pasca panen buah sayuran

Upload: yulian-abdullah

Post on 02-Jun-2018

241 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    1/111

    M

    M

    o

    o

    d

    d

    u

    u

    l

    l

    u

    u

    l

    l

    i

    i

    a

    a

    h

    h

    IIIMMMaaadddeeeSSS...UUUtttaaammmaaa

    NNNyyyooommmaaannnSSS...AAAnnntttaaarrraaa

    Tropical Plant urriculum Project

    Udayana University

    PASCA PANEN TANAMAN TROPIKA:BUAH DAN SAYUR

    (Post Harvest of Tropical Plant Products: Fruit and Vegetabl

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    2/111

    DISCLAIMER

    This publicaton is made possible by the generous

    support of the American people through the United

    States Agency for Internatonal Development (USAID).

    The contents are the responsibility of Texas A&M University

    and Udayana University as the USAID Tropical Plant

    Curriculum Project partners and do not necessarily reflect

    the views of USAID or the United States Government.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    3/111

    DAFTAR ISI

    1. PENDAHULUAN 1 - 12. PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA 2 - 1

    2.1. Pentingnya Fase Pascapanen 2 - 1

    2.2. Mutu Produk Segar 2 22.3. Kematangan Produk hortikultura 2 - 72.4. Indeks Kematangan 2 - 8

    3. PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN BUAH DANSAYURAN SEGAR 3 1

    3.1. Karakteristik Alami Produk Segar 3 - 13.2 Pertimbangan-pertimbangan Penting dalam Penanganan Pasca- 3 - 3

    Panen Produk Buah dan Sayuran

    4. KEMUNDURAN PRODUK HORTIKULTURA SEGAR 4 - 14.1. Faktor-faktor Pemacu Kemunduran 4 - 14.2. Karakteristik Umum Produk Pascapanen 4 - 34.3. Pengaruh Suhu 4 - 7

    4.4. Pengaruh Gas Lingkungan 4 - 74.5. Kehilangan Air 4 -104.6. Pengaruh Sinar 4- 124.7. Pelukaan dan Kerusakan 4- 12

    5. PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK HORTIKULTURA 5 - 15.1. Pengelolaan Suhu 5 - 15.2. Prinsip Dasar Pendinginan Produk Hortikultura 5 - 25.3. Sistem Refrigerasi Mekanis 5 - 55.4. Sumber Panas 5 - 65.5. Teknik Pendinginan 5 - 75.6. Prosedur Tambahan 5- 135.7. Perlindungan produk Pascapanen 5- 16

    6. PENYIAPAN PRODUK UNTUK PASAR 6 - 16.1. Pentingnya Penyiapan Produk Untuk Pasar 6 - 16.2. Panen 6 - 26.3. Rancangan Rumah Pengemas 6 - 66.4. Transfer ke Rumah Pengemas 6 - 76.5. Dumping 6 - 86.6. Sortasi Awal dan Pembersihan 6 - 96.7. Perlakuan Pascapanen 6 -106.8. Grading 6- 126.9. Pemaletan 6- 16

    7. DISTRIBUSI PRODUK DAN PENTINGNYA RANTAI PENDINGINAN 7 - 17.1. Karakteristik Sistem Distribusi dan Rantai pendinginan 7 - 27.2. Pengemasan Produk Hortikultura 7 - 47.3. Transportasi 7 - 97.4. Penyimpanan 715

    8. PEMASARAN 8 - 18.1. Karakteristik Pasar 8 - 18.2. Menentukan Strategi Pasar 8 - 38.3. Saluran Pemasaran 8 - 58.4. Pemasaran Retail 8 - 7

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    4/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    5/111

    PENDAHULUAN 1 - 1

    PPPEEENNNDDDAAAHHHUUULLLUUUAAANNN

    Buah dan sayuarn segar sudah

    menjadi bagian dari makanan manusia

    sejak mulainya sejarah manusia itu

    sendiri. Akan tetapi, pentingnya nutrisi

    dari buah dan sayuran secara penuh

    baru dicermati hanya beberapa waktu

    belakangan. Pada sisi lain, bagi

    masyarakat dengan pola pengaturan

    makanan yang secara total vegerarian,

    apakah dengan alasan kepercayaan atau

    ekonomi, adalah sangat tergantung pada

    buah dan sayuran untuk bisa bertahan

    hidup. Dengan bantuan ilmu nutrisi

    moderen, pandangan terhadap buah dan

    sayuran sekarang ini meningkat secara

    drastis, dan para professional di bidang

    kesehat-an, khususnya di negara telah

    berkem-bang, secara aktif menganjurkan

    peningkatan konsumsi buah dan sayuran

    dan membatasi konsumsi daging.

    Nilai nutrisi buah dan sayuran

    pertama kali dicermati pada awal abad

    ke-17 di Inggris. Salah satunya adalah

    kemampuan buah jeruk menyembuhkan

    penyakit radang perut akibat kekurangan

    vitamin C, yang pada saat itu diderita

    para angkatan laut Inggris. Kapten

    angkatan laut tersebut mengetahui

    adanya penyembu-han dengan

    mengkonsumsi jeruk dan mampu

    menyembuhkan anak buah kapalnya,

    namun sampai akhir abad ke-18 belum

    dipublikasikan aturan konsumsinya untuk

    penyembuhan penyakit tersebut.

    Penemuan asam askorbat (vitamin

    C) sebagai ingredient yang mampu

    mencegah penyakit sariawan dan radang

    perut belum terjadi sampai tahun 1930-an.

    Namun, setelah itu diperlihatkan bahwa

    asam askorbat mempunyai pengaruh

    menguntungkan berhubungan dengan

    penyembuhan luka dan sebagai

    antioksidan. Sekarang, timbul spekulasi

    yang mengatakan bahwa asam askorbat

    berperan sebagai bahan anti-viral dan anti

    kanker. Sumber vitamin C sangat penting

    karena tubuh manusia tidak mampu untuk

    mensintesisnya. Semua buah dan sayuran

    mengandung vitamin C, diperkirakan

    sebagai sumber yang memasok sekitar

    95% terhadap kebutuhan tubuh manusia.

    Buah dan sayuran tertentu telah

    diidentifikasi pula sebagai sumber

    provitamin A (karotenoida) yang sangat

    baik, yang sangat esensial untuk menjagakesehatan mata, begitu juga asam folat,

    untuk mencegah penyakit anemia. FAO

    dan WHO mempunyai program yang

    mempromosikan penana-man sayuran di

    rumah tangga yang murah dan siap

    111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    6/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    7/111

    PENDAHULUAN 1 - 3

    Keragaman dalam bentuk dan

    warna digunakan oleh pedagang dalam

    memajang produk tersebut sebagai

    daya tarik potensial terhadap pembeli.

    Tukang masak secara tradisional

    menggunakan buah dan sayuran untuk

    meningkatkan daya tarik dalam

    penghidangan makanan di atas meja.

    Kesadaran masyarakat, terutama

    di negara-negara yang telah

    berkembang, tentang pentingnya buah

    dan sayuran ini telah memacu

    pengembangan teknologi-teknologi

    yang relatif cepat untuk mampu

    meningkatkan mutu sesuai dengan

    tuntutan konsumen, mempertahankan

    mutu selama periode penanganan

    pascapanennya, memper-baiki

    penampilan dan memperpanjang masa

    simpan. Selain tuntutan konsumen,

    pengembangan teknologi ini juga

    sangat mempertimbangkan karakteristik

    fisiologis, patologis, fisik produk dan

    aspek ekonomis

    Di negara-negara yang sedang

    berkembang, seperti halnya Indonesia,

    dasa warsa belakangan ini, penerapan

    dan pengembangan teknologi masih

    dirasakan relatif lambat. Dengan

    memasuki era pasar global, maka

    dituntut penerapan dan pengembangan

    teknologi yang lebih cepat. Hal ini

    disebabkan banyaknya produk luar negeri

    dengan nilai mutu, penampilan, masa

    simpan yang lebih baik masuk ke Indonesia.

    Kalau percepatan tersebut tidak dilakukan

    maka diyakini Indonesia hanya akan

    menjadi target pasar produk luar dan produk

    dalam negeri sendiri tidak mampu bersaing.

    Pelatihan-pelatihan intensif tentang

    penerapan teknologi dan penelitian dalam

    hal pengembangan teknologi harus pula

    dilakukan dengan cepat. Modul-modul

    pelatihan adalah penting untuk segera

    dikembangkan. Pelatihan-pelatihan akan

    mampu mefasilitasi percepatan pemahaman

    dan penerapan teknologi pascapanen

    produk hortikultura. Diharapkan modul-

    modul yang disusun dalam buku ini, akan

    mampu mempercepat pemberdayaan dan

    penguatan daya saing para petani di dalam

    era pasar global sekarang ini.

    Gambar 1. Brokoli yang dimport ke Indonesiadimana pengemasan dilakukan denganpenambahan es curah.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    8/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    9/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 2

    ma periode antara panen dan konsumsi.

    Ini membutuhkan pemahaman struktur,

    komposisi, biokimia dan fisiologi dari

    produk hortikultura dengan teknologipascapanen secara umum akan bekerja

    menurunkan laju metabolisme. Akan

    tetapi, tidak menimbulkan kerusakan

    pada produk. Walaupun terdapat

    struktur dan metabolisme umum, namun

    jenis produk yang berbeda mempunyai

    respon beragam terhadap kondisi

    pascapanen tertentu. Teknologipascapanen yang sesuai harus

    dikembangkan untuk mengatasi

    perbedaan tersebut. Respon yang

    beragam dapat pula terjadi, karena

    perbedaan kultivar, stadia kematangan,

    daerah pertumbuhan dan musim.

    Pengelolaan yang efektif selama

    periode pascapanen adalah kunci

    keberhasilan untuk mencapai tujuan di

    atas. Operasi dalam sekala besar dapat

    diuntungkan dari investasi mahal dari

    alat atau mesin pananganan, dan dari

    perlakuan pascapanen dengan teknologi

    tinggi; sering operasi ini tidak terdapat

    untuk penangan skala kecil dengan

    alasan sederhana, karena skala ekonomi

    yang kecil. Walaupun cukup sederhana,

    teknologi biaya rendah dapat lebih

    sesuai untuk skala usaha yang kecil,

    sumber sarana operasi komersial

    terbatas, petani langsung terlibat dalam

    pemasaran terutama skala usah kecil di

    negara-negara berkembang.

    Penerapan teknik pascapanen yang

    efektif dapat berarti adanya perbedaan

    antara keuntungan dan kehilangan pada

    stadia keseluruhan sistem. Produk yang

    diperlakukan dengan baik, dan dalam

    kondisi yang baik dapat relatif bertahan

    dari stress waktu, suhu, penanganan,

    transportasi dan mikroorganisme

    pembusuk selama proses pendistribusi-

    annya. Dengan demikian, fase

    pascapanen adalah sangat penting bagi

    petani, pedagang besar, pengecer dan

    konsumen.

    2.2 Mutu Produk Segar

    Pada produk hortikultura segar,

    mutu dapat didefinisikan sebagai

    kumpulan dari karakteristik dan atribut

    yang memberikan nilai terhadap produk

    itu sendiri. Relatif penting masing-masing

    atribut tersebut tergantung pada produk

    itu sendiri, penggunaannya pada sektor

    industri atau individu yang menentukan/

    menguji mutu tersebut. Sebagai ilustrasi

    adanya persepsi yang berbeda terhadap

    mutu tomat oleh kelompok-kelompok di

    dalam sistem hortikultura ditunjukkan

    pada Tabel 2.2. Diperlihatkan bahwa

    tomat pada alur sistem hortikultura diuji

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    10/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 3

    Tabel 2.2. Komponen mutu hasil persepsi kelompok berbeda dalam sistem hortikultura

    Petani Pedagang besar

    (Wholesaler)

    Pengecer Konsumen

    Warna

    Ukuran

    Bentuk

    Hasil tinggi

    Tahan penyakit

    Mudah dipanen

    Respon terhadappemasakanterkendali

    Dapat ditransportasidengan mudah

    Warna

    Ukuran

    Bentuk

    Kekerasan

    Masa simpan

    Keamanan

    Ada-tidaknya cacat

    Dapat ditransportasidengan mudah

    Warna

    Ukuran

    Bentuk

    Kekerasan

    Masa simpan

    Keamanan

    Ada-tidaknya cacat

    Dapat ditransportasidengan mudah

    Warna

    Ukuran

    Bentuk

    Kelembutan tekstur

    Nilai nutrisi

    Keamanan

    Cita rasa

    Ada-tidaknya cacat

    mutunya oleh petani, pedagang besar,

    pengecer dan konsumen. Dalam Tabel

    terlihat komponen mutu (karakteristik

    dan atribut) yang dijadikan bahan

    pertimbangan penilaian dari kelompok.Baik karakteristik yang terlihat maupun

    yang tidak terlihat menjadi bahan

    pertimbangan penting dalam

    menentukan mutu oleh setiap kelompok

    di atas. Karakteristik terlihat seperti

    ukuran, warna, bentuk dan adanya cacat

    adalah secara bersama-sama

    memberikan penampakan dari produktersebut. penampakan masih

    merupakan parameter penting di dalam

    perdagangan. Namun demikian, ada

    peningkatan persepsi dari masyarakat

    terhadap komponen mutu tidak terlihat.

    Cita rasa, tekstur, nilai nutrisi, tidak

    adanya kerusakan fisiologi dan mekanis

    secara internal akan menentukan secara

    berarti apakah produk akan dapat dijualkembali atau tidak. Sebagai contoh, bila

    konsumen membeli mangga rasanya

    agak masam dan tidak bisa dimasakan

    secara penuh dalam minggu ini, maka

    pada minggu berikutnya orang tidak

    akan mau lagi membelinya.

    2.2.1 Faktor-faktor Berpengaruh

    terhadap Mutu

    Ada beberapa faktor yang

    berpengaruh secara langsung maupun

    tidak langsung terhadap mutu. Baik

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    11/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 4

    faktor pra-panen maupun pascapanen

    sangat penting dan berinteraksi satu

    sama lainnya sehingga menyebabkan

    evaluasi mutu produk hortikultura adalahmerupakan proses yang kompleks.

    Interaksi tersebut menyebabkan adanya

    variasi mutu dari produk segar tersebut

    sepanjang waktu.

    Faktor Pra-panen

    Faktor pra-panen yang

    berpengaruh terhadap mutu meliputi:

    Genotipe kultivar dan rootstock

    Kondisi iklim selama periode

    produksi

    Praktik budidaya

    Populasi tanaman

    Genotipe Kultivar dan Rootstock

    Gen-gen yang membanguntanaman sering disebut sebagai

    genotipe dari tanaman tersebut.

    Genotipe mengendalikan karakteristik

    tanaman, seperti bentuk daun dan buah.

    Namun demikian, lingkungan tempat

    tumbuh berpengaruh terhadap ekspresi

    dari genotipe ini. Seperti buah manggis

    yang tumbuh di dataran rendah akanlebih cepat mengalami pematangan

    dibandingkan buah manggis dengan

    varietas yang sama dan tumbuh di

    daerah dataran tinggi dengan ukuran

    rata-rata lebih besar. Selada yang

    tumbuh pada musim panas di daerah

    empat musim akan matang dengan

    ukuran lebih besar dibandingkan denganvarietas yang sama yang ditumbuhkan

    selama awal musim semi di mana suhu

    adalah lebih rendah. Penampakan

    selada adalah sama karena genotipenya

    sama, namun ekspresi ukurannya

    dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

    selama pertumbuhan dan

    perkembangannya.

    Ketika petani memilih varietas

    khusus atau memilih menggunakan

    rootstock dengan jenis tertentu, maka

    genotipe dalam material tanaman akan

    menentukan karakteristik awal produk.

    Tetapi, karakkteristik ini dapat

    termodifikasi dalam hal bentuk oleh

    kondisi lingkungan selama pertumbuhan

    dan perkembangannya di lapangan.

    Informasi pasar dapat digunakan

    sebagai petunjuk oleh petani dalam

    memilih varietas yang sesuai dengan

    permintaan konsumen pada pasar-pasar

    tertentu. Bila pasar menginginkan apel

    merah, maka tidak ada alasan untuk

    memilih varietas apel hijau. Warna apel

    ditentukan oleh genotipe. Dengan

    demikian, pekerjaan pertama yang harus

    dilakukan petani adalah memilih bahan

    genetik (genotipe) yang benar untuk

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    12/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 5

    menghasilkan mutu produk yang

    diinginkan.

    Kondisi Iklim Selama Produksi

    Kondisi cuaca panas,

    lembab/basah, kering dan dingin akan

    berpengaruh terhadap pertumbuhan

    tanaman. Dalam kondisi cuaca kering

    di mana irigasi tersedia, mutu produk

    sering lebih baik. Namun, dalam kondisi

    periode basah berkepanjangan dengan

    dibarengi hujan badai, maka mutu akan

    tidak baik. Angin yang berlebihan akan

    pula mengurangi kenampakan produk

    sebelum pemanenan dilakukan.

    Praktek Bud idaya

    Setiap petani mempunyai

    caranya sendiri di dalam

    membudidayakan tanaman. Praktik

    agronomi, dengan tersedianya irigasi,

    pemupukan dan implementasi strategi

    pengendalian dan perlindungan

    tanaman adalah secara langsung

    berpengaruh terhadap masa hidup

    pascapanen produk yang dipanen dan

    mutu saat dipanen. Penerapan praktik-

    praktik tersebut, seperti waktu dalam

    hubungannya dengan siklus hidup

    tanaman dan pengelolaan tanaman

    secara keseluruhan dicerminkan pada

    mutu produk yang dihasilkan.

    Status nutrisi tanaman adalah

    faktor penting berpengaruh terhadap

    mutu saat panen dan kehidupan

    pascapanen berbagai buah dan sayuran.

    Kekurangan, kelebihan atau

    ketidakseimbangan berbagai nutrisi telah

    diketahui mengakibatkan tidak

    sempurnanya produk dan membatasi

    masa simpan kebanyakan buah dan

    sayuran.

    Populasi Tanaman

    Untuk mencapai ukuran produk

    yang optimum, populasi tanaman harus

    diatur dengan baik di lapangan.

    Umumnya, populasi tanaman yang tinggi

    akan menghasilkan produk yang

    kebanyakan ukurannya kecil.

    Sebaliknya, populasi tanaman yang

    rendah akan menghasilkan beberapa

    produk yang besar. Biasanya mutu

    premium adalah antara dua ukuran yang

    ekstrem tersebut seperti pada jeruk dan

    apel. Produk lainnya akan lebih disukai

    ukuran yang lebih besar seperti pisang.

    Bienial bearing (produksi berlebih

    pada satu tahun dalam dua tahun

    produksi) pada tanaman buah-buahan

    tertentu dapat mengurangi keuntungan

    dari petani dalam dua hal. Pertama,hasil tanaman pada off-year akan jauh

    berkurang. Kedua, harga yang diterima

    petani dapat menurun karena

    kebanyakan buah ukurannya diluar

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    13/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    14/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 7

    Perlakuan Pascapanen

    Setelah produk dipanen, dia

    harus melalui satu seri proses sampai

    siap dipasarkan. Jumlah dan jenis

    proses untuk produk secara individu

    adalah beragam sesuai dengan

    kelompok dari produk tersebut. Pada

    dasarnya, produk harus dievaluasi

    mutunya, diperlakukan bila diperlukan,

    kemudian dikemas untuk

    pendistribusiannya.

    Berbagai ragam proses

    selanjutnya diberikan seperti

    pendinginan sebelum didistribusikan.

    Teknik pascapanen khusus terkadang

    digunakan tergantung pada bagaimana

    produk tersebut dipersiapkan untuk

    pasar.

    Faktor yang sebenarnya sangat

    penting berpengaruh terhadap mutukeseluruhan produk hortikultura adalah

    waktu. Karena mutu produk adalah

    puncaknya pada saat panen, semakin

    lama periode antara panen dan

    konsumsi, maka semakin besar susut

    mutunya. Dengan demikian dalam

    pendistribusiannya harus dilakukan

    dengan baik karena kerusakan mutuberlangsung cepat.

    2.3 Kematangan ProdukHortikultura

    Kematangan suatu produk akan

    menentukan:

    Mutu

    Masa simpan dan masa pasar

    Cara yang sesuai untuk

    penanganan, transportasi dan

    pemasaran produk.

    Kematangan hortikultura didasar-

    kan pada produk yang telah mencapai

    stadia perkembangan tertentu yang

    dapat memuaskan konsumen dalam

    penggunaannya.

    Perlu adanya pembedaan yangjelas antara kematangan fisiologis dan

    kematangan hortikultura. Untuk lebih

    jelasnya berikut ini definisi dari

    beberapa terminasi yang sering

    digunakan para ahli di bidang

    pascapanen hortikultura.

    Perkembangan (development): seri

    dari proses mulai dari awalnya

    pertumbuhan atau inisiasi pertumbuhan

    sampai pada kematian tanaman atau

    bagian tanaman.

    Pertumbuhan (growth): Peningkatan

    atribut-atribut (karakteristik) fisik dari

    tanaman atau bagian tanaman yang

    berkembang.

    Kematangan (maturation): Stadia

    perkembangan yang menuju pada

    tercapainya kematangan hortikultura

    atau kematangan fisiologis.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    15/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 8

    Inisiasi Kematian

    Perkembangan___________________________

    Pertumbuhan

    ...._________Pematangan

    ________.Matang fisiologis

    .______Pemasakan

    ..___________Pelayuan

    Kematangan Hortikul tura

    Kecambah Batang dan daun________..._______________.

    Asparagus, seladri, selada, kol

    Bunga..___________Brokoli, bunga kol, artichoke

    Buah berkembang sebagian____________..Mentimun, jagung manis, okraGreen beans

    Buah berkembangpenuh

    __________Apel, pear, jeruk, tomat

    Akar dan umbi Biji.____________.Wortel, bawang, PolongKentang kering

    Tan.potongdalam potberdaun Tan. Bunga Bunga

    Benih Stok bibit dalam pot Potong Biji..._________________________________________

    Tanaman Ornamental

    Gambar 2.2. Kematangan hortikultura kaitannyadengan stadia perkembangan tanaman (Watada etal., 1984).

    Kematangan fisiologis (Physiological

    maturity): Stadia perkembangan tanamanatau bagian tanaman sudah melalui

    pertumbuhan dan perkembangan alami yang

    memadai (dapat meliputi pemasakan),

    mutunya paling tidak pada tingkat minimum

    untuk kebutuhan konsumen.

    Kematangan hortikultura (horticultu-

    ral maturity): Stadia perkembangan

    tanaman atau bagian tanaman

    mempunyai kondisi atau nilai yang

    dibutuhkan untuk maksud tertentu oleh

    konsumen. Berbagai komoditi dapat

    matang secara hortikultura pada stadia

    perkembangan yang berbeda (Gambar

    2.2). Sebagai contoh, tauge (kecambah)

    adalah matang secara hortikultura pada

    awal stadia perkembangannya,

    sedangkan kebanyakan jaringan

    vegetatif, bunga, buah dan umbi-umbian

    mengalami kematangan pada

    pertengahan stadia perkembangannya,

    dan pada kacang-kacangan dan biji-

    bijian stadia kematangannya adalah

    pada akhir stadia perkembangan.

    Pemasakan (ripening): Proses yang

    terjadi dari stadia akhir pertumbuhan dan

    perkembangan sampai pada awal stadia

    pelayuan yang mengakibatkan timbulnya

    karakteristik mutu. Diperlihatkan dengan

    adanya perubahan komposisi, warna,

    tekstur atau atribut-atribut sensoris

    lainnya.

    Pelayuan (senescence): Proses yang

    mengikuti kematangan fisiologis atau

    kematangan hortikultura dan mengarah

    pada kematian jaringan.

    2.4 Indeks Kematangan

    Pengukuran kematangan yang dilakukan

    oleh produsen, penangan, personel

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    16/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 - 9

    pengendali mutu haruslah

    sederhana, siap digunakan di

    lapangan atau kebun dan murah.

    Pengukuran hendaknya objektif dan

    konsisten berhubungan dengan mutu

    dan masa simpan pascapanennya

    dan dapat berlaku luas atau umum.

    Bila memungkinkan Indeks tersebut

    adalah non-destruktif. Berbagai

    indeks telah digunakan dalam usaha

    untuk mengestimasi kematangan.

    Beberapa contoh yang diusulkan

    penggunaannya, dan telah

    digunakan diperlihatkan pada Tabel

    2.3. Beragam metode digunakan

    untuk megukur indeks panen

    dicantumkan pada Tabel 2.4.

    Beberapa strategi yang dapat

    digunakan untuk menentukan indeks

    kematanagan adalah:

    Menentukan perubahan di dalam

    komoditi sepanjang perkembang-

    annya.

    Melihat beberapa sifat (ukuran,

    warna, kepadatan, dsb.) yang

    berhubungan dengan stadia

    perkembangan komoditi.

    Melakukan percobaan penyim-

    panan dan uji organoleptik untuk

    menentukan nilai indeks

    kematangan yang dapat

    menggambarkan penerimaan

    Tabel 2.3. Indeks kematangan yang dapatdigunakan untuk beberapa contoh produkhortikultura

    Indeks Contoh Produk

    Jumlah hari saatpembungaan sampaipanen

    Apel, mangga danpear

    Perkembanganlapisan absisi

    Melon, semangka,apel

    Morfologi dan strukturpermukaan

    Pembentukan kutikulapada anggur, tomatPembentukan jaring-

    jaring pada melonPembentukan lilinpada sejumlah buah.

    Ukuran besar Keseluruhan buahdan beberapasayuran

    Berat jenis Ceri, semangka,

    kentangBentuk Lingkaran penuh pada

    pisangPerkembangan penuhpunggung manggaKekompakan daribrokoli dan bunga kol

    Soliditas/kepadatan Selada, kol, Brusselssprout

    Tekstur:Firmness Apel, pearTenderness Peas

    Warna permukaan Keseluruhan buahdan kebanyakansayuran

    Warna internal danstruktur

    Pembentukan bahanmenyerupai jelly padatomatWarna daging buahkebanyakan buah-buahan

    Faktor Komposisi:Kandungan patiKandungan gula

    Kandungan asam,ratio gula/asamKandungan jusKadar tannin

    Kons. Etileninternal

    Apel, pear, pisang

    Apel, pear, anggur,mangga, strawberryDelima, jeruk, pepaya,melonJerukPersimon, kurma,salak

    Apel, pear

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    17/111

    PASCAPANEN PRODUK SEGAR HORTIKULTURA SEGAR 2 -10

    Tabel 2.4. Metode penentuan kematangan

    Indeks Metodepenentuan

    Subjek-tif

    Objektif Destruktif Non-destruktif

    Jumlah hari darimunculnya bunga Komputasi X X

    Perkembanganlapisan absisi

    Visual atau denganmemisahkan tangkai

    X X X

    Struktur permukaan Visual X X

    Ukuran Berbagai alatpengukur, berat

    X X

    Bentuk Dimensi, rasio chart X X X

    Soliditas/kepadatan Perasaan, densitaskamba, sinar gamma,sinar-X

    X X X

    Sifat tekstur:

    Firmness Firmnesss tester,deformasi

    X X

    Tenderness Tendrometer X X

    Toughness Texturometer,fibrometer(juga teskimia untukpolisakarida).

    X X

    Warna luar Pemantulan sinar, colorchart visual X

    X XX

    Warna dalam Transmitansi sinar,penundaan emisi sinarPemeriksaan visual

    X

    X

    X

    X

    Faktor Komposisi:Bahan kering Sampling, pengeringan X XKandungan pati Tes KI, tes kimia

    lainnyaX X

    Kandungan gula Refraktometer, teskimia

    X X

    Kandungan asam Titrasi, tes kimia X XKandungan jus Ekstraksi X XKandungan minyak Ekstraksi, tes kimia X XKandungan tanin Ferric chloride test X XEtilen internal Chromatografi Gas X X

    Sumber: Reid (2002)

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    18/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    19/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 1

    PRINSIP DASAR PENANGANAN

    PASCAPANEN BUAH DAN

    SAYURAN SEGAR

    3.1 Karakteristik Alami Produk Segar

    Karakteristik penting produk

    pascapanen buah dan sayuaran adalah

    bahan tersebut masih hidup dan masih

    melanjutkan fungsi metabolisme. Akan

    tetapi, metabolisme tidak sama dengan

    tanaman induknya yang tumbuh

    dengan lingkungan aslinya, karena

    produk yang telah dipanen mengalami

    berbagai bentuk stress, seperti

    hilangnya suplai nutrisi, kondisi

    berbeda dengan pertumbuhannya yang

    ideal dengan adanya peningkatan

    suhu, kelembaban, proses panen yang

    sering menimbulkan pelukaan berarti,

    pengemasan dan transportasi dapat

    menimbulkan kerusakan mekanis lebih

    lanjut. Orientasi gravitasi produk

    pascapanen umumnya sangat berbeda

    dengan kondisi alamiahnya, hambatan

    ketersediaan CO2 dan O2, hambatan

    regim suhu dan sebagainya. Secara

    keseluruhan bahan hidup sayuran

    pascapanen dapat dikatakan

    mengalami berbagai perlakuan yang

    menyakitkan selama hidup pascapa-

    nennya. Produk harus dipanen dan

    Gambar 3.1. Berbagai macam stress yangdialami produk segar

    Gambar 3.2. Sayuran yang dikemas dengankeranjang bambu dan ditempatkan pada panasmatahari.

    3

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    20/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 2

    dipindahkan melalui beberapa sistem

    penanganan dan transportasi ke tempat

    penggunaannya, seperti pasar retail atau

    langsung ke konsumen dengan menjaga

    sedapat mungkin status hidupnya dan

    dalam kondisi kesegaran optimum. Jika

    stress melebihi toleransi fisik dan

    fisiologis, maka terjadi kematian.

    Aktivitas metabolisme pada buah

    dan sayuran segar dicirikan dengan

    adanya proses respirasi. Respirasi

    menghasil-kan panas yang

    menyebabkan terjadinya peningkatan

    panas pada produk itu sendiri, sehingga

    proses kemunduran seperti kehilangan

    air, pelayuan, dan pertumbuhan

    mikroorganisme akan semakin

    meningkat. Mikroorganisme pembusuk

    akan mendapatkan kondisi pertumbuhan

    yang ideal dan siap menginfeksi sayuran

    melalui pelukaan-pelukaan yang sudah

    ada. Selama transportasi ke konsumen,

    produk sayuran pascapanen mengalami

    tekanan fisik, getaran, gesekan pada

    kondisi suhu dan kelembaban memacu

    proses pelayuan. Akhirnya, produk yang

    demikian dipersembahkan di pasar retail

    kepada konsumen sebagai produk farm

    fresh.

    Di sini dapat dilihat bahwa adanya

    konflik antara kebutuhan manusia

    dengan sifat alamiah biologis dari produk

    ringkih sayuran yang telah dipanen

    tersebut. Konsekuensi langsung dari

    konflik antara kebutuhan hidup dari bagian

    tanaman tersebut, kebutuhan manusia

    untuk mendistribusikan, dan memasarkan,

    serta menjaga mutu produk itu, sedapat

    mungkin dalam jangka waktu tertentu

    sampai saatnya dikonsumsi, adalah

    adanya keharusan untuk melakukan

    kompromi-kompromi. Kompromi adalah

    elemen dasar dari setiap tingkat

    penanganan pascapanen produk-produk

    tanaman yang ringkih sayuran dan buah-

    buahan. Dapat dalam bentuk kompromi

    suhu untuk meminimumkan aktivitas

    metabolisme, juga dihindari adanya

    kerusakan dingin, atau kompromi dalam

    hal konsentrasi oksigen untuk

    meminimumkan respirasi, tetapi dihindari

    terjadinya respirasi anaerobik, atau

    kompromi dalam keketatan pengemasan

    untuk meminimumkan kerusakan akibat

    tekanan tetapi dihindari adanya kerusakan

    karena fibrasi, dan sebagainya.

    Pemahaman tentang sifat alami

    produk panen dan pengaruh cara

    penanganannya adalah sangat penting

    untuk melakukan kompromi terbaik untuk

    menjaga kondisi optimum produk. Untuk

    menda-patkan bentuk kompromi yang

    optimal beberapa pertimbangan penting

    harus diperhatikan, yaitu pertimbangan

    fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    21/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 3

    3.1 Pertimbangan-pertimbangan Penting dalam PenangananPascapanen Produk Buah dan Sayuran

    3.2.1 Pertimbangan Fisiologis

    Laju Respirasi

    Secara fisiologis bagian tanaman

    yang dipanen dan dimanfaatkan untuk

    konsumsi segar adalah masih hidup,

    dicirikan dengan adanya aktivitas

    metabolisme yang dinamakan respirasi.

    Respirasi berlangsung untuk

    memperoleh energi untuk aktivitas

    hidupnya. Dalam proses respirasi ini,bahan tanaman terutama kompleks

    karbohidrat dirombak menjadi bentuk

    karbohidrat yang paling sederhana (gula)

    selanjutnya dioksidasi untuk mengha-

    silkan energi. Hasil sampingan dari

    respirasi ini adalah karbondioksida

    (CO2), uap air (H2O) dan panas

    (Salunkhe dan Desai, 1984). Semakintinggi laju respirasi, semakin cepat pula

    perombakan-perombakan tersebut yang

    mengarah pada kemunduran dari produk

    tersebut. Air yang dihasilkan ditrans-

    pirasikan dan jika tidak dikendalikan

    produk akan cepat menjadi layu. Laju

    respirasi sering digunakan sebagai indeks

    yang baik untuk menentukan masa simpan

    pascapanen produk segar (Ryal dan

    Lipton, 1972).Berbagai produk mempunyai

    laju respirasi berbeda, umumnya

    tergantung pada struktur morfologi dan

    tingkat perkembangan jaringan bagian

    tanaman tersebut (Kays, 1991). Secara

    umum, sel-sel muda yang tumbuh aktif

    cenderung mempunyai laju respirasi lebih

    tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua

    atau sel-sel yang lebih dewasa.

    Laju respirasi menentukan potensi

    pasar dan masa simpan yang berkaitan

    erat dengan; kehilangan air, kehilangan

    kenampakan yang baik, kehilangan nilai

    nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa.

    Masa simpan produk segar dapat

    diperpanjang dengan menempatkannya

    dalam lingkunngan yang dapat memper-

    Gambar 3.3. Proses respirasi produk hortikultura segar

    OKSIGEN

    Karbondioksida

    EnerjiPanas

    Air

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    22/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 4

    Tabel 3.1. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju rproduksi etilen

    Laju produksi etilen Jenis komoditi

    Sangat rendah Artichoke, asparagus, bunga kol, cherry, jeruk,

    delima, strawberi, sayuran daun, sayuran umbi,

    kentang, kebanyakan bunga potong.

    Rendah Blueberry, cranberry, mentimun, terung, okra, olive,

    kesemek, nenas, pumpkin, raspberry, semangka.

    Moderat Pisang, jambu biji, melon, mangga, tomat.

    Tinggi Apel, apricot, alpukat, buah kiwi, nectarine, pepaya,

    peach, plum.

    Sangat tinggi Markisa, sapote, cherimoya, beberapa jenis apel.

    lambat laju respirasi dan transpirasi

    melalui penurunan suhu produk,

    mengurangi ketersediaan oksigen (O2)

    atau meningkatkan konsentrasi CO2,

    dan menjaga kelembaban nisbi yang

    mencukupi dari udara sekitar produk

    tersebut

    Produksi etilen

    Etilen adalah senyawa organik

    hidrokarbon paling sederhana (C2H4)

    berupa gas berpengaruh terhadap

    proses fisiologis tanaman. Etilen

    dikategorikan sebagai hormon alami

    untuk penuaan dan pemasakan dan

    secara fisiologis sangat aktif dalam

    konsentarsisangat rendah (

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    23/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 5

    fisik dapat terjadi pada seluruh tahapan

    dari kegiatan sebelum panen,

    pemanenan, penanganan, grading,

    pengemasan, transportasi, penyimpan-

    an, akhirnya sampai ke tangan

    konsumen. Kerusakan yang umum

    terjadi adalah memar, terpotong, adanya

    tusukan-tusukan, bagian yang pecah,

    lecet danabrasi. Kerusakan dapat pula

    terjadi sebagai hasil stress metabolat

    (seperti getah), terjadinya perubahan

    warna coklat dari jaringan yang rusak,

    induksi produksi gas etilen yang memacu

    proses kemunduran produk. Kerusakan

    fisik juga memacu kerusakan baik

    fisiologis maupun patologis (serangan

    mikroorganisme pembusuk).

    Secara morfologis pada jaringan

    luar permukaan produk segar dapat

    mengandung bukaan-bukaan (lubang)

    alami yang dinamakan stomata dan

    lentisel. Stomata adalah bukaan alami

    khusus yang memberikan jalan adanya

    pertukaraan uap air, CO2dan O2dengan

    udara sekitar produk. Tidak seperti

    stomata yang dapat membuka dan

    menutup, lenticel tidak dapat menutup.

    Melalui lentisel ini pula terjadi pertukaran

    gas dan uap air. Kehilangan air dari

    produk secara potensial terjadi melalui

    bukaan-bukaan alami ini. Laju

    transpirasi atau kehilangan air dipenga-

    ruhi oleh faktor-faktor internal (karakteristik

    morfologi dan anatomi, nisbah luas

    permukaan dan volume, pelukaan pada

    permukaan dan stadia kematangan), dan

    faktor eksternal atau faktor-faktor

    lingkungan (suhu, kelembaban, aliran

    udara dan tekanan atmosfer).

    Pada permukaan produk terdapat

    jaringan yang mengandung lilin yang

    dinamakan cuticle yang dapat berperan

    sebagai barier penguapan air berlebihan,

    serangan atau infeksi mikroorganisme

    pembusuk. Sehingga secara umum infeksi

    mikroorganisme pembusuk terjadi melalui

    bagian-bagian yang luka dari jaringan

    tersebut.

    Jaringan tanaman dapat

    menghasilkan bahan pelindung sebagai

    respon dari adanya pelukaan. Bahan

    seperti lignin dan suberin, yang

    diakumulasikan dan diendapkan

    mengelilingi bagian luka, dapat sebagai

    pelindung dari serangan mikroor-ganisme

    pembusuk (Eckert, 1978; Brown, 1989).

    3.2.3 Pertimbangan Patologis

    Buah dan sayuran mengandung air

    dalam jumlah yang banyak dan nutrisi ini

    sangat baik bagi pertumbuhanmikroorganisme. Buah yang baru dipanen

    sebenarnya telah dilabuhi oleh berbagai

    macam mikroorganisme (mikroflora) dari

    yang tidak menyebabkan pembusukan

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    24/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 6

    sampai yang menyebabkan pembusu-

    kan.

    Mikroorganisme pembusuk dapat

    tumbuh bila kondisinya memungkinkan

    seperti adanya pelukaan-pelukaan,

    kondisi suhu dan kelembaban yang

    sesuai dan sebagainya. Adanya

    mikroorganisme pembusuk pada buah

    dan sayuran adalah merupakan faktor

    pembatas utama di dalam

    memperpanjang masa simpan buah dan

    sayuran.

    Mikroorganisme pembusuk yang

    menyebabkan susut pascapanen buah

    dan sayuran secara umum disebabkan

    oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal

    dapat terjadi selama pertumbuhan dan

    perkembangan produk tersebut masih di

    lapangan akibat adanya kerusakan

    mekanis selama operasi pemanenan,

    atau melalui kerusakan fisiologis akibat

    dari kondisi penyimpanan yang tidak

    baik. Pembusukan pada buah-buahan

    umumnya sebagai akibat infeksi jamur,

    sedangkan pada sayur-sayuran lebih

    banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini

    diperkirakan disebabkan oleh pH yang

    rendah (kurang dari 4.5) atau

    keasamannya yang tinggi dibandingkan

    dengan sayuran yang pH nya rata-rata

    lebih besar dari 5.

    Infeksi mikroorganisme terhadap

    produk dapat terjadi semasih buah dan

    sayuran tersebut tumbuh di lapangan,

    namun mikroorganisme tersebut tidak

    tumbuh dan berkembang, hanya berada di

    dalam jaringan. Bila kondisinya

    memungkinkan terutama setelah produk

    tersebut dipanen dan mengalami

    penanganandan penyimpanan lebih lanjut,

    maka mikroorganisme tersebut segera

    dapat tumbuh, dan berkembang serta

    menyebabkan pembusukan yang serius.

    Infeksi mikroorganisme di atas dinamakan

    infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang

    melakukan infeksi laten adalah

    Colletotrichum spp yang menyebabkan

    pembusukan pada buah mangga, pepaya

    dan pisang. Ada pula mikroorganisme

    yang hanya berlabuh pada bagian

    permukaan produk namun belum mampu

    menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila

    ada pelukaan-pelukaan akibat operasi

    pemanenan, pasca panen dan

    pendistribusiannya.

    Ada pula mikroorganisme seperti bakteri

    pembusuk, seperti Erwinia carotovora dan

    Pseudomonas marginalis (penyebab

    penyakit busuk lunak) pada sayuran

    mampu menghasilkan enzim yang mampu

    melunakkan jaringan dan setelah jaringan

    tersebut lunak baru infeksi dilakukannya.

    Jadi, jenis mikroorganisme ini tidak perlu

    menginfeksi lewat pelukaan, namun infeksi

    akan sangat jauh lebih memudahkan bila

    ada pelukaan-pelukaan.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    25/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 7

    3.2.4 Pertimbangan kondisi

    lingkungan

    Suhu adalah faktor yang sangat

    penting dan paling berpengaruh

    terhadap laju kemun-duran komoditi

    pascapanen. Setiap peningkatan 10oC,

    laju kemunduran meningkat dua sampai

    tiga kali. Komoditi yang dihadapkan

    pada suhu yang tidak sesuai dengan

    suhu penyimpanan optimal,

    menyebabkan terjadinya berbagai

    kerusakan fisiologis. Suhu juga

    berpengaruh terhadap peningkatan

    produksi etilen, penurunan O2 dan

    peningkatan CO2 yang berakibat tidak

    baik terhadap komoditi. Perkecambahan

    spora dan laju pertumbuhan

    mikroorganisme lainnya sangat

    dipengaruhi oleh suhu.

    Kelembaban ruang adalah salah

    satu penyebab kehilangan air setelah

    panen. Kehilangan air berarti kehilangan

    berat dan penampakan. Kehilangan air

    tidak dapat dihindarkan, namun dapat

    ditoleransi. Tanda-tanda kehilangan air

    bervariasi pada produk yang berbeda,

    dan tanda-tanda kerusakan baru tampak

    saat jumlah kehilangan air berbeda-beda

    pula. Umumnya, tanda-tanda kerusakan

    jelas terlihat bila kehilangan air antara 3-

    8% dari beratnya.

    3.2.5 Pertimbangan Ekonomis

    Kondisi ekonomis dan standar

    kehidupan konsumen merupakan faktor

    penting di dalam menentukan kompromi-

    kompromi yang dilakukan melalui metode

    penanganan dan penyediaan fasilitas.

    Investasi berlebihan untuk penanganan

    buah dapat mengakibatkan economic loss,

    karena konsumen tidak mampu menyerap

    biaya tambahan. Sebagai contoh,

    prosedur penyimpanan dengan atmosfer

    terkendali yang dikembangkan dengan

    konsentrasi etilen rendah dapat menjaga

    mutu buah lebih lama dengan kondisi lebih

    baik. Diperkirakan teknologi ini akan

    diadopsi secepatnya oleh petani di AS

    untuk meningkatkan mutu apel yang

    kemudian dapat dijual pada saat tidak

    musimnya. Tetapi, dalam realitanya,

    petani sangat ragu untuk melakukan

    investasi untuk mengadopsi metode baru

    tersebut, karena pasar belum siap

    membayar lebih untuk mutu apel yang

    tinggi (Liu, 1988). Hal ini menunjukkan

    bahwa pnerapan metode penanganan

    sangat ditentukan sejauh mana konsumen

    mau membayar lebih dengan tingkat

    penanganan yang lebih baik.

    Jarak antara kebun dan pasar adalah

    salah satu penentu utama di dalam

    memutuskan apakah suatu teknologi akan

    digunakan. Bila jaraknya dekat, metode

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    26/111

    PRINSIP DASAR PENANGANAN PASCAPANEN 3 - 8

    penanganan akan lebih sederhana.

    Terkadang interval waktu antara panen

    dan penjualan hanyalah berlangsung

    beberapa jam. Dalam kondisi ini, hanya

    sedikit perlakuan pascapanen yang

    diperlukan, dan cara paling efektif untuk

    mengurangi kerusakan adalah

    mengajarkan petani untuk memanen dan

    menangani produknya secara hati-hati.

    Bila interval waktu jauh lebih panjang

    dengan lika-liku pemasaran yang lebih

    kompleks, maka diperlukan penanganan-

    penanganan yang lebih kompleks pula

    atau melibatkan teknologi yang lebih

    banyak dan jumlah yeng lebih besar dari

    faktor manusia dan ekonomi.

    .

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    27/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -1

    KEMUNDURAN PRODUK

    BUAH DAN SAYUR

    SEGARKemunduran produk buah dan

    sayur mulai terjadi begitu setelah panen.

    Kemunduruan adalah batasan yang

    digunakan untuk menggambarkan

    segala perubahan yang mengarah pada

    kehilangan mutu seiring dengan adanya

    perubahan fisiologi, kerusakan mekanis,

    kehilangan air dan segala bentuk

    kerusakan lainnya dari produk.

    Setelah panen, produk secara

    berlanjut melakukan seluruh aktivitas

    hidupnya seperti sebelum dilakukan

    pemanenan. Dikatakan bahwa produk

    buah dan sayur pascapanen adalah

    hidup, merupakan statemen yang

    sederhana, padahal terkandung banyak

    implikasi dengan aktivitas hidup cukup

    rumit dengan berbagai macam stres

    yang dialaminya. Produk segar mulai

    pula menuju kematian segera setelah

    dipisahkan dari tanaman induknya, dia

    hanya mampu menjaga nilai pasarnya

    semasih dia dapat hidup.

    Perhatian para ahli terhadap

    pascapanen buah dan sayur adalah

    memperlambat laju kemunduran dan

    memaksimalkan masa hidupnya.

    Kemunduran atau proses kematian ini

    tidaklah reversible. Akan tetapi, dengan

    aplikasi yang tepat dari teknik pascapanen,

    proses kematian ini dapat diperlambat.

    4.1 Faktor -faktor PemicuKemunduran

    Produk pascapanen dihadapkan

    pada enam bentuk stres utama yangmemacu laju kemunduran yang

    mengakibatkan berkurangnya masa

    simpan. Pemacu tersebut adalah:

    Hilangnya suplai air terhadap produk

    Tidak adanya tingkat sinar untuk

    aktivitas fotosintesis.

    Penempatan pada regim suhu di luar

    normal suhu lingkungannya. Adanya kerusakan mekanis yang

    disebabkan oleh pemanenan.

    Meningkatnya kepekaan dari serangan

    mikroorganisme pembusuk mulai

    panen dan selama penanganan

    pascapanennya.

    4.1.1 Hilangn ya Suplai Air

    Semasih produk melekat pada

    tanaman induknya, produk tersebut

    mendapatkan suplai air yang diserap

    melalui sistem perakarannya. Air ini

    4

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    28/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -2

    kemudian didistribusikan ke seluruh

    struktur tanaman (melalui jaringan

    xylem). Di lain pihak, air yang disuplai

    secara berlanjut dilepaskan lagi melaluiproses transpirasi. Saat panen, suplai

    air tersebut mulai terhenti, namun

    transpirasi masih tetap berlangsung.

    Kebanyakan produk buah dan sayurn

    dibentuk oleh air yang banyak (>80%),

    bahkan pada beberapa produk, seperti

    selada dan seladri batang, kandungan

    airnya sampai 95%. Hanya 2-3% dari airtersebut digunakan untuk proses

    biokimia dan menjaga turgiditas dari sel-

    sel. Turgiditas mencerminkan

    kandungan air sel. Turgiditas sangat

    penting sebelum dilakukan pemanenan

    dalam menyediakan dukungan mekanis;

    untuk ketegarannya setelah panen,

    untuk komponen mutu sepertikeberairan(juiceness), kerenyahan (crispness) dan

    kenampakan (appearance). Transpirasi

    setelah panen menyebabkan

    pengkerutan dan pelayuan, sehingga

    menurunkan mutu produk.

    4.1.2 Tidak Adanya Tingkat Sinar

    untuk Aktivitas Fotosintesis

    Setelah panen, produk dikemas

    dalam suatu kemasan, kemudian

    ditempatkan di dalam ruang pendingin

    atau kendaraan transportasi yang gelap

    atau mempunyai intensitas sinar yang

    rendah. Kondisi ini mencegah proses

    fotosintesis, yang merupakan mekanisme

    tanaman untuk memperoleh makanan.

    Sebagai akibatnya, tidak terjadi produksimakanan setelah pemanenan.

    4.1.3. Penempatan pada Kondisi diluar

    Kondisi Suhu Normalnya

    Ketika produk masih melekat pada

    tanaman induknya, dia dihadapkan pada

    pola perubahan suhu yang normal

    (siang/malam). Suhu di mana produk

    diekspos sebelum panen sangat berbeda

    dengan regim suhu selama periode

    pascapanennya. Suhu selama

    pascapanennya dapat menyebabkan

    percepatan kemunduran.

    4.1.4 Kerusakan Mekanis yang

    Disebabkan oleh Pemanenan.

    Proses pemanenan menyebabkan

    kerusakan mekanis, menyebabkan produk

    menjadi stress dan perubahan rekasi

    metabolisme. Produk secara alami akan

    memproduksi etilen sebagai respon

    adanya kerusakan. Etilen adalah hormon

    tanaman yang mengendalikan fase

    pelayuan (atau kematian) di dalam

    tanaman. Pada produk buah dan sayursetelah panen, peningkatan produksi etilen

    akan mengakibatkan peningkatan laju

    kemunduran atau kelayuan, yang sangat

    tidak diinginkan.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    29/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -3

    4.1.5 Menin gkatnya Kepekaan dari

    Serangan Mikroo rganisme Patogenik

    Kondisi alami produk buah dan

    sayur, bahwa saat panen pada

    permukaannya dilabuhi oleh berbagai

    spesies microorganisme (selain infeksi

    laten), baik patogenik mapun

    nonpatogenik. Kebanyakan pathogen

    tidak agresif menyerang produk segar,

    mereka membutuhkan entry site untuk

    menginvasi jaringan dan melakukan

    infeksi. Panen akan mengkreasi

    berbagai tempat dari patogen untuk

    melakukan invasi, seperti adanya

    kerusakan mekanis, fisiologi dan

    kerusakan karena insekta. Semakin

    banyak kerusakan-kerusakan tersebut,

    maka semakin tinggi kepekaannya

    terhadap infeksi mikroorganisme.

    4.2 Karakteristik Umum Produk

    Pascapanen

    Semua produk pascapanen buah

    dan sayur adalah berupa bagian

    tanaman hidup. Pengertian hidup

    mencerminkan bahwa produk tersebut

    masih melakukan proses fisiologi

    normalnya. Proses fisiologi yang terjadi

    meliputi fotosintesis, respirasi, transpirasi

    dan pelayuan.

    4.2.1 Fotosintesis

    Fotosintesis adalah suatu proses

    pada tanaman hijau untuk merubah

    Gambar 4.1. Siklus fotosintesis dan respirasi didalam tanaman.

    energi matahari, dengan ketersediaan CO2

    dan H2O menjadi karbohidrat dan O2

    (Gambar 4.1). Proses ini hanya bisa

    terjadi bila ada sinar. Sinar tersebut harus

    dengan intensitas tinggi untuk bisa

    terjadinya fotosintesis yang aktif. Pada

    fase pascapanen, sinar sering ditiadakan

    atau ada sinar, tetapi jauh di bawahintensitas yang dapat digunakan untuk

    fotosintesis. Dari pandangan pascapanen,

    fotosintesis atau produksi karbohidrat

    berhenti pada saat pemanenan. Ini berarti

    bahwa proses hidup yang terjadi setelah

    panen harus menggunakan karbohidrat

    cadangan yang terbatas jumlahnya dan

    terus menurun jumlahnya selama periodepascapanen. Karena produk segar yang

    dimakan adalah memanfaatkan

    karbohidratnya, sehingga berkurangnya

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    30/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -4

    karbohidrat tersebut harus diminimalkan.

    4.2.2 Respirasi

    Respirasi dijadikan sebagai

    indikator dari aktivitas metabolismedalam jaringan. Aktivitas ini memecah

    karbohidrat yang diproduksi selama

    proses fotosintesis dengan ketersediaan

    O2 yang menghasilkan CO2, H2O dan

    energi. Proses ini tidak memerlukan air,

    dan terjadi siang-malam. Tujuan dari

    teknik pascapanen adalah menurunkan

    laju respirasi yang berarti pula

    menurunkan perombakan karbohidrat,

    Respirasi setelah panen haruslah

    dipandang sebagai berikut:

    Karbohidrat tersimpan yang

    dihasilkan oleh proses fotosintesis

    tidak lagi dihasilkan (pada

    kebanyakan produk) setelah panen.

    Karena itu penggunaan karbohidrat

    setelah panen akan menurunkan nilai

    produk sebagai sumber karbohidrat

    dan beberapa perubahan mutu akan

    terjadi.

    Oksigen (O2) dibutuhkan untuk

    proses respirasi. Suplai O2 harus

    dijaga untuk tetap terjadi ke dalam

    sel produk jika diinginkan produk

    tersebut masih tetap hidup.

    Karbondioksida (CO2) dihasilkan.

    Gas ini harus dilepaskan, biasanya

    dengan pengaturan ventilasi yang

    baik.

    Air (H2O) dihasilkan. Air ini

    berpengaruh terhadap komposisi dan

    tekstur dari produk.

    Respirasi memproduksi panas.

    Setiap gram berat molekul glukosa yang

    direspirasikan menghasilkan 673 joules

    energi panas. Panas yang dihasilkan ini

    menyebabkan masalah selama

    pendistribusian produk buah dan sayur

    tersebut.

    Respirasi sangat tergantung pada

    suhu (Gambar 4.1). Awal peningkatanrespirasi sejalan atau linier dengan

    peningkatan suhu (mulai dari 0oC). Ini

    menunjukkan peningkatan laju respirasi

    yang signifikan sejalan dengan mening-

    katnya suhu. Hardenburg et al. (1986)

    mengatakan bahwa setiap peningkatan

    suhu 10oC, laju respirasi secara kasar

    meningkat 2 3 kali. Jika suhu meningkat

    di atas 30oC, grafik menjadi mendatar,

    memperlihatkan peningkatan laju respirasi

    yang kecil. Jika produk di ekspos pada

    suhu sekitar 45oC atau lebih tinggi, produk

    mulai mati dan respirasi mulai terhenti atau

    menurun cepat menuju kematian. Hal ini

    menunjukkan, semakin tinggi suhu produk

    (tanpa membunuh produk), kecepatan

    respirasi dipercepat dan kemunduran

    dipercepat pula. Sebaliknya, semakin

    rendah suhu produk (tanpa membekukan

    produk), semakin rendah pula laju

    respirasi.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    31/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -5

    Gambar 4.1. Hubungan suhu dengan laju

    respirasi

    dan laju kemunduran akan diperlambat

    pula.

    Jaringan tanaman muda

    mempunyai laju respirasi lebih tinggi

    dibandingkan dengan yang telah dewasa.

    Produk seperti brokoli, jagung manis,

    asparagus, buncis polong hijau dan

    bunga potong mempunyai laju respirasi

    yang tinggi. Laju respirasi untuk setiap

    produk tersebut ditentukan oleh suhu dari

    produk tersebut.

    Beberapa produk mempunyai laju

    respirasi moderat (kentang, bawang,

    anggur, lemon, tomat), sementara biji-

    bijian kering dan kurma mempunyai laju

    respirasi yang sangat rendah. Tabel 4.1

    memperlihatkan laju respirasi berbagai

    produk buah dan sayur setelah dipanen.

    Ada dua pola umum respirasi

    dijumpai pada buah selama fase

    pemasakannya. Yang pertama adalah

    pola klimakterik dan yang kedua adalahnon-klimakterik. Karakteristik pola

    respirasi klimakterik dicirikan oleh adanya

    peningkatan signifikan laju respirasi saat

    mulainya proses pemasakan (ripening).

    Peningkatan berlanjut sampai tercapainya

    puncak klimakterik. Buah yang menun-

    jukkan pola respirasi ini dapat dilihat pada

    Tabel 4.2.

    Sayuran sering dipanen dari

    tanaman induknya sebelum siklus

    perkembangan hidupnya penuh (seperti

    selada, mentimun, asparagus, wortel).

    Kebanyakan kelompok sayuran tidak

    mempunyai periode pemasakan dan tidak

    menunjukkan peningkatan respirasi tiba-

    tiba seperti halnya pola klimakterik.

    Tomat, paprika dan melon walau

    diklasifikasikan sebagai sayuran, namun

    melakukan proses pemasakan.

    4.2.3 Transpirasi

    Transpirasi adalah proses fisik di

    mana uap air lepas dari jaringan tanaman

    berevaporasi ke lingkungan sekitar.

    Peranan dari transpirasi adalah

    melepaskan air ke luar struktur tanaman

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    32/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -6

    Tabel 4.1. Klasifikasi buah dan sayuran berdasarkan laju respirasinya.

    Laju sangattinggi

    Laju tingg i Laju moderat Laju rendah Laju sangatrendah

    AsparagusBrokoliJamurPeaSpinachJagung manis

    AlpokatArtichokeBlueberryBrussel Sprout

    Bunga kolBunga potongBuncis hijauRaspberryBawang preStrawberI

    AprikotpisangSawiPaprikawortelCherryFig

    SeladaNectarinePeachPearPlum

    Kentang mudaTomat

    ApelJerukBawang putih

    AnggurBuah kiwiBawang merahKetangdewasaUbi jalar

    Kacang-kacanganKurma

    Tabel 4.2. Buah-buah yang tergolong klimakterik dan non-klimakterik.

    Buah Klimakterik Buah non-kli makterikPome fruit(apel dan pear)Stone fruit (apricot, peach, necrarine,plum)

    AlpokatPisangFigBuah kiwiManggaRockmelon

    Tomat

    Berries (strawberry, blackberry)CherryMentimunTerung

    AnggurJerukLeciPaprikaNenas

    untuk mengatur suhu bahan tetap

    normal melalui proses pendinginan

    eveporatif. Proses fisiologis ini

    menggunakan energi dari respirasi

    untuk merubah air menjadi uap air.

    Ingat perubahan stadia dari cair

    menjadi gas adalah membutuhkan

    energi. Transpirasi, secara prinsip

    terjadi pada daun melalui struktur yang

    dinamakan stomata. Sebagai proses

    yang tipikal yang terjadi pada jaringan hidup,

    transpirasi dipengaruhi oleh aktivitas

    fisiologis produk.

    4.2.4 Pelayuan

    Perkembangan buah dan sayuran

    dapat dibagi menjadi tiga stadia fisiologisutama setelah perkecambahan. Ketiga

    stadia tersebut adalah Pertumbuhan,

    Pendewasaan, dan Pelayuan.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    33/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -7

    Pertumbuhan meliputi

    pertambahan dalam ukuran dan bahan

    kering; Pendewasaan tumpang tindih

    dengan Pertumbuhan dan melibatkan

    berbagai aktivitas; Pelayuan meliputi

    pemecahan bahan kering. Pelayuan

    adalah proses fisiologis khusus

    mengakibatkan degradasi molekul

    dengan struktur yang komplek. Tanda-

    tanda Pelayuan dapat meliputi

    pemecahan klorofil, serta absisi daun

    dan petala. Pelayuan dalah termasuk

    atau bagian dari kemunduran.

    4.3 Pengaruh Suhu

    Ada enam pengaruh suhu

    langsung terhadap kemunduran yaitu:

    Laju respirasi ditentukan oleh suhu

    produk.

    Laju kehilangan air dari produk

    pascapanen adalah secara

    langsung dipengaruhi oleh suhu

    lingkungan di mana produk tersebut

    ditempatkan.

    Suhu produk mempengaruhi

    seluruh aktivitas metabolisme

    dalam jaringan meliputi pula sintesa

    gas etilen, dan aktivitasnya, sertasensitivitasnya bila di ekspos

    dengan sumber etilen eksternal.

    Suhu lebih rendah akan

    mengendalikan banyak mikroorga-

    Gambar 4.2. Pola respirasi non-klimakterik(atas) dan klimakterik (bawah).

    nisme penyakit yang menyebabkan

    pembusukan.

    Suhu rendah akan menurunkan aktivitas

    insekta dan dalam jangka waktu yang

    cukup lama dapat membunuh insek

    tersebut.

    Suhu lingkungan dan suhu produk akan

    menentukan besarnya pertumbuhan dan

    perkembangan setelah panen.

    4.4 Pengaruh Gas Lingkungan

    Ada empat jenis gas penting dalam

    periode pascapanen produk buah dan sayur.

    Gas-gas tersebut adalah oksigen (O2),

    karbon dioksida (CO2), etilen (C2H4) dan uap

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    34/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -8

    air (H2O). Udara normal adalah terdiri

    atas 78% Nitrogen, 21% oksigen,

    0.03% Karbondioksida dan volatil-

    volatil lainnya (meliputi etilen) yang

    jumlahnya sekitar 1%.

    Pergerakan gas masuk-keluar

    produk adalah proses difusi sederhana.

    Sebagai contoh, uap air akan bergerak

    baik ke luar dan ke dalam produk

    sepanjang waktu. Kehilangan akan

    terjadi bila konsentrasi molekul uap air

    di dalam produk adalah lebih besar

    dibandingan dengan lingkungan udara

    sekitar. Umumnya, produk mempunyai

    kondisi hampir jenuh (97% RH).

    Dengan demikian, bila udara

    lingkungannya mempunyai 97% RH,

    maka akan tidak terjadi kehilangan air,

    karena laju uap air menuju keluar akan

    sama dengan laju uap air masuk ke

    dalam. Akan tetapi, kelembaban

    relative (RH) lingkungan luarumumnya

    jauh lebih kecil. Oleh karenanya,

    produk buah dan sayur umumnya

    mengalami kehilangan air dan besar-

    kecilnya adalah tergantung pada

    perbedaan RH di dalam dan di luar

    produk.

    Laju difusi gas dikendalikan oleh:

    Perbedaan konsentrasi antara

    lingkungan dalam produk dan

    lingkungan luar (dalam kemasan

    atau ruang pendingin). Semakin besar

    perbedaan konsentrasinya, semakin

    besar laju difusi gas dari konsentrasi

    tinggi ke konsentrasi rendah.

    Pergerakan udara akan mempengaruhi

    difusi keseluruhan gas yang berdekatan

    dengan permukaan produk.

    Tekanan udara mempengaruhi laju

    difusi gas. Dengan menurunnya tekanan

    udara, maka laju difusi meningkat.

    Kehilangan air akan lebih signifikan selama

    transportasi udara.

    Produk menghasilkan CO2 melalui

    proses respirasi yang berdifusi ke luar, dan

    O2 yang digunakan dalam proses ini

    berdifusi ke dalam jaringan tanaman. Etilen

    dapat berdifusi dalam dua arah. Jika buah

    klimakterik mengalami pemasakan dan

    memproduksi banyak gas etilen yang

    berdifusi keluar, produk lainnya yang

    disimpan bersamaan dengan buah yang

    mengalami pemasakan tersebut akan

    memberikan respon negatif. Dengan kata

    lain, proses pengendalian pemasakan

    seperti pada buah pisang, adalah

    berdasarkan perlakuan etilen yang

    didifusikan ke dalam produk untuk memacu

    proses pemasakan.

    4.4.1 Pengaruh Respirasi

    Proses fisiologi respirasi telah

    dijelaskan sebelumnya. Suplai O2 harus

    tetap dijaga pada produk dalam keseluruhan

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    35/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -9

    fase pascapanennya, untuk

    melanjutkan proses hidupnya. Karena

    respirasi adalah reaksi bolak-balik,

    maka memungkinkan mengatur

    konsentrasi O2di lingkungan atmsfera

    sekitar produk untuk memanipulasi laju

    difusi dan mempengaruhi laju

    respirasinya. Hal yang sama, jumlah

    CO2di lingkungan sekitar produk dapat

    ditingkatkan untuk mengurangi laju

    difusinya keluar dari produk yang

    berakibat pada reaksi respirasi yang

    berbalik.

    Produk buah dan sayur segar

    beragam dalam hal toleransinya

    terhadap peningkatan CO2 dan

    penurunan O2. Hal di atas adalah

    pengetahuan dasar yang digunakan

    untuk pengendalian atau modifikasi

    atmosfer dalam penyimpanan atau

    pengemasan.

    4.4.2 Pengaruh Etilen

    Etilen adalah hormon tanaman

    alami yang penting pengaruhnya

    terhadap pelayuan dan pemasakan dari

    buah klimakterik. Ada beberapa

    karakteristik etilen yang perlu

    dipertimbangkan bila menguji

    pengaruhnya terhadap penampilan

    produk pascapanen buah dan sayur

    segar. Etilen adalah;

    .gas volatil; secara fisiologis aktif

    dengan konsentrasi sangat rendah

    (0.01 ppm), memacu respon

    kebanyakan jaringan;

    autokatalitik, artinya saat

    produksinya mulai dirangsang, maka

    laju produksinya akan terus

    meningkat dengan laju peningkatan

    tertentu (seperti bola salju

    menggelinding dari bukit);

    diproduksi di dalam tanaman (etilen

    endogenous). Faktor yang

    mempengaruhi laju produksinyaadalah varietas, stadia kematangan,

    suhu, konsentrasi O2 dan CO2, dan

    dapat pula disebabkan oleh berbagai

    bentuk pelukaan;

    terdapat dilingkungan luar tanaman

    (etilen exogenous) dan akan

    memacu produk untuk menghasilkan

    etilen endogenous.

    Buah klimakterik dapat dipacu

    kemasakannya dengan mengekpos produk

    pada sumber etilen exogenous. Proses ini

    dinamakan Pengendalian Pemasakan. jika

    buah klimakterik telah mulai masak, buah

    tersebut menghasilkan etilen dalam jumlah

    cukup banyak. Etilen yang dihasilkan

    tersebut, dapat memulai proses pemasakan

    produk buah klimakterik yang sedang

    matang atau belum masak atau

    meningkatkan kemunduran mutu produk

    yang sensitive etilen. Karena itu, di dalam

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    36/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -10

    transportasi atau penyimpanan, buah

    klimakterik yang mengalami

    pemasakan sebaiknya tidak

    ditempatkan bersamaan dengan

    produk lainnya yang sensitive terhadap

    etilen.

    Sumber etilen eksternal dapat

    berasal dari hasil pembakaran minyak

    kendaraan bermotor, lampu

    fluorescence, bahan tanaman yang

    membusuk, aktivitas mikroorganisme,

    bakaran rokok, buah yang mengalami

    pemasakan, dan produk dengan luka

    mekanis.

    4.5 Kehilangan Air

    Seperti disebutkan sebelumnya,

    kebanyakan produk buah dan sayur

    mempunyai kandungan air tinggi,

    sehingga setelah dipanen sangatlah

    peka terhadap kehilangan air sejalan

    dengan pemisahan dirinya dari sumber

    suplai air, yaitu tanaman induknya.

    Kehilangan air dapat

    mengakibatkan susut produk secara

    qualitatif dan kuantitatif. Mengurangi

    penampakan karena pelayuan dan

    pengkerutan, mengurangi sukulensi

    karena penurunan turgiditas,

    berkurangnya kerenyahan dan

    hilangnya juiceness, semuanya adalah

    kehilangan kualitatif. Untuk produk-

    produk yang dijual berdasarkan berat,

    kehilangan air adalah bersifat kuantitatif.

    Kehilangan air sekitar 5% untuk sayuran

    daun dan sekitar 10% untuk produk seperti

    apel dan kentang berpengaruh terhadap

    potensi pasarnya.

    Laju kehilangan air tergantung pada:

    Kealamiahan dan kondisi dari

    permukaan produk

    Rasio luas permukaan dan volume

    produk

    Kondisi lingkungan

    4.5.1 Kon disi Alami Permukaan Produk

    Kulit atau sistem dermal produk mempunyai

    pengaruh besar terhadap laju kehilangan air

    setelah panen. Beberapa produk tidak

    mempunyai kulit, seperti jamur pangan,

    sementara produk lainnya mempunyai

    sistem dermal alami yang beragam.

    Keragaman tersebut terkait dengan

    ketebalan permukaan dan bahan kimia alami

    penyusunnya. Ke dua kondisi tersebut

    mempengaruhi laju kehilangan air. Untuk

    produk yang masih muda, sistem dermalnya

    mungkin sangat tipis. sedangkan jaringan

    lebih dewasa, jaringan dermalnya lebih tebal

    dan mempunyai penebalan sekunder seperti

    lapisan lilin (lapisan lilin dengan jaringan

    kutin disebut kutikula atau cuticle) yang

    secara alami dibentuk oleh produk itu

    sendiri. Pelapisan lilin dapat dilakukan

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    37/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -11

    secara buatan sebagai bagian dari

    perlakuan pascapanen.

    Struktur anatomi permukaan

    produk, seperti stomata, lentisel dan

    hidatoda, yang merupakan bukaan

    alami, dapat pula mempengaruhi

    kehilangan air. Struktur transpirasi

    stomata terdapat pada sayur-sayuran

    daun. Untuk produk yang tidak

    mempunyai stomata, seperti tomat,

    semua kehilangan air setelah panen

    melalui tangkai buah yang tertinggal

    saat pemanenan. Untuk buah jeruk

    yang dilapisi dengan baik oleh lilin

    alami, maka pori-pori terbuka dari

    lentisel, adalah bukaan alami terjadinya

    evaporasi air dari dalam buah.

    Berbagai bentuk kerusakan atau

    pelukaan akan merusak barier alami

    yang menghalangi kehilangan air

    produk. Pelukaan-pelukaan tersebut

    meningkatkan laju kehilangan air.

    Kerusakan mekanis yang merusak

    bagian dari sistem dermal mening-

    katkan kehilangan air melalui evaporasi

    langsung dari dalam produk ke luar

    produk.

    4.5.2 Rasio Luas Permukaan danVolume Produ k

    Rasio luas permukaan dan

    volume adalah menentukan laju

    kehilangan air produk. Semakin besar

    rasio tersebut, semakin besar kehilangan

    airnya. Produk yang mempunyai rasio luas

    dengan volume tinggi adalah Jamur pangan,

    brokoli, dan semua produk sayuran daun.

    Jeruk kecil akan kehilangan air lebih cepat

    dibandingkan dengan yang besar. Semakin

    kecil buah jeruk tersebut, semakin tinggi

    rasio luas area dan volumenya.

    4.5.3 Lin gkungan Luar Produk

    Suhu, RH, pergerakan udara dan

    tekanan udara adalah empat komponen

    lingkungan yang berpengaruh terhadap laju

    kehilangan air produk pascapanen. Suhu

    tinggi, RH rendah, pergerakan udara yang

    cepat dan/atau tekanan udara yang

    berkurang akan meningkatkan laju evaporasi

    uap air dari produk.

    Kelembaban relatif (RH) adalah

    batasan umum untuk menggambarkan

    jumlah uap air di dalam udara. Jumlah uapair yang bisa dipegang oleh udara adalah

    tergantung pada suhu. Udara semakin

    hangat dapat memegang air lebih banyak.

    Contohnya, udara pada 30oC dan 90% RH

    adalah lebih kering dibandingkan dengan

    udara pada 20oC dan 90% RH, sederhana

    karena dapat memegang uap air lebih

    banyak.

    Kita dapat menentukan potensi

    lingkungan yang berakibat terhadap

    terjadinya dehidrasi produk segar dengan

    melihat defisit tekanan uap air (Vapour

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    38/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -12

    pressure deficit = VPD). Jika VPD

    meningkat dua kali, maka kehilangan

    uap air akan dua kali pula. Perhitungan

    VPD dapat dilakukan dengan

    menggunakan Psychrometric Chart.

    Pergerakan udara sekitar produk

    pascapanen hendaknya diminimalkan

    kecuali bila produk didinginkan secara

    cepat (seperti pada forced-air cooling).

    Semakin banyak udara bergerak

    sekitar produk dan semakin besar

    velositasnya, semakin banyak air yang

    hilang.

    Jika udara digunakan untuk

    mendinginkan produk, maka velositas

    udara harus dikurangi sesegera setelah

    pendinginan tercapai. Produk yang

    telah dingin di dalam lingkungan

    penyimpanan dingin hanya

    memerlukan tingkat pergerakan udara

    yang rendah; cukup untuk melepaskan

    panas respirasi yang akan diproduksi

    oleh produk pada suhu penyimpanan

    tersebut. Semakin mendekati suhu

    penyimpanan 0oC, semakin rendah

    jumlah panas respirasi yang dihasilkan.

    Tekanan udara dapat

    mempengaruhi laju kehilangan air

    produk. Hal ini sering menjadi

    perhatian saat dilakukan pengiriman

    menggunakan kapal udara. Uap air

    menguap lebih cepat pada tekanan

    udara lebih rendah.

    4.6. Pengaruh Sinar

    Dalam kebanyakan sistem

    penanganan pascapanen, sinar mungkinada tetapi tidak selalu dalam intensitas yang

    cukup untuk melakukan aktivitas

    fotosintesis. Hal ini menunjukkan bahwa

    setelah panen tidak ada karbohidrat yang

    diproduksi dan aktivitas respirasi justru

    menggunakan sumber karbohidrat

    cadangan. Praktek penanganan

    pascapanen yang baik akan memperlambatpenggunaan karbohidrat cadangan.

    4.7 Pelukaan dan Kerusakan

    Seluruh produk buah dan sayur sensitif

    terhadap berbagai pelukaan dan perusakan

    setelah panen. Besar kecilnya kerusakan

    beragam antar produk, kematangan dan

    kadar air, sistem penanganan, bentuk

    kemasan yang digunakan dan kondisi dari

    produk. Ada empat bentuk kerusakan

    utama, yaitu kerusakan mekanis, kerusakan

    patologis, kerusakankarena insek dan tikus

    dan kerusakan fisiologis.

    4.7.1 Kerusakan Mekanis

    Kerusakan mekanis sering terjadi

    dalam pemasaran produk buah dan sayur.

    Kerusakan mekanis menurunkan mutu dan

    daya jual produk melalui perubahan

    penampakan visual, meningkatnya laju

    kemunduran dan kehilangan air, serta

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    39/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -13

    meningkatnya kepekaan terhadap

    pembusukan.

    Ada tiga bentuk kerusakan mekanis,

    yaitu benturan (impact), tekanan

    (compression) dan getaran (vibration).

    Kerusakan akibat benturan dapat terjadi,

    karena produk dijatuhkan pada produk

    lainnya atau pada permukaan keras.

    Kerusakan benturan sering terjadi oleh

    ketinggian jatuhan dalam pemanenan dan

    pengemasan, penanganan manual, serta

    tidak adanya forklift atau forklif tidak

    beroperasinya dengan baik. Kerusakan

    karena tekanan dapat terjadi akibat terlalu

    banyaknya produk dimasukkan ke dalam

    satu kemasan. Penumpukan kemasan

    terlalu tinggi di mana kemasan itu sendiri

    tidak mampu menopang berat di atasnya

    menyebabkan kerusakan mekanis yang

    umum terjadi pada produk buah dan sayur

    segar di negara-negara sedang

    berkembang. Pada keadaan penumpukan

    ini, yang menopang berat di atasnya

    adalah produk yang terdapat di dalam

    kemasan di bawahnya, bukan

    kemasannya.

    Kerusakan karena getaran umumnya

    adalah superficial (di bawah permukaan),

    menyebabkan abrasi pada permukaan

    produk. Bila sel-sel rusak, maka cairan sel

    bocor ke luar dan kontak dengan udara

    dan O2, menyebakan warna coklat pada

    permukaan buah. Penggunaan alas plastik

    atau gabus dengan lekukan-lekukan untuk

    menempatkan buah, yang ditempatkan di

    dalam kemasan dapat mengurangi

    kerusakan karena getaran. Alas tersebut

    diseleksi dengan usuran lekukan sesuai

    dengan ukuran (diameter) buah.

    4.7.2 Kerusakan Patologis

    Kerusakan dan susut karena

    pembusukan untuk produk segar cukup

    tinggi. Kerusakan ini terutama berakibat

    terhadap penurunan mutu. Kebanyakan

    infeksi yang dilakukan oleh

    mikroorganisme patogenik adalah melalui

    jaringan yang rusak secara mekanis (luka

    atau kulit yang tertusuk). Dengan

    demikian, metode penanganan setelah

    panen akan sangat menentukan besar-

    kecilnya pembusukan pascapanen.

    Pembusukan pascapanen untuk produk

    segar umumnya disebabkan oleh jamur

    dan bakteria. Untuk buah-buahan,

    umumnya yang menyerang adalah jamur

    sedangkan sayur-sayuran adalah bakteri.

    Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pH

    buah-buahan yang umumnya di bawah

    4.5, yang menghambat kebanyakan

    bakteri pembusuk.

    4.7.3 Kerusakan Karena Insekta danTikus

    Keruskan akibat serangan insekta

    dan rodent atau tikus sangat

    mempengaruhi penampakan produk.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    40/111

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    41/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -15

    Penyimpanan

    Transit RusakRusak suhuBeku Rusak chilling Pemasakan tin ggi

    _______0_______5_______10_______15_______20_______25_______30_______35____

    Suhu (oC)

    Gambar 4.3. Pintu suhu untuk produk buah dan sayur

    pada suhu mingin, dan sensitivitas

    produkt. Suhu aktual penyebab

    kerusakan adalah sangat spesifik

    tergantung produk. Contohnya, nenas

    mengalami chilling injurydi bawah suhu

    15oC dan tomat hijau pada suhu

    12.5oC. Varietas yang berbeda untuk

    produk yang sama dapat

    memperlihatkan sensitivitas berbeda

    terhadap chilling injury.

    Tanda-tanda chilling injury;

    peningkatan kerusakan oleh

    mikroorganisme,

    diskolorasi internal dan

    eksternal,

    lekukan permukaan yang kecil

    (pitting) karena kepekaannya

    terhadap kehilangan air,

    kemasakan tidak beraturan atau

    gagal untuk masak,

    perubahan tekstur,

    off-flavordan off-odor,

    berkurangnya nilai nutrisi.

    Kerusakan karena suhu beku

    tergantung pada bahan terlarut pada cairan

    sel. Cairan produk yang mendekati seperti

    air, contohnya selada dan seladri batang,

    akan membeku sekitar 0.5oC, sedangkan

    buah yang matang penuh dan masak

    (dengan kandungan gula tinggi) dapat

    membeku di bawah suhu tersebut.

    Umumnya produk mulai membeku antara 0

    sampai 2oC. Saat terjadinya pembekuan,

    air intraselular atau ekstraselular membeku

    dan mengembang atau bertambah

    volumenya, yang merusak dinding sel. Saat

    thawing, produk menjadi terdesintegrasi dan

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    42/111

    KEMUNDURAN PRODUK BUAH DAN SAYUR SEGAR 4 -16

    menjadi seperti kantong air.

    Defisiensi Nutrisi-Mineral. Sayur-

    sayuran juga mengalami kerusakan

    fisiologis yang sering berhubungan

    dengan defisiensi nutrisi-mineral selama

    pertumbuhannya di kebun. Identifikasi

    satatus unsur hara atau nutrisi terutama

    mineral dalam tanah sangat penting

    untuk melakukan pemupukan sesuai

    dengan kebutuhan pertumbuhan yang

    optimal serta membentuk mutu yang baik

    dari bagian tanaman yang dipanen.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    43/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -1

    PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN

    PPPAAASSSCCCAAAPPPAAANNNEEENNNPPPRRROOODDDUUUKKK

    BBBUUUAAAHHHDDDAAANNNSSSAAAYYYUUURRRKarakteristik alami produk buah

    dan sayur segar pascapanen adalah

    adanya berbagai macam bentuk stress

    yang dialami produk segar tersebut

    begitu dilepaskan dari tanaman induknya

    atau dilepaskan dari kondisi normal

    lingkungan hidupnya. Kebutuhanmanusia akan produk segar yang

    bermutu dan masih layak untuk

    dikonsumsi, menuntut pengelolaan

    stress yang dilakukan sedemikian rupa

    sehingga produk tersebut masih mampu

    mempertahankan hidupnya yang

    direfleksikan dalam bentuk

    kesegarannya dan perubahan minimal

    mutu nutrisinya. Pengelolaan stress ini

    juga dilakukan untuk memperpanjang

    masa simpan dan masa pasar.

    Pengendalian suhu adalah cara

    yang paling penting untuk menjaga mutu

    produk buah dan sayur pascapanen.

    Dengan pengendalian suhu yang baik

    maka segala aktivitas dalam produk

    yang menuju pada kerusakan atau

    kematian dapat diperlambat. Perlakuan-

    perlakuan pascapanen adalah hanyalah

    prosedur tambahan untuk mengoptimal-

    kan pengaruh suhu terhadap

    penghambatan kerusakan pada produk.

    Walaupun perlakuan pascapanen (di luar

    perlakuan suhu) secara sendiri mampu

    menghambat perubahan-prubahan

    spesifik pada produk, namun hambatan

    tersebut tidaklah seoptimal biladigabungkan dengan pengendalian

    suhu. Pada tulisan ini, akan dijelaskan

    tentang pengelolaan suhu dan prosedur-

    prosedur tambahan di dalam

    pengelolaan produk.

    5.1 Pengelolaan Suhu

    Pengelolaan suhu dapat dibagi

    menjadi dua fase. Pertama adalah fase

    pendinginan untuk melepaskan panas

    lapang, dan kedua adalah menjaga

    produk pada suhu optimum selama

    penyimpanan dan pendistribusiannya.

    Kebanyakan produk, terutama yang

    mempunyai laju respirasi sangat tinggi,

    memerlukan pendinginan segera setelah

    panen dilakukan untuk memaksimumkan

    retensi mutu dan masa simpan.

    Pengelolaan suhu yang baik mulai dari

    panen dan berlanjut pada periode

    pendistribusiannya akan mampu lebih

    5

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    44/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -2

    memaksimalkan retensi mutu dan masa

    simpan. Suhu optimal akan bervariasi

    untuk masing-masing jenis produk.

    Umumnya, semakin rendah suhu,sampai tidak menimbulkan kerusakan,

    semakin besar pula pengaruhnya

    terhadap:

    Laju respirasi

    Laju kehilangan air

    Aktivitas patologi

    Aktivitas insekta

    Pertumbuhan dan perkembangan

    pascapanen

    Produksi etilen.

    Sebelum kita melihat lebih jauh tentang

    teknik pendinginan, penting untuk

    memahami prinsip-prinsip pendinginan

    pada produk buah dan sayur segar.

    5.2 Prinsip Dasar PendinginanProduk Buah dan sayur

    Pada dasarnya kita mengingin-

    kan laju pendingiann yang cepat dan laju

    penghangatan yang lambat bila menangani

    produk segar. Untuk meyakinkan

    pendinginan yang cepat dan pencegahanpenghangatan, ruang penyimpanan dingin

    harus mampu secara aktif menampung dan

    melepaskan beban panas yang dihasilkan

    dari berbagai sumber panas.

    Panas adalah bentuk energi seperti

    energi sinar, energi kinetik, energipotensial

    dan energi kimia. Energi dapat berubah

    dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi

    total energi di dalam sistem adalah tetap

    konstan. Energi dilibatkan dalam

    perubahan-perubahan fase suatu benda.

    Panas dapat diserap atau dilepaskan bila

    perubahan fase tersebut terjadi.

    Energi panas bergerak dari daerah dengan

    tingkat energi tinggi (panas) ke tingkat

    energi rendah (dingin).

    Gambar 5.1 Prinsip pertukaran panas. Saat bahan berubah dari padat ke cair atau daricair ke gas, panas diserap. Bila bahan berubah dari gas ke cair atau cair ke padat, panasdilepaskan.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    45/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -3

    Selama pendinginan, air dalam

    produk berubah dari cair menjadi gas

    (uap air), menyerap panas dari produk.

    Laju pendinginan sangat ditentukan oleh:

    o Perbedaan suhu produk dan

    pendingin atau coolant.

    o Luasnya kontak yang terjadi antara

    produk dan coolant.

    o Konduktivitas termal dari produk dan

    pengemas

    5.2.1 Perbedaan suhu

    Semakin besar perbedaan suhu

    dari produk dan suhu coolant(udara, air,

    es), semakin cepat laju pendinginan.

    Gambar 5.2 memperlihatkan kurva

    pertukaran panas.

    Kurva pendinginan yang

    ditunjukkan pada gambar di bawah

    mempunyai laju pendinginan awal yang

    cepat, tetapi kemudian kurva mendatar

    akibat berkurangnya perbedaan suhu.

    Sebagai contoh, jika produk mempunyai

    suhu 30oC dan suhu udara dalam ruang

    pendingin adalah 4oC, maka ada

    perbedaan suhu yang tinggi dan terjadi

    laju pertukaran panas yang sangat tinggi,

    seperti ditunjukkan oleh slopedari kurva.

    Namun, ketika perbedaan suhu mulai

    berkurang (contohnya, suhu produk

    menurun menjadi 20oC), maka laju

    pertukaran panas berkurang (seperti

    ditunjukkan oleh slopedari kurva).

    Kurva pemanasan biasanya sebagai

    cermin image dari kurva pendinginan jika

    keseluruhan faktor adalah konstan. Tetapi,

    pada kenyataannya, seluruh faktor tidaklah

    konstan dalam produk buah dan sayur.

    Karena sifat hidup alami produk dan

    kemampuan produk menghasilkan panas

    respirasi, menyebabkan kurva pemanasan

    berbeda dengan kurva pendinginan.

    Produk akan mengalami pemanasan

    kembali lebih cepat dibandingkan bila

    didinginkan karena produk itu sendiri akan

    memberikan kontribusi panas (panas

    respirasi) begitu suhu lingkungan

    meningkat. Bila produk yang dingin

    ditempatkan pada tempat hangat, maka

    kondensat akan terbentuk

    Gambar 5. 2 Kurva pertukaran panas

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    46/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -4

    di bagian permukaan luar produk.

    Proses kondensasi melibatkan uap air

    yang berubah kembali menjadi air

    (cairan), dan melepaskan panas. Panasini akan menghangatkan kembali produk,

    menyebabkan dia berespirasi lebih

    cepat, menghasilkan panas lebih banyak

    dari panas respirasinya sendiri. Dengan

    demikian, produk dapat menghangat

    lebih cepat dibandingkan dengan laju

    pendinginannya.

    5.2.2 Besarnya Kontak

    Lebih banyak terjadinya kontak

    antara produk dengan coolant (air, es

    atau udara), maka laju pendinginan lebih

    cepat. Ada produk didinginkan setelah

    pengemasan. Pendinginan sebagian

    ditentukan oleh akses coolant ke produk

    dalam kemasan. Produk yang

    ditempatkan curah atau dikemas terlalu

    ketat, mengalami pendinginan agak

    lambat, karena kurangnya kontak dari

    coolant terhadap produk. Ventilasi

    kemasan sangat penting, karena

    memungkinkan coolant kontak langsung

    dengan produk. Penumpukan dan

    penyusunan kemasan dapat membantu

    coolant berpenetrasi atau sebaliknya

    juga menghambat penetrasinya.

    Sehingga penyusunan kemasan dalam

    ruang pendinginan menjadi penting.

    Pada suatu sistem di mana udara

    sebagai coolant atau pendingin, Laju

    aliran udara yang tinggi akan

    meningkatkan jumlah udara yangbergerak ke dalam kemasan melalui

    ventilasi. Umumnya, semakin tinggi

    velositas udara, semakin besar kontak

    dan semakin cepat pendinginan.

    Dengan demikian, ketika produk telah

    mencapai suhu dingin yang diinginkan,

    velositas udara harus segera diturunkan

    pada tingkat secukupnya untuklingkungan pendinginan untuk mencegah

    kehilangan air yang berlebihan.

    5.2.3 Konduktivitas Termal

    Konduktivitas termal atau panas

    beragam tergantung pada produk.

    Semakin tinggi konduktivitas termalnya,

    semakin cepat berlangsungnya

    pendinginan.

    Air adalah konduktor yang baik

    dari energi panas dibandingkan dengan

    udara. Contohnya, hydrocooling (air

    sebagai coolant) adalah teknik

    pendinginan yang cepat. Room cooling,

    didasarkan pada konduksi panas melalui

    media udara ke produk dan kemasan.Jaringan berpori (seperti sayuran daun)

    menghantarkan panas lebih cepat

    dibandingkan dengan produk yang padat

    (seperti buah-buahan).

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    47/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -5

    Begitu pula ukuran produk

    mempengaruhi waktu yang dibutuhkan

    untuk menghantarkan energi panas dari

    dalam produk ke permukaan produk di

    mana coolantkontak dengan produk.

    Bahan pengemas umumnya

    penghantar panas yang buruk. Karton

    board penghantar panas yang lambat.

    Polistiren adalah bahan insulator yang

    baik atau tidak menghantarkan panas.

    Jika produk yang hangat ditempatkan

    pada kotak polistiren tertutup, kemudian

    ditempatkan di ruang pendingin, produk

    akan mengalami pemanasan akibat

    panas hasil respirasi dari produk yang

    terperangkap di dalam kotak.

    5.3 Sistem Refrigerasi Mekanis

    Sistem refrigerasi mekanis yang

    digunakan di dalam ruang pendingin

    adalah didasarkan pada prinsip

    sederhana pertukaran panas yang

    dibicarakan sebelumnya, yaitu cairan

    harus menyerap panas untuk berubah

    menjadi gas. Udara hangat dalam ruang

    pendingin bergerak melalui refrigeran

    cair dalam evaporator. Refrigeran cair

    menyerap panas ruang pendingin (yang

    datang dari produk dan sumber panas

    lainnya), merubah refrigeran ke dalam

    bentuk gas. Gas refrigeran kemudian

    bergerak ke luar menuju kompresor, di

    mana gas tersebut dikondensasikan lagi

    ke dalam bentuk cairan, melepaskan

    panas ke luar ruang pendingin.

    Gambar 5.3 Diagram sistem refrigerasi mekanis. Refrigeran cair keluar dari recieverdan melalui evaporator.

  • 8/11/2019 Pasca Panen Buah Sayuran

    48/111

    PENGELOLAAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYUR 5 -6

    5.4 Sumber Panas

    Selama pendinginan, ada

    beberapa sumber panas di mana sistem

    refrigerasi harus bekerja melawannya,

    yaitu:

    o Panas produk (panas lapang dan

    panas respirasi)

    o Panas konduksi

    o Panas inflitrasi

    o Sumber panas lainnya

    5.4.1 Panas Produk

    Panas produk dibentuk oleh duakomponen. Pertama, panas lapang

    produk. Suhu produk saat panen akan

    sama dengan suhu lingkungannya. Bila

    panen dilakukan pada waktu lingkungan

    hangat, maka jumlah panas lapang

    dalam produk cukup tinggi. Kedua,

    panas respirasi. Produk yang berbeda

    mempunyai laju respirasi yang berbeda,dan panas respirasi yang dihasilkan

    berbeda pula. Untuk produk dengan laju

    respirasi sangat tinggi, jumlah panas

    yang dihasilkan dapat 50 kali lebih besar

    dibandingkan dengan produk dengan

    laju respirasi rendah. Untuk

    mengkuantifikasi beban panas respirasi

    selama pendinginan, ragam produk yangdidinginkan harus diidentifikasi. Walau

    suhu produk rendah, mereka masih

    berespirasi dan masih menghasilkan

    panas. Akan tetapi, panas respirasi

    yang dihasilkan dapat diminimumkan

    dengan suhu rendah karena lambatnya laju

    respirasi.

    5.4.2 Panas Konduksi

    Panas di luar ruang pendingin

    dikonduksikan melalui dinding, atap dan

    lantai ke dalam ruang pendingin. Ruang

    pendingin mempunyai dinding dan atap

    terinsulasi untuk meminimumkan beban

    panas konduksi. Disarankan untuk

    menempatkan ruang pendingin, seperti di

    bawah bangunan peneduh untukmengurangi beban panas konduksi. Ruang

    pendingin besar akan mempunyai beban

    panas konduksi tinggi dibandingkan

    dengan ruang lebih kecil, karena luas

    permukaan dinding, atap dan lantai lebih

    besar.

    5.4.3 Panas Inflitrasi

    Saat pintu ruang pendingin terbuka,

    panas akan berinflitrasi ke dalam ruang.

    Jika pintu dibiarkan terbuka dalam periode

    cukup lama, inflitrasi panas ke dalam

    ruangan pendingin a