populasi ramin (gonystylus bancanus (miq.) kurz) di hutan

15
PROSIDING PROSIDING PROSIDING PROSIDING PROSIDING Workshop Nasional 2006 40 POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN ALAM: REGENERASI, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI 1) Oleh: Tukirin Partomihardjo 2) ABSTRACT Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) has been known as a one of main trees of peat swamp forest. The natural population and distribution of ramin associated with the depth and distribution of peat. Field surveys by Ramin Team in 2005 at logging concession area of PT Diamond Raya Timber reported that population of ramin before logged was relatively high. However, the density of this species drastically decreased after logged. Distribution pattern of diameter classes of ramin compared with common trees is different. The regeneration of ramin could be broadly categories as shade tolerant or shade demanding as shown by the seedlng establishmen beneath closed canopy or under different mother trees. Studies in more detail were suggested to improve the understanding of biology of ramin for supporting the sustainable management of this species. Key words : dispersal, distribution, density, peat swamp, germination and seedlings establishment. PENDAHULUAN Dalam dunia perdagangan Ramin dikenal sebagai salah satu jenis kayu tropik yang tumbuh di hutan rawa gambut Indonesia, Malaysia dan Philipina. Di Indonesia nama Ramin diberikan pada 10 dari 30 jenis pohon anggota marga Gonystylus (Thymeleaceae). Namun dari 10 jenis penghasil kayu tersebut yang paling umum diperdagangkan sehingga mengancam populasinya di alam adalah Gonystylus. bancanus.(Miq.) Kurz Pada mulanya ramin bukan merupakan jenis kayu yang sangat diminati seperti saat ini. Perdagangan kayu ramin terbatas untuk kebutuhan dalam negri dan pasaran Asia terutama Jepang dan Taiwan. Dewasa ini, perdagangan kayu ramin telah meluas hingga di pasaran Eropa (Inggris, 1 Disampaikan pada Workshop Nasional “Policy Option On The Conservation And Utilization Of Ramin”, Bogor, 22 Pebruari 2006 2 Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Puslit Biologi LIPI

Upload: duonghanh

Post on 20-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

40

POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus(Miq.) Kurz) DI HUTAN ALAM: REGENERASI,

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI1)

Oleh: Tukirin Partomihardjo2)

ABSTRACT

Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) has been known as a one of main trees ofpeat swamp forest. The natural population and distribution of ramin associated with thedepth and distribution of peat. Field surveys by Ramin Team in 2005 at loggingconcession area of PT Diamond Raya Timber reported that population of ramin beforelogged was relatively high. However, the density of this species drastically decreasedafter logged. Distribution pattern of diameter classes of ramin compared with commontrees is different. The regeneration of ramin could be broadly categories as shadetolerant or shade demanding as shown by the seedlng establishmen beneath closedcanopy or under different mother trees. Studies in more detail were suggested to improvethe understanding of biology of ramin for supporting the sustainable management of thisspecies.

Key words : dispersal, distribution, density, peat swamp, germination and seedlingsestablishment.

PENDAHULUAN

Dalam dunia perdagangan Ramin dikenal sebagai salah satu jenis kayutropik yang tumbuh di hutan rawa gambut Indonesia, Malaysia dan Philipina.Di Indonesia nama Ramin diberikan pada 10 dari 30 jenis pohon anggotamarga Gonystylus (Thymeleaceae). Namun dari 10 jenis penghasil kayutersebut yang paling umum diperdagangkan sehingga mengancampopulasinya di alam adalah Gonystylus. bancanus.(Miq.) Kurz

Pada mulanya ramin bukan merupakan jenis kayu yang sangat diminatiseperti saat ini. Perdagangan kayu ramin terbatas untuk kebutuhan dalamnegri dan pasaran Asia terutama Jepang dan Taiwan. Dewasa ini,perdagangan kayu ramin telah meluas hingga di pasaran Eropa (Inggris,

1 Disampaikan pada Workshop Nasional “Policy Option On The Conservation And Utilization Of Ramin”,Bogor, 22 Pebruari 2006

2 Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Puslit Biologi LIPI

Page 2: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

41

Belanda, Itali dan Jerman), Amerika, dan Austalia (Suhartono & Mardiastuti2002). Permintaan pasar akan kayu ramin terus meningkat sehinggamendorong penebangan dan eksploatasi ramin secara besar-besaran.

Akibat eksploitasi dan eksport yang berlebihan, populasi ramin yang dikenalhanya berkembang di habitat rawa gambut terus menurun tajam.Meningkatnya permintaan akan barang-barang yang terbuat dari kayu ramintelah mengancam populasi ramin di hutan alam. Kondisi demikian telah me-nimbulkan kekhawatiran berbagai pihak akan ancaman kepunahan jenistersebut. Melalui pembatasan perdagangan internasional dengan sistemCITES, penerapan sistem pengelolaan hutan lestari, penanaman danpengkayaan ramin merupakan upaya penyelamatan ramin dari ancamankepunahan.

Berikut disampaikan berbagai informasi dan data terkini tentang raminantara lain berkaitan dengan populasi dan potensi regenerasi penilaianproduksi di habitat alam. Diharapkan data dan informasi yang terkumpul inidapat menjadi masukan dalam upaya menyelamatkan ramin dari ancamankepunahan.

HABITAT DAN PENYEBARAN RAMIN

Ramin (Gonystylus bancanus) dikenal sebagai salah satu jenis pohonutama penyusun hutan rawa gambut pada tanah organik (gambut) terutamayang mengalami genangan air secara periodik dan juga daerah yang tidaktergenang hingga ketinggian 100 m di atas permukaan laut (Airy Shaw,1954). Berdasarkan spesimen herbarium, penyebaran ramin di Indonesiapernah dilaporkan dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Di Jawa raminpernah dikumpulkan dari daerah Pekalongan. Dewasa ini pohon raminhanya dapat djumpai di kawasan hutan rawa gambut Sumatera, Kalimantanserta pulau-pulau kecil di Selat Karimata dan Malaka. Sisa tegakan raminyang masih baik umumnya tinggal di kawasan konservasi baik tamannasional maupun cagar alam dengan gambut yang cukup tebal. Berikutdisajikan persebaran dan luasan gambut dalam hingga sangat dalam yangdiduga sebagai habitat ramin (Tabel 1)

Page 3: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

42

Di Sumatera, daerah yang memiliki tegakan ramin cukup luas dan baikantara lain Hutan Lindung Giam Siak-Kecil, Suaka Margasatwa DanauBawah dan Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik Belat, SuakaMargasatwa Tasik Sekap, Suaka Margasatwa Bukit Batu dan TamanNasional Berbak. Selain dalam kawasan konservasi, beberapa wilayahhutan produksi daerah rawa gambut yang masih memiliki tegakan ramincukup bagus adalah HPH PT Diamond Raya Timber, PT.Rokan Permai,PT.Triomas FD (ketiganya merupakan anak perusahaan Uniseraya Group)dan PT Inhutani IV di Kabupaten Indragiri Hilir (Wahyunto dkk. 2004;Bismark et al. 2005).

Di Kalimantan, ramin dapat dijumpai di Taman Nasional Tanjung Putting,DAS Sebangau dan DAS Mentaya (Kalimantan Tengah), sedang diKalimantan Barat ramin pernah dilaporkan dari Kabupaten Sambas, CagarAlam Mandor, Cagar Alam Muara Aman, Gunung Nyiut, Suaka MargasatwaPleihari, Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional GunungPalung serta tempat lain di sekitarnya. Namun dewasa ini banyak dilaporkanbahwa kondisi hutan rawa gambut habitat ramin di Kalimantan padaumumnya telah banyak mengalami kerusakan. Misal Cagar Alam Mandordilaporkan telah berubah menjadi daerah terbuka (Bismak et al. 2005).Sementara sumber lain menyebutkan bahwa penebangan liar terhadappohon ramin masih terus berlangsung sekalipun di kawasan konservasi.Dengan asumsi pemanenan ramin hanya mencapai 50%, Bismark et al.(2005) memperkirakan bahwa potensi ramin saat ini masih 14.757.221 m3,tersebar pada kawasan seluas 18.291.000 ha. Namun perlu diingat bahwaperkiraan tersebut berdasarkan analisis data sekunder yang pengumpulandata dasarnya kemungkinan dilakukan dalam waktu yang berbeda.

Tabel 1. Luas dan sebaran gambut dalam dan sangat dalam yang didugasebagai habitat ramin tahun 2002

Sumber : Wahyunto dkk., 2004

Lokasi Dalam Sangat dalamLuas (ha) % Luas (ha) %

Sumatera Selatan 29.279 1,97 - -Jambi 29.279 1,97 - -Riau 827.446 20,46 1.605.101 39,69Aceh 71.257 26,00 - -Kalimantan Barat 213.705 4,34 304.319 28,56Kalimantan Tengah 574.978 52,03 888.787 70,1Kalimantan Timur 219.703 19,88 100.224 9,41Kalimantan Selatan 96.710 6,40 - -

J u m l a h

Page 4: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

43

POPULASI DAN VOLUME RAMIN

Berbagai kajian lapang menunjukkan bahwa populasi pohon ramin sangatbervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Dilaporkan bahwa populasiramin berkaitan erat dengan ketebalan gambut (Istomo, 1998; TimTerpadu Ramin, 2003-2005). Semakin tebal lapisan gambut kehadiranpohon ramin semakin banyak. Ramin umumnya tumbuh baik padaketebalan gambut > 1 m gambut yakni gambut dalam hingga sangat dalam.Populasi pohon ramin dalam hutan rawa gambut sebelum terganggukadang-kadang kedapatan sangat melimpah hingga membentuk sepertitegakan murni ramin. Dalam kawasan hutan rawa gambut Taman NasionalBerbak – Jambi, dilaporkan ramin merupakan jenis pohon paling dominan(Komar, et al. 2005).

Hasil cuplikan lapangan di areal HPH PT.DRT menunjukkan bahwapopulasi ramin sangat bervariasi. Pada kawasan sebelum ditebangpopulasi tingkat tiang (diameter 10–19, cm) berkisar 3-4 individu/ha ataurata-rata 3,5 individu/ha, pohon inti (diameter 20–39,9 cm) berkisar 1–17individu/ha atau rata-rata 8,2 individu/ha, sedangkan pohon batas tebang(diameter > 40 cm) 3–13 individu/ha atau rata-rata 8 individu/ha (TimTerpadu Ramin, 2005). Perban-dingan jumlah pohon ramin dengankelompok komersial tebang lainnya untuk masing-masing tingkat adalahtingkat tiang 5-6,8%, pohon inti 1,5 –11% dan pohon batas tebang 10,8-29%. Tanpa membedakan kelas ukuran, perbandingan populasi danvolume pohon ramin (diameter > 10 cm) dengan jenis lain pada areal yangbelum ditebang relatif lebih besar (Gambar 1.).

Perbandingan popuasi ramin terhadap kelompok

meranti dan jenis lain

1

2

3

4

Perbandingan volume ramin terhadap kelompok

meranti dan jenis lain

1

2

3

4

Gambar 1. Perbandingan populasi (a) dan volume (b) ramin terhadapkelompok meranti dan jenis lain di areal RKT 2006 HPH PTDamon Raya Timber, Riau. 1) Ramin, 2) Kelompok Meranti dan 3)Kelompok Komersial Lain dan 4) Kelompok Jenis Lain.

Page 5: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

44

Gambar di atas juga mencerminkan bahwa populasi pohon ramin di hutanalam yang belum terganggu umumnya berukuran besar. Berbagai hasilkajian lapang juga menunjukkan bahwa jumlah pohon ramin berukuranbesar relatif lebih banyak dibanding yang berukuran kecil (Gambar 2. (kiri)).Pola sebaran kelas ukuran demikian menunjukkan kelompok jenis yang sulitberregenerasi (Partomihardjo, 2005).

1 2 3 4 5 6 7

Rmn

Mbn

Klt

0

5

10

15

20

25

30

Jumlah individu

Kelas diam eter

Jenis

Sebaran kelas diam eter beberapa jenis pohon utama hutan rawa gambut

12

34

R mn

Mb t

Mb n

B lm

K l t

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Jum la h indiv idu

Ke las dia me te r

J e nis

Se b ar an k e las d ia m e te r b e b e r ap a je n is p o h o n u tam a h u ta n r a w a g a m b u t p a s ca te b a n g

Gambar 2. Sebaran kelas diameter beberapa jenis pohon utamahutan rawa gambut di areal HPH PT.DRT. RKT 2006belum di tebang (kiri) dan RKT 2005 pasca tebang(kanan).

Meskipun kedapatan cukup banyak pada kawasan hutan sebelum ditebang,pohon ramin kemudian menjadi hampir tidak ada setelah penebangan(Daryono, 1996). Pada pencuplikan data di beberapa lokasi bekas tebangantidak dijumpai pohon ramin berukuran batas tebang (diameter > 40 cm).Gambaran umum sebaran pohon ramin di areal bekas tebangan ditujukkanpada Gambar 2 (kanan). Di beberapa kawasan hutan rawa gambutterganggu masih dijumpai pohon ramin dalam jumlah yang cukup tinggi.Misal di Taman Nasional Sebangau – Kalimantan Tengah, pohon raminmasih termasuk 10 jenis pohon utama dengan kerapatan mencapai 22individu/ha (Komar et al., 2005). Hasil pengamatan lain menyebutkan bahwapenurunan populasi ramin pada areal bekas tebangan hanya mencapai 22%untuk semai, 16% untuk pancangan, 20,3 untuk tiang (Hermansyah &Mujijat, 2005).

Page 6: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

45

REGENERASI

Kemampuan regenerasi jenis pohon hutan sangat bergantung pada ke-berhasilan dalam melaksanakan suatu siklus reproduksi secara utuh sejakdari peristiwa pembentukan kuncup bunga hingga berakhir padaperkembangan semai. Smith (1986 dalam Ashton 1998) menjelaskanbahwa kegagalan dari satu tahapan siklus reproduksi dapat berakibat fataluntuk regenerasi atau pembentukan tegakan baru. Beberapa tahapan dalamsiklus regenerasi antara lain saat pembungaan, produksi buah, pemencaranbiji, tingkat perkecambahan, persen tumbuh semai, persen jadi semai dankesempatan mencapai kanopi hutan. Pembentukan rumpang dan dinamikalingkungan lainnya juga diduga ikut mempengaruhi kemampuan regenerasiramin.

Pembungaan dan buahBanyak dilaporkan bahwa musim berbunga ramin tidak tentu. Umumnyaramin berbunga pada bulan Februari - Maret, tetapi juga bulan Mei danOktober, dan musim buah antara bulan Mei - Juni hingga Nopember (AiryShaw, 1954). Alrasyid & Soerianegara (1978) melaporkan bahwa pohonramin juga berbuah dalam bulan April - Mei. Hasil pemeriksaan 55 nomorkoleksi herbarium ramin di Herbarium Bogoriense, Bogor menunjukkanbahwa ramin tidak memiliki musim berbunga/buah yang jelas (Gambar 4).Musim berbunga/buah ramin di Sumatera (kiri) antara Agustus - Oktobertetapi kadang-kadang ada juga yang berbunga /buah pada bulan Mei. DiKalimantan (kanan), ramin berbunga/buah antara Januari - Mei. Buah raminmulai masak 2-3 bulan setelah musim bunga. Informasi tentang biologibunga ramin secara rinci termasuk sistem penyerbukan belum tersedia.

Gambar 3. Perbandingan populasi (a) dan volume (b) ramin terhadapkelompok meranti dan jenis lain di areal RKT 2006 HPH PTDamon Raya Timber, Riau. 1) Ramin, 2) Kelompok Meranti dan3) Kelompok Komersial Lain dan 4) Kelompok jenis lain.

1

2

3

4

5

Perbandingan populasi ramin terhadap kelompok jenis lain pada petak bekas tebanngan

1

2

3

4

5

Perbandingan populasi ramin terhadap kelompok jenis lain pada petak bekas tebanngan

a b

Page 7: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

46

PROSIDING Workshop Nasional 2006

Musim berbunga dan berbuah ramin dari Sumatera

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Janu

ari

Febr

uari

Mar

et

April

Mei

Juni

Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Oktob

er

Nop

embe

r

Des

embe

r

Bulan

Fre

kuen

si

Flow er

Fruit

Msim berbunga dan berbuah ramin dari Kalimantan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Janu

ari

Mar

etMei

Juli

Septembe

r

Nop

embe

r

Bulan

Fre

ku

en

si

Flow er

Fruit

Gambar 4. Musim berbunga dan berbuah ramin (Gonystyls bancanus(Miq.)Kurz) berdasarkan hasil pemeriksaan koeksi herbarium diHerbarium Bogoriense, Bogor untuk masing-masing daerahpenyebaran Sumatera (kiri) dan Kalimantan (kanan)

Pemencaran dan perkecambahan

Buah ramin bulat memanjang - oval, berukuran 4 x 3,5 cm, memiliki tigarongga. Setiap rongga berisi satu biji. Saat masak, buah akan pecah danbagian dalamnya berwarna kemerah-merahan. Buah ramin yang masak,sangat disukai oleh satwa hutan terutama burung rangkong dan tupai. Olehkarena itu pemencarannya ke tempat yang lebih jauh nampaknya palingefekif atas bantuan burung. Laporan lain menyebutkan bahwa orang utanjuga suka makan buah ramin, demikian juga primata lain seperti kera danmonyet. Binatang-binatang ini diduga juga ikut berperan dalammemencarkan biji ramin. Meskipun tidak terlalu efektif, aliran air dalam hutanrawa gambut nampaknya juga berperan dalam pemencaran biji ramin. Olehkarena itu semai ramin kadang-kadang dijumpai agak jauh dari pohoninduknya. Beberapa penelitian awal tentang pemencaran biji-biji ramin telahdilakukan (Nizomi, 1995). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dilaporkanbahwa besarnya diamter pohon induk berpengaruh nyata terhadap jumlahpermudaan yang dihasilkan (Gambar 5). Pada kelas diameter 40 – 49 cmpohon induk ramin tercatat paling produktif. Ini merupakan informasi bahwabatas tebang ramin sebaiknya pada ukuran > 50 cm, agar diperoleh pohoninti yang produktif untuk menjamin ketersediaan permudaan ramin sebagaibentuk pengelolaan hutan yang lestari.

3.5

3

2.5

2

1.5

1

0.5

0

Page 8: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

47

Biji ramin dikenal sukar ditangani karena cepat busuk serta memilikiviabilitas rendah. Sifat demikian sebenarnya umum dimiliki oleh jenis-jenisprimer hutan tropis dan biasa dikenal sebagai biji rekalsitran. Kecambahdan semai ramin membutuhkan naungan, yakni mencapai 90 % dari sinarmatahari langsung (Soerianegara & Lemmens, 1994). Semai ramin yangmengalami penyinaran matahari langsung akan terhambatpertumbuhannya. Daun akan tampak pucat dan semai kelihatan merana.Akan tetapi informasi lain menyebutkan bahwa semai ramin dengan tinggilebih dari 100 cm cenderung tumbuh baik di tempat agak terbuka denganpenyinaran antara 35 – 65 % (Muin & Purwita, 2002). Hal serupa juga terjadipada uji coba penanaman bibit dari stek pucuk di areal bekas tebangan PT.Diamond Raya Timber (Herman dkk., 1998). Penambahan tinggi dandiameter batang anakan ramin yang ditanam pada berbagai lokasi dengantutupan atau naungan yang berbeda-beda tidak menunjukkan pengaruhyang nyata. Semai yang ditanam di tempat terbuka justru tumbuh lebih baikdibanding yang di bawah naungan.

Dalam pencacahan potensi permudaan ramin sebelum penebangan diareal HPH PT DRT dilaporkan bahwa jarak anakan terhadap pohon indukramin berkisar antara 0,5 – 12 m dengan rata-rata 7 m (Tim Terpadu Ramin,2002). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyataantara diameter pohon induk ramin dengan jumlah dan jarak permudaan dibawah dan sekitarnya (Nizomi, 1993). Dijelaskan bahwa diameter batangpohon induk ramin berpengaruh nyata terhadap sebaran/jarak anakan ramindi bawah dan sekitar pohon induk (Gambar 6).

Gambar 5. Hubungan antara kelas ukuran (diameter) pohon induk danjumlah anakan ramin di area HPH PT Sumber Jaya BaruUtama, Kalimantan Barat (Sumber data: Nazomi, 1995).

Hubungan antara ukuan pohon induk dan jumlah anakan Ramin

y = -2.6652x2 + 23.706x - 13.925R2 = 0.9775

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6Kelas ukuran pohon

Jum

lah

anak

an

Page 9: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

48

Semai ramin dikenal tahan terhadap naungan atau biasa disebut ”shadetolerant”, meskipun pada perkembangan selanjutnya anakan jenis ini mem-butuhkan cukup sinar matahari. Sifat demikian nampaknya merupakan ciriumum jenis-jenis pohon penyusun hutan primer yang dikenal sebagai jenistumbuh lambat. Seperti halnya jenis-jenis Dipterocarpaceae sebagaipenyusun hutan tanah kering Sumatra dan Kalimantan, biji-biji ramin yangberukuran besar dan cepat busuk akan segera berkecambah setelah jatuh.Sesaat setelah musim buah berlalu, semai ramin banyak dijumpai di bawahpohon induknya. Kondisi demikian mendorong binatang herbifora untukdatang ke lokasi tersebut. Dengan demikian, meskipun cukup banyakkecambah ramin di bawah pohon induk, persentase jadi hingga tahapberikutnya akan relatif sedikit. Faktor lain yang menyebabkan sedikitnyaanakan ramin dibanding jenis pohon lain adalah genangan air. Semai raminnampaknya kurang mampu bertahan dalam genangan air saat banjir. Hal iniditunjukkan oleh anakan ramin yang umumnya tumbuh bagus berada padagundukan serasah/media gambut.

Anakan dari berbagai jenis pohon hutan umumnya senantiasa mengalamikesulitan dalam mencapai keberhasilan tumbuh di bawah naungan lebatnyakanopi (Milberg, 1993). Banyak jenis pohon penyusun komunitas hutan,dikenal sebagai spesialis rumpang. Regenerasinya sangat bergantung padaberbagai gangguan pembentuk rumpang. Oleh karena itu gangguan

Persebaran permudaan ramin dari ukuran pohon induk yang berbeda

y = 0.4286x + 2.6667R2 = 0.4704

0

1

2

3

4

5

6

7

0 1 2 3 4 5 6 7

Kelas ukuran pohon induk

Jara

k da

ri po

hon

indu

k

Gambar 6. Hubungan antara kelas ukuran/diameter (cm) pohon induk danjarak (m) sebaran anakan ramin di areal HPH PT Sumber JayaBaru Utama Kalimantan Barat. Kelas diameter (cm): 1=10 –19,9; 2=20-29,9; 3=30-39,9; 440-49,9; 5=50-59,9; 6=60-69,9dan 7=> 70. (Sumber data : Nizomi, 1995).

Page 10: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

49

pembentuk rumpang, dapat dianggap meningkatkan kekayaan jenis ataumerangsang regenerasi hutan. Namun demikian tidak selamanya gangguandapat memberi kesempatan semua jenis pohon hutan. Frekuensi, intensitasserta macam gangguan sangat menentukan kualitas dan kuantitas jenistumbuhan yang akan mengisi rumpang. Milberg (1993) melaporkan bahwasuatu kawasan vegetasi yang sering mengalami gangguan ternyata tidakmengalami pengkayaan jenis meskipun dari penelitian bank biji cukup kaya.Macam dan intensitas gangguan hutan yang melampaui batas toleransiregenerasi jenis-jenis pohon hutan juga akan mengubah pola komunitasselanjutnya. Hasil penelitian regenerasi hutan rawa gambut pascakebakaran menunjukkan bahwa lapisan tingkat pohon umumnya terdiri atassisa jenis-jenis tahan kebakaran. Jenis-jenis pohon utama penyusunkomunitas hutan sebelum terbakar hampir tidak dijumpai (Mirmanto, 2002).

Proses regenerasi tumbuhan hutan gambut menjadi sangat penting untukdikaji lebih rinci, mengingat sebagian besar pohon penyusun komunitashutan tersebut terdiri atas jenis-jenis tumbuh lambat dan sulit beregenerasi.Terbukanya kanopi hutan yang cukup luas justru akan menghambatkecepatan regenerasi sebagian besar jenis pepohonan. Oleh karena itu,populasi anakan ramin pada daerah bekas tebangan umumnya menjadisangat rendah, meskipun sebelumnya pada kawasan hutan yang samapopulasi ramin cukup tinggi (Sutisna dkk, 1988). Kohyama (1992)memberikan suatu model dasar dinamikan hutan tropik dan kaitannyadengan ukuran bukaan kanopi, struktur dan perkembangan populasi pohonhutan sesuai umur. Nampaknya pada bukaan kanopi yang terlampau luas,perkembangan populasi anakan ramin menjadi sangat tertekan oleh jenislain. Di lain pihak keberadaan pohon induk ramin yang produtif sebagaipenyedia biji makin jarang. Oleh karena itu upaya pengayaan melaluipenanaman areal bekas tebang diharapkan dapat membantu mengem-balikan posisi populasi ramin dalam habitat rawa gambut.

Page 11: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

50

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

Hingga saat ini kesulitan paling besar untuk menjamin pengelolaan tegakanalam ramin yang lestari adalah kesulitan dalam mendapatkan data yangtepat tentang riap pertumbuhan dan produksi. Data tersebut sangatdibutuhkan untuk menentukan volume pemanenan dan siklus penebangan.Informasi dan data yang tersedia hingga saat ini masih bersifat skeptistentang laju pertumbuhan pohon hutan secara umum yang diperoleh daripengukuran sesaat. Pendataan secara menerus untuk kurun waktu yangpanjang dari pertumbuhan jenis-jenis pohon hutan tropis terutama di habitatrawa gambut belum dilakukan. Pembuatan petak permanen untuk studidinamika dan riap pertumbuhan jenis-jenis pohon hutan umumnya dilakukanpada hutan daratan yang relatif mudah aksesibilitasnya. Padahalkompleksitas hutan rawa gambut yang sangat tinggi hingga kini belumbanyak diketahui seperti halnya mekanisme pembentukan habitatgambutnya. Sistem pengelolaan hutan yang tidak didasari oleh data daninformasi yang memadai tentang biologi hutan antara lain riap pertumbuhandan proses regenerasi data berakibat tidak tercapainya sistem pengelolaanhutan lestari. Hingga saat ini volume pemanenan ramin diduga masih jauhlebih besar dibanding riap pertumbuhannya. Oleh karena itu, penerapansistem pengelolaan hutan rawa gambut lestari masih perlu dipertanyakankeberhasilannya.

Ramin tergolong jenis pohon tumbuh lambat, berukuran sedang - besar,

PERSEDIAAN BIJI DAN SEMAI

Pembentukan rumpang

Perkembangan umura

b

Gambar 7. Diagam dinamika bukaan kanopi, ukuran dan model strukturpohon hutan. a) model dinamika kepadatan tegakan sesuaiperkembangan umur b) model persebaran ukuran pohon,struktur dan ketergantungan serta penguasaan relung dalamsuatu komunitas hutan .

Page 12: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

51

berbatang lurus silindris, tinggi total bisa mencapai 40-50 m dengandiameter batang setinggi dada mencapai 120 cm. Dari pengukuranbeberapa petak PSP di HPH PT DRT dilaporkan bahwa berdasarkan hasilanalisis riap pertumbuhan diameter ramin rata-rata untuk semua kelasukuran sebesar 0,52 cm (Mujiat & Hermansyah 2005). Istomo (2004)menyebutkan bahwa pertumbuhan diameter ramin juga dipengaruhi olehketebalan gambut. Pertumbuhan diameter ramin pada habitat gambutdengan ketebalan 50 – 100 cm rata-rata hanya mencapai 0,47 cm,sedangkan pada gambut dengan kedalaman 100-200 cm bisa mencapai 90cm per tahun. Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam komunitas hutan alamyang tidak terganggu, pertumbuhan berbagai jenis pohon hutan relatif lebihcepat. Untuk mendapatkan model riap pertumbuhan dan produksi raminsecara tepat diperlukan suatu data seri hasil pengukuran petak permanenuntuk kurun waktu yang lama.

Penelitian dan survei potensi ramin dari berbagai kawasan telah banyakdilakukan, terutama dalam kaitan penilaian potensi tegakan sebagai dasarpengelolaan hutan. Pemanenan dan penentuan tebangan serta realisasiproduksi didasarkan pada data potensi lapangan denganmempertimbangkan kelestarian tegakan. Oleh karena ramin telah masukApendix-II CITES, maka produksi ramin ditentukan melalui jatah tebangberdasarkan hasil kajian Tim Terpadu yang dibentuk oleh otoritas pengelola(Departemen Kahutanan) dan otoras keilmuan (LIPI) denganmempertimbangkan realisasi produksi tahun-tahun sebelumnya.Penentuan kuota tersebut hanya berlaku bagi perusahaan yang memilikisertifikat pengelolaan hutan lestari dalam hal ini hanya HPH PT. DRT diRiau. Data potensi hasil ITSP, kuota oleh Tim Terpadu dan realisasi produksiramin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Realisasi produksi Ramin, Kelompok Meranti dan Komersialcampuran mulai tahun 2000 sampai September 2005 HPH PTDRT, Riau

Sumber Tim Terpadu Ramin 2005.Keterangan : *) : Realisasi produksi sampai dengan 31 Juli 2005

**) : Laporan Penutupan RKT 2004 IUPHHK PT DRT

No. Tahun RKT Jumlah pohon Vol Luas Vol per pohon (m3) (ha) (m3)

1 2000 6.730 17.281.91 993 2,572 2001 11.566 28.369.41 1.695 2,453 2002 3.848 11.784.86 1.800 3,064 2003 4.269 11.135.78 1.784 2,615 2004 4.372**) 13.712.26 1.745 2,526 2005*) 2.512 8.319,xx

Page 13: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

52

Pada dasarnya potensi dan produksi ramin tingkat nasional dapat diprediksisecara tepat melalui analisis data potensi lapangan dan realisasi produksidari kurun waktu yang cukup panjang. Namun sayangnya hingga kini datariap pertumbuhan serta pola regenerasi ramin hasil pemantauan secaramenerus dalam jangka panjang sebagai dasar penentuan kebijakan sistempengelolaan secara lestari belum tersedia.

KESIMPULAN

Telah diakui umum bahwa nama ramin dalam dunia perdagangan kayudiberikan untuk salah satu jenis pohon utama hutan rawa gambutGonystylus bancanus (Miq.) Kurzt. Populasi dan riap pertumbuhanalaminya diketahui berkaitan erat dengan ketebalan habitat gambut. Olehkarena itu, pendugaan potensi ramin di habitat alam nampaknya dapatdidekati melalui kajian persebaran habitat gambut. Jenis pohon tumbuhlambat ini memiliki pola regenerasi yang unik seperti ditunjukkan olehsebaran kelas diameter dan populasi anakannya. Meskipun kedapatancukup melimpah pada hutan rawa gambut yang tidak terganggu, kehadirananakan ramin menjadi sangat jarang pada hutan yang telah rusak. Olehkarena itu, pengukuran dan pemantauan riap pertumbuhan serta polaregenerasi ramin dalam kurun waktu yang panjang menjadi sangat pentinguntuk menduga produktivitas dan ketersediaan anakan. Informasi dan datasemacam ini sangat penting untuk menunjang kebijakan sistempengelolaan hutan rawa gambut secara lestari. Upaya pengayaan anakandalam areal bekas tebangan sangat dibutuhkan guna membantumemulihkan potensi regenerasi pada areal pasca penebangan.

DAFTAR PUSTAKA

Airy Shaw. 1954. Gonystilaceae. Dalam c.G.G.J.van Steenis (edit.) FloraMajesiana vol. IV seri I. Spermatophyta : 350 - 365.

Ashton,M.S.. 1998, Seedlings Ecology of Mixed Dipterocarp Forest. InS.Appanah & J.M.Tumbull (eds.). A Review of Dipterocarps Taxonomy,Ecology and silviculture.CIFOR, Bogor, Indonesia.

Alrasyid.H. dan I.Soerianegara. 1978. Pedoman enrichment planting ramin(Gonystylus bancanus Kurz.).Laporan No.269. Lembaga PenelitianHutan Bogor.

Bismark, T. Kalima, A.Wibowo, R. Savitri, 2005. Potency, Distribution andConservation of Ramin in Indonesia. Technical Report. ITTO PRO.89/03 Rev. 1 (F) Ramin. Forest and Nature Research and DevelopmentCenter, Bogor.

Page 14: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

53

Daryono, H. 1996. Kondisi tegakan tinggal dan permudaan alam hutan rawagambut setelah pembalakan dan teknik propagasinya dalam “DiskusiHasil Penelitian dalam Menunjang Pemanfaatan Hutan yang Lestari”.11-12 Maret 1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan danKonservasi Alam.

Hartshorn, G.S., 1980.Neotropical Forest Dynamics. TropicalSuccession.Vol. 12 Supplement BIOTROPICA: 23 – 30.

Forest Watch Indonesia 2006. Ramin. Laporan Studi PerdaganganDomestik dan Internasional Kayu Ramin.

Herman, Istomo dan C. Wibowo. 1998. Studi pembibitan stek batanganakan ramin (Gonystylus bancanus) dengan menggunakan zatpengatur tumbuh Rootone-F pada berbagai media perakaran JurnalManajemen Hutan Vol. IV no.I-2: 29 - 36.

Istomo 1998. Penyebaran Pertumbuhan pohon ramin (Gonystylusbancanus (Miq.) Kurz.) di Hutan Rawa Gambut: Studi kasus di HPHPT. Inhutani III. Kalimantan Tengah.Laboratorium Ekologi Hutan.Jurusan Manajemen Hutan. Fak. Kehutanan. IPB-Bogor. BuletinManajemen Hutan: 33 - 39.

Istomo, 2004. Eologi Dan Pengelolaan Ramin di Indonesia. DalamWorkshop Perdagangan Kayu Ramin dari Indonesia. Bogor, 7 Januari2004. Ditjen PHKA & TRAFIC Southeast Asia, Bogor.

Kohyama, T. 1994. Size-Structure-Based Models of Forest Dynamcs toInterpret Population – and Community – Level Mechanisms. Juornal ofPlant Research. The Botanical Society of Japan. 107 : 107 – 116.

Komar, T.E., B.Yafid and A. Suryamin, 2005. Population and NaturalRegeneration of Ramin. Tecnical Repot No.12. ITTO PPD.7/03.Rev. 2(F).

Milberg, P.1993. Seed bank and seedlings emerging after soil disturbance ina wet seminatural grassland in Sweden. Ann. Bot. Fennici. 30: 9 -13.

Mirmanto, E., 2002. A Prelimnay study on vegetation and habitat recovery ofpeat swamp post-foest fire in Central Kalimantan, Indonesia.Proceedings f the International Symposium on Land Managementand Biodiversity in South East Asia. September 17-20, 2002, Bali,Indonesia: 27-31

Muin, A. dan T. Purwita, 2002. Intensitas cahaya untuk pemeliharaanpermudaan alam dan penanaman ramin (Gonystylus bancanus(Miq.) Kurz) pada areal bekas tebangan eks HPH PT. Munsim & PT.INHUTANI II. Laporan Utama, Majalah Kehutanan Indonesia Edisi VI :9-13

Page 15: POPULASI RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI HUTAN

PROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDINGPROSIDING Workshop Nasional 2006

54

Mujijat, A. dan Hermansyah, 2005. Praktek Pengelolaan dan PelestarianRamin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) di PT. Diamon RayaTimber. Prosiding Semilka Nasional. Konsrvasi dan PembangunanHutan Ramin di Indonesia. 25 September 2005 , Bogor :106 – 123.

Soehartono, T. and A. Mardiastuti, 2002. CITES Implementation inIndonesia. Nagao Natural Environment Foundation, Jakarta.

Soerianegara, I, E.N and R.H.M.J. Lemmens (eds.), 1994. PROSEA. PlantResources of South East Asia 5 (1) Timber Trees. Major commercialtimbers. PROSEA, Bogor.

Sutisna. U.H.C.Soeyatman dan M.Wardani. 1988. Analisis komposisi jenispohon hutan rawa gambut Tangkiling dan Sampit. Kalimantan Tengah.Bu!. Pen1.Hut. No.497: 4156.

Tim Terpadu Ramin, 2002 – 2005. Laporan Hasil Kajian Lapangan PotensiRamin (Gonystilus bancanus (Miq.) Kurz) pada Areal HPH PTDiamond Raya Timber, Propinsi Riau. Pusat Penelitian Biologi - LIPI,Bogor.

Wahyunto, S. Ritung, Suparto & H.Subagio, 2004. Sebaran Gambut danKandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. WetlandInternational – Indonesia Programme, Bogor