pertumbuhan ekonomi ketimpangan antar wilayah di …digilib.unila.ac.id/55545/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI
PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :
Pengujian Hipotesis Kuznets
(Skripsi)
Oleh
Thohir Hasan Putra
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRACT
ECONOMIC GROWTH AND REGIONS INEQUALITY IN LAMPUNG
AND SOUTH SUMATRA PROVINCE : EXAMINING KUZNETS
HYPOTHESIS
By
Thohir Hasan Putra
Inequality is a problem in development process which cant be removed, especially
in developing country. This research aims to compare inequality between
Lampung Province and South Sumatra Province, and to test the truth of Kuznets
hypotesis at both provinces. This study uses secondary data from 1985 until 2015,
williamson index used for measuring the inequality between the regions. The
results show that found the difference in gross regional domestic product per
capita between the two provinces tends to be decreased during the period 1985-
2015. The results showed that the Kuznets hypotesis in theory, as evidenced in
the province of lampung and had passed the turning point and have a positive
correlation between an index Williamson with gross regional domestic product
per capita, for the province of South Sumatra Kuznets hypotesis was not proven
and already past the turning point.
Keywords: Economic Growth, Kuznets Hypothesis, Region Inequality
Williamson Index.
ABSTRAK
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH
DI PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :
Pengujian Hipotesis Kuznets
Oleh
Thohir Hasan Putra
Ketimpangan merupakan permasalahan dalam proses pembangunan yang belum
dapat dihapuskan terutama pada negara yang sedang berkembang. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan ketimpangan antara Provinsi Lampung dan
Sumatra Selatan, dan untuk menguji kebenaran hipotesis Kuznets di kedua
provinsi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 1985-2015, untuk
mengukur tingkat ketimpangan antar wilayah diukur dengan Indeks Williamson,
ditemukan bahwa ketimpangan produk domestik regional bruto per kapita antara
kedua provinsi cenderung menurun selama periode 1985-2015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara teori, hipotesis Kuznets terbukti di Provinsi lampung
dan sudah melewati titik balik dan memiliki korelasi positif antara Indeks
Williamson dengan produk domestik bruto per kapita, untuk Provinsi Sumatra
Selatan hipotesis Kuznets tidak terbukti dan sudah melewati titik balik.
Kata kunci: Hipotesis Kuznets, Indeks Williamson, Ketimpangan Antar Wilayah,
Pertumbuhan Ekonomi.
PERTUMBUHAN EKONOMI KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI
PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA SELATAN :
Pengujian Hipotesis Kuznets
Oleh
Thohir Hasan Putra
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
Judul Skripsi : PERTUMBUHAN EKONOMI
KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI
PROVINSI LAMPUNG DAN SUMATRA
SELATAN : Pengujian Hipotesis Kuznets
Nama Mahasiswa : Thohir Hasan Putra
Nomor Pokok Mahasiswa : 1411021107
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Zulfa Emalia,S.E.,M.Sc
NIP 198505102010122 0 004
2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Nairobi, S.E., M.Si.
NIP 19660621 199003 1 003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. SSP Pandjaitan, S.E., M.Sc. ........................................
Penguji I : Dr. Arivina Ratih YT, S.E., M.M. ........................................
Penguji II : Emi Maimunah, S.E., M.Si. ........................................
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
NIP 19610904 198703 1 011
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 03 Desember 2018
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis
dengan sungguh-sungguh dan bukan merupakan penjiplakan hasil karya orang
lain. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka
saya sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Bandar Lampung, 03 Desember 2018
Thohir Hasan Putra
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Thohir Hasan Putra yang lahir di Bekasi pada tanggal 4 Oktober
1996, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Hasan
Thohir (Alm) dan Ibu Haziah.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2002 di TK Dewi Sartika
Sukabumi Indah, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Penulis
melanjutkan sekolah di SD Negeri 1 Metro Pusat, Metro yang diselesaikan pada
tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 31
Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011 dan Sekolah menengah Atas
(SMA) Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur PMPAP. Selama masa kuliah
penulis juga telah mengikuti beberapa kegiatan organisasi kampus, diantaranya
sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (Himepa). Pada
tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebesi
Kecamatan Tejang Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan nikmat yangdiberikan, ku persembahkan skripsi ini dengan segala ketulusan
dan kerendahan hati kepada:
Keluargaku tercinta Papa, Mama, dan Acik, yang penuh ketulusan selalu
menyayangi, mengasihi, dan memberikan motivasi untuk terus maju. Terima
kasih untuk semua perjuangan yang Mama berikan, untuk kesabaran,
pengertian dan kepercayaan yang begitu besar dalam mendukung semua
pencapaian penulis, serta doa yang tiada henti sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Para dosen yang telah begitu berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang
sangat berharga bagi penulis.
Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan saran, motivasi, dan
semangat untuk penulis.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTO
“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah
untuk dirinya sendiri.”
(QS Al-Ankabut [29]:6 )
“Work until you dont have to introduce yourself.”
(Keenan Pearce)
“Pressure is good for you.”
(Thohir Hasan)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan nikmat-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam
meraihgelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi ini
berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Wilayah di Provinsi
Lampung dan Sumatra Selatan”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung.
3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi,saran dan nasihat,
hingga skripisi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan saran, hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan masukan, motivasi, saran dan nasihat, hingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
motivasi, nasihat,dan bantuannya selama proses pendidikan penulis di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran yang bermanfaat selama perkuliahan.
9. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu
penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
10. Kedua orang tuaku, Papa Hasan Thohir dan Mama Haziah yang dengan
penuh kasih sayang selalu memberikan motivasi, dukungan, doa, dan
semangat untuk penulis, serta menjadi pendorong bagi penulis untuk tidak
menyerah dalam mengejar cita-cita untuk membanggakan Ayah dan Bunda.
11. Saudariku Acik, yang telah memberikan dukungan, inspirasi, penghiburan,
dan selalu dengan besar hati mendengarkan keluh kesah penulis.
12. Sahabat-sahabatku, Fatra, Hada, Dandy, Kodem, Dahasrul dan Ucok, yang
selalu menemani, tertawa bersama, berbagi segala hal dan menjaga penulis
selama menempuh pendidikan di kampus ini.
13. Sahabat seperjuangan, Halvis, Dawami, Murni dan Citra, terima kasih telah
berjuan bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.
14. Sahabatku sejak hari pertama kuliah, Ghani, Renaldi, Imanez, Anong, Farid,
Afwan, Rahmad, Agus, Rizo, Hisyam, Udin, Ruli, Sophi, Tia, Raniken,
Dewi, Benny, Lutfi, Aldi, Ifan, Sule, Aji, Vickry, Eno, Sarah, Arya, Ade dan
Ridho yang telah memberikan dukungan untuk penulis.
15. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014 yang belum dapat penulis
tuliskan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan kepada penulis.
Sukses untuk kita semua.
16. Keluarga KKN Pulau Tejang Sebesi Lampung Selatan, Aswan, Okta, Juniko,
Arif, Dimas, Yogi, Hendra, Ikhsan, Amar, Eka, Tia, Widia dan Syntia.
Terima kasih atas pembelajaran hidup selama 40 harinya.
17. Best Partner, Safa Adhytia. Terima kasih atas segala kesabaran dan dukungan
untuk penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan,akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 03 Desember 2018
Penulis,
Thohir Hasan Putra
NPM. 1411021107
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi ............................................................... 11
B. Pembangunan Ekonomi Daerah ..................................................... 12
C. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 13
D. Teori Pertumbuhan Ekonomi ........................................................ 16
1. Model Pertumbuhan Neo-Klasik ............................................... 16
2. Teori Myrdal Mengenai Dampak Balik .................................. 18
E. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 19
1. Produk Domestik Bruto…………………………….. .............. 19
2. Produk Domestik Regional Bruto ……………………… ... …. 20
F. Ketimpangan Wilayah ................................................................... 20
1. Kuznets…………………………………………… .................. 22
2. Williamson………………………………………………. ....... 24
3. Indeks Gini ………………………………………………… .. 25
4. Indeks Theil…………………………………………. ............. 26
G. Ukuran Ketimpangan ................................................................... 28
1. Size Distribution…………………………………………… ... 28
2. Kurva Lorenz…………………………………………… ........ 28
3. Indeks Gini…………………………………………… ............ 29
4. Indeks Williamson…………………………………………… 29
ii
5. Indeks Theil…………………………………………… ........... 30
H. Faktor Penyebab Ketimpangan .................................................... 31
I. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 33
J. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 34
K. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 36
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 37
B. Penyamaan Tahun Dasar PDRB ..................................................... 37
C. Metode Analisis Data ...................................................................... 38
D. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................ 41
E. Pengujian Statistik ........................................................................ 45
1. Uji t Statistik ............................................................................... 45
2. Uji F……………. ……….......................................................... 46
3. Koefisien Determinasi (R2 ........................................................... 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Ketimpangan Antar Wilauyah................................................. 48
1. Tingkat Ketimpangan Wilayah di Provinsi Lampung ................ 48
2. Tingkat Ketimpangan Wilayah di Provinsi Sumatra Selatan ...... 52
B. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................. 55
1. Hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung……………………….. 55
2. Hipotesis Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan……………….. 58
C. Hasil Regresi................................................................................... 62
1. Hasil Regresi Hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung……….. 62
2. Hasil Regresi Hipotesis Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan... 65
D. Pembahsan……………………................................................. 68
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 76
B. Saran ................................................................................................ . 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata Indeks Gini dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
di Pulau Sumatra Tahun 2001-2015 ..................................................... 4
2. Produk Domestik Bruto per Kapita Provinsi di Pulau Sumatra
Tahun 2001-2015 ................................................................................. 5
3. Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi Lampung
dan Sumatra Selatan Tahun 1985-2015 .............................................. 7
4. Penilitian Terdahulu ............................................................................. 33
5. Ketimpangan Wilayah dan Pertumbuhan Ketimpangan di
Provinsi Lampung ............................................................................... 49
6. Ketimpangan Wilayah dan Pertumbuhan Ketimpangan di
Provinsi Sumatra Selatan… ................................................................. 52
7. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Lampung .......................................... 55
8. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Lampung .............................. 56
9. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Lampung ....................................... 57
10. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Lampung ................................ 58
11. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Sumatra Selatan ............................... 58
12. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Sumatra Selatan ................... 59
13. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Sumatra Selatan ............................ 60
14. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Sumatra Selatan ..................... 62
15. Hasil Perhitungan Regresi di Provinsi Lampung ................................. 62
16. Hasil Uji t-Statistik di Provinsi Lampung ............................................ 64
17. Hasil Uji F-Statistik di Provinsi Lampung ........................................... 64
18. Hasil Perhitungan Regresi di Provinsi Sumatra Selatan ...................... 65
19. Hasil Uji t-Statistik di Provinsi Sumatra Selatan ................................. 67
20. Hasil Uji F-Statistik di Provinsi Sumatra Selatan ................................ 67
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Lorenz……………….......................................................... ..... 29
2. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 36
3. Kurva Kuznets di Provinsi Lampung ................................................... 69
4. Kurva Kuznets di Provinsi Sumatra Selatan ........................................ 71
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Penelitian di Provinsi Lampung .................................................. L1
2. Data Penelitian di Provinsi Sumatra Selatan ........................................ L2
3. Perhitungan Indeks Williamson di Provinsi Lampung ........................ L3
4. Perhitungan Indeks Williamson di Provinsi Sumatra Selatan.............. L4
5. Hasil Regresi di Provinsi Lampung ..................................................... L5
6. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Lampung .......................................... L6
7. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Lampung .............................. L7
8. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Lampung ....................................... L8
9. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Lampung ................................ L9
10. Hasil Regresi di Provinsi Sumatra Selatan .......................................... L10
11. Hasil Uji Normalitas di Provinsi Sumatra Selatan ............................... L11
12. Hasil Uji Heterokedastisitas di Provinsi Sumatra Selatan ................... L12
13. Hasil Uji Autokorelasi di Provinsi Sumatra Selatan ............................ L13
14. Hasil Uji Multikolinearitas di Provinsi Sumatra Selatan ..................... L14
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketimpangan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pada awal disebabkan oleh perbedaan
kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat
pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan tersebut kemampuan suatu
daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Sehingga di setiap daerah terdapat wilayah
maju (development region) dan wilayah terbelakang (underdevelopment region)
(Sjafrizal dalam Simbolon, 2017).
Ketimpangan antar wilayah selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Aspek ketimpangan antar
wilayah ini perlu ditanggulangi melalui formulasi kebijakan pembangunan
wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ketimpangan antar wilayah
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk yang akhirnya
menghasilkan pendapatan perkapita dan dijadikan sebagai salah satu indikator
tingkat kesejahteraan (Sjafrizal dalam Simbolon, 2017).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu tekad masyarakat untuk berupaya
mencapai kehidupan yang lebih baik dalam peningkatan ketersediaan serta
perluasan distribusi berbagai barang pokok, peningkatan standar hidup secara
2
ekonomis dan sosial. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,
serta pengentasan kemiskinan. Dalam pembangunan ekonomi diartikan sebagai
peningkatan dalam pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan
PDB pada suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk,
sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDB, tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat
pertambahan penduduk (Todaro, 2004:21).
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi
pendapatan yang merata. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan
melihat Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas
dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap
ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Sejak diberlakukannya UU RI No 32
dan 33 tahun 2004, peranan pemerintah daerah sangat dominan dalam
menentukan kebijakan daerahnya sehingga memungkinkan terjadi ketimpangan
regional. Laju pertumbuhan ekonomi yang beragam akan berdampak kepada
ketimpangan regional. Ketimpangan regional yang terjadi muncul karena tidak
meratanya dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan antar wilayah yaitu adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang
kurang maju (Suryana dalam Masli, 2008).
3
Kuznets adalah ekonom pertama yang menunjukkan adanya hubungan antara
ketimpangan pendapatan dan pendapatan per kapita sekaligus memperkenalkan
gagasan tentang hubungan antara ketimpangan dan pembangunan. Hipotesis
tersebut menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan awalnya muncul bersamaan
dengan pembangunan ekonomi, tetapi setelah mencapai titik maksimumnya
kemudian jatuh pada tahap pembangunan ekonomi selanjutnya. Sehingga
hubungan antara ketimpangan pendapatan dan pendapatan rata-rata dinyatakan
sebagai PDB per kapita yang memiliki bentuk kurva U yang terbalik (Kuznets
dalam Melikhova dan Cizek, 2014).
Kuznets berpendapat bahwa dalam tahap awal perkembangan, orang kaya
mengumpulkan kekayaan (wealth) lebih banyak dari pada orang miskin.
Akibatnya, distribusi pendapatan menjadi kurang merata. Kuznets menunjukkan
bahwa pembangunan melibatkan pergeseran penduduk dari yang tradisional
menuju moderen. Proses pergeseran penduduk dari yang berpartisipasi pada
produksi pertanian menuju produksi industri membuat Kuznets memprediksi
perilaku ketimpangan selama pembangunan namun, Kuznets menyatakan bahwa
ketika level pendapatan agregat telah mencapai tingkat tertentu, tingkat
ketimpangan pendapatan mengalami off dan akhirnya berkurang selama tahap
terakhir pembangunan. Menurut Kuznets distribusi pendapatan akan meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan rangkaian dari perubahan
kecenderungan distribusi pendapatan dengan ukuran koefisien Gini dan
pertumbuhan PDB perkapita yang akan terlihat seperti kurva yang berbentuk
seperti huruf U terbalik (Kuznets dalam Kulkarni, 2006).
4
Berikut ini tabel yang memperlihatkan rata-rata Indeks Gini dan rata-rata
Pertumbuhan Ekonomi menurut Provinsi di Pulau Sumatra dari tahun 2001–2015.
Tabel 1. Rata-rata Indeks Gini dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi di Pulau Sumatra Tahun2001 - 2015
Provinsi
Rata-rata Rata-rata
Pertumbuhan Indeks Gini
Ekonomi (%)
Aceh 0,21 0,275 Sumatra Utara 5,67 0,320 Sumatra Barat 5,64 0,316 Riau 3,30 0,326 Jambi 6,36 0,307 Sumatra Selatan 4,82 0,334 Bengkulu 5,71 0,335 Lampung 5,36 0,349 Kep.Bangka 5,36 0,260 Kep.Riau 6,55 0,270 Rata-rata 4,89 0,3092
Nasional 5,26
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.
Tabel 1 memperlihatkan rata-rata indeks gini dan rata-rata pertumbuhan ekonomi
provinsi di Pulau Sumatra pada tahun 2001-2015. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
provinsi di Pulau Sumatra sebesar 4,89 persen yang berada di bawah rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,26 persen. Rata-rata pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kep.Riau merupakan yang tertinggi sebesar 6,55 persen.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah adalah Provinsi Aceh sebesar
0,21 persen. Terdapat 7 provinsi yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi di
atas rata-rata pertumbuhan nasional sebesar 5,26 persen. Meskipun memiliki rata-
rata pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan nasional
ketidakmerataan pendapatan antar provinsi masih saja terjadi, hal ini dapat dilihat
dari rata-rata indeks gini. Rata-rata indeks gini Provinsi Lampung menunjukkan
5
angka tertinggi di Pulau Sumatra sebesar 0,349 diikuti Provinsi Bengkulu sebesar
0,335 dan Provinsi Sumatra Selatan sebesar 0,334 yang menunjukkan
ketimpangan antar wilayah provinsi di Pulau Sumatra cenderung tinggi.
Fenomena yang menarik terjadi di Provinsi Lampung, dimana rata-rata
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung sebesar 5,36 yang berada di atas rata-
rata nasional namun ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan oleh angka indeks
gini merupakan yang tertinggi di Pulau Sumatra. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis Kuznets yang menyatakan bahwa distribusi pendapatan akan meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Fenomena yang menarik juga terjadi di
Provinsi Sumatra Selatan dimana rata-rata angka indeks gini provinsi ini
menunjukkan urutan tertinggi ketiga di Pulau Sumatra. Salah satu indikator untuk
mengukur distribusi pendapatan yaitu dengan melihat pendapatan perkapita yang
ditunjukan melalui data Produk Domestik Bruto per Kapita (PDRB per Kapita).
Berikut ini tabel yang menunjukkan data PDRB per kapita provinsi di Pulau
Sumatra.
Tabel 2. Produk Domestik Bruto per Kapita Provinsi di Pulau Sumatra
Tahun 2001-2015 (Rupiah)
Provinsi 2001 2008 2015
Rata-rata
PDRB per
kapita
Aceh 4.943,03 6.296,28 22.523,41 12.596,16
Sumut 6.029,99 8.263,33 31.637,41 15.755,39
Sumbar 5.506,85 7.419,04 27.077,95 13.620,91
Riau 5.995,89 8.187,94 70.769,78 32.927,43
Jambi 3.530,75 4.636,13 36.753,23 15.741,08
Sumsel 4.549,62 6.199,19 31.549,30 14.805,05
Bengkulu 3.423,43 4.460,48 20.302,48 9.768,40
Lampung 3.482,27 4.555,94 24.581,68 11.319,24
Kep.Bangka 7.339,53 8.387,91 33.479,77 17.357,03
Kepri - 22.952,33 78.616,07 45.115,73
Nasional 17.876,99
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.
6
Berdasarkan Tabel 2, memperlihatkan bahwa perkembangan PDRB per kapita dan
provinsi di Pulau Sumatra yang menunjukkan tren positif selama kurun waktu 15
tahun. Secara fenomena terlihat bahwa Provinsi Sumatra Selatan mempunyai
PDRB per kapita yang jauh lebih tinggi dari Provinsi Lampung, tetapi memiliki
kesamaan yaitu PDRB per kapita dibawah PDRB nasional sebesar Rp.17.876.99.
Kedua wilayah tersebut dipilih untuk dilakukan penelitian, dimana Provinsi
Lampung merupakan karesidenan Provinsi Sumatra Selatan hal ini yang
mendasari dua wilayah tersebut berdasarkan latar belakang sejarah dipilih sebagai
wilayah penelitian. Provinsi Lampung terbentuk pada tanggal 18 Maret 1964
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian
menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung
masih bergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan Provinsi Sumatra
Selatan terbentuk pada tanggal 12 September 1950. Wilayah Provinsi Sumatra
Selatan dahulu masih mencakup Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.
Ketiga wilayah tersebut selanjutnya menjadi provinsi tersendiri.
Provinsi Lampung secara administratif dahulu masih merupakan bagian dari
karesidenan Provinsi Sumatra Selatan pada tahun 1947. Berdasarkan latar
belakang sejarah tersebut kedua provinsi memiliki kedekatan sejarah satu sama
lain, sehingga hal ini menarik untuk dilakukan penelitian dengan sasaran
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan di kedua wilayah tersebut. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam
pengalokasian dana pembangunan yang dapat dikembangkan serta berfokus pada
pemerataan pembangunan. Berikut ini data yang menunjukkan rata-rata PDRB per
kapita kabupaten/kota di masing-masing provinsi.
7
Tabel 3. Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten/kota di Provinsi Lampung
dan Sumatra Selatan Tahun 1985-2015 (Rupiah)
Kabupaten/kota
Lampung
Rata-rata
PDRB
Kabupaten/kota
Sumatra Selatan
Rata-rata
PDRB
per kapita per kapita
Lampung Barat 10.277.725
OKU 12.411.080
Tanggamus 10.502.272
OKI 10.162.987
Lampung Selatan 13.040.911
Muara Enim 24.803.701
Lampung Timur 18.516.272
Lahat 15.577.361
Lampung Tengah 18.481.958
Musi Rawas 15.212.056
Lampung Utara 12.241.344
Musi Banyuasin 31.317.386
Way Kanan 13.894.820
Banyuasin 15.402.585
Tulang Bawang 22.632.494
Oku Selatan 11.159.259
Pesawaran 17.810.057
Oku Timur 10.322.362
Pringsewu 14.217.896
Ogan Ilir 11.882.846
Tulang Bawang B 24.730.115
Empat Lawang 9.840.733
Mesuji 21.894.125
Penukal Abab ilir 20.444.752
Bandar Lampung 18.840.625
Musi Rawas U 25.049.894
Metro 16.031.790
Palembang 21.779.311
Pesisir Barat 15.859.391
Prabumulih 20.038.779
Pagar Alam 11.437.872
Lubuk Linggau 12.787.632
Sumber : Badan Pusat Statistik 2015, diolah.
Provinsi Lampung adalah provinsi yang terletak paling selatan di Pulau Sumatra
yang memiliki letak geografis yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra
Selatan. Indikasi awal terjadinya ketimpangan antar kabupaten/kota di kedua
provinsi ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 3, PDRB per kapita masing-masing
kabupaten/kota di kedua provinsi ini menunjukkan distribusi yang tidak merata
dimana terdapat wilayah yang PDRB per kapita nya sangat tinggi dibandingkan
wilayah lain dan terdapat wilayah yang PDRB per kapita nya sangat rendah
dibandingkan wilayah lainnya. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan wilayah
yang memiliki rata-rata PDRB per kapita tertinggi sebesar Rp31.317.386,
sedangkan Kabupaten Empat Lawang memiliki rata-rata PDRB terendah sebesar
Rp9.840.773.
8
Ketimpangan wilayah yang terjadi antar kabupaten/kota di masing-masing
provinsi menarik untuk diteliti untuk mengetahui seberapa besarkah ketimpangan
yang terjadi di wilayah tersebut. Sehingga isu tentang ketimpangan antar wilayah
ini masih menjadi isu strategis di kedua wilayah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan
teknologi, institusional terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro,
2004:99).
Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat mengukur prestasi dari perkembangan
suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi itu tercermin dari PDB rill yang merupakan indikator
utama untuk melihat sejauh mana pertumbuhan ekonomi telah meningkat. Apabila
PDB riil meningkat maka seluruh kegiatan ekonomi dapat terpenuhi, sehingga
proses-proses ekonomi menjadi lancar yang pada akhirnya pendapatan masyarakat
meningkat yang secara otomatis diikuti oleh kesejahteraan yang meningkat.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan
dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi
antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula
ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah. Hasil hipotesis Kuznets
mengatakan bahwa ada korelasi positif atau negatif panjang antara tingkat
pendapatan perkapita dengan tingkat pemerataan distribusi pendapatan. Relasi
9
antara tingkat kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita
berbentuk U terbalik, yang menyatakan bahwa dimana pada saat pendapatan
perkapita meningkat, akan terjadi peningkatan kesenjangan pendapatan, lalu
bertahan dalam jangka waktu tertentu dan kemudiam berkurang seiring
membaiknya pendapatan perkapita (Todaro dalam Yuliani, 2015).
Penelitian tentang ketimpangan antar wilayah sudah banyak dilakukan salah satu
contoh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2015) telah membuktikan
adanya hubungan negatif pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan wilayah
dan hipotesis Kuznets berbentuk U terbalik terbukti untuk Provinsi Kalimantan
Timur. Mudrajat (2003) dalam penelitiannya menggunakan indeks Williamson
untuk mengukur ketimpangan terhadap PDRB di Kabupaten Banyumas
membuktikan kurva U terbalik. Angelia (2010) meneliti tentang ketimpangan
yang terjadi di DKI Jakarta dan membuktikan kebenaran hipotesis Kuznets.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, terdapat pada lokasi
penelitian dan terdapat dua wilayah penelitian. Untuk mengetahui ketimpangan
yang terjadi pada penelitian ini menggunakan Indeks Williamson. Untuk
mengetahui apakah terjadi ketimpangan pada tahap awal pembangunan
menggunakan hipotesis Kuznets .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing
provinsi ?
2. Apakah Hipotesis Kuznets terbukti di Provinsi Lampung dan Provinsi
Sumatra Selatan ?
10
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu.
1. Untuk menganalisis ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing
provinsi.
2. Untuk menganalisis Hipotesis Kuznets apakah terbukti di Provinsi Lampung
dan Provinsi Sumatra Selatan.
D. ManfaatPenelitian
1. Merupakan suatu pembelajaran yaitu mengnalisis pengaruh Hipotesis Kuznets
terhadap ketimpangan antar daerah. Sehingga penulis dapat mempraktekan
teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan
masalah.
2. Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi dalam menganalisis
ketimpangan wilayah terhadap pertumbuhan ekonomi .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang
yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses dimana pendapatan per kapita suatu negara meningkat
selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang
hidup di bawah “garis kemiskinan absolut” tidak meningkat dan distribusi
pendapatan tidak semakin timpang. Peningkatan pendapatan per kapita dalam
jangka panjang merupakan kunci dalam melihat suatu pengertian pembangunan
ekonomi. Proses pembangunan paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu 1)
peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan
hidup yang pokok; 2) peningkatan standar hidup; dan 3) perluasan pilihan-pilihan
ekonomis dan sosial.
Disamping memiliki tujuan inti, pembangunan secara garis besar memiliki
indikator-indikator kunci yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial, yang termasuk sebagai indikator
ekonomi adalah GNP per kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita
dengan Purchasing Power sedangkan yang termasuk indi kator sosial adalah
12
Human Development Index (HDI) dan Physical Quality Life Index (PQLI) atau
indeks mutu hidup (Kuncoro, 2006:28-30).
B. Pembangunan Ekonomi Daerah
Arsyad (2010:374) mengartikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan ekonomi dengan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah
merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-
institusi baru, pembanguan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga
kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-
perusahaan baru.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan
untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumberdaya publik yang tersedia di
daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai sumberdaya-sumber daya swasta secara bertanggung
jawab.Dalam pembangunan ekonomi daerah diperlukan campur tangan
pemerintah.Apabila pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh
seluruh daerah secara merata (Arsyad, 2010:159).
Menurut Arsyad (1997:167) keadaan sosial ekonomi yang berbeda disetiap daerah
akan membawa implikasi bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk tiap
13
daerah berbeda pula. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah,
mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan daerah. Ekspansi ekonomi suatu
daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah lain,
karena tenaga kerja yang ada, modal, perdagangan, akan pindah kedaerah yang
melakukan ekspansi tersebut seperti yang diungkapkan Jhingan (2010:211-212)
mengenai dampak balik pada suatu daerah.
C. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2012: 29) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan
pendapatan nasional riil semakin berkembang.Tingkat pertumbuhan ekonomi
menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun
tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun
sebelumnya. Sementara itu, Menurut Arsyad (2010) Pertumbuhan ekonomi yaitu
kenaikan Gross Domestik Bruto (GDP) dan Gross National Bruto (GNP) tanpa
memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau sistem kelembagaan.
Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari negara yang bersangkutan. untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari indikator keberhasilan suatu
proses pembangunan ekonomiyang terjadi pada suatu negara atau wilayah.
14
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi tidak identik dengan pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya salah satu syarat dari banyak syarat yang
diperlukan dalam proses pembangunan ekonomi. pertumbuhan ekonomi hanya
mencatat peningkatan kapasitas penawaran atau produksi barang dan jasa yang
berdasarkan pada peningkatan teknologi, penyesuaian ideologi dan kelembagaan
yang dibutuhkan. Sedangkan pembangunan ekonomi mencakup perubahan pada
komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan dan alokasi sumber daya
produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola distribusi
kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan
pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh
(Todaro, 2006:11-12).
Menurut Suryana (2000: 31), ada empat roda atau faktor yang dapat memengaruhi
pertumbuhan ekonomi, antara lain:
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dilengkapi dengan ketrampilan dan sikap mental
terhadap pekerjaan, serta kemampuan untuk berusaha sendiri merupakan
modal utama bagi terciptanya pembangunan.Peningkatan GNP sangat
berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia seperti terlihat dalam
efisien dan produktivitas. Oleh karena itu pembentukan modal insani, yaitu
suatu proses peningkatan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
seluruh penduduk mutlak diperlukan. Hal tersebut mencakup
kesehatan,pendidikan,dan pelayanan sosial pada umum nya. (Jhingan,
1998:96)
15
2. Sumber Daya Alam
Sumber-sumber alam ini meliputi rumah,mineral,iklim,bahan bakar,yang
sering dikenal dengan sumber-sumber fisik.Tersedianya sumber alam secara
melimpah belum cukup bagi pertumbuhan ekonomi.Apa yang diperlukan
adalah pemanfaatan nya (Jhingan, 1998:86). Sumber alam sebenarnya dapat
dikembangkan semaksimal mungkin melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan
kemajuan ilmu teknologi yang sekaligus dapat memperbaiki sumber daya
manusia sebagai subjek dan objek pembangunan yang handal.
3. Pembentukan Modal
Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk mesin-mesin,
perusahaan-perusahaan,pabrik-pabrik,jalan raya dan infrastruktur lainnya.
Menurut Jhingan bahwa pembentukan modal seperti ini bersifat komulatif
dan membiayai diri sendiri,sekali diciptakan pembentukan modal, maka
proses ini akaan berkesinambungan menciptakan modal baru. Proses ini
menurut Jhingan (1988:88) mecakup tiga tahap yang saling berkaitan.
Keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya, mempergunakan tabungan
untuk investasi barang modal.
4. Teknologi dan Kewirausahaan
Perubahan teknologi secara langsung ataupun tidak akan berkaitan dengan
perubahan dalam metode produksi,sebagai hasil dari teknik penelitian baru.
Perubahan teknologi telah menaikan produktivitas buruh modal, dan faktor
produksi lainnya. Kuznets telah mencatat lima pola penting pertumbuhan
teknologi di dalam ekonomi modern. Penemuan ilmiah atau penyempurnaan
16
pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaan, penyebarluasan
penemuan yang biasanya diikuti dengan penyempurnaan.
D. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
1. Teori PertumbuhanNeoklasik
Teori neoklasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber pada
penambahan dan perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
agregat. Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom
yaitu : Robert Solow dan Trevor Swan. Teori pertumbuhan ini juga
menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan
teknologi merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut
teori neoklasik membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a) Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi
b) Pengaruh teknologi dalam pertumbuhan ekonomi
c) Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam pertumbuhan
ekonomi
Teori neoklasik memiliki pandangan dari sudut yang berbeda dari teori klasik
yaitu dari segi penawaran. Pertumbuhan ekonomi ini bergantung kepada
fungsi produksi, persamaan ini dinyatakan dengan:
Y = TKα
tL1
t
Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang
bekerja dan T adalah teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan
secara eksogen maka model neo klasik Solow juga disebut model
17
pertumbuhan eksogen. Model Solow memiliki beberapa kekurangan dan untuk
memperbaikinya dengan memecah total faktor produksi dengan memasukan
variabel lain, dimana variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang
terjadi. Model ini disebut model pertumbuhan endogen.Model pertumbuhan
endogen beranggapan bahwa perdagangan internasional penting sebagai faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Model perdagangan internasional
diukur melalui aktifitas ekspor dan impor, yaitu:
Y= F(Ai,Ki,Li)
Dimana Y adalah output, A adalah indeks produktifitas, K adalah modal, L
adalah angkatan kerja yang bekerja, i adalah tahun, sedangkan indeks
produktifitas (A) adalah fungsi dari ekspor (X) dan impor (M), yaitu
Ai=F(Xi,Mi)
Model Solow hanya dapat menerangkan hubungan modal dan angkatan kerja
yang bekerja, sehingga ditambahkan lagi variabel mutu modal manusia untuk
membantu menjelaskan pola pertumbuhan ekonomi selain modal dan
angkatan kerja, yaitu
Y=TKα
t Lβ
t H1-α-β
Dimana Y adalah output, Kadalah modal, Ladalah tenaga kerja, T adalah
teknologi dan H adalah modal manusia. Penganut Model Neo-Klasik (dalam
Sjafrizal, 2008) beranggapan bahwamobilitas faktor produksi, baik modal
maupun tenaga kerja, pada permulaan prosespembangunan adalah kurang
lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerjaahli cenderung
terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga ketimpanganpembangunan
18
regional cenderung melebar (divergence). Akan tetapi bila
prosespembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya prasarana dan
fasilitaskomunikasi maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan
semakin lancar.Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutan
telah maju makaketimpangan pembangunan regional akan berkurang
(convergence).
2. Teori Myrdal Mengenai Dampak Balik
Jhingan (2010:211-212), berpendapat bahwa pembangunan ekonomi
menghasilkan suatu proses sebab menyebab sirkuler yang membuat si kaya
mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal di
belakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash effect)
cenderung membesar dan dampak sebar(spread effect) semakin mengecil.
Semakinkumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan
internasional dan menyebabkan ketimpangan regional di negara negara
terbelakang.Myrdal mendefinisikan dampak balik (backwash effect) sebagai
semua perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi suatu ekonomi
disuatu tempat karena sebab-sebab di luar tempat itu. Dalam istilah ini Myrdal
memasukkan dampak migrasi, perpindahan modal, dan perdagangan serta
keseluruhan dampak yang timbul dari proses sebab akibat sirkuler antara
faktor ekonomi dan non ekonomi. Dampak sebar (spread effect) menujuk pada
momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat
pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya.Sebab utama
ketimpangan regional menurut Myrdal adalah kuatnya dampak balik dan
lemahnya dampak sebar di negara terbelakang.Ketimpangan regional
19
berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan motif laba. Motif
laba ini lah yang mendorong berkembang nya pembangunan berpusat di
wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sementara wilayah lain
tetap terlantar.
E. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenarnya atas
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Dengan
demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu
negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Domestik Bruto atau
Produk Nasional Bruto.
1. Produk Domestik Bruto
Bagi negara-negara berkembang, konsep Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Gross Domestic Product (GDP) merupakan suatu konsep yang paling penting
jika dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk
Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang
diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Dalam suatu perekonomian, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya
dihasilkan oleh perusahaan milik warga negara tersebut melainkan juga
perusahaan miliki warga negara lain. Pada umumnya, hasil produksi nasional
juga berasal dari faktor-faktor produksi luar negeri.Output yang dihasilkan
merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu
negara.Oleh sebab itu, nilai produksi yang disumbangkan perlu dihitung dalam
pendapatan nasional.
20
2. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan sebagai alat ukur
pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk.Hal
ini disebabkan perhitungan PDRB yang lebih menyempit dari perhitungan
PDB.PDRB hanya mengukur pertumbuhan perekonomian di lingkup wilayah,
pada umumnya wilayah provinsi atau kabupaten.
F. Ketimpangan Wilayah
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi
ketimpangan (disparity).Peningkatan pendapatan per kapita memang
menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah.Namun meningkatnya
pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan
lebih merata.Seringkali di negara-negara berkembang dalam perekonomiannya
lebih menekankan penggunaan modal dari pada tenaga kerja sehingga keuntungan
dari perekonomian tersebut hanya dinikmati sebagian masyarakat saja.Apabila
ternyata pendapatan nasional tidak dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan
masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketimpangan (Hartono,
2008).
Ketimpangan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah.Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan
kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat
pada masing-masing wilayah. Adanya perbedaan ini menyebabkan kemampuan
suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Oleh
21
karena itu pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Developed Region)
dan wilayah terbelakang (Underdeveloped Region) (Sjafrizal, 2008).
Kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat, sebab
kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugrah awal
(endowment factor).Perbedaan ini yang menyebabkan tingkat pembangunan di
berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda.
Secara teoritis, permasalahan ketimpangan antar wilayah mula-mula dimunculkan
oleh Douglas C. North dalam analisanya tentang Teori Pertumbuhan Neo
Klasik.Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan
antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan ketimpangan
pembangunan antar wilayah.Hipotesa ini kemudian lebih dikenal sebagai
Hipotesa Neo-Klasik (Sjafrizal, 2008).
Menurut Hipotesa Neo-Klasik, pada permulaan proses pembangunan suatunegara,
ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Prosesini akan
terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu,bila proses
pembangunan terus berlanjut maka secara berangsur-angsurketimpangan
pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Berdasarkan hipotesa ini,
bahwa pada negara-negara sedang berkembang umumnyaketimpangan
pembangunan antar wilayah cenderung lebih tinggi, sedangkan pada negara maju
ketimpangan tersebut akan menjadi lebih rendah. Dengan kata lain, kurva
ketimpangan antar wilayah adalah berbentuk huruf u terbalik.
Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini kemudian diuji kebenarannya oleh
Williamson pada tahun 1965 melalui studi tentang ketimpangan pembangunan
22
antar wilayah pada negara maju dan negara sedang berkembang dengan
menggunakan data time series dan cross section.Williamson (1965) menjadi orang
pertamayang mencoba membuktikan hipotesis U terbalik dengan menggunakan data
antarwilayah. Dengan mendasarkan analisisnya pada pengalaman impiris di 24
negaraselama kurun waktu 1950-1960, ia membuktikan bahwa kesenjangan antar
wilayahakan memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan pertumbuhan
ekonomi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hipotesa Neo-Klasik yang
diformulasi secara teoritis ternyata terbukti benar secara empirik. Ini berarti
bahwa proses pembangunan suatu negara tidak otomatis dapat menurunkan
ketimpangan pembangunan antar wilayah, tetapi pada tahap permulaan justru
terjadi hal yang sebaliknya (Sjafrizal, 2008). Berikut ini teori-teori tentang
ketimpangan wilayah.
1. Kuznets
Kuznets (1955) meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
ketimpangan pendapatan. Ditemukan, ada suatu hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Berdasarkan hipotesis ini
ketimpangan pendapatan dalam suatu negara akan meningkat pada tahap awal
pertumbuhan ekonomi, kemudian pada tahap menengah cenderung tidak
berubah dan akhirnya menurun ketika negara tersebut sejahtera. Ketimpangan
pendapatan yang besar pada fase awal pertumbuhan ekonomi ini disebabkan
proses perubahan menjadi masyarakat industri.
Kuznets juga mengemukakan bahwa ketimpangan pendapatan yang besar
terjadi pada negara-negara yang belum berkembang (underdevelopment
countries)berkaitan dengan rata-rata pendapatan per kapita yang lebih rendah.
23
Kuznets mengasumsikan bahwa ketimpangan pendapatan ada bersama
(presumably coexisted) dengan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
yang rendah, dan hipotesis Kuznets tentang penyebab perubahan jangka
panjang dalam distribusi pendapatan apakah ketidaksetaraan dalam distribusi
pendapatan meningkat atau menurun dalam perjalanan pertumbuhan ekonomi
bagi suatu negara hanya dapat dijelaskan 5 persen informasi empiris dan 95
persen hanya spekulasi dan kemungkinan harapan. Kuznets mengemukakan
enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang ditemui hampir
diseluruh negara maju, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk
yang tinggi
2. Tingkat kenaikan produktifitas faktor total yang tinggi
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi
4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi
5. Adanya kecendrungan negara-negara yang mulai atau sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia
lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yanggg hanya
mencapai sepertiga bagian penduduk dunia.
Dua Faktor yang pertama lazim disebut sebagai variabel-variabel ekonomi
agregat.Sedangkan nomor tiga dan empat biasa disebut variabel-variabel
transformasi struktural.Adapun dua faktor yang terakhir disebut sebagai
variabelvariabel yang mempengaruhi penyebaran pertumbuhan ekonomi
secara internasional (Todaro, 2004).
24
2. Williamson
Indeks Williamson yang diperkenalkan oleh Williamson dalam jurnalnya
tahun 1965 merupakan metode untuk mengukur ketidakmerataan regional.
Indeks Williamson menggunakan PDRB per kapita sebagai ketimpangan
regional (regional inequality) sebagai data dasar. Metode ini diperoleh dari
perhitungan perkapita dan jumlah penduduk di suatu negara, secara sistematis
perhitungan Indeks Williamson adalah sebagai berikut
Keterangan :
IW = Indeks Williamson
Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke –i (jiwa)
N = Jumlah Penduduk
Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke –i (rupiah)
Y = PDRB per kapita rata-rata (rupiah)
Besarnya Indeks Williamson ini bernilai positif dan berkisar antara angka 0
sampai 1. Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan
regional antar kabupaten/kota di provinsi adalah rendah atau semakin merata
tingkat pemerataan pendapatan antar daerah dalam wilayah tersebut. Jika
ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan regional
kabupaten/kota di provinsi tinggi atau semakin besar tingkat ketimpangan
pendapatan antar daerah dalam wilayah tersebut.
Oshima menetapkan kriteria untuk mengetahui tingkat ketimpangan
pendapatan antar daerah, apakah ada ketimpangan tinggi, sedang atau rendah.
Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut.
25
- Ketimpangan tinggi jika IW > 0,5
- Ketimpangan sedang jika IW = 0,35 - 0,5
- Ketimpangan rendah jika IW < 0,35
Namun Indeks Williamson ini mempunyai kelemahan yakni penghitungan ini
baru menggambarkan tingkat pendapatan secara global sejauh mana dan
berapa besar bagian yang diterima oleh kelompok yang berpendapatan rendah
atau miskin bertambah tidak tampak dengan jelas.
3. Indeks Gini
Indeks Gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan
membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas
segitiga di bawah diagonal. Rasio Gini bernilai antara 0 dan 1. Nilai 1
menunjukkan complete inequality atau perfectly inequal, di mana seluruh
penduduk menempati satu lokasi di suatu negara dan tidak ada penduduk di
lokasi lainnya. Nilai 0 menunjukkan perfectly equal, yaitu penduduk
terdistribusikan sempurna di seluruh wilayah suatu negara, semakin besar nilai
rasio konsentrasi Gini, semakin besar ketidakmerataan antara distribusi
penduduk dan jumlah lokasi.
Rumus Indeks Gini atau koefisien Gini diformulasikan dalam rumus di bawah
ini:
= 1 − ( + −1 )
Keterangan:
GR = Koefisien Gini
Fpi = Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
26
Fci = Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam
kelaspengeluaran ke-i
Fci-1 =Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam
kelaspengeluaran ke i-1
Indeks Gini memiliki beberapa kelebihan untuk dijadikan acuanmengukur
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, kelebihan tersebutantara lain :
1. Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Jika semua
pendapatan bertambah dua kali lipat,ukuran ketimpangan tidak akan
berubah.
2. Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population sizeindependence).
Jika penduduk berubah, ukuran ketimpanganseharusnya tidak berubah,
jika kondisi lain tetap (ceterisparibus).
3. Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya,
seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan. d.
Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan
dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan.
4. Indeks Theil
Theil Index sebagaimana digunakan oleh Akita dan Alisyahbaha (2002) dalam
studinya yang dilakukan di Indonesia (Sjafrizal, 2012). Data yang digunakan
dalam indeks Theil ini sama halnya dengan data yang digunakan dalam indeks
Williamson. Semakin besar indeks theil artinya sangat timpang dan
sebaliknya bila indeks mendekati 0 atau semakin kecil artinya sangat merata.
Theil Indeksmerupakan analisis dekomposisi regional (regional
decompositionanalysis), kesenjangan “dalam” wilayah (within inequality) dan
27
ketimpangan “antar” wilayah atau between inequality. Formulasi Theil index
(Td) adalah sebagai berikut (Akita, 2003)
T =
Dimana :
Ti =
T=
Keterangan :
T = Indeks Theil;
Y = PDRB Provinsi Lampung;
Yi = PDRBkabupaten/kota
n = Jumlah PendudukProvinsi Lampung;
ni= Jumlah penduduk di kabupaten/kota
Dengan indikator bila semakin besar nilai indeks entropi Theil maka semakin
besar ketimpangan yang terjadi sebaliknya apabila semakin kecil nilai indeks
maka semakin merata terjadinya pembangunan.
Menurut Sjafrizal (2012), penggunaan Theil Index sebagai ukuran
ketimpangan ekonomi antarwilayah mempunyai kelebihan tertentu, yaitu:
Pertama, indeks ini dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan
antardaerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisis menjadi lebih luas.
Kedua, dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitung kontribusi
masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan wilayah secara
keseluruhan sehingga dapat memberikan kebijakan yang cukup penting.
28
G. Ukuran Ketimpangan
1. Size Distribution
Secara umum ukuran ketimpangan dihitung dengan menghitung berapa
persen pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk yang paling
miskin, ukuran ketimpangan bisa pula dilakukan dengan
memperbandingkan persentase pendapatan yang diterima oleh 40 persen
orang paling miskin dengan persentase yang diterima oleh 20 persen orang
paling kaya
a. Tingkat ketimpangan berat apabila 40 persen penduduk paling miskin
menerima kurang dari 12 persen pendapatan nasional
b. Tingkat ketimpangan sedang apabila 40 persen penduduk paling
miskin menerima antara 12-17 persen dari pendapatan nasional
c. Tingkat ketimpangan ringan apabila 40 persen penduduk paling miskin
menerima diatas 17 persen dari pendapatan nasional.(Tondaro dan
Smith, 2006).
2. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz adalah kurva yang dibuat berdasarkan angka-angka yang
digunakan dalam perhitungan size distribution dengan cara
menampilkannya dalam bentuk kurva. Dengan menggunakan garis
horisontal sebagai persentase penduduk dan garis vertikal sebagai
persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok penduduk, data dalam
29
size distribution bisa digambarkan dalam bentuk kurva lorenz
berikut.(Tondaro dan Smith, 2006).
Gambar 1.Kurva Lorenz
Sumber :(Todaro, 2006)
3. Indeks Gini
Ukuran ketiga adalah Indeks Gini yang dihitung dengan menggunakan
kurva Lorenz.Caranya dengan memperbandingkan atau membafi bidang
yang dibatasi oleh garis diagonal dalam kurva Lorenz dengan garus
lengkung sebagai penyimpangan atas diagonal.Angka yang didapatkan
kemudian disebut indeks atau koefisien atau rasio gini.Indeks gini berkisar
antara nol dan satu. Gini sebesar 0 menunjukkan kemerataan sempurna
dimana semua orang mempunyai pendapatan yang persis sama. Sedangkan
gini indeks 1 artinya ada ketidakmerataan yang sempurna ( Bariska, 2012).
4. Indeks Williamson
Index ini yang sebenarnya adalah coefficient of variation yang lazim untuk
mengukur perbedaan. Indeks ini memiliki beberapa kelemahan yaitu
0
Per
sen
tad
e
Pe
nd
ap
ata
n
Na
sio
nal
Persentade Jumlah Penduduk
100
100
10
A
30
sensitif terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan. Dan
untuk formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
IW = Indeks Williamson
Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke –i (jiwa)
N = Jumlah Penduduk
Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke –i (rupiah)
Y = PDRB per kapita rata-rata (rupiah)
5. Indeks Entropi Theil
Penggunaan Indeks Theil lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan
pembangunan antarwilayah.Kelebihan dalam menggunakan indeks ini,
pertama indeks ini menghitung ketimpangandalam daerah dan antar daerah
secara sekaligus, sehingga cakupan analisis menjadi lebih luas.Kedua,
dengan menggunakan indeks ini dapat pula dihitung kontribusi (dalam
presentase) masing-masing daerah terhadap ketimpangan pembangunan
wilayah secara keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi
kebijakan yang cukup penting. Dengan formulasi Indeks Theilnya yaitu
(Akita, 2003):
T =
Dimana :
Ti =
T=
31
Keterangan :
T = Indeks Theil;
Y = PDRB Provinsi Lampung;
Yi = PDRBkabupaten/kota
n = Jumlah PendudukProvinsi Lampung;
ni= Jumlah penduduk di kabupaten/kota
H. Faktor – faktor Penyebab Ketimpangan
Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah
menurut Sjahfrizal (2012) yaitu :
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi
kegiatanproduksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan
sumber daya alam cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang
tertentudengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain
yangmempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi
inimendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi
lebihcepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
dayaalam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang
denganbiaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah.
Kondisi tersebut menyebabkan daerah bersangkutan cenderung
mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan
dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan,
perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan
32
kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan.
Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja
masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan
cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal
ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan
meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan
migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi
spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka
kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang
membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar
wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit
mendorong proses pembangunannya.
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah
dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang
selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
masyarakat.Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi
padawilayah tertentu jelas akan mempengaruhi disparitas antar wilayah.
33
I. Penelitian Terdahulu
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metode Variabel Hasil Penelitian
1 Sutarno
dan
Mudrajad
Kuncoro
Pertumbuh
an
Ekonomi
dan
Ketimpan
gan Antar
Kecamata
n di
Kabupaten
Banyumas
Tahun
1993 –
2000
Tipologi
Klassen,
Indeks
Williams
on,
Indeks
Entropy
Theil,
dan
Korelasi
Pearson
Pertumbuha
n Ekonomi,
Ketimpanga
n Wilayah
Terjadi
Kecenderungan
peningkatan
ketimpangan antar
kecamatan di
Kabupaten Banyumas
yang salah satunya
Diakibatkan
konsentrasi aktivitas
ekonomi secara
spasial serta Hipotesis
U-Terbalik Kuznet
berlaku di Kabupaten
Banyumas. Tahun
1993-2000
2 Linggar
Dewangg
a Putra
Analisis
Pengaruh
Ketimpan
gan
Distribusi
Pendapata
n terhadap
Jumlah
Penduduk
Miskin di
Provinsi
Jawa
Tengah
Indeks
Williams
on dan
Indeks
Gini
Jumlah
Penduduk
Miskin,
Indeks
Williamson,
Indeks Gini
Jumlah Penduduk
miskin berpengaruh
secara signifikan
terhadap ketimpangan
distribusi Pendapatan
dan Indeks
Williamson lebih
berpengaruh
dibandingkan Indeks
gini di Provinsi Jawa
Tengah
3. Emi
Nuraini
Pengaruh
Pertumbuh
an
Ekonomi
dan
Tingkat
Pendidika
n terhadap
Disparitas
Pendapata
n di
Wilayah
Gerbangke
rtosusila
Asosiatif
Kausal
Tingkat
Pendidikan,
Disparitas
Pendapatan,
Pertumbuha
n Ekonomi
Tidak ada pengaruh
signifikan
pertumbuhan ekonomi
terhadap disparitas
pendapatan dan
berpengaruh positif,
Kedua, pengaruh
tingkat pendidikan
terhadap disparitas
pendapatan adalah
sginifikan dan
berpengaruh
negatif.Semakin tinggi
pendidikan akan
menjamin pemerataan
pendapatan
34
No Penulis Judul Metode Variabel Hasil Penelitian
4 Yuki
Angelia
Analisis
Ketimpan
gan
Pembangu
nan
Wilayah di
Provinsi
DKI
Jakarta
Tahun
1995-2008
Analisis
Hipotesis
Kuznets
melalui
Korelasi
pearson,
Analisis
Regresi
Ketimpanga
n
Pembangun
an, PDRBB
perkapita,
Investasi,
Aglomerasi
Hipotesis Kuznets
mengenai Kurva U-
terbalik terbukti. Pada
pertumbuhan awal
ketimpangan
memburuk, kemudian
padatahap selanjutnya
ketimpangan
menurun.Akan teteapi
suatu waktu
ketimpangan tersebut
akan kembali
meningkat sehingga
terjadi trade off
5. Budianto Analisis Pooled Analisis De Terjadi ketimpangan
Ro Ketimpa cross se skriptif dan yang semakin melear
Hartono ngan Pem ction, fi metode peng di Provinsi Jawa Teng
Banguan xed and ukuran Inde ah, peningkatan inves
Ekonomi random ks William tasi akan menyebabka
Di Provin effect son dengan n ketimpangan menur
Si Jawa pendapatan un, peningkatan jumla
Tengah perkapita h angkatan kerja akan
Mengurangi ketimpa
ngan dan DAU men
yebakan ketimpangan
J. Kerangka Teoritis
Pembangunan ekonomi suatu wilayah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat wilayah yang bersangkutan satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi cenderung
meningkat atau tidak akan dibuktikan dengan hipotesis kuznet yang berbentuk
kurva U terbalik (inverted U curve) untuk menunjukan apakah pertumbuhan
ekonomi pada jangka lama cendrung tetap atau berfluktuasi. Dalam penelitian ini
untuk mengukur ketimpangan antar provinsi di wilayah menggunakan Indeks
Williamson, dengan besaran nilai nol sampai satu.Semakin besar angka Indeks
35
Williamson atau mendekati satu maka semakin besar ketimpangan atau
kesenjangan, sebaliknya jika mendekati nol maka semakin merata.Peningkatan
pertumbuhan ekonomi ditunjukan dengan meningkatkan PDRB khususnya PDRB
per kapita pada suatu wilayah. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Ketika pendapatan per
kapita meningkat dan merata maka diharapkan tercipta masyarakat yang sejahtera
dan mengurangi ketimpangan.Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam
pembangunan ekonomi ini adalah apakah pendapatan per kapita pada suatu
wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan secara optimal.Setiap daerah pada dasarnya mengalami pertumbuhan
ekonomi yang berbeda antar wilayah satu dengan yang lainnya.Perbedaan
pertumbuhan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan potensi yang ada pada
tiap daerah seperti sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia nya. Sehingga
mengakibatkan adanya ketimpangan antar wilayah yang pada akhirnya akan
menimbulkan terjadinya disparitas pendapatan dan merupakan konsekuensi dari
proses pertumbuhan ekonomi antar wilayah.
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat ketimpangan wilayah di Provinsi
Lampung dan Sumatra Selatan menggunakanIndeks Williamson. Untuk
mengetahui apakah dalam jangka panjang ketimpangan semakin membaik atau
semakin parah dilakukan pengujian hipotesis Kuznets
36
Gambar 2.Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis
Berdasarkan teori serta hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga ketimpangan yang terjadi antar wilayah di masing-masing provinsi
semakin mengecil.
2. Diduga Hipotesis Kuznets terbuktiProvinsi Lampung dan Provinsi
Sumatra Selatan.
Perekonomian Provinsi
Lampung dan Sumatra
Selatan
Ketimpangan Wilayah di
Provinsi Lampung
Pengujian Hipotesis
Kuznets
Ketimpangan Wilayah di
Provinsi Sumatra Selatan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk menganalisis ketimpangan wilayah dan hipotesis
Kuznets di Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif. Data sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time
series). Sumber data berasal dari publikasi situs resmi Badan Pusat Statistik
(BPS), Sensus Penduduk (Susenas) dan sumber-sumber lainnya berupa buku,
jurnal, maupun artikel. Data yang digunakan yaitu data tahunan pada periode
tahun 1985-2015.
B. Penyamaan Tahun Dasar PDRB
Data perekonomian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB menurut
provinsi periode 1985-2015. Data tersebut merupakan data time series dengan
empat tahun dasar yang berbeda, yaitu tahun dasar 1985, 1993, 2000 dan 2010.
Sehingga perlu dilakukan penyamaan tahun dasar terhadap PDRB atas dasar harga
konstan (ADHK) 2000 menjadi 2010.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru
menggantikan tahun dasar 1985, 1993, 2000 karena pertumbuhan indonesia tahun
2010 relatif stabil, telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh)
tahun terakhir terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang
38
berpengaruh terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru dan sub-
sektor yang sudah semakin berkembang.
Langkah-langkah penyamaan tahun dasar mulai dari 1985 menjadi 2010 adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan data PDRB pada tahun tertentu yang memiliki dua tahun dasar
yang berbeda.
2. Backcast data PDRB ADHK 1985, 1993, 2000 menjadi PDRB ADHK 2010.
PDRBi-1.2010 = PDRBi -1.2000 x PDRBi-1.2010
PDRBi.2000
Keterangan :
PDRBi-1.2010 : PDRB tahun i-1 ADHK 2000 yang di backcast
menjadi PDRB tahun i-1 ADHK 2010
PDRBi-1.2000 : PDRB tahun i-1 ADHK 2000
PDRBi.2000 : PDRB tahun i ADHK 2000
PDRBi.2010 : PDRB tahun i ADHK 2010
i : tahun 1985-2015
C. Metode Analisis Data
1. Alat Analisis untuk Mengukur Ketimpangan Antar Wilayah di Masing-
masing Provinsi.
Untuk mengukur ketimpangan antar wilayah di masing-masing provinsi juga
menggunakan indeks Williamson, yang membedakan hanya ruang lingkup
wilayah penelitian. Untuk data penduduk dan PDRB per kapita
menggunakakan data masing-masing provinsi baik total maupun tiap
kabupaten/kota di masing-masing provinsi.
√ ( )
39
Keterangan :
IWL,SS = Indeks Williamson masing-masing provinsi
L = Indeks Williamson Provinsi Lampung
SS = Indeks Williamson Provinsi Sumatra Selatan
Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota i masing-masing provinsi
N = Jumlah penduduk total di masing-masing provinsi
Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota i masing-masing provinsi
Y = PDRB per kapita rata-rata seluruh kabupaten kota masing-
masing provinsi
Oshima (1976) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan
apakah ketimp angan ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang atau tinggi.
Untuk itu, ditentukan kriteria sebagai berikut:
- Ketimpangan tinggi jika IW > 0,5
- Ketimpangan sedang jika IW = 0,35-0,5
- Ketimpangan rendah jika IW < 0,35
Dimana menggunakan PDRB per kapita untuk setiap Kabupaten/kota di
masing-masing provinsi dari tahun 1985-2015. Sedangkan Indeks Williamson
ditunjukkan oleh angka 0 sampai 1 atau 0 <IW <1. Jika Indeks Williamson
semakin mendekati angka 0 maka ketimpangan antar wilayah semakin kecil
dan jika mendekati angka 1 maka semakin tinggi ketimpangan yang terjadi.
2. Alat Analisis untuk Menguji Hipotesis Kuznets
Hipotesis Kuznets menunjukkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan wilayah. Bentuk kurva Kuznets adalah kurva U terbalik atau
Inverted U-Shaped yang menggambarkan bahwa pada tahap awal
pembangunan, distribusi pendapatan makin tidak merata. Kemudian setelah
mencapai tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan akan merata
40
dan akan menurunkan ketimpangan wilayah. Untuk analisis hipotesis Kuznets
menggunakan regresi dat time series. Berikut model untuk menguji hipotesis
Kuznets.
Model penelitian ini mengadopsi model dari Melikhova dan Cizek (2014)
yang sebelumnya ditemukan oleh Simon Kuznets 1955 yang menjelaskan
hubungan antara Gini Index dan GDP per kapita yang dinyatakan dalam
bentuk :
Ln IWL,SS= β0 + β1 Ln PDB + β2 Ln (PDB)2 + ε
Keterangan :
Ln = Logaritma Natural
IWL, IWSS = Indeks Williamson Lampung dan Sumatra Selatan
PDBit = Produk domestik bruto per kapita Provinsi masing-
masing pada tiap tahun
β0 = Konstanta
β1, 2 = Koefisien
ε = Residual (error term)
Koefisien diharapkan sesuai dengan hipotesis Kuznets adalah ln PDBit positif,
dan ln (PDBit)2
negatif sehingga akan membentuk kurva U terbalik (Kuznets
dalam Melikhova dan Cizek, 2014). Untuk mencari titik balik dengan
menggunakan rumus.
0 = β1 + 2β2 ln PDB
ln PDB =
41
Sehingga turning point atau titik balik dapat dicari dengan menggunakan
rumus –
. Titik balik tersebut masih berbentuk logaritma natural, sehingga
perlu di ubah dalam bentuk anti-logaritma natural.
D. Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).
Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan
persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal.
Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis
regresi linear, misalnya deteksi multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis
regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada cross
sectional data(Widarjono, 2016).
Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang
bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return
saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model.Uji
asumsi klasik yang sering digunakan yaitu deteksi multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak
ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi.
Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh,
dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang
tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji
tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji
yang lain (Widarjono, 2016).
42
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
residual terdistribusi normal atau tidak. Uji signifikansi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika
kita dapatkan mempunyai distribusi normal (Widarjono, 2016). Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Jarque-Bera.
Hipotesis yang digunakan:
H0 = residual terdistribusi normal
Ha = residual terdistribusi tidak normal
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jarque Bera stat>x2tabel, p-value < 0,025%, H0ditolak, Ha diterima
Jarque Bera stat<x2tabel, p-value > 0,025%, H0diterima, Ha ditolak
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah hubungan linier antara variabel independen di
dalam regresi berganda dalam suatu persamaan. Deteksi multikolinearitas
dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Jika
ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu (Widarjono, 2016).
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk mendeteksi gangguan
multikolinearitas adalah dengan Variance Inflation Factor (VIF), korelasi
43
pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues
dan Condition Index (CI).Dalam pengujian ini akan digunakan metode
Variance Inflation Factor (VIF) untuk mendeteksi apakah ada
multikolinieritas antar variabel yang digunakan. Sebagai aturan main
(rule of thumb) jika nilai VIFmelebihi angka 10 maka dikatakan ada
multikolinieritas (Widarjono, 2016).
Hipotesis yang digunakan:
H0 = VIF > 10, terdapat multikolinieritas antar variabel
Ha = VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas antar variabel
c. Uji Autokorelasi
Menurut Widarjono (2016), secara harafiah, autokorelasi berarti adanya
korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang
berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan OLS, autokorelasi merupakan
korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang
lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan
gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan satu
dengan variabel gangguan yang lain. Dalam penelitian ini metode statistik
yang digunakan untuk menguji autokorelasi adalah metodeBreusch-
GodfreySerial Correlation LM Test dengan membandingkan nilai Obs*R-
squared dengan nilai Chi-Square. Jika Obs*R-squared( χ2hitung) >Chi-
Square (χ2–tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey SerialCorrelation LM
Test mengindikasikan bahwa terdapat masalah autokolerasidi dalam
model. Jika nilai Obs*R-squared ( χ2hitung) <Chi-Square (χ
2tabel),berarti
44
hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
mengindikasikanbahwa tidak ada masalah autokolerasi. Hipotesis deteksi
masalah autokolerasi adalah sebagai berikut:
H0 = Obs*R-squared (χ2hitung) >Chi-Square (χ
2 tabel), model
mengalamimasalah autokolerasi
Ha = Obs*R-squared ( χ2hitung ) <Chi-Square (χ
2–tabel), model
terbebas darimasalah autokolerasi
d. Uji Heterokedastisitas
Menurut Widarjono (2016), heteroskedastisitas adalah varian dari residual
model regresi yang digunakandalam penelitian tidak homokedastis atau
dengan kata lain tidak konstan.Uji heteroskedastisitas adalah uji untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastis.
Metode deteksi masalah heterokedastisitas yang dapat digunakan adalah
metode informal, metode Glejser, metode Park, metode korelasi Sperman,
metode GoldFeld-Quandt, metode Breusch-Pagan dan metode
White(Widarjono, 2016).
Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk mendeteksi
masalah heterokedastisitas adalah metode White. Uji keberadaan
heteroskedastisitas dilakukan dengan menguji residualhasil estimasi
menggunakan metode White Heteroskedasticity Test (No Cross Term)
45
dengan membandingkan nilai Obs*R-squared dengan nilai Chi-Square.
JikaObs*R-square ( χ2hitung) >Chi-Square (χ
2tabel), berarti terdapat
masalahheteroskedastis di dalam model. Jika Obs*R-squared (χ2hitung)
<Chi-Square (χ2tabel), berarti tidak ada masalah
heteroskedastis.Hipotesispendugaan masalah heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut:
H0 = Obs*R-squared (χ2 hitung) >Chi-Square (χ
2tabel), model
mengalami masalah heteroskedastisitas.
Ha = Obs*R-squared (χ2 hitung) <Chi-Square (χ
2tabel), model terbebas
dari masalah heteroskedastisitas.
E. Pengujian Statistik
1. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Pengujian t-statistik digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan
atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen (parsial) (Widarjono, 2016).
Hipotesis yang digunakan:
H0 : βi = 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap ketimpangan di
Provinsi lampung dan Sumatra Selatan
Ha : βi ≠ 0 variabel bebas berpengaruh terhadap ketimpangan di
Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan
Kriteria pengujiannya yaitu:
46
1. Apabila t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel bebas yang diuji akan berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
2. Apabila t-hitung < t-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
2. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Pengujian F dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak (Widarjono, 2016). Signifikan
langkah-langkah pengujian hipotesis dengan distribusi F.Hipotesis yang
digunakan :
Ho : βi= 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Ha : βi≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Kriteria pengujiannya yaitu:
1. Apabila F statistik > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak,
artinyavariabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikansecara statistik terhadap variabel dependen.
47
2. Apabila F statistik < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,artinya
variable independen secara bersama - sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya daya
menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada
model tersebut. Nilai R2 berkisar antara 0 < R
2< 1 sehingga kesimpulan yang
diambil adalah:
1. Nilai R2 mendekati nol artinya kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas.
2. Nilai R2 mendekati satu artinya variabel independen memberikan hampir
semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah pada bab sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Indeks Williamson untuk Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan
selama tahun penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan antar wilayah yang
terjadi cenderung mengalami penurunan selama periode penelitian 1985-2015.
Hasil perhitungan ketimpangan di Provinsi Lampung masuk dalam kategori
rendah sedangkan Provinsi Sumatra Selatan tergolong ketimpangan sedang.
2. Hipotesis Kuznets secara teori terbukti untuk Provinsi Lampung dan tidak
terbukti untuk Provinsi Sumatra Selatan dan keduanya sudah melewati titik
balik. Hasil hipotesis Kuznets di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatra
Selatan menunjukkan adanya perbedaan awal pembangunan ekonomi yang
terjadi dimana terjadi trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan
ketimpangan.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan kepada pemerintah guna mengurangi ketimpangan yang semakin
melebar :
77
1. Dari hasil penelitian Indeks Williamson di Provinsi Lampung dan Provinsi
Lampung, didapatkan tingkat ketimpangan yang terjadi sangat beragam masih
terdapat daerah yang memiliki ketimpangan yang tinggi dan juga rendah yang
berarti kesejahteraan baik dua wilayah belum merata. Pemerintah daerah
hendaknya tidak berfokus untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi dalam
waktu cepat karena tanpa diiringi upaya pemerataan dan keberlanjutan
pembangunan. Pertumbuhan yang tidak berkualitas menjadikan ketimpangan
wilayah semakin melebar. Diharapkan pemerintah daerah dalam programnya
disamping mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat pula
mampu lebih intensif melaksanakan upaya pemerataan pendapatan melalui
pembangunan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan di daerah untuk
mendukung pembangunan di tingkat yang lebih rendah. Sehingga diharapkan
meningkatnya pertumbuhan eknomi regional melalui peningkatan PDRB per
kapita tanpa harus memperbesar ketimpangan antar wilayah
2. Proses pembangunan suatu daerah harus memberikan efek pada peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya. Pemerintah harus mempunyai kebijakan
seimbang antara kebijakan untuk mendorong proses pembangunan dan
kebijakan untuk mensejahterakan masyarakat. Sehingga proses pembangunan
yang berlanjut di ikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianoor, Prita. Kajian Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Teknik PWK Vol.04 No.4, 2015 Hal: 1-15.
Atmanti, Hastarini dan Dhyatmika, Ketut. 2013. Analisis Ketimpangan
Pembangunan Provinsi Banten Pasca Pemekaran. Ejournal-s1.undip
Vol.02 No.2, 2013 Hal: 1-8.
Angelia, Yuki. 2010. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 1995-2008. Skripsi. Universitas
Diponogoro. Semarang.
Baktianto Saputra, Hanung dan Kuncoro, Mudrajat. 2014. Analisis Kurva
U-terbalik (Hipotesis Kuznet) Studi Kasus Indonesia seluruh
Provinsi. Skripsi. Universitas Gadjah Mada
BPS. Produk Domestik Regional Bruto menurut Provinsi 2001-2015.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS. Jumlah Penduduk Lampung menurut Kabupaten/Kota 2001-2015.
Lampung: Badan Pusat Statistik.
BPS. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN menurut Provinsi
2001- 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS. Rata-rata Lama Sekolah menurut Provinsi Provinsi 2001-2015.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi 2001-2015. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
BPS. Jumlah Penduduk Sumatra Selatan menurut Kabupaten/Kota 2001-
2015. Sumatra Selatan: Badan Pusat Statistik.
Fitriyah, Lailatul dan Lucky Rachmawati. 2011. Analisis Ketimpangan
Pembangunan Daerah Serta Hubungannya Dengan Kesejahteraan
Masyarakat di Kawasan Gerbangkertosusila Provinsi Jawa Timur.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Semarang.
Heryanti, Yanti. 2014. Interaksi Spasial Perekonomian dan
Ketenagakerjaan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Fakultas
Ekonomi, Universitas Jambi, Vol 2: hal, 99- 104.
Hartono, Budiantoro. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
di Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Universitas Diponogoro.
Semarang.
Jayanti, Aji dan Djaja, Komaja. Emisi Gas Rumah Kaca dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Nasional dan Regional. Jurnal
Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Kulkarni, Kishore G. 2006. Economic Growth and Income Distribution in
Malaysia: A Test of the Kuznets Inverted U Hypothesis. Indian
Journal of Economic and Business, Reading in International
Economics. New Delhi.
Kuncoro, Mudrajat. 2014. Otonomi Daerah Menuju Era Baru
Pembangunan Daerah. Edisi 3. Penerbit Erlangga.
Kepala BPS. 2016. Perekonomian RI Masih Dominan di Jawa dan Sumatra
.(https://ekonomi.kompas.com/read/2016/02/05/151449126/Perekon
omian.RI.Masih.Dominan.di.Jawa.dan.Sumatera).
Masli, Lili. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketimpangan Regional antar Kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat. Jurnal STIE STAN IM, Jakarta.
Melikhova, Oksana dan Jakub Cizek. 2014. Kuznets Inverted U- Curve
Hypothesis Examined On Up-To Date Observation For 145
Countries. Czech Republic: Institute of Economic studies, Faculty of
Social Sciences, Charles University in Prague, Opletalova 26,
CZ-11000, Praha 1. Czech Republic: Faculty of Mathematics
and Physics, Charles University in Prague,V Holesovickach
2, CZ-18000, Praha 8.
Nazamuddin, 2015. Menilik Geliat Ekonomi Aceh Selama 10 Tahun
Perdamaian.(http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/
08/150816_indonesia_ekonomi_aceh).
Octavianingrum, Denty. 2015. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja,
dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi 5 Kabupaten/Kota. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Putri, Rizka Mardela. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Lampung.
Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Simbolon, Tiur Roida. 2017. Analisa Keterkaitan Ketimpangan
Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Wilayah Sumatera. Jurnal Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas
Ekonomi Pascasarjana, Unimed Medan.
Sutarno dan Kuncoro, Mudrajad. 2003. Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-
2000. Yogyakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 2,
Desember 2003 Hal: 97-110.
Sukirno, Sadono. 2012. Teori Pengantar Makroekonomi Edisi Ketiga .
Jakarta: Rajawali Pers.
Saputra, Diki. 2016. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat
Ketimpagan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. CR
Journal Vol.02 No. 01, Juni 2016 Hal: 1-18.
Todaro, S.M.P, dan Stephen C. Pembangunan Ekonomi. Edisi /
Kedelapan. Terjemahan Haris Munandar, dan Puji A.L 2004.
Jakarta: Erlangga.