pengertian teknologi pembelajaran
DESCRIPTION
teori TPTRANSCRIPT
2.1.1 Pengertian Teknologi Pembelajaran
Association for Educational Communications and Technology (AECT) dengan
paradigma 1994 mendefinisikan bahwa “Instructional Technology is the theory
and practice of design, development, utilization, management and evaluation of
process and resources for learning”. (Seels and Richey, 1994 : 1) Definisi
tersebut didasarkan atas lima kawasan yang menjadi pemanfaatan, kawasan
pengelolaan, dan kawasan evaluasi. Lima kawasan teknologi pembelajaran secara
lengkap terdapat pada gambar 1. Kelima kajian tersebut merupakan kawasan
bidang studi teknologi pembelajaran. Hubungan kelima kawasan tersebut adalah
sinergis, terlihat pada gambar 2.
Gambar 1. Kawasan Teknologi Pembelajaran (Seels dan Richey, 1994 : 26)
Gambar 2. Hubungan Antar Kawasan Bidang Studi Teknologi Pembelajaran (Seels dan Richey, 1994 : 27)
PENGEMBANGAN Teknologi Cetak Teknologi Audiovisual Teknologi Berbasis Komputer Teknologi Terpadu
PEMANFAATANPemanfaatan Media Difusi Innovasi Implementasi dan Institusionalisasi Kebijakan dan Regulasi
DESAIN Desain Sistem Pembelajaran Desain Pesan Strategi Pembelajaran Karakteristik Pembelajar
PENILAIAN Analisis Masalah Pengukuran Acuan Patokan Evaluasi Sumatif
PENGELOLAAN Manajemen Proyek Manajemen Sumber Manajemen Sistem Penyampaian Manajemen Informasi
TEORI
PRAKTIK
DEVELOPMENT
UTILIZATION DESIGN
MANAGEMENTEVALUATION
THEORYPRACTICE
Pembelajaran kooperatif belum pernah diterapkan oleh guru-guru di SDN 1
Haduyang dan pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa (Slavin, 2005 : 15).
2.2.2. Kawasan Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai
ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat dikemukakan oleh para
ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam
model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk,
model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya
ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan
suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran,
multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model hannafin
and peck. Satu lagi adalah model berorientasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya
luas seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah. Salah satu model
desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985) dalam Pribadi (2009).
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah-langkah desain
pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :
a. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisis pembelajaran.
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
d. Merumuskan tujuan performasi.
e. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran.
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
i. Merevisi bahan pembelajaran.
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud
dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and
Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas, sistem yang terdapat pada Dick
and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar melahirkan suatu
rancangan pembangunan.
Penggunaan Model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat
mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada
akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah :
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang
akan dikuasai oleh pembelajaran.
3. Analisis pembelajar, merupakan proses menganalisis topik serta materi yang
akan dipelajari.
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun
atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar.
6. Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang
sudah dikuasai atau belum.
Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan
pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran
yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar,
memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan
individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan
memfasilitasi belajar kontekstual, terdapat beberapa teori belajar yang melandasi
dalam pembelajaran yaitu teori kognitivisme dan behaviorisme pada perubahan
aktivitas siswa.
yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Hamalik ( 2003: 91)
manfaat aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu:
a. Siswa mencari pengalaman sendiri
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
c. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa
d. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan
e. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri
f. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis
g. Pembelajaran menjadi hidup dan penuh dinamika
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa. Untuk lebih memahami
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dibahas dalam penelitian ini,
terlebih dahulu kita harus tahu apa itu pembelajaran kooperati£ Berikut ini
beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli.
Posamentier (dalam Rachmadi, 2004:13) secara sederhana menyebutkan
kooperatif learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa
siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kerja kesetaraan jender.
Prinsip dasar dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif. Menurut Nur prinsip dasar dan
ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif .
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggvta kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama pmses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-
beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Ada lima hal dasar yang perlu diperhatikan agar pembelajaran kooperatif dapat
berjalan dengan baik (Johnson & Jonhson, 1991: 22-23), yaitu:
a. Kemandirian yang positif
Kemandirian yang posi6f akan berhasil dengan baik apabila setiap anggota
kelompok merasa sejajar dengan anggota yang lain. Artinya satu orang tidak
akan berhasil kecuali anggota yang lain merasakan juga keberhasilannya.
Apapun usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota tidak hanya untuk
kepentingan diri sendiri tetapi untuk semua anggota kelompok. Kemandirian
yang positif merupakan inti pembelajaran kooperatif
b. Peningkatan interaksi
Pada saat guru menekankan kemandirian yang positif, selayaknya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengenal, tolong
menolong, saling bantu, saling mendukung, memberi semangat dan saling
memberi pujian atas usahanya dalam belajar. Aktivitas kognitif dan dinamika
kelompok terjadi pada saat siswa diikutsertakan untuk belajar mengenal satu
sama lain. Termasuk dalam hal ini menjelaskan bagaimana memecahkan
masalah, mendiskusikan konsep yang akan dikerjakan, menjelaskan pada
teman sekelas dan menghubungkan dengan pelajaran yang terakhir dipelajari.
c. Pertanggungjawaban individu
Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah agar masing-masing
anggota menjadi lebih kuat pengetahuannya. Siswa belajar bersama sehingga
setelah itu mereka dapat melakukan yang lebih baik sebagai individu. Untuk
memastikan bahwa masing-masing anggota lebih kuat, siswa harus membuat
pertanggungjawaban secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya
dalam bekerja. Pertanggungjawaban individu akan terlaksana jika perbuatan
masing-masing individu dinilai dan hasilnya diberitahukan pada individu dan
kelompok. Pertanggungjawaban individu berguna bagi setiap anggota
kelompok untuk mengetahui: siapa yang memerlukan lebih banyak bantuan,
dukungan dan dorongan semangat dalam melengkapi tugas, bahwa mereka
tidak hanya "membonceng" pada pekerjaan teman.
d. Interpersonal dan kemampuan grup kecil
Dalam pembelajaran kooperatif, selain materi pelajaran (tugas kerja) siswa
juga harus belajar tentang kerja kelompok. Nilai lebih pembelajaran kooperatif
adalah siswa belajar tentang keterampilan sosial. Penempatan sosial bagi
individu yang tidak terlatih, walaupun disertai penjelasan bagaimana mereka
harus bekerjasama tidak menjamin bahwa mereka akan bekerja secara efektif.
Agar tercapai kualitas kerjasama yang tinggi setiap anggota kelompok harus
mempelajari keterampilan sosial. Kepemimpinan, membuat keputusan,
membangun kepercayaan, komunikasi dan keahlian mengelola konflik juga
harus dipelajari seperti halnya tujuan mereka mempelajari materi pelajaran.
e. Pengelolaan kelompok
Pengelolaan kelompok akan berhasil jika setiap anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka mencapai tujuan dan bagaimana
mempertahankan hubungan kerja secara efektif. Kelompok perlu
menggambarkan tindakan-tindakan apa yang akan membantu atau tidak akan
membantu, selanjutnya membuat keputusan mengenai tingkah laku yang harus
dilanjutkan atau diganti.
Pengelolaan kelompok ini akan berpengaruh terhadap hasil kcrja kelompok.
Setiap anggota kelompok akan menyumbangkan nilai perkembangannya untuk
skor perkembangan kelompok. Perhitungan skor perkembangan individu dapat
mengacu menurut Slavin (1995: 80) seperti pada tabel berikut:
Tabel. l Perhitungan Skor Perkembangan Individu pada Pembelajaran Kooperatif
Skor TesNilai
PerkembanganLebih dari 10 poin di bawah skor awai 5
10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10
Diatas skor awal sampai 10 poin 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Slavin (1995: 80)
Keterangan : Skor awal adalah skor yang diperoleh siswa dari pembelajaran tepat pada pertemuan sebelumnya.
Skor perkembangan kelompok diperoleh dengan menghitung rata-rata skor
perkembangan individu pada setiap kelompok. Untuk menghargai prestasi
kelompok ada tiga tingkat penghargaan yang dapat diberikan terhadap prestasi
kelompok. Penghargaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2 Penghargaan Prestasi Kelompok
KriteriaSkor Rata-Rata Kelompok Penghargaan
5 < x < 15 Kelompok baik
15 < x < 24 Kelompok hebat
25 < x<30 Kelompok super
Slavin (1995: 80)
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivis. Konstruktivisme dalam pembelajaran kooperatif seperti yang di
kemukakan oleh Nur (2001: 3) adalah bahwa siswa mampu menemukan dan
memahami konsep-konsep sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah
tersebut dengan temannya. Pada model pembelajaran tersebut pada aspek
masyarakat belajar diharapkan bahwa setiap individu dalam kelompok harus
berperan agar tujuan yang telah digariskan dapat tercapai.
Uraian di atas memberi kejelasan bahwa model pembelajaran kooperatif mengacu
pada berbagai model pembelajaran di mana siswa bekerja di dalam kelompok
kecil untuk membantu satu sama lain mempelajari materi pelajaran_ Adapun
penelitian secara bertahap harus berusaha meningkatkan keterampilan
kooperatifnya sehingga mampu secara optimal mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah diinformasikan.
Selanjutnya, Slavin (1994: 2) menyatakan bahwa: di dalam kelas kooperatif, para
siswa diharapkan untuk tolong menolong, menilai pengetahuan mereka satu sama
lain dan mengisi celah dengan pemahaman masing-masing. Adapun gagasan di
belakang bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah bahwa jika para siswa ingin
berhasil sebagai suatu tim, mereka akan mendukung teman satu tim mereka untuk
dapat melampaui kelompok lain dan ia akan membantu untuk melakukannya ada
dua pengertian belajar kelompok dilihat dari substansi materi yang dipelajari atau
dikerjakan, Nur (2000; 38) menyatakan bahwa "Metode pembelajaran kooperatif
dapat dibedakan atas dua kategori besar yaitu : (1) group study method atau
belajar kelompok yaitu siswa bekerjasama saling membantu mempelajari
informasi atau ketrampilan yang relatif telah terdefinisikan dengan baik (2)
pembelajaran atau pembelajaran berbasis proyek yaitu sesudah bekerja dalam
kelompok untuk menyusun suatu laporan, eksperimen, atau proyek yang lain.
Adapun perbedaan utama bahwa pada pembelajaran berbasis proyek masalah dan
tujuan belum tersusun dan terdefinisi dengan baik, dan kelompok siswa justru
mencari dan merumuskan masing-masing.
Selanjutnya, sebagai latar belakang pembentukan kelompok Slavin (1494: 51)
menyatakan yang maksudnya bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu solusi
ideal terhadap permasalahan yang ada dalam kelompok siswa yang berbeda suku
dengan peluang cukup besar karena adanya interaksi yang kooperatif: Kehadiran
para siswa dari ras yang berbeda atau latar belakang suku yang berbeda digunakan
untuk meningkatkan hubungan dalam suatu kelompok. Pada persoalan
matematika banyak masalah yang sulit untuk dipecahkan sendiri-sendiri oleh
siswa dan akan lebih efektif apabila didukung dengan metode pembelajaran
kooperatif. Menurut Nur (2000: 2) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut.
1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang
bersama".
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompok di
samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
3. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggungjawab sama besarnya di
antara para anggota kelompok.
5. Siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berperan
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerjasama selama belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif yang kita gunakan merupakan hal baru bagi guru
dan siswa karena memiliki perbedaan--perbedaan yang mendasar dibandingkan
dengan metode pembelajaran selama ini, di mana peranan guru sangat dominan.
Tabel .3 Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif.
Fase Indikator Kegiatan Guru1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas belajar
5 Evaluasi Guru mengevaluasi basil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi basil kerja masing-masing kelompok.
6 Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau basil belajar individu maupun kelompok
(Depdikbud, 2000: 90)
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NH`l) atau
penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali
di kembangkan oleh spenser kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pembelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat langkah (lbrahim dkk,
2000:28) sebagai berikut:
Langkah-l : Penomoran.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 atau sesuai jumlah
anggota kelompok.
Langkah-2 : Mengajukan Pertanyaan/Permasalahan.
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
Langkah-3: Berpikir Bersama.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap
kelompok dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah-4: Menjawab.
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
Dalam pembagian tim hendaknya setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan
yang bervariasi: satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan
sedang, dan satu orang berkemampuan rendah. Di sini ketergantungan positif juga
dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lain. Yang berkemampuan
tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk
menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama
baik kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias dalam memahami
permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan
ditunjuk guru menjawab.
Empat langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dari dari pendapat (Ibrahim
dkk, 2000:28), penulis memadukan langkah-langkah tipe NHT dengan langkah-
langkah pembelajaran kooperatif, karena berdasarkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif secara umum harus dipenuhi minimal 61angkah.
Langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
1. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
2. Pembentukan kelompok
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-
5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan.
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok. Pertanyaan dapat bervariasi
4. Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang peneliti lakukan, ditemukan beberapa hasil
penelitian yang relevan dan berkaitan dengan variabel penelitian ini, antara lain: