“peranan guru btq dalam meningkatkan kemampuan …
TRANSCRIPT
“PERANAN GURU BTQ DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA SISWA
KELAS VII MTs ATTAQWA 10 RAWA SILAM KOTA
BEKASI”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
HABIBI NUR
NIM. 1112011000111
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/ 1439 H
i
ABSTRACT
The purpose of this research is for knowing how far the Reading Writing Qur’an
(BTQ) teacher role to increase the student’s reciting al-Qur’an skill class 7 in MTs
Attaqwa 10 Rawa Silam Bekasi city.
The author uses qualitive descriptive method in this research. Data accumulation
method got from direct observation in the place, interview, documentation, and
inquiry question that giving to 40 students , which inquiry question that include by
the role of BTQ teacher to increase the stundet’s reciting al-Qur’an skill.
The conclusion of this research is the teacher’s effort to increase the student’s
reciting al-Qur’an skill in MTS Attaqwa Rawa Silam Bekasi student can be a good
category. The thing can see the indication of the teacher role in learning process that
include, authority, material, how to convey the material with same lesson that will
teach, leading the student that cannot read al-Qur’an yet and giving motivation to the
student that do not have interest in learning how to read and write al-Qur’an, making
condusive learning situation for student’s spirit in learning how to read and write al-
Qur’an like give questions to make the student will be active in learning how to read
and write al-Qur’an.
The student’s reading and writing skills MTS Attaqwa 10 Rawa Silam Bekasi are
good enough, author gives reciting al-Qur’an test for student at the time, there are 80
% students can read al-Qur’an well, there are 20 % students cannot read al-Qur’an
well yet. This thing indicates only a little student cannot read al-Qur’an yet, writing
and understanding tajwid in al-Qur’an, so that student’s reading and writing al-
Qur’an skills have an raising after learning in the school. Probably, from the efforts or
a teacher role.
Key World: Reading Writing Qur’an teacher, BTQ skill.
i
ABSTRAK
Habibi Nur (1112011000111), “Peranan Guru BTQ Dalam Meningkatkan
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa Kelas VII MTs Attaqwa 10 Rawa
Silam Kota Bekasi”.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana Peran Guru BTQ dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa kelas VII MTs Attaqwa 10
Rawa Silam Kota Bekasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data diperoleh melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara,
dokumentasi, serta angket berupa pertanyaan yang disebarkan kepada 40 siswa,
yang mana angket tersebut berkaitan dengan peranan guru BTQ dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Usaha Guru BTQ dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an pada siswa MTs Attaqwa 10
Rawa Silam Kota Bekasi dapat dikategorikan baik. Hal itu dapat dilihat pada
indikasi peranan guru dalam proses belajar mengajar yang meliputi, penguasaan
materi, cara menyampaikan materi sesuai dengan mata pelajaran yang akan
diajarkan, membimbing para siswa yang belum mampu dalam baca tulis al-
Qur’an serta memberi motivasi kepada siswa yang kurang minat dalam
mempelajari baca tulis al-Qur’an, membuat suasana belajar yang kondusif agar
para siswa semangat dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an seperti meberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa agar para siswa aktif dalam mempelajari
baca tulis al-Qur’an. Kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10
Rawa Silam Kota Bekasi sudah cukup baik, pada waktu penulis memberikan soal
tes membaca al-Qur’an kepada siswa, ada 80 % siswa yang mampu membaca al-
Qur’an dengan baik, dan ada 20% siswa yang belum mampu membaca al-Qur’an
dengan baik. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil saja siswa yang kurang
mampu dan tidak mampu membaca, menulis dan memahami tajwid dalam al-
Qur’an, berati kemampuan baca tulis al-Qur’an pada siswa sudah ada peningkatan
setelah belajar di sekolah. Kemungkinan besar atas usaha-usaha atau peran
seorang guru.
Kata kunci: Guru Baca Tulis Qur’an (BTQ), Kemampuan Baca Tulis Qur’an
(BTQ).
ii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh
Alhamdulillahirabbil’alâmîn. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidâyat-Nya serta menganugerahkan
nikmat sehat kepada penulis, sehingga penulisan ini dapat diselesaikan dengan
baik serta tepat pada waktunya.
Ṣalawat serta salâm tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, Nabi
Muhammad Saw. sebagai suri tauladan terbaik, beserta para sahabat-Nya,
keluarga-Nya dan semua penganut ajaran-Nya hingga akhir zaman.
Penulisan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyelesaian penulisan ini tidak hanya kerja keras dan usaha penulis,
namun mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya penulisan ini, terutama kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. dan Marhamah Saleh, Lc., MA. selaku
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuannya.
4. Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan, dan motivasi
serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
iii
5. Drs. Abdul Haris, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
perhatian telah memberi bimbingan, arahan, dan motivasi serta ilmu
pengetahuan kepada penulis selama bimbingan.
6. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, MA dan Dr. Sapiudin Sidiq, M.Ag
selaku dosen penguji pada saat sidang skripsi atau sidah munaqasah.
7. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya fakultas ilmu tarbiyah
dan keguruan jurusan pendidikan agama islam yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu namun tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan
takzim penulis, yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan berbagai banyak referensi
yang menunjang dalam penulisan ini.
9. H. Syarwani,S.Pd selaku Kepala Sekolah MTs Attaqwa 10 Rawa Silam
Kota Bekasi serta jajaran guru MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi
yang senantiasa mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
10. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Nur Hadi dan Ibunda Hj.
Amroh yang telah merawat dengan kasih sayang, mendidik putranya
dengan tulus dan ikhlas, serta memotivasi dan mendo’akan kepada
penulis dalam setiap langkahnya.
11. Basyiroh,S.Pd selaku guru BTQ di MTs attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi yang telah meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai dan
lain sebagainya.
12. Kedua adikku tercinta Maratun Sholehah Nur dan Zahrotussyita Nur
karena canda dan tawa mereka yang menjadi motivasi dan inspirasi bagi
penulis dalam penyelesaian penulisan ini.
13. Teman-teman Keluarga Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2012
yang telah memberikan motivasi dan bantuannya sampai terselesaikannya
penulisan ini.
iv
14. Kepada sahabat yang selalu setia dan sedia memberikan nasehat dan
semangat untuk penulis, yaitu Muhammad Irvan, Ahmad Karim
Amirulloh, Sayyidina Lutfhi Rahman, Ahmad As’ad, Lutfhi Muchlis dan
KANCA C yang sama-sama menempuh pendidikan S1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Tak lupa segenap pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namanya.
Semoga kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penulisan ini mendapat pahala dan rahmat dari Allah SWT. serta penulisan ini
dapat bermanfaat bagi semua. Âmîn Yâ Rabbal’alâmîn.
Jakarta, 24 Mei 2017
Habibi Nur
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 10
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
BAB II : KAJIAN TEORETIK
A. Guru BTQ ..................................................................................... 11
1. Pengertian guru .......................................................................... 11
2. Peranan Guru .............................................................................. 14
3. Kompetensi Guru ....................................................................... 16
4. Syarat Menjadi Guru .................................................................. 18
5. Kualifikasi guru .......................................................................... 20
6. Peran guru dalam proses belajar mengajar ................................. 27
B. Baca Tulis Al-Qur’an .................................................................... 29
1. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an ............................................... 29
2. Tujuan Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an .................................. 31
3. Dasar Pengajaran Al-Qur’an ...................................... 32
4. Tata Cara atau Adab Membaca Al-Qur’an ................................ 33
5. Keutamaan Belajar dan Mengajar Al-Qur’an ............................ 36
6. Metode Mengajar Baca Tulis Al-Qur’an ................................... 38
ivviviviiv vi
C. Hasil Penelitian Relevan ............................................................... 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42
B. Metode Penelitian .......................................................................... 42
C. Populasi dan Sample ...................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43
E. Pengolahan Data ............................................................................ 45
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 45
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang MTs Attaqwa 10 .................................................. 46
1. Visi dan Misi MTs Attaqwa 10 ................................................... 46
2. Profil Guru BTQ MTs Attaqwa 10 .............................................. 48
3. Keadaan Siswa MTs Attaqwa 10 ................................................. 48
4. Sarana dan Prasarana MTs Attaqwa 10 ....................................... 48
B. Deskripsi dan Interprestasi Analisis Data ...................................... 49
C. Interprestasi Data ........................................................................... 64
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 66
B. Saran .............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN
v
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.4 Keadaan jumlah murid MTs. Attaqwa 10 ............................................. 48
Tabel 2.4 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs. Attaqwa 10 ................................ 49
Tabel 3.4 Guru memberikan ice breaking atau permainan sebelum atau
dipertengahan proses pembelajaran ..................................................................... 50
Tabel 4.4 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya ........................... 51
Tabel 5.4 Guru memberikan uraian materi al-Qur’an diikuti dengan latihan ...... 51
Tabel 6.4 Menegur siswa yang bercanda saat pelajaran berlangsung .................. 52
Tabel 7.4 Guru mengondisikan situasi sebelum menjelaskan pelajaran .............. 53
Tabel 8.4 Guru mendesain tata ruang kelas secara berkala ................................. 54
Tabel 9.4 Komunikasi siswa dan guru terjalin dengan baik ................................ 54
Tabel 10.4 Sebelum memulai pelajaran guru memberikan pertanyaan mengenai
materi sebelumnnya ............................................................................................. 55
Tabel 11.4 Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca al-
Qur’an .................................................................................................................. 56
Tabel 12.4 Guru menyediakan al-Qur’an untuk para siswa .................................. 57
Tabel 13.4 Guru memberikan tugas im’la setelah pembelajaran berlangsung .... 58
Tabel 14.4 Guru memerintahkan siswa maju kedepan untuk menulis tugas yang di
berikan di papan tulis ........................................................................................... 58
Tabel 15.4 Guru menggunakan metode ceramah saat pelajaran berlangsung ...... 59
Tabel 16.4 Guru menggunakan media (elektronik atau cetak) sesuai dengan
materi ................................................................................................................... 60
Tabel 17.4 Guru menggunakan metode mengulang materi pelajaran di awal
pembelajaran ........................................................................................................ 61
viii
Tabel 18.4 Guru menggunakan media pembelajaran seperti power point dan video
tentang baca tulis al-Qur’an ................................................................................. 62
Tabel 19.4 Guru menanamkan tentang pentingnnya mempelajari al-Qur’an ....... 62
Tabel 20.4 Guru mengevaluasi pelajaran yang sudah diajarkan di kelas ............. 63
Tabel 21.4 Guru memberi motivasi sebelum atau setelah pembelajaran ............. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses seseorang menjadi dirinya sendiri yang
tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara
utuh. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk
watak secara peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Dalam konteks ini, maka pendidikan seharusnya sebagai penuntun,
pembimbing, dan petunjuk arah bagi peserta didik agar mereka dapat tumbuh
dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya, sehingga
mereka dapat tumbuh, bersaing, dan mempertahankan kehidupannya di masa
yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Tujuan pendidikan dicapai mulai
proses belajar mengajar dengan memanfaatkan segala sesuatu yang bersifat
material dan non material secara efektif dan efesien dalam proses belajar
mengajar.
Minat merupakan faktor internal atau indogen pada setiap individu yang
dapat menunjang belajar siswa. Alisuf Sabri mengatakan bahwa, “minat yang
menunjang belajar ialah kepada bahan atau mata pelajaran dan kepada guru
1Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, hlm. 4
2
yang mengajarnya.2 Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat kepada
pelajaran ataupun gurunya, maka siswa tidak akan belajar.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar erat
hubungannya dengan minat belajar siswa itu sendiri. Siswa akan terlibat aktif
dalam proses belajar mengajar apanila memiliki minat yang kuat untuk belajar.
Hal ini terjadi karena siswa merasa senang dan tertarik terhadap sesuatu yang
melingkupi proses belajar mengajar tersebut.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Oleh sebab itu jika bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa yang
bersangkutan tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik
baginya. Begitu sebaliknya jika bahan pelajaran yang diminati siswa, maka hal
itu akan mudah dipahami dan disimpan dalam memori kognitif siswa, karena
minat dapat menambah kegiatan belajarnya.
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu
sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya
guru, siswa, kurikulum, lingkungan social, dan lain-lain. Namun dari faktor-
faktor itu, guru dan siswa faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa
tersebut dapat dilihat melalui pemahaman hakikat pembelajaran, yakni sebagai
usaha sadar guru untuk membentu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan
minatnya.
Dengan demikian, minat itu sangat besar perannya dalam belajar di
sekolah, “minat akan berperan sebagai Motivating Force yaitu sebagai kekuatan
yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya
senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar,
berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka
2M.Ali Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. 3, hlm. 84
3
hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bias terus tekun karena tidak
ada pendorongannya”.3
Apabila minat yang dimiliki siswa terhadap guru yang mengajar studi PAI
tinggi, maka akan terlihat gejala-gejala yang ditimbulkan melalui sikap
prilakunya, sehingga proses belajar yang dilakukannya akan efektif, karena
performance dan cara mengajar guru akan sangat berpengaruh. Sehingga dapat
diharapkan mereka akan berhasil menguasai mata pelajaran PAI dengan baik.
Metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat
diabaikan karena metode mengajar tersebut menentukan berhasil tidaknya suatu
proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang internal dalam suatu
system pengajaran.4
Metode mengajar sebagai alat pencapaian tujuan dengan sejelas-jelasnya,
merupakan syarat terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih
metode yang tepat. Karena dengan metode mengajar akan menghasilkan
pengetahuan, keterampilan, pembejalaran yang baik serta menghilangkan rasa
bosan dan ketidak nyamanan.
Pemakaian metode harus disesuaikan dengan tujuan, karakteristik siswa,
materi, kondisi lingkungan tempat pengajaran berlangsung. Pemakaian metode
bedasarkan tujuan pengajaran ditetapkan harus lebih diperinci dan spesifik
sehingga dapat dipilih metode mana yang cocok dipakai dalam pembelajaran
tersebut.
Undang-undang Sindiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 7 sebagai berikut : “Orang tua berhak berperan serta
3 Ibid, hlm. 85
4 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), hlm. 31
4
dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi perkembangan
pendidikan anaknya.5
Totalitas orang tua dalam memperhatikan aktivitas anak selama menjalani
rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar anak mudah dalam
mentrasfer ilmu selama menjalani proses belajar yang dilaksanakan di sekolah
maupun di keluarga atau dirumah, agar anak mencapai hasil maksimal.
Perhatian orang tua dapat berupa pembarian bimbingan dan nasihat,
pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta
pemenuhan fasilitas belajar.
Pokok pertama materi pendidikan agama islam pada dasarnya adalah al-
Qur’an. Karena al-Qur’an merupakan bacaan paling sempurna dan mulia. Oleh
karena itu, mempelajari dan mengamalkannya memiliki nilai yang sangat
penting bagi kehidupan muslim. Al-Qur’an merupakan sumber nilai dan
inspirasi yang dapat memotivasi umat islam untuk maju dan berkembang pesat.
Karena itu, generasi muda islam harus didorong untuk selalu mau mempelajari
al-Qur’an dan menjadikannya sebagai petunjuk bagi jalan kehidupan yang lebih
membahagiakan dunia dan akhirat.
Mempelajari al-Qur’an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, asal ada
kemauan dan usaha mempelajarinya pasti akan mampu membeca dan
memahami al-Qur’an dengan baik. Allah sudah menjamin kemudahannya bagi
umatnya yang mau mempelajari al-Qur’an, sesuai dengan firman Allah dalam
al-Qur’an:
)سورة القمر(
5Undang-undang Sindiknas No. 20 Tahun 2003 tentang, Hak dan Kewajiban Orang Tua
Bab IV Pasal 7, hlm. 5
5
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran” (Q.S. Al-Qomar
[54] : 17).6
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa, mempelajari al-Qur’an itu
tidaklah sulit asal ada kemauan yang keras untuk mempelajari dan
memahaminya sedikit demi sedikit, maka akhirnya Allah menurunkan al-
Qur’an sedikit demi sedikit, dengan tujuan agar mudah dipelajari, dipahami,
dan diamalkan, bukan untuk mempersukar hidup manusia. Hal ini dipertegas
dalam (Q.S. At-Thaha : 2)
))سورة طه
Artinya: “Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu
menjadi susah” (Q.S. Thaha [20] : 2).7
Ironisnya membaca Al-Qur’an di kalangan masyarakat zaman sekarang,
khususnya anak-anak usia sekolah menengah pertama relative sangat sedikit
apalagi untuk mempelajari dan memahami isi kandungannya. Al-Qur’an
seolah-olah hanya dijadikan hiasan ruangan saja, bahkan dijadikan barang antic
yang hanya dipajang, tidak pernah dibaca dan dipelajari.
Padahal jika kita mengetahuinya keutamaan dalam membaca dan
mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan tetap
berada dalam jalan yang tetap, yaitu jalan yang sesuai dengan apa yang
dijelaskan dalam al-Qur’an. Serta mendapatkan pertolongan yang pasti dari
Allah swt bagi mereka yang membaca dan mengamalkan al-Qur’an.
Kenyataan yang ada sekarang ini, sering kita jumpai ditengah-tengah
masyarakat banyak diantara anak-anak bahkan remaja yang tidak bisa membaca
al-Qur’an dengan fasih dan benar. Hal tersebut disebabkan pleh beberapa
6Al-Qur’an dan Terjemah, Q.S. Al-Qomar [54] : ayat 17
7Al-Qur,an dan Terjemah, Q.S. Thaha [20] : ayat 2
6
faktor, diantaranya kurang adanya minat bagi anak untuk belajar al-Qur’an,
kurangnya peran orang tua dalam memotivasi anak dalam belajar al-Qur’an,
serta lingkungan yang tidak mendukung, dikarenakan sudah banyaknya sarana
bermain anak, seperti warnet dengan game onlinenya, play station, dan
sebagainya.
Al-Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran rumpun Pendidikan
Agama Islam yang ada di Madrasah Tsanawiah. Pelajaran al-Qur’an Hadits ini
merupakan pelajaran yang sangat berkaitan dalam kehidupan sehari-hari para
siswa-siswi, terutama dalam hal membaca al-Qur’an baik di rumah, atau pun di
sekolah tempat mereka belajar.
Mata pelajaran al-Qur’an hadits mengandung materi-materi yang berperan
penting dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an. Memberikan
kemampuan dasar supaya siswa mampu membaca, menulis dan membiasakan
diri dengan mengamalkan isi kandungan ayat atau hadits.
Mata pelajaran al-Qur’an hadits merupakan mata pelajaran yang penting
berkaitan pelajaran mengenai dasar hokum dan kaidah-kaidah dalam
menjalankan kehidupan beragama. Pentingnya mempelajari dan mengamalkan
al-Qur’an dan hadits supaya terbentuk menjadi pribadi muslim. Pribadi muslim
adalah pribadi yang dibentuk dari penanaman nilai-nilai dari al-Qur’an dan
hadits. Pemahaman tersebut dapat diperoleh dari pembelajaran al-Qur’an hadits
di Madrasah. Pelajaran al-Qur’an Hadits merupakan bagian salah satu pelajaran
pendidikan agama islam yang ada di madrasah tsanawiah. Bertujuan untuk
memberikan bimbingan, motivasi, dan pemahaman serta penghayatan terhadap
isi yang terkandung sehingga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar al-Qur’an hadits berbeda dengan belajar bahasa dan sejarah
kebudayaan. Dalam pembelajaran al-Qur’an hadits terdapat ilmu tajwid dan
ilmu qira’ah. Dari sini siswa lebih mengenali keindahan bahasa dan tata cara
mengucapkannya sehingga siswa menemukan pemahaman yang baik dan
7
kemudian mengimplementasikan dalam tutur berbahasa dipergaulan social.
Terdapat juga materi tentang ibadah dan muamalat yang terkandung
didalamnya.
Dari permasalahan diatas, maka tugas pokok guru dalam pendidikan islam
adalah pensucian dan tugas pengajaran. Tugas pensucian berati
mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan
diri kepada Allah swt, menjauhkan dari keburukan dan menjaganya agar tetap
berada pada fitrahnya. Sedangkan tugas pengajaran berati menyampaikan
berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk
diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupan.8
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar serta pembinaan secara rutin merupakan kegiatan yang paling pokok.
Ini berati berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik
serta tingkat pembinaan yang dilakukan guru terhadap hasil dari pembelajaran
itu sendiri.
Hakikat belajar BTQ adalah untuk menghantarkan siswa menguasai
konsep-konsep membaca dan menulis dan keterkaitannya untuk dapat
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kata menguasai disini
mengisyaratkan bahwa harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing)
dan hafal (memoryzing) tentang BTQ, melainkan harus menjadi siswa untuk
mengerti dan memahami (to understand). Konsep-konsep tersebut dan
menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain.9
Di MTs Attaqwa 10 yang berada di kota Bekasi, mata pelajaran BTQ
merupakan mata pelajaran yang harus di pelajari mulai dari kelas VII sampai
dengan kelas IX dan mata pelajaran BTQ sangatlah penting, karena dapat
mempengaruhi mata pelajaran agama yang lain seperti akidah akhlak, fiqih,
8Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2015), hlm. 125
9http://pgmickudus.blogspot.co.id/2014/12/tujuan-pembinaan-baca-tulis-al-quran-
btq.html?view=magazine&m=1#!
8
bahasa arab terutama al-Qur’an hadist. Namun kesulitan membaca tulis al-
Qur’an bagi siswa di madrasah tsanawiah masih saja ada, mungkin kekurang
mampuan baca tulis al-Qur’an itu di pengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya kekurangan minat mempelajari al-Qur’an itu sendiri, pengaruh
teknologi yang melenakan kehidupan anak-anak khususnya, kurangnya
perhatian orang tua terhadap pendidikan agama karena lebih mengutamakan
materi, arus informasi dan komunikasi yang tidak dibarengi dengan
penyaringan terhadap hal-hal yang buruk yang mempengaruhi pola pikir dan
prilaku masyarakat kita sekarang ini.
Mengingat begitu pentingnya kemampuan membaca al-Qur’an pada siswa,
maka disini para guru harus terus berusaha memotivasi para siswa agar
semangat dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an. Penanaman, pelatihan, dan
pembinaan pendidikan agama islam dalam hal ini pendidikan atau pelajaran
baca tulis al-Qur’an bukan hanya tanggung jawab seorang guru ngaji atau guru
agama di sekolah saja, lebih dari itu semua pihak berkewajiban untuk
mewujudkan dan memajukan masyarakat yang mampu membaca dan menulis
al-Qur’an. Memang di dalam kurikulum tercantum bahwa pendidikan agama
islam terdapat pada setiap jenjang pendidikan mulai tingkat dasar sampai
tingkat tinggi, pendidikan agama tidak terabaikan
Peran seorang guru dalam menyampaikan pelajaran guna meningkatkan
kemampuan baca tulis al-Qur’an perlu juga seorang guru dapat memilih metode
yang tepat dalam strategi belajar mengajar. Seiring dengan kemajuan zaman
sekarang ini, metode pengajaran berkembang pesat dari yang sederhana sampai
kepada yang lebih praktis, dari yang rumit sampai kepada yang mudah dengan
memakai waktu yang relatif singkat. Diantara metode yang selama ini
digunakan antara lain, metode iqra, dan lain-lain sebagainya.
Kesulitan baca tulis al-Qur’an bagi siswa di madrasah tsanawiah,
dikarenakan ketika di MI atau SD belum mempunyai pengalaman membaca al-
Qur’an dalam artian mereka tidak pernah belajar mengaji di rumahnya atau di
tempat-tempat pengajian seperti TPA. Permasalahan berikutnya sangat
9
kurangnya perhatian orang tua, mereka hanya sekedar menitipkan anak-
anaknya di lembaga-lembaga pendidikan akan tetapi tidak memeperhatikan
sepenuhnya terhadap pendidikan anaknya, apakah si anak sudah mengerjakan
PR, mengulang-ulang bacaan al-Qur’an dan sebagainya.
Maka para guru di madrasah tsanawiah ini, berkewajiban untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an terhadap siswanya,
salah satu langkah yang harus ditanamkan kepada para siswanya adalah
bagaimana caranya agar para siswa memiliki kecintaan kepada al-Qur’an dan
mendorongnya untuk tekun belajar.
Setidaknya ketika penulis meneliti di sekolah tersebut penulis
mewawancarai, mengamati serta meminta data kepada guru BTQ untuk penulis
jadikan data awal seberapa besar kemampuan baca tulis al-Qur’an di sekolah
tersebut. Dan penulis temui bahwa siswa yang bias membaca al-Qur’an sebesar
40% dan yang belum bias sebesar 60%, hal demikian dikarenakan kurangnya
kontribusi orang tua dan guru dalam membina para siswa dalam baca tulis al-
Qur’an.10
Oleh karenanya bedasarkan alasan-alasan diatas penulis terdorong untuk
mengambil judul skripsi tentang “Peranan Guru BTQ Dalam Meningkatkan
Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Attaqwa 10 Kota Bekasi”.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan judul skripsi di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Banyaknya siswa MTs Attaqwa 10 yang tidak dapat baca tulis al-Qur’an
dengan baik dan benar.
2. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya.
3. Kuranya minat siswa dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an.
10Hasil Wawancara dan Observasi di Sekolah MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi, Tanggal 26
November 2016 Jam 10:00 Wib.
10
4. Banyaknya siswa yang rendah motivasinya dalam belajar baca tulis al-
Qur’an.
5. Peran guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an
pada Madrasah Tsanawiyah (MTs).
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi pada: Peranan
Guru BTQ Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa
Kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Attaqwa 10 Kota Bekasi.
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa usaha guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-
Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi?
2. Bagaimana kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10
Kota Bekasi?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui usaha guru dalam meningkatkan kemampuan baca
tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi.
2. Untuk mengetahui cara guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan
baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru PAI khususnya guru Qur’an Hadits
dalam mengambil langkah-langkah atau cara, untuk meningkatkan
kualitas dalam pembinaan dan pengajaran pendidikan Agama Islam
khususnya pelajaran tentang baca tulis al-Qura’an.
2. Bagi Pembaca Pada Umumnya
11
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
bagaimana seharusnya pelaksanaan pembelajaran baca tulis al-Qur’an
siswa pada siswa kelas VII MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru BTQ
1. Pengertian Guru
Guru dahulu diartikan sebagai seseorang yang harus digugu (ditaati) dan ditiru
(diteladani) hal ini memberikan implikasi terhadap tinggi dan beratnya menjadi guru,
ia adalah sosok mulia yang harus dipatuhi, diteladani pola hidupnya, gaya bicaranya,
kelakuan dan penerapan nilai agama bagi murid-muridnya karena baik buruknya
peserta didik sangat ditentukan oleh bagaimana nilai positif yang dapat digugu dan
ditiru dari sang guru.
Di zaman sekarang jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi
mata pencaharian. Guru bukan hanya pewaris amanat pendidikan, melainkan juga
orang yang menyediakan dirinya sebagai pendidik professional.
Menurut Syafruddin Nurdin, Profesi guru telah hadir cukup lama di Negara kita
tercinta ini, meskipun hakikat fungsi, latar tugas, dan kedudukan sosiologisnya
telah banyak mengalami perubahan. Bahkan, ada yang secara lugas mengatakan
bahwa sosok guru telah berubah dari tokoh yang digugu dan ditiru, dipercaya dan
dijadikan panutan, diteladani, agaknya menurun dari tradisi latar padepokan
menjadi oknum yang wagu lan kuru, kurang pantas dan kurus, di tengah-tengah
pelbagai bidang pekerjaan dalam masyarakat yang semakin terspesialisasikan.1
Pandangan tradisional yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam bukunya
menyebutkan “guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan”.2
Guru adalah Profesi yang mulia, tidak hanya mulia di mata manusia, tetapi juga
di mata Allah swt. Sesuai Undang-undang No. 14 Pasal 1 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen yang di maksud guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
1Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Quantum Teaching,
Oktober 2005 Cet ke-3), hlm. 1
2Ibid, hlm. 6
12
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.3
Menutur Pupuh Fathurrohman dkk, Guru professional adalah guru yang
menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam mengajarkannya
(menyampaikannya). Dengan kata lain, guru professional adalah guru yang mampu
mengajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.4
Menurut Pupuh Fathurrohman dkk dalam bukunya menyebutkan, “Karena
gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Guru lah yang
memegang peranan yang sangat penting dalam membuat siswa mengerti dan paham
mengenai mata pelajaran yang diajarkan”.5
Menurut Kunandar dalam bukunya menyataan, “Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.6
Menurut Syafruddin Nurdin, Perjalanan jabatan guru dari masa ke masa
senantiasa berkembang. Dulu, ketika kehidupan sosial budaya kita belum dikuasai
oleh hal-hal yang materialistis, pandangan masyarkat cukup positif terhadap jabatan
atau profesi guru. Komuniti guru sebagai prototipe manusia yang patut diteladani
merupakan pencerminan nilai-nilai luhur yang sangat lekat dianut oleh masyarakat
kita. Mereka adalah pengabdi ilmu yang tanpa pamrih, ikhlas dan tidak
menghiraukan tuntutan materi yang berlebihan, apalagi mengumbar komersialisasi.
Kini, tatkala kehidupan masyarakat modern didominasi materi dan ukuran sukses
seseorang lebih banyak ditimbang dari status ekonomi, rasanya sulit bagi kita
menghadirkan sosok guru seperti dulu.7
Menurut Muhammad Saroni, Guru adalah ujung tombak pendidikan di sekolah.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas guru sudah seharusnya menjadi bagian
rencana strategis dan masuk dalam kelompok prioritas utama. Jika kualitas diri guru
meningkat, otomatis kualitas pendidikan pun akan meningkat, begitu juga dengan
3Undang-undang No. 14 Pasal 1Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, hlm. 2
4Pupuh Fathurrohman dkk, Guru Profesional, (Bandung : PT Refika Kurniawan, Juni 2012), Cet
ke 1, hlm. 6
5Ibid, hlm. 13
6Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pres, 2011), hlm. 54
7Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Quantum Teaching,
Oktober 2005 Cet ke-3), hlm. 3
13
outputnya. Oleh karena itu, program pengmbangan dan peningkatan kualitas guru
merupakan hal yang urgen.8
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau
teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana
sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ia patut diteladani atau
tidak. Bagaimana guru meningatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru
berpakaian dan berbicara serta bergaul baik dengan siswanya, teman-temannya serta
anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Walaupun segala prilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khususnya prilaku guru berhubungan dengan
profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam
memahami, menghayati serta mengamalakan sikap kemampuan dan sikap
profesionalnya. Pola tingkah laku guru berhubungan dengan itu akan dibicarakan
sesuai dengan sasarannya, yakni sikap propesional keguruan terhadap: Peraturan
perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja,
pemimpin dan pekerjaan.
Sedangkan menurut Soetjipto dkk mengatakan bahwa: Guru Indonesia harus
menunaikan karyanya dengan mempedomani dasar-dasar atau kode etik guru sebagai
berikut:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasinya proses belajar-mengajar.
8Muhammad Saroni, Personal Branding Guru:Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru,
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), cet ke 1, hlm. 9
14
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisai
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.9
Dari beberapa pengertian guru di atas dapat dikatagorikan sebagai tugas guru
secara umum, sedangkan tugas guru terutama guru agama adalah mengajarkan ilmu
pengetahuan agama islam, menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak
agar taat menjalankan agama, dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.
2. Peranan Guru
Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perangkat tingkah
laku yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Setelah
mendapat akhiran “an”, kata peran memiliki arti yang berbeda, di antaranya:
a. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa.
b. Peranan adalah kosekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang .
c. Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain.10
Peranan juga memiliki makna “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama
(terjadinya suatu hal atau peristiwa) misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang
peranan penting dalam pembangunan Negara”.11
9Soetjipto dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, Desember 2007), cet ke 3, hlm. 34
10
Adi Gunawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 2003), hlm. 640
11
Adi Gunawan, Op. Cit., hlm. 655
15
Menurut Suparlan peranan guru dapat dibagi menjadi:
a. Guru berperan sebagai pendidik tugasnya mengembangkan kepribadian dan
membina budi pekerti.
b. Guru sebagai tenaga mengajar tugasnya menyampaikan ilmu pengetahuan
melatih keterampilan, merancang pengajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai aktivitas pembelajaran.
c. Guru sebagai Fasilitator, yaitu memberikan motivasi siswa, membantu,
membimbing siswa dalam proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas.
d. Guru sebagai Pembimbing, yaitu memberikan petunjuk atau bimbingan
tentang gaya pembelajaran siswa, mencari kekuatan dan kelemahan siswa.
e. Guru sebagai Pelayan, yaitu memberikan layanan pembelajaran yang nyaman
dan aman sesuai dengan individual siswa.
f. Guru sebagai Perancang, guru menyusun program pengajaran dan
pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku.
g. Guru sebagai Pengelola, yaitu melaksanakan administrasi kelas.
h. Guru sebagai Inovator, yaitu bertugas meningkatkan kemampuan dan
keterampila dalam menggunakan strategi dan metode mengajar.
i. Guru sebagai Penilai, yaitu guru bertugas menyusun tes dan penilaian
terhadap siswa secara objektif.12
Menurut M. Dimyati Mahmud peranan guru yang penting dapat disebutkan
sebagai berikut:
a. Guru sebagai pembuat keputusan.
b. Guru sebagai motivator.
c. Guru sebagai menejer.
d. Guru sebagai pemimpin.
e. Guru sebagai konselor.
f. Guru sebagai insinyur atau pereka yasa lingkungan, dan
g. Guru sebagai model.
Demikian tujuh macam peranan guru yang penting itu. Bukan main, sungguh
tidak ringan memangku jabatan guru itu. Pernyataan ini barangkali akan lebih
diterima dan dimengerti apabila di telaah beberpa prilaku yang “recommended” untuk
mengajar yang efektif.13
12Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hidayat Publishing, 2005), hlm. 27
13
Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, (Yogyakarta: Oktober
2009), cet ke 2, hlm. 25-28
16
3. Kompetensi Guru
Menurut Jejen Musfah, “Kompetensi di dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa inggris yaitu kata competence, yang berari kecakapan dan
kemampuan”.14
Kecakapan dan kemampuan ini diperoleh memalui pendidikan,
pelatihan, dan belajar mandiri. Sebagaimana dikutip Outson (2004: 114) kompetensi
ialah “Deskripsi tentang suatu yang harus dapat dilakukan oleh seseorang yang
bekerja dalam bidang profesi tertentu”.15
Artinya suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemapuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Menurut Piet dan Ida Saherti sebagaimana
dikutip oleh Kunandar mengatakan bahwa “kompetensi adalah kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pedidikan dan pelatihan yang bersifat
efektif, kognitif, dan performen”.16
Sedangkan dalam UU no. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalannya”.17
Seseorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar yaitu kompetensi pedagogic,
kepribadian, social, dan professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru. (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007) sebagai berikut:
14Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), cet ke 1, hlm. 27
15
Ibid., hlm. 28
16Kunandar, Guru Profesional Implemenasi Kurikulum Tingkat satu Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007), cet ke 1, hlm. 52
17
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tantang Guru dan Dosen, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), cet ke 2,
hlm. 4
17
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik menurut Suparno (200:52) disebut juga kemampuan
dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri
anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang
berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar
yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai sistem
evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkat
kemampuannya.18
Menurut Jejen Musfah, “Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaman tentang peserta didik,
pengembangan kurikulim/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pendidikan yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya”.19
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian menurut Suparno (2001:47) adalah mencakup
kepribadian yang utuh, berbudu luhur, jujur, dewasa, beriman, bermoral,
kemampuan mengaktualisasikan diri seperti disiplin, tanggung jawab, peka,
objekti, luwes, berwawasan luas, dapat berkomunikasi dengan orang lain,
kemampuan mengembangkan profesi seperti berpikir kreatif, kritis, reflektif,
mau belajar sepanjang hayat dan diambil keputusan dll.
c. Kompeteni Profesional
Profesi adalah salah satu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
(expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu. Professional menujuk pada dua hal, yaitu orang
18 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
19
Jejen Musfah, op. cit, hlm. 30
18
yang menyandang profesi, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya (seperi misalnya dokter).
Makmum (1996: 82) menyatakan bahwa teacher performance diartikan
kinerja guru atau hasil kerja atau penampilan kerja. Secara konseptual dan
umum penampilan kerja guru itu mencakup aspek, kemampuan professional,
kemampuan social, dan kemampuan personal.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial meliputi: memiliki empati pada orang lain, memiliki
toleransi pada orang lain, memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta
melekat pada setiap kompetensi yang lain, dan mampu bekerja sama pada
orang lain.
Menurut Gadner (1983) dalam Sumardi (Kompas, 18 maret 2006) kompetensi
sosial itu sebagai social intelligence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial
merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga,
ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi Gardner. Semua
kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang.20
4. Syarat Menjadi Guru
Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini
memerlukan keahlian khusus. Sebagaimana orang menilai bahwa dokter, insinyur,
ahli hokum, dan sebagainya sebagai profesi tersendiri maka guru pun adalah suatu
profesi tersendiri. Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa
memiliki ke ahlian sebagai guru. Banyak orang yang pandai berbicara tertentu,
namun demikian belum dapat disebut sebagai seorang guru. Ada perbedaan yang
prinsipil antara guru yang profesional dengan guru yang bukan professional. 21
Demikian pula halnya seorang guru profesional, oleh karena dia menguasai betul
tentang seluk-beluk pedidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Tambah lagi
dia telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki keahlian
20Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
21
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: 2005), cet ke 4,
hlm. 65
19
khusus yang diperlukan untuk jenis pekerjaan ini maka sudah dapat dipastikan bahwa
hasil usahanya akan lebih baik.
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru
harus pula mengetahui persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya ialah:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d. Memilki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila
h. Guru adalah seorang warga Negara yang baik.22
Dalam Undang-undang RI No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV
Pasal 8 di sebutkan ada 5 syarat sebgai seorang guru, yaitu:
a. Memiliki kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang guru atau pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikasi
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Memiliki kompetensi
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
c. Memiliki sertifikat pendidik
Sertifikat pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan guru yang diberikan
kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan kepada
guru yang telah memenuhi standar profesi guru melalui proses sertifikasi.
22Ibid., hlm. 66
20
d. Sehat jasmani dan rohani
Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan
fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan
baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada
penyandang cacat.
e. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
Guru harus mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana yan disebutkan dalam Undang-undang RI No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 : “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”23
5. Kualifikasi Guru
Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, orang tua dalam
situasi tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Oleh
karena itu mereka melimpahkan pendidikan anaknya kepada orang lain. Namun
pelimpahan itu tidak begitu saja mengurangi tanggung jawab mereka sebagai orang
tua, mereka tetap mempunyai tanggung jawab dan peran yang sangat penting dalam
masalah pendidikan anaknya. Mereka dituntut untuk mempersiapkan anak-anaknya
agar beriman kepada Allah dan mempunyai akhlak yang mulia, membimbingnya
untuk kematangan berfikir dan keseimbangan psikis serta mengarahkannya agar
membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat, karena anak
merupakan amanat dari Allah yang harus dijaga.
23 Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8
21
Namun guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik
anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya.
Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan
kepadanya.
Guru adalah pendidik professional, Karen ia telah merelakan dirinya menerima
dan memikul tanggung jawab pendidian yang terpikul dipundak para orang tua.
Mereka itu, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berati melimpahkan
sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itu pun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada kesembarang
guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi guru.
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya menyatakan, Dilihat dari ilmu
pendidikan islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan
dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, maka guru harus
memiliki syarat-syarat dibawah ini:
a. Berijazah
Tentu saja yang dimaksud dengan ijazah disini ialah ijazah yang dapat
memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah
tertentu. Pemerintah telah mengadakan berbagai sekolah dan kursus-kursus serta
akademi-akademi yang khusus untuk mendidik orang-orang yang akan ditugaskan
menjadi guru di berbagai sekolah, sesuai dengan wewenang ijazahnya masing-
masing.
b. Sehat Jasmani dan Rohani
Sebagai calon guru pun syarat kesehatan itu merupakan syarat yang tidak
dapat diabaikan. Seorang guru yang berpenyakit menular akan membahayakan
kesehatan anak-anak dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya
sebagai pengajar dan pendidik.
22
c. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sebagai calon guru tentu saja harus bertqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena dengan nilai ketqwaan yang dimilikinya, ia dapat mengajarkan kebaikan
dan contoh tauladan yang baik bagi anak didiknya.
d. Bertanggung Jawab
Seorang guru yang baik harus bertanggung jawab kepada tugasnya sebagai
seorang guru, yaitu dapat bertanggung jawab ketika mengajar dan mendidik anak
didiknya dengan baik.
e. Berjiwa Nasional
Bangsa Indonesia terdiri atas berberapa suku bangsa yang berlain-lain bahasa
dan adat-istiadatnya. Tambahan pula telah kurang lebih 350 tahun bangsa
Indonesia mengalami penjajahan bangsa asing yang telah sengaja memecahbelah
persatuan Nasionalnya dengan berbagai macam jalan. Untuk menenemkan
kembali perasaan dan jiwa kebangsaan itu merupakan tugas yang penting sekali
bagi para guru dan pendidik umumnya.24
Guru, sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam tidak mungkin mendidik anak agar
bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada-Nya. Budi pekerti guru
pun sangat penting pendidikan watak murid, guru harus menjadi suru tauladan,
karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan adalah
membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru itu berakhlak
baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan
pekerjaanmendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik dalam ilmu pendidikan islam
adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti dicontohkan oleh pendidik
utama, Muhammad SAW.
Ngalim Purwanto mengutip UU No 12 Tahun 1945 Pasal 3 mengatakan: “Tujuan
pendidikan ialah membentuk manusia susila. Ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa, kesusilaan, watak atau budi pekerti yang baik, tidak mungkin diberikan oleh
24Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
Oktober 2011), cet ke 20, hlm. 139-142
23
orang-orang yang tidak berketuhanan yang Maha Esa atau taat beribadat menjalankan
agamanya dan tidak berkelakuan baik”.25
Maka bertqwa kepad Tuhan yang Maha Esa dan berkelakuan baik adalah sangat
diwajibkan bagi guru, karena anak-anak bersifat suka meniru. Guru berkarakter
cerminan siswa berkarakter.
Syarat-syarat seperti yang telah diuraikan diatas adalah syarat-syarat umum, yang
sangat berhubungan dengan jabatan guru di dalam masyarakat. Sedangkan syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh guru al-Qur‟an Hadits antara lain:
1) Berkepribadian muslim
2) Menguasai ilmu tajwid
3) Fashih
4) Tartil atau perlahan-lahan
Itulah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru al-Qur‟an Hadits yang
pertama guru harus mempunyai pribadi muslim dalam artian guru tersebut
mempunyai kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam, kemudian guru al-Qur‟an
Hadits wajib menguasai ilmu tajwid, karena seorang qori yang memiliki suara merdu
dan pandai membaca al-Qur‟an. Bacaan yang baik mempunyai pengaruh tersendiri
bagi pembaca dan pendengar dalam memahami makna-makna al-Qur‟an dan
menangkap rahasia kemukjizatannya, secara khusu dan rendah diri.
Seorang guru al-Qur‟an Hadits tentunya harus orang Islam dan dapat memahami
makna kandungan al-Qur‟an dan Hadits, serta dapat mengamalkannya dengan hati
yang ikhlas.
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya menyatakan, Selain mempunyai
syarat-syarat tersebut diatas seorang guru harus mempunyai sifat-sifat yang
menunjang kegiatannya. Sifat-sifat guru secara umum antara lain:
a. Adil
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
c. Sabar dan rela berkorban
d. Memiliki wibawa (gezag) terhadap anak-anak
e. Penggembira
25Ibid, hlm. 141
24
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
g. Bersikap baik terhadap masyarakat
h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
j. Berpengetahuan luas.26
Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan yang
tidak kunjung padam. Pekerjaan guru berlainan dengan pegawai kantor lain. Para
guru hendaknya dapat melihal lebih banyak lagi, memikir lebih banyak lagi dan
mengerti lebih banyak dari pada orang lain di dalam masyarakat tempat ia hidup.
Pendeknya, ia harus mengetahui lebih banyak tentang dunia ini.
Kualifikasi guru atau pendidik dijelaskan pada pasal 42 ayat 1, 2, dan 3. Pendidik
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Mengenai kualifikasi guru ini, diperkuat lagi dalam UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Rugaiyah dkk, “Adapun kedudukan guru sebagai tenaga professional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik”.27
Menurut Jejen Musfah dalam bukunya menyatakan, “Guru harus dapat
merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga
dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa. Maka, guru haruslah individu
26Ibid, hlm. 143-148
27
Rugaiyah dkk, Profesi Kependidikan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), cet ke 1, hlm. 12
25
yang kaya pengalaman dan mampu mentrasformasikan pengalamannya itu pada siswa
dengan cara yang variatif”.28
Menurut Jejen Musfah, Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam
seluruh konteks pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat
penting, dan termasuk perbedaan dalam: kecerdasan, emosional, bakat, dan bahasa.
Demikian juga seorang guru harus memperlakukan siswa dengan respek, apakah ia
dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk fokus
pada kemampuannya dalam bidang tertentu dan menunjukkan cara yang tepat untuk
meraihnya.29
Menurut Muhammad Saroni, “Guru adalah seorang professional sehingga setiap
kegiatan yang dilakukan merupakan perwujudan dari konsep-konsep dasar profesi”.30
Menurut Mohammad Athiyah Abrasy yang dikutip oleh Abudin Nata dalam
bukunya Filsafat Pendidikan Islam 1, misalnya menyebutkan tujuh sifat yang harus
dimiliki guru. Tujuh sifat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Zuhud
Seorang guru harus memiliki sifat zuhud, yaitu tidak mengutamakan untuk
mendapatkan materi dalam tugasnya, melainkan karena mengharapkan keridhaan
Allah semata-mata. Ini tidak berati bahwa seorang guru harus hidup miskin,
melarat dan sengsara, melainkan ia boleh memiliki kekayaan sebagaimana
lazimnya orang lain. Dan ini tidak berati pula bahwa guru tidak boleh menerima
pemberian atau upah dari muridnya, melaikan ia boleh saja menerima pemberian
atau upah tersebut, karena jasanya dalam mengajar.31
b. Bersih jiwanya
Seorang guru memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk,
jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, pamer,
dengki, permusuhan, dan sifat-sifat lainnya yang tercela menurut agama islam.
28Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik, (Jakarta : Kencana, 2011), cet ke 1, hlm. 32
29
Ibid, hlm. 33
30
Muhammad Saroni, Personal Branding Guru:Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru,
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), cet ke 1, hlm. 25
31
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), cet ke. 1, hlm.
71
26
Timbulnya sifat guru yang demikian itu didasarkan kepada hadits Rasulullah saw.
Yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang artinya:
Rusaknya umatku adalah karena dua macam orang, “seorang alim yang
durjana dan seorang shaleh yang jahil”, orang yang paling baik adalah ulama
yang baik dan orang yang paling jahat adalah orang yang bodoh. (H.R. baihaqi)
c. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya
Seorang guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya karena keikhlasan
dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik
kearah suksesnya dalam tugas dan sukses murid-muridnya. Tergolong ikhlas ini
adalah seorang guru yang sesuai antara kata dengan perbuatannya, melakukan apa
yang ia ucapkan.
d. Bersifat pemaaf
Seorang guru juga harus bersifat pemaaf terhadap murid-muridnya. Ia
sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar, dan
jangan pemarah, karena sebab-sebab yang kecil. Seorang guru harus pandai
menyembunyikan kemarahannya, menampakkan kesabaran, hormat, lemah
lembut, kasih saying, dan tabah dalam mencapai sesuatu keinginan. Selain itu
seorang guru harus memiliki kepribadian dan harga diri.
e. Menempatkan diri sebagai seorang bapak
Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak
sebelum ia menjadi seorang guru. Dengan sifat ini seorang guru harus mencintai
murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri. Mencintai anak
murid yang bukan anak kandungnya sendiri adalah merupakan pekerjaan yang
secara psikologis cukup berat. Namun, apabila hal itu dapat dilakukan, maka
sesungguhnya dialah seorang bapak yang suci dan seorang bapak yang teladan.
f. Mengetahui tabiat murid
Seorang guru harus mengetagui bakat, tabiat, dan watak murid-muridnya.
Dengan pengetahuan seperti ini, maka seorang guru tidak akan salah dalam
mengarahkan anak muridnya. Pemahaman yang mendalam terhadap tabiat dan
27
bakat para murid termasuk bagian yang diharuskan oleh para pakar di abad
modern ini. Oleh sebab itu, sebelum seorang murid diberikan pelajaran tertentu, ia
harus terlebih dahulu, termasuk di dalamnya adalah tes bakat dan watak.
g. Menguasai materi
Seorang guru harus menguasai bidang studi yang akan diajarkannya. Seorang
guru harus sanggup menguasai mata pelajaran yang diberikan serta memperdalam
pengetahuannya tentang itu, sehingga pelajaran tidak bersifat dangkal, tidak
memuaskan dan tidak menyenangkan orang yang lapar ilmu.
Sifat-sifat guru tersebut di atas pada garis besarnya dapat di bagi menjadi dua
bagian. Pertama, sifat yang berkaitan dengan ke pribadian. Kedua, sifat yang
berkaitan dengan keahlian akademik. Sifat-sifat tersebut masih umum, dalam arti
berlaku pada setiap jenjang, dan masih bias ditambahkan lagi dengan sifat-sifat lebih
khusus yang disesuaikan dengan jenjang atau tingkatan guru tersebut.32
6. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Pada hakikatnya dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berati bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara professional. Setiap kegiatan belajar mengajar selalu
melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebgai pengajar merupakan
pencipta kondisi belajar siswa yang di desain secara sengaja, sistematis, dan
berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pelajaran merupakan pihak yang
menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.
Perpaduan kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan
memaafkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar mengajar,
keduanya (guru dan murid) saling mempengaruhi dan memberi masukan. Karena
itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan pihak yang menikmati kondisi
belajar yang diciptakan guru. Rumusan belajar mengajar tradisional selalu
32Ibid, hlm. 73-76
28
menempatkan anak didik sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai subjeknya.
Rumusan seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya
kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang
sangat dominan keseluruhan proses belajar mengajar. Pendekatan berusaha melihat
bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan milik guru dan murid dalam kedudukan
yang setara, namun dari segi fungsi berbeda.
Menurut Zakiyah Daradjat, dkk, Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi
educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan
kegiatan mengajar (fungsi intruksional) dan kegiatan membimbing, bahkan dalam
setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif)
senantiasa terkandung fungsi mendidik. Dalam pada itu guru pun harus mencatat
dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau
sebagai bahan yang dapat digunakannya sendiri untuk meningkatkan efektifitas
pekerjaannya (sebagai umpan balik). Yang terakhir itu dikenal sebagai tugas
administrasi (fungsi manajerial).33
Anak merupakan subjek pembelajaran dan menjadi inti dari setiap kegiatan
pendidikan. Proses pengajaran yang mengesampingkan martabat anak bukanlah
proses pendidikan yang benar. Bahkan merupakan kekeliruan yang tidak bias
diabaikan begitu saja. Karena itulah inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan
belajar anak didik dalam mencapai satuan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu
saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Ini sama halnya dengan anak didik tidak belajar, karena anak didik merasakan
perubahan di dalamnya.
Mengajar merupakan kegiatan dimana keterlibatan individu anak didik mutlak
adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu
sekali disadari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran.
Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu
dalam konsep pengajaran atau pendidikan.
33Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumu Aksara,
1995), cet ke. 1, hlm. 264-265
29
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membentuk
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain
dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah dapat berkembang secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.
B. Baca Tulis Al-Qur’an
1. Pengertian Baca Tulis al-Qur’an
Menurut Abuddin Nata, Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
dasar baca, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ucapan lafadz bahasa
lisan. Sedangkan menurut Al-Raghib al-Asfhani yang dikutip oleh Abuddin Nata
menyatakan bahwa “Membaca dari kata qara‟ yang terdapat pada surat al-alaq ayat
yang pertama secara harfiah kata qara‟ tersebut berate menghimpun huruf-huruf dan
kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu bacaan.34
Menurut M. Silitonga dkk, Membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang
sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca. Pada dasarnya pembaca
merekontruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tersirat dalam bacaan yang
dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan
yang terus-menerus. Menurut pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan
34Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, Agustus 2010), Cet ke-4, hlm. 43
30
biologis turun-menurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri
jasmaniah lainnya.35
Menurut Hernowo, “Membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif.
Membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran
sendiri. Dengan membaca, kita mampu menyalami pikiran orang lain dan
menambahkan pikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan
pengalaman kita sendiri”.36
Dari beberapa pengertian di atas sulit kiranya diperoleh definisi membaca yang
seragam. Namun tampak keseragaman di antara para ahli untuk mengatakan bahwa
membaca sedikitnya menyangkut tiga hal, pertama, membaca melibatkan proses
kognitif, kedua, membaca menuntut berbagai keterampilan, ketiga, membaca selalu
melibatkan proses pemahaman.
Apabila pengertian membaca dikaitkan dengan kata al-Qur‟an sehingga menjadi
pengertian membaca al-Qur‟an, maka akan berate melihat tulisan yang ada pada al-
Qur‟an dan melisankannya. Akan tetapi membaca al-Qur‟an bukan hanya melisankan
huruf, tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya.
Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah
perintah untuk membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu
atau pengetahuan yang tidak diketahuinya (Surat Al-Alaq, 96:1-5). Secara tersirat
dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca manusia
akan memperoleh ilmu pengetahuan.
Menurut E. Badri dkk dalam bukunya menyatakan, “Selanjutnya dalam proses
membaca ada dua aspek yang saling berhubungan dan merupakan sesuatu yang mesti
35M. Silitonga dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra
Utara:Membaca dan Menulis, (Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta), hlm. 8
36
Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang Munculnya
Potensi Membaca, (Bandung : Mizan Learning Center, 2003), Cet ke-2, hlm. 35
31
ada yaitu pembaca dan objek yang dibaca. Objek bacaan inilah yang kemudian akan
menjadikan si pembaca memperoleh pengetahuan baru dari yang dibacanya itu”.37
Kesimpulan dari beberapa uraian di atas adalah bahwa pembelajaran atau
pembinaan baca tulis al-Qur‟an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulis
yang ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap
menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya
serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis
al-Qur‟an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan
lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan rapih,
lancar dan benar.
2. Tujuan Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an
Tujuan pengajaran baca tulis al-Qur‟an adalah membina manusia secara pribadi
dan kelompok sehingga mampu membaca dan menulis al-Qur‟an serta mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun
dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh al-Qur‟an.
Tujuan yang akan dicapai dalam bidang pengajaran Baca Tulis al-Qur‟an serta
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah swt, atau sekurang-kurangnya
mempersiapkan diri ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia, yaitu
beriman kepada Allah tunduk dan patuh secara total kepada-Nya, sebagaimana firman
Allah dalam al-Qur‟an surat adz-Dzariyat/51 ayat 56:
)سورة الذارات(
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adh-Adzariyat [51] 56)38
37E. Badri dkk, Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Al-Qur’an Pada Siswa SMA (Studi
Kausal Komparatif di Lima Belas Propinsi), (Jakarta : Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Departemen Agama RI, 2008), Cet ke-1, hlm. 7
38
Al-Qur‟an dan Terjemah, Qs. Adh-Adzariyat [51] : ayat 56
32
Bedasarkan surat adz-dzariyat ayat 56 tersebut di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa tujuan penciptaan manusia menurut al-Qur‟an adalah beribadah kepada Allah
dalam arti seluas-luasnya yang tercermin dalam akhlak mulia dalam berbagai dasar,
yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3. Dasar Pengajaran Al-Qur’an
Diantara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah bahwa Dia tidak saja
menganugrahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingnya kepada kebaikan,
bahkan juga dari masa ke masa mengutus seorang Rasul yang membawa kitab
sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia agar beribadah hanya kepada-
Nya semata. Menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan, agar tidak
ada alas an bagi manusia untuk membantah Allah setelah datangnya para Rasul.
Menurut Taufik Abdullah dkk, “Dimata iman, al-Qur‟an adalah kalam Allah
yang terakhir yang dahulunya dibawa oleh al-Ruh al-Amin ke dalam hati Muhammad
agar ia tampil sebagai pemberi peringatan kepada manusia (al-Syu‟ara: 193-194).
Dasar al-Qur‟an bukanlah ilmu atau pun hukum, tetapi moral, dari mana mengalir
penekanannya atas prinsip monoteisme dan keadilan sosial ekonomi”.39
Al-Qur‟an adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia. Banyak dalil-dalil
yang secara mutawatir diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini, baik al-Qur‟an
maupun dari sunnah, diantaranya:
“Katakanlah (hai Muhammad); Hai sekalian manusia! Sesungguhnya Aku
adalah pesuruh Allah kepada kamu semua, (diutus oleh Allah) yang menguasai langit
dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang menghidupkan
dan mematikan. Oleh sebab itu, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi
yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya);
ikutilah dia, supaya kamu mendapat hidayah.” (Al-A’raf : 158)
39Taufik Abdullah dkk, Metodologi Penelitian Agama sebuah pengantar, (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 1998), Cet ke-1, hlm. 126
33
“Maka berkata Tuhan yang menurunkan Al-Furqon kepada hamba-hamba-Nya
(Muhammad), untuk menjadi peringatan bagi seluruh penduduk alam.” (Al-Furqon :
1)
”Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka
sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Al-Ankabut : 5)
Nabi bersabda: “Setiap Nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan
saya diutus kepada seluruh manusia.”
Maka tidaklah heran kalau al-Qur‟an dapat memenuhi segala tuntutan
kemanusiaan yang bedasar pada prinsip utama agama-agama samawi.
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah swt telah menyerukan kepada
umat Islam untuk belajar al-Qur‟an sesuai dengan kamampuan yang dimiliki oleh
masing-masing individu karena mempelajarinya adalah wajib disamping juga
mendirikan sholat.
Dasar-dasar inilah yang dijadikan pijakan dalam pengajaran al-Qur‟an di
sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya
mengajarkan al-Qur‟an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan kemampuan
membaca al-Qur‟an harus diterapkan sedini mungkin agar generasi muslim terlatih
dan terbiasa
4. Tata Cara atau Adab Membaca Al-Qur’an
Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan etika dan adab untuk
melakukannya, apalagi membaca al-Qur‟an yang memiliki nilai yang sangat sacral
dan beribadah agar mendapat ridha dari Allah swt yang dituju dalam ibadah tersebut.
Membaca al-Qur‟an tidak sama seperti membaca Koran atau buku-buku lainnya yang
merupakan kalam atau perkataan manusia belaka. Membaca al-Qur‟an adalah firman-
firman Tuhan dan berkomunikasi dengan Tuhan, maka seseorang yang membaca al-
Qur‟an seolah-olah berdialog dengan Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan adab yang
34
baik dan sopan di hadapan-Nya. Banyak adab membaca al-Qur‟an yang disebutkan
oleh para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berguru secara Musyafahah
Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat al-Qur‟an terlebih dahulu berguru
dengan seorang guru yang ahli dalam bidang al-Qur‟an secara langsung.
b. Niat Membaca dengan Ikhlas
Seseorang yang membaca al-Qur‟an hendaknya berniat yang baik, yaitu niat
beribadah yang ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah, bukan mencari
ridha manusia untuk agar mendapatkan pujian darinya atau ingin popularitas
atau ingin mendapatkan hadiah materi dan lain-lain.
c. Dalam Keadaan Bersuci
Di antara adab membaca al-Qur‟an adalah bersuci dari hadas kecil, hadas
besar, dan segala najis, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah atau firman
Allah, bukan perkataan manusia.
d. Memilih Tempat yang Pantas dan Suci
Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca al-Qur‟an. Ada beberapa tempat
yang tidk sesuai untuk membaca al-Qur‟an, seperti di WC, kamar mandi, pada
saat buang air, di jalan, di tempat-tempat kotor, dan lain-lain.
e. Menghadap Kiblat dan Berpakaian Sopan
Pembaca al-Qur‟an disunnahkan menghadap kiblat secara khusyu, tenang,
menundukan kepala, dan berpakaian yang sopan. Membaca al-Qur‟an adalah
beribadah kepada Allah swt.
f. Bersiwak (Gosok Gigi)
Di antara adab membaca al-Qur‟an adalah bersiwak atau gosok gigi terlebih
dahulu sebelum membaca al-Qur‟an, agar harum bau mulutnya dan bersih dari
sisa-sisa makanan atau bau yang tidak enak.
g. Membaca Ta’awwudz
Disunnahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum membaca al-
Qur‟an. Hanya membaca al-Qur‟an yang diperintahkan membaca ta’awwudz
35
terlebih dahulu sebelum membacanya. Dengan demikian, membaca
ta’awwudz hanya dikhususkan untuk akan membaca al-Qur‟an saja.
h. Membaca al-Qur‟an dengan Tartil
Tartil artinya membaca al-Qur‟an dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru,
dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya
sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid.
i. Merenungkan Makna Al-Qur‟an
Di antara adab membaca al-Qur‟an adalah merenungkan arti ayat-ayat al-
Qur‟an yang dibaca, yaitu dengan menggerakkan hati untuk memahami kata-
kata al-Qur‟an yang dibaca semampunya atau yang digerakkan lidah sehingga
mudah untuk memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik kehidupan
di tengah-tengah masyarakat.
j. Khusyu dan Khudhu
Di antara adab membaca al-Qur‟an adalah khusyu dan khudhu. Khusyu dan
khudhu artinya merendahkan hati dan seluruh anggota tubuh kepada Allah swt
sehingga al-Qur‟an yang dibaca mempunyai pengaruh bagi pembacanya.
k. Memperindah Suara
Al-Qur‟an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus akan lebih
menembus hati. Usahakan perindah suara dengan membaca al-Qur‟an dan
sangat disayangkan seseorang yang diberi nikmat suara indah lagi merdu tidak
digunakan untuk membaca al-Qur‟an.
l. Menyaringkan Suara
Masalah menyaringkan suara dalam membaca al-Qur‟an ada beberapa hadits
yang menerangkannya tentang keutamaannya, tetapi juga ada beberapa hadits
yang menjelaskan keutamaan pelan dan atau perlahan-lahan (israr).
m. Tidak Dipotong dengan Pembicaraan Lain
Bahwa membaca al-Qur‟an adalah dialog dengan Tuhan, karena al-Qur‟an
adalah firman-Nya. Maka diantara adabnya adalah tidak memotong bacaannya
36
dengan pembicaraan lain atau ngobrol dengan orang lain, apalagi sambil
tertawa-tawa atau bermain-main.
n. Tidak Melupakan Ayat-Ayat yang Sudah Dihafal
Seorang yang sudah hafal al-Qur‟an atau hafal sebagian surah al-Qur‟an,
hendaknya tidak sengaja melupakannya. Apa yang sudah dihafal di luar
kepala atau yang sudah disimpan di dalam hati jangan dilupakan begitu saja.
Akan tetapi hendaknya selalu diingat, ditadaruskan, dan di mudzakarahkan,
misalnya selalu dibaca, baik dalam shalat sunnah maupun di luar shalat,
tadarus, dan lain-lain.
Demikian di antara adab dan etika membaca al-Qur‟an, sehingga al-Qur‟an dapat
dibaca selayaknya serta mempunyai pengaruh kepada jiwa pembacanya dalam
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt, serta dalam membentuk pribadi
muslim yang sejati.40
Adab membaca al-Qur‟an diatas merupakan suatu pembiasaan yang harus
dilakukan seornag guru untuk dicontohkan kepada anak didiknya, sehingga anak
didik kita pun terbiasa melakukannya di mana saja mereka berada. Dengan harapan
setelah mempelajari al-Qur‟an dengan adab atau tatacara membaca al-Qur‟an secara
benar yang telah di sebutkan di atas bermanfaat baik untuk pengajaran maupun yang
belajar mendapatkan keberkahan dari ilmu al-Qur‟an tersebut.
5. Keutamaan Belajar dan Mengajar Al-Qur’an
Aktivitas belajar al-Qur‟an adalah merupakan aktivitas yang positif yang
diberikan apresiasi luar biasa oleh Rasulullah saw. Dalam hadits Nabi yang berbunyi:
الل عنو قال : قال عه عث و وسلم : مان به عفان رض رسول الل صلى الل عل
ز كم مه (اريتعلم القزأن وعلمو )رواه البخخ
40Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, Keanehan Baca Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash,
(Jakarta : Amzah, 2013), cet ke 2, hlm. 35-46
37
Artinya: Dari Usman bin Affan r.a ia berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda:
“sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Menurut Manna‟ Khalil al-Qattan, Al-Qur‟anul karim adalah mukzizat Islam
yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad saw, untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke
jalan yang lurus. Rasulullah saw, menyamoaikan Qur‟an itu kepada para
sahabatnya, orang-orang arab asli, sehingga mereka dapat memahaminya
bedasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan dalam
memahami suatu ayat, mereka menanyakan kepada Rasulullah saw.41
Menurut Imam Nawawi, Abu Musa Al-„Asya‟ari r.a, berkata: Rasulullah Saw.
Bersabda, “Perumpamaan mukmin yang membaca al-Qur’an itu bagaikan buah
utrujah (buah jeruk), baunya sedap dan rasanya pun lezat. Perumpamaan mukmin
yang tak membaca al-Qur’an itu seperti buah kurma, tak berbau, rasanya manis.
Perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an bagaikan buah rayhanah
(semacam bunga), baunya harum, rasanya pahit. Sementara, orang munafik yang
tidak membaca al-Qur’an seperti buah hanzhalah (labu), baunya tidak sedap dan
rasanya pun pahit sekali” (HR. Bukhari dan Muslim).42
Pada tingkatan yang pertama ini yaitu tingkatan belajar membaca al-Qur‟an
dengan baik penekanannya hanya sekedar pandai membaca sesuai dengan ilmu
tajwidnya. Hal ini berlaku pada anak-anak, remaja maupun orang tua, laki-laki
maupun perempuan semuanya berkewajiban mempelajari al-Qur‟an. Sesudah itu
berubah meranjak pada tingkatan yang kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud
dalam al-Qur‟an.
Menurut hadits di atas jelas bahwa belajar dan mengajar al-Qur‟an itu sangat
utama dan dikatakan bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang mempelajari dan
mengajarkan al-Qur‟an. Barang siapa yang mau mempelajari dan mengajarkan al-
Qur‟an maka Allah swt akan memuliakan mereka disisi-Nya. Ayat-ayat al-Qur‟an
yang pertama turun adalah surat al-Alaq ayat 1-5 wahyu yang pertama yang
diturunkan adalah Iqra‟ bismirabbika artinya bacalah dengan menyebut nama
41Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2013),
Cet ke-16, hlm. 1
42
Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya, (Bandung : Al-Bayan,
1996), Cet ke-1, hlm. 36
38
tuhanmu, tersurat disini perintah membaca. Untuk biasa membaca maka harus
dilakukan proses belajar. Meski sekedar membaca aksara (huruf) al-Qur‟an saja Allah
telah memberikan apresiasi bacaan seseorang meski masih gagap, tidak fasih, tidak
mahir, diberikan dua nilai pahala oleh Allah Swt.
6. Metode Mengajar Baca Tulis Al-Qur’an
Dalam mengajarkan baca tulis al-Qur‟an harus menggunakan metode. Dengan
menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi dan merata bagi siswa.
Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan penting dalam upaya
pencapaian tujuan pembelajaran al-Qur‟an, terutama baca tulis al-Qur‟an diperlukan
metode yang cocok agar tujuan dapat tercapai dengan mudah, terarah dan efisien.
Dahulu, bila orang ingin bias membaca al-Qur‟an diperlukan waktu yang bertahun-
tahun lamanya bahkan belajar sejak kecil hingga dewasa baru mampu membaca al-
Qur‟an dengan benar. Tetapi sering kali juga tidak menjamin waktu yang lama
tersebut, adakalanya sudah belajar al-Qur‟an bertahun-tahun tapi tetapi tetap saja
belum bias dengan benar membaca al-Qur‟an.
Dari hal ini di atas maka muncullah bermacam-macam metode pengajaran al-
Qur‟an yang disusun oleh para sarjana dan tokoh dari kalangan pondok pesantren
untuk mempermudah, mempercepat serta menarik perhatian dalam pengajaran al-
Qur‟an. Tetapi dalam beberapa metode ini ada beberapa metode ini ada beberapa
kekurangan dan kelebihan-kelebihan masing-masing.
Menurut J.J Hasibuan dkk, ada beberapa metode dalam proses belajar mengajar
antara lain:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan
komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan
penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya-Jawab
39
Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting,
sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan
meningkatkan, membangkitkan, dan menuntun proses berfikir siswa serta
memusatkan perhatian murid.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru
memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
d. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki
kadar CBSA.
e. Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata
simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, dan simulation
artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).
f. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk
mendorong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.43
Dari 6 metode diatas ada beberapa metode yang di terapkan atau digunakan oleh
seorang guru dalam proses pengajaran baca tulis al-Qur‟an yaitu: metode ceramah,
meotde Tanya-jawab, diskusi, dan demonstrasi. Oleh karenanya, di antara sifat
penting yang kiranya harus dimiliki oleh seorang guru yang baik adalah hendaknya ia
memiliki berbagai kompetensi profesionalitas yang saling menyempurnakan, baik
dari segi logika (kecerdasan), keutamaan, ilmu pengetahuan, kebijaksanaan,
penampilan, etestika, kelayakan, gerak-gerik dan diamnya, kecakapan berbicara,
43J.J Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), Cet ke-13,
hlm. 13-29
40
aroma harum tubuhnya, kebersihan dan kerapihan pakaiannya, maupun
kepandaiannya dalam manajemen dan sebagainya.
C. Hasil Penelitian Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lalukan
diantaranya:
1. Charis Ma‟nawi dengan judul penelitian, Peranan Guru Agama Islam dalam
Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur‟an di kelas III di sekolah
Dasar Negri Grogol Petamburan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan peran guru PAI dalam meningkatkan kemampuan baca tulis
al-Qur‟an anak didik di SDN grogol 01 pagi dengan segala faktor pendukung
dan penghambatannya. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan analisis deskriptif dari data
yang dihasilkan melalui metode observasi dan interview. Dalam
pembahasannya penulis menggunakan metode induksi dan deduksi.
Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah Guru agama
islam mempunyai peranan penting dalam memberikan kemampuan baca tulis
al-Qur‟an bagi siswa sekolah dasar. Demikian pula Guru agama islam
mempunyai peranan penting dalam memberikan kemampuan baca tulis al-
Qur‟an bagi siswa sekolah dasar, karena sebagian besar responden menjawab,
kemampuan baca tulis al-Qur‟an di peroleh di luar dan di dalam sekolah.
2. Ali Rahmat dengan judul penelitian, Hubungan Antara Kemampuan Baca
Tulis Al-Qur‟an dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMAN
86 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif
dan signifikan antara kemampuan baca tulis al-Qur‟an dengan prestasi belajar
pendidikan agama islam siswa SMAN 86 Jakarta. Hubungan positif dan
signifikan juga ditunjukkan oleh masing-masing sub-variabel kemampuan
tersebut. Pemahaman dan kemampuan siswa baca tulis al-Qur‟an memiliki
41
kolerasi dan kontribusi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMAN
86 Jakarta.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMAN 86 Jakarta disarankan
kepada guru agar dapat memberikan motivasi kepada siswa SMAN 86 Jakarta
supaya gemar dalam mempelajari al-Qur‟an dan cakupannya pendidikan
agama islam, peran orang tua juga mempengaruhi dalam meningkatkan
prestasi belajar pendidikan agama islam, kemauan dalam diri seorang siswa
juga dapat memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan
pemahaman al-Qur‟an demi mencapai prestasi belajar pendidikan agama
islam yang lebih optimal, terutama kemampuan baca tulis al-Qur‟an pada
mata pelajaran pendidikan agama islam.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan disekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Attaqwa 10
yang beralamat di Jl. Rawa Silam 1 Kaliabang Tengah Kota Bekasi. Adapun
waktu penelitian ini mulai pada bulan November 2016.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu dengan metode deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan
situasi apa adanya tentang gejala atau temuan dilapangan.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi pada saat penelitian
dilakukan, tujuannya untuk memaparkan peristiwa yang terjadi dan kemudian
hasil data dianalisis.
Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat menangkap situasi dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru pengampu mapel BTQ, serta
upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang diperoleh
pemahaman yang konkrit dan relatif mendalam.
C. Populasi dan Sample
Menurut Sugiyono, “Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.1 Pada penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 10 kelas VII yang berjumlah
185 siswa. Sedangkan yang menjadi sample penelitian, peneliti mengambil 40
orang, untuk mendapatkan 40 orang tersebut maka akan dilakukan random
sampling dengan cara diundi.
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 117
43
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi penelitian ini untuk mengetahui situasi sosial yang menjadi
objek penelitian. Mengamati langsung objek dan mencatat informasi yang
didapat. Observasi pada penelitian ini difokuskan untuk mengamati
kegiatan proses belajar mengajar. Dalam observasi ini peneliti mengamati
metode guru mengajar, media yang digunakan dalam mengajar, serta
respon siswa dalam pembelajaran. Dalam mengamati tersebut peneliti
ingin mengamati tiga kali.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan cara dialog untuk mengetahui
informasi yang mendalam. Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara
untuk mengetahui proses belajar mengajar. Peneliti melakukan wawancara
kepada pihak yang terkait yaitu:
a. Kepala sekolah karena beliau yang mengawasi semua kegiatan belajar
di sekolah. Dengan kepala sekolah peneliti ingin menanyakan
beberapa pertanyaan yaitu: pelatihan guru, guru mengajar sesuai
bidangnya, dan latar belakang pendidikan guru tersebut.
b. Guru bidang studi BTQ yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk memberikan materi pelajaran tersebut. Dengan guru bidang studi
BTQ Indikator wawancara pertannyaan yaitu: metode yang digunakan,
media, respon siswa.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen, yang
diharapkan dapat memperoleh data sebagai penunjang dalam penelitian
ini. Seperti, data-data siswa, struktur organisasi, kurikulum, nilai-nilai
hasil belajar dan data guru bidang studi BTQ.
44
4. Kuesioner (angket)
Kuesioner (angket) adalah pengumpulan data yang didalamnya terdapat
beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah yang akan
diteliti pada mata pelajaran BTQ, angket tersebut akan disebar kepada
responden untuk memperoleh data atau informasi. Pada penelitian ini
penulis menyebar angket kepada siswa-siswi MTs Attaqwa 10 yang
dijadikan sample dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang
dianggap paling tepat baginya. Kisi-kisi angket tersebut yaitu memberikan
materi dengan baik atau penguasaan materi, membuat suasana
pembelajaran yang kondusif, hubungan antara guru dan murid baik dan
harmonis, media pembelajaran, dan metode pembelajaran.
Tabel. 3.1
Kisi-kisi Angket siswa
NO Aspek Yang Diukur No.Item Jumlah
1 Peran guru dalam proses pembelajaran
al-Qur’an
a. Memberikan materi dengan baik
atau penguasaan materi
b. Membuat suasana pembelajaran
yang kondusif
c. Hubungan antara guru dan murid
baik dan harmonis
d. Media pembelajaran
e. Metode pembelajaran
3, 7, 11,
17, 19
1, 2, 5, 6,
18
4, 8, 9
10, 14, 16
12, 13, 15,
20
5
5
3
3
4
5. Test
Test kemampuan siswa agar mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam baca tulis al-Qur’an. Siswa dan siswi yang akan di tes yaitu
sebanyak 8 orang per kelas, dan soal yang akan di tes yaitu surah-surah
45
pilihan seperti surah al-fatihah, al-ikhlas, an-nas, al-kawthar, dan lain
sebagainya.
E. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis
data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
yaitu dengan memberikan gambaran dan memberikan penilaian terhadap hasil
penelitian yang penulis lakukan terhadap pembelajaran mata pelajaran BTQ di
Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 10. Pada saat interprestasi data pedoman yang
penulis gunakan untuk mencari presentasi setiap data:
P = F x 100%
N
Keterangan :
P = angka presentasi
F = frekuensi dari setiap alternatif jawaban
N = jumlah keseluruhan frekuensi alternatif jawaban
100% = bilangan tetap
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa
jawaban-jawaban dari setiap responden, kemudian dijumlahkan dan menghasilkan
skor total, setelah itu diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel), seterusnya
dan yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat masing-masing satu
tabel.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang MTs Attaqwa 10
Tahun 1992 karena melihat kebutuhan masyarakat kali abang tengah, maka
didirikanlah MTs Attaqwa 10 dan berdiri di atas tanah wakaf seluas 3000 meter dari
jariyah Bpk. H. Muhammad Gamad bin H. Zaman. Pertama didirikan 3 lokal dan
pada waktu itu kepla sekolahnya H. Abu Yazid dan setelah berkembang-berkembang
lambat laun dari mulai muridnya 1 kelas ya Alhamdulillah sekarang sudah 450 lebih
siswa MTs Attaqwa 10. Dan setelah H. Abu Yazid meninggal maka digantikan lah
kepala sekolah oleh H. Ahmad Syarwanih.Hm.
Dan MTs Attaqwa 10 didirikan oleh KH. Muhammad Rian selaku ketua yayasan
cabang attaqwa. Latar belakangnya adalah MTs karena intruksi dari yayasan pusat
attaqwa di daerah ujung harapan Bekasi Utara. Perkembangan MTs Attaqwa 10 mulai
dari 1992 sampai sekarang Alhamdulillah ada pasang surutnya dan Alhamdulillah
mulai dari 2012 sampai sekarang selalu meningkat terus perkembangannya, dan
tenaga gurunya bukan hanya dari lulusan attaqwa saja namun ada juga dari sarjana
universitas lain, dan mayoritas guru MTs Attaqwa 10 adalah sarjana S1, da murid-
murid pertama pertama akali MTs Attaqwa 10 itu dari MI Attaqwa 9 di daerah
Pengarengan Kabupaten Bekasi.1
1. Visi dan Misi MTs Attaqwa 10
a. Visi MTs Attaqwa 10
Madrasah yang unggul dalam prestasi di segala bidang dan berakhlakul
karimah bedasarkan iman dan taqwa.
b. Misi MTs Attaqwa 10
1Hasil Wawancara Kepada Kepala Sekolah H. Ahmad Syarwani.HM Pada Tanggal 28 April 2017
47
1) Melaksanakan pembelajaran yang efektif bagi semua siswa dan guru
madrasah
2) Menumbuhkan semangat keunggulan warga madrasah dalam berkarya
3) Mendorong siswa mengenali potensi dirinya untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi
4) Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama isam
c. Tujuan
1) Meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pendidikan
di Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 10 Terpadu, baik kepada madrasah,
tenaga pengajar, siswa TU serta masyarakat dalam fungsinya dan
posisinya masing-masing, secara bersama-sama dapat berperan dalam
proses pendidikan.
2) Memberikan kualitas proses belajar dan mengajar, baik kepada siswa,
maupun kepada gugru untuk meningkatkan prestasinya yang lebih baik.
3) Menghasilkan out put yang memiliki akademis dan kepedulian sosial yang
tinggi, sehingga kelak menjadi manusia yang berilmu, bertaqwa dan
mampu aktif dalam membangun masyarakat dan bangsa.
d. Target
1) Terciptanya pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 10 Terpadu
bisa terarah dan terencana dengan baik.
2) Meningkatkan mutu dan kwalitas guru, pengelola madrasah, sehingga
tercipta proses KBM yang dapat berjalan kondusif dan dapat
menghasilkan out put siswa yang handal di segala bidang.
e. Sasaran
Terwujudnya Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 10 Terpadu sebagai lembaga
pendidikan yang bercirikhaskan agama islam yang berkualitas dan menjadi
kebanggaan umat, bangsa, dan Negara.2
2Dari Blog mtsattaqwa10terpadu.org
48
2. Profil Guru BTQ MTs Attaqwa 10
Nama : Ustadzah Basyiroh, S.Pd.I
Beliau adalah alumni attaqwa angkatan 2001, setelah itu melanjutkan kuliah di
IIQ (Institut Ilmu al-Qur’an) hanya sampai semester 4. Dia berhenti kuliahkarena
menikah, setelah menikah dia kuliah lagi di Universitas Siliwangi program D2,
kemudian melanjutkan studi S1 nya di Universitas Al-Aqidah dan selesai tahun 2008.
Setelah itu melanjutkan studi S2 di Universitas Attahiriyah jurusan Pendidikan
Agama Islam.
Pengalaman mengajar mulai dari dia kuliah di IIQ, dan dia mengajar di TPA,
pengajian ibu-ibu, pengajian-pengajian kecil, dan sampai padat waktunya karena dia
mengajar di SD juga, pada akhirnya dia menetap mengajar di MTs Attaqwa 10
sebagai guru agama, lalu dalam hal ini dia mengkhususkan diri mengajar Baca Tulis
al-Qur’an (BTQ).3
3. Keadaan siswa MTs. Attaqwa 10
1) Jumlah Siswa pada Tahun Pelajaran 2016/2017
Tabel 1.4
Keadaan jumlah murid MTs. Attaqwa 10
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa Jumlah Rombel
VII 92 93 185 5
VIII 56 71 127 3
IX 52 74 126 3
Jumlah 200 238 411 11
4. Sarana dan Prasarana MTs. Attaqwa 10
Sarana dan prasarana memegang peranan penting dalam menunjang tercapainya
proses pembelajaran.
3Hasil Wawancara Kepada Guru BTQ Ustadzah Basyiroh pada tanggal 28 April 2017
49
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs. Attaqwa 10 Kaliabang
Tengah Bekasi Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel. 2.4
Keadaan Sarana dan Prasarana MTs. Attaqwa 10
No Jenis Ruang Jumlah Kondisi
1 Ruang Belajar 12 Baik
2 Kantor Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang Pustaka 1 Baik
4 WC 2 Baik
5 Ruang UKS 1 Baik
6 Koperasi 1 Baik
7 Lab Komputer 1 Baik
8 Lab IPA 1 Baik
9 Ruang Operator 1 Baik
Jumlah
21
B. Deskripsi dan Interpretasi Analisis Data
Untuk mengetahui seberapa besar peranan guru BTQ dalam meningkatkan
kemampuan baca tulis al-Qur’an pada siswa tersebut, penulis menggunakan alat ukur
angket yang jumlahnya 20. Dalam angket tersebut penulis menyuguhkan pertanyaan-
pertanyaan menyangkut peranan guru BTQ dalam beberapa kategori yaitu
memberikan materi dengan baik dan penguasaan materi, membuat susasana
pembelajaran yang kondusif, hubungan antara guru dan murid baik dan harmonis,
media pembelajaran, metode pembelajaran. Masing-masing disuse secara acak (dapat
dilihat pada kisi-kisi angket).
50
Cara menghitung data dari butir-butir pertanyaan tersebut, penulis menggunakan
penilaian selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah, kemudian dijumlahkan
presentasenya.
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat seberapa besar peranan guru BTQ dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam
Kota Bekasi.
Table. 3.4
Guru memberikan ice breaking atau permainan sebelum atau dipertengahan
proses pembelajaran
No Alternatif Jawaban F P (%)
1 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2
7
22
9
5%
17,5%
55%
22,5%
40 100
Banyak siswa yang menjawab kadang-kadang 55% kalau guru memberikan ice
breaking atau permainan sebelum atau dipertengahan proses pembelajaran, yang
menjawab tidak pernah 22,5%, ada sebagian siswa yang menjawab sering 17,5%, dan
selalu 5% kalau guru memberikan ice breaking atau permainan sebelum atau
dipertengahan proses pembelajaran, karena guru tersebut masih fokus dalam
mengajari baca tulis al-Qur’an kepada siswa dan tidak mengutamakan materi ice
breaking.4
4Bedasarkan Hasil Observasi dan Wawancara Pada Hari Jum’at 9 Maret dan 17 Maret 2017
51
Tabel. 4.4
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
No Alternatif Jawaban F P (%)
2 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25
8
7
-
62,5%
20%
17,5%
-
40 100
Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas, bahwa seorang guru dalam proses
belajar mengajar selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu 62,5%, sedangkan
jawaban responden yang menjawab sering 20% dan yang menjawab kadang-kadang
17,5% dan yang menjawab tidak pernah tidak ada.
Kecenderungan ini dapat diketahui dari wawancara penulis lakukan kepada guru
BTQ, dan guru tersebut memang dalam proses belajar mengajar selalu memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya agar guru tersebut mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa di dalam belajar BTQ.5
Tabel. 5.4
Guru memberikan uraian materi al-Qur’an diikuti dengan latihan
No Alternatif Jawaban F P (%)
3 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26
10
3
1
65%
25%
7,5%
2,5%
40 100
5Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
52
Ternyata dari hasil jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan sering
mendapatkan latihan di dalam belajar al-Qur’an, Nampak pada jawaban selalu 65%,
dan hanya 7,5% yang menyatakan tidak kadang-kadang. Sedangkan yang menyatakan
tidak pernah hanya 2,5% saja.
Dari hasil wawancara kepada guru BTQ bahwasanya memang guru tersebut
selalu memberikan latihan-latihan pada proses belajar mengajar agar para siswa bisa
cepat paham apa yang sudah di ajarkan oleh guru BTQ tersebut. Dan bahwa guru
tersebut sudah cukup baik memberikan penilaian di dalam proses belajar
mengajarnya melalui latihan-latihan.6
Tabel. 6.4
Menegur siswa yang bercanda saat pelajaran berlangsung
No Alternatif Jawaban F P (%)
4 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24
14
1
1
60%
35%
2,5%
2,5%
40 100
Data tabel di atas yang menyatakan selalu guru menegur siswa yang bercanda
saat pelajaran berlangsung sebanyak 60% dan 35% sering dan hanya 2,5% yang
menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah guru menegur siswa yang bercanda saat
pelajaran dimulai. Data di atas guru sudah menunjukkan perhatiannya terhadap siswa
atau saling mengingatkan.
Dari hasil observasi dan wawancara penulis kepada guru BTQ, bahwasanya
memang guru tersebut selalu menegur siswa maupun siswi yang bercanda pada saat
proses belajar mengajar berlangsung, tujuannya agar para siswa dan siswi fokus
6Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
53
dalam belajar BTQ karena mata pelajaran BTQ sangat penting untuk kehidupan
mereka kedepannya dan untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari merekada dari
mulai dini hingga dewasa nanti.7
Tabel. 7.4
Guru mengondisikan situasi sebelum menjelaskan pelajaran
No Alternatif Jawaban F P (%)
5 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21
11
6
1
52,5%
27,5%
15%
2,5%
40 100
Data di atas menyatakan guru terlebih dahulu mengondisikan situasi sebelum
menjelaskan pelajaran, terlihat siswa yang menjawab selalu sebanyak 52,5% dan
yang menjawab sering 27%, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 15% begitu
juga yang menjawab tidak pernah 2,5%. Data di atas menunjukkan agar siswa fokus
dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi penulis memang guru tersebut selalu mempersiapkan atau
mengondisikan sebelum dimulainya proses belajar mengajar dilakukan bertujuan agar
para siswa mempersiapkan diri untuk mempelajari dan fokus dalam belajar BTQ
tersebut.8
7Bedasarkan Hasil Observasi dan Wawancara Pada Hari Jum’at 9 Maret dan 17 Maret 2017
8Bedasarkan Hasil Observasi Penulis Pada Hari Jum’at 9 Maret 2017
54
Tabel. 8.4
Guru mendesain tata ruang kelas secara berkala
No Alternatif Jawaban F P (%)
6 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7
3
18
12
17,5%
7,5%
45%
30%
40 100
Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa seorang guru dalam proses
belajar mengajarnya masih enggan mengubah tata ruang kelasnya. Ini dapat dilihat
dari jawaban responden yang menjawab selalu 17,5%, sering 7,5%, kadang-kadang
45%, dan tidak pernah 30%. Kemungkinan besar guru terlalu sibuk untuk mengajar,
membuat soal, dan mengevaluasi dalam proses pembelajaran.
Dari hasil observasi penulis, bahwasanya memang guru kurang memperhatikan
tata ruang kelas dikarenakan memang guru selalu memperhatikan kesiapan para siswa
untuk mempelajari mata pelajaran BTQ.9
Tabel. 9.4
Komunikasi siswa dan guru terjalin dengan baik
No Alternatif Jawaban F P (%)
7 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20
15
5
-
50%
37,5%
12,5%
-
40 100
9Bedasarkan Hasil Observasi Pada Hari Jum’at 9 Maret 2017
55
Guru yang baik selalu menjalin komunikasi dengan siswanya, terlihat di atas
yang menjawab selalu 50%, sering 37,5% dan yang menjawab kadang-kadang 12,5%,
begitu juga yang menjawab tidak pernah tidak ada. Berati data di atas menunjukkan
bahwa guru cukup baik dalam menjalin komunikasi dengan siswanya.
Dari hasil observasi dan wawancara penulis kepada guru BTQ, bahwasanya guru
tersebyt selalu berkomunikasi dengan baik kepada siswa mengenai materi yang di
ajarkannya agar supaya para siswa bertanya mengenai materi yang belum siswa
pahami.10
Tabel. 10.4
Sebelum memulai pelajaran guru memberikan pertanyaan mengenai materi
sebelumnnya
No Alternatif Jawaban F P (%)
8 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
9
14
1
40%
22,5%
35%
2,5%
40 100
Salah satu proses belajar mengajar, guru harus memberikan apresiasi dengan
memberikan pertanyaan mengenai materi sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari
jawaban siswa sebanyak 40% selalu, sering 22,5%, dan 35% kadang-kadang,
sedangkan yang menjawab tidak pernah 2,5%. Data di atas menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan anak dalam membaca dan menulis al-Qur’an akan diketahui
oleh guru.
Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru BQT, memang guru tersebut
selalu memberikan pertanyaan kepada para siswa agar supaya guru tersebut
10Bedasarkan Hasil Observasi dan Wawancara Dengan Ustadzah Basyiroh Pada tanggal 9 Maret
dan 17 Maret 2017
56
mengetahui sejauh mana pemahaman para siswa mengenai materi BTQ yang sudah di
ajarkannya dan mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa dalam mata pelajaran
BTQ.11
Tabel. 11.4
Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca al-
Qur’an
No Alternatif Jawaban F P (%)
9 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24
10
4
2
60%
25%
10%
5%
40 100
Jelas disini terlihat bahwa apabila siswa mengalami kesulitan dalam membaca al-
Qur’an, guru dengan senang hati membimbingnya. Sebagian siswa yaitu 60%
menjawab selalu, 25% menjawab sering guru membimbingnnya, dan hanya 10%
yang menjawab kadang-kadang, sedangkan yang menjawab tidak pernah 5%. Berati
data di atas menunjukkan bahwa guru sangat perhatian sekali terhadap siswanya.
Dari hasil wawancara penulis kepada guru BTQ, bahwasanya memang guru
tersebut selalu membimbing siswa yang kesulitan dalam mempelajari al-Qur’an dan
guru tersebut memberi perhatian khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan
tersebut agar siswa tersebut bisa meningkat kemampuannya dalam mempelajari al-
Qur’an.12
11Bedasarkan Hasil Observasi dan Wawancara Dengan Ustadzah Basyiroh Pada tanggal 9 Maret
dan 17 Maret 2017
12 Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
57
Tabel. 12.4
Guru menyediakan al-Qur’an untuk para siswa
No Alternatif Jawaban F P (%)
10 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25
5
4
6
62,5%
12,5%
10%
15%
40 100
Dengan media, proses belajar mengajar akan lebih optimal. Sebagian siswa yaitu
62,5% menyatakan selalu guru menyediakan media, 12,5% menyatakan sering, 10%
menyatakan kadang-kadang, dan 15% menyatakan tidak pernah guru menyediakan
media al-Qur’an. Data di atas menunjukkan walaupun guru masih kadang-kadang
bahkan pernah menyadiakan media al-Qur’an, namun para siswa membawa sendiri
sehingga proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik.
Dari hasil observasi penulis bahwasanya memang media al-Qur’an sudah
disediakan dikelas oleh sekolah atas permintaan guru BTQ tersebut agar supaya para
siswa mudah dalam mengambil dan menyimpan kembali al-Qur’an tersebut di lemari
kelas. Dan jika media al-Qur’an tidak disediakan banyak siswa yang lupa untuk
membawa al-Qur’an jadi proses belajar mengajar tidak kondusif dikarenakan
banyaknya siswa yang tidak membawa al-Qur’an, maka dari itu media al-Qur’an
disediakan di kelas.13
13Bedasarkan Hasil Observasi Pada Tanggal 9 Maret 2017
58
Tabel. 13.4
Guru memberikan tugas im’la setelah pembelajaran berlangsung
No Alternatif Jawaban F P (%)
11 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9
9
17
5
22,5%
22,5%
42,5%
12,5%
40 100
Dari tabel diatas dapat dilihat responden yang menjawab selalu, sering 22,5%,
dan siswa yang menjawab kadang-kadang 42,5%, yang menjawab tidak pernah 12,5.
Dari hasil wawancara penulis kepada guru memang guru tersebut kadang-kadang
memberikan tugas im’la kepada siswa, dikarnakan banyak siswa yang belum mampu
menulis al-Qur’an dengan baik dan benar. Maka dari itu guru tersebut lebih
memfokuskan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca maupun
menulis al-Qur’an.14
Tabel. 14.4
Guru memerintahkan siswa maju kedepan untuk menulis tugas yang di
berikan di papan tulis
No Alternatif Jawaban F P (%)
12 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3
13
16
8
7,5%
32,5%
40%
20%
40 100
14Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
59
Dapat dilihat responden yang menjawab selalu 7,5%, sering 32,5%, kadang-
kadang 40%, dan tidak pernah 20% bahwa guru memerintahkan siswa untuk kedepan
untuk menulis tugas yang di berikan di papan tulis siswa yang menjawab. Dari hasil
wawancara penulis dengan guru tersebut bahwasanya guru memberikan tugas
menulis di papan tulis agar para siswa termotivasi dengan siswa yang sudah baik dan
benar dalam menulis al-Qur’an. Jadi kenginan atau kemauan para siswa untuk
mempelajari al-Qur’an meningkat setelah meraka meliahat temannya pandai dalam
menulis dan membaca al-Qur’an.15
Tabel. 15.4
Guru menggunakan metode ceramah saat pelajaran berlangsung
No Alternatif Jawaban F P (%)
13 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17
9
11
3
42,5%
22,5%
27,5%
7,5%
40 100
Dari tabel di atas bahwasanya yang menjawab selalu 42,5% guru menggunakan
metode ceramah saat pelajaran, yang menjawab sering 22,5%, kadang-kadang 27,5%,
dan yang menjawab tidak pernah 7,5%. Menurut guru tersebut metode ceramah
cukup membantu dalam mengajarkan BTQ, agar para siswa mempunyai kemauan
untuk belajar BTQ tersebut. Dan dari hasil wawancara penulis kepada guru BTQ,
bahwasanya memang guru tersebut selalu menggunakan metode ceramah agar supaya
guru tersebut memancing pengetahuan dan kemauan siswa mengenai baca tulis al-
Qur’an akan tetapi guru tersebut juga menggunakan metode diskusi dalam proses
15Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
60
belajar mengajarnya untuk membahas beberapa materi yg memang harus di
diskusikan siswa.16
Tabel. 16.4
Guru menggunakan media (elektronik atau cetak) sesuai dengan materi
No Alternatif Jawaban F P (%)
14 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
6
20
13
2,5%
15%
50%
32,5%
40 100
Dalam hal ini media elektronik atau cetak membantu lebih mudah siswa untuk
lebih memahami mata pelajaran BTQ. Dan dapat dilihat responden yang menjawab
kadang-kadang 50%, tidak pernah, 32,5%, sering 15%, dan 2,5% yang menjawab
selalu. Dikarenakan fasilitas yang ada di sekolah tersebut kurang memadai untuk guru
menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
Dari hasil observasi dan wawancara penulis kepada guru BTQ, memang fasilitas
yang kurang memadai untuk menggunakan media pada saat proses belajar mengajar
maka dari itu guru BTQ tersebut kadang-kadang bahakan tidak pernah menggunakan
media pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan.17
16Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
17
Bedasarkan Hasil Observasi dan Wawancara Kepada Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 9 Maret
dan 17 Maret 2017
61
Tabel. 17.4
Guru menggunakan metode mengulang materi pelajaran di awal pembelajaran
No Alternatif Jawaban F P (%)
15 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16
12
10
2
40%
30%
25%
5%
40 100
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa yang menjawab selalu 40% guru yang
menggunakan metode mengulang materi pelajaran di awal pembelajaran, yang
menjawab sering 30%, yang menjawab kadang-kadang 25%, dan yang menjawab
tidak pernah 5%. Karena melakukan pengulangan materi pelajaran membantu ingatan
para siswa terhadap materi pelajaran sebelumnya.
Dari hasil observasi penulis bahwasanya memang guru BTQ tersebut selalu
menggunakan mengulang materi sebelum proses belajar mengajar dilakukan,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana ingatan tan pengetahuan siswa terhadap
pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya.18
18Bedasarkan Hasil Observasi Penulis Pada Tanggal 9 Maret 2017
62
Tabel. 18.4
Guru menggunakan media pembelajaran seperti power point dan video
tentang baca tulis al-Qur’an
No Alternatif Jawaban F P (%)
16 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4
2
19
15
10%
5%
47,5%
37,5%
40 100
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kedua hal yang tidak dapat terpisahkan,
dapat dilihat dari responden yang menjawab kadang-kadang 47,5%, yang menjawab
tidak pernah 37,5%, yang menjawab sering 5%, dan yang menjawab selalu 10%.
Dikarenakan sekolah tersebut memiliki fasilitas media yang minim sehingga guru
tersebut kadang-kadang bahkan tidak pernah menggunakan media power point dan
sejenisnnya untuk proses belajar mengajar.19
Tabel. 19.4
Guru menanamkan tentang pentingnnya mempelajari al-Qur’an
No Alternatif Jawaban F P (%)
17 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29
8
3
-
72,5%
20%
7,5%
-
40 100
19Bedasarkan Hasil Observasi penulis Pada Tanggal 9 Maret 2017
63
Belajar al-Qur’an merupakan pedoman hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Dapat di lihat tabel di atas bahwa siswa yang menjawab selalu 72,5% bahwa guru
menanamkan tentang pentingnya mempelajari al-Qur’an, yang menjawab sering 20%,
yang menjawab kadang-kadang 7,5%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada.
Bahwasanya dari hasil wawancara peneliti dengan guru tersebut selalu menanamkan
betapa pentingnya mempelajari al-Qur’an, agar para siswa menjadikan al-Qur’an
sebagai pedoman hidupnya. Dan bisa diterapkan di kehidupan sehari-harinya agar
bisa menjadi manusia yang lebih baik di masa dewasanya nanti.20
Tabel. 20.4
Guru mengevaluasi pelajaran yang sudah diajarkan di kelas
No Alternatif Jawaban F P (%)
18 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19
15
6
-
47,5%
37,5%
15%
-
40 100
Dapat dilihat dari table di atas bahawa responden yang menjawab selalu 47,5%
guru mengevaluasi pelajaran yang sudah diajarkan dikelas, yang menjawab sering
37,5%, yang menjawab kadang-kadang 15%, dan yang menjawab tidak pernah tidak
ada. Dari hasil wawancara penulis kepada guru tersebut selalu mengevaluasi
20Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
64
pelajaran yang sudah diajarkan dikelas agar guru tersebut mengetahui sejauh mana
tingkat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran BTQ yang sudah diajarkannya.21
Tabel. 21.4
Guru memberi motivasi sebelum atau setelah pembelajaran
No Alternatif Jawaban F P (%)
19 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13
15
12
-
32,5%
37,5%
30%
-
40 100
Bahwasanya motivasi penting untuk menarik kemauan siswa dalam belajar, dapat
dilihat dari responden yang menjawab sering 37,5% guru memberikan motivasi
sebelum atau sesudah pembelajaran, yang menjawab selalu 32,5%, yang menjawab
kadang-kadang 30%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dari hasil
wawancara penulis kepada guru tersebut memang sering memberikan motivasi
kepada siswa sebelum atau sesudah pembelajaran, bahkan di waktu-waktu tertentu
seperti seperti memberikan motivasi terhadap siswa yang mempunyai minat belajar
yang minim di luar kelas.22
C. Interpretasi Data
Dilihat dari jawaban angket pada tabel 2.4 sampai 22.4, diketahui data tersebut
menunjukkan 75% siswa yang menjawab selalu, 15% yang menjawab sering, yang
menjawab kadang-kadang 7,5% dan yang menjawab tidak pernah 2,5%, sebagaimana
21Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
22
Bedasarkan Hasil Wawancara dengan Ustadzah Basyiroh Pada Tanggal 17 Maret 2017
65
telah dijelaskan di deskripsi data. Hal ini menunjukkan bahawa peranan guru dalam
proses pembelajaran al-Qur’an sudah baik sekali, mulai dari penguasaan materi,
perhatiannya, hubungan baiknya serta membuat suasana pembelajaran yang kondisif
itu semua sering sekali oleh seorang guru, walaupun masih kadang-kadang bahkan
tidak pernah melaksanakan perannya sebagai guru tapi itu hanya sebagian kecil saja.
Namun secara keseluruhan bedasarkan hasil jawaban siswa, Guru BTQ Madrasah
Tsanawiyah Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi dapat dikategorikan cukup baik,
hal ini terbukti dengan hasil kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa pada waktu
penulis memberikan soal tes membaca al-Qur’an kepada siswa, ada 80 % siswa yang
mampu membaca al-Qur’an dengan baik, dan ada 20% siswa yang belum mampu
membaca al-Qur’an dengan baik. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil saja
siswa yang kurang mampu dan tidak mampu membaca, menulis dan memahami
tajwid dalam al-Qur’an, berati kemampuan baca tulis al-Qur’an pada siswa sudah ada
peningkatan setelah belajar di sekolah. Kemungkinan besar atas usaha-usaha atau
peran seorang guru.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahawa :
1. Usaha Guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-Qur’an pada
siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi dapat dikategorikan baik.
Hal itu dapat dilihat pada indikasi peranan guru dalam proses belajar mengajar
yang meliputi, penguasaan materi, cara menyampaikan materi sesuai dengan
mata pelajaran yang akan diajarkan, membimbing para siswa yang belum
mampu dalam baca tulis al-Qur’an serta memberi motivasi kepada siswa yang
kurang minat dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an, membuat suasana
belajar yang kondusif agar para siswa semangat dalam mempelajari baca tulis
al-Qur’an seperti meberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa agar para
siswa aktif dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an.
2. Kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi sudah cukup baik, pada waktu penulis memberikan soal tes membaca
al-Qur’an kepada siswa, ada 80 % siswa yang mampu membaca al-Qur’an
dengan baik, dan ada 20% siswa yang belum mampu membaca al-Qur’an
dengan baik. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil saja siswa yang
kurang mampu dan tidak mampu membaca, menulis dan memahami tajwid
dalam al-Qur’an, berati kemampuan baca tulis al-Qur’an pada siswa sudah
ada peningkatan setelah belajar di sekolah. Kemungkinan besar atas usaha-
usaha atau peran seorang guru.
B. Saran
Setelah penulis memperhatikan hasil dari penelitian ini, ada beberapa saran yang
perlu penulis kemukakan antara alin adalah sebagai berikut:
67
1. Hendaknya tugas atau peran guru dalam proses pembelajaran al-Qur’an
kepada siswa yang sudah berjalan dengan cukup baik agar lebih ditingkatkan
karena masih saja ada guru yang kadang-kadang dalam melaksanakan tugas
atau peranannya sebagai guru yang baik dan professional.
2. Untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya sebagai
perbandingan.
3. Untuk Guru hendaknya lebih mempersiapkan matari dalam mengajar seperti
video, power point, dan lain-lain.
68
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan Derpartemen Republik Indonesia
Abdullah, Taufik dkk, Metodologi Penelitian Agama sebuah pengantar,
Yogyakarta : Tiara Wacana, Cet. 1, 1998
Badri, E. dkk, Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Al-Qur’an Pada Siswa
SMA Studi Kausal Komparatif di Lima Belas Propinsi, Jakarta : Puslitbang
Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Cet.1,
2008
Daradjat, Zakiyah dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumu
Aksara, Cet. 1, 1995
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:
2005, Cet. 4
Fathurrohman, Pupuh dkk, Guru Profesional, Bandung : PT Refika Kurniawan,
Juni, Cet. 1, 2012
Gunawan, Adi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika, 2003
Hernowo, Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat Untung Merangsang
Munculnya Potensi Membaca, Bandung : Mizan Learning Center, Cet. 2,
2003
Hasibuan, J.J dkk, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet.
13, 2009
http://pgmickudus.blogspot.co.id/2014/12/tujuan-pembinaan-baca-tulis-al-quran-
btq.html?view=magazine&m=1#!
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta : Rajawali Pres, 2011
Khon, Abdul Majid, Praktikum Qira’at, Keanehan Baca Al-Qur’an Qira’at
Ashim dari Hafash, Jakarta : Amzah, Cet. 2, 2013
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta : Kencana, Cet. 1, 2011
Mahmud, Dimyati, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Yogyakarta:
Oktober 2009, Cet. 2
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta :
Quantum Teaching, Cet. 3, Oktober 2005
69
67
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, Cet. 4, Agustus 2010
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. 1,
1997
Nawawi, Imam, Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an Adab dan Tata Caranya,
Bandung : Al-Bayan, Cet. 1, 1996
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 20, Oktober 2011
Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar
Nusa, Cet. 16, 2013
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2015
Rugaiyah dkk, Profesi Kependidikan, Bogor : Ghalia Indonesia, Cet. 1, 2011
Sabri, M.Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 3, 2007
Soetjipto dkk, Profesi Keguruan, Jakarta : Rineka Cipta, Cet. 3, Desember 2007
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012
Silitonga, M. dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP
Sumatra Utara:Membaca dan Menulis, Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Saroni, Muhammad, Personal Branding Guru:Meningkatkan Kualitas dan
Profesionalitas Guru, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, Cet. 1, 2011
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hidayat Publishing, 2005
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat
Pers, 2002
Undang-undang Sindiknas No. 20 Tahun 2003 tentang, Hak dan Kewajiban
Orang Tua Bab IV Pasal 7
Undang-undang No. 14 Pasal 1Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Nama :
Jabatan :
Pertanyaan:
1. Sudah berapa lama Ustadzah mengajar di Madrasah Tsanawiah Attaqwa 10
Rawa Silam Kota Bekasi?
2. Selama ini apakah Ustadzah mendapat hambatan-hambatan dalam proses
belajar mengajar di Madrasah Tsanawiah Attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi?
3. Kalau ada, apa saja hambatan-hambatan itu, dan bagaimana cara
mengatasinya?
4. Menurut pengalaman Ustadzah selama ini, apakah semua siswa dan siswi
sudah pandai membaca dan menulis Al-Qur’an dengan benar dengan kaidah
ilmu tajwid setelah mengikuti pelajaran BTQ?
5. Metode apa yang selama ini Ustadzah gunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran BTQ?
6. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan baca
tulis al-Qur’an siswa dan siswi MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota bekasi?
7. Bagaimana infut siswa yang masuk ke MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi?
8. Bagaimana kemampuan siswa baru di MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi dalam membaca al-Qur’an?
9. Bagaimana waktu baru masuk MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi apakah siswa
dan siswi sudah pandan membaca al-Qur’an atau belum pandai membaca al-
Qur’an?
10. Apakah siswa dan siswi merasa kesulitan dalam belajar BTQ?
11. Apa langah ustadzah dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada pada
siswa-siswi tersebut?
12. Apakah siswa itu dikelompokan dalam proses pembelajaran bedasarkan
tingkat kemampuannya?
13. Apakah ada perbedaan antara siswa MTs Attaqwa 10 Kota Bekasi ini yang
alumi SD dan alumni MI dalam baca tulis al-Qur’an, kalau ada apa
perbedaannya?
14. Bagaimana prestasi belajar siswa setelah diterapkan model-model
pembelajaran?
15. Apakah harapan Ibu untuk mengoptimalkan upaya meningkatkan kemampuan
baca tulis al-Qur’an siswa dan siswi MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota
Bekasi?
Pewawancara Yang di Wawancarai
Habibi Nur Ustadzah. Basyiroh,S.Pd.i
HASIL JAWABAN PEDOMAN WAWANCARA GURU
Lama mengajar sekitar kurang lebih 9 atau 10 tahun di MTs Attaqwa 10, hampir
sama dengan kepala sekolah yang sekarang, dan kuliah di IIQ, pengalaman mengajar
mulai dari lulus aliah di pondok pesantren attaqwa putri sebelum mengajar di MTs
attaqwa 10 sudah mulai mengajar di TPA, pripat dan sekolah dasar lainnya, dan mulai
memahami dan mengerti tetang BTQ ketika di pesantren Attaqwa karena waktu
kuliah hanya mendapatkan metodenya dan cara mengajarnya saja untuk di SD, SMP,
dan SMA itu berbeda-beda cara dan metodenya, dan mendapatkan dasarnya seperti
tajwid dan lain-lain itu ketika di pesantren.
Hambatannya banyak, karena anak itu berbeda-beda daya tangkapnya dan
karakternya, kalau sekarang yang di alami di Mts attaqwa 10 ini untuk kemauan
motivasi belajarnya itu tidak ada berbeda dengan anak-anak yang dahulu, dan
bagaimana caranya guru tersebut bisa membuat anak-anak itu senang dengan guru
yang mengajarinya dan mata pelajarannya yang guru berikan. Ketika anak-anak itu
sudah senang guru dan mata pelajarannya guru tersebut terus pendekatan, mengayomi
dan merangkul dengan kasih sayang karena anak-anak itu butuh perhatian dan terus
memberi motivasi kepada anak-anak agar mereka mau mempelajari BTQ.
Karena guru tersebut baru mengajar BTQ di MTs dan sangat disayangkan yang
seharusnya anak-anak MTs itu bisa BTQ tapi kenyataannya yang guru tersebut alami
karena guru tersebut baru mengajar BTQ di MTs itu anak-anak masih jauh banget dan
masih butuh proses dari awal, dari dasar lagi, ketika guru tersebut mengajar di kelas 7
dan 8 yang seharusnya materinya itu berbeda karena guru tersebut menyanya kepada
anak-anak tersebut dan memancing pelajaran yang meraka dapatkan ketika di Mi tau
di SD ternyata mereka tidak sama sekali mendapatkan pelajaran BTQ, sehingga guru
tersebut mengajarkan ulang dasar-dasar BTQ dan yang lainnya. Tapi ketika guru
tersebut mengajar kelas 7 dan 8 tapi daya tangkapnya berbeda kelas 7 dan kelas 8,
kelas 8 lebih cepat daya tanggapnya, lebih cepat dapat nya kalu kelas 7 agak lambat
mengerti materinya karena kelas 7 di MTs 10 ini kebanyakan dari SD di bandingkan
dari Mi, tapi kalu di dalam mengajar di dalam kelas guru menyampaikan materinya
berbeda tapi materinya sama, kalau di kelas 8 guru menyampaikannya secara detail
kalau di kelas 7 cara menyampaikan materinya satu persatu agar para siswa tersebut
bisa mengerti materi tersebut dengan baik dan benar. Dan sebelum guru memulai
pelajaran BTQ para siswa di wajibkan menghafal setelah menhafal baru guru
menyampaikan materi BTQ dan setelah selesai menyampaikan siswa di wajibkan
mempraktekannya agar supaya siswa lebih mengerti dan paham apa yang sudah di
sampaikan oleh guru tersebut.
Metode yang di pakai oleh guru tersebut dalam mengajar yaitu metode ceramah
dan demonstrasi, dan menghafal supaya para murid mudah menyerap atau
menangkap dan bisa mempraktekan materi apa yang di ajarkan oleh guru tersebut,
tapi sebelum memperaktekan materi yang diberikan oleh guru, guru tersebut
memerintahkan siswa untuk mencari contoh-contoh materi yang di ajarkan.
Respon anak-anak ketika di ajarkan BTQ, menurut guru tersebut kembali lagi
kepada si pengajar atau gurunya, kalau pendidik bisa merangkul, mengeyomi, dan
bisa memberi motivasi kepada anak-anak insyaallah mereka atau siswa akan senang
dan mau belajar BTQ walaupun ada beberapa anak yang masih enggan untuk belajar
BTQ, dan ketika orang tua berperan dalam BTQ ketika di rumah pasti semua anak-
anak yang ada di sekolah pasti akan mudah dan mau untuk belajar BTQ, dan peran
orang tua juga sangan penting ketika anak-anak dirumah bukan Cuma bisa
mengandalkan guru disekolah saja tapi orang tua pun harus berperan walaupun hanya
menanya saja kepada anaknya ketika dirumah, dan ketika ada anak yang tidak mau
belajar BTQ atau ada yang susah dalam menangkap materi yang di ajarkan maka guru
tersebut memberi motivasi, mengayominya dengan rasa kasih sayang dan penuh rasa
sabar agar para siswa yang tidak mau atau susah menangkap materi yang di ajarkan
mau belajar BTQ dengan penuh semangat.
Dan ada juga kendala dalam belajar dan mengajar, yaitu ketika gurunya semangat
para siswanya tidak semangat dalam belajar, dan ketika para siswanya semangat dan
guru yang mengajarkan malah tidak semangat dan itu tergantung kepada pendidiknya.
Apakah lulusan SD lebih baik BTQ nya di bandingkan lulusan Mi, dan kembali
lagi kepada cara mendidik orang tua dirumah, dan di zaman sekarang anak-anak SMP
lebih bisa BTQ di banding anak-anak MTs karena mayoritas anak-anak MTs dari
orang asli atau orang kampung yang banyak masa bodo kepada anaknya dan mereka
berfikir yang penting anak-anakya sekolah tapi mereka tidak memperhatikannya
ketika dirumah, dan mayoritas anak-anak SMP itu dari orang pendatang atau orang
perumahan yang banyak memanggil guru privat ketika anak-anak sepulang dari
sekolah dan biasanya mereka memanggil guru privat pribadi untuk mengajarkan
anak-anaknya BTQ sehingga anak-anak SMP lebih baik BTQ nya di bandingkan
anak-anak MTs. Dan di MTs Attaqwa 10 kebanyakan lulusan dari SD dan mereka
belum mendapatkan dasar-dasar ilmu atau pelajaran BTQ seperti tajwid dan lain-
lainnya sehingga guru tersebut mengajarkannya dari awal dan dasar-dasarnya BTQ.
Dan harus tegas ketika mengajarkan dasar-dasar BTQ agar para siswa tidak lagi
main-main dalam belajar dasar BTQ dan selalu memberi motivasi agar para siswa
mau belajar BTQ, karena kenyataannya kemauan belajar para siswa tidak ada dan itu
adalah tugas yang harus di benahi oleh guru tersebut dan para guru lainnya.
Dan yang guru BTQ harapkan para siwa mampu mempraktekan atau
mengamalkan ilmu-ilmu yang di ajarkan oleh guru tersebut untuk keseharian
parasiswa di luar sekolah atau di rumah.
Dan tugas berat guru ketika orang tua hanya menitipkan anaknya kesekolah tanpa
mau membantu guru ketika anak-anak berada di rumah dan sebagai guru walaupun
berat tanggung jawabnya harus tetap semangat dalam mengajarkan anak-anak
tersebut di sekolah.
Kesimpulan dari guru untuk mata pelajar BTQ supaya anak bisa atau maju dalam
membaca Al-qur’an, yaitu antara orang tua dan guru salng membantu dalam
mengajarkan anak-anak, jangan hanya menyerahkan kepada sekolah saja dan orang
tua juga harus memberi motivasi kepada anaknya, dan kembali lagi kepada anak-
anaknya kalau kemampuannya Alhamdulillah walaupun orang tuanya sibuk atau
malas mengajarkannya itu masih mudah untuk diajarkan lebih jauh lagi dalam materi
BTQ, dan belum ada konsultasi antara orang tua dengan guru, dan tingkat
kesadarnnya pun belum ada untuk menanyakan anaknya di sekolah. Dan anak-anak
itu mudah meniru prilaku atau kebiasaan orang tuanya ketika dirumah dan lingkungan
kehidupannya di luar sekolah, maka sebagai orang tua harus hati-hati dengan kegiatan
yang dilakukan anak-anaknya sehari-hari, dan orang tua harus memberi kesadaran
kepada anaknya ketika dirumah. Dan hati-hati dengan HP dan yang lainnya. Kegiatan
anak dirumah kalau bisa di program seperti anak-anak berada di pesantren, dan selalu
memberi contoh yang positif kepada anak-anaknya.
Pewawancara Yang di Wawancarai
Habibi Nur Basyiroh, SPd.I
ANGKET UNTUK SISWA
Nama :
Kelas :
1. Guru memberikan ice breaking atau permainan sebelum atau dipertengahan
proses pembelajaran
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Guru memberikan uraian materi al-Qur’an diikuti dengan latihan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Guru menegur siswa yang bercanda saat pelajaran berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Guru mengkondisikan situasi sebelum menjelaskan pelajaran
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Guru mendesain tata ruang kelas secara berkala
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Komunikasi siswa dan guru terjalin dengan baik
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Sebelum memulai pelajaran guru memberikan pertanyaan mengenai materi
sebelumnya
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membeca al-
Qur’an
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Guru menyediakan al-Qur’an untuk para siswa
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Guru memberikan tugas im’la setelah pembelajaran berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Guru memerintahkan siswa maju kedepan untuk menulis tugas yang di
berikan dipapan tulis
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Guru menggunakan metode ceramah saat pelajaran berlangsung
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Guru menggunakan media (elektronik atau cetak) sesuai dengan materi
a. Selalu
b. Sering
c. Karang-kadang
d. Tidak pernah
15. Guru menggunakan metode mengulang materi pelajaran di awal pembelajaran
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Guru menggunakan media pembelajaran sepeti powe point dan video tentang
baca tulis al-Qur’an
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Guru menanamkan tentang pentingnya mempelajari al-Qur’an
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Guru mengevaluasi pelajaran yang sudah diajarkan dikelas
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Guru memberi motivasi sebelum atau setelah pembelajaran
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Nama-Nama Guru
Mts Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi
No Nama Guru Tugas Guru Pend
1 H.A. Syarwanih.Hm, S.Pd.I Guru Nahwu & Kep.Sekolah S1
2 Drs. H.M. Najmuddin, MM Guru Ips S2
3 Isnawarnita, S.Pd Guru B.Indonesia S1
4 H. Dzunnuroin, S.Ag Guru Aqidah Akhlaq S1
5 H. Muhdi Shofri, S.Pd.I Guru Aqidah Akhlaq S1
6 H.A. Jayani, MM.Pd Guru B.Inggris S2
7 Ir.H. Hasanuddin, MM.Pd Guru Ipa S2
8 Masfufah, S.Pd.I Guru Al-Qur’an Hadits S1
9 Najmuddin Hamid, S.Pd.I Guru B.Arab S1
10 Drs.H. Adi Zulfan, MM Guru Fiqih/IPA S2
11 Hj. Nurjalilah, S.Ag Guru Aqidah Akhlaq S1
12 H. Anwar Hamzah, S.Pd.i Guru Penjas S1
13 Siti Fatimah, S.Pd.i Guru Matematika S1
14 Hj. Nuroniyah, S.Hi Guru B.Indonesia S1
15 Ahmad Hanif, S.Hi Guru Al-Qur’an Hadits S1
16 Hj. Mimi Jamilah, S.Sos Guru SKI S1
17 Adi Mulyadi, S.Pd.i Guru Prakarya/TIK S1
18 Drs. Muhammad Guru IPS
19 Ahmad Suja’I, S.Ag Guru Fiqih/MTK S1
20 Zainabun, S.Ag Guru Al-Qur’an Hadits S1
21 Amal Fathuddin, S.Sos Guru IPS S1
22 Mahruddin, MM.Pd Guru PKN/Mulok S2
23 Darmawati, S.Pd.i Guru Nahwu/Mulok S1
24 Husni Mubarok, MM Guru B.Arab/Mulok S2
25 Basyiroh, S.Pd.i Guru BTQ S1
26 Neneng Ruqoyyah, S.Pd.i Guru B.Arab/Mulok S1
27 Wiwi Qowimah, S.Th.i Guru B.Inggris S1
28 M.Irsyadillah, S.Pd.i Guru PKN S1
29 Ahmad Zikrillah, S.Pd.i Guru IPA S1
30 Abdul Muiz, BA Guru SBK
31 Samsul Ma’arif Guru Penjas/Mulok
32 Saiful Anwar, S.Pd.i Guru B.Inggris/Prakarya/Mulok S1
33 Didin Sholahuddin Guru PKN/Mulok
34 Nur Aliyah Guru IPA/Mulok
35 Dewi Sartika Guru BTQ/Mulok
36 Abdul Mu’min, S.Pd.i Guru matematika S1
37 Asep Awaluddin, S.Pd.i Guru SBK S1
38 Ai Ankamilah Guru Mulok
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Habibi dilahirkan di Kampung Kebalen Desa Kebalen Rt 02/014
Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi pada hari kamis 09
Februari 1995 M.
Nama lengkapnya adalah Habibi Nur, telah lahir dari pasangan
Bapak H.Nur Hadi dan Ibu Hj.Amroh Ia Merupakan anak Pertama dari Tiga
bersaudara yaitu: Maratun Sholeha Nur dan Zahrotussyita Nur. Pendidikan
Sekolah Dasar di MI Attaqwa 06 Kebalen yang tidak jauh dari rumah
kediamannya, sejak lulus MI ia sudah tinggal di Pesantren daerah Ujung Harapan
Kabupaten Bekasi sambil melanjutkan studi nya di MTs Attaqwa Pusat Putra KH.
Noer Alie dan MA Attaqwa Pusat Putra KH. Noer Alie. Setelah Lulus Aliyah Ia
Melanjutkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengambil Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Pria yang Pemalu ini dikenal sebagai Mahasiswa yang Humoris dan
sangat akrab dengan teman-temannya. Pria yang akrab disapa Habibi ini masih
terus menjalankan aktifitasnya sebagai seorang santri atau mahasiwa di daerah
tempat ia tinggal dan masih banyak aktivitas lain yang ia jalankan sebagai seorang
mahasiswa.