peranan etika budaya batak terhadap motivasi kerja …
TRANSCRIPT
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 400
ojs-unita.com
PERANAN ETIKA BUDAYA BATAK TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA
UPTD BENIH INDUK ANEKA TANAMAN GABE HUTARAJA
Santi Wina Sibagariang
1), Joan Berlin Damanik
2), Hotlin Siregar
3)
1Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli
Email : [email protected] 2Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli
Email : [email protected] 3Fakultas Ekonomi, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli
Email : [email protected]
Abstract - In an organization or agency, the role of human resources who have adaptive, innovative and
competitive abilities, and are able to collaborate is very important. Indirectly these resources are the main
supporting elements in the activities of an organization or institution, so that the organization or institution's
progress or withdrawal depends on the quality of the HR. Educated human resources must of course be
accompanied by good ethics too. Success can be achieved if you have good ethics. The Regional Technical
Implementation Unit (UPTD) of Aneka Tanaman Gabe Hutaraja Parent Seed Hutaraja Village, Sipoholon
Subdistrict North Tapanuli Regency is one of the technical service units in the scope of the Agriculture Service
Office of North Sumatra Province which plays a role in the procurement of high-quality horticulture seeds.
Human resources who are reliable and competent and accompanied by cultural ethics are the driving factors for
the superiority of the company's productivity and the achievement of the company's vision and mission. Ethical
behavior that has developed in the company raises a situation of mutual trust between companies and
stakeholders, which allows companies to increase long-term benefits. The Ethics of Batak Culture, known as the
custom of "Dalihan Na Tolu" applied at the Gabung Hutaraja UPTD Seed of the Aneka Tanaman Parent, gave a
significant contribution to the formation of ethical behavior which is a set of values and norms that guide
employee actions. Ethics of Batak Culture can encourage the creation of ethical behavior and vice versa can
also encourage unethical behavior. The purpose of the study is to know knowing a. the role of ethics in the race
for the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of various plant seeds, b. Knowing the role of
ethics is that mardongan tubu is against the work motivation of employees at Gabe Hutaraja's UPTD of Aneka
Tanaman Seed, c. Determine the role of marboru electek ethics on employee work motivation at Gabe Hutaraja
UPTD of various seed plants, d. Knowing the role of ethics in the marhula-hula race, the ethics of manat
mardongan tubu, the ethics of marboru electek on employee work motivation at Gabe Hutaraja's Variety Plant
Seed UPTD. This type of research is qualitative research, namely: Data Reduction, Data Presentation, Data
Verification and Triangulation. The results of the study are based on the results of the analysis that the Ethics of
Batak Culture, namely Somba Marhula-hula Ethics (X1), Manat Ethics Mardongan Tubu (X2), and Elek
Marboru Ethics (X3) have a role on Employee Work Motivation (Y) at Various Parent UPTD Seeds Gabe
Hutaraja Plant.
Keywords: Batak cultural ethics, employee work motivation
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 401
ojs-unita.com
I. PENDAHULUAN
SDM yang terdidik tentunya harus dibarengi dengan
etika yang baik juga. Kesuksesan dapat tercapai jika
memiliki etika yang baik. Dalam sebuah
perusahaan, etika merupakan salah satu hal yang
terpenting untuk memotivasi kinerja pegawai. Etika
merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah
dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang
terinternalisasi dalam perusahaan, maka akan
berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan
akhirnya akan berpotensi menjadi stimulus dalam
memotivasi pegawai untuk meningkatkan
kinerjanya. Kemampuan seorang profesional untuk
dapat mengerti terhadap adanya masalah etika
dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana
dia berada. Budaya perusahaan memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku
etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika
mereka membudayakan etika dalam lingkungan
perusahaannya.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Benih Induk
Aneka Tanaman Gabe Hutaraja Desa Hutaraja
Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara
adalah salah satu unit pelayanan teknis lingkup
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang
berperan dalam pengadaan bibit hortikultura yang
bermutu tinggi. Etika Budaya Batak yang dikenal
dengan adat istiadat “Dalihan Na Tolu” yang
diterapkan di UPTD Benih Induk Aneka Tanaman
Gabe Hutaraja memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan perilaku etis yang
merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan pegawai. Etika Budaya
Batak dapat mendorong terciptanya perilaku etis
dan sebaliknya dapat pula mendorong perilaku yang
tidak etis. Perilaku tidak etis ini dapat terjadi akibat
penyalahgunaan etika budaya batak. Budaya suku
batak berupa relasi antar keluarga atau antar marga
bisa dikatakan sangat kuat. Kuat lemahnya diukur
dengan garis keturunan. Semakin dekat garis
keturunan tersebut, dapat dikatakan semakin dekat
hubungan kekerabatannya. Ada potensi
penyalahgunaan yang tersembunyi dalam hubungan
kekerabatan ini. Eratnya kekerabatan sering sekali
disalahgunakan pihak–pihak tertentu untuk
melakukan perbuatan yang tidak benar. Contohnya,
nepotisme yang memutuskan untuk memilih
saudara dekat, karena hubungan kekerabatan
bukannya kemampuan adalah salah satu praktik
nyata. Sehingga jika ini terjadi didalam perusahaan,
maka perusahaan itu menjadi perusahaan keluarga
yang timpang. Etika Dalihan Na Tolu yaitu Etika
Batak somba marhula-hula sebagai raja (pembuat
keputusan), dongan tubu (bisa jadi semarga dengan
hula-hula atau semarga boru), boru sebagai pelayan
(pelaksana keputusan). Etika Dalihan Na Tolu
ditinjau dari sisi budaya kerja berarti mengerti
posisi, yaitu:
a. Posisi sebagai pimpinan dengan gaya
kepemimpinan (Hula-hula)
b. Posisi sebagai rekan kerja (Dongan Tubu)
c. Posisi sebagai pesuruh, karyawan, karier
terbawah dengan perilaku kerja (Boru).
Posisi hula-hula atau pimpinan pada UPTD Benih
Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja mempunyai
peranan yang sangat menentukan dalam mencapai
keberhasilan dan kegagalan dalam meraih tujuan
visi dan misi organisasi. Dengan kata lain kualitas
kepemimpinan menentukan tercapai tidaknya tujuan
organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh kinerja pemimpin dan
bawahannya. Setiap organisasi maupun perusahaan
akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja
pegawainya, dengan harapan apa yang menjadi
tujuan perusahaan akan tercapai. Seorang pemimpin
yang dapat menggerakkan secara benar bawahannya
dapat memotivasi kinerja positif bagi internal
perusahaan sehingga berdampak signifikan terhadap
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 402
ojs-unita.com
perilaku dan kinerja pegawai. Setelah melakukan
observasi dan wawancara ternyata masih terdapat
beberapa pegawai yang masih menunda dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Oleh karena itu
pemimpin sewajarnyalah harus memberikan
motivasi terhadap pegawainya untuk menciptakan
produktivitas bagi perusahaan sehingga pegawai
dapat menciptakan kinerja yang maksimal.
Posisi dongan tubu merupakan rekan kerja dalam
instansi UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja. Rekan kerja dalam suatu tim dapat
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai dan
membuat pekerjaan terasa lebih menyenangkan.
Dukungan rekan kerja, termasuk motivasi dari rekan
kerja, keramahan dan pengaruh yang positif, dapat
dikaitkan dengan meningkatnya kinerja pegawai.
Hal tersebut terjadi karena rekan kerja merupakan
sumber motivasi dan informasi yang penting. Disisi
lain terdapat perselisihan sesama rekan kerja akibat
persaingan dalam mencapai jabatan tertinggi. Hal
ini sering menyebabkan timbulnya konflik antar
sesama rekan kerja dan hilangnya sikap saling
menghormati tentunya ini akan berdampak pada
penurunan produktivitas kinerja pegawai lainnya
dalam perusahaan.
Posisi Boru merupakan perilaku kerja pegawai pada
UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.
Dalam instansi ini, pimpinan berperan dalam
melihat potensi pegawai mengelek yang artinya
membujuk, mengambil hatinya, sehingga pegawai
mau untuk menunjukan kinerja yang maksimal.
Dengan gaya kepemimpinan yang baik yang
diterapkan oleh pemimpin dalam instansi melalui
kedisiplinan dan keramahan dalam kerja dapat
menjadi dorongan atau motivasi bagi pegawai
dalam meningkatkan kualitas kinerja. Para pekerja
berusaha menunjukkan kualitas kerja yang baik agar
dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau teman
sekerjanya. Dalam paraktik kerjanya, masih ada
pegawai yang memiliki perilaku kerja yang kurang
baik akibat adanya kekerabatan dalam instansi.
Hubungan atasan yang begitu dekat dengan
bawahan sering disalahgunakan oleh bawahan
dengan berperilaku semena-mena atau bermalas-
malasan dalam bekerja, menunda pekerjaan, dan
perilaku negatif lainnya sehingga berdampak pada
penurunan produktivitas kinerja. Ini merupakan
salah satu perilaku tidak etis yang terjadi dalam
dunia kerja yang dilakukan oleh bawahan namun
tidak diberi sanksi oleh atasan karena adanya
hubungan kekerabatan. Jika ini tidak segera diatasi
maka ini juga berdampak pada motivasi kerja
pegawai lainnya yang semakin menurun.
Untuk menghindari perilaku tidak etis ini, pimpinan
perusahaan dengan menerapkan etika budaya batak
dengan baik disertai dengan pengawasan diharapkan
mampu membentuk karakter dan perilaku pegawai
dalam meningkatkan kualitas kinerja. Kebijakan
perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada
perusahaan akan memberikan citra bahwa
manajemen akan mendukung perilaku etis dalam
perusahaan.
Masalah yang dirumuskan adalah :
a. Bagaimana peranan etika somba marhula-hula
terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD
Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?
b. Bagaimana peranan etika manat mardongan
tubu terhadap motivasi kerja pegawai pada
UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja?
c. Bagaimana peranan etika elek marboru terhadap
motivasi kerja pegawai pada UPTD Benih
Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?
d. Bagaimana peranan etika somba marhula-hula,
etika manat mardongan tubu, etika elek marboru
terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD
Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja?
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 403
ojs-unita.com
Tujuan penelitian ini adalah,
a. Mengetahui peranan etika somba marhula-hula
terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD
Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.
b. Mengetahui peranan etika manat mardongan
tubu terhadap motivasi kerja pegawai pada
UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
c. Mengetahui peranan etika elek marboru
terhadap motivasi kerja pegawai pada UPTD
Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.
d. Mengetahui peranan etika somba marhula-hula,
etika manat mardongan tubu, etika elek
marboru terhadap motivasi kerja pegawai pada
UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
Penelitian dilakukan di Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman
Gabe Hutaraja, Jalan Medan – Tarutung, Desa
Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara selama
3 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai September
2018.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Etika
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani
adalah “Ethos”, yang berarti norma-norma, nilai-
nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik. Secara sederhana, etika
diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang
didasarkan pada perbandingan mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Simorangkir (2005:44) : etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berperilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik. Hanafiah (2009:2) :
etika adalah ilmu yang mempelajari azas akhlak
untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan
yang secara etis dapat diterima dan tidak dapat
diterima. Salam (2016:324) : etika adalah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
B. Budaya Batak
Orang Batak adalah penutur bahasa
Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek
moyang orang Batak pertama kali bermukim di
Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-
bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang
berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah
ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500
tahun lalu, yaitu di zaman batu muda
(Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada
artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga
bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke
Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6,
pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan
kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara.
Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan
oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari
tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah
satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada
abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil
dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya,
perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai
oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan
koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara.
Koloni-koloni mereka terbentang dari
Barus, Sorkam, hingga Natal. Batak merupakan
salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk
mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang
bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera
Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba,
Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun,
Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 404
ojs-unita.com
Antonius (2006:18) mengemukakan bahwa: Suku
Batak masih terbagi-bagi ke dalam beberapa sub-
suku, yang pembagiannya mempunyai bahasa Batak
yang mempunyai perbedaan dialek yaitu Batak Karo
yang menempati bagian barat Tapanuli, Batak
Timur atau Simalungun di timur Danau Toba, Batak
Toba di tanah Batak Pusat dan di antara Padan
Lawas dan Batak Angkola yang menempati daerah
Angkola, Sipirok dan Sibolga bagian selatan.
Subsuku Karo yang disebut masyarakat Batak Karo
adalah suku asli yang mendiami daratan tinggi
Karo. Nama suku ini dijadikan nama kabupaten di
salah satu wilayah yang mereka diami yaitu
Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri
yang disebut Bahasa Karo. Pakaian adatnya
didominasi dengan warna merah serta hitam dan
dengan perhiasan emas.
Subsuku Batak Simalungun yang disebut
masyarakat Batak Simalungun menetap di
kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Sepanjang
sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan.
Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik,
dan tiga marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga dan
Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga)
tersebut menjadi marga besar di Simalungun.
Masyarakat Batak Angkola mendiami wilayah
Angkola tepatnya di Tapanuli Selatan. Kampung
yang ada pertama kali adalah Sitamiang yang
didirikan oleh oppu Jolak Maribu yang bermarga
Dalimunthe, dan memberi nama daerah-daerah di
Angkola sekarang seperti : Pargurutan (tempatnya
mengasah pedang) Tanggal (tepatnya menanggalkan
hari atau tempat kalender Batak) Sitamiang, dan
lainnya.
Vergouwen (1986:121) menjelaskan bahwa :
“Masyarakat adat Batak Toba merupakan
sekelompok orang yang terdiri dari marga-marga
sebagai suatu unit, para anggotanya satu, senasib
sepenanggungan, berasal dari kampung leluhur yang
sama, bersifat kesilsilahan atau kewilayahan dan
menyandang nilai hukum.” Masyarakat adat Batak
adalah masyarakat setempat yang terdiri dari orang-
orang Batak yang memiliki marga serta adat istiadat
orang Batak.
Etika dalam budaya batak dikenal dengan adat
istiadat. Etika atau adat istiadat yang diterapkan
oleh suku batak adalah Dalihan na Tolu. Antonius
(2006:100) menjelaskan bahwa : Dalihan Na Tolu
dapat diartikan sebagai Tumpuan Tiga Serangkai
atau dalam definisi lebih jelas, Dalihan Na Tolu
merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang
menempatkan posisi masing – masing orang Batak
pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan
ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab
tersendiri. Bunyi dari Etika Dalihan Na Tolu atau
yang disebut dengan Tungku Yang Tiga adalah:
Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu,
Elek Marboru. Latar belakang pembentukan atau
penciptaan lembaga Dalihan Na Tolu berbeda dari
lembaga pranata adat di daerah lain di Indonesia.
Dalihan Na Tolu tidak dibentuk berdasarkan
komitmen atau kesepakatan, melainkan muncul
sebagai kodrat karena adanya perkawinan dan
marga. Marga itu melekat dalam diri individu
tersebut dari pertama kali bernafas di dunia ini
sampai menghembuskan nafas yang terakhir di
dunia ini. Dalihan Na Tolu bagi suku Batak
merupakan budaya yang tidak lapuk karena panas
dan tidak luntur karena hujan, tahan uji dan selalu
relevan, sudah mendarah daging sehingga Dalihan
Na Tolu disebut sebagai etika deep culture, yaitu :
a. Somba marhula-hula (hormat kepada hula-
hula)
Hula-hula atau tondong, yaitu kelompok orang yang
posisinya “diatas” (Sinaga 2013:13). Golongan
hula-hula adalah pihak yang memberi pengantin
perempuan. Semua dongan sabutuha orangtua
pengantin perempuan menjadi hula-hula bagi pihak
pengantin laki-laki. Yang termasuk hula-hula, yakni
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 405
ojs-unita.com
bukan saja hanya pihak mertua dan semarganya,
tetapi juga tulang (paman), yakni saudara-saudara
ibu (maksudnya yang laki-laki). Tegasnya yang
disebut golongan hula-hula ialah klan yang memberi
putri. Perkawinan dengan putri tulang atau paman
merupakan perkawinan ideal bagi orang Batak
zaman dulu sampai sekarang. Perkawian demikian
disebut juga dengan kawin pariban. Tetapi tidak
seorang pun dapat mengawini anak saudara ayah
atau yang tergolong masih semarga, karena mereka
dianggap masih bersaudara.
Setiap orang Batak selalu menghargai pihak hula-
hulanya. Jika hula-hula mengunjungi boru oleh
karena kewajiban adat, mereka harus membawa
ikan (dengke) yang sudah dimasak baik-baik
bersama nasi. Demikian pula boru itu, jika
mengunjungi hula-hula sebab kewajiban adat, harus
membawa daging bersama nasi. Daging yang
dibawa itu tidak boleh sembarang daging, tidak
boleh daging yang dibeli dari pasar. Membawa
daging pasar (jagal onan) kurang menghormati
pihak hula-hula. Daging yang dimaksud haruslah
daging yang berasal dari daging hewan yang
dipotong baik serta mengikutsertakan bagian-bagian
penting menurut letak yang ditetapkan hukum adat.
Kalau seorang wanita disia-siakan atau diceraikan
oleh suaminya, maka pihak hula-hula harus
melindunginya. Pihak dongan sabutuha, pihak boru
harus pula aktif mengatasi persoalan itu. Hormat
pada pihak hula-hula adalah salah satu sebab
mengapa tidak mudah terjadi perceraian di kalangan
Suku Batak.
Pihak hula-hula itu dipandang boru sebagai
matahari kemuliaan dan sumber cahaya kehidupan
kepada marga boru. Karena itu layak disembah dan
dihormati agar memperoleh keselamatan dan
kesejahteraan. “Di dalam kebudayaan Batak Toba
dinamakan dalam bentuk ungkapan bahwa hula-
hula mataniari binsar, Debata natarida. Artinya
hula-hula adalah matahari terbit dan Tuhan yang
tampak, bagi kelompok boru (Antonius 2011:123)”.
b. Manat Mardongan Tubu (Saling menghormati
terhadap saudara sedarah)
Secara luas, dongan tubu adalah orang-orang yang
semarga. Sifat-sifat dongan tubu adalah seia sekata
dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan adat
dan kehidupan sehari-hari. Sebagai orang-orang
yang semarga, mereka seperasaan dan
sepenanggungan. Jika timbul perselisihan diantara
orang yang bersaudara, pihak dongan tubu turut
menanganinya untuk menciptakan perdamaian.
Kepada unsur kelompok saudara semarga filosofi
hubungan adalah manat mardongan sabutuha/tubu
yang artinya penuh kehati-hatian, penuh
kebijaksanaan terhadap saudara semarga karena
mereka tinggal pada perkampungan yang sama,
memiliki pandangan yang sama, perkebunan yang
sama, halaman yang sama, bahkan persawahan yang
berdekatan (Tambunan 1982:111). Setiap hari
bertemu dan terlibat dalam upacara-upacara adat
dan keagamaan secara bersama. Situasi hubungan
yang frekuensinya tinggi demikian rentan terhadap
timbulnya kecemburuan, persaingan dan
pertikaian/perkelahian. Oleh karena itu, untuk
menghindari timbulnya konflik sesama saudara
maka diperlukan sikap hati-hati dan bijaksana
diantara mereka. Sangat dipercaya hau na jonok do
masiososan. artinya kayu yang tumbuh dekat yang
selalu bergesekan, bukan kayu yang berjauhan.
Perumpamaan posisi kayu yang berdekatan yang
selalu bergesekan, apalagi dihembus oleh angin
yang kencang dipakai sebagai padanan terjadinya
gesekan sosial yang negatif diantara orang yang
bersaudara satu marga.
c. Elek marboru (membujuk atau mengayomi boru)
Boru yaitu kelompok orang yang posisinya
“dibawah” (Sinaga 2013:14). Yang tergolong boru
dalam masyarakat Batak antara lain, suami anak
perempuan dan anak-anaknya, orangtua suaminya,
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 406
ojs-unita.com
dan dongan sabutuha suaminya. Kepada kelompok
boru, pihak hula-hula harus bersikap mengelek
maksudnya membujuk, mengambil hati, mengasihi,
dan memgayomi. Dalam soal ini terdapat pemikiran
cultural berbau ekonomi bahwa si boru sudah “di
jual” kepada marga lain sehingga sang boru tidak
mendapat apa-apa lagi dari ayah dan saudaranya.
Sementara sang boru wajib hormat/somba kepada
hula-hulanya selama hidupnya bahkan sampai
kepada keturunan-keturunannya. Wujud rasa hormat
tersebut diberikan dalam bentuk servis adat berupa
pemberian tumpak, tenaga, piso-piso, dan lain
sebagainya.
Filosofi hubungan sosial yang terikat dan dikandung
ketiga unsur kelompok masyarakat Batak Toba
yaitu Dalihan Na tolu dipercaya mampu menjaga
dan membangun keakraban sosial diantara orang
Batak toba khususnya serta suku bangsa Batak pada
umumnya. Oleh karena sikap sosial terhadap unsur
lain telah ditentukan dalam kebudayaan dan
dipatuhi secara turun temurun. Artinya setiap unsur
sudah mempunyai sistem budaya tertentu di dalam
berhubungan dengan unsur sosial yang lain.
C. Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti
dorongan, keinginan, sebab, atau alasan seseorang
melakukan sesuatu. Menurut Siagian (2009: 102),
menyatakan bahwa motivasi merupakan daya
dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya. Menurut Samsudin
(2010: 281) mengemukakan bahwa motivasi adalah
proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah
ditetapkan.
III. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai yang bekerja di Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja berjumlah 24 orang. Penelitian ini
menggunakan sampel jenuh mencakup seluruh
pegawai yang bekerja di UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja berjumlah 24 orang.
Teknik Pengumpulan Data adalah dengan
Observasi, Kuesioner dengan teknik yang
digunakan untuk menganalisis kualitas dari hasil
jawaban kuisioner adalah metode interval.
Dimana:
Jarak = Nilai tertinggi – Nilai terendah
Nilai Tertinggi = Total responden x Bobot tertinggi
= 24 x 5
= 120
Nilai Terendah = Total responden x Bobot terendah
= 24 x 1
= 24
Interval kelas penggolongan diperoleh dengan
penghitungan sebagai berikut:
Maka analisis kualitas dari hasil jawaban kuesioner
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Analisa Kualitas dari hasil jawaban kuesioner
NO Skore Interpretasi
1. 24 – 43,2 Sangat tidak baik
2. 43,3 – 62,4 Tidak baik
3. 62,5 – 81,6 Sedang
4. 81,7 – 100,8 Baik
5. 100,9 – 120 Sangat baik
Wawancara, Dokumentasi .
Teknik analisis atau pengolahan data adalah
penelitian kualitatif. Miles dan Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 407
ojs-unita.com
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verivikasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup
transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis,
interpretasi data dan triangulasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah mendapatkan hasil dari kuesioner yang telah
dibagikan kepada pegawai Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja yang berjumlah 24 orang, maka penulis
mengumpulkan dan mentabulasi skore yang telah
diperoleh dari setiap kuesioner dari variabel Etika
Somba Marhula-hula (X1), Etika Manat Mardongan
Tubu (X2), Etika Elek Marboru (X3), dan variabel
Motivasi Kerja (Y). dari skore yang diperoleh
tersebut akan dibandingkan dengan Analisis kualitas
dari hasil jawaban kuesioner untuk melihat kualitas
setiap jawaban dari kuesioner yang diperoleh dari
responden.
Tabel 4.23.
Skore dari Variabel Etika Somba Marhula-hula
(X1)
No Item
Pertanyaan
Skore Interpretasi
1 Pimpinan
membuat
keputusan yang
berhubungan
dengan kerja
untuk
dilaksanakan
pegawai
berdasarkan hasil
musyawarah
101 Sangat Baik
2 Pimpinan
memberi
kebebasan bagi
pegawai untuk
memberi
komentar
terhadap tugas
yang diberikan
dan memberi
pelatihan
94 Baik
3 Pimpinan
mengkomunikasi
kan tujuan dan
memberikan
kesempatan bagi
pegawai untuk
mencapai sesuatu
dengan cara
sendiri
93 Baik
4 Pimpinan
memberi
penghargaan
dalam bentuk
materi dan
perhatian kepada
pegawai yang
kinerjanya bagus
108 Sangat Baik
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap
pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 93-
110 dengan jumlah skore rata-rata 99. Berdasarkan
interval analisis kualitas hasil jawaban kuesioner
maka skore dari variabel Etika Somba Marhula-hula
adalah baik. Ini menunjukkan bahwa Etika Somba
Marhula-hula mempunyai peranan terhadap
Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 408
ojs-unita.com
Tabel 4.24.
Skore dari Variabel Etika Manat Mardongan
Tubu (X2)
No Item
Pertanyaan
Skore Interpretasi
1 Pegawai
bersaing secara
sehat dalam
memperoleh
jabatan
80 Sedang
2 Pegawai saling
menghormati
dan
menghargai
dalam
mendukung
kelancaran
kerja
104 Sangat Baik
3 Pegawai saling
memberi
dukungan dan
bantuan dalam
menyelesaikan
setiap masalah
yang muncul
103 Sangat Baik
4 Pegawai selalu
berupaya
menciptakan
suasana
kekeluargaan
yang harmonis
dengan rekan
kerja baik di
saat bekerja
maupun di luar
pekerjaan
100 Baik
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap
pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 98-
104 dengan jumlah skore rata-rata 96,75.
Berdasarkan interval analisis kualitas hasil jawaban
kuesioner pada tabel 3.2. maka skore dari variabel
Etika Manat Mardongan Tubu adalah baik. Ini
menunjukkan bahwa Etika Manat Mardongan Tubu
mempunyai peranan terhadap Motivasi Kerja
Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
Tabel 4.25.
Skore dari Variabel Etika Elek Marboru (X3)
No Item Pertanyaan Skore Interpretasi
1 Pegawai menjalin
hubungan sosial
dengan baik untuk
bekerjasama dalam
mencapai tujuan
bersama
98 Baik
2 Pegawai bekerja
secara produktif
dan efisien
96 Baik
3 Pegawai selalu
berusaha
menyelesaikan
pekerjaan tepat
waktu
85 Baik
4 Pegawai
bertanggung jawab
penuh atas
pekerjaan yang
diberikan
105 Sangat Baik
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap
pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 63-
105 dengan jumlah skore rata-rata 96. Berdasarkan
interval analisis kualitas hasil jawaban kuesioner
pada tabel 3.2. maka skore dari variabel Etika Elek
Marboru adalah baik. Ini menunjukkan bahwa Etika
Elek Marboru mempunyai peranan terhadap
Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 409
ojs-unita.com
Tabel 4.26.
Skore dari Variabel Motivasi Kerja (Y)
No Item Pertanyaan Skore Interpretasi
1 Instansi
menyediakan
sarana dan
prasarana yang
mendukung semua
aktivitas kegiatan
tugas
98 Baik
2 Pegawai merasa
aman dalam
bekerja karena
adanya jaminan
asuransi hidup dan
kesehatan
103 Sangat Baik
3 Pegawai dan rekan
kerja selalu saling
bekerjasama dalam
tim
104 Sangat Baik
4 Pimpinan selalu
menghargai
pendapat pegawai
101 Sangat Baik
5 Motivasi yang
diberikan oleh
pimpinan membuat
pegawai lebih
disiplin dalam
bekerja
107 Sangat Baik
Sumber : Data kuesioner yang telah diolah
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setiap
pertanyaan/kuesioner mempunyai skore diantara 91-
107 dengan jumlah skore rata-rata 102,6.
Berdasarkan interval analisis kualitas hasil jawaban
kuesioner pada tabel 3.2. maka skore dari variabel
Motivasi Kerja adalah sangat baik. Ini menunjukkan
bahwa Motivasi Kerja Pegawai mempunyai peranan
pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Benih
Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja.
Dari hasil kuesioner yang disebar dan ditabulasi
sudah didapatkan hasil bahwa Etika Somba
Marhula–hula, Etika Manat Mardongan Tubu, dan
Etika Elek Marboru mempunyai peranan terhadap
Motivasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
Peranan Etika Somba Marhula-hula terhadap
Motivasi Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk
Aneka Tanaman Gabe Hutaraja
Hula-hula atau tondong, yaitu kelompok orang yang
posisinya “diatas” (Sinaga 2013:13). Somba
marhula-hula dalam instansi atau perusahaan
diwariskan pada gaya kepimpinan yang menjadi
pilar bagi pimpinan mengerti dan memahami bahwa
semua bawahan harus dihargai tanpa melihat
statusnya. Semua orang itu layak dihargai karena
semua adalah sama sederejat dan itu berlaku
didalam perusahaan. Istilah dalam Adat Batak
“Hidup itu seperti roda pedati, kadang diatas kadang
dibawah. Kadang menjadi atasan kadang menjadi
bawahan”. Oleh karena itu seorang pimpinan
menghargai bawahannya tanpa melihat status
pekerjaanya agar pegawai termotivasi untuk
meningkatkan produktivitas kinerja. Gaya
kepemimpinan adalah norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
(Suranta, 2002:38). Gaya kepemimpinan cocok
apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan
dan bawahan telah menerimanya.
Posisi hula-hula atau pimpinan pada UPTD Benih
Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja mempunyai
peranan yang sangat menentukan dalam mencapai
keberhasilan dan kegagalan dalam meraih tujuan
visi dan misi organisasi. Peran seorang pemimpin
dalam suatu organisasi merupakan ujung tombak
keberhasilan kinerja organisasi, seiring dengan
digulirkannya reformasi birokrasi maka seorang
pemimpin dituntut untuk memiliki keahlian serta
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 410
ojs-unita.com
visi ke depan dan profesional dalam menciptakan
manajemen sistem kinerja yang mampu
membangkitkan semangat kerja para bawahannya.
Peran pimpinan UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja dalam menciptakan sistem
kinerja yang dapat membangkitkan semangat
pegawai untuk memiliki loyalitas terhadap tugas
dan tanggungjawab yang diberikan serta tujuan
yang ingin dicapai, sebelumnya menelaah visi,
misi dan membuat beberapa keputusan yang
berbungan dengan kerja secara bersama-sama
dengan memberikan kekebasan bagi pegawai
untuk menyampaikan pendapat masing-masing.
Pimpinan UPTD Benih Induk Aneka Tanaman
Gabe Hutaraja memberi perhatian terhadap hak
dan kewajiban para pegawai yaitu gaji ataupun
honor, kemudian memberikan penghargaan
(reward) atas upaya dan kerja keras para
pegawai, merekomendasikan usulan kenaikan
pangkat dan jabatan, selalu melihat setiap
persoalan yang dihadap para pegawai dan
mengatasi setiap persoalan yang dihadapi para
pegawai, dan juga menyediakan sara dan
prasarana yang memadai.
Disamping itu juga pimpinan UPTD Benih Induk
Aneka Tanaman Gabe Hutaraja memberikan
kesempatan yang cukup luas kepada para pegawai
untuk mencapai sesuatu dengan cara sendiri asalkan
berhubungan dengan tujuan instansi. Pimpinan juga
mengarahkan para pegawai agar selalu bekerja
sama, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
keseluruhan proses rangkaian aktivitas kinerja para
pegawai, dan memberikan penilaian terhadap
perilaku kerja pegawai kemudian memberikan
penghargaan atas keberhasilan kinerja para pegawai,
dan memberikan solusi terhadap setiap persoalan
yang dihadapi pegawai. Pimpinan menerapkan
menajemen partisipatif dimana dalam proses
perencanaan program dan pengambilan keputusan
seluruh pegawai diberikan kesempatan dan
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan
usulan maupun saran yang merupakan rekomendasi
kegiatan dan kebijakan yang akan diterapkan dan
dilaksanan bersama-sama untuk mencapai hasil
yang dinginkan secara efektif dan efesien. Hal ini
merupakan bagian dari sistem motivasi kerja yang
bersifat partisipatif dan menciptakan hubungan
persaudaraan yang harmonis dalam bentuk
komunikasi langsung (dua arah) baik vertikal
maupun horisontal, dengan tujuan untuk saling
mengenal karakter masing-masing individu atau
pegawai dan membangun kebersamaan sehingga
menjalin hubungan kerja sama yang baik antara
sesama pegawai (Followers) dan Pimpian (Leader)
kemudian menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan secara bersama-sama.
Peranan Etika Manat Mardongan Tubu Terhadap
Motivasi Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk
Aneka Tanaman Gabe Hutaraja
Secara luas, dongan tubu adalah orang-orang yang
semarga. Sifat-sifat dongan tubu adalah seia sekata
dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan adat
dan kehidupan sehari-hari. Sebagai orang-orang
yang semarga, mereka seperasaan dan
sepenanggungan. Jika timbul perselisihan diantara
orang yang bersaudara, pihak dongan tubu turut
menanganinya untuk menciptakan perdamaian.
Manat mardongan tubu mengajarkan bagaimana
menjadi seorang teman yang baik didalam
perusahaan. Nilai manat mardongan tubu adalah
toleransi dan mau belajar. Manat mardongan tubu
dalam instansi atau perusahaan diwariskan pada
rekan kerja. Posisi dongan tubu merupakan rekan
kerja dalam instansi UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja. Rekan kerja adalah
sesama pegawai yang kemampuannya cakap dan
saling mendukung dalam pekerjaannya (Luthans,
2002:31). Rekan kerja dalam suatu tim dapat
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 411
ojs-unita.com
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai dan
membuat pekerjaan terasa lebih menyenangkan.
Dukungan rekan kerja, termasuk motivasi kerja dari
rekan kerja, keramahan dan pengaruh yang positif,
dapat dikaitkan dengan meningkatnya kinerja
pegawai. Hal tersebut terjadi karena rekan kerja
merupakan sumber motivasi kerja dan informasi
yang penting.
Pada UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja, sesama rekan kerja saling menyemangati,
memberikan pujian kepada sesama rekan kerja yang
mencapai prestasi dan bersaing secara sehat dalam
memperoleh jabatan serta saling memberikan saran
atas masalah yang sedang dihadapi rekan lain.
Selain itu rekan kerja juga dapat menjadi mentor
bagi rekan kerja lainnya, terutama ketika sudah
mulai jenuh dengan tugas-tugas yang diberikan
instansi rekan kerja dapat memberikan motivasi
untuk membangkitkan semangat bekerja, mereka
juga saling memberikan contoh maupun pengarahan
antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,
akan tercipta lingkungan yang nyaman, kondusif
dan menyenangkan ditempat kerja. Jika lingkungan
kerja menyenangkan, maka karyawan akan bekerja
dengan bergairah dan lebih serius. Karena
penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan
akan memberikan rasa nyaman dan mendorong
semangat kerja mereka. Sebaliknya lingkungan
kerja yang kurang akan membawa dampak negatif
dan menurunkan semangat kerja.
Peranan Etika Elek Marboru Terhadap Motivasi
Pegawai pada UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja
Boru yaitu kelompok orang yang posisinya
“dibawah”(Sinaga 2013:14). Didalam perusahaan
yang terdiri banyak orang yang berbeda karakter
dan potensi seorang bawahan haruslah diberdayakan
dengan baik. Begitu juga dengan nilai elek marboru
yang artinya harus berlaku lembut kepada sesama.
Elek marboru dalam instansi atau perusahaan
diwariskan pada perilaku kerja pegawai. Posisi Boru
merupakan perilaku kerja pegawai pada UPTD
Benih Induk Aneka Tanaman Gabe Hutaraja. Dalam
instansi ini, pimpinan berperan dalam melihat
potensi pegawai mengelek yang artinya membujuk,
mengambil hatinya, sehingga pegawai mau untuk
menunjukan kinerja yang maksimal. Dengan gaya
kepemimpinan yang baik yang diterapkan oleh
pemimpin dalam instansi melalui kedisiplinan dan
keramahan dalam kerja dapat menjadi dorongan
atau motivasi bagi pegawai dalam
meningkatkan kualitas kinerja. Para pekerja
berusaha menunjukkan kualitas kerja yang baik
agar dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau
teman sekerjanya.
Perilaku kerja adalah tanggapan atau reaksi individu
yang timbul baik berupa perbuatan atau sikap
maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya,
kondisi kerja yang dialami di lingkungan kerja serta
perlakuan pimpinan terhadap orang dengan tipe ini.
Definisi perilaku kerja menurut Robbins (2002:35)
yaitu bagaimana orang-orang dalam lingkungan
kerja dapat mengaktualisasikan dirinya melalui
sikap dalam kerja. Dimana pendapat Robbins ini
menekankan pada sikap yang di ambil oleh pekerja
untuk menentukan apa yang akan dilakukan di
lingkungan tempat kerja.
Perilaku kerja pegawai pada UPTD Benih Induk
Aneka Tanaman Gabe Hutaraja terjalin dengan
baik. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar
jawaban pegawai yang menyatakan bahwa pegawai
menjalin hubungan sosial dengan baik untuk
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama dan
selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan secara
efektif dan efisien. Tersedianya sarana dan
prasarana pada UPTD Benih Induk Aneka Tanaman
Gabe Hutaraja menjadi salah satu motivasi bagi
pegawai dalam mendukung semua aktivitas tugas
sehingga mampu bekerja secara produktif ditambah
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 412
ojs-unita.com
lagi dengan adanya jaminan asuransi hidup dan
kesehatan yang diberikan membuat pegawai merasa
aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pimpinan UPTD Benih Induk Aneka Tanaman
Gabe Hutaraja selalu berupaya memberi perhatian
kepada pegawai lewat komunikasi yang baik secara
formal maupun informal. Motivasi yang diberikan
pimpinan membuat pegawai lebih disiplin dalam
bekerja dan bertanggung jawab dalam penuh atas
pekerjaan yang diberikan.
Peranan Etika Budaya Batak Terhadap Motivasi
Kerja Pegawai pada UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja
Etika dalam budaya batak dikenal dengan adat
istiadat. Etika atau adat istiadat yang diterapkan
oleh suku batak adalah Dalihan na Tolu. Antonius
(2006:100) menjelaskan bahwa : Dalihan Na Tolu
dapat diartikan sebagai Tumpuan Tiga Serangkai
atau dalam definisi lebih jelas, Dalihan Na Tolu
merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang
menempatkan posisi masing – masing orang Batak
pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan
ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab
tersendiri. Bunyi dari Etika Dalian Na Tolu atau
yang disebut dengan Tungku Yang Tiga adalah:
Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu,
Elek Marboru. Etika Dalihan Na Tolu ditinjau dari
sisi budaya kerja berarti mengerti posisi, yaitu:
a. Posisi sebagai pimpinan dengan gaya
kepemimpinan (Hula-hula)
b. Posisi sebagai rekan kerja (Dongan Tubu)
c. Posisi sebagai pesuruh, karyawan, karier
terbawah dengan perilaku kerja (Boru).
Etika Budaya Batak yaitu Etika Soma Marhula-hula
(X1), Etika Manat Mardongan Tubu (X2), dan Etika
Elek Marboru (X3) pada UPTD Benih Induk Aneka
Tanaman Gabe Hutaraja diterapkan pimpinan dan
pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Pimpinan
memandu, menuntun, membimbing, membangun,
memberi atau membangunkan motivasi-motivasi
kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-
jaringan komunikasi yang baik, memberikan
supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa
para pegawai kepada sasaran yang dituju, sesuai
dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Bentuk motivasi yang dilakukan oleh pimpinan
dalam meningkatkan kinerja pegawai berlandaskan
Etika Budaya Batak antara lain:
a. Memperhatikan hak dan kewajiban pegawai
yaitu gaji ataupun honor.
b. Memberikan pengakuan (reward) atas prestasi
pegawai.
c. Merekomendasikan usulan kenaikan pangkat dan
jabatan.
d. Menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai.
e. Mendeteksi setiap persoalan yang dihadapi
pegawai dan memberikan solusi atas persoalan
tersebut.
f. Memberikan kesempatan istirahat sejenak pada
pegawai terhadap rutinitas yang jenuh, dan
mengijinkan mereka tidak masuk kerja karena
alasanan yang dapat dipertanggungjawabkan dan
tidak melanggar peraturan disiplin pegawai.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Etika Budaya
Batak mempunyai peranan terhadap Motivasi Kerja
pada UPTD Benih Induk Aneka tanaman Gabe
Hutaraja.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil
jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Somba
Marhula-hula (X1) mempunyai skor diantara 93-
108 dengan jumlah skore rata-rata 99. Maka
variabel Etika Somba Marhula-hula (X1) adalah
baik.
b. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil
jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Manat
Vol. 1, No. 2, February-August 2019
ISSN 2622-8823
Page | 413
ojs-unita.com
Mardongan Tubu (X2) mempunyai skor diantara
80-104 dengan jumlah skore rata-rata 96,75.
Maka variabel Etika Etika Manat Mardongan
Tubu (X2) adalah baik.
c. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil
jawaban kuesioner bahwa variabel Etika Elek
Marboru (X3) mempunyai skor diantara 85-105
dengan jumlah skore rata-rata 96. Maka variabel
Etika Etika Elek Marboru (X3) adalah baik.
d. Berdasarkan interval analisis kualitas hasil
jawaban kuesioner bahwa variabel Motivasi
Kerja Pegawai (Y) mempunyai skor diantara 98-
107 dengan jumlah skore rata-rata 102,6. Maka
variabel Motivasi Kerja Pegawai (Y) adalah
sangat baik.
e. Berdasarkan hasil analisis bahwa variabel Etika
Budaya Batak yaitu Etika Somba Marhula-hula
(X1), Etika Manat Mardongan Tubu (X2), dan
Etika Elek Marboru (X3) mempunyai peranan
terhadap Motivasi Kerja Pegawai (Y) pada
UPTD Benih Induk Aneka Tanaman Gabe
Hutaraja.
REFERENSI
[1] Simorangkir, O.P, 2005, Today’s Business
Ethics, Jakarta: Gramedia.
[2] Salam, H Burhanudin, 2016,
Mengembangkan Kompetensi Etis di
Lingkungan Kita, Jakarta: Gramedia.
[3] Antonius, Bungaran, 2006, Struktur Sosial
dan Sistem Politik Batak Toba Hingga
1945, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia [4]
Undang-Undang RI No.10 Tahun 2009,
Tentang Kepariwisataan.
[4] Vergouwen, 1986, Masyarakat Dan Hukum
Adat Batak Toba, Yogyakarta:LKiS.
[5] Sinaga, Richard, 2013, Perkawinan Adat
Dalihan Na Tolu, Jakarta: dian utama [7]
Mustafa, H.A. 2010. Buku Akhlak Tasawuf.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
[6] Antonius, Bungaran, 2011, Pemikiran
Tentang Batak, Jakarta: Yayasan Pustaka.
[7] Tambunan, 1982, Sekelumit Mengenai
Masyarakat Batak Toba dan
Kebudayaannya, Bandung: Tarsito.
[8] Siagian P, Sondang, 2009, Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta:
PT Rineka Cipta.
[9] Samsudin, Sadili, 2010, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka
Setia
[10] Milles and Huberman, 1984, Qualitative
Data Analysis, London: Sage Publication.