pengaruh word of mouth dan community marketing terhadap customer retention
DESCRIPTION
Proposal Tugas Akhir Universitas BakrieTRANSCRIPT
PENGARUH WORD OF MOUTH DAN COMMUNITY
MARKETING TERHADAP CUSTOMER RETENTION
(Sebagai Kajian Riset Pada Convenience Store Circle K
Region Bintaro)
USULAN TUGAS AKHIR
Rangga Dasa Cipta Noor1071001089
PROGRAM SARJANA STRATA 1PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BAKRIEJAKARTA
2011
JUDUL : PENGARUH WORD OF MOUTH DAN COMMUNITY MARKETING
TERHADAP CUSTOMER RETENTION (Sebagai Kajian Riset Pada Convenience Store
Circle K Region Bintaro)
II. PERSONALIA
MAHASISWA : Rangga Dasa Cipta Noor (1071001089)
Mahasiswa ,Program Studi Manajemen
Universitas Bakrie
DOSEN PEMBIMBING : Muchsin Saggaff Shihab, SE. MSc. MBA. Ph.D
Staf Pengajar Program Studi Manajemen
Universitas Bakrie
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, ekonomi berkembang sangat pesat,hal ini juga diikuti
dengan berkembangnya bisnis yang terjadi disegala sektor. Para pebisnis saling
berlomba-lomba bersaing dalam pemasaran untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya dan untuk tetap bertahan (sustain) dalam bisnis yang sedang
digelutinya. Pemasaran secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat, khusunya kepada pembeli yang
potensial. Dalam pasar tidak luput dari fenomena persaingan, Durianto dan Sitinjak
(2001) mengatakan bahwa fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi
akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar
yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa
pasar. Saat ini di Indonesia bisnis ritel yang modern merupakan salah satu bisnis
yang banyak bersaing dan menjadi trend. Bisnis ritel atau perdagangan eceran
didefinisikan sebagai kegiatan menjual barang dan jasa kepada masyarakat baik
untuk keperluan pribadi, keluarga, maupun rumah tangga. Pengertian secara lazim,
retailer atau peritel adalah mata rantai terakhir dari proses distribusi. Peritel
2
merupakan mitra dari agen/distributor yang nama lainnya adalah wholesaler
(pedagang partai besar) (Ma’ruf. 2006).
Bisnis ritel modern (minimarket/convenience store, supermarket, dan
hypermarket) di Indonesia perkembangannya tetap signifikan meskipun keadaan
perekonomian nasional saat ini masih merasakan dampak dari krisis perekonomian
global. Penyebab dari hal tersebut dikarenakan potensi yang cukup besar yang
dimiliki Indonesia dan menguatnya usaha kecil dan menengah yang secara tidak
langsung menambah jumlah masyarakat berpenghasilan menengah-atas untuk
berbelanja di ritel modern (www.topikbisnis.blogspot.com).
Dalam penilitian kali ini bisnis ritel modern dibatasi khusus kategori
minimarket/convenience store, dikarenakan jumlah gerai yang lebih banyak
sehingga persaingan lebih ketat. Saat ini di Indonesia sudah cukup banyak bisnis
ritel modern kategori minimarket/convenience store yang saling bersaing, seperti
Alfamart, Indomaret, Circle K, 7-Eleven, Starmart, Yomart dan lain-lain. Namun,
pada penelitian ini yang memiliki hubungan persaingan langsung adalah antara
Circle K dan 7-Eleven, karena bergerak dalam jenis bisnis ritel modern yang sama
yakni Convenience Store.
Convenience Store dan Minimarket merupakan hal yang berbeda, Ada
perbedaan yang mendasar antara convenience store dan minimarket, dari informasi
yang didapat dari jurnal profil perusahaan mengatakan bahwa convenience store
menyediakan produk yang lebih sedikit dibandingkan dengan minimarket meskipun
pada umumnya ukuran toko sama. Pelanggan biasanya mendatangi convenience
store untuk membeli barang-barang yang segera digunakan. Banyak perbedaan lain
yang terdapat antara convenience store dan minimarket. Jika kebanyakan
minimarket memiliki value harga murah dan menyediakan beragam produk, maka
convenience store memaksimalkan kepuasan pelanggan dengan mengutamakan
kecepatan layanan, kebersihan dan kerapihan store, keramahan pelayan serta
suasana store yang menyenangkan. Pelanggannya juga berbeda. Minimarket
biasanya didatangi oleh ibu rumah tangga middle low untuk belanja keperluan
seminggu, namun convenience store didatangi oleh karyawan dan mahasiswa
middle up untuk berbelanja kebutuhan saat itu. Karena fungsi dan pelanggan yang
berbeda, pada umumnya desain toko juga berbeda. convenience store memiliki
desain modern yang atraktif dengan pewarnaan ruangan dan cahaya yang diatur
dan pengaturan rak dengan tinggi yang cukup agar terkesan luas, sementara
3
minimarket dengan desain standard. Pada intinya, kenyamanan di convenience
store menjadi faktor utama. Pada umumnya, convenience store memiliki jam
operasional 24 jam, jadi untuk para pelanggan convenience store merupakan tempat
yang sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan dikala malam hari.
(http://www.scribd.com/doc/7332771/Circle-K). dibawah ini adalah positioning map
yang membedakan antar convenience store dan minimarket :
Gambar 1.1
Positioning Map
Pada saat ini ritel jenis convenience store semakin berkembang pesat,
dibuktikan dengan semakin menjamurnya toko-toko Circle K dan 7-Eleven
diberbagai kota besar di Indonesia. Circle K merupakan pemain lama di Indonesia
dalam bisnis ritel jenis convenience store, namun dengan munculnya 7-Eleven pada
tahun 2009 di Indonesia membuat Circle K antisipasi membuat strategi agar tidak
kalah bersaing. Dari jurnal profil perusahaan, Circle K dan 7-Eleven di negara
asalnya Amerika Serikat memang telah lama bersaing. Berbagai strategi dibuat
Circle K untuk menarik perhatian pelanggannya. Memberikan pelayanan yang
terbaik, program promosi yang menarik perhatian pelanggan, sampai membuat
sebuah komunitas pemasaran sebagai ajang promosi melalui situs jejaring sosial,
event-event untuk para pemuda dan lain-lain. Melalui hal tersebut perusahaan
mengharapkan akan memperoleh pelanggan yang loyal dan hubungan yang
berkesinambungan.
Promosi yang dilakukan para pebisnis ritel dilakukan melalui berbagai media
baik cetak maupun elektronik. Tetapi, metode pemasaran tradisional yakni Word of
4
Product AssortmentSedikit Banyak
Kecil
Besar
Luas Toko
Positioning Map
CVS Minimarket
Supermarket
Hypermarket
Mouth / WoM (dari mulut ke mulut) masih merupakan salah satu cara pemasaran
yang paling efektif yang digunakan di Indonesia (Arbainah, 2010). Menurut Kotler
dan Keller (2009), WoM didefinisikan sebagai komunikasi antar orang perorang baik
melalui lisan, tulisan ataupun komunikasi elektronik yang berhubungan dengan suatu
pengalaman dalam membeli sesuatu atau menggunakan produk atau servis.
Menurut Silverman (2001) dalam membagi WoM kedalam 9 level mulai dari minus 4
sampai level plus 4 yang pada dasarnya bertujuan untuk mengelaborasi lebih lanju
konsep WoM positif dan WoM negatif. Pada level minus 4 apa yang dikatakan orang
hanyalah hal yang negatif dan pada level plus 4 yang dibicarakan orang hanyalah
hal yang positif. Level minus 1 sampai level minus 4 disebut WoM negatif, level plus
1 sampai level plus 4 disebut WoM positif
Dalam artikel virtual blog yang berjudul “Word of Mouth, Kalahkan Pengaruh
Iklan ATL (Above The Line)”, menurut riset MRI (Marketing Research Indonesia)
bukan iklan televisi yang menjadi sumber informasi terbaik dan memberi pengaruh
terbesar dalam pengambilan keputusan, melainkan WoM. Dari 10 kategori, 8
kategori hasilnya mengatakan WoM memiliki pengaruh yang lebih besar. Hanya
satu kategori yakni iklan mobil baru, pengaruh ATL sangat besar. Mungkin iklan ATL
terutama melalui televisi mampu memperlihatkan visual mobil dengan lebih jelas.
Dalam riset ini sumber WoM mayoritas lebih besar datang dari wanita, kecuali untuk
kategori café,mobil, komputer dan asuransi pria yang lebih dominan
(http://www.virtual.co.id/blog/marketing-communication/word-of-mouth-kalahkan-
pengaruh-iklan-atl/). Dibawah ini adalah tabel hasil survey yang dilakukan MRI
tersebut :
Tabel 1.1
Hasil Survey MRI tentang WoM
Sumber : http://www.virtual.co.id/blog/marketing-communication/word-of-mouth-
kalahkan-pengaruh-iklan-atl/
Aplikasi strategi word of mouth dapat berjalan lebih mudah jika ada suatu
komunitas yang menaunginya. Banyak perusahaan menyadari pentingnya suatu
5
komunitas pemasaran (Community Marketing). Program keanggotaan merupakan
salah satu bentuk komunitas yang dibentuk produsen untuk meningkatkan
hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Tokoh Marketing Indonesia,
Hermawan Kartajaya, mengatakan fenomena komunitas ini sebagai channel yang
terbaik dalam pemasaran dunia yang semakin yang semakin emosional dan
interaktif. Community marketing terbentuk bisa oleh dua kemungkinan, perusahaan
sendiri yang menciptakan komunitas tersebut atau yang kedua adalah komunitas
independen yang bukan hasil bentukan perusahaan. Contoh komunitas yang ada di
Indonesia seperti yang pernah dipublikasian di majalah SWA yaitu Bike to work
(B2W), Harley Davidson, Jakarta Mio Club dan lain-lain. Perkembangan komunitas
pemasaran didorong dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat, kian
masifnya penggunaan internet dan ponsel-ponsel cerdas, serta berkembangnya
teknologi jejaring sosial seperti Facebook,Friendster,Twitter blog dan lain-lain.
Perkembangan jejaring sosial juga secara tidak langsung mempermudah
berjalannya fenomena WoM yang berdampak terhadap perusahaan. Sekarang
Banyak perusahaan yang mempromosikan produknya melalui jejaring sosial,
alasannya klasik karena biaya yang murah dan manajemen waktu yang tidak sulit
(www.sandi-adisutiyono.blogspot.com).
Menurut Hamdan. 2008, community is a best channel, perusahaan harus
mempertimbangkan komunitas mana yang banyak memberikan manfaat dengan
cost (biaya) yang relatif minim dan memberikan keuntungan yang maksimal.
Mengelola komunitas tujuannya bukan hanya untuk menggaet pelanggan baru,
namun lebih mengarah pada mempertahankan para pelanggan untuk tetap setia
pada produk yang ditawarkan. Dalam suatu komunitas sering terjadi hubungan
yang sangat intens dan panjang antara perusahaan dan pelanggan. Pelanggan
yang telah memiliki hubungan yang loyal terhadap perusahaan dengan sendirinya
membicarakan tentang apa yang telah diperolehnya kepada orang lain, yang secara
tidak langsung juga dapat menguntungkan perusahaan.
Circle K adalah waralaba Toko kelontong atau minimarket Internasional yang
berasal dari Amerika Serikat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1951 di El Paso,
Texas. Jaringan minimarket Circle K kini dimiliki dan dioperasikan oleh jaringan
waralaba toko retail terbesar di Kanada, yaitu perusahaan Alimentation Couche-
Tard (ACT). Circle K masuk ke Indonesia pada tahun 1986 di kota Jakarta,
tepatnya di Panglima Polim, Jakarta Selatan. Circle K lalu merambah keluar
6
Jakarta dengan membuka gerainya di Bali pada tahun 1996, kemudian di
Yogyakarta pada tahun 2000, Bandung pada tahun 2001, Batam dan Surabaya
pada tahun 2009 (www.arvamenjawabsemuaadadisini.blogspot.com).
Circle K adalah sebuah minimarket yang beroperasi 24 jam penuh. Hal ini
menjadikannya popular di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dimana
konsep minimarket seperti ini masih jarang. Circle K menjadi trend-setter bagi
banyak minimarket sejenis yang muncul kemudian hari. Saat ini Circle K populer di
kalangan remaja kota besar di Indonesia. Di mata remaja, Circle K dicitrakan
sebagai minimarket zaman sekarang, mereka menyediakan berbagai minuman
alkohol dan rokok yang cukup lengkap dan beroperasi 24 jam, sebuah hal yang
diminati oleh remaja Indonesia masa kini. Pembeli dari gerainya juga diizinkan untuk
didepan gerainya sambil menikmati belanjaanya sehingga secara tidak langsung
Circle K menjadi kawasan berkumpulnya remaja dikala malam hari
(www.arvamenjawabsemuaadadisini.blogspot.com).
Circle K di dalam jejaring sosial Facebook-nya yang bernama Circle K –
Indonesia menyatakan “We are acclaimmed as The First and Largest Convenience
Store Operator in Indonesia”. Hal tersebut diusung setelah munculnya pesaing lama
Circle K dari Amerika Serikat pada 2009 di Indonesia yaitu 7-Eleven. 7-Eleven
merupakan pesaing terkuat dan berpengaruh langsung terhadap main business
Circle K. Alasannya karena 7-Eleven memiliki konsep yang serupa dengan Circle K
dan secara jangka panjang dapat mengancam bisnis Circle K di Indonesia yang
telah dibangun sejak lama. Kemunculan 7-Eleven di Indonesia memacu Circle K
untuk melakukan berbagai strategi untuk menarik perhatian konsumen. Strategi ini
bertujuan baik untuk mempertahannkan pelanggan lama maupun untuk menarik
pelanggan baru. Strategi yang dilakukan Circle K diantaranya melalui program
kampanye akibat bahaya merokok yang di fokuskan pada para pemuda di Bali.
Program ini terkesan membahayakan bisnis Circle K, karena pada kenyataannya
konsep Circle K sebagai ritel convenience store mayoritas omzet penjualan
perharinya di dominasi produk cigarette. Hal ini termasuk gebrakan yang cukup
berani yang dilakukan Circle K. Strategi lain yang dilakukan adalah melalui
pembuatan sebuah komunitas pemasaran melalui situs jejaring sosial Facebook
dan Twitter (Facebook : Circle K – Indonesia, Twitter : @CircleKIndo). Circle K
menggunakan komunitas ini sebagai sarana untuk menggencarkan promosi yang
dilakukan (promosi program potongan harga, hadiah pembelian suatu produk dan
7
lain-lain), menginformasi event-event yang dilakukan di toko Circle K (seperti acara-
acara nge-Jam di beberapa toko terpilih), dan sebagai ajang berkumpulnya para
pelanggan Circle K untuk saling berbagi pengalaman selama berbelanja di Circle K.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, penilitian ini bertujuan
untuk menganalisa Word of Mouth/WoM (dari mulut ke mulut) dan Community
Marketing pada convenience store Circle K region Bintaro dan pengaruhnya
terhadap Customer Retention (Retensi Pelanggan), maka penulis memilih judul:
“Pengaruh Word of Mouth dan Community Marketing terhadap Customer
Retention (Sebagai Kajian Riset pada Convenience Store Circle K Region
Bintaro)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini akan menganalisa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Word of Mouth/WoM berpengaruh pada Customer Retention
(Retensi Pelanggan) ?
2. Apakah Community Marketing (Komunitas Pemasaran) berpengaruh pada
Customer Retention (Retensi Pelanggan) ?
3. Apakah Word of Mouth/WoM dan Community Marketing bersama-sama
berpengaruh pada Customer Retention (Retensi Pelanggan) ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa pengaruh Word of Mouth/WoM terhadap Customer Retention
(Retensi Pelanggan) ?
2. Menganalisa pengaruh Community Marketing (Komunitas Pemasaran)
terhadap Customer Retention (Retensi Pelanggan) ?
3. Menganalisa Word of Mouth/WoM dan Community Marketing yang bersama-
sama berpengaruh terhadap Customer Retention (Retensi Pelanggan) ?
D. Batasan Masalah
Penelitian ini terbatas pada pengaruh Word of Mouth/WoM dan Community
Marketing terhadap Customer Retention pada minimarket Circle K region
8
Bintaro. Responden penelitian ini adalah 200 pengunjung convenience store
Cirlce K region Bintaro.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat bagi penulis, penelitian ini merupakan penerapan dari ilmu yang
didapat selama mengikuti kuliah dan pembanding dengan kenyataan
dilapangan. Selain itu penelitian ini merupakan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi S1 pada program Manajemen Universitas Bakrie.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai pengaruh Word of Mouth/WoM dan
Community Marketing dan Customer Retention pada industri ritel modern
Indonesia. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi
rekomendasi untuk pengembangan penelitian yang akan datang.
3. Manfaat bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
untuk perusahaan agar dapat terus meningkatkan pelayanan yang diberikan
sehingga dapat meningkatkan performa perusahaan di masa yang akan
datang.
IV. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka akan dijelaskan teori-teori yang dibahas dalam penelitian ini,
sehingga dapat menjelaskan konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
A. Word of Mouth/WoM (dari mulut ke mulut)
Definisi menurut Sandy et al (2011), WoM adalah memberikan rekomendasi
informasi mengenai penyedia jasa, memberi komentar yang positif mengenai bagian
aspek servis dan kemudian mendorong teman dan keluarganya untuk berbelanja
barang-barang di penyedia jasa tersebut. Dalam penelitiannya beliau mengatakan
bahwa WoM merupakan sumber informasi, positif WoM merupakan masukan yang
paling powerful/kuat untuk membuat keputusan.
Menurut Harjadi dan Fatmasari (2008), word of mouth didefinisikan sebagai
usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan,
merekomendasikan dan menjual produk/merk kita kepada pelanggan lainnya.
9
Menurut Brown et al (2005:125), WoM sebagai suatu kegiatan yang terjadi
apabila pelanggan membicarakan suatu kepada orang lain baik tentang merk,
produk, layanan atau perusahaan. WoM dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni
WoM positif yakni menyebarkan tentang kebaikan suatu produk dan WoM Negatif
yakni menyebarkan tentang keburukan suatu produk. Jadi tidak selamanya WoM itu
bersifat positif, WoM akan bersifat negatif apabila penyedia jasa tidak dapat
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan.
Menurut Silverman (2001) dalam membagi WoM kedalam 9 level mulai dari
minus 4 sampai level plus 4 yang pada dasarnya bertujuan untuk mengelaborasi
lebih lanju konsep WoM positif dan WoM negatif. Pada level minus 4 apa yang
dikatakan orang hanyalah hal yang negatif dan pada level plus 4 yang dibicarakan
orang hanyalah hal yang positif. Level minus 1 sampai level minus 4 disebut WoM
negatif, level plus 1 sampai level plus 4 disebut WoM positif.
Gambar 2.1
Valensi WoM
Sumber : Silverman (2001), dalam Keumaladewi (2006)
Menurut Kottler dan Keller (2009), WoM memiliki dua bagian bentuk, yakni
buzz dan viral marketing. Buzz marketing berarti kesenangan, membuat publikasi,
menyampaikan informasi yang berhubungan dengan produk yang tidak terduga atau
bahkan yang memalukan. Viral marketing adalah bentuk lain dari word of mouth
atau “word of mouse” dimana konsumen terdorong untuk menginformasikan
perkembangan produk dan servis dari suatu perusahaan baik melalui suara, video,
informasi tertulis kepada orang lain. Pemasaran WoM memiliki 3 karakteristik :
1. Credible : karena orang percaya pada orang lain yang tahu dan respek, WoM
dapat sangat berpengaruh
2. Personal : WoM dapat sangat berupa obrolan yang sangat intim yang
menggambarkan kenyataan, opini, dan pengalaman seseorang.
10
Negatif Positif
3. Timely : hal ini terjadi saat seseorang mengenginginkannya dan saat mereka
sangat tertarik, dan hal ini biasanya diikuti oleh pengalaman yang penting dan
berarti.
Dari berbagai penelitian sebelumnya, teridentifikasi beberapa faktor yang
mempengaruh munculnya perilaku muntuk menyebarkan WoM yaitu : kepuasan
konsumen, opinian leadership, dan juga insentif (Root dan Richins, 1998).
a. Kepuasan konsumen akan mempengaruhi keinginan seseorang menyebarkan
informasi mengenai produk atau jasa yang dikonsumsinya (Brown et al. 2005).
Jika konsumen puas terhadap suatu produk yang ia gunakan maka secara
naluriah ia akan bercerita kepada orang-orang disekitarnya tentang
kepuasannya dan menyebarkan WoM yang positif diantara orang-orang
tersebut. Jika tidak puas ia akan bercerita kepada orang-orang dan
menyebarkan WoM yang negatif diantara orang-orang tersebut (Sutriono, 2008).
b. Opinian leadership adalah penentu kunci dalam komunikasi WoM dan pengaruh
interpersonal yang mempengaruhi difusi dari suatu produk, konsep dan juga
jasa. Individu yang memainkan peran sebagai opinian leader akan
mendapatkan beberapa keuntungan seperti menjadi pusat perhatian, dianggap
sebagai ahli, status dan menunjukan superioritas (Blackwell et al, 2001).
Keinginan menjadi opinian leader juga dianggap sebagai salah satu pemicu
seseorang menyebarkan WoM (Sutriono, 2008).
c. Insentif perlu untuk merangsang orang menyebarkan WoM. Insentif yang
diberikan harus kreatif walaupun bisa juga dalam bentuk uang (Misner dan
Devine, 1999). Dalam hal ini Circle K menggunakan program-program promosi
seperti, pemberian program pemotongan harga untuk produk-produk yang dijual
ditoko (dilakukan secara periodik atas produk-produk yang banyak dicari
orang/banyak laku terjual ,produk-produk yang kurang diminati/tidak laku dan
produk-produk baru), pemberian hadiah untuk pembelian produk tertentu (dapat
berupa produk juga atau berupa hadiah lain seperti t-shirt dan lain-lain), dan
program-program lainnya.
11
B. Community Marketing (Komunitas Pemasaran)
Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
menyampaikan manfaat dari suatu produk dan meyakinkan konsumen terhadap
barang yang ditawarkan. Selain menggunakan bauran promosi perusahaan harus
mampu menggunakan media lain untuk menggaet lebih banyak konsumen dalam
bentuk community marketing (komunitas pemasaran) sebagai bentuk ikatan abadi
dengan antar pelanggan pada komunitas tertentu. Community is a best channel,
perusahaan harus mempertimbangkan komunitas mana yang banyak memberikan
manfaat dengan cost (biaya) yang relatif minim dan memberikan keuntungan yang
maksimal (Hamdan, 2008).
Menurut Drew Banks dan Kim Daus (2002), komunitas adalah saluran yang
sangat efisien dan efektif untuk menjangkau pelanggan, karena power yang dimiliki
komunitas adalah sebagai berikut :
a. Loyalitas Pelanggan
Komunitas mampu menciptakan relationship customer dan loyal customer,
bahkan lebih jauh mampu untuk membangun advocator customer.
b. Murahnya Customer Acquitition
Karena jenis pelanggannya adalah advocator customer maka mereka
akan cenderung menjadi tenaga penjual yang fanatik. Mereka akan
bercerita kepada semua orang atau calon konsumen dan
merekomendasikan merk dan produk perusahaan. Rekomendasinya
adalah sebagai alat promosi dan penjualan yang sangat efektif dan ampuh
dalam mempengaruhi pelanggan prospek.
c. Pengembangan Produk Baru
Dengan adanya komunitas, perusahaan mampu menekan biaya dalam
pengembangan produk baru perusahaan, karena proses survey dan
dalam pengumpulan berbagai informasi tentang perilaku pelanggan atau
calon konsumen menjadi lebih efisien dan efektif.
d. Peer-To-Peer Customer Service
Fokus pada pelayanan purna jual secara otonomi dijalankan oleh
pelanggan itu sendiri. Anggota komunitas bisa menanyakan persoalan-
persoalan yang dihadapi berkaitan dengan produk sesama anggota
komunitas.
12
Tokoh marketing Indonesia Hermawan Kartajaya bahkan menyebut fenomena
komunitas ini sebagai channel yang terbaik dalam pemasaran di dunia yang semakin
emosional dan interaktif, yang mengambil istilah-nya John Gray, Bumi yang menjadi
seperti Venus, yang dianalogikan sebagai asal dari wanita. Komunitas bertindak satu
sama lain atas dasar saling percaya, yang terbentuk karena adanya proses relasi
yang intens dan panjang. Secara emosional memang penduduk Venus paling suka
berinteraksi satu sama lain dan membentuk komunitas (www. sandy-
adisutiyono.blogspot.com/2010/08/community-marketing.html).
C. Customer Retention (Retensi Pelanggan)
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), Customer Retention lebih merupakan
strategi untuk menarik pelanggan untuk tetap setia pada perusahaan dibandingkan
beralih pada perusahaan lain. Pengertian lain mengatakan bahwa customer
retention lebih mengarah pada hubungan antara loyalitas pelanggan dengan
profitabilitas (Anderson dan Mital, 2000), meskipun banyak yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara loyalitas pelanggan dengan retensi, tapi salah jika
mengatakan bahwa pelanggan yang melakukan pembelian ulang atau repeat
purchase adalah pelanggan yang loyal.
Menurut Buttle (2004), customer retention lebih berhubungan dengan perilaku
(behavioural loyalty) yang diukur berdasarkan frekuensi dalam membeli suatu
produk, semnetara loyal lebih mengarah pada sikap (attitudinal loyalty) yang diukur
berdasarkan sikap, keyakinan, perasaan, dan kehendak untuk membeli.
Customer Retention (Retensi Pelanggan) lebih menekankan kegiatan
pemasar dalam mempertahankan pelanggan, lebih berfokus pada pengembangan
kegiatan pemasaran yang menyebabkan pembelian ulang pada aspek manajerial
pemasar dan pelanggan (Hennig-Thurau dan Klee,1997). Menurut Cranage (2004),
manfaat langsung dari Customer Retention adalah menguragi biaya pemasaran dan
iklan, beberapa penelitian juga menunjukan pelanggan yang puas akan dengan
sebuah pelayanan akan melakukan Word of Mouth Communication.
Pelanggan yang setia akan lebih responsif untuk setiap produk dan jasa yang
dikeluarkan oleh perusahaaan,membayar lebih, dan menciptakan permintaan.
Sehingga pelanggan tersebut juga tidak akan terlalu sensitif terhadap harga
sehingga margin yang akan didapatkan perusahaan akan lebih besar (Bakar, 2010).
13
Menurut Soemadipraja (2006), melakukan customer retention akan lebih
murah jika melakukan akuisisi pelanggan baru, tetapi pada kenyataanya untuk
mempertahankan desired customers, perusahaan harus rela mengelurakan biaya
yang tinggi, agar pelanggan yang dimaksudkan tidak pindah ke perusahaan lain.
Tetapi ada kalanya biaya mengakuisisi pelanggan baru dapat lebih murah
dibandingkan mempertahankan pelanggan (Keiningham et all, 2005) dengan
memperhatikan product life cycle dari produk yang dipromosikan.
Menurut Soemadipraja (2006), program mengakusisi pelanggan baru lebih
cocok untuk produk yang sedang dalam masa pertumbuhan, karena yang
diharapkan adalah pertumbuhan pelanggan, sedangkan untuk program retensi lebih
cocok untuk produk yang sudah mature atau declining, karena bertujuan untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Dalam riset 2 service provider telekomunikasi di Inggris, menyajikan model
holistic dari customer retention yakni service quality perceptions, price perceptions,
customer indifference dan inertia.
V. Metodologi Penelitian
A. Objek Penelitian
Sejarah Convenience Store Circle K
Sejarah Circle K dimulai ketika seorang businessman, Fred Hervey melakukan
gebrakan dengan mendirikan 3 buah toko di kota kecil di El Paso, Texas, toko-toko
tersbut bernama Kay’s Drive In Grocery. Circle K terbentuk ketika Mr. Hervey
mengambil huruf “K” dari “Kay’s” Drive In dan mengelilinginya dengan lingkaran,
mewakili simbol Tosco Marketing Company selama bertahun-tahun Circle K terus
berkembang dan mengalami perubahan. Pada tahun 2003, Circle K diakuisisi oleh
ACT (Alimentation Couche-Tard), yang merupakan jaringan convenience store
terbesar kedua di Amerika. Kini Circle K tumbuh dengan cepat di Asia menjadi
jaringan convenience store terbanyak dengan jumlah 3500 store
(http://www.scribd.com/doc/7332771/Circle-K).
Gambar 3.1
Toko Kay’s Drive In, Simbol ACT dan Simbol Circle K saat ini
14
Sumber : Sumber : http://www.scribd.com/doc/7332771/Circle-K
Circle K di Indonesia
Circle K di Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat. Circle K
pertama berdiri di Jakarta pada tahun 1986 di jalan Panglima Polim Raya oleh
Yayasan Trisakti. Kemudian diambil alih oleh PT. CIRCLEKA INDONESIA
WASERBA pada tahun 1989. Sejak dimiliki oleh jaringan Couche Tard pada tahun
2003, maka strategi pengembangan bisnis Circle K, termasuk di Indonesia juga
mengalami perubahan, dengan mengadopsi konsep store 2000 yang dicanangkan
Couche tard, yakni memberikan pengalaman berbelanja yang mengesankan kepada
15
customer. Rencana pertumbuhan Circle K juga makin agresif, dengan menambah
store 20-30 store setiap tahun dan mulai merambah kota ke kota-kota besar di
Indonesia yaitu Bali, Jogjakarta, dan Bandung. Dalam rencana pertumbuhan
tersebut, pembangunan brand menjadi bagian utama yang harus dilakukan untuk
meningkatkan brand equity di mata customer, partner, karyawan maupun share
holder.Dengan sendirinya orientasi kerja di perusahaan ini mengalami perubahan.
Visi :
Menjadi ahli dalam bisnis convenience store di Indonesia dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan dan pengembangan jaringan yang
didukung oleh sistem dan organisasi yang tangguh.
Misi :
Menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan melalui pemilihan
kegiatan produk promosi yang kreatif serta menciptakan lingkungan
berbelanja yang aman dan nyaman.
Menciptakan proses kerja yang terintegrasi diantara fungsi-fungsi dalam
organisasi dan secara terus menerus meningkatkan kapabilitas sumber daya
manusia.
Values
1. Hubungan kerja yang berlandaskan sikap saling mempercayai
2. Menjunjung standard etika dan moral yang tinggi
3. Menghargai hasil usaha dan pencapaian atas usaha
4. Organisasi yang berpusat pada pelayanan dengan konsep STFF (Speed,
Tidiness, Friendliness, dan Fun).
5. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan dan pelanggan
Atribut
1. Speed : Dengan memberikan kecepatan dalam pelayanan sehingga
customer tidak terlalu lama dalam menunggu
2. Tidiness : Memberikan kebersihan dan kerapihan di toko dan product yang
tertata dengan baik sehingga customer mudah dan senang dalam berbelanja
3. Friendliness : Memberikan pelayanan yang ramah dan sopan kepada setiap
customer sehingga merasa customer diterima saat berbelanja
16
4. Fun : Customer akan merasa senang dan puas dalam berbelanja dengan
memberikan shopping experience (pengalaman berbelanja) yang
menyenangkan
Gambar 3.2
Tidiness, Kondisi di salah satu toko Circle K
Sumber : Sumber : http://www.scribd.com/doc/7332771/Circle-K
Brand Promise
Untuk customer
Memberikan pengalamam berbelanja yang mengesankan sehingga customer
akan senang dan mau untuk kembali lagi .
Untuk karyawan
Menjadikan Circle K sebagai tempat untuk berinteraksi dan menjalin
kebersamaan sehingga dapat tumbuh dan berkembang bersama-sama .
Untuk share holder
Memberikan keuntungan dan nilai yang tinggi atas perkembangan perusahaan
sehingga bisa menjadi convenience store pilihan.
17
Untuk bisnis partner
Memberikan pertumbuhan penjualan secara berkesinambungan dengan
berlandaskan rasa kepercayaan dan saling menguntungkan.
Strategi Circle K
Untuk mencapai pertumbuhan yang direncanakan Circle K memilih strategi
franchise (partnership/kerjasama). Di satu sisi strategi ini berpeluang mempercepat
pertumbuhan jumlah store,namun di sisi lain mengandung resiko kegagalan, jika tidak
dikerjakan dengan baik sehingga membahayakan brand quality (kualitas merk) yang
sudah terbnetuk. Untuk itu, Circle K menyiapkan dukungan sistem untuk menunjang
pelaksanaanya.
Store Set Up Support
Dari sejak awal franchise akan membangun tokonya,Circle K telah
menempatkan seorang manajer untuk membantu pemilik franchise menyusun
rencana proyek,dari menyusun anggaran hingga jadwal kerja.
Marketing and Merchandising Support
Circle K membuat program-program promosi dan memberikan material-material
promosi yang diperlukan oleh franchise dan juga Circle K memberikan panduan
pemajangan barang berupa planogram termasuk perubahan-perubahannya.
Grand Opening Support
Circle K memberikan bimbingan dan pendampingan selama masa pembukaan
store sampai dengan hari ke 14. Sesudahnya Circle K akan membantu franchise
membuat rencana grand opening,menyusun time table,serta memberikan segala
material yang diperlukan yang berhubungan dengan program grand opening.
HR Development Support
Sumber daya manusia juga menjadi hal penting dalam bisnis layanan 24 jam
ini.Itu sebabnya,Circle K juga mensyaratkan bahwa training dan pengembangan
karyawan menjadi paket wajib dan yang tidak bisa lepas dari kontrak franchise
ini.
System Support
Setiap toko akan didukung dengan sistem proses order secara otomatis dari
setiap toko ke gudang distribusi untuk menjalin pengadaan barang yg cepat dan
efisien.
18
Business Consultation Support
Franchise Business Consultant kami akan membantu dalam mengevaluasi
performance store dan mengembangkan rencana kerja unttk mencapai target
pertumbuhan bisnis convenience store.
Financing Management Support
Dua tahun pertama program franchise,Circle K membantu mengelola keuangan
franchise dengan mengelola rekening franchise yang dikuasakan kepada Circle
K untuk mengontrol uang penjualan,biaya-biaya,dan hutang piutang yang
terjadi.Circle K memberikan standar prosedur akunting dan cost control
(pengontrolan biaya) kepada franchise dalam bentuk training (pelatihan) maupun
software (perangkat lunak) yang dapat digunakan oleh franchise.
Monitoring Support
Circle K melakukan pengawasan terhadap kualitas pelaksanaan operasional
(monitoring) dan pemeliharaan image (citra) dengan mengunjungi store secara
berkala.
Kegiatan Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran)
Sejak mengadopsi konsep Store 2000, Circle K mulai aktif melakukan berbagai
kegiatan marketing communication. Obyektifnya terfokus pada pembentukan awareness
(kesadaran) kepada target market utama yakni karyawan dan mahasiswa hingga 30
tahun. Kegiatan besar yang saat ini dilakukan adalah kampanye Youth Smoking
prevention, yang dilakukan bersama Phillip morris dan Departemen Kesehatan.
Tujuannya adalah melarang anak di bawah usia 18 untuk membeli rokok. Ini merupakan
kegiatan Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) Circle K
yang cukup berani dan kontroversial bagi Circle K, mengingat revenue (pendapatan) dari
penjualan rokok masih nomor 1 di seluruh jaringan Circle K. Namun untuk menunjukkan
kepemimpinan Circle K sebagai bagian dari tata cara dunia modern, Circle K berani
mengambil resiko. Kegiatan ini diimplementasikan dalam bentuk pemasangan signage
(reklame) yang mengandung pesan tersebut di semua store, serta mendidik pelayan
toko untuk menerapkan aturan ini secara ketat. Kegiatan lainnya adalah dengan
mensponsori berbagai kegiatan anakmuda di berbagai tempat, dari ’dugem’ di pantai
Kuta hingga ke cafe-cafe, mendukung gerakan anti narkoba, rally dan juga lomba lari.
Dengan berbagai kegiatan ini, diharapkan awareness target market terhadap Circle
19
meningkat dengan cepat, dan ini berarti mendukung pengembangan store di 20-30
lokasi/tahun.
Kegiatan marketing communication lainnya dilakukan Circle K melalui grup
Facebook dan akun Twitter yang berfungsi sebagai community marketing (komunitas
pemasaran) untuk mempromosikan produk-produk serta program-program yang
dilakukan oleh Circle K.
B. Jenis Penelitian
Pada riset kali ini penulis menggunakan metode penilitian deskriptif kuantitatif yang
menganalisa pengaruh word of mouth dan community marketing (komunitas
pemasaran) terhadap customer retention (retensi pelanggan) pelanggan Circle K
region Bintaro.
C. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut Malhotra dan Peterson (2006), data primer merupakan data yang
didapatkan langsung oleh peneliti untuk suatu problem spesifik yang sedang
dipelajari, seperti data survey. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh
langsung sumber data primer dari wawancara langsung kepada responden
melalui kuisioner yang akan dibagikan langsung. Pada kuisioner akan terbagi
menjadi 3 pertanyaan, yaitu :
1. Pertanyaan mengenai karakteristik responden (jenis kelamin, tingkatan umur,
status dan lain-lain).
2. Pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan word of mouth/WoM
3. Pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan community marketing.
4. Pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan customer retention
Pada pertanyaan yang berhubungan dengan word of mouth, community
marketing dan customer retention akan digunakan teknik pengukuran penelitian
dengan skala pengukuran five point likert scale. Likert type scale adalah sebuah
rancangan kuisioner untuk memeriksa seberapa kuat responden setuju atau tidak
setuju dengan pertanyaan atau pernyataan dalam kuisioner (Sekaran , 2003).
Formatnya adalah sebagai berikut :
Sangat tidak setuju (skala = 1)
Tidak setuju (skala = 2)
20
Netral (skala = 3)
Setuju (skala = 4)
Sangat setuju (skala = 5)
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari beberapa literatur yang
sudah ada, termasuk informasi suatu perusahaan atau pemerintahan, penelitian
suatu perusahaan, dan database komputer (Malhotra dan Peterson, 2006).
Sumber data sekunder untuk mendukung penelitian ini diperoleh penulis dari
hasil studi kepustakaan/literatur, yaitu melalui internet, artikel, majalah,
jurnal/penelitian terdahulu, buku-buku,dan tulisan-tulisan lain yang berhubungan
dengan penelitian dan menunjang penulisan serta kerangka teori.
D. Populasi
Populasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pengunjung convenience store
Circle K region Bintaro. Populasi menurut Malhotra dan Peterson, 2006, merupakan
total kesuluruhan dari semua elemen yang terbagi atas beberapa karakteristik
E. Sample
Dalam Malhotra dan Peterson, 2006, sample adalah sub grup sebuah populasi.
Teknik pengambilan sample dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni
teknik pengambilan sample nonprobabilitas dimana informasi atau data penelitian
diperoleh dari anggota populasi yang memenuhi kriteria spesifik tertentu (Sekaran,
2003). Namun tetap dibatasi hanya pada responden yang menjadi pengunjung
convenience store Circle K region Bintaro.
Teknik pengambilan sample didasarkan pada beberapa alasan berikut :
Rumus N>50 + 8m, dengan m adalah jumlah variabel bebas. Rumus ini
kerap digunakan untuk teknik pengambilan sample. Pada penelitian ini
jumlah variable bebas ada 2 yakni word of mouth dan community marketing.
Jadi jika dihitung menggunakan rumus N>50 + 8(2); N>66. Jadi jumlah
responden yang akan ditarik dalam penelitian ini harus lebih dari 66
(Tabachnick dan Fidel, dalam Kartika, 2010).
Menurut Comrey dan Lee (1992), dikutip Lingard dan Rowlison (2010), dalam
Firmanata (2011), menyatakan bahwa sampel sebanyak 50 teralu sedikit,
21
100 sampel sedikit, 200 wajar, 300 baik, 500 sangat baik, dan 1000 baik
sekali.
Oleh karena itu, penulis akan menarik sample sebanyak 200 karena dinilai
wajar dalam sebuah penelitian. Pengambilan data akan dilakukan melalui
penyebaran kuisioner kepada 200 responden di toko Circle K region Bintaro.
F. Variable dan Skala Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel Bebas (Independent Variables)
Menurut Malhotra dan Peterson (2006), adalah variabel atau alternatif yang
dimanipulasi dan memiliki efek dalam pengukuran dan perbandingan. Dalam
penelitian ada dua variabel bebas (X) yaitu word of mouth dan community
marketing.
2. Variabel Terikat (Dependent Variables)
Merupakan variabel yang mengukur efek dari variabel bebas dalam sebuah test
penelitian (Malhotra dan Peterson, 2006). Dalam penelitian ini variabel terikat
(Y) yang digunakan adalah customer retention.
Operasional variabel pada penelitian dapat dilihat dari Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2
Operasionalisasi Variabel
22
Variabel Dimensi Indikator Skala
Informasi produk LikertInformasi variasi produk LikertInformasi kualitas produk LikertInformasi Keramahan Pramuniaga LikertInformasi Kecepatan pelayanan LikertInformasi Penjelasan Pramuniaga LikertDipercaya LikertPernah Menggunakan LikertHubungan Luas LikertPandai Berbicara LikertMedia Update (mengikuti perkembangan teknologi) LikertDiscount LikertUndian LikertBonus LikertPerasaan Senang LikertKeterlibatan LikertKetersediaan Informasi LikertEfektifitas LikertPembelian Ulang LikertBeralih Merk LikertMembayar Lebih Likert
Customer Retention Loyalitas
WOM (Sutriono,2008)
Informasi Kepuasan Produk dan Layanan
Opinian Leadership
Informasi Insentif yang Diberikan
Community Marketing
Sumber : Pengembangan Penelitian Ini
G. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) yakni word of mouth dan
community marketing terhadap variabel terikat (Y) yakni customer retention
digunakan persamaan regresi linear, dengan rumus :
Keterangan : Y : customer retention
A,b : Konstanta
X1 : word of mouth
X2 : community marketing
H. Kerangka Konseptual
23
Y = a + bX1 + bX2
Dugaan sementara pertama disebutkan bahwa word of mouth akan mempengaruhi
customer retention. Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan customer
satisfaction yang mendorong terjadinya word of mouth akan meningkatkan customer
retention (Bakar, 2010). Maka dapat dirumuskan hipotesa :
H1 : word of mouth secara positif mempengaruhi customer retention (retensi
pelanggan)
Dugaan selanjutnya disebutkan bahwa keberadaan community marketing akan
mempengaruhi customer retention. Menurut penelitian terdahulu semakin tingginya
komitmen komunitas terhadap suatu produk maka dapat meningkatkan
loyalitas/retensi pelanggan (Kusuma,2010). Maka dapat dirumuskan hipotesa :
H2 : community marketing secara positif mempengaruhi customer retention (retensi
pelanggan)
Penjelasan diatas menunjukan bahwa word of mouth dan community marketing
berpengaruh positif terhadap customer retention. Selain dugaan tersebut, ada
dugaan lain yang menyebutkan bahwa word of mouth dan community marketing
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap customer retention.
Maka rumusan hipotesa yang dapat diajukan dari penjelasan tersebut adalah :
H3 : word of mouth dan community marketing secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap customer retention.
Untuk mengilustrasikan hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat
digambarkan seperti gambar 4 berikut ini.
Gambar 4
Kerangka Konseptual
24
Word of Mouth
Community Marketing
Customer Retention
VI. Waktu dan Tempat Kegiatan
Penelitian ini akan dilakukan di daerah Bintaro, Jakarta Selatan. Penelitian ini akan
dimulai pada bulan April sampai dengan selesai. Berikut adalah rincian jadwal
kegiatannya.
Tabel 3
Jadwal Kegiatan
KEGIATAN
Tahun 2011
April Mei Juni Juli
Minggu
Bimbingan Dosen
Studi Pustaka
Perencanaan Topik
Pembuatan Proposal TA
Persetujuan Dosen
Pembimbing
Seminar Proposal TA
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Skripsi
Seminar Sarjana
Ujian Sarjana
Perbaikan Skripsi
Penyelesaian Adm
25
Daftar Pustaka
Anderson, E. W., and V. Mittal .(2000). “Strengthening the Satisfaction-Profit Chain”.
Journal of Service Research, Vol. 3 No. 2, pp. 107-120.
Arbainah, Siti. (2010). Studi Tentang Words Of Mouth (WOM) Positif Pada Bisnis Ritel
Pasar Modern (Kasus Empiris Pada Minimarket Alfamart Dan Indomaret Di
Kota Semarang). Semarang : Tesis, Unpublished.
Bakar, Abu. (2010). Analisis Pengaruh Customer Satisfaction, Switching Cost, dan Trust
In Brand Terhadap Customer Retention (Studi Kasus : Produk Kartu Seluler
Prabayar Simpati Wilayah Semarang). Semarang: Skripsi, Unpublished.
Banks, Drew, Daus, Kim. (2000). Customer Community : Unleashing The Power of
Your Customer Base. San Fransisco : Jossey-Bass.
Blackwell, Roger D., Miniard, Paul W.,Engel, Jame F. (2001). Consumer Behaviour 9th
Edition. Orlando : Hacourt Inc.
Brown, Tom J., Barry, Thomas E., Dacin, Peter A., Gunst, Richard F. (2005).”Spreading
The Words : Investigating Antecedents of Customer’s Positive Word of Mouth
Intention And Behavior in Retailing Context”. Academy of Marketing Science
Journals, Vol.33, no 2, p.123-138
Buttle, F. (2004). CRM: Concepts and Tools. Amsterdam: Elvier.
Cranage, D. (2004). “Plan to Do It right: And Plan for Recovery”. International Journal of
Contemporary Hospitality Management, Vol. 16 No. 4, pp. 210-219.
Durianto, D., Sitinjak, T. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Firmanata, Andi. (2011). Analisis Pengaruh Kepercayaan dan Hambatan Beralih Merk
Terhadap Kesetian Pelanggan Pada Produk IM3. [Skripsi]. Jakarta :
Universitas Bakrie.
Hamdan. (2008). “Community Marketing : PencitraanTerhadap Brand Dan Produk
Dalam Meningkatkan Penjualan Perusahaan,Vol. 1 No.2 Juni 2008” [Laporan
Penelitian]. Jakarta : Prospek.
26
Harjadi, Dikdik, Fatmasari, Dewi. (2008). “Word Of Mouth (WOM) Communication
Sebagai Alternatif Kreatif Dalam Komunikasi Pemasaran, Vol. 4 No. 8, Juli-
Desember 2008 : 72-78” [Laporan Penelitian]. Jakarta : Equilibrium.
Hennig-Thurau, T. and A. Klee. (1997). “The Impact of Customer Satisfaction and
Relationship Quality on Customer Retention: A Critical Reassessment and
Model Development”. Psychology and Marketing, Vol. 14 No. 8, pp. 737-764.
Kartika, G.W. (2010). Analisis pengaruh kepuasan konsumen dan kepercayaan terhadap
merek terhadap loyalitas merek pada produk esia. [skripsi].Jakarta :
Universitas Bakrie.
Keiningham, Timothy L., Terry G., Vavra, Lerzan Aksoy, Henry Wallard. (2005). Loyalty
Myths. San Fransisco : John Willey & Sons Inc
Keumaladewi, Ninna Faradilla. (2006). Efek Komunikasi Word Of Mouth Pada Persepsi
Keadilan, Kepuasan, Dan Intensi Penggunaan Ulang Pelanggan Pasca
Keluhan (Suatu Telaah Pada Pelanggan Auto 2000 di Jakarta. Depok: Tesis,
Unpublished.
Kotler, P., & Keller, K. (2009). Marketing Management 13th Edition. New Jersey :
Paerson Prentice Hall.
Kusuma, Fajar Martha. (2010). Analisis Brand Community Terhadap Loyalitas Merk
Pada Pengguna Honda Megapro Di Surakarta. Semarang: Skripsi,
Unpublished
Malhotra, Naresh K., Peterson, Mark. (2006). Basic Marketing Research : A Decision
Making Approach 2nd Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Ma'ruf, Hendri.(2005). Pemasaran Ritel. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Misner, Ivan R., Devine, Virginia. (1999). The Eorld’s Best Know Marketing Secret :
Building Your Business With WOM Marketing 2nd Edition. Austin : Texas Bard
Press.
Richins, Marsha L., Root, Terry. (1998). Shaffer, The Role of Evolvement and Opinian
Leadership in Consumer Word of Mouth : An Implicit Model Made Explicit :
Advance in Consumer Research, Vol.15.
27
Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar. (2007). Consumer Behavior 9th Edition. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
Sandy Ng, Meredith E, David, Tracey S,Dagger. Generating Positive Word-Of-Mouth In
The Service Experience. Diakses dari www.emeraldinsight.com/0960-
4529.htm, 18 April 2011.
Sekaran, U. (2003). Research Method for Business: A Skill Building Approach (4 th ed).
New York : John Wiley&Sons Inc.
Silverman, G. (2001). The secret of word of mouth marketing : how to trigger
exponential sales through runaway word of mouth. AMACOM : New York.
Soemadipraja, Lilis Rahayu. (2006). Alternatif Strategi Untuk Menurunkan Churn,
Berdasarkan Analisis Customer Retention, Service Quality dan Brand Loyalty
Terhadap Produk Seluler PT Indosat. Depok : Tesis, Unpublished.
Sutriono, Surya. (2008). Analisis Pengaruh Word Of Mouth Positif Yang Diterima
Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Penjualan Kartu Simpati Telkomsel Di
Kalangan Mahasiswa FISIP UI. Depok: Tesis, Unpublished.
Sumber Internet :
Adisutiyono, Sandy. Community Marketing. Diakses dari http://sandy-
adisutiyono.blogspot.com/2010/08/community-marketing.html, 11 Mei 2011.
Areef.Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia 2009. Diakses dari
http://topikbisnis.blogspot.com/2010/09/peta-persaingan-bisnis-ritel-di.html, 12
Mei 2011.
Arva. Sejarah tren mini market 7 eleven dan Circle K di Indonesia dan Dunia. Diakses
dari http://arvamenjawabsemuaadadisini.blogspot.com/2011/01/sejarah-tren-
mini-market-7-eleven-dan.html, 12 Mei 2011.
Jachja, Iim Fahima. Word of Mouth, Kalahkan Pengaruh Iklan ATL. Diakses dari
http://www.virtual.co.id/blog/marketing-communication/word-of-mouth-
kalahkan-pengaruh-iklan-atl/, 12 Mei 2011.
28
Scribd. Sejarah Convenience Store. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/7332771/Circle-K, 14 Mei 2011.
29