perjalanan ke maastricht dan seminar industrial heritage

7
Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritage Copyright Vera D Damayanti [email protected] https://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/ Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritage Tanggal 11 Oktober yang lalu saya berkesempatan mengikuti seminar di Maastricht bertema “Cultural dynamics of former mining regions: perspectives for the 2020s” yang diselenggarakan di Maastricht Centre for Arts and Culture Conservation and Heritage, Maastricht University. Maastricht adalah ibukota Propinsi Limburg yang teletak di ujung selatan Belanda, sementara Groningen, ibukota Propinsi Groningen, ada di ujung utara. Perlu waktu 4 jam untuk menuju Maastricht dengan kereta antar kota. Tiba di Amsterdam, saya berangkat dengan Ibu Hasti Tarekat, seorang penggiat heritage dari Indonesia yang menetap di Amsterdam. Sekilas Maastricht Beruntung kami tiba lebih awal jadi ada waktu untuk menjelajahi sebagian kecil dari pusat kota (disebut centrum atau binnenstad). Kami mampir sebentar ke river promenade di bantaran Sungai Meuse sebelum menuju centrum. Centrumnya unik, sebagaimana kota-kota di Belanda (dan Eropa umumnya), dulunya ada dalam benteng dan beberapa bagian benteng kotanya yang dibangun di periode medieval, masih tersisa. Benteng ini, meski tidak utuh terlihat menarik, menjadi elemen fisik (sejarah) kota. Landform kota ini agak berbukit-bukit, karena Maastrich ada di lembah, berbeda dengan bagian tengah dan utara Belanda yang ada di dataran flat. [caption id="attachment_99" align="aligncenter" width="452"] page 1 / 7

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrialheritage

Tanggal 11 Oktober yang lalu saya berkesempatan mengikuti seminar di Maastrichtbertema “Cultural dynamics of former mining regions: perspectives for the 2020s”yang diselenggarakan di Maastricht Centre for Arts and Culture Conservation andHeritage, Maastricht University. Maastricht adalah ibukota Propinsi Limburg yangteletak di ujung selatan Belanda, sementara Groningen, ibukota Propinsi Groningen,ada di ujung utara. Perlu waktu 4 jam untuk menuju Maastricht dengan kereta antarkota. Tiba di Amsterdam, saya berangkat dengan Ibu Hasti Tarekat, seorangpenggiat heritage dari Indonesia yang menetap di Amsterdam.

Sekilas Maastricht Beruntung kami tiba lebih awal jadi ada waktu untuk menjelajahi sebagian kecildari pusat kota (disebut centrum atau binnenstad). Kami mampir sebentar ke riverpromenade di bantaran Sungai Meuse sebelum menuju centrum. Centrumnya unik,sebagaimana kota-kota di Belanda (dan Eropa umumnya), dulunya ada dalambenteng dan beberapa bagian benteng kotanya yang dibangun di periode medieval,masih tersisa. Benteng ini, meski tidak utuh terlihat menarik, menjadi elemen fisik(sejarah) kota. Landform kota ini agak berbukit-bukit, karena Maastrich ada dilembah, berbeda dengan bagian tengah dan utara Belanda yang ada di dataran flat.

[caption id="attachment_99" align="aligncenter" width="452"]

page 1 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

Bagian benteng kota[/caption]

Seperti halnya kebanyakan kota di Belanda pada khususnya dan negara-negaraEropa umumnya, banyak bangunan-bangunan tua disini, setidaknya di bangunsejak abad 17 (bahkan sebelumnya) yang masih bertahan dan dimanfaatkankembali (reuse) seperti misalnya untuk kantor, hotel, restaurant, pertokoan, danhunian. Beberapa bangunan diberi tanda ‘blue shield’ yang menandakan bangunantersebut terdaftar sebagai monumen yang dilindungi dan diselamatkan daribencana alam maupun yang disebabkan manusia, misalnya perang dan kebakaran(info lengkap blue shield ada di SINI). Universitas Maastricht sendiri -beberapajurusan seperti Arts, humanities, dan sosial science- juga ada di pusat kota,beberapa diantaranya menempati bangunan-bangunan tua. Oya, Propinsi Limburgbagian selatan dulunya dikenal sebagai daerah tambang batubara sejak abad 16dan baru ditutup di abad ke-20, jadi propinsi ini memiliki banyak industrial heritage.Info sejarah kota Maastricht dapat dilihat di SINI

[caption id="attachment_100" align="aligncenter" width="446"]

page 2 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

Tanda 'blue shield' dan bangunan tua yang dimanfaatkan untukrestaurant[/caption]

2 jam - 4 pembicara Seminar diadakan di gedung Jan van Eyck Academy, dimulai tepat jam 14.00.Setelah seminar dibuka –secara sederhana dengan pidato yang singkat dan padat-pembicara pertama yaitu Prof. dr. Ad Knotter dari Sociaal Historisch Centrum voorLimburg mempresentasikan beberapa hasil riset yang dirangkum dalam The fourcoal mining districts in the Meuse-Rhine borderlands: so close to each other, yet sodifferent. Secara gasir besar beliau memaparkan beberapa kondisi sosial dalamindustri pertambangan dari 4 kota di Liege, Aachen dan Limburg. Beberapa aspekyang dianalisis dengan pendekatan kuantitatif misalnya perkembangan industritambang, modal dan kepemilikan, serta migrasi penambang. Pembicara kedua,yaitu Dr. Marijn van de Weijer dari Faculty of Architecture and Art, HasseltUniversity-Belgia, menyampaikan tema Re-using built structures: confrontationsbetween the fields of conservation, (regional) planning and design. Selainmenjelaskan beberapa teori terkait konservasi cultural heritage, juga dipaparkanbeberapa proyek yang telah dikerjakan sebagai contoh.

Pembicara ketiga, yaitu Lidy perwakilan dari IBA Parkstad, membawakan IBA-Parkstad-Challenges and projects for Euregio. IBA, kepanjangan dariInternationale BauAusstellung or International Building Exibition, merupakan sebuah

page 3 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

pendekatan dalam merencanakan dan mengelola suatu kawasan. Pendekatan yangberkembang di Jerman ini sudah diterapkan di beberap kota di Jerman, dan untukpertama kalinya diaplikasikan di Belanda untuk kawasan yang meliputi kota-kotabekas tambang yaitu: Heerlen, Kerkrade, Landgraaf, Brunssum, Voerendaal,Simpelveld, Nuth and Onderbanken di Propinsi Limburg. Yang menarik daripendekatan ini yaitu aspek yang direncanakan tidak hanya lingkungan fisik namunjuga non-fisik, yaitu mind set dan budaya penduduk kota. Info lebih jauh tentangIBA-Parkstad dapat dilihati di SINI . Sementara itu pembicara terakhir, yaitu DrMarion Fontaine, dari Centre Norbert Elias, Universite d’Avignon, menyajikan Fromthe industrial artefacts to the values? The intangible heritage in the case of themining world. Beliau lebih menonjolkan aspek intangible yang potensial pada suatuindustrial heritage, seperti cerita, lagu-lagu, festival, dan bahkan tata carapenambang dulu bekerja.

[caption id="attachment_95" align="aligncenter" width="300"]

Suasana seminar[/caption]

Menurut saya keempat materi yang disampaikan menarik, karena industrialheritage adalah hal baru bagi saya. Dalam badan dunia, industrial heritage ada dibawah koordinasi ICOMOS, dimana bidang ini menjadi bagian dari cultural heritage.Organisasi dunia yang terkait dengan industrial heritage yaitu The InternationalCommittee for the Conservation of the Industrial Heritage (TICCIH). Berdasarkan The Nizhny Tagil Charter for the Industrial heritage tahun 2003 dinyatakan bahwa:

Industrial heritage consists of the remains of industrial culture which are of

page 4 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

historical, technological, social, architectural or scientific value. These remainsconsist of buildings and machinery, workshops, mills and factories, mines and sitesfor processing and refining, warehouses and stores, places where energy isgenerated, transmitted and used, transport and all its infrastructure, as well asplaces used for social activities related to industry such as housing, religiousworship or education.

Jika kita simak definisi tersebut, sepertinya bidang ini lebih condong ke elemen fisikbagian dari suatu kegiatan industri.  Namun jika kita baca pada bagian “Values ofindustrial heritage” pada piagam ini, maka kita akan temukan bahwa elemenintangible merupakan nilai penting yang melekat pada elemen fisik/tangibletersebut. Selain itu, definisi ini juga lebih fokus pada kegiatan industri di masa lalu,dan pada beberapa sumber disebutkan teruama pada kegiatan industri yangmuncul karena pengaruh industrialisasi, dimana pada di banyak belahan duniadipicu oleh revolusi industri. Padalah di banyak tempat, bisa jadi industri sudahtumbuh sebelum revolusi industri, meski masih bersifat tradisional. Selain itu, takjarang industri tersebut masih beroperasi hingga sekarang. Biasanyaindustri-industri berskala kecil dan tradisional seperti wayang, kain tradisional(songket, tenun, batik) bertahan lama karena diturunkan dari generasi ke generasi.

Di Indonesia sendiri saya yakin banyak sekali industrial heritage, yang modernmaupun yang tradisonal, baik yang masih aktif –seperti perkebunan teh, pabrikgula, tambang tradisional intan dan timah; maupun yang sudah mati, sepertitambang-tambang batu bara di Kalimantan dan pelabuhan tua di berbagai kotapesisir. Masalahnya adalah kita terkadang tidak melihat industri tersebut sebagaiheritage yang potensial diikembangkan untuk mendapatkan nilai lebih. Nilai lebihini tidak melulu bersifat ekonomis, walaupun nantinya memang bisa dikemas untukmendapatkan manfaat ekonomi. Lebih dari itu yang terpenting adalah agar heritagetersebut lestari, sebagai bagian dari sejarah budaya dan kehidupan lokal – saksibisu perubahan lanskap daerah setempat jika berupa elemen fisik; dan rantaipenghubung antara generasi di masa lalu dengan masa sekarang bahkan masadepan, bila heritage tersebut intangible.

Terkait dengan lanskap, semua kegiatan industri dalam berbagai skala dilakukanpada suatu area, jadi lanskap adalah wadahnya. Dalam kondisi tertentu bahkanindustrial heritage ini dapat membentuk identitas lanskap karena menjadi elemendominan yang kemudian mempengaruhi karakter lanskap setempat. Arsiteklanskap semestinya bisa berperan dalam pengembangan industrial heritage,misalnya melalui perencanaan dan rancangan kawasan atau melakukan studi darisudut pandang lanskap. Semoga nantinya industrial heritage di tanah air menjadi

page 5 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

lebih terpelihara dan aristek lanskap terlibat didalamnya.

Meet the locals Setelah seminar berakhir sekitar jam 18.00 kami memutuskan untuk mengisi perutdulu sebelum pulang (Catatan: jam 18.00 adalah saatnya makan malam diBelanda). Bersama Lidy, yang ternyata orang Limburg, kami mencoba cafesetempat –De Tribunaal- tidak jauh dari tempat seminar. Menurut Lidy kalau kamimau lebih tahu tentang orang-orang setempat sebaiknya berkunjung ke tempat'hang out' yang populer disana. Café itu sangat penuh dengan pengunjung,sampai2 mereka berdiri sambil minum dan ngobrol dan kami berbagi meja dengan2 pengunjung yang sedang main kartu :D. Ternyata café itu salah satu tempatwarga Maastricht bersosialisasi. Bisa dibilang kebanyakan pengunjung adalahorang-orang dewasa dan tua. Yang serunya lagi, saat itu ada jazz live performance.Jadi kebayang kami bertiga (dan juga pengunjung lain) harus bicara dengan volumekeras bersaing dengan musik. Yang unik, pengunjung boleh makan kacang yangdisajikan di meja -tanpa wadah- dan boleh membuang kulitnya di bawah meja(wah!).

[caption id="attachment_101" align="aligncenter" width="470"]

Ruang-ruang terbuka di centrum[/caption]

page 6 / 7

Persepsi Lanskap | Perjalanan ke Maastricht dan seminar industrial heritageCopyright Vera D Damayanti [email protected]://veradd.staff.ipb.ac.id/2015/10/23/perjalanan-ke-maastricht-dan-seminar-industrial-heritage/

Tak berapa lama kami beranjak mencari tempat makan malam, kami pergi ke CaféSjiek. Café ini juga penuh pengunjung, untungnya ada beberapa kursi kosong,itupun di meja bar yang sempit. Berbeda dengan De Tribunaal, di restaurant ini adaanak-anak, orang tua, hingga opa-oma. Karena ingin mencicipi makanan khasMaastricht, saya disarankan memesan Zoervleis, yang menurut saya seperti semurdaging hanya saja agak asam. Belakangan baru kami tahu kalau café ini masukdalam daftar Michelin guide 2015, pantas saja ramai karena menunya mantap danharganya terjangkau (terutama buat mahasiswa :-D).

Baiklah, setelah perut kenyang, kami pulang, lewat Amsterdam saya lanjutkanperjalanan ke Groningen. Untungnya ini malam Senin, jadi walaupun menjelangtengah malam, kereta penuh dengan mahasiswa Unversitas Groningen dan HanzeHogheschool yang hendak kembali ke kost-kostannya di Groningen. Alhamdulillah,jadi pulang tidak sendirian dan aman :-)

Links:

Maastricht: https://en.wikipedia.org/wiki/Maastricht

Blue shield: http://www.ancbs.org/cms/en/about-us/about-icbs

IBA-Parkstad: http://www.iba-parkstad.nl/en/

Industrial heritage: http://www.icomos.org/18thapril/2006/nizhny-tagil-charter-e.pdf

TICCIH: http://ticcih.org/

page 7 / 7