pengaruh relaksasi benson terhadap tingkat nyeri …
TRANSCRIPT
PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TINGKAT
NYERI PASCA BEDAH OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION (ORIF) DI RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR
THE EFFECT OF BENSON RELAXATION ON THE DEGREE
OF POST OPERATIVE PAIN OF OPEN REDUCTION AND
INTERNAL FIXATION (ORIF) IN THE LABUANG
BAJI GENERAL HOSPITAL MAKASSAR
SYAHRIR
P4200214011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TINGKAT
NYERI PASCA BEDAH OPEN REDUCTION AND INTERNAL
FIXATION (ORIF) DI RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan
Disusun dan diajukan oleh
SYAHRIR
P4200214011
Kepada :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Syahrir
NIM : P4200214011
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran
Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul : “Pengaruh Relaksasi
Benson Terhadap Tingkat Nyeri Pasca Bedah Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF) di RSUD Labuang Baji Makassar”, adalah hasil karya saya sendiri
yang belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar pada Program Magister Ilmu
Keperawatan ataupun program studi lainnya. Karya ini adalah milik saya, dan oleh
karena itu saya bertanggung jawab penuh atas keaslian tesis ini.
Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Makassar, Desember 2016
Yang membuat pernyataan
Syahrir
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan judul “Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tingkat Nyeri Pasca Bedah
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD Labuang Baji Makassar”.
Selama melaksanakan penelitian ini, banyak kendala yang peneliti hadapi
maupun kekurangan dan keterbatasan dari peneliti sebagai mahasiswa yang
berada pada tahap belajar, namun semua kendala tersebut dapat teratasi berkat
pertolongan Allah SWT dan dukungan do’a serta bimbingan dari semua pihak
yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya secara keseluruhan. Adapun pihak-
pihak tersebut antara lain adalah :
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. dr. Asadul Islam, Sp.B.S. selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
3. Ibu Prof. Dr. dr. Rosdiana Natsir, M.Kes.,Ph.D. selaku wakil dekan bidang
akademik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
4. Ibu. Dr. Elly L. Sjattar,S.Kp., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp.,M.Kes. selaku pembimbing I dan Prof. Dr. dr.
A. Wardihan Sinrang, MS.,Sp.And. selaku pembimbing II atas kesabaran dan
ketekunan dalam menyediakan waktu untuk menerima konsultasi peneliti.
6. Bapak Dr. dr. Warsinggih. Sp.B.,Sp.KBD. selaku penguji I, Ibu Dr. Elly. L.
Sjattar, S.Kp.,M.Kes. selaku penguji II, dan Ibu Dr. Kadek Ayu Erika,
viii
S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku penguji III yang telah memberikan arahan dan
masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan.
7. Direktur RSUD Labuang Baji yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di RSUD Labuang Baji Makassar.
8. Dosen dan Staf Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Unhas yang telah
membantu penulis dalam menyelesaian pendidikan di Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.
9. Rekan-rekan mahasiswa PSMIK Angkatan 2014 terutama Peminatan
Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang telah banyak memberi bantuan dan
dukungan dalam penyusunan penelitian ini.
10. Seluruh keluarga terutama kedua orang tua, Ibunda Hj. Hasiah dan ayahanda
Sehu (Almarhum) serta istri tercinta, Pekawati, S.Kep, Ns dan anakku
tersayang, Muhammad Faiz Syafaat yang telah memberikan dorongan baik
materil maupun moril bagi penulis selama mengikuti pendidikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian penelitian ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan penulisan selanjutnya. Selain itu penyusun juga berharap semoga
penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi nusa dan bangsa.
Makassar, Desember 2016
Penulis
ABSTRAK
Syahrir, “Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tingkat Nyeri Pasca Bedah Open Reduction
and Internal Fixation (ORIF) di RSUD Labuang Baji Makassar” (dibimbing oleh Ariyanti
Saleh dan Wardihan Sinrang)
Tindakan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) adalah prosedur yang
dilakukan untuk mengatasi fraktur dan selalu disertai dengan keluhan nyeri pasca bedah.
Manajemen yang akurat untuk mengurangi nyeri sangat penting dalam mengurangi resiko
komplikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh Relaksasi Benson terhadap tingkat
nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di RSUD Labuang Baji Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain quasi eksperimen
dengan pendekatan pretest-posttest with control group. Pengambilan sampel dengan
consecutive sampling sebanyak 30 orang (15 orang kelompok kontrol dan 15 orang kelompok
intervensi). Nyeri diukur dengan Numeric Rating Scale (NRS). Uji statistik menggunakan uji
beda dua mean yaitu Independen Sample T-Test dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perubahan nyeri antara
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dengan selisih rerata tingkat nyeri adalah
0,753 (p=0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa Relaksasi Benson berpengaruh terhadap
penurunan nyeri pada pasien Pasca Bedah Open Reduction and Internal Fixation (ORIF).
Olehnya itu, diharapkan kepada perawat untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknik
Relaksasi Benson dalam menurunkan nyeri terutama nyeri level sedang dan berat pada pasien
pasca bedah ORIF.
Kata Kunci : Nyeri, Relaksasi Benson, pasien pasca bedah ORIF
ABSTRACT
Syahrir, “The Effect of Benson Relaxation on The Degree of Post Operative Pain of Open
Reduction and Internal Fixation (ORIF) in The Labuang Baji General Hospital Makassar”
(supervised by Ariyanti Saleh and Wardihan Sinrang)
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) is an operative procedure performed to
treat fractures and always associated with post operative pain complaints. An accurate
management to relief pain is the most important to reduced complications risk. This study is
aimed to observe the impact of Benson Relaxation on the pain degree of post ORIF procedure
patients in Labuang Baji General Hospital Makassar.
This study is quantitative research by used quasi experimental design with pretest–
posttest with control group approach. There were 30 samples collected with consecutive
sampling (15 patients in control group and 15 patients in intervention group). Statistical test
was used two-mean differential test which is Independen Sample T-test with compliance
scale 95%.
The results showed that there is a difference between the change in pain control group
with the intervention group with a mean difference in pain level is 0,753 (p=0,000), so it can
be concluded that Benson Relaxation has an impact on pain reduced in post ORIF procedure
patients. Based on this study, the development and application of Benson Relaxation
technique is recommended to reduced pain especially the moderate to severe pain in post
ORIF procedure patients.
Keywords : Pain, Benson Realxation, post ORIF procedure patients
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................... ................ v
ABSTRACT.................................................................................... ................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ............. ix
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bedah ORIF ............................................................................ 9
B. Konsep Nyeri ...................................................................................... 11
C. Konsep Relaksasi Benson .................................................................... 21
D. Kerangka Teori ..................................................................................... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 29
B. Variabel Penelitian ............................................................................... 29
C. Defenisi Operasional ............................................................................ 30
D. Hipotesis ...................................................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 33
x
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 34
D. Teknik Sampling .................................................................................. 36
E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data............................................... 37
F. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 44
G. Etik Penelitian ...................................................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil……………………………………………. ................................ 49
B. Pembahasan………….. ........................................................................ 56
C. Keterbatasan penelitian ....................................................................... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 67
B. Saran. ...................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Perbedaan rerata tingkat nyeri pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien pasca
bedah Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD
Labuang Baji Makassar
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Nyeri
Gambar 2.2 Numeric Rating Scale (NRS)
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Pasien Pasca Bedah Open
Reduction Internal Fixation (ORIF) di RSUD Labuang
Baji Makassar
50
Tabel 5.2 Rerata Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Pada
Pasien Pasca Bedah Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) di RSUD Labuang Baji Makassar
51
Tabel 5.3 Perbedaan perubahan tingkat nyeri pada kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi setelah diberikan Relaksasi
Benson pada pasien pasca bedah ORIF di RSUD Labuang
Baji Makassar
54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembaran Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Rekomendasi Persetujuan Etik
Lampiran 3 : Lembaran Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Lembaran Kuesioner Karakteristik Responden dan Instrumen
Pengumpulan Data
Lampiran 7 : Lembaran Numeric Rating Scale (NRS)
Lampiran 8 : Panduan Tehnik Relaksasi Benson
Lampiran 9 : Lembar Master Tabel Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Hasil Uji Statistik Dengan Program Komputer
Lampiran 11 : Curriculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang (Black & Hawk, 2014), Fraktur melibatkan kerusakan jaringan otot,
syaraf dan pembuluh darah disekitar tulang apabila tekanan eksternal yang
menimpa tulang lebih besar dari yang dapat ditoleransi oleh tulang sehingga
menimbulkan trauma dan terputusnya kontinuitas tulang (Smeltzer & Bare,
2013). Selain itu, fraktur merupakan cedera traumatik dengan angka kejadian
yang tinggi yang dapat menimbulkan perubahan signifikan pada kualitas
hidup seseorang sebagai akibat dari pembatasan aktifitas, kecacatan dan
kehilangan pekerjaan (Black & Hawk, 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO), kasus fraktur
terjadi di dunia pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan
angka prevalensi sebesar 4,2% dan tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta
orang dengan angka prevalensi 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk
didalamnya insiden kecelakaan, cedera olah raga, bencana kebakaran, dan
bencana alam (Mardiono, 2010). Sedangkan menurut data Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013
menyebutkan bahwa dari total kejadian cedera sebanyak 84.774 kasus,
kejadian fraktur menempati posisi ke-4 terbesar dengan prevalensi 4.917 kasus
(5,8 %). Penyebab kejadian fraktur tersebut disebabkan karena kecelakaan
transportasi darat sebanyak 2.345 orang (47,7 %), karena terjatuh sebanyak
2.011 orang (40,9 %) dan karena trauma tumpul sebanyak 359 orang (7,3 %)
2
(Riskesdas Kemenkes RI, 2013). Data dari Survey kesehatan Nasional pada
tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi fraktur secara nasional sekitar
27,7%. Prevalensi ini khususnya pada laki-laki mengalami kenaikan
dibanding tahun 2009 dari 51,2% menjadi 54,5%. Sedangkan pada
perempuan mengalami penurunan yaitu sebanyak 2% di tahun 2009, pada
tahun 2010 menjadi 1,2% (Riskesdas Kemenkes RI, 2013).
Data tersebut menunjukkan bahwa angka kejadian fraktur cukup
tinggi. Cedera tersebut dapat menimbulkan perubahan yang sangat signifikan
pada kualitas hidup seseorang sebagai akibat dari pembatasan aktifitas,
kecacatan dan kehilangan pekerjaan (Black & Hawk, 2014). Menurut Smeltzer
& Bare (2013), penanganan terhadap fraktur dapat dilakukan dengan
pembedahan atau tanpa pembedahan meliputi imobilisasi, reduksi dan
rehabilitasi. Reduksi adalah prosedur yang dilakukan untuk penanganan
fraktur dengan cara pemasangan fiksasi internal atau fiksasi eksternal melalui
proses operasi. Maher, Salmon & Pullino dikutip dalam Novita (2012)
menjelaskan bahwa perbaikan posisi fraktur yang tidak stabil pada kondisi
fraktur adalah dengan melakukan Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF) baik dengan menggunakan plate, sekrup, pin, kawat, paku atau
kombinasi untuk menjaga kelurusan fragmen tulang. Tindakan bedah ORIF
merupakan tindakan utama untuk menstabilkan fraktur serta membantu
mengatasi cedera vaskuler seperti sindrom kompartemen yang dapat terjadi
pada pasien fraktur (Chelly, Ben-David, Williams & Kentor, 2003).
Data Rekam Medis RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2015
menunjukkan bahwa jumlah tindakan bedah orthopedi memiliki angka
3
tertinggi kedua setelah tindakan bedah umum, sedangkan jumlah tindakan
bedah ORIF merupakan jenis bedah orthopedic tertinggi bila dibandingkan
dengan jenis bedah orthopedic lainnya. Pada tahun 2014 jumlah kasus bedah
orthopedic sebanyak 369 orang dan yang menjalani tindakan operasi ORIF
sebanyak 299 orang (81,28 %). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus
bedah orthopedic meningkat menjadi 378 orang dan yang menjalani tindakan
operasi ORIF sebanyak 315 orang (83,33%). Data tersebut menunjukkan
bahwa mayoritas tindakan yang dilakukan untuk menangani fraktur adalah
tindakan bedah ORIF dan jenis tindakan lainnya yang dilakukan adalah berupa
fiksasi eksternal, gips dan tindakan reduksi lainnya.
Namun demikian tindakan bedah ORIF selalu disertai dengan keluhan
nyeri pasca bedah. Respon nyeri pada pasien pasca bedah ORIF dilaporkan
berada pada level severe (Chelly, Ben-David, Williams & Kentor, 2003).
Penelitian yang lain juga menemukan bahwa 75 % dari pasien bedah
mengalami nyeri sedang sampai berat setelah operasi dengan durasi sakit
dapat bertahan selama 24 sampai 48 jam, dan bisa bertahan lebih lama
tergantung pada bagaimana klien dapat menahan dan menanggapi rasa sakit
(Sloman, Rosen, Rom & Shir, 2005). Nyeri pasca bedah ORIF ini memiliki
karakteristik yang melibatkan kerusakan mulai dari integument, jaringan otot,
vaskuler sampai bagian dalam tulang dan menimbulkan efek nyeri lebih lama
pada masa pemulihan. Dampak yang bisa terjadi sebagai akibat nyeri pasca
bedah ortopedi adalah waktu pemulihan yang memanjang, terhambatnya
ambulasi dini, penurunan fungsi system dan terhambatnya waktu pemulangan
(Maher, Salmond & Paulino, 2002).
4
Penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang tepat dan akurat sangat
penting untuk mengurangi resiko komplikasi, mengurangi biaya perawatan
dan hari rawat serta mempercepat proses penyembuhan. Penatalaksanaan nyeri
yang efektif dapat dicapai melalui kombinasi terapi farmakologis dan
nonfarmakologis (Smeltzer & Bare, 2002). Meskipun medikasi farmakologis
merupakan komponen utama manajemen nyeri, teknik nonfarmakologis juga
meningkat penggunaannya dalam mengurangi atau meredakan nyeri.
Intervensi nonfarmakologis berguna sebagai terapi tambahan untuk
mengurangi nyeri, saat klien menunggu efek pengobatan dan untuk
mengurangi efek samping penggunaan terapi analgetik (Childs, et.al, 2014;
Black & Hawk, 2014). Salah satu cara non farmakologi yang cocok untuk
mengurangi intensitas nyeri pada klien pasca bedah adalah relaksasi. Relaksasi
bertujuan untuk mengurangi kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan
tulang, serta secara tidak langsung untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengurangi ketegangan terkait dengan fisiologis tubuh (Solehati & Rustina,
2013; Dehghani, Sharpe & Nicholas, 2003; Fenlon, 1999).
Salah satu tehnik relaksasi yang digunakan untuk mengurangi nyeri
pasca bedah adalah Relaksasi benson. Relaksasi Benson merupakan intervensi
nonfarmakologis yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat untuk
mengurangi nyeri pasca bedah (Benson & Proctor, 2000). Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa Relaksasi Benson efektif menurunkan
intensitas nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Solehati & Rustina (2013)
mengemukakan bahwa relaksasi Benson efektif mengurangi nyeri pada wanita
pasca bedah seksio sesarea. Selain itu, penelitian yang dilakukan di India oleh
5
Rambod, Sharif, Mohammadi, Pasyar & Rafli tahun 2014 menunjukkan
bahwa relaksasi Benson menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan
kualitas hidup pada pasien hemodialisa. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Gorji, Davanloo & Heidarigorji pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
Relaksasi Benson efektif mengurangi intensitas nyeri, stress dan kecemasan
pada pasien hemodialisa.
Namun demikian, umumnya pasien dan beberapa anggota tim
kesehatan cenderung memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk
menghilangkan nyeri, sehingga intervensi nonfarmakologis belum banyak
digunakan terutama oleh perawat dalam mengatasi nyeri pasca bedah (Black
& Hawk, 2014 & Smeltzer & Bare, 2002). Dari studi pendahuluan yang
dilakukan terhadap pasien pasca bedah ORIF di Ruang Rawap Inap Bedah
RSUD Labuang Baji pada minggu ke-2 Juli 2016, diperoleh data bahwa dari 6
orang pasien yang dilakukan wawancara langsung, seluruhnya
mengungkapkan adanya nyeri pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Keluhan nyeri tersebut diungkapkan berada pada level sedang sebanyak 2
orang (33,3 %) dan nyeri berat sebanyak 4 orang (67 %). Untuk mengatasi
keluhan nyeri tersebut seluruh pasien mendapatkan terapi farmakologi berupa
analgetik Ketorolak. Selain itu satu dari enam orang pasien tersebut
mengatakan bahwa ia diberitahu oleh perawat agar jika keluhan nyeri muncul
agar melakukan napas dalam-dalam tanpa diberi latihan secara baik sedangkan
5 orang pasien lainnya tidak memperoleh informasi dari perawat tentang
upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi nyeri selain pemberian obat
analgetik. Data awal ini menunjukkan bahwa klien masih memiliki informasi
6
terbatas tentang bagaimana mengelola nyeri pasca bedah secara tepat karena
informasi yang diperoleh dari petugas masih kurang. Hal ini dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan perawat terhadap intervensi nonfarmakologis
dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien (Roykulcharoen & Good,
2004).
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh relaksasi Benson terhadap tingkat nyeri pasca
bedah ORIF di RSUD Labuang Baji Makassar. Tehnik Relaksasi Benson
relatif sederhana, tidak memerlukan biaya, efisien dari segi waktu serta mudah
dipahami dan dilakukan oleh pasien (Solehati & Rustina, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
Umumnya pasien dan beberapa anggota tim kesehatan cenderung
memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri.
Namun demiikian, banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologis yang dapat
dilakukan untuk membantu dalam mengatasi nyeri. Metode pereda nyeri
nonfarmakologis mempunyai resiko dan efek samping yang sangat kecil
sehingga kombinasi terapi farmakologis dan non farmakologis mungkin cara
yang efektif untuk menghilangkan nyeri.
Teori keperawatan yang mendasari penggunaan kombinasi
terapi farmakologis dan nonfarmakologis adalah teori nyeri yang
dikemukakan oleh Marion Good yaitu “Pain : A Balance Between Analgesia
and Side Effects (Tomey & Alligood, 2006). Dalam riset keperawatan, Middle
Range Nursing Theory ini dapat membantu untuk menyusun hipotesis
penelitian yang dapat diuji dan memberikan pengaruh dalam praktik
7
keperawatan (Peterson & Bredow, 2004). Kombinasi terapi farmakologis dan
nonfarmakologis bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca bedah,
meminimalisir efek samping analgetik dan meningkatkan kepuasan pasien.
Pada beberapa penelitian sebelumnya, Relaksasi Benson terbukti
efektifitasnya dalam menurunkan tingkat nyeri pasca bedah, peningkatan
kualitas hidup, penurunan tingkat stress dan kecemasan. Namun demikian
penelitian yang membahas tentang efektifitas Relaksasi Benson terhadap
penurunan nyeri pasca bedah ORIF belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh
Relaksasi Benson terhadap tingkat nyeri pada pasien pasca bedah Open
Reduction Internal Fixation (ORIF) di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji Makassar ?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh Relaksasi Benson terhadap tingkat nyeri pada
pasien pasca bedah ORIF.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pasca bedah ORIF pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah mendapatkan kombinasi
relaksasi Benson dan terapi analgetik.
b. Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pasca bedah ORIF pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah mendapatkan terapi
analgetik.
8
c. Diketahuinya perbedaan perubahan tingkat nyeri pasca bedah ORIF
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol .
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat terutama diruang
perawatan bedah tentang penerapan kombinasi terapi farmakologi dan
non farmakologi Relaksasi Benson pada pasien pasca bedah ORIF.
b. Dapat menjadi masukan bagi institusi sarana pelayanan kesehatan
terutama di Rumah Sakit dalam rangka penyusunan prosedur
penanganan nyeri pasca bedah ORIF.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
a. Dapat meningkatkan kemandirian perawat dalam melakukan intervensi
keperawatan mandiri pada kasus nyeri pasca bedah.
b. Dapat memberikan wawasan kepada profesi perawat untuk senantiasa
melakukan inovasi dan mengembangkan kualitas asuhan keperawatan
mandiri terutama pada pasien pasca bedah.
3. Bagi Penelitian keperawatan
a. Dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya tentang terapi non
farmakologi dalam mengatasi nyeri pasca bedah.
b. Dapat menjadi masukan dalam merencanakan dan menyusun
penelitian keperawatan yang berfokus pada intervensi keperawatan
mandiri sehingga profesi keperawatan dapat berkembang menjadi lebih
professional.