pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35%...

5
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PENDERITATUBERKULOSIS PRIMER DI RAWATJALAN RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Tatik MulyatP, Endy Paryanto Prawirohartono2, and Toto Sudargo2 ABSTRACT Background: Tuberculosis is an infectious disease that persists as a public health problem in Indonesia. The tuberculosis infected to the under 5-years old-children namelyprimarytuberculosis, could decrease the children's immunityeventually causes death, which were 100.000 deathrate 75% are children's. condition of children's health were deeplydepending on the qualityand quantityof their foodconsumption. An adequate consumption is needed toincrease their nutrition status. Toimprove the maternal behaviorof children's food consumption, it is necessary togive nutritional education. Purpose: Thepurpose of this study is to examine the effect of nutritional education on the food consumption and nutrition status of the under 5-years old-children that infected by primary tuberculosis. Research Method: The research was an experimental research using randomized controlled trial method. The subject was 1 to 5-year(s) old-children those who infected byprimarytuberculosis at Unit Rawat Jalan RSUP Dokter Kariadi Semarang. Two groups chosen by randomized got differenttreatments, i.e. availability and unavailability of nutritionaleducation. Each group was asked to come to PoliklinikParu Anak every two-weeks for two months (4 times). The food consumption data was collected by multiple recall before treatment and after research. The nutritionstatus was determined by weight per age and weightper height ofZ-Score WHO NCHS. Result: The result of this study showed that after the nutritional education issued, the energy consumption average of children has increase 18. 18% from necessity and the protein consumption average of children has increase 21.39% from necessity. There was a significant effect of nutritional education on increasing protein consumption of under 5-years old-children that was infected by primary tuberculosis (p<0.05). It was also showed that the Z-Score increasing (weight per age and weightper height) of children in treatment-group was higher than the control-group. Conclusion: Nutritional education has a significant effect on increasing protein consumption of under 5-years old- childrenthat was infected by primary tuberculosis (p<O,05), orthere is increasing of protein consumption about 21,39%. Keywords: Nutritional Education, Primary Tuberculosis, Food Consumption. and Nutrition Status. PENGANTAR Anak di bawah lima tahun adalah kelompok umur yang sang at rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain (1). Anak-anak yang menderita tuberkulosis sebesar 5-15% dari seluruh kasus dewasa disebabkan kegagalan tuberkulosis dewasa. Dan anak yang tertular penyakit tuberkulosis disebut mendapatkaninfeksi primer. Kuman tuberkulosis80- 90% menyerang paru-paru, sehingga timbul gejala- gejala seperti demam, nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan. Penanganan anak yang telah terdiagnosis tuberkulosis membutuhkan pengobatan paling tidak enam bulan (2). Konsumsi makanan sangat berpengaruh pada anak yang terlular penyakit tuberkulosis khususnya konsumsi energi dan protein, karena penderita tuberkulosis dengan status gizi kurang akan mengakibatkan antibadi dan limfosit terhambat sehingga proses penyembuhan membutuhkan waktu yang lama. Pemberian makanan yang cukup mengandung kalori dan protein dapat meningkatkan status gizi dan memperkecil masalah kurang energi dan protein (3). Makanan dan penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab Kurang Energi dan Protein (4). Untuk mengatasi masalah-masalah gizi, upaya pendidikan dan penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting. Melalui usaha ini diharapkan orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga terbentuk sikap dan perubahan perilaku kearah perubahan pola makan yang lebih baik (5). Menurut hasil penelitian English dan Badcock (1997)(6), pemberian pendidikan gizi melalui pendekatan produksi makanan rumah tangga dapat menurunkan morbiditas penyakit infeksi pada anak prasekolah. RSUP Dr. Kariadi Semarang RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Pascasa~ana IKM, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsi protein pad a kelompok pendidikan gizi

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADAIBU TERHADAPKONSUMSI MAKANAN DAN STATUSGIZI ANAK BALITAPENDERITATUBERKULOSIS PRIMER DI RAWATJALAN

RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Tatik MulyatP, Endy Paryanto Prawirohartono2, and Toto Sudargo2

ABSTRACT

Background: Tuberculosis is an infectious disease thatpersists as a public health problem in Indonesia. Thetuberculosis infected to the under 5-years old-childrennamelyprimary tuberculosis, could decrease the children'simmunityeventually causes death, which were 100.000deathrate 75% are children's. condition of children's health

weredeeplydepending on the qualityand quantityof theirfoodconsumption. An adequate consumption is neededtoincrease their nutrition status. Toimprove the maternalbehaviorof children's food consumption, it is necessarytogive nutritional education.Purpose: Thepurpose of this study is to examine the effectof nutritional education on the food consumption andnutrition status of the under 5-years old-children thatinfectedby primary tuberculosis.Research Method: The research was an experimentalresearch using randomized controlled trial method. Thesubject was 1 to 5-year(s) old-children those who infectedbyprimarytuberculosis at Unit Rawat Jalan RSUP DokterKariadiSemarang. Two groups chosen by randomized gotdifferenttreatments, i.e. availability and unavailability ofnutritionaleducation. Each group was asked to come toPoliklinikParu Anak every two-weeks for two months (4times). The food consumption data was collected bymultiple recall before treatment and after research. Thenutritionstatus was determined by weight per age andweightper height ofZ-Score WHO NCHS.Result: The result of this study showed that after thenutritional education issued, the energy consumptionaverage of children has increase 18. 18% from necessityand the protein consumption average of children hasincrease 21.39% from necessity. There was a significanteffect of nutritional education on increasing proteinconsumption of under 5-years old-children that wasinfected by primary tuberculosis (p<0.05). It was alsoshowed that the Z-Score increasing (weight per age andweightper height) of children in treatment-group was higherthan the control-group.Conclusion: Nutritional education has a significant effecton increasing protein consumption of under 5-years old-childrenthat was infected by primary tuberculosis (p<O,05),orthereis increasing of protein consumption about 21,39%.

Keywords: Nutritional Education, Primary Tuberculosis,Food Consumption. and Nutrition Status.

PENGANTAR

Anak di bawah lima tahun adalah kelompokumur yang sang at rentan terhadap berbagaipenyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yangrelatif lebihtinggi dibandingkan kelompokumuryanglain (1). Anak-anak yang menderita tuberkulosissebesar 5-15% dari seluruh kasus dewasadisebabkan kegagalan tuberkulosis dewasa. Dananak yang tertular penyakit tuberkulosis disebutmendapatkaninfeksi primer.Kuman tuberkulosis80-90% menyerang paru-paru, sehingga timbul gejala-gejala seperti demam, nafsu makan berkurang, danpenurunan berat badan. Penanganan anak yangtelah terdiagnosis tuberkulosis membutuhkanpengobatan paling tidak enam bulan (2).

Konsumsi makanan sangat berpengaruh padaanak yang terlular penyakit tuberkulosis khususnyakonsumsi energi dan protein, karena penderitatuberkulosis dengan status gizi kurang akanmengakibatkan antibadi dan limfosit terhambatsehingga proses penyembuhan membutuhkanwaktu yang lama. Pemberian makanan yang cukupmengandungkalori dan proteindapat meningkatkanstatus gizi dan memperkecil masalah kurang energidan protein (3). Makanan dan penyakit secarabersama-sama merupakan penyebab KurangEnergi dan Protein (4).

Untuk mengatasi masalah-masalah gizi, upayapendidikan dan penyuluhan gizi merupakan salahsatu usaha yang sangat penting. Melalui usaha inidiharapkan orang bisa memahami pentingnyamakanan dan gizi, sehingga terbentuk sikap danperubahan perilaku kearah perubahan pola makanyang lebih baik (5). Menurut hasil penelitian Englishdan Badcock (1997)(6), pemberian pendidikan gizimelalui pendekatan produksi makanan rumahtangga dapat menurunkan morbiditas penyakitinfeksi pada anak prasekolah.

RSUP Dr. Kariadi SemarangRSUP Dr. Sardjito YogyakartaPascasa~ana IKM, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsi protein pad a kelompok pendidikan gizi

98 JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

Berdasarkan uraian di atas, diajukan duarumusan masalah: pertama apakah ada perbedaankonsumsi makanan anak balita penderitatuberkulosis primer yang ibunya mendapatpendidikangizidan yang tidak mendapat pendidikangizi?; keduaapakahada perbedaan status gizi anakbalita penderitatuberkulosis yang ibunya mendapatpendidikangizidan yang tidak mendapat pendidikangizi? Tujuan penelitian ini untuk mempelajaripengaruh pendidikan gizi terhadap konsumsimakanan dan status gizi anak balita penderitatuberkulosis yang menjalani pengobatan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikanmasukan pada instansi terkait dalam hal penang-gulanggan dan pencegahan yang berhubungandengan masalah gizi kurang pada anak balita dankesehatan keluarga.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen-tal terencana dengan model rancangan randomizedcontrolled trial (7). Lokasi penelitian adalah di UnitRawat Jalan RSUP Dokter Kariadi Semarang.

Subjek penelitian adalah anak balita penderitatuberkulosis primer usia 1-5 tahun beserta ibunyadengan kriteria inklusi merupakan penderita barudan tinggal di Kodya Semarang. Besar sampelditentukan dengan rumus Lemeshow dan Lwanga(1990)8,pengambilan sampel secara randomisasidengan cara lotre atau undian. Berdasarkan hasilperhitungan, jumlah sampel dalam penelitian inisebanyak 78 anak, yang dibagi menjadi duakelompok yaitu 39 subjek pada kelompok pen-didikan gizi dan 39 subjek pada kelompok kontrol.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalahpendidikan gizi. Variabel kendali: pendidikan ibu,pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, umur ibu,penyakitlain.Sedangkanvariabel tergantungadalahstatus gizi anak balita.

Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah: 1) daftar pertanyaan untuk data sosialekonomi subjek, 2) timbangan injak dengan ke-telitian 0,1 kg dan alat pengukuran tinggi badandengan ketelitian 1 em, 3) formulir food recall, 4)food model sebagai alat bantu untuk mengetahuibesar porsi yang dikonsumsi anak balita, 5) modulyang berisikan pesan-pesan gizi yang disampaikanmelalui leaflet.

Intervensipendidikan gizi diberikan kepada ibusebanyak 4 kali setiap 2 minggu sekali. Konsumsimakanan anak balita dikumpulkan dengan metode

recall setiap 2 minggu sekali. Status gizi anak balitaditentukan dengan antropometri menggunakan Z-score BB/U dan BBITB WHO NCHS.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisismenggunakan program SPSS dan Food ProcessorII. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square,t-test, dan Wilcoxon Signed Ranks Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristlk Subjek pada Awal Penelltlan

Karakteristik subjek dalam penelitian inimencakup karakteristik anak balita terdiri dari umur,

status gizi berdasarkan BB/U dan BBITB, konsumsi

energi dan konsumsi protein, penyakit lain. Status

gizi berdasarkan BB/U presentase yang terbesarmasing-masing kelompok mempunyai status gizi baikyaitu pada kelompok pendidikan gizi 23 anak (59,0%)dan 27 anak (69,2%) pad a kelompok kontrol. Statusgizi berdasarkan BBITB presentase terbesar untuk

masing-masing kelompok mempunyai status gizi baikyaitu 22 anak (56,4%) pad a kelompok pendidikan gizidan 22 anak (56,4%). Rata-rata konsumsi energipada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsiprotein pada kelompok pendidikan gizi 85,82% dan

84,43% pada kelompok kontrol. Penyakit lain masing-masing kelompok mengalami sakit seperti diare,panas, dan batuk dan pifek.

Karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggotakeluarga. Pendidikan ibu umumnya SLTA, dan tidakada perbedaan diantara kedua kelompok. Ibu balita

umumnya tidak bekerja. Pendapatan keluarga

umumnya cukup baik dan tidak ada perbedaaan darikedua kelompok. Jumlah anggota keluarga rata-ratamempunyai jumlah anggota keluarga 3 orang dantidak ada perbedaan yang bermakna. Hasil anal isisstatistik Chi Square dan t-test menunjukkan tidak

ada perbedaan karakteristik subjek antara kelompokpendidikan gizi dan kelompok kontrol.

Pengaruh Pendldlkan Gizi terhadap KonsumslMakanan Anak Ballta

Konsumsi makanan dihitung berdasarkanjumlah zat gizi yang dikonsumsi kemudian di-bandingkan dengan kebutuhan balita dalamkeadaan sakit. Zat gizi yang dihitung adalah energidan protein.Jumlah energi dan proteinyang berasaldari konsumsi ASI tidak diperhitungkan dalamanalisis ini.

Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsi protein pad a kelompok pendidikan gizi

Rata-rata konsumsi energi anak balita padaawalpenelitianpada kelompok pendidikan gizi dankontrolsudah cukup baik. Konsumsi energi padakelompokpendidikan gizi mencapai 80,12% dan82,35% pada kelompok kontrol. Setelah penelitianterjadipeningkatankonsumsi yaitu masing-masing18,87% pada kelompok pendidikan gizi dan 4,97%padakelompokkontrol.

Rata-rata konsumsi protein pada awalpenelitianadalah85,82%pada kelompokpendidikangizi dan 84,43% pada kelompok kontrol. Sarnahalnyadengan konsumsi energi, konsumsi proteinte~adipeningkatansetelah penelitian. Peningkatankonsumsiprotein sebesar 21,36% pada kelompokpendidikangizi dan 11,83%pada kelompok kontrol.

Pengaruh Pendidikan Gizi Kepada Ibu 99

Pengaruh Pendldlkan Gizi terhadap Status GiziAnak Ballta

Status gizi adalah kondisi tubuh akibat daripemakaian, penyerapan dan pengunaan makananoleh tubuh. Pengaruh status gizi pada anak balitadilihat dari ada tidaknya perubahan yang terjadidengan adanya pendidikan gizi pada akhirpenelitian. Status gizi yang dinilai berdasarkan Z-score BB/U dan BBITB, dikatakan status gizi baikbila Z-score lebih dari -2 SO, status gizi kurang Z-score kurang -250, status giii buruk kurang dari-350.

Perbedaan rata-rata kenaikan status giziberdasarkanberatbadan dibandingumurpadaakhirpenelitian memperlihatkan kenaikan pada masing-

Tabel1. Rata-Rata Konsumsl Energl danProtein Awal dan Akhlr Penelltlan

Oari hasil anal is is statistik dengan mem-perhatikan pengaruh faktor pendidikan ibu,pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga,menunjukkan ada perbedaan konsumsi protein(p<O,05)yangbermaknaantara kelompokperiakuandan kontrol. Hal ini karena ibu pada kelompokperlakuan umumnya sudah mendapatkan materipendidikangizi tentang pengenalan gizi dan menuseimbang, dan akhirnya pendidikan gizi yangditerimaibu dapat meningkatkan pemahaman ibutentang pentingnya konsumsi protein pada anakbalitayang menderita tuberkulosis.

Penelitian dengan pemberian pendidikan gizikepadaibu dapat mengubah pengetahuan gizi dansikapibu, yang akhirnya dapat mengubah perilakumakan kearah yang lebih baik dan dapatmeningkatkanstatus gizi anak balita. Halyang sarnaditemukan dalam penelitian Finckenor (2000) (9)yang didasarkan pada proses perubahan perilakuuntuk menurunkan asupan lemak makanannya,ternyata secara signifikan meningkatkan reratatingkat perubahannya dan mengurangi asupanlemaknya.

masing kelompok yaitu 9 anak (23,1 %) padakelompok pendidikan gizi dan 4 (10,3%) padakelompok kontrol. Perubahan kenaikan status gizidari status gizi kurang ke status gizi baik.

Tabel 2. Perbedaan Status GiziBerdasarkan Berat Badan

KelompokPenllalan PendldlkanGizi

(n = 39)

Naik 9 (23,1 % )

Tidaknaik 30 ( 76.9 % )

KelompokKontrol(n = 39)

4 ( 10,3 % )

35 (89.7 %)

P

0.224

Perbedaan rata-rata kenaikan status gizi ber-dasarkan berat badan dibanding tinggi badan padaakhir penelitian, masing-masing kelompok menun-jukkan adanya kenaikan yaitu 9 anak (23,1%) padakelompok pendidikan gizi dan 5 anak (12,8%) padakelompok kontrol. Kenaikan yang terjadi yaituadanya perubahan dari status gizi kurang menjadistatus gizi baik dan dari status gizi buruk ke statusgizi kurang.

Varlabel Rata-rata Konsumsl Rata-rata KonsumslNllalPAwal Perlakuan Akhlr Penelltlan

Energi (keal)Per1akuan 80,12:t 20,33 98.99 :t 20,95 0.058Kontrol 82,35 :t 27.93 87,32 :t 24,95

Protein (gram)Per1akuan 85,82 :t 39,25 107.18:t 36,86 0,044Kontrol 84.43:t 37,49 96.26 :t 35,90

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsi protein pad a kelompok pendidikan gizi

100 JURNAL GIZI KLiNIK INDONESIA, Volume 1NO.2November 2004

Tabel 3. Perbedaan Status Gizi a.Berdasarkan Berat Badan Menurut

Berdasarkan hasil analisis statistik terhadapperubahan status gizi berdasarkan berat badandibanding umur dan berat badan dibanding tinggibadan akhir penelitian, menunjukkan tidak adaperbedaan yang bermakna antara kelompokperlakuan dan kelompok kontrol. Hal inidisebabkankondisi awal masing-masing kelompok berada pad astatus gizi yang sudah cukup baik, dan sejalandengan pernyataan Abunain (1990) (10) penelitiandi lapangan dan penelitian-penelitian dasarmenunjukkan dengan jelas bahwa status giziseseorang tidak hanya merupakan refleksi dari zat-zat gizi yang dikonsumsi, akan tetapi seluruhlingkungannya yakni faktor sosial, psikologi,penyakit dan fisiologi yang turut berperan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik darihasil penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Ada peningkatan konsumsi energi rata-rata

sebesar 18,87% dari kebutuhan danpeningkatankonsumsi protein rata-ratasebesar21,39% dari kebutuhan setelah diberikanpendidikan gizi. secara statistik pendidikan gizimemberikan pengaruh yang bermaknaterhadap peningkatan konsumsi protein anakbalita tuberkulosis primer (p<0.005).

b. Tidak ada pengaruh (p>0,005) terhadapperbedaan status gizi anak balita penderitatuberkulosis primer yang ibunya mendapatkapendidikan gizi, secara praktikal anak balitayang ibunya mendapatkan pendidikan gizikenaikannya lebih tinggi dibanding anak balitayang ibunya tidak mendapat pendidikan gizL

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaku-kan, penulis ingin memberikan saran sebagaiberikut:

Pemberian pendidikan gizi terutama padaanakbalita penderita tuberkulosis yang menjalanipengobatan perlu dipertimbangkan untukditerapkan di rumah sakit. Cara pemberianpendidikan gizi adalah:

Penyuluhan kelompok yang dilakukansecara terpadu dengan bagian lain padakasus-kasus yang mempunyai status gizibaik, bila mungkin dilaksanakan satu bulansekali untuk pencegahan dan penang-gulangan penyakit tersebut. Sedangkanpada kasus yang mempunyai status gizikurang atau buruk penyuluhan perludilakukan secara individu agar masalahdapat teratasi dengan baik denganfrekuensi penyuluhan yang lebih seringatau setiap kali kunjungan pengobatan.Materi dan pesan mengenai konsumsimakanan anak lebih diperjelas denganmengadakan contoh-contoh makanan,dapat dengan menggunakan food modelatau makanan yang sebenarnya. Pesandapatjuga disampaikan dengancaramem-praktekkan langsung bagaimana carapembuatan makanan anak.

b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukanpenelitian mengenai pengaruh pendidikan giziterhadap anak-anak penderita tuberkulosisyang mempunyai status gizi kurang atau burukdengan waktu penelitian lebih lama misalnya6bulan atau sampai penderita selesai menjalanipengobatan. Selain itu perlu juga dilakukanpenelitian menganai cost effectiveness daripendidikan gizL

DAFTAR PUSTAKA

1. Martorell, R.. and Habicht, J.P., 1986. Growth

in Early Ghildhood in Developing Countries inHuman Growth: A comprehensive Treastise(Falkner, F.,and Tanner, J.M., eds), Vol. 3., pp241 - 262, Pleum Press, New York.

2. Rahajoe, N.N., 1998. Tuberkulosispada Anak,Naskah Lengkap Respirologi Anak Masa Kini,Bandung, pp 11-12.

3. Rahmad. R., 1980.Peranan Gizipada PenyakitParu KlinislTuberkulosisdan Asma Brhonciale.Kongres Ikatan Dokter Paru Indonesia ke I,Jakarta.

Kelompok KelompokPenilaian Pendidikan Gizi Kontrol P

(n = 39) (n = 39)

Naik 9 (23,1 %) 5 (12,8 % ) 0,377

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN GIZI KEPADA IBU TERHADAP …pada kelompok pendidikan sebesar 80,12% dan 82,35% pada kelompok kontrol, rata-rata konsumsi protein pad a kelompok pendidikan gizi

4. Graind,B.N., 1983. Prevention of Tubercu/o-sis in Children and Tubercullin Testing,PaediatricaIndonesiana; 23; 143-152

5. Suhardjo,1989.BerbagaiCara PendidikanGizi,PAUPangan dan Gizi, IPB, Bogor

6. English, A.M. dan Badcock, 1997. Effect ofNutritionImprovementProjecton MorbidityfromInfectionsDiseases in Preschool Children inVietnamComparison with Control Commune,DivisionofNutritionSciences and PublicHea/thNutrition, Queensland University, Australia,November.

7. Murti B., 1997. Prinsip dan Metode RisetEpidemi%gi,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.133-137.

Pengaruh PendidikanGizi Kepada /bu 101

8. Lameshow, S., and Lwanga, david, W.H. Jr.,Janelle, K.,Stephen, K.L., 1997. Besarsampe/Da/amPene/itiankesehatan (DiterjemahkanDrg. Dibyo Pramono,SU.MDSS), GadjahMadaUniversity Press, Yogyakarta.

9. Finckenor, M., Byrd Bredbenner, C., 2000,Nutrition Intervention Group ProgramBased onPreaktion-Stage-Oriented Changes Procesesof Transtheoritical Model Promotes Long-TermReduction in Dietary Fat Intake, J. Am. Diet.Assoc. 100 (3): 335-42.

10. Abunain, D., 1990. Aplikasi AntropometriSebagai Alat Ukur Status Gizi Indonesia,PusatPenelitiandan Pengembangan, Gizi Indonesia.14(2) 37-50.