 20 persen. Sektor sektor bukan

pertanian ini lebih banyak berkembang di perkotaan sehingga menyebabkan daerah

perkotaan semakin memiliki daya tarik bagi penduduk desa guna meningkatkan

kesejahteraannya. Kenyataan ini tercermin dari semakin meningkatnya porsi tenaga kerja di

kota, dari 24 persen tahun 1990 menjadi 34 persen tahun 1997, sebaliknya di desa, dari 76

persen turun menjadi 66 persen (lihat tabel 2, bab 3).

Pada tahun 1996, penawaran tenaga kerja dengan pendidikan tinggi adalah terbatas,

dilain pihak permintaan industri modern terhadap tenaga kerja dengan pendidikan lebih

baik semakin meningkat, mendorong meningkatnya persaingan di pasar tenaga kerja,

tercermin dari angka pertumbuhan produktivitas yang mendekati laju pertumbuhan upah

riel yaitu sekitar 6 persen, artinya kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan output

semakin meningkat, dan tenaga kerja dibayar sesuai dengan kontribusinya, sehingga

seorang tenaga kerja akan semakin produktip dalam menghasilkan output karena mendapat

upah yang semakin besar.

Dibandingkan dengan tahun 1980-an, umumnya kualitas tenaga kerja Indonesia

masih sangat rendah, belum sesuai dengan tuntutan kualitas tenaga kerja seperti yang di

cita-citakan untuk mendukung program-program pembangunan nasional.

3

Page 4: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Hal ini terlihat dari belum seimbangnya perbandingan antara tenaga kerja yang

berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi, dimana sebagian besar dari

tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sangat rendah, atau bahkan banyak di

antaranya yang tidak berpendidikan sama sekali.

Pada periode 1990-1997 pendidikan tenaga kerja mulai terlihat membaik, terlihat

dari persentase tenaga kerja lulusan SLTA dan PT semakin meningkat, dan persentase

pekerja tidak tamat SD semakin menurun (lihat tabel 4, bab 3), disebabkan karena

kesempatan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lebih terbuka,

adanya program pembebasan uang sekolah bagi keluarga miskin, dan program orang tua

asuh. Hal ini didukung dengan angka School Enrollment Ratio2 semakin meningkat pada

tingkat pendidikan primer dan sekunder, dimana untuk pendidikan primer naik dari 89

persen tahun 1980 menjadi 99 persen tahun 1997, dan untuk pendidikan sekunder dari 42

persen menjadi 56 persen (lihat tabel 3, bab 3). Artinya pada tahun 1997, 99 persen dari

jumlah anak anak usia Sekolah Dasar (primary) memiliki kesempatan untuk duduk di bangku

SD, dan 56 persen dari jumlah anak anak usia Sekolah Lanjutan (secondary) memiliki

kesempatan untuk duduk di bangku sekolah lanjutan.

1.2. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dengan semakin membaiknya indikator ekonomi

pada tahun 1990-an, kajian ini ingin melihat apakah proses transformasi ketenagakerjaan

terjadi di Indonesia periode 1980 an sampai dengan 1990-an.

1. Apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan utama

terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi 1997?

2. Apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut status pekerjaan utama terjadi

pada periode sebelum krisis ekonomi 1997?

3. Apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut jenis pekerjaan utama terjadi

pada periode sebelum krisis ekonomi 1997?

2 School Enrollment Ratio (SER) adalah jumlah murid tingkat pendidikan tertentu, misalnya:SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi, dibanding dengan jumlah penduduk usia tingkat pendidikan tertentu tersebut, misalnya usia : SD 6-12 tahun, SMP 13-15 tahun, SLTA 16-18 tahun, Perguruan Tinggi 19-24 tahun.

4

Page 5: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok masalah diatas, maka kajian ini mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melihat apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan

pekerjaan utama terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi 1997.

2. Untuk melihat apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut status pekerjaan

utama terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi 1997.

3. Untuk melihat apakah proses transformasi ketenagakerjaan menurut jenis pekerjaan

utama terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi 1997.

1.4. Hipotesa Penelitian

Berdasar latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis kajian ini sebagai berikut:

1. Proses transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan utama terjadi pada

periode sebelum krisis ekonomi 1997.

2. Proses transformasi ketenagakerjaan menurut status pekerjaan utama terjadi pada

periode sebelum krisis ekonomi 1997.

3. Proses transformasi ketenagakerjaan menurut jenis pekerjaan utama terjadi pada

periode sebelum krisis ekonomi 1997.

1.5. Metodologi Penelitian

Kajian ini menggunakan teori transformasi ketenagakerjaan Chenery dan Syrquin

sebagai landasan analisis untuk melihat apakah proses transformasi tersebut terjadi di

Indonesia periode sebelum terjadi krisis ekonomi 1997, yang menggunakan indikator kinerja

masa lalu.

1.5.1. Metode Pengukuran Transformasi Ketenagakerjaan

Metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis proses transformasi

ketenagakerjaan periode sebelum krisis ekonomi 1997. Metode ini menggunakan angka

pertumbuhan dan kontribusi penduduk berumur 10 tahun keatas yang bekerja selama

seminggu yang lalu menurut (a). Lapangan pekerjaan utama, (b). Status pekerjaan utama,

5

Page 6: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

dan (c). Jenis pekerjaan utama. Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian

diatas.

1.5.2. Ruang Lingkup Penelitian

Kajian ini akan mencoba untuk mencari tahu apakah proses transformasi

ketenagakerjaan terjadi di Indonesia dalam periode sebelum krisis ekonomi 1997. Karena

pada periode tersebut, keadaan perekonomian kita relatif baik, sehingga transformasi

ketenagakerjaan dapat dilihat jelas, dan kemungkinan terdistorsi oleh faktor faktor lain,

akan relatif kecil.

Transformasi ketenagakerjaan yang akan diteliti mencakup penduduk berumur 10

tahun keatas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut (a). Lapangan pekerjaan

utama, (b). Status pekerjaan utama, dan (c). Jenis pekerjaan utama.

Dengan keterbatasan data BPS, terutama untuk periode dibawah tahun 1980-an,

maka periode penelitian yang memungkinkan dilakukan adalah tahun 1988-1997.

1.5.3. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, antara lain: Keadaan Angkatan Kerja Di

Indonesia, 1980-1997, BPS; Statistik Indonesia, BPS; Penduduk Indonesia, BPS; terbitan data

BPS lainnya; dan International Trade Statistics Year Book-United Nations.

1.6. Pokok-pokok Bahasan Dan Sistimatika Penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, dimana:

Bab satu terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

penelitian dan metodologi penelitian, pokok bahasan dan sistimatika penulisan.

Bab dua berisi landasan teori tentang transformasi ketenagakerjaan menurut Chenery

and Syrquin.

Bab tiga berisi tentang keadaan ketenagakerjaan Indonesia periode sebelum krisis

ekonomi 1997.

Bab empat berisi dengan analisis hasil pengolahan data ketenagakerjaan Indonesia

periode sebelum krisis ekonomi 1997.

Bab lima berisi dengan kesimpulan dan saran atas analisis pada bab sebelumnya.

6

Page 7: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Menurut Chenery and Syrquin3 bahwa dalam pembangunan ekonomi akan diikuti

dengan perubahan struktur perekonomian dari negara pertanian menjadi negara industri.

Dalam jangka panjang jika tingkat pertumbuhan PDB/PNB lebih besar dari tingkat

pertumbuhan penduduk akan menyebabkan PDB per kapita meningkat. Seiring dengan

meningkatnya PDB per kapita akan terjadi perubahan struktural dalam perekonomian, yaitu

bekerjanya empat proses:

1. Proses Akumulasi (Accumulation Process)

2. Proses Alokasi Sumber Daya (Resource Alocation Process)

3. Proses Demografi/Kependudukan (Demographic Process)

4. Proses Distribusi Pendapatan (Distributional Process)

Analisis empat proses ini dilakukan oleh Chenery and Syrquin dengan menggunakan

model regresi sebagai berikut:

X=α+ β1 ln γ+β2 ( ln γ )2+∂1 ln N+∂2 ( ln N )2+Σδ i T i …………………………....…. (1)

X=α+ β1 ln γ+β2 ( ln γ )2+∂1 ln N+∂2 ( ln N )2+Σδ i T i+∈F ………………….….. (2)

dimana:

X = variabel dependen

X = Variabel dependen, yaitu variabel yang ingin dilihat perubahannya sesuai

dengan keempat proses diatas, misalnya:

Dalam proses akumulasi, variabel dependent yang ingin dilihat perubahannya, seperti:

1). Investasi (terdiri dari Gross Domestic Saving, Gross Domestic Investment, Capital

Inflow: net impor of goods and services) sebagai persentase PDB; 2). Pendapatan

Pemerintah (terdiri dari Reveneu pemerintah, Reveneu pajak) sebagai persentase PDB;

3 Hollis Chenery and Moises Syrquin, Patterns Of Development, 1950-1970 (London: Oxford University Press, 1975).

7

Page 8: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

3). Pendidikan (terdiri dari Education Expenditure sebagai persentase PDB, Primary and

secondary School Enrollment Ratio).

Dalam proses alokasi sumber daya (resource), variabel dependent yang ingin dilihat

perubahannya, seperti: 1). Struktur Permintaan Dalam Negeri (terdiri dari Gross

Domestic Investment, Private Consumption, Government Consumption, Food

Consumption) sebagai persentase PDB; 2). Struktur Produksi (terdiri dari Output: Primer,

Industri, Utilities, Jasa jasa) sebagai persentase PDB; 3). Struktur Perdagangan (terdiri

dari Ekspor, Ekspor barang barang primer, Ekspor barang barang Industri, Ekspor Jasa

jasa, Impor) sebagai persentase PDB.

Dalam proses Demografi dan Distribusi Pendapatan, variabel dependent yang ingin

dilihat perubahannya, seperti: 1). Alokasi Tenaga Kerja (terdiri dari porsi tenaga kerja di

sektor: primer, industri, jasa jasa); 2). Urbanisasi (Jumlah perpindahan penduduk dari

desa ke kota sebagai persen dari jumlah penduduk keseluruhannya); 3). Transisi

Demografi (terdiri dari tingkat kelahiran/birth rate, tingkat kematian/death rate).

Variabel dependen yang ingin dilihat perubahannya dalam proses distribusi pendapatan

terdiri dari 20 persen porsi penduduk kaya/share of highest 20% dan 40 persen porsi

penduduk miskin/share of lowest 40%.

Y = PNB atau GNP per kapita

N = jumlah penduduk

F = Net Resource Inflow (impor minus ekspor barang barang dan jasa jasa bukan

faktor produksi/nonfactor) sebagai porsi dari PDB.

Ti = Periode waktu (i = 1,2,3,4…).

Penelitiannya dilakukan di 101 negara berkembang, dengan periode penelitian 1950-

1970. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan pokok dalam struktur

perekonomian seiiring dengan pertumbuhan ekonomi. Fokus utama menekankan pada

aspek mobilisasi dan alokasi sumber daya yang menyebabkan pertumbuhan yang

berkelanjutan (sustainable development). Asumsi yang digunakan pada model umum

perubahan struktural adalah:

8

Page 9: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

a). Variasi komposisi permintaan konsumen sama seiiring dengan meningkatnya

pendapatan per kapita, yaitu porsi untuk makanan turun dan untuk barang industri

manufaktur naik.

b). Tingkat akumulasi modal fisik dan manusia lebih cepat dibanding dengan tingkat

pertumbuhan angkatan kerja.

c). Tiap negara memiliki akses terhadap tehnologi yang sama.

d). Tiap negara memiliki akses terhadap perdagangan internasional dan pemasukan

modal dari luar negeri.

Faktor faktor yang mempengaruhi pola pembangunan suatu negara yang

diperhatikan dalam studi Chenery and Syrquin, adalah faktor faktor yang berhubungan

dengan tingkat pendapatan, luas pasar dan sumber sumber di luar penguasaan pemerintah.

Sementara faktor sejarah, tujuan sosial politik pemerintah, kebijakan kebijakan yang

digunakan pemerintah, tidak menjadi fokus utama studinya.

Dalam kajian ini penulis hanya membatasi diri pada analisis secara deskriptif tentang

transformasi ketenagakerjaan, yaitu bagian dari transformasi demografi.

2.1. PROSES DEMOGRAFI / KEPENDUDUKAN

Definisi dan Pengertian

Proses demografi/kependudukan adalah proses perubahan pada ketenaga kerjaan,

pertumbuhan jumlah penduduk (angka kelahiran dan kematian penduduk) dan tempat

tinggal penduduk (perpindahan penduduk-urbanisasi) seiring dengan peningkatan

pendapatan per kapita.

1). Perubahan Struktur Ketenagakerjaan (Transformasi Ketenagakerjaan)

Sebelum menjelaskan tentang pengertian perubahan ketenagakerjaan, ada

beberapa definisi menurut Badan Pusat Statistik yang harus diketahui, antara lain:

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas.

9

Page 10: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja

atau mempunyai pekerjaan dan atau sedang mencari pekerjaan untuk mendapatkan

nafkah keperluan hidupnya.

Bukan Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang masih

sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.

Tenaga kerja (man power) adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja

atau mempunyai pekerjaan minimal 1 jam dalam seminggu yang lalu.

Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah penduduk usia kerja (15 tahun

keatas) yang tidak bekerja pada saat survey dilakukan tetapi sedang aktif mencari

pekerjaan.

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan / tempat bekerja / perusahaan /

kantor dimana seseorang bekerja. Ada 9 lapangan usaha, yaitu:

1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3.

Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air, 5. Bangunan, 6. Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah makan dan Hotel, 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, 8. Keuangan,

Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, Jasa Perusahaan, 9. Jasa

Kemasyarakatan, 0. Lainnya.

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu

unit usaha/kegiatan, terdiri dari:

1. Berusaha sendiri, 2. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak

tetap, 3. Berusaha dengan buruh tetap, 4. Buruh/Karyawan, 5. Pekerja tidak dibayar.

Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang

orang yang termasuk golongan bekerja atau orang orang yang sementara tidak bekerja,

terdiri dari:

1. Tenaga professional, teknisi/spesialis dan lain-lain sejenis, 2. Manajer dan

Ketatalaksanaan, 3. Tenaga administrasi, tata usaha dan lain-lain sejenis, 4. Tenaga

penjualan, 5. Tenaga usaha jasa, 6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan,

perikanan, 7. Tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar, 8. Lain-lain.

10

Page 11: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Penduduk 0+

Penduduk Non Usia Kerja Penduduk Usia Kerja 15+

Angkatan KerjaNon Angkatan Kerja

Sedang Mencari Pekerjaan( Open Unemployment )

Bekerja

Skema dibawah ini menjelaskan tentang gambaran angkatan kerja, dan yang akan

dijelaskan selanjutnya nanti adalah tentang tenaga kerja- yaitu bagian dari angkatan kerja-.

Gambar 4. Skema Penduduk dan Angkatan Kerja

Ada tiga perubahan proses ketenagakerjaan yang terjadi seiring dengan

meningkatnya pendapatan per kapita menurut Chenery dan Syrquin:

Pertama, menurut lapangan pekerjaan, yaitu turunnya persentase tenaga kerja sektor

pertanian dan naiknya persentase tenaga kerja sektor bukan pertanian. Ciri ciri tenaga kerja

pada sektor pertanian antara lain: produktivitasnya lebih rendah dari produktivitas nasional-

karena jumlah tenaga kerjanya besar sementara output yang dihasilkan rendah karena

terbatas peralatan modal dan tehnologinya-, aplikasi tehnologi rendah, pendidikannya

rendah. Sedangkan sektor bukan pertanian, misalnya: industri, keuangan/perbankan, dan

lain lain memiliki produktivitas tenaga kerja yang tinggi, aplikasi tehnologi tinggi dan

pendidikannya lebih tinggi. Namun, jika pertumbuhan ekonomi semakin tinggi

menyebabkan produktivitas pada sektor pertanian akan meningkat karena pengaruh

modernisasi.

Kedua, menurut status pekerjaan, dimana persentase karyawan dengan upah dan gaji

(pekerja sektor formal) meningkat sementara pekerja tidak dibayar dan lain lain (pekerja

sektor informal), menurun persentasenya. Di negara maju porsi karyawan dengan upah dan

gaji semakin besar, antara 50 sampai 80 persen dari total tenaga kerja.

11

Page 12: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Ketiga, m enurut jenis pekerjaan , pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat

menyebabkan skala usaha semakin besar (economic of scale) sehingga persentase pekerja

profesional pada bidang-bidang pekerjaan yang lebih terspesialisasi (tenaga professional

dan ketatalaksanaan, administrasi, penjualan, dan lain lain, disebut white collar man) akan

meningkat. Sebaliknya, persentase pekerja kasar (blue collar man), misalnya tenaga usaha

pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, operator alat

angkutan, pekerja kasar, mengalami penurunan.

Hasil penelitian Chenery dan Syrquin seiring meningkatnya pendapatan per kapita

penduduk menyebabkan terjadi pergeseran persentase pekerja di sektor primer, industri

dan jasa jasa, yaitu persentase pekerja di sektor primer turun dari 65,8 persen menjadi 25,2

persen, sektor industri dari 9,1 persen menjadi 32,5 persen, sektor jasa jasa meningkat dari

25,1 persen menjadi 42,3 persen. Pergeseran ini jika dilihat dari sisi produktivitas tenaga

kerja pada masing masing sektor ternyata meski produktivitas tenaga kerja pada sektor

industri dan jasa jasa masih diatas rata rata produktivitas nasional, tapi setelah tingkat

pendapatan per kapita $ 300 trendnya menurun tajam, malah trend penurunan

produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian/primer tidak terlalu tajam, dan setelah

tingkat pendapatan per kapita $ 500 produktivitas sektor pertanian mulai naik. Hal ini

disebabkan karena pada saat pembangunan ekonomi meningkat, banyak tenaga kerja

bergeser ke sektor bukan pertanian, sementara itu dengan semakin membaiknya

perekonomian peralatan modal dan tehnologi di sektor pertanian semakin meningkat,

menyebabkan produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan output pertanian semakin

meningkat.

Gambar 1. Skema Proses Transformasi Ketenagakerjaan

1. Lap. Pek. :( N Agr

N )↓ ,

( N non AgrN )↑

∴(GNPPopl )↑

2. Status : ( N w+s

N )↑

3. Jenis Pek. : ( N Prof+mgr

N )↑

12

Page 13: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

BAB 3

KEADAAN KETENAGAKERJAAN

PERIODE SEBELUM KRISIS EKONOMI 1997

A. Profil Ketenagakerjaan Indonesia Sebelum Krisis 1997

Kinerja perekonomian sebelum krisis 1997 ditandai dengan perkembangan cukup

baik dari sejumlah indikator makroekonomi, seperti tingkat pertumbuhan PDB berkisar 7-8

persen, pertumbuhan produktivitas berkisar 4-6 persen, dan pertumbuhan upah riel turun

dari 9 ke 7 persen (lihat tabel 1).

Tabel 1. Pengangguran, Tenaga Kerja dan Upah, 1992-1997

Indikator 1992 1993 1994 1996 1997

Pengangguran Terbuka:

% terhadap Angkatan Kerja 4,4 4,9 4,7

Dalam Jutaan 3,7 4,4 4,3

Job Search Duration (months) 5,6 5,9 5,9 5,8 5,6

Pengangguran Terselubung(Underemployment), bekerja <35 jam

40,5 39,6 39,2 38,9 36,6

Employment Growth 2,7 0,9 3,6 2,2 1,6

Labor Force Growth 2,9 0,9 5,3 2,5 1,4

Population Growth (umur 10+) 2,5 2,1 2,8 2,2 1,9

GDP Growth 7,3 9,1 7,5 8,0 4,6

Productivity Growth 4,5 8,2 3,8 5,7 3,0

Real Wage Growth 8,6 12,3 0 6,6 4,2Sumber: ILO-1998, BPS (Sakernas dan Susenas).

Dari tabel 1 juga terlihat tingkat pertumbuhan upah riel lebih besar dari tingkat

pertumbuhan produktivitas pada tahun 1992 mencerminkan kemampuan tenaga kerja

dalam menghasilkan output masih rendah, tetapi mendapatkan upah/gaji yang besar.

Produktivitas rendah berarti kapasitas produksi, misalnya mesin-mesin tidak digunakan

secara maksimum (fully unutilized). Implikasinya, secara rata rata kesejahteraan tenaga

13

Page 14: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

kerja rendah karena kegiatan ekonomi rendah. Namun pada periode 1993-1996,

pertumbuhan produktivitas semakin meningkat, sebaliknya tingkat pertumbuhan upah riel

semakin turun, di mana keduanya hampir mencapai keseimbangan yaitu mendekati 6

persen pada tahun 1996. Implikasinya, kesejahteraan tenaga kerja semakin meningkat

karena kegiatan ekonomi meningkat. Artinya, lapangan kerja semakin meningkat,

kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output meningkat, dan orang-orang dibayar

sesuai dengan produktivitasnya.

Sebelum krisis ekonomi 1997, banyak tenaga kerja desa pindah ke kota untuk

memperoleh pendapatan dan fasilitas hidup lebih baik. Hal ini, menyebabkan pengangguran

terbuka di kota meningkat, terutama pada sektor formal, terlihat dari job search

durationnya lebih lama. Para penganggur tersebut umumnya berpendidikan cukup tinggi

(SLTA sampai PT), sementara penganggur terselubung banyak terjadi pada sektor pertanian

di pedesaan, bekerja sebagai buruh, self employed, family worker, dan secara persentase

semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena banyak tenaga kerja di pedesaan pindah ke

perkotaan (lihat tabel 1).

Dari sisi penawaran tenaga kerja, terlihat tingkat pertumbuhan penduduk usia kerja

(population growth) pada periode 1992-1997 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan

oleh penurunan tingkat kelahiran lebih besar dari tingkat kematian sehingga pertumbuhan

angkatan kerja (labor force growth) mengalami penurunan dari 3 persen tahun 1993

menjadi 1,4 persen tahun 1997. Kecenderungan penawaran tenaga kerja yang menurun dan

masih tingginya laju pertumbuhan ekonomi pada periode 1992-1996, artinya kegiatan

ekonomi semakin meningkat, mendorong permintaan tenaga kerja dan upah semakin

meningkat. Pada periode 1992-1997, pertumbuhan upah riel selalu lebih tinggi dari

pertumbuhan produktivitasnya, mencerminkan kemampuan tenaga kerja dalam

menghasilkan output belum maksimal, namun bayaran yang diterimanya lebih tinggi

dibanding dengan kontribusinya.

14

Page 15: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Tabel 2. Perubahan Struktural Tenaga Kerja, 1990-1997

Jumlah Tenaga Kerja(Juta)

Tenaga Kerja(Persentase)

1990 1997 1990 1997Menurut Sektor:Pertanian 42,4 35,8 56 41

Industri4 10,4 16,5 14 19

Perdagangan 11,1 17,2 15 20

Jasa-jasa 12,0 17,4 16 20

Total 75,9 87,0 100 100

Menurut Lokasi:Kota 18,3 29,6 24 34

Desa 57,6 57,5 76 66

Total 75,9 87,0 100 100

Menurut Formal/Informal Employment:Wage Employment 21,1 30,5 26 35

Self-Employed dan Family Workers 54,8 56,6 74 65

Total 75,9 87 100 100Sumber: ILO-1998, dan Sakernas 1986, 1990, 1997.

Dampak positip pertumbuhan ekonomi tinggi lainnya adalah perubahan struktur

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, seperti sektor industri,

perdagangan dan jasa-jasa (lihat tabel 2). Penurunan tenaga kerja dalam nilai absolut dan

prosentase terjadi pada sektor pertanian. Implikasinya, daerah-daerah yang tidak terlalu

luas areal tanahnya dapat berkembang melalui sektor-sektor di luar pertanian, sehingga

pendapatan dan produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor ini dapat ditingkatkan.

Sebagai contoh, porsi tenaga kerja pada sektor industri meningkat dari 14 persen tahun

1990 menjadi 19 persen tahun 1997, sektor perdagangan dari 15 persen menjadi 20 persen,

sektor jasa-jasa dari 16 persen menjadi 20 persen. Hal ini mengakibatkan daerah perkotaan

semakin memiliki daya tarik bagi penduduk desa guna meningkatkan kesejahteraannya.

Kenyataan ini tercermin dari semakin meningkatnya porsi tenaga kerja di kota, dari 24

4 Sektor Industri termasuk sekor Pertambangan, Utilities (Listrik, Gas dan Air, Pengangkutan dan Komunikasi), Industri Pengolahan/Manufaktur dan Konstruksi.

15

Page 16: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

persen tahun 1990 menjadi 34 persen tahun 1997, sebaliknya di desa, dari 76 persen turun

menjadi 66 persen (lihat tabel 2 di atas).

Pada tahun 1996, dalam situasi keterbatasan penawaran tenaga kerja dengan

pendidikan tinggi, sementara permintaan industri modern terhadap tenaga kerja dengan

pendidikan lebih baik meningkat, akan mendorong meningkatnya persaingan di pasar

tenaga kerja. Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan produktivitas yang mendekati laju

pertumbuhan upah riel yaitu sekitar 6 persen, artinya kemampuan tenaga kerja untuk

menghasilkan output semakin meningkat, dan tenaga kerja dibayar sesuai dengan

kontribusinya, sehingga seorang tenaga kerja akan semakin produktip dalam menghasilkan

output karena mendapat upah yang makin besar.

Tetapi pada tahun 1997, tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan

seiring dengan penurunan tingkat produktivitas dan upah riel. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa tenaga kerja Indonesia mendapat upah/gaji yang lebih besar dibanding

dengan produktivitasnya. Implikasinya adalah, kemampuan tenaga kerja atau kontribusinya

dalam menghasilkan output belum maksimal (lihat tabel 1) .

B. Profil Pendidikan Ketenagakerjaan Indonesia Sebelum Krisis 1997 :

B.1. Profil Pendidikan Ketenagakerjaan Indonesia Tahun 1987

Pada umumnya kualitas tenaga kerja Indonesia sampai saat ini masih sangat rendah,

belum sesuai dengan tuntutan kualitas tenaga kerja seperti yang di cita-citakan untuk

mendukung program-program pembangunan nasional.

Salah satu kriteria tentang rendahnya kualitas tenaga kerja kita adalah belum

seimbangnya perbandingan antara tenaga kerja yang berpendidikan rendah dengan yang

ber-pendidikan tinggi; dimana sebagian besar dari tenaga kerja Indonesia masih

berpendidikan sangat rendah, atau bahkan banyak di antaranya yang tidak berpendidikan

sama sekali.

16

Page 17: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Tabel 3PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA

MENURUT STATUS PENDIDIKANNYA( Kondisi Tahun 1987 )

J u m l a h Status Pendidikan Mutlak Relatif

Tidak Sekolah 12.383.458 17,59Tidak Tamat SD 20.889.321 29,67Tamat SD 24.084.989 34,21Tamat SMTP Umum 4.998.406 7,10Tamat SMTP Kejuruan 933.742 1,33 Tamat SMTA Umum 2.882.303 4,09Tamat SMTA Kejuruan 3.067.885 4,36Tamat Diploma 698.407 0,99Tamat Universitas 463.932 0,66T o t a l 70.402.443 100,0 Sumber : Statistik Indonesia 1988, BPS.

Dari tabel tentang penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja menurut status

pendidikan (tabel 3) dapat dilihat bahwa 12.383.458 (17,59%) dari 70.402.443 penduduk

usia 10 tahun ke atas yang bekerja ternyata tidak pernah sekolah sama sekali, 20.889.321

orang (29,67%) tidak tamat Sekolah Dasar (SD), serta 24.084.989 (34,21%) orang "hanya"

tamat SD saja. Mereka semua ini termasuk dalam klasifikasi pekerja yang tidak terampil

sama sekali (unskilled workers).

Pada sisi yang lainnya terdapat tenaga kerja yang tidak dipersiapkan (unprepared

employed), yaitu lulusan SMTP dan SMTA Umum yang jumlahnya mencapai 7.880.709

(11,19%) orang. Jadi di dalam siklus ketenagakerjaan di Indonesia terdapat 65.238.477

(92.66%) tenaga kerja yang tidak terampil dan tidak dipersiapkan. Ini semua memberi

petunjuk tentang rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia.

Di samping indikator tersebut di atas masih terdapat indikator lain tentang relatif

rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia, yaitu relatif banyaknya tenaga kerja lulusan

lembaga pendidikan yang ternyata belum memiliki kesiapan kerja yang memadai untuk

terjun langsung ke pos-pos kerja di lapangan5.

5 DR. Supriyoko, M.PD, Tenaga Kerja Wanita Indonesia Latar Belakang dan Catatannya,” (makalah disampaikan dalam Forum Diskusi Panel Harkat Wanita Indonesia sebagai Tenaga Kerja Wanita di Luar Negeri, Taman Siswa Cabang Sarjanawiyata, Yogyakarta, 21 Juli, 1990), halaman 13.

17

Page 18: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

B.2. Profil Pendidikan Ketenagakerjaan Indonesia Periode 1990-1997

Pada periode 1990-1997 pendidikan tenaga kerja mulai terlihat membaik, dimana

porsi tenaga kerja lulusan SLTA dan PT semakin meningkat, sebaliknya porsi pekerja tidak

tamat SD semakin menurun (lihat tabel 4). Hal ini disebabkan karena semakin terbukanya

kesempatan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selain itu,

karena adanya program pembebasan uang sekolah bagi keluarga miskin dan program orang

tua asuh. Kenyataan ini ditunjukkan oleh peningkatan School Enrollment Ratio6pada tingkat

pendidikan primer dan sekunder, dimana untuk pendidikan primer dari 89 persen tahun

1980 menjadi 99 persen tahun 1997, pendidikan sekunder dari 42 persen menjadi 56 persen

(lihat tabel 3). Artinya pada tahun 1997, 99 persen dari jumlah anak anak usia Sekolah

Dasar (primary) memiliki kesempatan untuk duduk di bangku SD, dan 56 persen dari jumlah

anak anak usia Sekolah Lanjutan (secondary) memiliki kesempatan untuk duduk di bangku

sekolah lanjutan.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Indonesia, 1990-1995

1990 1995Tingkat

PendidikanJumlah (000) % Jumlah (000) %

Tidak Tamat SD 31.914 44,5 29.127 34,6Tamat SD 22.243 31,0 27.340 32,4Tamat SLTP 6.761 9,4 10.015 11,9Tamat SLTA 9.006 12,6 14.476 17,2Diploma 886 1,3 1.486 1,8Sarjana 886 1,2 1.787 2,1Total 71.677 100,0 84.230 100,0Sumber : Depnaker.

Tabel 3. Education

Public Expenditure on Education School Enrollment Ratio

(% of GDP) Primary Secondary

1980 1997 1980 1997 1980 1997

1,7% 1,4% 89% 99% 42% 56%

Sumber: World Bank. World Development Report 2000/2001 (Washington, D.C.:Oxford University Press, 2000), halaman 284.

6 School Enrollment Ratio (SER) adalah jumlah murid tingkat pendidikan tertentu, misalnya:SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi, dibanding dengan jumlah penduduk usia tingkat pendidikan tertentu tersebut, misalnya usia : SD 6-12 tahun, SMP 13-15 tahun, SLTA 16-18 tahun, Perguruan Tinggi 19-24 tahun.

18

Page 19: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

BAB 4

ANALISIS TRANSFORMASI KETENAGAKERJAAN

PERIODE SEBELUM KRISIS EKONOMI 1997

A. Angka Pertumbuhan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama

Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode 1980-1997.

Pada tabel 1, angka pertumbuhan penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja di

sektor pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan pada periode 1991-1997 secara rata

rata adalah negatif, artinya semakin besar jumlah tenaga kerja pindah ke sektor lain setiap

tahunnya, dan pada periode sebelumnya yaitu 1980-1990, pertumbuhannya positif, artinya

pertambahan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian selalu naik setiap

tahunnya. Sementara itu secara rata rata pada periode 1980-1997, pertumbuhan tenaga

kerja pada sektor selain pertanian (misalnya pertambangan dan penggalian; industri

pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan besar, eceran, rumah makan dan

hotel; angkutan, pergudangan an komunikasi; keuangan, asuransi, usaha persewaan

bangunan, tanah, jasa perusahaan; jasa kemasyarakatan) menunjukkan angka positip,

artinya persentase tenaga kerja yang bekerja pada sektor sektor tersebut meningkat setiap

tahunnya, meski secara rata rata kenaikan per tahunnya relatif sangat kecil (lihat tabel 1 dan

tabel 2).

Tetapi pada tahun 1997, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,

tanah, jasa perusahaan memiliki angka pertumbuhan negatif, artinya sejumlah tenaga kerja

dari sektor ini keluar, dikeluarkan atau pindah ke sektor lainnya.

Secara rata rata dari periode 1991-1997 jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian

turun setiap tahunnya, dan pada periode sebelumnya, 1980-1990 meningkat. Sedangkan

sektor bukan pertanian, memiliki angka pertumbuhan positif periode 1980-1997, artinya

penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut meningkat. Menurut teori Chenery dan

Syrquin, transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan kerja terjadi jika persentase

tenaga kerja pada sektor pertanian menurun, dan pada sektor bukan pertanian meningkat.

19

Page 20: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Tabel 1. Angka PertumbuhanPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1980 - 1987Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

LAPANGAN SP SUSENAS SUPAS SAKERNAS SAKERNA

S 1987

EKERJAAN UTAMA 1980 1982 1985 1986 Feb-87 Mei-87 Agust-87 Nop-87

1 0,10 0,08 0,10 0,06 0,04 -0,01 0,032 0,29 -0,04 -0,03 0,02 0,03 0,07 0,043 0,28 0,09 0,04 0,03 0,05 0,13 0,084 0,00 0,17 0,20 0,09 0,13 0,12 0,155 0,16 0,06 0,08 -0,12 -0,24 -0,20 -0,206 1,23 -0,99 -0,96 -0,96

TOTAL 0,12 0,08 0,09 0,04 -0,01 -0,01 0,02Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1980-1987, BPS (data diolah).1.Pertanian, 2. Industri, 3. Perdagangan, 4. Jasa Kemasyarakatan, 5. Lainnya, 6. Tak Terjawab.

Tabel 2. Angka PertumbuhanPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama1988 - 1997

Kota+Pedesaan Laki-Laki+PerempuanLAPANGAN PEKERJAAN

UTAMA1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1 2.91 0.03 -0.03 0.02 -0.05 -0.06 -0.07 0.07 -0.052 0.18 0.07 -0.07 0.24 0.13 -0.13 0.20 0.163 0.22 0.05 0.03 0.04 0.06 0.23 -0.07 0.06 0.044 0.08 0.12 0.08 0.06 0.07 0.18 -0.24 0.425 0.13 0.18 0.03 0.12 0.27 0.06 0.01 0.116 0.02 0.02 0.03 0.03 0.06 0.12 -0.01 0.16 0.077 0.05 0.08 0.03 0.14 0.15 0.02 0.14 0.058 0.21 0.08 0.11 -0.02 0.10 0.06 0.05 -0.059 -0.22 0.02 0.05 0.04 0.07 0.02 0.13 -0.03 0.080 -0.99 1.35 0.16 -0.32 0.37 -0.02 -1.00 -0.70 -1.00

TOTAL 0 0.01 0.03 0.01 0.03 0.01 0.04 -0.02 0.07 0.02Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS (data diolah).1.Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air, 5. Bangunan, 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel, 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, Jasa Perusahaan, 9. Jasa Kemasyarakatan, 0. Lainnya.B. Kontribusi Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang

Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode 1980-1997.

20

Page 21: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Kontribusi sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja pada periode 1980-1997

secara rata rata semakin turun, artinya sektor lain seperti perdagangan dan jasa

kemasyarakatan mulai diminati para tenaga kerja, terlihat dari penyerapan tenaga kerja

pada ke dua sektor semakin meningkat, bahkan pada periode tersebut, sektor jasa

kemasyarakatan menempati posisi kedua setelah sektor pertanian, dan pada periode 1980-

1987 peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja berfluktuasi (lihat tabel 3, 4).

Tabel 3. KontribusiPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama1980 - 1987

Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

LAPANGAN SP SUSENAS SUPAS SAKERNAS SAKERNAS 1987

EKERJAAN UTAMA 1980 1982 1985 1986 Feb-87 Mei-87 Agust-87 Nop-87

1 55,93 54,66 54,66 55,09 56,19 55,56 53,51 54,72

2 9,08 10,42 9,28 8,20 8,02 8,22 8,61 8,21

3 12,96 14,80 14,96 14,28 14,10 14,56 15,83 14,96

4 13,86 12,33 13,32 14,66 15,27 16,03 16,08 16,27

5 7,57 7,80 7,68 7,58 6,42 5,62 5,96 5,846 0,61 0,00 0,09 0,19 0,00 0,01 0,01 0,00

TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1980-1987, BPS (data diolah).1.Pertanian, 2. Industri, 3. Perdagangan, 4. Jasa Kemasyarakatan, 5. Lainnya, 6. Tak Terjawab.

Sejak tahun 1988, Biro Pusat Statistik telah membuat jenis lapangan pekerjaan

utama secara lebih rinci. Pada perode 1989-1995, peran sektor pertanian dalam menyerap

tenaga kerja mulai menurun dan digantikan oleh tiga sektor yang mulai diminati para tenaga

kerja, yaitu (1) Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, (2) Jasa

kemasyarakatan, dan (3) Industri pengolahan (lihat tabel 4).

Peran sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja mengalami penurunan pada

periode 1989-1995, dan pada periode sebelumnya, 1980-1987 berfluktuasi. Sementara itu,

sektor bukan pertanian yang relatif besar menyerap tenaga kerja pada 1980-1987 adalah (1)

Jasa kemasyarakatan, dan (2) Industri pengolahan, dan pada 1989-1997 sektor Perdagangan

besar, eceran, rumah makan dan hotel, relatip paling besar menyerap tenaga kerja

dibanding sektor bukan pertanian lainnya, seperti Jasa kemasyarakatan dan Industri

21

Page 22: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

pengolahan. Meski ada tiga sektor bukan pertanian yang relatif besar menyerap tenaga

kerja, tetapi sektor pertanian sampai tahun 1997 (sebelum terjadi krisis ekonomi 1997)

tetap merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja Indonesia

(perbandingannya lebih 4:1 untuk pertanian, lihat tabel 3,4).

Secara rata rata pada periode 1989-1997, meski sektor pertanian 4 kali lebih besar

dalam menyerap tenaga kerja dibanding dengan sektor lainnya di Indonesia, tetapi peran

tersebut semakin turun, sebaliknya peran sektor bukan pertanian, dalam hal ini ada tiga

sektor terbesar, yaitu (1) Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, (2) Jasa

kemasyarakatan, dan (3) Industri pengolahan semakin meningkat.

Menurut teori Chenery dan Syrquin, transformasi ketenagakerjaan menurut

lapangan pekerjaan terjadi jika persentase orang yang bekerja pada sektor pertanian

menurun, dan yang bekerja pada sektor bukan pertanian meningkat.

Tabel 4. KontribusiPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama1988 – 1997

Kota+Pedesaan Laki-Laki+PerempuanLAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1 14.56 56.23 55.87 53.92 53.69 50.60 46.15 43.98 44.01 41.182 0.00 0.61 0.70 0.74 0.67 0.82 0.90 0.80 0.90 1.033 8.27 9.99 10.14 10.40 10.51 11.09 13.21 12.64 12.57 12.884 0.00 0.17 0.18 0.20 0.21 0.22 0.22 0.27 0.19 0.275 0.00 2.49 2.72 3.19 3.20 3.55 4.34 4.70 4.43 4.836 14.68 14.83 14.59 14.96 14.96 15.79 17.03 17.33 18.79 19.787 0.00 2.99 3.05 3.26 3.28 3.70 4.12 4.32 4.60 4.758 0.00 0.54 0.63 0.68 0.73 0.71 0.76 0.82 0.80 0.759 15.72 12.08 11.96 12.47 12.62 13.34 13.11 15.13 13.69 14.520 5.39 0.07 0.17 0.19 0.13 0.17 0.16 0.00 0.01 0.00

0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

TOTAL 100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS (data diolah). 1.Pertanian, Kehutanan, Perburuan, Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air, 5. Bangunan, 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah makan dan Hotel, 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, Jasa Perusahaan, 9. Jasa Kemasyarakatan, 0. Lainnya.

C. Angka Pertumbuhan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama

Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama Periode 1980-1997.

22

Page 23: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Angka pertumbuhan tenaga kerja menurut status periode 1980-1987 (lihat tabel 5)

adalah sebagai berikut :

1). Tenaga kerja yang termasuk informal7, seperti berusaha dengan bantuan dan pekerja

keluarga adalah positif, artinya ada peningkatan secara persentase per tahunnya.

2). Tenaga kerja yang termasuk formal8, seperti buruh/ karyawan dan berusaha dengan

buruh tetap adalah negatif, artinya ada penurunan secara persentase per tahunnya.

Tabel 5. Angka Pertumbuhan

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Status Pekerjaan Utama

1980 - 1987

Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

STATUS SP SUSENA

SSUPAS

SAKERNA

S

SAKERNAS

1987

EKERJAAN

UTAMA1980 1982 1985 1986 Feb-87 May-87 Aug-87 Nov-87

1 -0.11 0.26 0.00 -0.05 -0.08 -0.07 -0.07

2 -0.03 0.02 0.16 0.08 0.07 0.05 0.07

3 -0.38 0.30 -0.39 0.26 -0.09 -0.12 -0.04

4 0.31 -0.02 -0.06 0.05 0.07 0.07 0.06

5 0.46 0.11 0.35 0.08 0.05 0.02 0.06

6 -1.00 35.73 1.79 -0.99 -0.98 -0.98 -1.00

TOTAL 0.12 0.08 0.09 0.04 -0.01 -0.01 0.02

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1980-1987, BPS (data diolah).

1.Berusaha tanpa bantuan, 2. Berusaha dengan bantuan, 3. Berusaha dengan buruh tetap, 4. Buruh/Karyawan, 5. Pekerja keluarga,

6. Tak terjawab.

Angka pertumbuhan tenaga kerja menurut status periode 1988-1997 (lihat tabel 6)

adalah sebagai berikut :

7 Tenaga kerja informal terdiri dari (1) Berusaha tanpa bantuan, (2) Berusaha dengan bantuan, (3) Pekerja keluarga (Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS).8 Tenaga kerja formal terdiri dari (1) Berusaha dengan buruh tetap, (2) Buruh/karyawan (Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS).

23

Page 24: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

1). Tenaga kerja informal, seperti pekerja keluarga pada 1988-1995 adalah negatif,

artinya penurunan persentasenya per tahun cukup lama berlangsung kurang lebih 7

tahun, tetapi pada 1996-1997 berubah menjadi angka positif, artinya perrsentase

pekerja keluarga mulai naik kembali pada 1996-1997. Pertumbuhan tenaga kerja

informal yang lain seperti berusaha tanpa bantuan; berusaha dengan bantuan,

secara rata rata pada 1988-1997 meningkat persentasenya setiap tahun

(pertumbuhan positif).

2). Tenaga kerja formal, seperti berusaha dengan buruh tetap; buruh/karyawan adalah

positif, artinya persentase pekerja formal naik dalam periode 1988-1997.

Tabel 6. Angka Pertumbuhan

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama

1988 - 1997Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

STATUS PEKERJAAN UTAMA

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1 0.00 0.04 0.03 0.02 0.05 0.01 0.21 -0.08 0.092 0.05 0.04 -0.02 0.04 -0.02 0.05 -0.18 0.37 -0.153 -0.01 0.19 0.08 0.03 0.11 0.07 0.60 -0.05 0.244 0.03 0.07 0.06 0.03 0.06 0.11 0.05 0.02 0.055 -0.02 -0.01 -0.04 0.02 -0.06 -0.05 -0.21 0.08 0.076 -0.79 0.47 -0.17 -1.00

TOTAL 0.01 0.03 0.01 0.03 0.01 0.04 -0.02 0.07 0.02Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS (data diolah).

1.Berusaha tanpa bantuan, 2. Berusaha dengan bantuan, 3. Berusaha dengan buruh tetap, 4. Buruh/Karyawan, 5. Pekerja keluarga, 6. Tak terjawab.

D. Kontribusi Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang

Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama Periode 1980-1997

Pada periode 1980-1990, peran pekerja informal (Berusaha tanpa bantuan; Berusaha

dengan bantuan; Pekerja keluarga) relatif berfluktuasi, kadang kadang turun seperti pada

tahun 1980-1982, dan kadang kadang naik seperti pada tahun 1982-1986. Tetapi dalam 10

tahun, selama periode 1986-1995, peran pekerja informal semakin turun, dari 73,63 persen

tahun 1986 menjadi 62,86 persen tahun 1995 (lihat tabel 7,8,9 dibawah). Dan sejak tahun

1995-1997, berfluktuasi, mula mula naik pada tahun 1996,kemudian turun pada 1997.

24

Page 25: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Tentunya pola yang berlawanan terjadi pada pekerja formal (Berusaha dengan buruh

tetap; Buruh/karyawan), dimana polanya berfluktuasi, yaitu pada tahun 1980-1982

perannya meningkat, dari 29,97 persen menjadi 34,03 persen, kemudian pada tahun 1982-

1986 turun. Dalam 10 tahun, sejak 1986-1995, peran pekerja formal naik dari 26,37 persen

pada tahun 1986 menjadi 37,14 persen pada tahun 1995. Antara tahun 1995-1997,

berfluktuasi.

Jadi seperti telah dijelaskan diatas, dalam periode 1980-1997, peran tenaga kerja

menurut pekerja formal dan informal, berfluktuasi. Menurut teori Chenery dan Syrquin,

proses transformasi terjadi seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu

negara, ditandai dengan peran pekerja formal semakin meningkat, dan sebaliknya peran

pekerja informal semakin menurun. Jadi perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan

teori tersebut hanya pada periode 1986-1995. Diluar dari periode tersebut ia berfluktuasi.

Tabel 7Peran Pekerja Informal dan Formal, 1980-1997, dalam persen.

Tahun Pekerja Informal Pekerja Formal

198019821985198619871988198919901991199219931994199519961997

70,0365,9768,7873,6372,9272,8672,3871,4369,8869,8468,2

66,0562,8664,8263,27

29,9734,0331,2226,3727,0827,1427,6228,5730,1230,1631,8

33,9537,1435,1836,73

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1980-1997, BPS (data diolah).a) Tenaga kerja informal terdiri dari (1) Berusaha tanpa bantuan, (2) Berusaha dengan bantuan, (3) Pekerja

keluarga.b) Tenaga kerja formal terdiri dari (1) Berusaha dengan buruh tetap, (2) Buruh/karyawan .

Tabel 8. Kontribusi

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang LaluMenurut Status Pekerjaan Utama

1980 - 1987Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

25

Page 26: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

STATUS SP SUSENAS SUPAS SAKERNAS SAKERNA

S 1987

PEKERJAAN UTAMA 1980 1982 1985 1986 Feb-87 May-87 Aug-87 Nov-87

1 25.53 20.32 23.78 21.82 19.86 19.46 19.99 19.70

2 26.10 22.47 21.22 22.42 23.23 23.25 23.17 23.28

3 1.75 0.96 1.16 0.64 0.78 0.57 0.56 0.60

4 28.22 33.07 30.06 25.73 25.99 26.79 26.96 26.48

5 17.84 23.17 23.72 29.20 30.14 29.93 29.32 29.95

6 0.57 0.00 0.07 0.19 0.00 0.00 0.00 0.00

TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1980-1987, BPS (data diolah).1.Berusaha tanpa bantuan, 2. Berusaha dengan bantuan, 3. Berusaha dengan buruh tetap, 4. Buruh/Karyawan, 5. Pekerja keluarga, 6. Tak terjawab.

Tabel 9. Kontribusi

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

1988 – 1997Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

STATUS PEKERJAAN UTAMA

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1 19.72 19.56 19.68 20.20 20.05 20.79 20.24 25.00 21.41 22.95

2 22.65 23.40 23.65 22.96 23.28 22.70 23.07 19.43 24.85 20.73

3 0.70 0.68 0.78 0.84 0.84 0.92 0.96 1.57 1.40 1.70

4 26.44 26.94 27.79 29.28 29.32 30.88 32.99 35.57 33.78 35.03

5 30.49 29.41 28.10 26.73 26.51 24.71 22.75 18.43 18.57 19.59

6 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

TOTAL 100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS (data diolah).1.Berusaha tanpa bantuan, 2. Berusaha dengan bantuan, 3. Berusaha dengan buruh tetap, 4. Buruh/Karyawan, 5. Pekerja keluarga, 6. Tak terjawab.E. Angka Pertumbuhan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama

Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama Periode 1994-1996

26

Page 27: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Dengan keterbatasan data BPS menurut jenis pekerjaan, dimana data yang tersedia

hanya untuk tahun 1994-1996, maka kajian ini tidaklah akurat dalam menjelaskan proses

transformasi di Indonesia sebelum terjadi krisis ekonomi 1997.

Angka pertumbuhan tenaga kerja yang termasuk white collarman ((1) Tenaga

profesional, teknisi dan yang sejenis, dan (2) Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan)

tahun 1996 adalah negatif, artinya ada penurunan jumlah tenaga white collarman,

sebelumnya pada tahun 1995 tingkat pertumbuhannya positif. Sementara itu pertumbuhan

tenaga blue collarman, yaitu tenaga produksi, operator alat alat angkutan dan pekerja kasar

adalah positif dan stabil, artinya ada penambahan jumlah tenaga blue collar yang relatif

stabil pada periode 1994-1996.

Untuk tenaga white collarman yang lain seperti (1) Tenaga tata usaha dan yang

sejenis, (2) Tenaga usaha penjualan, (3) Tenaga usaha jasa, memiliki angka pertumbuhan

negatif pada tahun 1995, dan pada tahun 1996 menjadi positif, artinya jumlah tenaga kerja

jenis tersebut bertambah.

Tabel 10. Angka PertumbuhanPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Jenis Pekerjaan Utama1994 - 1996

Kota+Pedesaan Laki-Laki+Perempuan

JENIS PEKERJAAN

UTAMA1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

0/1 0.17 -0.15 2 0.53 -0.43 3 0.07 0.09 4 -0.04 0.16 5 -0.01 0.08 6 -0.07 0.07

7/8/9 0.05 0.05 X/00 -0.54 0.07

TOTAL -0.02 0.07 Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1994-1996, BPS (data diolah).

0/1.Tenaga Profesional, Teknisi dan Yang Sejenis, 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan, 3. Tenaga Tata Usaha dan Yang Sejenis, 4. Tenaga Usaha Penjualan, 5. Tenaga Usaha Jasa, 6. Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, 7/8/9. Tenaga Produksi, Operator Alat-Alat Angkutan dan Pekerja Kasar, x/00. Lainnya.

F. Kontribusi Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang

Lalu Menurut Jenis Pekerjaan Utama Periode 1994-1996

27

Page 28: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Pada periode 1994-1996, terdapat tiga jenis pekerjaan yang relatif lebih menonjol

dalam perekonomian Indonesia, yaitu berturut turut : (1) Tenaga Usaha Pertanian,

Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, (2) Tenaga Produksi, Operator Alat-Alat Angkutan

dan Pekerja Kasar, (3) Tenaga Usaha Penjualan, (dimana Tenaga Usaha Pertanian,

Kehutanan, Perburuan, Perikanan dan Tenaga Produksi, Operator Alat-Alat Angkutan,

Pekerja Kasar merupakan blue collarman, sisanya Tenaga Usaha Penjualan merupakan white

collarman). Kontribusi blue collarman/pekerja kasar dalam perekonomian Indonesia,

berturut turut sebagai berikut : 69,60 persen tahun 1994; 68,94 persen tahun 1995 dan

68,48 persen tahun 1996. Kontribusinya semakin turun. Sebaliknya, peran white collarman

yang diwakili oleh Tenaga Usaha Penjualan semakin meningkat, yaitu : 16,67 persen tahun

1994; 16,37 persen tahun 1995 dan 17,81 persen tahun 1996 (lihat tabel 11).

Menurut teori Chenery dan Syrquin, transformasi ketenagakerjaan menurut jenis

pekerjaan terjadi, jika peran tenaga professional dan ketatalaksanaan, administrasi,

penjualan, dan lain lain, disebut white collar man meningkat dan kontribusi pekerja kasar

(blue collar man), misalnya tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan,

perikanan, tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar, menurun. Hal ini

terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan menyebabkan skala

usaha semakin besar (economic of scale) sehingga persentase pekerja profesional pada

bidang-bidang pekerjaan yang lebih terspesialisasi (white collar man) akan meningkat pula.

Peran blue collar man dalam perekonomian Indonesia tahun 1994-1996 relatif

sangat besar, secara rata rata hampir mencapai 70 persen dan peran white collar man

hanya sekitar 30 persen, tetapi peran pekerja kasar semakin turun dalam persen yang

sangat kecil, dan begitu pula peran white collar man meningkat dalam persen yang sangat

kecil.

28

Page 29: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

Tabel 11. KontribusiPenduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu

Menurut Jenis Pekerjaan Utama1988 - 1997

Kota+Pedesaan Laki-Laki+PerempuanJENIS

PEKERJAAN UTAMA

1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

0/1 3.74 4.49 2 0.27 0.42 3.57 3 4.62 5.05 0.22 4 16.67 16.37 5.14 5 4.28 4.35 17.81 6 46.22 43.85 4.40

7/8/9 23.38 25.09 43.82 X/00 0.82 0.38 24.66

0.00 0.00 0.39 TOTAL 100 100 100

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1994-1996, BPS (data diolah).0/1.Tenaga Profesional, Teknisi dan Yang Sejenis, 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan, 3. Tenaga Tata Usaha dan Yang Sejenis, 4. Tenaga Usaha Penjualan, 5. Tenaga Usaha Jasa, 6. Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, 7/8/9. Tenaga Produksi, Operator Alat-Alat Angkutan dan Pekerja Kasar, x/00. Lainnya. .

29

Page 30: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kajian ini menyimpulkan hal hal sebagai berikut :

1. Keadaan ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan utama pada periode

sebelum krisis ekonomi 1997 :

a) Menurut perhitungan tingkat pertumbuhan, secara rata rata dari periode 1991-1997

jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian turun setiap tahunnya, dan pada periode

sebelumnya, 1980-1990 meningkat. Sedangkan sektor bukan pertanian, memiliki

angka pertumbuhan positif periode 1980-1997, artinya penyerapan tenaga kerja

pada sektor tersebut meningkat. Menurut teori Chenery dan Syrquin, transformasi

ketenagakerjaan menurut lapangan kerja terjadi jika persentase tenaga kerja pada

sektor pertanian menurun, dan pada sektor bukan pertanian meningkat. Menurut

perhitungan tingkat pertumbuhan, transformasi menurut lapangan pekerjaan

utama terjadi pada periode 1991-1997.

b) Menurut perhitungan kontribusi, secara rata rata pada periode 1989-1997, sektor

pertanian 4 kali lebih besar dalam menyerap tenaga kerja dibanding dengan sektor

lainnya di Indonesia, tetapi peran tersebut semakin turun, sebaliknya peran sektor

bukan pertanian, dalam hal ini ada tiga sektor terbesar, yaitu (1) Perdagangan besar,

eceran, rumah makan dan hotel, (2) Jasa kemasyarakatan, dan (3) Industri

pengolahan semakin meningkat. Menurut teori Chenery dan Syrquin, transformasi

ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan terjadi jika persentase orang yang

bekerja pada sektor pertanian menurun, dan yang bekerja pada sektor bukan

pertanian meningkat. Menurut perhitungan kontribusi, transformasi menurut

lapangan pekerjaan utama terjadi pada periode 1989-1997.

2. Keadaan ketenagakerjaan menurut status pekerjaan utama pada periode sebelum

krisis ekonomi 1997.

30

Page 31: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

a) Menurut perhitungan tingkat pertumbuhan tenaga kerja informal9, seperti

berusaha dengan bantuan dan pekerja keluarga pada periode 1980-1987 adalah

positif, artinya ada peningkatan secara persentase per tahunnya. Selanjutnya

pekerja keluarga pada 1988-1995 adalah negatif, artinya penurunan

persentasenya per tahun cukup lama berlangsung kurang lebih 7 tahun, tetapi

pada 1996-1997 berubah menjadi angka positif, artinya perrsentase pekerja

keluarga mulai naik kembali pada 1996-1997. Pertumbuhan tenaga kerja

informal yang lain seperti berusaha tanpa bantuan; berusaha dengan bantuan,

secara rata rata pada 1988-1997 meningkat persentasenya setiap tahun

(pertumbuhan positif).

b) Menurut perhitungan tingkat pertumbuhan, angka pertumbuhan tenaga kerja

formal10, seperti buruh/ karyawan dan berusaha dengan buruh tetap pada

periode 1980-1987 adalah negatif, artinya ada penurunan secara persentase per

tahunnya. Selanjutnya pertumbuhan tenaga kerja formal adalah positif selama

10 tahun, artinya persentasenya naik dalam periode 1988-1997.

c) Secara perhitungan kontribusi, peran pekerja informal (Berusaha tanpa bantuan;

Berusaha dengan bantuan; Pekerja keluarga) relatif berfluktuasi pada periode

1980-1990. Tetapi dalam 10 tahun, selama periode 1986-1995, perannya

semakin turun, dari 73,63 persen tahun 1986 menjadi 62,86 persen tahun 1995.

Dan sejak tahun 1995-1997, berfluktuasi kembali.

d) Tentunya pola yang berlawanan terjadi pada pekerja formal (Berusaha dengan

buruh tetap; Buruh/karyawan), dimana polanya berfluktuasi pada periode 1980-

1990. Tetapi dalam 10 tahun, selama periode 1986-1995, perannya semakin naik

26,37 persen pada tahun 1986 menjadi 37,14 persen pada tahun 1995. Antara

tahun 1995-1997, berfluktuasi.

e) Jadi seperti telah dijelaskan diatas, dalam periode 1980-1997, peran tenaga kerja

menurut pekerja formal dan informal, berfluktuasi, dan trend yang relatif stabil

terjadi pada periode 1986-1995, yaitu peran tenaga kerja formal meningkat dan

9 Tenaga kerja informal terdiri dari (1) Berusaha tanpa bantuan, (2) Berusaha dengan bantuan, (3) Pekerja keluarga (Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS).10 Tenaga kerja informal terdiri dari (1) Berusaha tanpa bantuan, (2) Berusaha dengan bantuan, (3) Pekerja keluarga (Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1988-1997, BPS).

31

Page 32: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

tenaga kerja informal menurun. Menurut teori Chenery dan Syrquin, proses

transformasi terjadi seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu

negara, ditandai dengan peran pekerja formal semakin meningkat, dan

sebaliknya peran pekerja informal semakin menurun. Jadi proses transformasi

tenaga kerja menurut status di Indonesia terjadi pada periode 1986-1995.

3. Keadaan ketenagakerjaan menurut jenis pekerjaan utama pada periode sebelum

krisis ekonomi 1997.

Dengan keterbatasan data BPS menurut jenis pekerjaan, dimana data yang tersedia

hanya untuk tahun 1994-1996, maka kajian ini tidaklah akurat dalam menjelaskan

proses transformasi di Indonesia sebelum terjadi krisis ekonomi 1997.

a) Angka pertumbuhan tenaga kerja yang termasuk white collar man berfluktuasi

pada tahun 1994-1996, yaitu terdiri dari : (1)Tenaga Profesional, Teknisi dan Yang

Sejenis, (2) Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan, (3) Tenaga Usaha

Penjualan, (4) Tenaga Usaha Jasa. Yang relatif stabil dan angka pertumbuhannya

positif hanya pada tenaga tata usaha dan yang sejenis. Sementara pada tenaga

blue collar man, ada yang stabil, dan ada pula yang berfluktuasi tingkat

pertumbuhannya.

b) Pada periode 1994-1996, terdapat tiga jenis pekerjaan yang relatif lebih

menonjol dalam perekonomian Indonesia, yaitu berturut turut : (1) Tenaga

Usaha Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, (2) Tenaga Produksi,

Operator Alat-Alat Angkutan dan Pekerja Kasar, keduanya merupakan blue collar

man, (3) Tenaga Usaha Penjualan, merupakan white collarman. Kontribusi blue

collarman/pekerja kasar dalam perekonomian berturut turut sebagai berikut :

69,60 persen tahun 1994; 68,94 persen tahun 1995 dan 68,48 persen tahun

1996. Kontribusinya semakin turun. Sebaliknya, peran white collarman yang

diwakili oleh Tenaga Usaha Penjualan semakin meningkat, yaitu : 16,67 persen

tahun 1994; 16,37 persen tahun 1995 dan 17,81 persen tahun 1996 (lihat tabel

11).

32

Page 33: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

c) Menurut teori Chenery dan Syrquin, transformasi ketenagakerjaan menurut jenis

pekerjaan terjadi, jika peran tenaga professional dan ketatalaksanaan,

administrasi, penjualan, dan lain lain, disebut white collar man meningkat dan

kontribusi pekerja kasar (blue collar man), misalnya tenaga usaha pertanian,

kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, operator alat

angkutan, pekerja kasar, menurun. Hal ini terjadi karena pertumbuhan

ekonomi yang semakin meningkat akan menyebabkan skala usaha semakin besar

(economic of scale) sehingga persentase pekerja profesional pada bidang-bidang

pekerjaan yang lebih terspesialisasi (white collar man) akan meningkat pula.

d) Peran blue collar man dalam perekonomian Indonesia tahun 1994-1996 relatif

sangat besar, secara rata rata hampir mencapai 70 persen dan peran white collar

man hanya sekitar 30 persen, tetapi peran pekerja kasar semakin turun dalam

persen yang sangat kecil, dan begitu pula peran white collar man meningkat

dalam persen yang sangat kecil.

5.2. Saran :

Agar kajian ini lebih akurat menjelaskan proses trasformasi yang terjadi

sebelum krisis 1997, maka dalam kajian berikutnya penulis menyarankan untuk

melakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan saling pengaruh dan arah

hubungan antara variabel variabel independent yang mempengaruhi terjadinya

proses transformasi menurut teori Chenery dan Syrquin.

33

Page 34: Paper kajian empiris transformasi angkatan kerja (sri yusnita burhan)

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 19 82 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 19 88 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 19 89 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 0 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 1 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 2 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 3 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 4 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 199 6 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Di Indonesia, 1997. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Penduduk Indonesia Hasil Survei Antar Sensus 1995, Seri : S2 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 80 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 81 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 82 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 83 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 84 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 85 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 86 . Jakarta.

Biro Pusat Statistik. Perkembangan Angkatan Kerja Indonesia, 19 87 . Jakarta.

Chenery, Hollis, and Syrquin, Moises. Patterns Of Development, 1950-1970. London: Oxford

University Press, 1975.

Human Development Report 2000/2001. World Bank : Oxford University Press, 2000.

Lipsey, Richard G.; Courant, Paul N.; Purvis, Douglas D.; and Steiner, Peter O. Economics.

New York: Harper Collins College Publishers, 1993.

Report of the Employment Challenges of the Indonesian Economic Crisis. ILO, Jakarta Office

United Nations Development.

Salvatore, Dominick. International Economics. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall,

1995

34