pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba …
TRANSCRIPT
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
1
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BEI PERIODE 2013-2017)
Maya Dini1), Fipiariny, S2) 1 Program Studi Akuntansi, Polteknik Anika Palembang
email: [email protected] 2 Program Studi Akuntansi, Polteknik Anika Palembang
email: [email protected]
Abstract
This study aims to determine whether or not the influence of Institutional Ownership,
Managerial Ownership, Independent Commissioner, Audit Committee, Company Size and
Profitability in the basic industrial and chemical industry manufacturing companies listed on the
Stock Exchange during 2012-2017. The sample is determined using the purposive sampling method.
The samples obtained were 16 samples. This type of research is quantitative descriptive. Hypothesis
testing uses the method of multiple regression analysis with the help of the SPSS program. The test
results show that Institutional Ownership, Managerial Ownership, Independent Commissioner,
Audit Committee, and Company Size have no effect on earnings management as indicated by a
significance value of 0.05. Balance of Profitability has an effect on earnings management which is
shown a significance value of 0,000 <0,05. Based on the results of the determination test (R2) that
has been done that R2 is 0.170 which means that 17% has an influence with the variables under
study, while the remaining 83% is influenced by other variables besides the variables used in this
study.
Keywords: Institutional Ownership, Managerial Ownership, Independent Commissioner, Audit
Committee, Company Size, Profitability, Profit Management.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan
dan Profitabilitas yang ada di Perusahaan Manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar
di BEI selama tahun 2012-2017. Sampel ditetapkan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sampel yang diperoleh adalah sebanyak 16 sampel. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis regresi berganda dengan bantuan
program SPSS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial , Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba yang ditunjukkan nilai signifikansi 0,05. Sedaangkan Profitabilitas
berpengaruh terhadap manajemen laba yang ditunjukkan nilai signifikansi 0,000<0,05. Berdasarkan
hasil uji determinasi (R2) yang telah dilakukan bahwa R2 sebesar 0,170 yang berarti sebesar 17%
yang memiliki pengaruh dengan variabel yang diteliti, sedangkan sisanya sebesar 83% dipengaruhi
oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Manajemen Laba.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak perusahaan yang telah
menerapkan tata kelola perusahaan (corporate
governance) untuk memenuhi tuntutan bisnis,.
Namun pelaksanaan tersebut hanya sebatas
pada tuntutan regulasi, sementara pada aspek
operasional prinsip – prinsip tata kelola
perusahaan belum sepenuhnya terintegrasi.
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
2
(dalam Hamdani, 2016 : 2-3) , banyak faktor
yang melatarbelakangi terlahirnya tata kelola
perusahaan (corporate governance) diantaranya
adalah sebagai berikut : 1). Sebagai bentuk
kepatuhan terhadap berbagai peraturan yang
mensyaratkan penerapan tata kelola
perusahaan, seperti dari Bank Indonesia,
Menteri Negara BUMN, Bapepam LK dan
otoritas bursa baik di dalam negeri maupun
diluar negeri; 2). Sebagai menifestasi adanya
kesadaran dari pemegang saham dan
manajemen tentang perlunya penerapan tata
kelola persahaan dalam memenuhi tuntutan
bisnis agar tetap tumbuh dan berkembang
dalam iklim persaingan yang semakin
kompetitif.
Perspektif hubungan keagenan
merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Dalam teori
ini dijelaskan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer (agent)
dengan investor (Principal). Konflik
kepentingan antara pemilik dan agen terjadi
karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
sesuai dengan kepentingan principal, sehingga
memicu biaya keagenan (Hamdani, 2016 : 30).
Sebagai agen, manajemen bertanggung jawab
dalam mengoptimalkan keuntungan para
pemilik, namun disisi lain manajer juga
mengoptimalkan kepentingan penuh
kesejahteraan mereka. Sehingga agen
kemungkinan besar tidak terlalu bertindak demi
kepentingan prinsipal.
Banyak kasus tentang manajemen laba
(earnings management) sehingga membuat
laporan keuangan lebih riskan terjadi hingga
tersebar isu – isu sentral, karena adanya pihak –
pihak terkait yang menyalahgunakan laporan
keuangan tersebut. Contoh fenomena
manipulasi laporan keuangan terjadi pada
Kasus PT Inovisi Infracom (INVS) pada tahun
2015, dalam kasus ini Bursa Efek Indonesia
(BEI) menemukan indikasi salah saji dalam
laporan keuangan INVS periode September
2014. Dalam keterbukaan informasi INVS
bertanggal 25 Februari 2015, ada delapan item
dalam laporan keuangan INVS yang harus
diperbaiki. BEI meminta INVS untuk merevisi
nilai aset tetap, laba bersih per saham, laporan
segmen usaha, kategori instrumen keuangan,
dan jumlah kewajiban dalam informasi segmen
usaha. Selain itu, BEI juga menyatakan
manajemen INVS salah saji item pembayaran
kas kepada karyawan dan penerimaan
(pembayaran) bersih utang pihak berelasi
dalam laporan arus kas. Pada periode semester
pertama 2014 pembayaran gaji pada karyawan
Rp1,9 triliun. Namun, pada kuartal ketiga 2014
angka pembayaran gaji pada karyawan turun
menjadi Rp59 miliar. Sebelumnya, manajemen
INVS telah merevisi laporan keuangannya
untuk periode Januari hingga September 2014.
Dalam revisinya tersebut, beberapa nilai pada
laporan keuangan mengalami perubahan nilai,
salah satu contohnya adalah penurunan nilai
aset tetap menjadi Rp1,16 triliun setelah revisi
dari sebelumnya diakui sebesar Rp1,45 triliun.
Inovisi juga mengakui laba bersih per saham
berdasarkan laba periode berjalan. Praktik ini
menjadikan laba bersih per saham INVS
tampak lebih besar. Padahal, seharusnya
perseroan menggunakan laba periode berjalan
yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk
(http://www.bareksa.com, diposting pada: 25
Februari 2015, diakses pada 15 Maret 2018,
pukul 10.15 WIB).
Manajemen dapat menambah nilai
perusahaan menggunakan cara menyingkap
informasi tambahan saat laporan keuangan
melalui peningkatan pengungkapan laporan
keuangan akan mengurangi kesinambungan
keterangan sehingga prospek manajemen akan
melakukan manajemen laba semakin kecil.
Perusahaan manufaktur yang menjalankan
manajemen laba akan membuka lebih sedikit
penjelasan dalam laporan keuangan tersebut
agar tindakannya tidak mudah terdeteksi. Akan
tetapi terdapat potensial sebaliknya, bila
manajemen laba dilakukan untuk maksud
menghubungkan informasi serta meningkatkan
nilai perusahaan, maka seharusnya kaitan yang
timbul adalah positif.
Penelitian ini mengacu pada penelitian
sebelumnya tentang pengaruh tata kelola
perusahaan terhadap manajemen laba. Tujuan
penelitian ini untuk menguji beberapa faktor
yang mempengaruhi manajemen laba tersebut
karena adanya perbedaan dengan penelitian –
penelitian sebelumnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimankah pengaruh corporate
governance terhadap manajemen laba (studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada BEI periode 2013-2017).
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh corporate
governance terhadap manajemen laba (studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada BEI periode 2013-2017).
TINJAUAN LITERATUR
Teori Keagenan (Agency Theory)
Asumsi teori ini menyatakan bahwa
pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan dapat menimbulkan masalah
keagenan (agency problem). Manusia akan
mengutamakan kepentingannya sendiri dari
pada kepentingan orang lain. Oleh karena itu
peran komisaris independen sangat diperlukan
untuk menjamin terpenuhinya kepentingan para
pemilik modal (Hamdani, 2016:30)
Dalam tata kelola perusahaan hubungan
perspektif keagenan sebagai dasar pemikiran
untuk memahami hubungan antara manajer dan
pemegang saham. (Ujiyantho dan Pramuka,
2007 dalam Hamdani, 2016) menyebutkan
bahwa manajemen laba muncul sebagai
dampak masalah keagenan yang terjadi karena
adanya ketidakselarasan kepentingan antara
pemilik (principal) dan manajemen perusahaan
(agent) atau yang disebut dengan agency
conflict. Sebagai agen, manajer secara moral
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik, namun di sisi lain
manajer juga mempunyai kepentingan
memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Sehingga ada kemungkinan besar agen tidak
selalu bertindak demi kepentingan terbaik
prinsipal.
Manajemen Laba (Earnings Management)
Permasalahan tentang manajemen laba
ini bukan hal baru dalam kasus pelaporan
keuangan. Kurangnya kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba mendorong
perusahaan untuk memanipulasi data laporan
keuangannya. Tekanan untuk membuat
keuntungan manajemen menimbulkan praktik
manajemen laba yang mengakibatkan
penurunan kualitas laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
Salah satu cara pendeteksian praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan adalah dengan mengetahui besarnya
discretionary accruals. Akrual merupakan
jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan
untuk mengubah arus kas operasi menjadi laba
bersih perusahaan (Satwika dan Damayanti,
2005 dalam Anggreini, 2011). Akrual
merupakan komponen utama pembentuk laba
dan akrual disusun berdasarkan estimasi-
estimasi tertentu.
(Satwika dan Damayanti, 2005 dalam
Anggreini, 2011) juga menjelaskan bahwa
akrual dibedakan menjadi dua macam yaitu
terdiri dari:
1. Nondiscretionary accrual (Normal Accrual)
yaitu pengakuan akrual yang wajar dan
sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum.
2. Disretionary Accrual (Abnormal Accrual)
yaitu pengakuan akrual yang bebas, tidak
diatur, dan merupakan hasil dari kebijakan
manajemen. Sulistyanto (2008) dalam
Anggraeni (2011) menyatakan bahwa
discretionary accrual merupakan komponen
akrual hasil rekayasa manajerial dengan
memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan
dalam estimasi dan pemakaian standar
akuntansi. Manajemen menggunakan celah
standar akuntansi yang memberikan
kebebasan bagi mereka untuk melakukan
justifikasi menentukan estimasi umur waktu
aset tetap, kebebasan metode depresiasi aset
tetap, menentukan presentase jumlah
piutang tak tertagih, dan menentukan
metode penentuan jumlah persediaan.
Tata Kelola Perusahaan (Corporate
Governance) Perkembangan terbaru membuktikan
bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan
manajemen berjalan dengan efisien. Namun
diperlukan instrumen baru, corporate
governance untuk memastikan bahwa
manajemen berjalan dengan baik Thomas
(2006) dalam Hamdani (2016).
Tata kelola perusahaan diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien,
transparan dan konsisten dengan peraturan
perundang – undangan. Tata kelola perusahaan
merupakan salah satu pilar dalam sistem
ekonomi pasar. Tata kelola perusahaan
berkaitan dengan kepercayaan.
Tata kelola perusahaan adalah rangkaian
proses, kebiasaan, aturan dan intuisi untuk
mengelolah suatu perusahaan atau korporasi.
Menurut Tunggal (2013:149) dalam Asward
dan Lina (2015) corporate governance adalah
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
4
sistem dan struktur untuk mengelola
perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai
pemegang saham serta mengakomodasi
berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan (stakeholders) seperti kreditor,
supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja,
pemerintah dan masyarakat luas.
Menurut Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI, 2001) dalam
Wahyono (2012) corporate governance adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan.
Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen secara efektif untuk mengurangi
tindakan manajemen laba (earnings
management). Kepemilikan institusional
merupakan saham perusahaan yang dimiliki
institusi, pengaruh yang diberikan oleh
kepemilikan institusional sangat penting dalam
menyelaraskan kepentingan manajemen serta
pemegang saham. Kepemilikan institusional
(INST) adalah kepemilikan saham perusahaan
oleh institusi. Kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan
yang lebih besar oleh pihak institusional
sehingga dapat menghalangi perilaku
oportunistik dari para manajer perusahaan
(Kusumawardhani, 2012). Kepemilikan
Institusional diukur dengan persentase jumlah
kepemilikan saham oleh pihak institusi
terhadap jumlah saham yang beredar (Rice,
2016).
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah
kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan, kepemilikan saham manajerial juga
dapat mesejajarkan antara pemegang saham
manajer, karena manajer juga ikut merasakan
langsung manfaat dan manajer juga
menanggung resiko apabila ada kerugian dalam
pengambilan keputusan yang salah.
Kepemilikan manajerial juga dapat
memonitoring dalam memecahkan konflik
agensi antara external stockholders dan
manajemen, karena besar kecilnya jumlah
kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengidentifikasikan adanya
kesamaan antara kepentingan manajemen serta
pemegang saham. Kepemilikan Manajerial
diukur dengan menggunakan skala rasio
melalui persentase jumlah saham yang dimiliki
pihak manajemen dari seluruh modal saham
perusahaan yang beredar (Susiana dan
Herawaty 2007) dalam Guna dan Herawaty
(2010) Persentase kepemilikan manajerial
dapat diukur dengan skala rasio melalui total
saham yang dimiliki manajemen dibagi jumlah
modal saham yang beredar.
Komisaris Independen Komisaris Independen adalah salah satu
peranan penting dalam pengambilan keputusan
dan sebagai monitoring agar terciptanya
perusahaan yang baik. Dewan Komisaris
Independen harus bebas dari kegiatan /
hubungan bisnis dan semacamnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam
bertindak secara independen dalam
pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini,
komisaris independen diukur dengan
menggunakan skala rasio melalui jumlah
komisaris independen dibagi dengan total
anggota komisaris perusahaan (Marlisa, 2016).
Komite Audit Komite audit adalah sekelompok orang
yang dipilih oleh perusahaan terkait untuk
melaksanakan tugas – tugas yang diberikan
perusahaan dalam melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap fungsi
direksi atau untuk membantu auditor dalam
mempertahankan independensinya dalam
mengelolah perusahaan tercatat. Komite audit
dibentuk untuk mengawasi laporan keuangan,
audit eksternal, serta mengamati sistem
pengendalian internal dan mempunyai peranan
yang penting dalam memelihara kredibilitas
proses penyusunan laporan keuangan.
Perusahaan publik maupun BUMN
membentuk Komite Audit karena ingin
membangun perusahaan yang Akuntabilitas dan
Transparan. Berdasarkan Surat Keputusan
menteri BUMN Nomor Per-10/MBU/2012,
tentang persyaratan Komite Audit yang
menyatakan:
1. Memiliki integritas yang baik dan
pengetahuan serta pengalaman kerja yang
cukup dibidang pengawasan / pemeriksaan;
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
5
2. Tidak memiliki kepentingan pribadi yang
dapat menimbulkan dampak negatif dan
benturan kepentingan terhadap perusahaan;
3. Mampu berkomunikasi secara efektif; dan
4. Dapat menyediakan waktu yang cukup
untuk menyelesaikan tugasnya.
Ukuran Perusahaan Menurut Butar dan Sudarsi (2012)
pengertian ukuran perusahaan adalah “Ukuran
perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan
besar/kecilnya perusahaan”. Ukuran perusahaan
adalah suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut
berbagai cara, antara lain total aktiva, log size,
penjualan dan nilai pasar saham. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan
logaritma total aset perusahaan (Santoso dan
Pudjolaksono 2013). Keputusan ketua
Bapepam No. Kep 11/PM/1997 dalam
Kusumawardhani (2012) menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan
aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang
memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus
milyar rupiah, sedangkan perusahaan besar
adalah badan hukum yang memiliki total
aktivanya di atas seratus milyar rupiah.
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba melalui
kemampuan sumber daya yang ada dalam
kegiatan operasional perusahaan seperti
penjualan, kas, dan modal, serta sebagai
indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelolah kekayaan yang dihasilkan
perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan
dapat diukur dengan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak terhadap total asset (Guna
dan Herawaty, 2010).
Kerangka Pemikiran
Dalam model penellitian ini dapat dibuat
alur pemikiran sebagai berikut :
Variabel Independen (X)
Variabel Utama
Kepemilikan Institusional H1
Kepemilikan Manajerial H2
Variabel Dependen (Y)
Manajemen Laba
(Earnings Management)
Komisaris Independen H3
Komite Audit H4
H7
Variabel Kontrol
Ukuran Perusahaan H5
Profitabilitas (ROA) H6
Gambar 1
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap manajemen laba.
: Pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap manajemen laba.
Hipotesis H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap manajemen laba.
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap manajemen laba.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
6
H3 : Komisaris Independen berpengaruh
terhadap manajemen laba.
H4 : Komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba.
H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
H6 : Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
H7 : Good Corporate Governance
(Kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen,
komite audit, ukuran perusahaan dan
profitabilitas) berpengaruh secara
simultan terhadap manajemen laba.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang diambil untuk penelitian ini
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia
pada tahun 2012-2016. Data penelitian ini di
ambil dari situs www.idx.co.id / Bursa Efek
Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan
metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi
pustaka dilakukan dengan mengolah literatur,
artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang
berkaitan dengan topik pembahasan dari
penelitian ini. Sedangkan dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan sumber-
sumber data dokumenter seperti laporan
tahunan perusahaan yang menjadi sampel
penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi
Pengertian Populasi adalah seluruh
kumpulan elemen yang menunjukkan ciri – ciri
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan Sanusi (2017 : 87). Populasi untuk
penelitian ini berupa data sekunder berbagai
perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di
situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau telah go
public dalam periode 2012 - 2017, dan data
tersebut diketahui oleh khalayak publik,
populasi untuk penelitian ini sebanyak 69
perusahaan manufaktur sektor industri dasar
dan kimia.
Sampel
Sampel yang diambil untuk penelitian ini
memakai teknik purposive sampling method,
yaitu Menurut Sanusi (2017 : 95) pengertian
purposive sampling adalah pengambilan sampel
yang didasarkan pada pertimbangan –
pertimbangan tertentu, terutama pertimbangan
yang diberikan oleh sekelompok pakar atau
expert.
Sampel yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek Indonesia sektor industri dasar dan kimia,
perusahaan manufaktur dipilih karena memiliki
konstribusi yang besar terhadap kemajuan
perekonomian di Indonesia.
Adapun pertimbangan yang digunakan
dalam pemilihan sampel tersebut antara lain :
1. Data yang diambil terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2012 –
2017.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan
keuangan tahunan untuk periode 31
Desember 2012 – 2017.
3. Perusahaan manufaktur mempunyai data
lengkap mengenai tata kelola perusahaan,
manajemen laba, kepemilikan institusional,
kemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit, ukuran
perusahaan dan probabilitas untuk melihat
adanya manajemen laba.
4. Perusahaan manufaktur yang menggunakan
mata uang rupiah dalam pelaporan
keuangan nya.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
7
Tabel 1
Pemilihan Sampel Subjek Penelitian
Keterangan Jumlah
Data yang diambil terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 –
2016. 69
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk
periode 31 Desember 2012 – 2016. (15)
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap mengenai kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit,
ukuran perusahaan dan profitabilitas yang diteliti.
(25)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang
rupiah. (13)
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 16
Sumber : www.idx.co.id data diolah 2019
Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tersebut, maka jumlah perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak
16 perusahaan manufaktur sektor industri dasar
dan kimia sebagai berikut :
Tabel 2
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No.
Perusahaan
Kode Nama Perusahaan
1 MLIA Mulia Industrindo Tbk
2 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
3 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
4 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
5 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
6 LION Lion Metal Works Tbk
7 LMSH Lionmesh Prima Tbk
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
9 SRSN Indo Acidatama Tbk
10 BRNA Berlina Tbk
11 TRST Trias Sentosa Tbk
12 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
13 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
8
14 MAIN Malindo Feedmill Tbk
15 ALDO Alkindo Naratama Tbk
16 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id data diolah 2019
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Penelitian ini memilliki beberapa
indikator penelitian yang mengarah pada
mekanisme tata kelola perusahaan antara lain 1)
Kepemilikan Institusional, 2) Kepemilikan
Manajerial, 3) Komisaris Independen, 4)
Komite Audit, 5) Ukuran Perusahaan, 6)
Profitabilitas
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah petunjuk tentang
bagaimana suatu variabel memberikan arti atau
cara untuk mengetahui baik atau buruk
pengukuran variabel tersebut. Definisi
operasional dari variabel terikat (dependen) dan
variabel bebas (independen) yang dijadikan
indicator empiris dari penelitian untuk
mengukur variabel tersebut.
Pengukuran Variabel
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi
pusat utama peneliti. Variabel dalam penelitian
ini adalah manajemen laba (earnings
management). Variabel terikat yang menjadi
fokus penelitian ini adalah manajemen laba
yang diartikan sebagai suatu intervensi pihak
manajemen terhadap informasi-informasi
dalam laporan keuangan (Sulistyanto, 2008)
dalam Pujiningsih (2011). Berikut dibawah ini
adalah model perhitungan discretionary
accrual Model Jones (2005) dalam Megawati
(2017) :
TACit = NIit - CFOit ............................................................................................................................................................... (1)
TACit / Ait-1 = β1(1 / Ait-1) + β2 (ΔRevit / Ait-1) + β3 (PPEit / Ait-1) + eit ......................................... (2)
NDACit / Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 {(ΔRevit - ΔRecit) / Ait–1} + β3 (PPEit / Ait – 1) + eit ...... (3)
DACit = (TACit / Ait-1) - NDACit ................................................................................................................................ (4)
Keterangan :
TACit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait–1 = Total aset perusahaan i pada tahun t-1
PPEit = Nilai perolehan aktiva tetap pada perusahaan i pada tahun t
Eit = eror term
NDACi t = nondiscretionary akrual perusahaan i pada tahun t
α = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada
perhitungan total accruals
ΔRecit = Perubahan pendapatan perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
ΔRecit = Perubahan piutang perusahaan i antara tahun t dan tahun t-1
DACit = discretionary accruals perusahaan i pada periode t.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
9
Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini antara lain :
Tabel 3
Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Indikator Skala
1
Manajemen
Laba /
Earnings
Management
Tindakan
manajer
perusahaan
dalam mengatur
jumlah laba yang
dapat diperoleh.
DA = (TACit / Ait-1) - NDACit Rasio
2 Kepemilikan
Institusional
Presentase saham
perusahaan yang
dimiliki oleh
institusi atau
lembaga
(perusahaan
asuransi, dana
pensiunan, atau
perusahaan lain
yang dinyatakan
dalam %.
KP=
Jumlah saham yang
dimiliki institusional x100%
Jumlah modal saham
yang beredar
Rasio
3 Kepemilikan
Manajerial
Tingkat
kepemilikan saham
pihak manajemen
yang secara aktif
ikut dalam
pengambilan
keputusan, diukur
oleh proporsi
saham yang
dimiliki manajer
pada akhir tahun
yang dinyatakan
dalam %.
KM=
Total saham yang
dimiliki manajemen x100%
Jumlah modal saham
yang beredar
Rasio
4 Komisaris
Independen
Proporsi dewan
komisaris
independen dapat
dihitung dengan
cara menghitung
presentase anggota
dewan komisaris
yang berasal dari
luar perusahaan
terhadap seluruh
ukuran dewan
komisaris.
Komisaris
Independen =
∑ komisaris
independen
∑ keanggotaan
komisaris
Rasio
5 Komite Audit
Tujuan
dibentuknya
komite audit yaitu
untuk menjadi
KA=
Jumlah anggota komite
audit dari luar x100%
Jumlah seluruh anggota
komite audit
Rasio
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
10
penengah antara
auditor dan
manajemen
perusahaan apabila
terjadi perselisihan.
Biasanya komite
audit berasal dari
luar perusahaan.
6 Ukuran
Perusahaan
Ukuran perusahaan
merupakan ukuran
atau besarnya aset
yang dimiliki oleh
perusahaan.
Size = Log Total Aset Rasio
7 Profitabilitas
Kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba.
ROA =
Laba Bersih
Setelah Pajak x 100%
Total Aktiva
Rasio
Sumber : Diolah sendiri 2019
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Tata Kelola (Corporate
Governance) Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba
Berdasarkan hasil regresi berganda di
dapatkan persamaan sebagai berikut:
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian uji simultan F dapat
diperoleh persamaan atau model sebagai berikut:
DA= 8.681,660 – 0,038KP – 0,165KM - 0,022KI – 0,105KA+ 0,003UP + 0,468P + e
Keterangan :
DA = Manajemen laba yang diukur dengan Discretionary Accrual
α = Kostanta
β = Koefisien regresi masing – masing variabel independen
KP = Kepemilikan Institusional
KM = Kepemilikan Manajerial
KI = Komisaris Independen
KA = Komite Audit
UP = Ukuran Perusahaan
P = Profitabilitas
e = Residual
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
11
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Uji Simultan (F) didapatkan hasil
sebagai berikut:
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 135248747259.
800 6
22541457876.6
33 3.630 .003b
Residual 440850271348.
418 71
6209158751.38
6
Total 576099018608.
218 77
a. Dependent Variable: M.Laba
b. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Kom.Audit, Kpk.Institusional, Ukuran.Pshn,
Kom.Independen, Kpk.Manajerial
Sumber: Hasil Pegujian dengan SPSS 2019.
Nilai F sebesar 3,630 dengan tingkat
sifnifikansi 0,003 lebih kecil dibandingkan taraf
signifikansi α = (0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional (KP), kepemilikan manajerial
(KM), komisaris independen (KI), komite audit
(KA), ukuran perusahaan (UP), dan
profitabilitas (P) secara bersama – sama
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil Pengujian Parsial (t test)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8681.660 108304.420 .080 .936
Kpk.Institusional -.038 .054 -.090 -.695 .489
Kpk.Manajerial -.165 .085 -.251 -1.943 .056
Kom.Independen -.022 .099 -.025 -.221 .826
Kom.Audit -.105 .097 -.120 -1.088 .280
Ukuran.Pshn .003 .007 .040 .367 .715
Profitabilitas .468 .122 .428 3.841 .000
a. Dependent Variable: M.Laba
Sumber: Pengujian data dengan SPSS 2019
Pengaruh Kepemilikan Institusional
Terhadap Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba, dapat
disimpulkan bahwa tingkat signifikansi
kepemilikan institusional memiliki nilai sebesar
0.489 > 0.05. Nilai signifikan ini menunjukkan
bahwa hipotesis ditolak, sehingga kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Agnes F.S dan
Eko Pudjolaksono (2013) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap manajemen
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
12
laba, sehingga saham kepemilikan institusional
dalam sektor industri dasar dan kimia belum
tentu mampu mengurangi tindakan manajemen
laba, karena banyaknya pemisah antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan yang
dapat menimbulkan masalah keagenan.
Penyebab lain tidak signifikannya hubungan ini
diduga karena dalam penelitian ini tidak
mempertimbangkan batasan ukuran
kepemilikan institusional. Institusi kecil kurang
aktif dalam memberikan tekanan pada aktivitas
manajemen dibandingkan dengan institusi yang
lebih besar. Semakin besar kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak institusional maka
semakin mendorong manajemen untuk
melakukan manajemen laba. Hal ini dapat
terjadi karena investor institusional yang
memiliki jumlah saham yang besar, memiliki
insentif yang kuat untuk mengembangkan
informasi privat.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Terhadap Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba, dapat
disimpulkan bahwa tingkat signifikansi
kepemilikan manajerial memiliki nilai sebesar
0.056 > 0.05. Nilai signifikan ini menunjukkan
bahwa hipotesis ditolak, sehingga kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Agnes F.S dan
Eko Pudjolaksono (2013), Agustia (2013), dan
Wahyono (2012) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap manajemen laba,
sehingga bisa disimpulkan kepemilikan
manajerial tidak bisa membatasi terjadinya
manajemen laba. Karena kurangnya saham
kepemilikan manajerial yang dimiliki dalam
sektor industri dasar dan kimia banyak
terjadinya dorongan tindakan manajemen laba
oleh pihak berkepentingan lainnya, sehingga
peranan kepemilikan manajerial dalam sektor
ini belum mampu dalam memonitoring dan
memecahkan konflik agensi, kepemilikan
manajerial belum tentu cenderung lebih giat
dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk
para pemegang saham termasuk dirinya,
akibatnya sering terjadi manipulasi data
didalam perusahaan sektor industri dasar dan
kimia tersebut.
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap
Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa
komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba, dapat
disimpulkan bahwa tingkat signifikansi
komisaris independen memiliki nilai sebesar
0.826 > 0.05. Nilai signifikan ini menunjukkan
bahwa hipotesis ditolak, sehingga komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Welvin I Guna
dan Arleen Herawaty (2010) dan Hastuti
Widyaningsih (2017) yang menyatakan
komisaris independen berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap manajemen laba sehingga,
kurangnya jumlah komisaris independen yang
ada didalam perusahaan sektor industri dasar
dan kimia tidak akan mempengaruhi praktik
manajemen laba yang dilakukan perusahaan,
hal ini disebabkan dewan komisaris tidak dapat
meningkatkan kualitas laba. Karena pihak luar
belum tentu mengetahui apa yang diperlukan
dan dilakukan untuk meningkatkan kinerja
dalam menghasilkan laba atas asset yang
dimiliki perusahaan, dan kurangnya komisaris
independen dalam sektor ini tidak mampu
meminimalisir permasalahan yang muncul
antara dewan direksi dan pemegang saham
maka terjadi agency conflict.
Pengaruh Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa komite
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, dapat disimpulkan bahwa
tingkat signifikansi komite audit memiliki nilai
sebesar 0.280 > 0.05. Nilai signifikansi ini
menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, sehingga
komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh R Erdianto
Setyo Wahyono (2012) yang menyatakan
komisaris independen berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap manajemen laba,
karena rata – rata komite audit dari luar
perusahaan sektor industri dasar dan kimia
sekitar 1-3 orang dengan jumlah keseluruhan
komite audit 3-5 orang, bahwa perusahaan yang
membentuk komite audit independen
melaporkan laba dengan kandungan akrual
dikresional yang lebih kecil dibandingkan
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
13
dengan perusahaan yang tidak membentuk
komite audit, dan menemukan bahwa
keberadaan komite audit independen tidak
terbukti efektif mengurangi manajemen laba.
Sehingga berapapun nilai rasio komite audit
yang ada di perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang bertujuan memeriksa laporan
keuangan, meningkatkan pengendali yang
dapat mengurangi kesempatan terjadinya
penyimpangan dalam manajemen laba. Dalam
hal ini diduga disebabkan karena pengangkatan
komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan
untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan corporate
governance diperusahaan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, dapat disimpulkan
bahwa tingkat signifikansi ukuran perusahaan
memiliki nilai sebesar 0.715 > 0.05. Nilai
signifikansi ini menunjukkan bahwa hipotesis
ditolak, sehingga ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan
Setiawan (2007) dalam Ningsaptiti (2010) yang
menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap manajemen
laba artinya semakin besar ukuran perusahaan
maka semakin kecil indikasi pengelolaan
labanya, tetapi. Hal ini disebabkan karena
perusahaan dibidang sektor industri dasar dan
kima besar biasanya memiliki peran sebagai
pemegang kepentingan yang luas sehingga
lebih diperhatikan oleh investor dan
masyarakat. Akibatnya, pengawasan yang ketat
dalam menjalankan perusahaan menyebabkan
manajer tidak berani melakukan manajemen
laba, hal itu dikarenakan dengan pengawasan
yang ketat tersebut memungkinkan akan
diketahui oleh pemerintah, investor maupun
masyarakat sehingga dapat merusak citra dan
kredibilitas manajer perusahaan dalam sektor
industri dasar dan kimia tersebut. Dalam hal ini
sifat investor Indonesia adalah spekulatif,
apalagi kondisi – kondisi perusahaan dalam
sektor industri dasar dan kimia Dengan
besarnya asset yang dimiliki belum tentu
menjamin menghasilkan kinerja perusahaan
yang baik.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Manajemen Laba
Hipotesis ini menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, dapat disimpulkan
bahwa tingkat signifikansi profitabilitas
memiliki nilai sebesar 0.000 < 0.05. Nilai
signifikansi ini menunjukkan bahwa hipotesis
diterima, sehingga profitabilitas berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Welvin I Guna
dan Arleen Herawaty (2010) yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba sehingga dimudahkan
untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan investasi. Dalam
perusahaan manufaktur sektor industri dasar
dan kimia, laba yang stabil ini dilihat dari
return on asset yang dihasilkan dalam periode
pengamatan. Sehingga pendapatan laba yang
tinggi akan menarik minat investor, dan
memiliki pengaruh dalam berlangsungnya
kegiatan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas sering dijadikan patokan oleh
investor dan kreditur dalam menilai sehat atau
tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas akan
mempengaruhi keputusan investasi dan
pemberian kredit. Perusahaaan dengan
profitabilitas rendah akan cenderung untuk
melakukan perataan laba dibandingkan
perusahaan dengan profitabilitas tinggi.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Penelitian ini meguji pengaruh tata
kelola perusahaan terhadap manajemen laba
pada sektor industry dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tata
kelola perusahaan diproksikan dengan
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen, komite
audit, ukuran perusahaan dan profitabilitas.
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, maka simpulan yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan hasil uji F yang telah dilakukan
tingkat signifikansi 0,003 lebih kecil
dibandingkan taraf signifikansi α = (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh secara bersama –
sama terhadap variabel dependen.
2. Berdasarkan Tingkat signifikansi
kepemilikan institusional, komisaris
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
14
independen, komite audit, ukuran
perusahaan, variabel tersebut tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan Tingkat signifikansi
profitabilitas memiliki nilai sebesar 0.000 <
0.05 nilai signifikansi ini menunjukkan
bahwa hipotesis diterima, sehingga
profitabilitas berpengaruh terhadap
manajemen laba.
3. Berdasarkan hasil uji determinasi (R2) yang
telah dilakukan bahwa R2 sebesar 0,170
yang berarti sebesar 17% yang memiliki
pengaruh dengan variabel yang diteliti,
sedangkan sisanya sebesar 83% dipengaruhi
oleh variabel lain selain variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian
ini adalah :
1. Untuk annual report yang digunakan
sebagai data dalam penelitian ini, peneliti
menyarankan menggunakan periode yang
lebih panjang, agar hasil penelitian lebih
representative dan disarankan
memperhatikan variabel-variabel
independen lain yang diperkirakan
berpengaruh terhadap praktek manajemen
laba.
2. Penggunaan model untuk mendeteksi
manajemen laba dalam penelitian ini
mungkin belum mampu mendeteksi
manajemen laba dengan baik sehingga
masih memerlukan justifikasi model lain
terutama untuk mencari discretionary
accrual nya.
3. Perlunya mengembangkan suatu instrumen
pengukuran untuk menghitung indeks tata
kelola atas perusahaan publik di Indonesia
REFERENSI
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good
Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba. Surabaya : Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 15, No. 1, Mei 2013, 27-
42 ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-
8137 online.
Anggraeni, Wenty. 2011. Analisis Tingkat
Discretionary Accrual Sebelum Dan
Sesudah Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan Badan 2008 (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008-2009). Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro : Semarang.
Asward, Ismalia dan Lina. 2015. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba dengan
Pendekatan Conditional Revenue Model.
Jurnal Manajemen Teknologi. Vol.14
No.1 , 2015.
Bareksa. 2015. BEI : Laporan Keuangan
Inovisi Salah Saji, Suspen Saham Belum
Akan dibuka. 25 Februari
2015.http://www.bareksa.com/. diakses
15 Maret 2018.
BEI. Laporan Keuangan Tahunan Sektor
Industri Dasar dan Kimia Tahun 2012 -
2018. http://www.idx.co.id/. Diakses 5
Maret 2018.
Butar, L. K dan S. Sudarsi. 2012. Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Levergae, dan Kepemilikan Institusional
terhadap Perataan Laba. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan
1(2): 143-158.
Guna I, Welvin. Herawaty, Arleen. 2010.
Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor,
Kualitas Audit Dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jakarta :
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12,
No. 1, April 2010, Hlm. 53 – 68.
Hamdani. 2016. Good Corporate Governance
Tinjauan Etika Dalam Praktik Bisnis.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas
Auditor dan Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Semarang :
Eksistansi (ISSN 2085-2401), Vol. IV,
No. 2, Agustus 2012.
Iswarah, Ulfah Setia. 2017. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan
Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba. Simposium Nasional Akuntansi
XX, Jember, 2017.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: Per-12/MBU/2012.
http://jdih.bumn.go.id/lihat/PER-
12/MBU/2012. Diakses 10 Maret 2018.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
15
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor: Per-10/MBU/2012.
http://jdih.bumn.go.id/lihat/PER-
10/MBU/2012. Diakses 10 Maret 2018.
Kusumawardhani, Indra. 2012. Pengaruh
Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba. Yogyakarta
: Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi Vol. 9, No. 1, Oktober 42
2012: 41 – 54.
Marlisa, Otty. 2016. Analisis Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Perusahaan Properti Dan Real Estate.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen.
Volume 5, Nomor 7, Juli 2016 ISSN :
2461-0593.
Megawati. 2017. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pemerataan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI 2013-2015. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Bisnis Dan
Akuntansi. Universitas Katolik Musi
Charitas : Palembang.
Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia 2006-2008).
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Ekonomi. Universitas Diponegoro :
Semarang.
Octavia, Evi. 2017. Implikasi Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan
Pada Manajemen Laba. Bandung : Jurnal
Akuntansi Multiparadigma JAMAL
Volume 8 Nomor 1 Halaman 1-227
Malang, April 2017 ISSN 2086-7603 e-
ISSN 2089-5879.
Peraturan Bank Indonesia. Nomor No.
15/15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank
Umum.
https://www.bi.go.id/id/peraturan/perban
kan/Documents/f8688e071dd1448c9206
ed470f2af533SEGCGFinal1.pdf. diakses
2 april 2018.
Pujiningsih, Andiany Indra. 2011. Pengaruh
Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, Praktik Corporate
Governance Dan Kompensasi Bonus
Terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia
Periode 2007-2009). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro : Semarang.
Rahmawati, Hikmah Is’Ada. 2013. Pengaruh
Good Corporate Governance (GCG)
Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan. Semarang :
Accounting Analysis Journal 2012
Universitas Negeri Semarang ISSN
2252-6765.
Rice. 2016. Pengaruh Faktor Keuangan
Terhadap Manajemen Laba Dengan
Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderating. Jurnal Wira Ekonomi
Mikroskil. Volume 6, Nomor 01, April
2016.
Santoso, Agnes Febriana. Pudjolaksono, Eko.
2013. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Earnings
Management Pada Badan Usaha Sektor
Property dan Real Estate Yang Terdaftar
di BEI Periode 2009-2012. Surabaya :
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya Vol.2 No.2 (2013).
Sanusi, Anwar. 2017. Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Thesarani, Nurul Juita. 2016. Pengaruh Ukuran
Dewan Komisaris, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional
Dan Komite Audit Terhadap Struktur
Modal Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Tahun 2012-2014). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta :
Yogyakarta.
Wahyono, R. Erdianto Setyo. 2012. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan
Indonesia. Surabaya : Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012).
Wibowo, E. 2010. Implementasi Good
Corporate Governance di Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.
10, No. 2, Oktober 2010 Hal. 129-138.
ISSN 2407 - 1072 Jurnal Akuntanika, Vol. 5, No. 2 , Juli – Desember 2019
16
Widyaningsih, Hastuti. 2017. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba. Yogyakarta : Jurnal
Nominal / Volume VI No. 2 Tahun 2017.