pengaruh shift kerja terhadap iklim keselamatan …
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
53
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP IKLIM
KESELAMATAN YANG DI MEDIASI OLEH MASALAH
TIDUR DAN KELUHAN KESEHATAN PADA KARYAWAN
JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN DARAT PENUMPANG
PADA TERMINAL TIPE B BANDA ACEH
AYUNI SAKINAH1, ADE IRMA SURYANI2
1,2)Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to measure the “Effect of Shift Work in Mediation By Sleep Problems and Complaints In Employee Health Services Land Transport Transportation Passenger Terminal Type B Banda Aceh”. The sample used in this study is the driver's status as employees totaling 104 respondents. Equipment collecting data used in this study was a questionnaire. The sampling technique used is probality Sampling (HLM) is used as a method of analysis to determine the effect of all the variables involved. The results showed: 1) Shift Work Safety positive effect on climate. 2) Shifts positive effect on sleep problems. 3) Shifts positive effect on health complaints. 4) Sleep Problems positive effect on safety climate. 5) Health Complaint positive effect on safety. 6) Sleep Problems and Complaints Pemediasi Health as a positive influence on Variable Shifts and Safety Climate on Land Transport Transportation Driver Passenger Terminal Type B Banda Aceh.
Keywords: Shift Work, Climate Safety, Sleep Problems, Complaints Health
PENDAHULUAN
Sarana transportasi adalah sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, apalagi dewasa ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf
kemajuan yang semakin kompleks dan beragam, menghadapi hal ini artinya
pengelolaan menyangkut jasa transportasi harus ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Pelayanan transportasi angkutan darat yang kini berkembang bukan saja
menyangkut masalah angkutannya tetapi menyangkut pula pada kualitas pelayanan
pekerja dalam memberikan pelayanannya. Oleh karena itu perusahaan jasa
transportasi harus mampu memberikan pelayanan bermutu dan profesional sesuai
kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah sumber
daya manusia.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
54
Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi memiliki kedudukan
yang sangat penting bagi keberlangsungan organisasi tersebut, karena betapapun
lengkap dan modernnya alat yang dimiliki oleh suatu organisasi tanpa adanya
tenaga manusia tidak akan berhasil memproduksi barang atau jasa sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai organisasi. Pada era globalisasi seperti sekarang ini,
perkembangan teknologi juga telah berkembang pesat, termasuk di bidang
trasnportasi. dan perusahaan jasa transportasi dituntut memberikan pelayanan
dengan baik dan maksimal kepada masyarakat.
Kebanyakan perusahaan menerapkan sistem spesialisasi pekerjaan untuk
meningkatkan produktivitas. Seperti ban berjalan, seorang pekerja ahli dalam
bidang pekerjaan tertentu sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Selain
membosankan,pekerjaan berulang-ulang dapat menimbulkan cidera yang pada
awalnya tidak dirasakan sakit, lama-kelamaan akan terasa sakit atau menimbulkan
kelainan fisik. Cidera semacam ini disebut cumulative trauma disorders, adalah
cidera yang dialami tenaga pekerja akibat mengerjakaan suatu pekerjaan secara
berulang-ulang biasanya gerakan-gerakan ganjil dan memaksa otot yang
menyebabkan penyakit-penyakit otot, nyeri atau luka.
Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena keselamatan kerja berkaitan erat
dengan kelangsungan hidup pekerja. Begitu pentingnya faktor keselamatan kerja
sampai dituangkan dalam UU Ketenagakerjaan No. 13/tahun 2003, pasal 86 dan 87
pada bab Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan. Pasal 87 ayat (1) berbunyi
“Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan” (ILO,
2004).
Di Aceh, terjadi peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya.
Dalam 5 tahun terakhir yaitu 2012-2017, total kecelakaan lalu lintas mencapai 386
orang. Menurut Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Aceh merilis data bahwa
korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (laka lantas) di Aceh, setiap hari
mencapai lima orang, umumnya kecelakaan yang merenggut korban jiwa itu
disebabkan rendahnya kesadaran tentang perilaku keselamatan pengguna jalan saat
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
55
melajukan kendaraannya. Besarnya tingkat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Aceh
menyebabkan penekanan jumlah korban kecelakaan semakin tidak dapat teratasi,
ditambah lagi dengan minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan
pentingnya perilaku keselamatan dalam berlalu lintas di jalan sehingga sulit untuk
mengetahui akan adanya peringatan dini terhadap potensi terhadap terjadinya
kecelakaan pada daerah yang dilaluinya.
Penyebab kecelakaan lalu lintas pada umumnya terdiri atas 3 faktor yaitu
manusia, kendaraan, lingkungan. Faktor manusia (human error) memiliki
kontribusi yang paling tinggi mencapai 80-90%. Sedangkan untuk faktor kendaraan
dan faktor lingkungan memiliki kontribusi secara berurutan sebesar 510% dan
1020% (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2010). Transportasi angkutan darat
di Provinsi Aceh yang saat ini semakin berkembang dan memiliki jumlah yang
semakin meningkat tidak luput dari kecelakaan lalu lintas, bahkan terjadi hampir
setiap harinya yang mengakibatkan banyak penumpang menjadi korban dalam
kecekaan tersebut.
Angka kecelakaan yang tinggi dikalangan pengendara angkutan umum
tersebut antara lain dipengaruhi oleh perilaku keselamatan terhadap resiko
kecelakaan yang rendah pada saat mengemudi. Supir yang sudah mempunyai masa
kerja lama, lebih sering menempatkan diri pada situasi berbahaya seperti
mengemudi dengan kecepatan tinggi, menerobos lampu merah dan tidak
menggunakan sabuk keselamatan. Perilaku keselamatan merupakan kunci berfikir,
mempengaruhi perilaku mengemudi dan merupakan langkah awal seorang untuk
bertindak.
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi
50%terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Kelelahan bisa
disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental.Salah satu penyebab fatique
adalah ganguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh
kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau
shift kerja (Wicken, et al, 2004). Sharpe (2007) menyatakan bahwa pekerja pada
shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
56
Shift kerja mempunyai efek terhadap pekerja yaitu efek fisiologis, psikososial,
kinerja, kesehatan, dan efek terhadap keselamatan kerja.
Hal ini bisa menyebabkan seseorang itu akan mengalami gangguan tidur. Dari
hasil data penelitian setiap tahun di dunia, di perkirakan sekitar 20%-50% orang
dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan
tidur yang serius (Primanda, 2009).
Keluhan kesehatan yang sering dialami oleh supir angkutan kota adalah seperti
muskuloskeletal yang dapat terjadi ketika otot atau rangka menerima beban dengan
postur statis atau pekerjaan yang dilakukan secara berulang dan pekerjaan tersebut
dilakukan dalam jangka waktu yang lama.. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi–tingginya baik fisik, mental maupun sosial.
Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kesehatan berupa
kapasitas dari pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara
baik dan serasi.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Iklim Keselamatan
Denison (dalam Neal & Griffin, 2004), menyatakan bahwa iklim
keselamatan menunjuk kepada suatu situasi yang berhubungan dengan pikiran,
perasaan, dan perilaku. Dengan demikian, iklim bersifat sementara dan subjektif.
Iklim keselamatan menggambarkan persepsi terhadap nilai keselamatan dalam
lingkungan kerja dan bisa dibedakan dengan sikap, yaitu kepercayaan dan perasaan
individu tentang obyek atau aktivitas tertentu.
Dalam tingkat yang lebih luas, iklim keselamatan menggambarkan persepsi
pekerja terhadap nilai keselamatan kerja dalam sebuah organisasi. Iklim
keselamatan merupakan salah satu dari banyak anteseden yang dapat
mempengaruhi perilaku keselamatan kerja. Anteseden lain di antaranya
kepemimpinan, training, dan desain kerja (Neal & Griffin, 2004).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
57
Shift Kerja
Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin
meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan
untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus
menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sistem shift
kerja sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun
biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift.
Masalah Tidur
Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis penting dalam menjaga
keseimbangan regulasi sistem tubuh, juga merupakan suatu proses otak yang
dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Fisiologi tidur
merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai macam
neurotransmiter. Dengan adanya tidur, maka manusia dapat memelihara
kesegarannya, kebutuhan, dan metabolisme seluruh tubuhnya. Tidur memiliki
fungsi restorasi yang penting untuk termoregulasi dan cadangan energi tubuh.
Keluhan Kesehatan
Low back pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat
diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban berat yang menyebabkan
otot-otot yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh
mengalami luka atau iritasi pada diskus intervertebralis dan penekanan diskus
terhadap saraf yang keluar melalui antar vertebra.Low back pain juga dianggap
sebagai suatu sindroma nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah dan
merupakan work related musculoskeletal disorders. Pekerjaan yang berisiko
mengalami LBP salah satunya adalah pengemudi transportasi publik atau angkutan
umum. Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain, sedangkan transportasi publik adalah angkutan penumpang
yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar seperti angkot, kereta api, bus,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
58
angkutan air, dan lain sebagainya.Tujuan utama keberadaan transportasi publik ini
adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat (Widyastuti,2009;28-9).
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Iklim Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Survei pengaruh shift kerja
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan
bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak
semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak
terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam. (Adiwardana
dalam Khairunnisa, 2001).
H1 : Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Masalah Tidur
Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja
untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi,
sore dan malam.Ada beberapa jenis gangguan tidur yaitu: dissomnia, parasomnia,
insomnia, hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur. Salah satu gangguan tidur yang
disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan
tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini
dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat
tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur
selama 24 jam.
H2 : Shift kerja berpengaruh terhadap masalah tidur
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Keluhan Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
59
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. Pengemudi
transportasi publik rata-rata memiliki lama kerja sekitar 12 jam setiap harinya
dengan load factor penumpang yang tinggi sehingga menyebabkan peningkatan
beban kerja pengemudi tersebut. Kondisi ini ditambah dengan posisi duduk yang
statis dalam waktu lama yang dapat menimbulkan efek kausa negatif dalam hal
kesehatan.terutama pada keluhan muskuloskeletal seperti nyeri otot, nyeri tulang
belakang dan kram.Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot-otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang sehingga dapat mengurangi efesiensi kerja
dan kehilangan waktu kerja yang menyebabkan produktivitas.
H3 : Shift kerja berpengaruh terhadap keluhan kesehatan.
Pengaruh Masalah Tidur Terhadap Iklim Keselamatan
Seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur (insomnia) akan berkurang
kuantitas dan kualitas tidurnya. Gejala insomnia disebabkan oleh adanya gangguan
emosi/ketegangan atau gangguan fisik. Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak
faktor, misalnya seperti stres, ketegangan, depresi, merokok (nikotin), kafein dan
penyebab lainnya yang berkaitan dengan kondisi-kondisi yang spesifik seperti usia
lanjut. Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan dapat
mengganggu kesehatan fisik yang menyebabkan muka pucat dan mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang
penyakit (Lanywati, 2001).
Pengaruh Keluhan Kesehatan Terhadap Iklim Keselamatan Kerja
Pengemudi transportasi publik rata-rata memiliki lama kerja sekitar 12 jam
setiap harinya dengan load factor penumpang yang tinggi sehingga menyebabkan
peningkatan beban kerja pengemudi tersebut. Kondisi ini ditambah dengan posisi
duduk yang statis dalam waktu lama yang dapat menimbulkan efek kausa negatif
dalam hal kesehatan terutama pada keluhan muskuloskeletal seperti nyeri otot, nyeri
tulang belakang dan kram. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian
otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang sehingga dapat mengurangi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
60
efesiensi kerja dan kehilangan waktu kerja yang menyebabkan produktivitas
menurun.
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Iklim Keselamatan Kerja Yang di
Mediasi Masalah Tidur Dan Keluhan Kesehatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan Griffin dan Neal (2000) yang mengacu
pada beberapa teori mengenai perilaku, suatu model yang menggambarkan antara
iklim keselamatan kerjadengan perilaku keselamatan (safety performance).
Walaupun terdapat banyak faktor, baik dari individu maupun lingkungan kerja yang
dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti keahlian dan kepribadian individu, serta
iklim organisasi (Neal & Griffin, 1999), tetapi pada model ini iklim keselamatan
kerja menjadi antiseden utama yang data berpengaruh secara positif terhadap
perilaku keselamatan. didalam kerangka kerjamemberikan suatu proses individual
yang menghubungkan iklim keselamatan kerjadengan hasil kerja spesifik.
Hasilhasil tersebut mendukung usulan bahwa sikap pengetahuan keselamatan kerja
dan iklim keselamatan kerja terhadap perilaku keselamatan sangatlah penting.
Pembedaan ini penting karena mengidentifikasikan mekanisme-mekanisme dimana
iklim keselamatan kerjacenderung mempengaruhi perilaku keselamatan (Campbell
et al., 1993).
H6 : Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan shift dengan iklim
keselamatan kerja.
Gambar 1. Model Kerangka Pemikiran
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
61
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh supir Angkutan darat pada 14
perusahaan yang berada di terminal tipe B Kota Banda Aceh. Teknik pengambilan
sample yang digunakan adalah probability sampling. Penarikan sampel ukuran
yang diambil adalah sebesar 104 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Untuk
memperoleh data yang diperlihatkan dalam penelitian ini penulis menggunakan
kuesioner (angket), yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar
pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan terlebih dahulu yang akan dijawab oleh
responden sesuai dengan alternatif jawaban yang telah tersedia.
Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert
(Likert scale) dengan interval 1-5. Pengukuran variabel menggunakan skala
interval, yaitu alat pengukur yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang
nilai yang mempunyai makna dan mampu menghasilkan measurement yang
memungkinkan perhitungan rata-rata, deviasi standar, uji statistik parameter,
korelasi dan sebagainya (Ferdinand, 2006)
Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh shift kerja terhadap iklim keselamatan yang
dimediasi oleh masalah tidur dan keluhan kesehatan pada karyawan jasa
transportasi di terminal type B kota Banda Aceh dengan menggunakan metode
Hierarchical Linear Modelling (HLM), Baron dan Kenny (1986).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
62
Uji Validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan untuk
mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang
dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2004:109). Dengan menggunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas
tinggi, maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Penelitian ini xzzmenggunakan confirmatory factor
analysis (CFA) untuk mengetahui validitas instrumen.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau
lebih. Reliabilitas suatu pengukura mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat
terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang
konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam
instrumen (Sekaran, 2003:203).
Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini juga akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi
klasik terhadap model regresi yang telah diolah (Ghozali, 2005). Uji asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normalitas.
PEMBAHASAN
Uji Valaditas
Variabel dependen pada penelitian ini adalah iklim keselamatan, untuk
mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan
menurut Kulkarni et al. (2006-2007, Bontis and Serenko (2007). Hasil uji
menunjukkan bahwa 5 item pertanyaan yang terlibat dalam penelitian ini memiliki
konstruk korelasi yang baik sehingga dapat menjadi pengukuran yang tepat, hal ini
dapat dilihat dari nilai Eigen sebesar 2,262 dengan muatan faktor (loading faktor)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
63
yang memiliki interval 0,606 hingga 0,773. Varians yang dapat dijelaskan (variance
explained) pada faktor sebesar 45%. Nilai Kaiser- MeiyerOlkin Measure Of
Sampling Adequacy pada variabel dependen sebesar 0,609 dan hasil uji Bartlett's
Test Of Sphericity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p < 0,05).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah shift kerja, untuk mengukur
konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6 item pertanyaan menurut
Cullen and Victor (1993). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel
independen (shift kerja) ke enam item pertanyaan dapat terlibat dalam penelitian
ini.
Hasil uji menunjukkan bahwa 6 item pertanyaan yang terlibat dalam
penelitian ini memiliki konstruk korelasi yang baik sehingga dapat menjadi
pengukuran yang tepat, hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,264 dengan muatan faktor
(loading factor) yang memiliki interval 0,470 hingga 0,887. Varians yang dapat
dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 37%. Nilai KaiserMeyer-Olkin
Measure of Sampling Adequacy pada variabel independen pertama sebesar 0,766
dan hasil uji Bartlett’s Test of Sphericity menunjukkan signifikan 0,000 (p < 0,05).
Variabel mediasi (Z1) pada penelitian ini adalah Masalah Tidur, untuk
mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 5 item pertanyaan
menurut Price and Mueller (1986). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan korelasi yang baik sehingga dapat
menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai eigen sebesar 41,845
dengan loading faktor yang memiliki interval 0,493 hingga 0,873. Varians yang
dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 23%. Nilai Kaiser-
MayerOlkin Measure of Sampling Adequency pada variabel dependen (Z1) sebesar
0,642 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,000
(p<0,01).
Variabel mediasi (Z2) pada penelitian ini adalah Persepsi Keadilan
Prosedural, untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah diukur dengan 6
item pertanyaan menurut Niehoff and Moorman (1993). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian menunjukkan
korelasi yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
64
dilihat dari nilai eigen sebesar 2.755 dengan loading faktor yang memiliki interval
0,621 hingga 0,810. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor
sebesar 55%. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada
variabel dependen (X) sebesar 0,749 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity
menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).
Uji Reliabilitas
Penggunaan item-item sebagai indikator dari data variabel penelitian
mensyaratkan adanya suatu pengujian konsistensi melalui uji reliabilitas, sehingga
data yang digunakan tersebut benar-benar dapat dipercaya atau memenuhi aspek
kehandalan untuk dianalisis lebih lanjut. Uji kehandalan item pertanyaan dari
kuesioner tersebut menggunakan nilai Cronbach alpha. Uji ini hanya dilakukan
satu kali pada sekelompok responden pada masing-masing variabel.
Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan pada Cronbach alpha 0,60
(Malholtra, 2003). Jika derajat kehandalan data lebih besar dari Cronbach alpha
(α), maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan
tingkat ketelitian, dan konsistensi pemikiran yang baik. Hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2 Hasil Uji Reliability
No Variabel Jumlah
item
Cronbach’s
Alpha keteragan
Hitung Standar
1. Iklim Keselamatan 5 0.693 0,60 Handal
2. Shift Kerja 6 0.701 0,60 Handal
3. Masalah Tidur 5 0,612 0,60 Handal
4. Keluhan Kesehatan 5 0,790 0,60 Handal
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
Dari hasil Tabel 2 diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,612 hingga
0,790. Dengan demikian, seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam variabel
penelitian dapat dikatakan reliabel (handal), karena nilai Cronbach’s alpha lebih
dari 0,60.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
65
Pengujian Hipotesis
Tabel 3. Hasil Analisis Masalah Tidur dan Keluhan Kesehatan Sebagai Pemediasi Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Iklim Keselamatan
Model
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 1.960 .484 4.048 .000
X .515 .107 .431 4.824 .000
2
(Constant) -.038 .594 -.063 .950
X .428 .098 .359 4.383 .000
Z .579 .117 .405 4.954 .000
a. Dependent Variable: Y
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode Hierarchical
Linear Modeling (HLM) untuk mengetahui pengaruh antar variabel, yang
meliputi:
1. Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan (H1).
2. Shift kerja tidak berpengaruh terhadap masalah tidur (H2).
3. Shift kerja tidak berpengaruh terhadap keluhan kesehatan (H3).
4. Masalah tidur berpengaruh terhadap iklim keselamatan (H4).
5. Keluhan kesehatan berpengaruh terhadap iklim keselamatan kerja (H5).
6. Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan shift kerja dengan
iklim keselamatan kerja (H6).
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis Keterangan
H1 Shift kerja berpengaruh terhadap iklim keselamatan Terdukung
H2 Shift kerja berpengaruh terhadap masalah tidur Tidak
Terdukung
H3 Shift kerja berpengaruh terhadap keluhan kesehatan Tidak
Terdukung
H4 Masalah tidur berpengaruh terhadap iklim keselamatan Terdukung
H5 Keluhan kesehatan berpengaruh terhadap iklim keselamatan Terdukung
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
66
H6 Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi hubungan
shift kerja dengan iklim keselamatan kerja
Terdukung
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulkan sebagai berikut:
1. Shift kerja berpengaruh signifikan terhadap iklim keselamatan pada sopir
angkutan terminal type B Banda Aceh. Diantara hubungan dua variabel
tersebut, shift kerja memiliki pengaruh dominan dengan iklim keselamatan
dilihat dari shift kerja dalam hal toleransi shift kerja, interaksi antar individu,
dan organisasi kerja dalam menyusun suatu shift kerja dalam mencapai iklim
keselamatan dalam bekerja.
2. Shift kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap masalah tidur pada sopir
angkutan terminal type B Banda Aceh. Apabila shift kerja memiliki pola waktu
kerja yang diberikan memiliki jadwal maka akan tidak terjadi masalah tidur
yang dialami oleh sopir pada gangguan tidur, perubahan jadwal, sindroma fase
terlambat tidur, sindrom bangun tidur yang tidak teratur selama 24 jam.
3. Shift kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap keluhan kesehatan pada sopir
angkutan terminal type B Banda Aceh. Dapat disimpulkan bahwa jam kerja
terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift yang dibagi atas jam kerja
pagi, sore, dan malam. Keluhan kesehatan seperti musculoskeletal seperti nyeri,
mata panas, posisi duduk statis, dan baal (mati rasa) terjadi pada sopir
Angkutan Terminal Type B Banda Aceh karena memiliki shift kerja yang baik.
4. Masalah tidur berpengaruh signifikan terhadap iklim keselamatan pada sopir
Angkutan Terminal Type B Banda Aceh. Salah satu gangguan tidur yang
disebabkan oleh perubahan jadwal kerja (shift kerja) adalah dissomnia
gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur irama sirkadian). Pada gangguan
tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom, perubahan jadwal kerja, sindroma fase
terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur,
tidak tidur selama 24 jam. Waktu untuk mengembalikan kebugaran dari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
67
kelelahan akibat kerja menjadi bagian yang penting dalam menyusun jadwal
kerja untuk mendapatkan kegiatan K3 yang berguna untuk keselamatan dan
menjaga keselamatan pada sopir.
5. Keluhan kesehatan berpengaruh signifikan terhadapiklim keselamatan pada
sopir Angkutan Terminal Type B Banda Aceh. Pada dasarnya keluhan
kesehatan seperti musculoskeletal seperti nyeri , mata panas, posisi duduk statis,
dan baal (mati rasa). Memberikan penurunan terhadap iklim keselamatan yang
bisa menyebabkan kurangnya kinerja dan kepuasan kerja akibat tidak adanya
iklim keselamatan ditempat kerja
6. Masalah tidur dan keluhan kesehatan memediasi pengaruh shift kerja pada
iklim keselamatan pada sopir angkutan terminal type B Banda Aceh. Pada
dasarnya shift kerja yang baik akan berdampak pada iklim keselamatan yang
ada pada karyawan dan masalah tidur juga sangat berpengaruh terhadap keluhan
kesehatan. Karyawan memiliki kosentrasi dan tingkat kefokusan yang baik
sehingga ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaanya dapat mengurangi
kesalahan atau kelalaian sehingga jarangnya terjadi kecelakaan dalam
menjalankan pekerjaanya.
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka dapat dirangkum
beberapa saran sebagai berikut:
1. Menyusuri penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini agar didapat
perbandingan yang menyeluruh dan lengkap sehingga peneliti selanjutnya
diharapkan bisa menghasilkan yang lebih baik dan akurat.
2. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut dengan topic
yang serupa dengan penambahan variabel lain. penulis menyarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk melakukan lebih mendalam lagi dan menggunakan
sampel yang lebih besar sehingga lebih akurat.
3. Bagi para sopir shift kerja dapat diukur dari shift kerja dalam hal toleransi shift
kerja, interaksi antar individu, dan organisasi kerja dalam menyusun suatu shift
kerja dalam mencapai iklim keselamatan dalam bekerja. Selain hal tersebut shift
kerja juga berpengaruh pada efek fisiologis berkurangnya waktu tidur, kapasitas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
68
fisik yang menurun akibatnya perasaan mengantuk dan lelah. Sedangkan efek
psikososial yaitu terganggunya kehidupan keluarga, kecil kesempatan
berintraksi dengan teman dan terganggunya aktivitas kelompok dalam
masyarakat.
4. Bagi para manajer CV agar selalu menjalankan iklim keselamatan kerja untuk
para karyawanya seperti adanya nilai manajemen, praktek keselamatan,
pelatihan keselamatan, komunikasi keselamatan, dan peralatan dalam bekerja
agar terhindar dari kecelakaan yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja
atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahtraan hidup.
5. Bagi para sopir agar dapat membagi jam kerjanya secara baik agar tidak terdapat
masalah tidur seperti gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan jadwal
kerja (shift kerja) adalah dissomnia gangguan tidur ekstrinstik (gangguan tidur
irama sirkadian). Pada gangguan tidur ini dikatakan juga jet lag sindrom,
perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur
belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.
REFERENSI
Albar Z (2009) Gangguan Muskuloskeletal Akibat Kerja: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
Armstrong (2009) Element of Ergonomics Programs a Primer Based on Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. America: US Departement of
Health and Human Service NIOSH.
Anshori,A (2008) Jumlah Kecelakaan Kerja Secara Nasional Cukup Tinggi.
http;p//www.jamsostek.co.id/info/berita/diakses 10 oktober 2008.
Baron, R.M. and Kenny, D.A (1986) The Moderator-Mediator Variable Distinction
in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, And Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51 (6), 1173-1182.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
69
Berger, A. M., dan Hobbs, B (2006) Impact Of Shift Work on Health and Safety on Nurses And Patients, Clinical. Journal of Ocology Nursing, Vol. 10 (4), 465480.
Costa, G (2003) Factors Influencing Health of Workers and Tolerance to Shift Work. Theory Issues in Ergonomic Science, Vol. 4, 263-288.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2010) Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas.
Galinsky, T., Swanson, N. G., Sauter, S. L.,Hurrell, J., Schleifer, L. M (2000) A Fieldstudy of Supplementary Rest Breaks Fordata-Entry Operators Ergonomics, Vol. 43 (5),622-638.
Gustafsson, U. M (2002) Sleep Quality and Response to Insufficient Sleep in Women On Different Work Shifts. Journal of Clinicalnursing, Vol. 11, 280288.
Ghozali, Imam (2001) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Malhotra. (2003) Riset Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mudrajad Kuncoro, Ph. D (2003) Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Neal, A. & Griffin, M. A (2002) Safety Climate and Safety Behaviour. Australian
Journal of Management, Vol. 27 (special issues), 67 73.
Neal, A. & Griffin, M. A (2004) Safety Climate And Safety At Work: The Psychology Of Workplace Safety. Washington: American Psychological, Association.
Primanda,Y (2009) Pengaruh Ekstrak Valerian Terhadap Waktu Tidur Mencit
Skirpsi: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.
Robbins, Stephen, P (2006) Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks Gramedia.
Sekaran (2009) Research Methods For Bussiness, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku 1 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Sugiyono (2007) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alphabeta.
Tawarka (2010) Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Press Solo
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 2, No. 2, Mei 2017: 53-70
70
Zohar, D. (2003) Safety climate: Conceptual and Measurement Issues: Handbook of Occupational Health Psychology. In J.Quick & L. Tetrick (Eds.). New York: American Psychological Association.