persebaran burung

24
Vol. 6, No. 3, Desember 2010 Akreditasi: No 816/D/08/2009 BOGOR, INDONESIA JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425 Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani 293 Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana 313 Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta 325 Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto 341 Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah 353 Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin 367 Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi 383

Upload: moe-charlotte-sangkot-tarigan

Post on 21-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

Vol. 6, No. 3, Desember 2010

Akreditasi: No 816/D/08/2009

BOGOR, INDONESIA

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani

293

Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana

313

Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta

325

Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto

341

Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah

353

Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin

367

Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi

383

Page 2: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologiyang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Pengelola

Dr. Ibnu MaryantoDr. I Made Sudiana

Deby Arifiani, S.P., M.ScDr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UIDr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIPDr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya

Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPIDr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPADProf. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, MalaysiaDr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRADDrs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPIDr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Alamat RedaksiSekretariat

Oscar efendi SSi MSid/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056Fax. (021) 8765068

Email : [email protected]; [email protected] : http://biologi.or.id

Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.

Page 3: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGIINDONESIA edisi volume 6 nomer 3 tahun 2010 memuat 13 artikel lengkap. Penulispada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Pertanian, IPB,Puslit Biologi LIPI, Bioteknologi-LIPI dan Institute of Biology IBL Leiden Univer-sity Netherlands. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi 5 topik dalam bidangBotani, tiga topik tentang mikrobiologI, empat topik tentang zoologi dan satu topikcampuran yang mebahas bidang botani dan zoologi. Pada edisi ini yang menarik 6makalh merupakan hasil kajian kawaasan pulau-pulau Kecil di Ternate MalukuUtara. Selanjutnya artikel yang memuat serangga pengunjung bunga raflesia dapatdipastikan merupakan artikel sangat jarang dijumpai sehubungan dengan populasibunganya yang sangat sulit diperoleh.

Editor

Page 4: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepadapara pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 3, Juni 2010:

Prof.Dr. Woro.A.Noerdjito Puslit Biologi-LIPIDrs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPIDr Yulin Lestari F MIPA-IPBAwal Riyanto, Puslit Biologi-LIPIDrs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPIIr. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPIDr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI

Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010

Page 5: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

DAFTAR ISI

Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani

293

Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park Maman Rahmansyah & I Made Sudiana

313

Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta

325

Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto

341

Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate Rini Riffiani & Nunik Sulistinah

353

Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin

367

Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi

383

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal

393

Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati

405

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo

415

Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati

429

Page 6: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi

443

Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari

459

Page 7: Persebaran Burung

443

Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 443-458 (2010)

PENDAHULUAN

Pulau Moti termasuk dalam kategoripulau kecil sesuai dengan kriteria yangterdapat dalam Keputusan MenteriKelautan dan Perikanan No.41/2000 JoKep. Menteri Kelautan dan PerikananNo. 67/2002. Luas pulau ini hanya sekitar24.6 km2 dengan jumlah penduduk tidak

lebih dari 4.797 jiwa (Anonim 2008 a),secara fisik geografis pulau ini masukdalam wilayah Maluku Utara merupa-kan gugusan pulau dalam kawasanWallacea dimana tingkat keanekaragamanhayati cukup tinggi.

Tingginya tingkat keanekaragamanhayati ini didukung oleh variasi jenisvegetasi (Utaminingrum & Roemantyo

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti,Ternate, Maluku Utara

Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi

Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Cibinong Science Centre, Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46,Cibinong. Email: [email protected]

ABSTRACT

Study on the relationships between vegetation coverage and bird distribution in Moti Island,Ternate, North Moluccas. Research study on relationships between vegetation coverage andbird distribution in Moti Island, Ternate, Moluccas was conducted on May 2010. The objectiveof this research is to understand the bird species occurrence on a vegetation type as anindicator for environment quality determination in small Moti Island. Data on the occurrenceof bird species in the every vegetation type was collected and recorded using explorationmethod. The bird species were identified for the scientific name, local name, their activities,location or coordinate position and their vegetation or habitat. The data then compiled andtabulated for the spatial analyses using Ikonos image and topographic (SRTM) maps data.The data output from the spatial analyses then analyzed using Principle Component Analyses(PCA) to get the most important factors of vegetation cover types that influenced the occurrenceof the bird species. The results showed that about 34 bird species, belong to 20 families and 29genera have occurred in the Moti Island. About 13 vegetation types were recorded as naturalsites of bird species for feeding, playing and breeding grounds. Analyzing data using PCAshowed that at least 3 vegetation types have played as important sites for bird species in thisarea. The sites were mangrove, secondary forest and mixed gardens. The roles of both threeimportant vegetation types and bird species as environment quality indicators were in detaildiscussed in this paper. The discussion also includes how to develop fisherman villages inMoti Island using its own natural resources and biodiversity.

Key words: Moti Island, birds distribution, vegetation coverage, spatial analyses

Page 8: Persebaran Burung

444

Utaminingrum & Sulistyadi

2010) dan jumlah satwa burung(Sulistyadi 2010) yang ditemukan dipulau Moti. Tutupan vegetasi mempu-nyai peranan penting dalam kelangsu-ngan hidup bagi satwa yang adadisekitarnya. Beberapa tahun terakhirsebagian besar wilayah pulau Moti initelah berubah menjadi areal perkebunanterutama kebun pala, kenari, cengkih dankelapa. Berkurangnya luasan vegetasi,adanya perubahan fungsi hutan danpenggunaannya serta sulitnya diperolehair tanah di daerah pegunungan (Roe-mantyo 2010) tentunya akan mempe-ngaruhi keanekaragaman hayati dikawasan tersebut.

Keunikan tumbuhan dan satwapulau Moti ini belum pernah diungkapsecara rinci tampak dari data spesimenkoleksi dan herbarium yang tersimpan diMuseum Zoologicum Bogoriense danHerbarium Bogoriense masih sangatterbatas. Karena itu kajian tentangsatwa dalam hubungannya dengantutupan vegetasi perlu dilakukan. Dalampenelitian ini akan diteliti hubungan antaratutupan vegetasi dan satwa burung yangada di pulau Moti. Kajian ini bertujuanuntuk melihat kecenderungan keterdapa-tan satwa burung pada tipe tutupanvegetasi yang dapat menjadi salah satuindikator bagi baik tidaknya kualitaslingkungan secara umum di kawasanpulau Moti.

BAHAN DAN CARA KERJA

Dalam penelitian ini bahan yangdigunakan untuk pengolahan data spasialantara lain beberapa peta digital yaituberupa peta rupa bumi 1:250.000

(Bakosurtanal 1999), peta tematik tutupanlahan, 1:250.000 (Re PPProt 1989) danCitra IKONOS Juni 2006 (Space Imaging,2006), citra satelit topografi (SRTM -Shuttle Radar Topographic Mission).

Peralatan yang digunakan adalahperalatan lapangan dan peralatanlaboratorium. Peralatan lapangan dibagimenjadi dua terdiri dari peralatan untukpengamatan burung (binokuler, jaring danbuku panduan lapangan Burung-BurungWallacea) dan peralatan untuk pengumpulandata spasial (GPS, altimeter, kompas,kamera digital, alat tulis). Peralatanlaboratorium terdiri dari alat bedah danprosesing spesimen burung, sedangkanperalatan laboratorium untuk pengolahandata spasial berupa perangkat keraskomputer (personal komputer), perangkatlunak GIS (Geographical InformationSystem) yang berkemampuan raster danvector (ArcView 3.3), perangkat lunakpengolah Citra (ErdasImagine 9.1 danGlobal Mapper 9), perangkat lunakpengolah data dari GPS (MapSource),perangkat lunak pengolah data tekstual(Microsoft Access), printer warna untukmencetak peta dan untuk analisis statistikmenggunakan perangkat lunak SPSS 12for Windows.

Penelitian lapangan dilakukan dipulau Moti, kecamatan Moti, KotaTernate, propinsi Maluku Utara padatanggal 1 – 17 Mei 2010. Ada 6 kelurahanyang dijadikan obyek observasi satwaburung yaitu Motikota, Figur, Tadenas,Tafaga, Tafamutu, dan Takofi.Mengingat topografi kawasan sangatterjal maka data primer keterdapatansatwa burung dikumpulkan denganmengambil contoh secara acak

Page 9: Persebaran Burung

445

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

(eksplorasi) di dataran rendah dan didataran tinggi dengan cara membuat jalurdan titik pengamatan pada peta denganGPS. Di dataran rendah ekplorasidilakukan dengan mengambil cuplikan di6 kelurahan (Motikota, Figur, Tadenas.Tafaga, Tafamutu, dan Takofi) mulai daripinggir pantai sampai pada ketinggian100 m dpl. Sedangkan untuk datarantinggi eksplorasi dilakukan di kelurahanMotikota dan Tadenas sampai padaketinggian 700 m dpl. Data yang dikum-pulkan antara lain nama jenis dan jumlahindividu satwa burung, macam aktifitas,waktu beraktifitas, nama jenis tumbuhantempat beraktifitas dan nama lokasi(kelurahan atau kampung). Posisi seluruhketerdapatan satwa burung dicatatkoordinat (latitude dan longitude),ketinggian (altitude) dengan mengguna-kan alat bantu GPS (Global ositioningSystem).

Identifikasi terhadap nama ilmiahburung menggunakan acuan dari BrianJ.C. dan K. D. Bishop (1997). Analisisterhadap posisi keterdapatan satwaburung terhadap tutupan lahan dilakukanterhadap hasil digitasi pemanfaatan lahandan interpretasi akhir yang dilakukan olehUtaminingrum dan Roemantyo (2010),sedangkan klasifikasi keterdapatan satwaburung secara vertikal digunakan denganmenumpang susunkan data pada petacitra topografi (SRTM). Sebelummelakukan penggabungan data spasialdengan data tekstual, terlebih dahulu citraSatelit Ikonos + SRTM dikoreksigeometriknya dengan menggunakanperangkat lunak Erdas Imagine 9.1 padapeta rupa bumi (Bakosurtanal 1999)sebagai referensi. Citra SRTM diolah

dengan menggunakan perangkat lunakGlobal Mapper 9 untuk mendapatkandata topografi dengan beda ketinggian 5m. Analisis data spasial dan tekstual iniselanjutnya diolah dengan menggunakanperangkat lunak ArcView 3.3 untukmendapatkan hubungan antara kelasketinggian, tipe vegetasi dan jenis satwaburung. Agar proses query lebih mudah,pengelompokan dan penggabungan dataspasial dengan data tekstual digunakanperangkat lunak Microsoft Access.Sedangkan untuk menganalisis hubunganantara tipe-tipe vegetasi dengankehadiran jenis dan jumlah satwa burungdigunakan perangkat lunak SPSS 12 forWindows.

Normalisasi dan standarisasi datadilakukan sebelum data dianalisis.Seluruh nilai yang diperoleh sebelumdianalisis dinormalisasi dan distandarisasidengan metode analisis Kluster (Kreb1989)

Normalisasi data diperlukan untukmembuat data proporsional, yaitu denganmenggunakan rumus:

dimana, P = Nilai proporsional n1 = Nilai asli ke i N1 = Penjumlahan seluruh nilai

Sedangkan standarisasi datadilakukan dengan menggunakan metodetransformasi dengan menggunakanrumus:

xI = log(x + 1)dimana,

Σ

P =

n1

Σ N1

Page 10: Persebaran Burung

446

Utaminingrum & Sulistyadi

xI = nilai data yang telah di transformasix = nilai asli.

Jika nilai proporsional masih 0, makanilai tersebut diganti dengan nilai 0.1 untukpenghitungan kalkulasi proporsi.

HASIL

Jenis satwa burung yang ditemukanObservasi yang dilakukan di 6

kelurahan yaitu Motikota, Figur, Tadenas,Tafaga, Tafamutu, dan Takofi meliputi 293titik koordinat di 58 lokasi pengamatanyang tersebar dari pinggir laut hinggakawasan pegunungan yang terjal padaketinggian 700 m dpl. Tercatat ada sekitar34 jenis nama satwa burung yang tercatathidup dikawasan ini, meliputi 20 suku, 29marga. Suku Accipitridae adalah yangpaling banyak ditemukan, yaitu dengan 5jenis dengan 3 marga yaitu Accipiter,Haliastur dan Milvus. Kemudian disusuldengan suku Columbidae 4 jenis,Alcedinidae 3 jenis, Cucculidae, Psittaci-dae, Nectariniidae, Campephagidae danSturnidae masing-masing 2 jenis. Sisanyasebanyak 12 suku berupa satwa burungdengan masing-masing 1 marga dan 1jenis. Daftar jenis satwa burung yang telahdiidentifikasi disajikan pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 tercatat paling tidakterdapat 4 jenis yang endemik Malukuyaitu Elang kecil maluku, Cekakak biruputih, Kapasan halmahera, Walik topi biru.Disamping itu tercatat pula jenis-jenisburung yang endemik di pulau lain tetapiditemukan di pulau ini seperti Elang alapekor totol endemik di Sulawesi, Bondoljawa endemik di Sumatra, Jawa dan Timor,serta burung Gosong kelam yang endemik

dari Papua. Beberapa jenis yang laintercatat sebagai satwa burung migran.

Sebaran vertikal satwa burungMeskipun pulau Moti luasnya hanya

sekitar 24.6 km2, dengan topografi yangbergunung-gunung terjal mulai dari pantaihingga puncak gunung Tuaname (930 –950 m dpl.) yang berjarak kira-kira 2,5 –3 km dari Motikota ini tampak menjadisalah satu pembatas sebaran satwaburung. Sebaran burung secara vertikalmenunjukkan adanya perbedaan jumlahperjumpaan jenis burung yang ditemukandi masing-masing zona ketinggian.Analisis spasial sebaran burung denganpeta topografi yang diolah dari citraSRTM digambarkan pada histogramperjumpaan satwa burung di masing-masing ketinggian di Pulau Moti (Gambar1). Dari gambaran histogram perjumpaansatwa burung, tampak bahwa totalperjumpaan terhadap satwa burungpaling banyak terjadi di dataran rendahkurang dari 100 m dpl yaitu mencapailebih dari 140 individu. Pada ketinggiandiatas 100 m total perjumpaan indoviduburung cenderung berkurang drastismenjadi sekitar 30 ekor/individu.Demikian juga jumlah jenis burung yangdijumpai di dataran rendah lebih banyakdibandingkan dengan lokasi yang lebihtinggi. Pada ketinggian kurang dari 50 mdpl ditemukan sekitar 30 jenis burung, danjenis yang ditemukan pada ketinggiansekitar 100 m dpl sudah di bawah 20 jenis,Perjumpaan satwa burung dan jenisnyamulai tampak bertambah lagi padaketinggian 500 m dpl dan cenderungmenurun kembali pada ketinggian lebih

Page 11: Persebaran Burung

447

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

Tabel 1. Jenis-jenis satwa burung yang ditemukan di P. Moti, Ternate, Maluku

Keterangan:S: Sumatera; K: Kalimantan; J: Jawa: C: Sulawesi; M: Maluku; T: Timor; P: Papua. <spesies tercatat diFilipina atau Asia Tenggara> Spesies tercatat di Kepulauan Bismarck, Solomon dan Australia; N<Spesies migran dari bagian utara ke Indonesia (100% sub spesies yang melintas di Indonesia bermigrasi);N> spesies migran dari bagian selatan ke Indonesia (100% subspesies yang melintas di Indonesiabermigrasi), E: Spesies endemik Indonesia, F: Spesies yang diperkirakan feral.

Suku Nama ilmiah Nama daerah Sebaran Endemik

Accipitridae Accipiter erythrauchen Gray, 1861 Elang kecil maluku M E

Accipitridae Accipiter soloensis Horsfield, 1821 Elang alap cina SKJCMTP N<

Accipitridae Accipiter trinotatus Bonaparte, 1850 Elang alap ekor totol C E

Accipitridae Haliastur indus Boddaert, 1783 Elang bondol SKJCMTP <>

Accipitridae Milvus migrans Boddaert, 1783 Elang paria SKJCMTP <>

Alcedinidae Halcyon diops Temminck, 1824 Cekakak biru putih M E

Alcedinidae Halcyon saurophaga Gould, 1843 Cekakak pantai MP -

Ardeidae Egretta sacra Gmelin, 1789. Kuntul karang SKJCMTP N<>

Artamidae Artamus leucorynchus Linnaeus, 1771. Kekep babi SKJCMTP <>

Bucerotidae Rhyticeros plicatus J.R.Forst., 1781 Julang irian MP >

Campephagidae Coracina papuensis Gmelin, 1788 Kepudang sungu kartula MTP >

Campephagidae Lalage aurea Temminck, 1827 Kapasan halmahera M E

Columbidae Chalcophaps indica Linnaeus, 1758 Delimukan zamrud SKJCMTP

Columbidae Ptilinopus monacha Temminck, 1824 Walik topi biru M E

Columbidae Ptilinopus superbus Temminck, 1809 Walik raja CMTP

Columbidae Streptopelia chinensis Scopoli, 1768. Tekukur biasa SKJFFT <F

Corvidae Corvus orru Bonaparte, 1850. Gagak orru MTP >

Cuculidae Cacomantis variolosus Vigors & Horsfield, 1826 Wiwik rimba CMTP >

Cuculidae Eudynamys scolopacea Linnaeus, 1758 Tuwur asia SKJCMTP <

Estrildidae Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore,1858 Bondol jawa SJT E

Megapodiidae Megapodius freycinet Gaimard, 1823 Gosong kelam MP E

Meropidae Merops ornatus Latham, 1801. Kirik-kirik Australia JCMTP >

Monarchidae Myiagra alecto Temminck, 1827. Sikatan kilap MTP >

Nectariniidae Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766. Madu sriganti SKJCMTP <>

Nectariniidae Leptocoma sericea Lesson & Garnot, 1828. Madu hitam CMP >

Pachycephalidae Pachycephala pectoralis Latham, 1802. Kancilan emas JCMTP >

Ploceidae Passer montanus Linnaeus, 1758 Gereja SKJCMTP <F

Psittacidae Eclectus roratus Müller, 1776. Nuri bayan MTP >

Psittacidae Tanygnathus megalorynchos Boddaert, 1783 Betet kelapa paruh besar CMTP -

Rhipiduridae Rhipidura leucophrys Latham, 1802 Kipasan kebun MP >

Sturnidae Aplonis metallica Temminck, 1824. Perling ungu CMTP >

Sturnidae Aplonis mysolensis Gray, 1862. Perling maluku CMP E

Oriolidae Oriolus phaeochromus Gray, 1860 Kepudang halmahera M E

Alcedinidae Ceyx lepidus Temminck, 1836 Udang merah kerdil CMP -

 

Page 12: Persebaran Burung

448

Utaminingrum & Sulistyadi

dari 600 m dpl. Meskipun bertambahjumlah perjumpaan maupun jenisnya tidaklebih dari 20.

Hasil analisis dengan menggunakancitra satelit terhadap sebaran satwaburung di pulau Moti ini menunjukkanbahwa dari sekitar 293 titik pengamatanperjumpaan satwa burung terbanyakterdapat di kelurahan Tadenas dengantotal perjumpaan jenis satwa burung 60kali dan 126 individu di 83 titikpengamatan, kemudian disusul dikelurahan Motikota dengan totalperjumpaan sebanyak 49 kali dan jumlahindividu 203 di 101 titik pengamatan,Tafaga 43 kali dengan 77 individu di 64titik, Figur 23 kali dengan 47 individu di25 titik pengamatan, Tafamutu 13 kalidengan 47 individu di 16 titik pengamatan

dan Takofi 4 kali dengan 6 individu di 4titik pengamatan. Memang data yangdikumpulkan dari Takofi sangat terbatas,selain jaraknya cukup jauh, medannyasangat sulit ditempuh dan cukup terjalbentang alamnya.

Jika data posisi pengamatanditumpang susunkan pada peta tutupanvegetasi pulau Moti (Utaminingrum danRoemantyo, 2010), maka dapat diperolehrincian informasi seperti pada Tabel 2.Paling sedikit ada sekitar 4 golonganbesar tutupan vegetasi di pulau Moti inidimana burung sering dijumpai, yaituhutan (hutan mangrove, hutan sekunder,semak, dan semak belukar), kebun danladang (kebun campuran, kebun kakao,kebun kelapa, kebun pala, kebunsingkong), kawasan pemukiman dan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Keting

gian 0

-50

Keting

gian 5

1 - 10

0

Keting

gian 10

1-200

Keting

gian 20

1 -300

Keting

gian 3

01 - 4

00

Keting

gian 401

- 500

Keting

gian 5

01-60

0

Keting

gian >

614

Total perjumpaan

Total jenis

Gambar 1. Diagram perjumpaan satwa burung di masing-masing ketinggian di Pulau Moti

Page 13: Persebaran Burung

449

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

fasilitas umum seperti sumber air bersihdan lapangan terbuka (Tabel 2). Daridata perjumpaan satwa burung, jumlahindividu di masing masing titikpengamatan tampak bahwa kebuncampuran menjadi tempat yang seringdidatangi oleh burung, kemudian disusuloleh semak dan semak belukar. Kebuncampuran merupakan ladang di hutan(jauh dari kampung) atau kebun yangberdekatan dengan pemukimanpenduduk. Dalam kebun campurandijumpai berbagai jenis tanaman kerasseperti pala (Myristica fragans), cengkih(Syzygium aromaticum), jenis buah-buahan seperti mangga (Mangiferaindica), jambu air (Syzygium aqueum),jambu batu (Psidium guajava), papaya(Carica papaya), jeruk (Citrus spp),nenas (Annanas comosus) maupuntanaman semusim seperti singkong(Manihot utilissima), ubi jalar(Ipoemoea batatas), cabai besar danrawit (Capsicum spp.) dan beberapajenis sayuran lain. Beberapa kebuntanaman keras yang ditanami secaramonokultur seperti kebun kenari jugasering didatangi oleh satwa burung.Sedang pada semak-semak belukar,umumnya satwa burung ini terbang diatas tajuk semak belukar dan kemudianmasuk di antara rerimbunan semak.Beberapa jenis satwa burung ditemukanmembuat sarang dan berkembangbiak dikawasan semak ini.

Kawasan lain yang disukai satwaburung adalah hutan sekunder. Hutan-hutan sekunder umumnya memilikitegakan pohon yang besar dan agakjarang. Satwa burung menyukai tempatini terutama pada siang hari, sering

terbang di bawah tajuk pohon. Posisi titikdan jalur pengamatan burung yangditumpang susunkan pada citra Ikonosmenunjukkan dengan jelas hubunganantara tutupan vegetasi dengan jalurpengamatan (Gambar2)

Observasi dilakukan di setiap sisipulau Moti mulai dari utara yaitukelurahan Motikota pada vegetasi man-grove dan perkebunan. Ke arah timurmenuju Tadenas antara ketinggian 10 dan700 m dpl. observasi pada vegetasi hutanmangrove, hutan sekunder, semakbelukar, kebun campuran hinggaperkebunan. Sedangkan di kelurahanlainnya titik dan jalur pengamatan hanyadibuat di dataran rendah, mengingatmedan cukup sulit dan terjal sepertitampak pada model elevasi dijital tutupanvegetasi dan sebaran posisi pengamatanburung di pulau Moti.

Uji korelasi dan analisis komponenutama (PCA) tutupan vegetasidengan kehadiran dan jumlah jenisburung.

Hasil uji korelasi antara tutupanvegetasi dengan kehadiran jumlah jenisburung dapat dilihat pada matrik korelasiantara tutupan vegetasi dengan variabeldata keterdapatan/kehadiran jumlah jenisburungyang ditemukan (lihat lampiran 1).Dari data matrik korelasi dapat dilihatbahwa korelasi antar tutupan lahantertinggi terdapat pada lokasi-lokasi mataair dan kebun kakao (0.884), hutanmangrove dan kebun singkong (0.826),kebun kakao dan semak belukar (0.802),semak belukar dengan pemukiman(0.724), kebun singkong dengan tanah

Page 14: Persebaran Burung

450

Utaminingrum & Sulistyadi

terbuka (0.723), pemukiman dengan mataair (0.618), dan semak belukar denganmataair (0.660). Jika dilihat secaraspasial (Gambar 2) jarak antara titikpengamatan di masing-masing tutupanlahan tidak terlalu jauh. Jika diukurjaraknya masih di bawah 1000 meter,dimana beberapa jenis burung kawasantersebut masih dalam jangkauanterbangnya (home range).

Hasil analisis dengan menggunakankomponen utama (PCA) menunjukkanhubungan antara kehadiran jenis burungdengan variabel tutupan vegetasidipengaruhi oleh 3 komponen/faktorutama dengan total nilai keragamansebesar 72.560%. Komponen pertamamenjelaskan sebesar 47.490%,komponen kedua 17.425% dankomponen ketiga 7.645%. Dari hasil

Tabel 2. Perjumpaan jenis satwa burung pada berbagai tipe tutupan vegetasi di Pulau Moti

Keterangan: *) Sumber: Analisis Tutupan Lahan Kawasan Pulau Moti, Ternate, Maluku (Utaminingrum &Roemantyo 2010)

Kelurahan Tutupan Lahan*) Jumlah perjumpaan

jenis

Junmlah Individu

Titik Pengamatan

Cakupan ketinggian

(m dpl) Figur Kebun Campuran 8 20 10 50 Figur Pemukiman 9 18 9 50 Figur Kebun Kelapa 6 9 6 50 Motikota Hutan Sekunder 6 23 9 400 Motikota Kebun Campuran 21 82 44 200 Motikota Kebun kakao 5 18 10 50 Motikota Kebun Singkong 2 5 2 50 Motikota Mata Air 2 3 2 300 Motikota Semak 13 72 34 600 Tadenas Hutan Mangrove 1 1 1 50 Tadenas Hutan Sekunder 16 38 24 300 Tadenas Kebun Campuran 14 32 20 700 Tadenas Kebun Kenari 19 38 28 50 Tadenas Kebun Pala 5 6 5 50 Tadenas Kebun Singkong 5 11 5 100 Tafaga Hutan Mangrove 9 12 18 50 Tafaga Kebun Campuran 15 40 27 50 Tafaga Kebun Kelapa 4 4 4 50 Tafaga Semak Belukar 10 15 10 50 Tafaga Tanah Terbuka 5 6 5 50 Tafamutu Kebun Campuran 4 6 4 50 Tafamutu Pemukiman 9 17 12 50 Takofi Hutan Mangrove 4 6 4 50

 

Page 15: Persebaran Burung

451

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

Gambar 2. Peta Model elevasi digital tutupan lahan dan sebaran burung P. Moti.

analisis terhadap data jenis dan jumlahburung pada seluruh tipe tutupan vegetasidengan 13 komponen yang ada padaTabel 3 menunjukkan bahwa ada 3komponen faktor tutupan vegetasi yangpaling berpengaruh terhadap kehadiranjenis dan jumlah individu burung. Ketigafaktor tersebut adalah hutan mangrove,hutan sekunder, dan kebun campuran.Dari ketiga faktor tersebut tipe tutupanhutan sekunder merupakan yang palingbanyak di kunjungi oleh jenis burung,kemudian disusul dengan kebuncampuran dan yang terakhir adalah hutanmangrove

Tipe tutupan vegetasi yang berupahutan mangrove merupakan ekosistemyang spesifik dan berlokasi di kawasanpantai. Vegetasinya selalu hijau

sepanjang tahun dan jenis-jenis utamamangrove umumnya berbunga danberbuah sepanjang tahun (Backer danBakhuizen van den Brink, 1968). Jenis-jenis tersebut memang sebagai tempatberlindung dan mencari makan berbagaijenis satwa termasuk burung, terutamapada saat jenis vegetasi lain sedang tidakberbunga/berbuah atau musim kemarau/kering. Tipe tutupan vegetasi hutansekunder dan kebun campuran yangposisinya sering berdekatan/berbatasan dantumpang tindih perlu di analisis lebih rincipengaruhnya (Tabel 2 dan Gambar2).Untuk itu dibuat analisis untukmembedakannya dengan membuat grafikdiagram sebar.

Pada grafik diagram sebar (Gambar3 ab) terlihat ada hubungan antara tiap

Page 16: Persebaran Burung

452

Utaminingrum & Sulistyadi

faktor. Dari hubungan tiap faktor tersebutdiperoleh nilai komulatif yang paling besaryaitu hubungan faktor 1 dengan faktor 2.Hubungan antara kedua faktor tersebutdapat dilihat bahwa ada 3 jenis burung yangkehadirannya secara positif dipengaruhioleh tutupan vegetasi hutan sekunder,kebun campuran dan hutan mangroveyaitu burung madu hitam, perling ungudan perling maluku. Pada faktor initerlihat jenis burung madu hitammerupakan kelompok tersendiri yangdipengaruhi oleh tipe tutupan vegetasikebun campuran. Selain madu hitam adajenis burung lain yang seringmengunjungi tutupan vegetasi ini diantaranya gagak orru, kipasan kebun,perling ungu, kapasan halmahera, madusriganti, betet kelapa paruh besar danbondol jawa. Sedangkan jenis burung lainyang sering hadir pada tutupan vegetasihutan mangrove antara lain kekep babi,kepudang sungu kartula, kipasan kebun,

sikatan kilap, walik topi biru dan cekakakpantai.Pada hutan sekunder jenis burungyang hadir di antaranya perling ungu,perling maluku, nuri bayan, madu hitam,gagak orru dan betet kelapa paruh besar.

Jenis-jenis burung lain yang hanyaterlihat berkunjung sekali atau beberapakali hadir pada ketiga tutupan vegetasitersebut antaralain cekakak pantai,cekakak biru putih, burung gereja,tekukur biasa, gosong kelam, kepudanghalmahera, nuri bayan, walik raja,kepudang sungu kartula, julang irian,kancilan emas, kirik-kirik australia, kuntulkarang, dan wiwik rimba. Jenis-jenis inimenyebar rata di setiap tutupan vegetasidi kawasan pulau ini, terutama padasemak belukar dan tanah terbuka.Sedangkan jenis burung lain sepertidelimukan zamrud, elang alap cina, elangalap ekor totol, elang bondol, elang kecilmaluku, elang paria, kekep hitam, tuwur

Tabel 3. Matrik analisis komponen utama terhadap seluruh tutupan vegetasi

Komponen Tutupan Vegetasi 1 2 3

1 hutan mangrove .114 .890 .137 2 hutan sekunder .298 .241 .601 3 kebun campuran .127 .705 -.389 4 kebun kakao .950 -.101 -.084 5 kebun kelapa -.013 .082 .051 6 kebun kenari .384 -.193 .444 7 kebun pala .188 -.241 -.228 8 kebun singkong .389 .848 .037 9 mata air .931 -.142 -.223 10 pemukiman .768 .235 .183 11 semak .674 .257 .425 12 semak belukar .829 -.174 .203 13 tanah terbuka .012 .798 -.293  

Page 17: Persebaran Burung

453

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

Gambar 3. Grafik sebaran hubungan jenis burung dengan tipe tutupan vegetasi dengan nilaivarian pada faktor 1=47.490%, faktor 2 = 17.425%, dan fakor 3 = 7.645%

-1 0 1 2 3 4 5 6

Faktor 1

-2

0

2

4

6

Fakt

or 2

ab

cd

ef g

h

i

k

l

mnp

q

r

t

u

w

x

yaa bb ccee

ff

hh ii

-1 0 1 2 3 4 5 6

Faktor 1

-3

-2

-1

0

1

Fakt

or 3

a

b

c

d

e

fg

h

ij

kl

m

n

o

qrs

t

u

v

w

x

y

z

aa

bb

cc

dd

ee

ffhh

ii

jj

kk

Keterangan :a. betet kelapa paruh besar, b. bondol jawa, c. cekakak biru putih, d.cekakak pantai, e.delimukan zamrud, f. elang alap cina, g. elang alap ekor totol, h. elang bondol, i. elang kecil maluku, j.elang paria, l. gagak orru, m. gereja, n. gosong kelam, o. julang irian, p. kancilan emas, q. kapasanhalmahera, r. kekep babi, s. kepudang halmahera, t. kepudang sungu kartula, u. kipasan kebun, v.kirik-kirik australia, w. kuntul karang, x. madu hitam, y. madu sriganti, aa. Nuri bayan, bb. Perlingmaluku, cc. perling ungu, dd. kipasan kebun, ee. sikatan kilap, ff. tekukur biasa, gg. tuwur asia, hh.udang merah kerdil, ii. walik raja, jj. walik topi biru, kk. wiwik rimba.

Page 18: Persebaran Burung

454

Utaminingrum & Sulistyadi

asia, udang merah kerdil hanya terlihatmengelompok dan juga hanya beberapakali datang ke tutupan vegetasi kebuncampuran.

PEMBAHASAN

Kehadiran burung pada berbagaitipe tutupan lahan di pulau Motimenunjukkan bahwa ada salingketergantungan antara satwa burung danvegetasi. Paling tidak selama observasiyang dilakukan pada bulan Mei 2010 ada34 jenis burung yang ditemukan dikawasan ini. Umumnya jenis burungtersebut menghuni dataran rendahdibawah 200 m dpl.

Di kawasan ini banyak dijumpaikebun campuran dengan variasi jenistumbuhan yang cukup tinggi, karenaselain jenis-jenis tumbuhan yangdibudidayakan tidak jarang jugaditemukan jenis-jenis tumbuhan liar yangdibudidayakan seperti kenari, pala yangmerupakan jenis asli (Backer danBakhuizen v.d. Brink, 1968). Kawasanini umumnya berbatasan dengan hutan(hutan sekunder, semak, belukar). Daripengamatan lapangan tampak bahwasaat observasi dilakukan banyak di antaratumbuhan sedang berbunga dan berbuah.Adanya bunga dan buah juga menariksatwa lain seperti serangga yang umumnyamerupakan pakan dari jenis-jenis burung.Selain itu memang beberapa jenis buahjuga merupakan pakan satwa burungyang tampak dari aktifitas mereka dalammendapatkan pakan dan tempatberlindung/bermain.

Keterkaitan antara tutupan lahandengan kehadiran jenis burung sangat

dipengaruhi oleh faktor ketersediaansumber pakan, tingkat penutupan vegetasiserta heterogenitas jenis vegetasi.Berbagai jenis tumbuhan menghasilkanbunga dan buah yang merupakan sumberpakan jenis burung frugivora, selain ituberbagai jenis tumbuhan juga sangatdisukai oleh berbagai jenis serangga yangjuga merupakan pakan yang potensialbagi berbagai jenis burung insektivora.

Dari hasil analisis hubungan korelasiantara tutupan lahan tampak bahwabeberapa tipe tutupan lahan salingmemiliki keterdekatan jika ditinjau darivariasi dan jumlah kehadiran jenis burung.Beberapa kemungkinan adalah telahterjadi perubahan status fungsi kawasan(Roemantyo, 2010) sementara kondisilingkungan belum sepenuhnya berubahsecara total, sehingga jenis-jenis satwaburung masih sering berkunjungwalaupun tumbuhannya sudah mulaiberubah. Indikasi ini tampak daridekatnya kawasan hutan mangrovedengan kebun di dataran rendah yangumumnya ditanami dengan jenis tanamanpertanian seperti singkong. Dari citrasatelit yang diambil pada tahun 2006,tampak dengan jelas bahwa adaperbedaan status tutupan lahan dengankondisi terakhir pada bulan Mei 2010(Utaminingrum & Roemantyo 2010).

Pada beberapa lokasi tampakbahwa ada kemungkinan kawasan hutantelah berubah menjadi kebun antara lainkebun kakao. Demikian pula padakawasan mata air tampak sebelumnyaadalah kawasan hutan, begitu juga denganbeberapa semak belukar pada tahun 2006telah berubah menjadi pemukiman padasaat observasi lapangan.Indikasi

Page 19: Persebaran Burung

455

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

perubahan tipe ekosistem tampak darikehadiran dan jumlah jenis burung yangrelatif sama nilai koreksinya.

Hasil analisis dengan menggunakankomponen utama (PCA) tampak bahwaada 3 faktor utama yang berpengaruhterhadap kehadiran burung. Tutupanvegetasi hutan mangrove merupakankawasan yang penting bagi jenis burungterutama pada saat jenis-jenis vegetasilain tidak menghasilkan bunga/buah padamusim kemarau. Jenis-jenis burung yangmenghuni pada vegetasi semak belukarakan langsung menuju ke kawasan hutanmangrove yang selalu hijau. Tentunyatidak semua burung bisa menuju ke hutanmangrove karena keterbatasan kemampuanterbang baik secara horizontal maupunvertikal. Beberapa jenis burung di datarantinggi akan mengalami hambatan untukmencapai dataran rendah/pantai.Sebagian burung mungkin hanya mamputerbang sampai pada ketinggian tertentusaja. Kawasan yang relatif lebih mudahdijangkau oleh jenis-jenis burung yanghidup di dataran tinggi adalah hutansekunder dan kebun campuran yangumumnya terdapat pada ketinggian lebihdari 100 m dpl. karena itu kedua kawasanini juga cukup penting bagi penyediaansumber pakan. Demikian pula jenis-jenislain yang menyukai kawasan hutansekunder juga akan mendapatkan pakanyang cukup melimpah di kawasan inikarena tingginya keanekaragaman jenistumbuhan yang ada. Hutan sekunder disiniadalah hutan yang memiliki tajuk/kanopiyang rendah dan lebih banyak tumbuhanprimernya yang umumnya tidak terlalutinggi.

Dari grafik diagram sebar terlihatbahwa ada jenis-jenis burung yangcenderung mengelompok dan memisah-kan diri. Hal ini dikarenakan sebagianbesar pengelompokan dipengaruhi olehadanya faktor jenis, kerapatan danpenutupan vegetasi. Pada tipe tutupanvegetasi kebun campuran terlihat lebihmendominasi sebagian besar kawasandengan tingkat vegetasi yang lebih tinggisehingga menyebabkan lebih banyak jenisdan individu burung tercatat di tipetutupan vegetasi ini dibandingkan denganjenis burung yang tercatat ditipe tutupanvegetasi hutan mangrove dan hutansekunder. Pada grafik (Gambar 3) jugaterlihat adanya pengelompokan jenis-jenispredator seperti elang bondol, elang paria,elang alap ekor totol, elang alap cina,elang kecil maluku mengelompok menjadisatu pada tutupan vegetasi kebuncampuran. Keberadaan jenis burungpemakan biji dan serangga inikemungkinan besar akan menjadimangsa yang potensial bagi burung-burung pemangsa tersebut. Umumnyakebun campuran berisi berbagai jenistumbuhan yang menghasilkan buah danbiji seperti kenari, pala beberapa jenispohon buah-buahan dan palawija.Kawasan tutupan vegetasi kebuncampuran ini biasanya berbatasanlangsung dengan semak belukar yangmemiliki kanopi rendah. Kondisi inimemudahkan jenis-jenis predator dalammendapatkan mangsa sebagai pakanuntuk menunjang kelangsungan hidupnya.

Page 20: Persebaran Burung

456

Utaminingrum & Sulistyadi

KESIMPULAN

Ada kecenderungan ketergantunganjenis satwa burung dengan tipe tutupanvegetasi yang ada di pulau Moti. Darisekitar 34 jenis burung yang ditemukanmenunjukkan bahwa keberadaannyadipengaruhi paling tidak 3 tipe tutupan lahanutama yaitu hutan mangrove, hutansekunder, dan kebun campuran. Tercatatada 4 jenis burung endemik malukuterdapat di kawasan ini yaitu Elang kecilmaluku, cekakak biru putih, kapasanhalmahera dan walik topi biru.Ditemukannya jenis-jenis endemikkawasan lain mengindikasikan kawasanini dapat dikatakan masih cukup baikkondisi lingkungannya.

Pentingnya kawasan yangbervegetasi akan memberikan jaminanterjaga kehidupan satwa dan tumbuhandi pulau Moti ini, paling tidak kondisivegetasi pulau Moti masih bisamendukung kehidupan satwa burungselama setahun penuh. Bahkan jenis-jenis burung yang beasal dari pulau dankawasan yang jauh dari pulau initernyata ditemukan bisa hidup di kawasanini dengan baik. Dipihak lain vegetasidapat mengalami proses regenerasisecara alami yang tentunya dibantu olehsatwa burung yang melakukanpenyerbukan dan pemencaran biji.Hadirnya jenis burung tersebutmembuktikan lingkungan kawasan inimasih terjaga kualitasnya, meskipun adaindikasi perubahan fungsi kawasan hutanmenjadi kawasan budidaya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasihkepada Drs. Roemantyo dan Prof. Dr.Ibnu Maryanto yang telah membantupenulis dalam menganalisis data.Penelitian ini terlaksana berkat dana darianggaran DIPA Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan IPTEKDA tahun 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008 a. Statistik Kependudu-kan Kota Ternate. from http://www.ternatekota.go.id/?cont=Info-Kota&val=Statistik, 25 Mei 2010

Backer CA & RC. Bakhuizen van denBrink, 1968. Flora of Java I.N.V.P. Noordhoff, Groningen,Netherlands.

Bakosurtanal. 1999. Peta Rupa BumiDigital, Tata Guna Lahan, StatusLahan dan Topografi. Skala 1:250.000. Bakosurtanal.

Brian J. Coates & K. David Bishop, 1997.A Guide to the Birds of WallaceaSulawesi, the Moluccas andLesser Sunda Islands, Indone-sia. Dove Publications Pty. Ltd. 534hal.

Krebs, CJ. 1989. Ecological Metho-dology. Harper 8 Row Publisher,New York, 654 hal.

Re PPProt. 1989. Review of Phase IResults, Java and Bali. LandResources Departement, Over-seas Development AdministrationUnited Kingdom and DirektoratJendral Bina Program. Direk-torat

Page 21: Persebaran Burung

457

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung

Memasukkan : Juli 2010Diterima : September 2010

Jendral Penyiapan Pemu-kiman,Depatemen Transmigrasi. Jakarta.

Roemantyo, 2010. Model PemanfaatanLahan Pulau Moti, Kota Ternate,Maluku: Suatu Analisis TataRuang Berbasis Vegetasi. JurnalBiologi Indonesia 6(3) (Inpress).

Space Imaging 2006, IKONOS, LevelStandard Geometrically Corrected,GeoEye, 6/6/2006.

Sulistyadi, E 2010. Komunitas BurungPulau Moti Ternate Maluku Utara.Laporan IPTEKDA 2010. LIPI

Utaminingrum, H.I.P. & Roemantyo,2010. Analisis Tutupan LahanKawasan Pulau Moti, Ternate,Maluku. Laporan IPTEKDA2010.LIPI

Page 22: Persebaran Burung

458

Utaminingrum & SulistyadiL

ampi

ran

1. M

atrik

kor

elas

i ant

ara

tutu

pan

vege

tasi

den

gan

kete

rdap

atan

/keh

adira

n je

nis d

an ju

mla

h bu

rung

.

hu

tan

man

grov

e hu

tan

seku

nder

ke

bun

cam

pura

n ke

bun

kaka

o ke

bun

kela

pa

kebu

n ke

nari

kebu

n pa

la

kebu

n si

ngko

ng

mat

a ai

r pe

muk

iman

sem

ak

sem

ak

belu

kar

tana

h te

rbuk

a hu

tan

man

grov

e 1.

000

.354

.5

12

-.015

.0

86

-.024

-.3

37

.826

.0

04

.308

.2

69

-.077

.6

07

huta

n se

kund

er

.354

1.

000

-.162

.2

20

.119

.1

28

-.247

.3

34

.210

.3

16

.362

.1

62

.077

kebu

n ca

mpu

ran

.512

-.1

62

1.00

0 .0

86

.217

-.1

47

-.148

.4

95

.057

.2

33

.195

-.0

27

.509

kebu

n ka

kao

-.015

.2

20

.086

1.

000

-.031

.3

26

.154

.2

63

.884

.6

36

.569

.8

02

-.005

kebu

n ke

lapa

.0

86

.119

.2

17

-.031

1.

000

-.050

-.0

52

-.077

-.0

14

.002

.0

70

-.047

-.0

83

kebu

n ke

nari

-.024

.1

28

-.147

.3

26

-.050

1.

000

.150

.0

66

.258

.2

76

.311

.5

08

-.259

kebu

n pa

la

-.337

-.2

47

-.148

.1

54

-.052

.1

50

1.00

0 .0

13

.182

.0

34

.119

.2

22

.043

ke

bun

sing

kong

.8

26

.334

.4

95

.263

-.0

77

.066

.0

13

1.00

0 .2

38

.500

.4

42

.183

.7

23

mat

a ai

r .0

04

.210

.0

57

.884

-.0

14

.258

.1

82

.238

1.

000

.618

.4

75

.660

-.0

73

pem

ukim

an

.308

.3

16

.233

.6

36

.002

.2

76

.034

.5

00

.618

1.

000

.568

.7

24

.076

sem

ak

.269

.3

62

.195

.5

69

.070

.3

11

.119

.4

42

.475

.5

68

1.00

0 .5

43

.043

se

mak

be

luka

r -.0

77

.162

-.0

27

.802

-.0

47

.508

.2

22

.183

.6

60

.724

.5

43

1.00

0 -.1

20

tana

h te

rbuk

a .6

07

.077

.5

09

-.005

-.0

83

-.259

.0

43

.723

-.0

73

.076

.0

43

-.120

1.

000

 

Page 23: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan:JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata),PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPANTERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasukgambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Romanberukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalambentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α,β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalambahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplartanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harusdiikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisanpustaka acuan sebagai berikut :

Jurnal :Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate

production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.Buku :Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.Bab dalam Buku :Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,

& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.248-277.

Abstrak :Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak

Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42.Prosiding :Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease

ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional IndustriEnzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi :Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di

Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.Informasi dari Internet :Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information

for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 24: Persebaran Burung

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal

393

Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati

405

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi Roemantyo

415

Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati

429

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi

443

Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari

459