proses difusi inovasi bidang ekonomi kreatif oleh pelaku ... · pada produk garskin merek sayhello...

32
Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku Usaha Sasirangan di Banjarbaru 1 Oleh Aulia Rahmah 2 Abstract This study aims to determine the pattern of utilization of information technology within the framework of innovation diffusion process for empowerment of business actors. This research uses descriptive approach with case study research design. Unit of analysis in this research is sasirangan effort in Banjarbaru. The resource persons in this research are sasirangan business actors who are considered important to explain how far to utilize technology and information. From the results of the research obtained can be concluded that the sasirangan business actors in the city of Banjarbaru most of which is as much as 60% have used technology and information to support the promotion and sale of sasirangan products’ them. But still not maximal considering the obstacles faced by various sasirangan business actors, ranging from no time enough to handle orders if online, because of the busyness that has been owned by business actors in addition to running the sasirangan industry. They are also grounded, because it is still pioneering the initial business so if using technology worried information is not served well. There is even an argued that the lack of facilities to use technology as a media promotion and sales and the lack of ability to purchase the technology devices, as their main obstacle. A. PENDAHULUAN A.1. Latar Belakang Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan. Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai industri yang berasal dari 1 Ditulis ulang dari laporan penelitian Tesis berjudul: “Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku Usaha Sasirangan di Banjarbaru”, yang dibuat Aulia Rahmah dibawah bimbingan Dr Mukhtar Sarman MSi dan Dr Muhammad Anshar Nur MM. 2 Aulia Rahmah adalah mahasiswa Program Magister Sains Administrasi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat (MSAP UNLAM) angkatan tahun 2016.

Upload: lediep

Post on 18-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku Usaha Sasirangan di Banjarbaru1

Oleh Aulia Rahmah2

Abstract

This study aims to determine the pattern of utilization of

information technology within the framework of innovation diffusion process for empowerment of business actors. This research uses descriptive approach with case study research design. Unit of analysis in this research is sasirangan effort in Banjarbaru. The resource persons in this research are sasirangan business actors who are considered important to explain how far to utilize technology and information.

From the results of the research obtained can be concluded that the sasirangan business actors in the city of Banjarbaru most of which is as much as 60% have used technology and information to support the promotion and sale of sasirangan products’ them. But still not maximal considering the obstacles faced by various sasirangan business actors, ranging from no time enough to handle orders if online, because of the busyness that has been owned by business actors in addition to running the sasirangan industry. They are also grounded, because it is still pioneering the initial business so if using technology worried information is not served well. There is even an argued that the lack of facilities to use technology as a media promotion and sales and the lack of ability to purchase the technology devices, as their main obstacle.

A. PENDAHULUAN A.1. Latar Belakang

Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan. Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai industri yang berasal dari

1DitulisulangdarilaporanpenelitianTesisberjudul:“PemanfaatanTeknologiInformasi Dalam Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku Usaha Sasirangan diBanjarbaru”, yang dibuat Aulia Rahmah dibawah bimbingan Dr MukhtarSarmanMSidanDrMuhammadAnsharNurMM.2Aulia Rahmah adalah mahasiswa Program Magister Sains AdministrasiPembangunan Universitas Lambung Mangkurat (MSAP UNLAM) angkatantahun2016.

Page 2: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

34

pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Sumotarto, 2010). Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Perdagangan RI, telah menetapkan 14 sektor industri kreatif, yakni 1) Periklanan, 2) Arsitektur, 3) Pasar Barang Seni, 4) Kerajinan, 5) Desain, 6) Gaya Berbusana (Fashion), 7) Video, Film, dan Fotografi, 8) Permainan Interaktif, 9) Musik, 10) Seni Pertunjukan, 11) Penerbitan dan Percetakan, 12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, 13) Televisi dan Radio, serta 14) Riset dan Pengembangan (Simatupang 2007).

Fashion diartikan sebagai gaya berbusana yang populer dalam suatu budaya. Fashion selalu menuntut segala sesuatu yang up to date atau selalu mengikuti perkembangan zaman serta produk fashion selalu inovatif dan berkembang. Dalam perkembangannya, gaya berbusana tidak hanya dipahami sebatas pakaian, tetapi juga melebar pada perangkat perlengkapannya seperti sepatu, tas dan lain-lain, bahkan berbagai produk sampai gaya hidup. Gaya berbusana adalah proses penyebaran sosial bagi sebuah mode baru untuk diadopsi oleh kelompok konsumen. Gaya berbusana tersebut mengacu pada kombinasi beberapa atribut yang dianggap mutakhir, sehingga jika tidak mengadopsinya maka bisa dianggap tidak mengikuti gaya berbusana, atau ketinggalan jaman (Safitri 2008). Gaya berbusana merupakan subsektor yang dominan dalam memberikan kontribusi ekonomi. Jenis industri ini menjadi lokomotif dalam perkembangan industri kreatif nasional. Kementerian Perindustrian dan perdagangan (Kemenperin) menyebutkan bahwa kontribusi gaya busana jauh mengungguli kontribusi jenis industri kecil lainnya baik dalam nilai tambah, tenaga kerja, jumlah perusahaan, maupun ekspornya (Narasumber 2013).

Gaya berbusana memang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sifatnya yang musiman menuntut para pelaku usaha agar selalu menciptakan sesuatu yang baru. Bagi mereka yang tidak bisa memenuhi permintaan pasar, akan tergilas dan tertinggal di belakang. Sebaliknya, mereka yang mampu memenuhi permintaan pasar, akan semakin berkembang dan membesar. Industri gaya berbusana di Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan gaya busana yang sudah mengarah pada pemenuhan gaya hidup dalam berbusana, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan berbusana pada zaman sekarang tidak hanya untuk menutupi tubuh, tetapi juga menunjukkan gaya hidup dan identitas pemakaianya (Rahmawati, 2013).

Industri gaya berbusana, sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini didukung oleh teknologi informasi, terutama untuk memperluas

Page 3: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

35

jaringan pemasarannya.Teknologi informasi adalah pengaplikasian program komputer untuk memecahkan permasalahan proses bisnis. Seseorang di industri ini kemungkinan akan berinteraksi dengan orang lain baik secara langsung atau melalui telepon atau melalui email untuk membantu memecahkan masalah seputar teknologi (Widiastuti,2011). Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Gaya berbusana berkembang karena adanya faktor pendukung dari media yang luas dan semakin hari semakin berkembang dan variatif. Internet sebagai media sosial tercanggih saat ini merupakan pusat dari segala informasi. Informasi tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi suatu masyarakat. Dengan wawasan baru dan pengetahuan terbaru masyarakat akan semakin berfikir maju dan kreatif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak pengusaha dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien. Media sosial sperti facebook, twitter, instagram memiliki sejumlah manfaat bagi pengusaha dan lebih cepat dari media konvensional seperti media cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran (Kurniansyah,2011).

Kreatifitas dan inovasi merupakan ujung tombak dalam menghadapi persaingan global yang berkembang dinamis. Kreatifitas dan inovasi dapat terjadi disemua lapisan masyarakat dan tidak hanya tergantung pada tingkat pendidikan. Prakondisi yang penting untuk mendukung proses kreatifitas dan inovasi adalah tingginya tingkat kepekaan terhadap kebutuhan atau terhadap perubahan lingkungan. Proses difusi inovasi dalam perkembangan teknologi merupakan bagian dari media. Dalam hal ini media mempunyai pengaruh yang kuat dalam penyebaran temuan-temuan baru (inovasi). Difusi inovasi itu sendiri adalah peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebaran ide-ide dan hal-hal baru secara terus menerus melampaui batas-batas tempat, waktu, dan bidang (Nurudin, 2004).

Berkembangnya penjualan dan promosi usaha melalui internet atau e-commerce di Indonesia diasumsikan memberikan dampak yang membutuhkan regulasi tertentu untuk mengaturnya. Pada tahun 2014, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur bisnis e-commerce di Indonesia dengan terbitnya UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Peraturan ini dijadikan dasar hukum penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) dan konsumen dalam kegiatan perdagangan via sistem elektronik. UU No. 7 Tahun 2014 mendefinisikan PMSE sebagai perdagangan yang transaksinya dilakukan dengan serangkaian

Page 4: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

36

perangkat atau prosedur elektronik, yang termasuk dalam PMSE adalah pedagang/merchant dan PPSE (Penyelenggara Perdagangan Secara Elektronik) seperti penyelenggara komunikasi elektronik, iklan elektronik, penyelenggara sistem aplikasi transaksi elektronik, penyelenggara sistem aplikasi transaksi elektronik, penyelenggara jasa aplikasi sistem pembayaran secara elektronik, serta penyelenggara jasa dan sistem aplikasi pengiriman barang.

Peraturan yang mengatur bisnis e-commerce Indonesia di UU No.7 Tahun 2014 ada di BAB VIII – Perdagangan Melalui Sistem Elektronik pasal 65. Isinya adalah sebagai berikut: 1) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang atau Jasa

dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan informasi secara lengkap dan benar.

2) Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang dan Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

4) Data atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: (a) identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku

usaha distribusi; (b) persyaratan teknis Barang yang ditawarkan; (c) persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang ditawarkan; (d) harga dan cara pembayaran Barang dan/atau Jasa; dan (e) cara penyerahan Barang.

5) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan Jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.

Pasal 65 UU No. 7 Tahun 2014 tersebut ada kaitannya dengan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjual online), sesuai Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen adalah: a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d) menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa

Page 5: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

37

yang berlaku; e) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, atau

mencoba barang dan jasa tertentu serta memberi jaminan dan garansi atas barang yang dibuat atau yang diperdagangkan;

f) memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan;

g) memberi kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang dan jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Lebih tegas lagi Pasal 8 UU Perlindungan Konsumen melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut. Berdasarkan pasal tersebut, ketidaksesuaian spesifikasi barang yang diterima dengan barang tertera dalam iklan atau foto penawaran barang merupakan bentuk pelanggaran atau larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.

Dari sekian banyak teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dari manapun adalah menggunakan media massa yang biasa dikenal melalui televisi, radio, internet, dan lain-lain. Para pelaku usaha mempergunakan banyak media untuk mempromosikan usahanya, salah satu media yang paling gampang dan mudah adalah media sosial, adanya media sosial tersebut memberikan kemudahan bagi masyarakat di seluruh dunia untuk mengetahui kecendrungan gaya berbusana khususnya kreasi kain sasirangan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, media online juga telah mulai digunakan oleh para pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru. Para pelaku usaha itu memasarkan produknya, antara lain pakaian jadi, sandal, tas, dompet, ikat pinggang, serta beberapa produk kerajinan lainnya yang berasal dari kain bermotif sasaringan, secara online menggunakan media internet atau media sosial.

A.2. Pokok Masalah

Walaupun memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara perluasan pasar dengan menggunakan teknologi informasi dengan makin berkembangnya bisnis para pelaku usaha sasingan dalam kaitan mempermudah mereka dalam promosi produk usahanya, tetapi satu hal yang dianggap krusial adalah fakta bahwa tidak semua pelaku usaha dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Hal itu terbukti dari data di lapangan, bahwa hanya sekitar 60% dari pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru yang memanfaatkan teknologi informasi. Dan hal itu ada kaitannya dengan proses difusi inovasi, baik yang berasal dari faktor internal pelaku usaha sendiri maupun faktor eksternal karena peran pemerintah daerah selaku pembina usaha mikro.

Page 6: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

38

A.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana proses difusi inovasi dalam hal pemanfaatan teknologi informasi pada para pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru?

A.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan teknologi informasi dalam kerangka proses difusi inovasi untuk pemberdayaan pelaku usaha.

B. METODOLOGI B.1. Tinjauan Pustaka B.1.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Barlian (2014) menggambarkan bahwa distro adalah salah satu sektor industri fashion yang berkembang di kota Bandung, yang sekaligus masuk ke dalam industri kreatif yang paling menonjol di Indonesia. Banyak penelitian telah dilakukan seputar industri kreatif, termasuk distro. Penelitian terhadap fashion sebagai industri kreatif melibatkan aspek- aspek pemasaran, profitabilitas, dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, masih sedikit yang fokus pada penciptaan kreasi dan proses kreatif di dalamnya, yang justru menjadi faktor utama keberlangsungan industri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kreatif menjadi faktor kunci keberhasilan dan keberlangsungan distro. Di samping itu, temuan-temuan hasil wawancara menunjukkan beberapa hambatan seperti kemampuan manajerial yang buruk, dan ketidakberanian mengambil resiko menjadi faktor utama dalam kegagalan bagi pelaku distro di Kota Bandung.

Hasil Penelitian Nurgiyantoro (2014) menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif strategi promosi melalui sosial media terhadap keputusan pembelian produk, (2) Terdapat pengaruh positif strategi promosi melalui social media terhadap word of mouth marketing pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat pengaruh strategi promosi melalui social media terhadap keputusan pembelian yang dimediasi word of mouth marketing pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta.

Dari penelitian Anwar dkk (2004) tergambar karakteristik pengusaha, potensi kewirausahaan, dan kesuksesan industri Sasirangan serta kebijakan pembangunan pakaian Sasirangan di Kalimantan Selatan, lebih lanjut, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mempelajari upaya pemberdayaan industri Sasirangan. Pada gilirannya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam

Page 7: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

39

mengembangkan konsep kesejahteraan sosial melalui pemberdayaan paradigma dan berkontribusi dalam membantu pemerintah daerah untuk mengembangkan identitas unik dari Kalimantan Selatan. Sampel penelitian ini adalah pengusaha industri Sasirangan yang telah memenuhi kriteria standar.

Penelitian Mukhlis (2015) menyelidiki bagaimana penggunaan internet dan mengetahui apa dampak positif dan dampak negatifnya terhadap perkembangan Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta memberikan upaya agar perkembangan siswa tidak menjadi sia-sia dalam penggunaan teknologi dan dapat terus menggunakan internet sebagai inovasi. Dalam penelitian ini dilakukan metode skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Ada beberapa pernyataan yang terungkap dibeberapa siswa yang berhubungan dengan keterampilan dan isu-isu pengelolaan seperti penyusunan dan penggunaan yang efektif.

Dari penelitian Dalyono (2010) dapat diketahui bahwa pemanfaatan teknologi informasi (TI) dan tingkat modernitas generasi muda serta kontribusi dari status sosial ekonomi, pengetahuan tentang TI, dan konsumsi media pada tingkat TI pemanfaatan dan tingkat modernitas pemuda perkotaan. Data dikumpulkan melalui serangkaian kuesioner dan tes. Subyek penelitian ini adalah 400 mahasiswa dari tujuh perguruan tinggi di Yogyakarta, baik perguruan tinggi negeri dan swasta. Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta (65,3%) menggunakan TI hanya untuk kebutuhan pribadi mereka, terutama untuk komunikasi dan hiburan, yang gaya hidup berorientasi. Selain itu, dalam hal tingkat modernitas, sebagian besar subyek (71,5%) berada pada tingkat yang modern adaptif, tercermin dalam kenyataan bahwa mereka selalu mengikuti perubahan saat ini dalam gaya hidup, memiliki sikap kritis moderat, tetapi menunjukkan toleransi yang adil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi media massa muncul untuk memberikan kontribusi terbesar secara signifikan untuk kedua penggunaan TI dan tingkat modernitas; status sosial ekonomi keluarga ditemukan jauh berkontribusi pada lisasi utilitarian dari TI, tetapi tidak untuk tingkat modernitas; dan pengetahuan TI memiliki sedikit kontribusi terhadap penggunaan TI dan tingkat modernitas.

Kendati penelitian-penelitian terdahulu itu tidak membahas proses difusi inovasi, namun penelitian tersebut paling tidak memberikan dasar pemahaman bahwa penggunaan internet untuk pengembangan usaha kerajinan membutuhkan pemahaman tentang hal tu. Seperti misalnya penelitian Dalyono di atas, konsumen dari kalangan generasi muda ternyata sangat perhatian terhadap gaya hidup dan hal itu tergantung pada status sosial mereka dan bagaimana mereka sebagai

Page 8: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

40

bagian dari komunitasnya beradaptasi dengan segala perubahan sosial yang terjadi.

B.1.2. Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif

Menurut Narasumber (2009) industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Alvin Toffler (198) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif. Menurut ahli ekonomi Paul Romer, ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Narasumber 2014). Ekonomi Kreatif menurut penulis ialah sebuah konsep diera ekonomi baru yang mengandalkan kreatifitas, ide, dan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Faktor utama dalam ekonomi kreatif adalah sumber daya manusia. Ekonomi kreatif akan didukung dengan jalan nya industri kreatif, Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara-negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya. Negara-egara membangun potensi ekonomi kreatif dengan caranya masing-masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut. Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio serta riset dan pengembangan.

Ekonomi kreatif ini diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah: (1) relatif rendahnya

Page 9: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

41

pertumbuhan ekonomi pasca krisis, (2) masih tingginya pengangguran, (3) tingginya tingkat kemiskinan, dan (4) rendahnya daya saing industri di Indonesia. Sebagai langkah nyata dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia 2025, maka pemerintah telah melakukan kajian awal untuk memetakan kontribusi ekonomi dari industri kreatif yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Hal ini, kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan, Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 serta, Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009-2015, dan akhirnya diharapkan setiap departemen teknis terkait akan membuat rencana kerja berupa program dan kegiatan nyata (rencana aksi) yang akan dilakukan untuk mengembangkan sektor industri kreatif ini (Narasumber 2013).

Terdapat beberapa indikator dalam meningkatkan daya saing usaha ekonomi kreatif diantaranya (Anggraini, 2008) : 1. Kesiapan SDM Kreatif . Di era ekonomi kreatif, dimana kreativitas

menjadi industri, pekerja kreatif tidak hanya dari dunia seni melainkan juga dari dunia manajemen, sains, dan teknologi. SDM kreatif meliputi orang-orang dari berbagai kalangan. Kesiapan SDM kreatif seperti para pelaku usaha sasirangan sangat penting agar mampu bersaing dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

2. Lembaga Keuangan Bagi Industri Kreatif Dukungan lembaga keuangan pada insan-insan kreatif Indonesia masih dirasakan rendah, Misalnya industri-industri kreatif baru terutama yang berbasis konten digital yang menunjukkan pertumbuhan diatas rata-rata masih sulit untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan masih belum memahami bisnis di industri kreatif ini, sehingga lembaga keuangan masih sulit memberikan dukungan. Saat ini sudah terdapat skema pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan, dan Perbankan (enam bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri) tentang penjaminan kredit atau pembiayaan kepada UKM atau Koperasi, yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh skema pmbiayaan bagi industri kreatif. Tetapi hal ini belum dapat dimanfaatkan oleh industri kreatif karena kendala perbedaan pola bisnis sektor industri kreatif dengan sektor-sektor industri lainnya, sehingga perbankan akan cenderung menilai sektor industri kreatif belum bankable. Salah satu hal yang dapat mendukung berkembangnya suatu Usaha Kecil Menengah (UKM) agar tercipta perekonomian yang kokoh adalah faktor modal. Hingga saat ini faktor modal berupa kredit usaha masih diusahakan pemerintah

Page 10: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

42

dan tercantum dalam kebijakannya. Pemerintah melakukan kegiatan pokok di bidang permodalan di antaranya adalah memperluas, memperkuat, dan memfasilitasi sumber-sumber pembiayaan serta meningkatkan kredit skala mikro dan kecil. Dengan demikian, permodalan menjadi faktor yang penting bagi kemajuan UKM dalam rangka menguatkan ekonomi nasional meskipun dalam kenyataannya, beberapa pelaku UKM masih mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit tersebut.

Meningkatkan daya saing dalam usaha ekonomi kreatif harus memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman berbisnis. Seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai berbisnis, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru, kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang, kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya yang tersedia. Dengan banyaknya kemampuan yang dimiliki oleh pelaku usaha sehingga dapat memproduksi sasirangan kreasi yang berbeda dari yang lain untuk menarik minat konsumen.

B.1.3. Teknologi Informasi

Pengertian teknologi informasi menurut Oxford English Dictionary adalah hardware, software dan bisa termasuk di dalamnya jaringan dan telekomunikasi yang biasanya dalah konteks bisnis atau usaha. Teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan atau menyebarkan informasi. Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi komunikasi atau telekomunikasi merupakan teknologi komunikasi jarak jauh. Termasuk teknologi telekomunikasi yang kita gunakan sehari-hari adalah telepon, televisi, radio, handphone. Dikatakan sebelumnya bahwa teknologi informasi merupakan konvergensi antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi, saat ini teknologi telekomunikasi yang disebutkan di atas telah dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah komputer. Sehingga beberapa komputer dapat berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Inilah makna dari kata “konvergensi” di

Page 11: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

43

atas yang kemudian lazim disebut sebagai Teknologi Informasi. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Menurut Rasmussen College, teknologi informasi adalah pengaplikasian program komputer untuk memecahkan permasalahan proses bisnis. Seseorang di industri ini kemungkinan akan berinteraksi dengan orang lain baik secara langsung atau melalui telepon atau melalui email untuk membantu memecahkan masalah seputar teknologi (Widiastuti, 2011). Dalam penelitian ini penggunaan teknologi informasi tidak hanya pada media sosial, tetapi sampai pada proses transaksi dan pengiriman barang hingga sampai kepada konsumen.

Secara umum perkembangan dalam era informasi menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: (1) meningkatnya daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan,

memanipulasikan, dan menyajikan informasi, (2) kecepatan penyajian informasi yang meningkat; (3) miniaturisasi perangkat keras yang disertai dengan ketersediaannya

yang melimpah; (4) keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam

kebutuhan; (5) biaya perolehan informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang

cepat dalam jarak yang jauh, yang relatif semakin menurun; (6) kemudahan penggunaan produk teknologi komunikasi dan

informasi, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunaknya;

(7) kemampuan distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, karena itu informasi lebih mudah diperoleh dengan menembus batas-batas geografis, politis, maupun kedaulatan;

(8) meningkatnya kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan, hingga memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya prediksi masa depan yang lebih tepat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi menurut Thomson et.al. seperti yang dikutip oleh Sabihaini (2006:5) yaitu sebagai berikut: a. Faktor sosial. Merupakan internalisasi kultur subyektif kelompok dan

persetujuan interpersonal tertentu yang dibuat individual dengan yang lain dalam situasi sosial tertentu. Kultur subyektif berisi norma (norm) dan nilai-nilai (value).

Page 12: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

44

b. Faktor yang mempengaruhi. Dapat diartikan sebagai perasaan individu atas pekerjaan, apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan, rasa suka atau tidak suka dalam melakukan pekerjaan individu dengan menggunakan teknologi informasi.

c. Kompleksitas. Sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan digunakan.

d. Kesesuaian. Dapat di ukur dengan mengetahui apakah individu percaya bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan. Hubungan yang positif antara kesesuaian tugas dengan pemanfaatan teknologi informasi telah dibuktikan hasil penelitian. Konsekuensi jangka panjang. Konsekuensi jangka panjang dari keluaran yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan dimasa yang akan datang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini.

e. Kondisi yang memfasilitasi. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, kondisi yang memfasilitasi dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi.

Selama ini pelanggan yang ingin membeli ataupun melihat-lihat suatu produk diharuskan untuk mendatangi tempat dari penjual produk sendiri dan hal itu sangatlah tidak efisien bagi para pelanggan yang mempunyai kesibukan kesibukan yang sangat padat sekali. Dengan adanya layanan electronic commerce (e-commerce) maka pelanggan dapat mengakses serta melakukan pesanan dari berbagai tempat. E-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa dengan menggunakan media elektronik. Dengan adanya era teknologi yang canggih saat ini para pelanggan yang ingin mengakses e-commerce tidak harus berada di suatu tempat, hal itu dikarenakan di kota kota besar di Indonesia telah banyak tempat tempat yang menyediakan suatu fasilitas akses internet hanya dengan menggunakan laptop atau notebook ataupun dengan menggunakan teknologi wifi. Transaksi yang dapat dilakukan di internet, antara lain pemesanan atau pembelian barang dimana barang akan dikirimkan melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual (Almilia,2005).

Manfaat e-commerce bagi pelaku usaha antara lain: (1) Meningkatkan mutu layanan. Dengan adanya e-commerce memungkinkan perusahaan dapat meningkatkan layanan dengan melakukan interkasi yang lebih personal sehingga dapat memberikan informasinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen: (2) Melayani konsumen tanpa batas waktu; (3) Dapat meningkatkan pangsa pasar. Transaksi online yang membuat semua orang di seluruh dunia dapat memesan dan membeli produk yang dijual hanya dengan melalui media computer dan tidak terbatas jarak dan waktu. (4) Menurunkan biaya operasional.

Page 13: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

45

Transaksi e-Commerce adalah transaksi yang sebagian besar operasionalnya diprogram di dalam komputer sehingga biaya-biaya seperti showroom, beban gaji yang berlebihan, dan lain-lain tidak perlu terjadi (Almilia, 2005).

B.1.4. Peran Media Masa

Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia media masa merupakan sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. media adalah alat untuk menyampaikan informasi kepada penerima dan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian agar terjadi komunikasi yang efektif dan efisien (Arsyad, 2002:4).

Media mainstream adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas, terukur, dan dapat dipertanggung jawabkan, karena memiliki badan hukum dan lembaga pers yang jelas dan terbuka. Media mainstream sering dianggap sebagai sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Media mempunyai tanggung jawab sosial terhadap masyarakat yaitu memberitakan informasi secara jujur, dan mendidik masyarakat. tapi, seringkali tanggung jawab sosial ini berbenturan dengan kepentingan ekonomi si perusahaan media. Media lebih sering mengejar rating untuk menarik perhatian si pengiklan dari pada menjalankan fungsi tersebut. Sebagian orang menganggap bahwa media mainstream memandang kebutuhan khalayak sama dengan kebutuhan mayoritas khalayak, dan kebutuhan khalayak sendiri juga tereduksi menjadi sesuatu yang diinginkan khalayak. padahal, keinginan khalayak (public wants) belum tentu merupakan kebutuhan khalayak (public needs), karena keinginan khalayak justru lebih banyak terbentuk atas dasar manipulasi media melalui berbagai iklannya. tanpa kita sadari, pengaruh media masuk ke dalam alam bawah sadar kita. Padahal dibalik itu semua ada kepentingan ekonomi si pengiklan. Bisa dikatakan bahwa media mainstream tidaklah memihak pada masyarakat, dan malah memihak pada pengiklan, dan si pemilik media. Media yang tergolong sebagai pers mainstream diantaranya adalah TV, Surat Kabar, Radio (Wahyudi, 2011).

Media alternatif adalah media yang dipegang oleh mereka selain dari industri media, media alternatif akan memberitakan sebuah informasi demi hal yang lain, tidak semata- mata karena keuntungan.

Page 14: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

46

Media alternative adalah sesuatu yang baru dan berbeda dari media mainstream. Media alternatif, yang saat ini menjadi fenomena di indonesia, lahir dari ketidakpuasan masyarakat dengan media massa yang ada. media-media besar semakin hari semakin berpihak kepada kepentingan penguasa. informasi yang dihadirkan sering kali tidak berimbang. hal ini yang menyebabkan masyarakat tidak puas dengan berita-berita yang disajikan di media mainstream. Adapun yang termasuk media alternatif diantaranya adalah media sosial seperti facebook, twitter, Instagram (Wahyudi, 2011).

Media sosial merupakan media online yang mendukung interaksi sosial dan menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Tidak dapat dipungkiri dampak dari teknologi informasi media sosial terhadap masyarakat, termasuk trend fashion. Melalui media ini, trend fashion seakan disosialisasikan kepada masyarakat seolah-olah itulah trend fashion yang harus diikuti (Abdullah, 2006).

Media memiliki berbagai macam peran, pertama dan utama adalah menyiarkan informasi (to inform), entah informasi tentang peristiwa yang terjadi, gagasan, atau pikiran orang. Orang membaca surat kabar terutama karena ingin mencari informasi. Peran kedua adalah mendidik (to educate). Lewat pemberitaannya, pers mencoba memberi pencerahan, mencerdaskan, dan meluaskan wawasan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsanya. Dalam konteks politik, pers memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, menyadarkan mereka akan hak dan kewajibannya sebagai warga. Peran ketiga adalah menghibur (to entertain). Hal-hal yang bersifat menghibur sering kita temukan di media massa seperti: berita seputar selebritis, teka-teki silang, cerita bersambung, dan lain-lain sebagai selingan dari berita-berita berat yang lain. Peran keempat adalah mempengaruhi (to influence). Media yang independen dan bebas dapat mempengaruhi dan melakukan fungsi kontrol sosial (social control). Yang dikontrol bukan cuma penguasa, pemerintah, parlemen, institusi pengadilan, militer, tetapi juga berbagai hal di dalam masyarakat itu sendiri (Aditya, 2008).

Dunia fashion berkembang karena adanya faktor pendukung dari teknologi informasi dalam hal ini media sosial yang semakin hari semakin berkembang dan variatif. Internet sebagai media sosial tercanggih saat ini merupakan sebuah kemajuan dari teknologi informasi. Informasi tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi suatu masyarakat. Dalam era globalisasi ini internet sangat mudah di akses dimana saja. Saat in orang dapat mengakses internet melalui laptop, handphone, serta melalui gadget yang semakin hari semakin canggih. Dengan kemudahan-kemudahan yang kita dapatkan saat mengakses internet ini membuat seseorang lebih cenderung banyak

Page 15: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

47

memanfaatkan situs-situs di internet untuk mengakses segala informasi yang berkaitan dengan fashion khususnya dalam berpromosi tentang fashion yang semakin hari semakin up to date. Selain dengan kemudahan yang kita dapat melaui internet, kita juga dapat mengakses internet pada waktu kapanpun. Informasi yang beredar di internet biasanya lebih cepat dibandingkan dengan media cetak, hal ini juga yang membuat masyarakat lebih memilih internet daripada media cetak. Internet juga menjadi faktor penentu berkembang nya industri fashion. Informasi mengenai trend fashion terbaru akan cepat meyebarluas di masyarakat. Penyedia busana secara onlinepun ikut memberikan peran dengan menyediakan berbagai busana yang mengikuti trend fashion, Sehingga mau tidak mau masyarakat akan cenderung mengikuti trend fashion yang ada. Artinya para pengguna internet mendapatkan kesempatan akses virtual untuk mengetahui update, acara, ataupun tren-tren terbaru menggunakan peralatan digital secara langsung.

Pengaruh teknologi informasi tidak hanya memberikan kesempatan para penggunanya mendapatkan trend terbaru pada beragam situs dan mendapatkan banyak inspirasi, tetapi dapat pula berbagi penampilan mereka secara online dan mendapatkan respon langsung dari komunitas fashion itu sendiri. Secara efektif, teknologi telah mempengaruhi berpakaian seseorang. Faktor yang dominan menjadi penyebab perkembanganya trend fashion di Indonesia adalah media sosial. Hal ini akibat dari arus globalisasi yang membuat peran media sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan industri fashion. Dengan menggunakan media sebagai suatu alat yang dapat memberikan informasi maupun sebagai alat untuk promosi dan memasarkan produk fashion apa yang sedang menjadi trend dan termasuk mempengaruhi masyarakat untuk dapat mengikuti tren fashion terbaru. Dengan kemudahan teknologi dengan jaringan internet, masyarakat tidak harus mengeluarkan uang untuk mengetahui perkembangan fashion, mereka cukup mengakses situs yang ada di internet (Razaq, 2013).

Dari sekian banyak teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah adalah menggunakan media sosial. Adanya media sosial memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengetahui trend fashion, tak terkecuali kreasi kain sasirangan. Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan bagi banyak pengusaha dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan. Media sosial seperti facebook, twitter, instagram memiliki manfaat bagi pengusaha yaitu lebih mudah untuk di akses dimanapun dan lebih cepat informasi dapat disampaikan dari pada melalui media konvensional seperti media cetak,

Page 16: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

48

iklan TV, brosur dan selebaran. Sebelum bertransaksi melalui sosial media pelaku usaha perlu menentukan beberapa hal dasar yang sangat penting dalam menunjang suksesnya sebuah transaksi (Refangga, 2014): (1) Status Sosial Konsumen Pelaku usaha melalui teknologi informasi

media sosial harus mampu menentukan apakah status sosial pembelinya, tujuannya adalah untuk mendapatkan konsumen yang sesuai target. Sesuai dengan produk yang dijual maka sekmentasi untuk konsumen dari kalangan atas, bawah, maupun menengah sudah kita klasifikasikan agar tidak terjadi kesalahan dalam memperoleh target konsumen.

(2) Akun Media Sosial Pelaku usaha menampilkan produknya yang akan ditawarkan dalam situs web, yaitu tempat menjajakan serta menjelaskan produk yang dijual. Para pembeli hanya tinggal melihat-lihat saja mana produk yang akan dibeli dan tidak. Ada banyak cara dalam menawarkan produk secara online, tinggal kita saja yang memilih apa yang cocok untuk kita. Segala cara dan pilihan transaksi harus dijelaskan secara gamblang.

(3) Jenis Media Sosial Email, online messenger, dan lain sebagainya bisa digunakan untuk berhubungan dengan konsumen. Transaksi yang baik dan sehat adalah di mana penjual dan pembeli melakukan komunikasi lebih dulu sebelum transaksi terjadi (pembeli kepada penjual), setelah pembayaran terjadi (penjual dan pembeli), setelah pengiriman terjadi (penjual kepada pembeli) dan setelah barang sudah diterima pembeli (pembeli ke penjual).

B.1.5. Perkembangan Cara Pembayaran dan Pengiriman

Pelaku usaha harus mempersiapkan cara pembeli melakukan pembayaran baik dengan cara transfer rekening bank, kartu kredit, pembayaran digital online, cash on delivery, atau yang lainnya. Penjual harus bisa menerima teknik pembayaran yang umum dan tidak menyulitkan konsumen dalam melakukan transaksi pembayaran. Dalam perbankan Teknologi Informasi adalah diterapkannya transaksi perbankan lewat internet atau dikenal dengan Internet Banking. Beberapa transaksi yang dapat dilakukan melalui Internet Banking antara lain transfer uang, pengecekan saldo, pemindahbukuan, pembayaran tagihan, dan informasi rekening. Sehingga dengan adanya TI ini para pelaku perdagangan dan orang orang yang bekerja di bank tidak perlu repot-repot bekerja secara manual. Pembeli pun sudah harus siap memiliki alat pembayaran yang dapat diterima penjual saat transaksi jual beli terjadi. Untuk mendapatkan fleksibilitas metode pembayaran di luar yang ada, antara penjual dan pembeli dapat melakukan komunikasi negoisasi.

Perkembangan cara pembayaran diikuti pula dengan perkembangan (baca: perubahan) pengiriman barang. Kalau secara

Page 17: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

49

konvensional barang yang dibeli umumnya harus dibawa atau diambil sendiri oleh pembelinya, maka dalam perkembangan mutakhir barang yang dibeli tidak perlu lagi demikian. Ada jasa kurir yang memperantarai antara pembeli dan pihal penjual. Dalam cara mutakhir ini pihak pembeli perlu untuk mencantumkan alamat yang jelas dan lengkap ke mana barang akan dikirim penjual. Jangan sampai barang yang dikirim nyasar ke alamat lain atau tidak dikenal sehingga menghambat transaksi. Penjual juga harus memilih jasa pengiriman (kurir) yang baik dan bisa dipercaya. Bisa juga penjual yang datang langsung ke alamat pembeli jika memungkinkan (metode cash on delivery). Dari awal sebelum transaksi penjual harus sudah dapat menentukan ongkos kirim yang akan dibebankan kepada pembeli maupun ditanggung sendiri.

B.1.6. Konsep Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Sedangkan Inovasi dalam sehari-hari diartikan dalam dua pengertian. Pertama, diartikan sesuatu ide, atau obyek baru yang dimanfaatkan oleh seseorang atau masyarakat. Pengertian yang kedua adalah bukan produk atau ide, tetapi bagaimana sesuatu yang baru tersebut dapat terbentuk dan dimanfaatkan dalam masyarakat, jadi prosesnya. Daya inovasi adalah kemampuan individu atau masyarakat memanipulasi atau mengintervensi lingkungan menurut kepentingan individu atau masyarakat tersebut. Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan oleh pelaku usaha sasirangan di banjarbaru adalah melakukan proses penjualan dan promosi melalui teknologi informasi dalam hal ini media sosial.

Difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem

Page 18: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

50

sosial. Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu

inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.

Menurut Rogers proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu : a. Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.

b. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media masa.

c. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (i) proses pengambilan keputusan inovasi, (ii) keinovatifan seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan (iii) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

d. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat seseorang dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Sama ketika pelaku usaha memulai bisnis nya dengan perantara teknologi informasi dalam hal ini media sosial sebagai inovasi dan gagasan baru untuk melakukan promosi penjualan, pelaku usaha sasirangan dapat memutuskan untuk menolak atau menerima inovasi dan ide baru tersebut dalam usahanya.

Rogers (1983) merumuskan sedikitnya ada lima tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi, yakni mencakup: 1. Tahap pengetahuan . Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki

informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak,

Page 19: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

51

maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (a) Karakteristik sosial- ekonomi, (b) Nilai-nilai pribadi, dan (c) Pola komunikasi.

2. Tahap persuasi . Pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (a) Kelebihan inovasi, (b) Tingkat keserasian, (c) Kompleksitas, ( d) Dapat dicoba, dan (e) Dapat dilihat.

3. Tahap pengambilan keputusan . Pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Tahap implementasi . Ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5. Tahap konf irmasi . Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Dalam proses inovasi keputusan seseorang mencari informasi dalam beberapa langkah untuk mengurangi ketidakpastian mengenal inovasi. Pada langkah pengetahuan seseorang menerima informasi yang melekat pada inovasi teknologis; dia ingin mengetahui inovasi apa itu dan bagaimana kerjanya. Tetapi pada langkah persuasi dan keputusan, seseorang mencari informasi tentang penilaian inovasi untuk mengurangi ketidakpastian mengenai kosekuensi yang diharapkan dari inovasi itu. Langkah keputusan membawanya ke penerimaan (adopsi), keputusan untuk memanfaatkan inovasi itu sepenuhnya, atau ke peneolakan, keputusan untuk inovasi tersebut

B.2. Metode Penelitian B.2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berbasis metode studi kasus. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pola pemanfaatan teknologi yang mendukung dalam kerangka proses difusi inovasi untuk pemberdayaan pelaku usaha. Menurut Sarman (2004) metode penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian sosial yang berorientasi pada penelitian lapangan, kajiannya bisa melampaui waktu kasusnya terjadi; dan hal ini

Page 20: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

52

dimungkinkan karena metode ini bisa diarahkan untuk merekonstruksi kejadian meskipun waktunya sudah lampau. Studi kasus dianggap relevan untuk meliput secara langsung kondisi dan kejadian di lapangan, yakni mengenai pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang industri kreatif oleh pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru.

B.2.2. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian kualitatif biasanya mengandalkan data yang dikumpulkan dalam bentuk tekstual atas dasar pengamatan dan interaksi dengan subyek penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumen. Observasi difokuskan pada bagaimana perilaku pelaku usaha sasaringan dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung pengembangan usahanya. Wawancara dilakukan terhadap pelaku usaha sasaringan di Banjarbaru. Sedangkan yang dimaksud dengan dokumen penelitian ini adalah data skuender yang diperoleh dari instansi Pemko Banjarbaru, dan laporan berkaitan dengan omzet penjualan pelaku usaha sasaringan yang jadi obyek penelitian. Ketiga jenis data tersebut dianalisis dengan metode triangulasi.

B.2.3. Unit Analisis dan Waktu Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru. Sedangkan waktu penelitian ini adalah bulan Agustus – November 2016. Validitas data yang menyangkut keberadaan pelaku usaha sasirangan dalam hubungan proses difusi inovasi hanya terbatas selama jangka waktu tersebut. B.2.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berbasis metode studi kasus. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pola pemanfaatan teknologi yang mendukung dalam kerangka proses difusi inovasi untuk pemberdayaan pelaku usaha. Menurut Sarman (2004) metode penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian sosial yang berorientasi pada penelitian lapangan, kajiannya bisa melampaui waktu kasusnya terjadi; dan hal ini dimungkinkan karena metode ini bisa diarahkan untuk merekonstruksi kejadian meskipun waktunya sudah lampau. Studi kasus dianggap relevan untuk meliput secara langsung kondisi dan kejadian di lapangan, yakni mengenai pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang industri kreatif oleh pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru.

Page 21: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

53

C. HASIL DAN PEMBAHASAN C.1. Hasil Penelitian

Peningkatan daya saing industri secara berkelanjutan di Kota Banjarbaru memberikan landasan ekonomi yang kuat berupa iklim usaha dan investasi yang sehat. Menurut Disperindag pada tahun 2014 jumlah industri kecil dan rumah tangga tercatat 978 unit serta 83 buah industri besar sedang. Industri Pengolahan memiliki andil yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi kota Banjarbaru.

Industri kain sasirangan di kota Banjarbaru dapat menyerap tenaga kerja serta mendukung upaya pelestarian budaya dan meningkatkan pendapatan daerah, serta berfungsi juga sebagai daya tarik wisata. Industri sasirangan di Kota Banjarbaru berkembang cukup pesat dan perkembangan dimaksud telah terjadi sejak 5 tahun terakhir. Berdasarkan data dari Disperindag Kota Banjarbaru, terdapat 10 Industri sasirangan yang masih berproduksi dan berkembang, yakni: Cempaka Sairangan, NDF Sasirangan, Asparagus Sasirangan, Shafira Sasirangan, Harum Sasirangan, Irus Sasirangan, Anugerah sasirangan, Roemah Mode Ungu, Eximo Sasirangan, dan Halilipan Sasirangan.

Berikut ini adalah profil masing-masing pelaku usaha.

a. Cempaka Sasirangan Cempaka merupakan salah satu kecamatan di Kota Banjarbaru.

Mengambil nama wilayah, Narasumber Nis (49 tahun) memulai usahanya dalam bidang industri sasirangan dan juga “arguci”. Arguci adalah sulaman khas Banjar, bahannya biasanya berupa kain beludru dan manik-manik yang dirangkai dengan jalinan benang menjelma menjadi gambar-gambar atau tulisan yang indah dan penuh cita rasa seni. Usaha ini dimulai pada tahun 2007, dengan modal sebesar Rp 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Kain asirangan dan arguci yang dihasil oleh Nasumber Nis ini merupakan kebanggaan Kota Banjarbaru, karena merupakan satu-satunya pelaku usaha sasirangan yang mengkombinasikan sasirangan dan arguci di kota Banjarbaru.

Tahun 2014 Cempaka Sasirangan memperoleh sertifikat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal yang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal Kalimantan Selatan untuk kategori Peningkatan Kemampuan Kewirausahaan. Tahun 2012, Nasumber Nis mendapatkan sertifikat dari Kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah Republik Indonesia dalam kategori pelatihan bagi UKM di bidang promosi produk. Ditahun yang sama juga mendapatkan sertifikat dari Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal untuk partisipasi sebagai peserta diklat persiapan penyelenggaran uji kompetensi di Kalimantan Selatan.

Page 22: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

54

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan pelaku usaha, Cempaka Sasirangan telah memanfaatkan teknologi informasi dengan baik, selain memasarkan dan menjual produknya secara konvensional. Bagi pelanggan yang ingin melihat desain dan kreasi sasirangan dari Cempaka Sasirangan dapat melihat pada situs website instagram Cempaka_Sasirangan. Jika tertarik untuk membeli produk, calon pembeli dapat menghubungi pihak Cempaka Sasirangan melalui beberapa jenis media komunikasi yang diberikan seperti, WhatsApp 085249935990, BBM 54763B3C, maupun Line Niswatunhuda.

Sasirangan yang diproduksi oleh Cempaka Sasirangan memiliki motif yang beraneka ragam, mulai dari motif kupu-kupu, rumah Banjar hingga tugu Kota Banjarbaru. Warna-warna yang dihasilan pun sangat beragam, bahkan konusmen dapat mendesain atau meminta desainkan sesuai dengan keinginan. Cempaka Sasirangan juga memproduksi kain sasirangan arguci yaitu motif kain sasirangan yang kemudian dikombinasikan dengan arguci sebagai pelengkap keanggunan kain sasirangan tersebut. Narasumber Nis mengatakan bahwa banyak pesanan sasirangan arguci ini untuk pasangan pengantin yang ingin mengenakan “pakaian adat Banjar” dalam prosesi pernikahan.

b. NDFSasirangan

Penggunaan nama NDF Sasirangan dikatakan pendirinya mempunyai makna yang mendalam, karena merupakan singkatan dari nama anak-anak dari pemilik industri ini. Narasumber Ndf (49 tahun), sebagai pelaku usaha sasirangan selalu berusaha melayani setiap pelanggannya dengan optimal. Hal itu bisa dilakukan oleh narasumber karena dia sebelumnya adalah seorang yang berprofesi sebagai penjahit baju pesanan. Pada tahun 2014 dia ikut bergabung dalam pelatihan membuat sasirangan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemko Banjarbaru. Sejak itulah dia dirikan industri sasirangan NDF. NDF Sasirangan bekerja sama dengan Dinas Koperasi sering ikut pameran Dinas Koperasi di event-event tertentu. Produksi NDF Sasirangan tidak hanya berupa kain sasirangan tetapi juga berupa baju jadi dari kain sasirangan. Sayangnya pemilik NDF Sasirangan itu belum memanfaatkan teknologi informasi, dengan alasan tidak memiliki waktu yang cukup untuk melayani para konsumen secara online.

c . Shaf ira Sasirangan

Dari sebuah rumah kecil di salah satu sudut Kota Banjarbaru pada awal tahun 2000-an, menjadi tempat bersejarah yang melatar belakangi perkembangan industri sasirangan Shafira milik Narasumber Sh (46 tahun). Berawal dari usaha keluarga yang didirikan oleh orang tuanya, Narasumber Sh mengembangkan usaha kerajinan sasirangan

Page 23: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

55

sejak tahun 2011. Pemanfaatan teknologi informasi dirasakan oleh Narasumber Sh memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan usahanya. Karena itu dia telah menggunakan situs website facebook dalam mempromosikan kain sasirangan. Walaupun diakui masih belum optimal, karena hanya menggunakan situs website facebook yang merupakan akun pribadi, bukan akun yang sengaja dibuat untuk promosi penjualan sasirangan. Pesanan banyak datang dari luar daerah, seperti dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi dia mengaku tidak mampu menangani seluruh pesanan tersebut. Narasumber Sh mengaku kekurangan tenaga kerja yang mampu membantu dalam proses pembuatan sasirangan sehingga pesanan secara online tidak berani dia terima, apabila penjualan secara konvensional cukup menyita waktunya. Diakuinya pesanan pelanggan memang makin meningkat sejak menggunakan situs facebook, dan untuk mendukung kelancaran usahanya dia menggunakan jasa kurir yang telah dipercaya keamanan dan kecepatan menghantar barang.

d. Harum Sasirangan

Pada tahun 2014 Harum Sasirangan didirikan dibawah bimbingan dari Narasumber Sh, pemilik dari Shafira Sasirangan. Pemilik dari Harum Sasirangan, Narasumber Hs (44 tahun), belajar berbisnis dengan merujuk pada ceritera sukses Narasumber Sh. Narasumber Hs mulai berbisnis produk sasirangan dengan ikut pameran industri kreatif di Kota Banjarbaru. Harum Sasirangan hanya fokus pada penjualan secara konvensional dan tidak melakukan promosi melalui media sosial. Diakui oleh pemiliknya bahwa untuk memulai usaha menggunakan teknologi masih ada ketakutan tersendiri karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam mengaplikasikan teknologi informasi. Pesanan sasirangan di Harum Sasirangan berkisar antara 30 potong per bulannya, itupun jika Narasumber Hs mampu untuk memenuhi pesanan tersebut. Dia mengaku masih perlu banyak belajar manajemen waktu dan memerlukan bantuan tenaga kerja yang cukup.

e . Asparagus Sasirangan

Pemilik Asparagus Sasirangan, yaitu Narasumber As (46 tahun) adalah seorang Pegawai Negeri Sipil. Usaha bisnis sasirangan disebutkannya semula sebagai usaha sampingan, dalam arti dia belum optimal menggeluti usahanya ini. Selain hal itu, dia juga mengaku modal yang dimilikinya masih terbatas. Dengan alasan itu, As membatasi usahanya pada kegiatan transaksi secara konvensional, dan belum berminat untuk menggunakan teknologi informasi. Kendati demikian, dia mengaku cukup puas, walaupun pesanan sasirangan yang datang setiap bulannya hanya berkisar antara 10 sampai 12 potong.

Page 24: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

56

f . Irus Sasirangan

Nama industri ini berasal dari nama Pemilik usaha yaitu Narasumber Ir (53 tahun). Irus sasirangan pertama kali memproduksi sasirangan pada tahun 2010 dibawah bimbingan Dinas Perdagangan dan Industri. Tempat tinggal Narasumber Ir yang berdekatan dengan Narasumber Nis, pemilik Cempaka Sasirangan, sedikit banyak memberikan inspirasi untuk membuat Narasumber Ir tertarik belajar mengolah sasirangan yang dibimbing langsung oleh Disperindag. Teknologi informasi merupakan sesuatu yang baru bagi Narasumber Ir, karena masih dalam proses belajar untuk menggunakannya dengan baik. Diakui oleh Narasumber Ir bahwa dia belum mempromosikan kain sasirangan secara online karena belum mengerti cara mengoperasikan teknologi tersebut. Kendati demikian, konsumen bisa mengubungi Irus Sasirangan melalui WhatsApp 085250389500, karena Ir bisa menerima pesanan dari WhatsApp ataupun konsumen bisa mengirim desain sendiri kepadanya.

g . Roemah Mode Ungu

Kerjasama yang terjalin antara Narasumber Yan (35 tahun) sebagai pemilik Roemah Mode Ungu dengan KPS (Komunitas Pecinta Sasirangan) membuat usaha sairangan Roemah Mode Ungu makin sukses dan berkembang. Kerjasama yang terjadi dalam komunitas yaitu bersama-sama dalam proses penjahitan dan pewarnaan kain sasirangan, sedangkan untuk mendesain gambar dilakukan sendiri oleh Narasumber Yan, dan kadang kala dibantu oleh para anggota komunitas. Produk dari Roemah Mode Ungu memiliki ciri khas tersendiri untuk warnanya, jika diperhatikan Roemah Mode Ungu lebih memiliki varian warna yang banyak dan didominasi warna-warna pastel yang lembut. Konsumen dapat mengakses instagram yang dimiliki Roemah Mode Ungu, yaitu @yanimodeungu, untuk melihat kain sasirangan produk mereka dan kemudian dapat mengubungi pihak Roemah Mode Ungu untuk pemesanan melalui WhatsApp 082197812232 dan Line @yanimodeungu. Diakui oleh Narasumber Yan, bahwa dengan menggunakan teknologi informasi media sosial pesanan sasirangan menjadi lebih banyak, bahkan lebih banyak dari penjualan secara konvensional. Penjulan kain sasirangan secara online bisa mencapai dua kali lipat dari penjualan konvensional Roemah mode ungu yang mencapai 160 potong sasirangan per bulannya. Pesanan online yang datang kebanyakan merupakan pesanan dari luar pulau Kalimantan. Proses pengiriman barang pesanan menjadi lebih mudah karena menggunakan jasa kurir yang kredibel dan estimasi lamanya barang sampai kepada konsumen bisa 3-5 hari jika menggunakan jasa

Page 25: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

57

pengiriman yang reguler, tetapi ada juga yang 5-8 hari untuk jasa pengiriman yang lebih ekonomis.

h. Anugerah Sasirangan

Bagi Asi (51 tahun), pemilik Anugrah Sasirangan, ketersediaan modal adalah sebuah problem yang serius. Alasannya adalah, pesanan yang datang tidak sesuai dengan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk proses pengolahan kain sasirangan. Sedangkan bahan baku yang dibutuhkan harus disediakan lebih dahulu guna mempercepat pelayanan. Hobi dalam menggambar merupakan alasan awal berdirinya usaha ini pada tahun 2007. Proses pembuatan kain sasirangan di katakan oleh Narasumber Asi dikerjakan sendiri, sejak mulai dari menggambar, mewarna, mendesain. Hanya untuk proses penjahitan minta bantuan orang lain, itupun ketika pesanan sedang banyak. Dia belum memanfaatkan teknologi informasi karena tidak ada kemampuan untuk untuk mengakses teknologi tersebut. Pesanan setiap bulannya rata-rata sekitar 10 potong kain sasirangan.

i . Eximo

Pemilihan nama brand Eximo merupakan akronim dari exclusive dan modern. Sesuai dengan akronim tersebut, maka yang pertama dari segi ekslusifitas adalah digunakannya kain khas daerah Kalimantan Selatan yaitu kain sasirangan sebagai kain utama yang akan selalu ada disetiap produk Eximo. Kemudian yang kedua, modern merupakan keinginan Eximo untuk menghadirkan kemeja dengan desain-desain yang fresh dan up to date, serta cutting kemeja yang lebih ke arah slim-fit.

Brand Eximo dibentuk pada tanggal 3 Januari 2016 oleh dua orang yang keduanya memiliki peranan penting masing-masing dalam membangun nama Eximo. Yang pertama adalah Narasumber Ad, selaku pendiri dan designer kemeja-kemeja Eximo Sasirangan. Narasumber Ad juga ikut tergabung dalam Komunitas Pencinta Sasirangan (KPS). Dalam perjalanan hidupnya, melalui Eximo inilah Narasumber Ad dapat menyalurkan kreatifitas dan bakat terpendamnya sebagai make-up artist untuk ikut meramaikan dunia fashion di Kalimantan Selatan.

Founder Eximo yang kedua adalah Narasumber Wal, yang memiliki hobi dan kehalian di bidang desain grafis. Narasumber Wal hasil fotografinya menunjang setiap konten yang ada di akun sosial media Eximo. Selain Eximo, Narasumber Wal juga memiliki bisnis lain yaitu brand tas JOURNEY. Eximo mendesain baju-baju sasirangan untuk laki-laki modern dengan perpaduan antara sasirangan dan kain lainnya. Sehingga tidak hanya dapat digunakan untuk acara formal, sasirangan ini bahkan bisa digunakan untuk acara santai dan untuk acara keagamaan.

Page 26: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

58

j . HALILIPAN

Pemilihan nama brand HALILIPAN memiliki makna kecerdikan dan sangat berbisa tapi tidak pamer akan kehebatan yang dimiliki. Filosofinya seperti hewan lipan (Banjar: halilipan): tidak akan mengganggu, apabila tidak diganggu terlebih dahulu. Busana pengantin Adat Banjar generasi pertama masyarakat Kalimantan Selatan yaitu Ba'gajah Gamuling Baular Lulut. Pakaian ini diciptakan abab ke-15, dipengaruhi budaya Hindu yang sangat kental, disimbolkan oleh hewan lipan atau kelabang.

HALILIPAN Sasirangan didirikan pada tahun 2016 oleh Narasumber Gus dan dibantu oleh tim KPS (Komunitas Pecinta Sasirangan). HALILIPAN Sasirangan mengasilkan kain sasirangan modern dan target pasarnya adalah kalangan menengah keatas, dimana banyak konsumen dari HALILIPAN Sasirangan merupakan pejabat lokal dan orang-orang penting di Kalimantan Selatan. Omset yang diperoleh dari usaha ini yaitu mencapai angka hampir 10 juta rupiah per bulannya.

C.2. PEMBAHASAN C.2.1. Kondisi Aktual Industri Sasirangan di Banjarbaru

Pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru sebagian besar sudah memanfaatkan teknologi informasi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, enam buah industri sasirangan telah memanfaatkan teknologi informasi di antara 10 pelaku usaha yang diteliti. Namun demikian, pemanfaatan teknologi informasi tersebut sesungguhnya atas inisiatif dan kemampuan masing-masing, nyaris tidak ada intervensi dari pihak Pemerintah Daerah. Padahal intervensi dari pihak Pemerintan Daerah itu dimungkinkan terjadi, karena beberapa pengrajin disebutkan sebagai “binaan Dinas Koperasi” dan menjadi anggota dari KPS (Komunitas Pecinta Sasiragan). Kondisi seperti itu akhirnya memberikan gambaran bahwa peran Pemerintah Daerah sebenarnya minim sekali untuk “membina” dan memberikan kontribusi peran dalam proses difusi untuk mengubah preferensi pengrajin terhadap pentingnya teknologi informasi untuk menunjang kemajuan usaha mereka.

Ekonomi kreatif bersumber pada eksploitasi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) seorang manusia. Hal ini menuntut ketinggian kapasitas intelektual dari SDM yang terjun di bidang ekonomi kreatif. Jika kapasitas intelektual tidak mencukupi maka hasil dari produk industri kreatif ini pun tak akan bisa baik. Pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru sebenarnya masih memiliki kemampuan ekonomi yang rendah dan tidak memiliki kapasitas intelektual seperti yang dibayangkan

Page 27: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

59

dalam konsep ekonomi kreatif. Hal itu terutama apabila dikaitkan dengan asumsi, bahwa pelaku ekonomi kreatif mestinya berkemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan inovatif tertentu yang dilandasi oleh kemampuan intelektual tertentu.

Diantara empat pelaku usaha sasirangan yang diprofilkan dalam penelitian ini, mereka mengaku tidak siap untuk mengadopsi teknologi informasi untuk menunjang usaha karena tidak memiliki kemampuan mengakses dan memiliki perangkat teknologinya. Padahal dalam konsep operasional ekonomi kreatif diyakini bahwa untuk meningkatkan daya saing dalam usaha ekonomi kreatif itu harus pula memiliki sifat berani mengambil risiko sebagai perwujudan dari jiwa dan watak kewirausahaan. Memang jiwa dan watak kewirausahaan dipercaya dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Dalam konteks itu, pelaku usaha sasirangan mestinya memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan sebelumnya. Tetapi dalam kasus pengrajin usaha sasirangan di Kota Banjarmasin, semua itu rupanya terpulang pada pengembangan potensi pribadi dan kemampuan individu masing-masing untuk membangun jaringan bisnisnya.

Dalam konsep pemberdayaan ekonomi rakyat, selalu ditekankan aspek penguatan pemilikan faktor-faktor produksi. Lebih jauh lagi, merujuk pada Kartasasmita (1996), untuk pelaku usaha yang menghasilkan suatu produk untuk dijual, pemberdayaan itu mestinya juga memberikan penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran. Menurut laporan resmi, pemberdayaan untuk para pelaku usaha sasirangan di kota Banjarbaru sudah dilaksanakan secara multi aspek. Pemerintah secara berkala memberikan bantuan berupa pendampingan dan pelatihan bagi para pelaku usaha, serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk memamerkan hasil produksinya di kantor Dinas Koperasi dan PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) sebagai sarana promosi, karena tamu-tamu pemerintah daerah yang sering berkunjung ke Dinas Koperasi dan PLUT untuk sekadar membeli hasil kreatifitas pelaku usaha sebagai cenderamata. Namun dari pengakuan pelaku usaha sasirangan yang terlibat dalam penelitian ini, pemberdayaan berupa pelatihan ataupun seminar tentang pemanfaatan teknologi informasi masih belum pernah diberikan oleh instansi daerah yang berwenang. Padahal pemberdayaan di bidang itu sesuangguhnya lebih dibutuhkan oleh para pelaku usaha sasirangan yang belum “melek” teknologi informasi.

C.2.2. Proses Difusi Inovasi yang Tidak Sempurna

Merujuk pada Rogers (1983), difusi inovasi adalah proses perubahan yang terjadi dalam sistem sosial, dimana masyarakat (dalam

Page 28: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

60

hal ini pelaku usaha sasirangan) menggunakan temuan baru tentang inovasi (dalam hal ini adalah teknologi informasi) untuk beraktivitas (dalam hal ini adalah kegiatan usaha penjualan dan promosi sasirangan). Inovasi adalah gagasan atau praktek yang dianggap baru oleh sebagian orang yang diputuskan sendiri untuk mengadopsi atau tidak. Dengan kata lain, difusi inovasi adalah suatu proses penyebaran dan penyerapan gagasan baru yang kemudian dapat mengubah preferensi sejumlah orang untuk mengubah tindakannya. Difusi inovasi bagi pelaku usaha sasirangan dapat dimaknai sebagai proses perubahan mindset dalam melihat fungsi dan manfaat teknologi informasi dalam kaitan pengembangan usaha mereka: apakah teknologi informasi berupa teknologi media sosial dapat dipandang sebagai ada manfaatnya dalam menyokong kemudahan dalam melakukan bisnis sasirangan.

Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu Rogers (1983) merevisi kembali teorinya tentang keputusan mengenai inovasi yaitu meliputi varibel-variabel: Knowledge (pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation (pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi). Tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru dapat digambarkan sebagai berikut:

Tahap munculnya Pengetahuan (Knowledge) atau bisa juga disebut sebagai tahap “awareness”. Di kalangan pelaku usaha sasirangan tahap pengetahuan mengenai teknologi informasi (media sosial) sebagian besar diperoleh karena rasa takut jika kalah dalam bersaing menggunakan teknologi tersebut. Bahkan seorang narasumber mengaku sudah menggunakan media sosial Facebook dan Instagram jauh sebelum menekuni bisnis sasirangan, terutama untuk menjalin persahabatan di dunia maya. Karena itu apabila dalam proses difusi inovasi dipersyaratkan ada tahap persuasi, sebenarnya para pelaku usaha sasirangan tidak perlu dipersuasi oleh orang lain, karena telah melihat fakta akan manfaat dari teknologi informasi tersebut. Bagi mereka yang telah melek informasi media sosial, mereka segera memanfaatkan media sosial yang ada.

Tahap pengambilan keputusan, sebagai tahap seanjutnya dalam proses difusi inovasi, muncul ketika seseorang lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Di tahapan ini individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi suatu inovasi tersebut atau tidak sama sekali. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara tindak yang paling baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan untuk melakukan inovasi, yakni: (1)

Page 29: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

61

praktik sebelumnya, (2) perasaan akan kebutuhan, (3) keinovatifan, dan (4) norma yang ada dalam sistem sosial. Berkaitan dengan proses difusi inovasi teknologi informasi bagi pelaku usaha sasirangan di Banjarbaru, dalam tahap pengambilan putusan ini semua pelaku usaha setuju menyatakan untuk menggunakan internet, sesuai kebutuhan. Mereka menggunakan internet dengan alasan untuk memperluas pangsa pasar dan menjangkau pelanggan dari luar pulau Kalimantan. Karena itulah bagi mereka yang belum menggunakan internet bukan berarti mereka menolak teknologi tersebut, melainkan karena kebutuhannya belum sampai ke arah itu.

Proses difusi inovasi yang sempurna sebenarnya meliputi pula tahapan implementasi dan konfirmasi. Tetapi untuk kesempurnaan proses tersebut diasumsikan bahwa difusi inovasi harus berupa intervensi dari pihak luar, misalnya Pemerintah Daerah. Dalam kasus peran Pemerintah Daerah di Kota Banjarbaru, posisi penting dalam rangka pembinaan para pengrajin dan pengusaha sasirangan dipegang oleh Dinas Koperasi dan BKPMD Kota Banjarbaru. Mestinya dua institusi di daerah tersebut dapat melakukan intervensi, berupa program pemberdayaan. Namun sampai penelitian ini dilakukan, peran lembaga itu (terutama Dinas Koperasi) terbatas hanya dalam hal pelatihan keterampilan, tidak ada program khusus untuk menembus pasar yang lebih luas dari sekadar pasar lokal. Karena itu, kalau adopsi penggunaan teknologi informasi dibayangkan sebagai proses difusi inovasi dalam konteks pemberdayaan pengrajin sasirangan, pada kasus pengusaha sasirangan di Kota Banjarbaru untuk dua hal terakhir itu nampaknya agak terabaikan. Padahal peran kelembagaan Pemerintah Kota mestinya jauh lebih besar dan dapat berperan penting, misalnya memberikan pelatihan dalam hal desain kreatif agar dapat bersaing di level yang lebih tinggi, dan memberikan akses promosi dengan cara meningkatkan kualitas barang produk. D. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha sasirangan di Kota Banjarbaru sebagian besar, yaitu sebanyak 60%, telah memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang promosi dan penjualan produk sasirangannya. Namun pemanfaatan teknologi informasi tersebut diklarifikasi sebagai insiatif dan kemampuan pribadi para pelaku usaha, tanpa ada intervensi dari pihak Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah cenderung tidak memberi kontribusi terhadap penggunaan teknologi informasi untuk mendukung pemasaran produk industri kreatif di daerah.

Page 30: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Firman Ashaf. 2006. Pola Relasi Media, Negara dan Masyarakat: Teori Strukturisasi Anthony Giddens sebagai Alternatif. Jurnal Sosiohumaniora. 8: 2, Surabaya, Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma.

Aditya, Aria, 2008. Peran Media Masa Dalam Meningkatkan Kualitas Pemerintahan. Universitas Cendrawasih Jayapura.

Almilia, Spica Luciana, 2005, Penerapan E-Commerce Sebagai Upaya Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan. STIE Perbanas Surabaya.

Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal Ekonomi Desember 2008 Volume XIII No. 3 hal. 144-151.

Anonymous, 2007. Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Diakses bulan Juli 2016

Anonymous, 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Diakses bulan Juli 2016

Anonymous, 2008. Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Diakses bulan Juli 2016

Anonymous, 2008. Program Kerja Pengembangan industri Kreatif Nasional 2009-2015, Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Diakses bulan Juli 2016

Anonymous, 2009. Studi Industri Kreatif Indonesia 2009,Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Diakses bulan Juli 2016

Anonymous, 2014. Cetak Biru Ekonomi Kreatif Inonesia. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Anonymous, 2015. Statistik Daerah Kota Banjarbaru 2015. Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru.

Anwar, Khairiyathul, 2004. Karakteristik, Potensi, Keberhasilan Usaha Industri Kain Sasirangan dan Kebijakan Pengembangan Kain Sasirangan sebagai Produk Unggulan Kalimantan Selatan. Fakultas Ekonomi. Universitas Ahmad Yani Banjarmasin.

Ardianto, Elvinaro & dkk, 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Arsyad, Azhar, 2002. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Barlian, Inge, 2014. Keunggulan Industri Kreatif Fashion Pada Distro di Kota Bandung. Universitas Padjajaran Bandung.

Barrowclough, Diana & Z. Kozul-Wright (eds), 2008. Creative Industries and Developing Countries. Routledge, Oxon.

Page 31: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

63

Dalyono, Teguh, 2010. Pengaruh Media Massa dan Pengetahuan Tentang Teknologi Informasi Terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Tingkat Modernitas Generasi Muda Kota Yogyakarta. FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Davies, Rosamund & Gauti Sigthorsson, 2013. Introducing the Creative Industries: From Theory to Practice. SAGE Publications Ltd, London.

Fitriana, Nurul. 2011. Perkembangan Industri Kreatif di Kota Batu. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

Flew, Terry, 2012. The Creative Industries: Culture and Policy. SAGE Publications Ltd, London.

Hamdy, Hady, 2001. Teori dan Kebijakan Perdagangan Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Henry, Colette (ed), 2007. Entrepreneurship in the Creative Industries: An International Perspective. Edward Elgar Publishing Limited, Cheltenham UK.

Howkins, J., 2001. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. Penguins Books, London.

Hutomo, Yatmo dan Mardi, 2000. “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi”. Makalah disampaikan pada seminar Pemberdayaan Masyarakat di Bappenas.

Karsidi, Ravik, 2001. “Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat.” Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang berakar pada Masyarakat. Bappenas, Jakarta.

Khristianto, Whenny, 2008. Penggunaan Teknologi Informasi di Usaha Kecil dan Menengah (Studi Pada Usaha Kecil Menengah di Wilayah Gedong Meneng). Universitas Lampung.

Kurniansyah, Rizal. 2011. Peran Media Sosial Sebagai Alat Promosi Bisnis. Universitas Udayana, Bali.

Lani, Sidarta. 1996. Internet, Informasi Bebas Hambatan. Gramedia, Jakarta. Mukhlis, 2015. Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap

Perkembangan Bagi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer Banisaleh, Bekasi.

Nurudin, 2004. Komunikasi Massa. Cespur, Malang. Nurgiantoro, Singgih, 2014. Pengaruh Strategi Promosi Pada Sosial Media

Terhadap Keputusan Pembelian. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 32: Proses Difusi Inovasi Bidang Ekonomi Kreatif Oleh Pelaku ... · pada produk garskin merek SayHello di Kota Yogyakarta, (3) Terdapat . FOCUS (). (). , ). . . . . .

FOCUSVolume8,Nomor2,Juli-Desember2018

64

Priambada, S., 2015. Manfaat Penggunaan Media Sosial Pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Universitas Brawijaya, Malang.

Razaq ,Abdullah 2003. Mahir Menggunakan Internet. Bentang Pustaka, Jakarta.

Refangga, Area Marga, 2011. Toko Online Sebagai Solusi Penjualan Barang Di Era Digital. Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Rogers. Everett. 1983. Diffusion of Innovations. The Free Press, London. Rogers, Everett M., 1998. Communication Technology: The New Median in

Society. The Free Press, New York. Rogers, Everett M. and Thomas M. Steinfatt, 1999. Interculturl

Communication. Waveland Press, Incorporated. Rogers, Everett M. and D.L. Kincaid, 1981. Communication Networks:

Toward a New Paradigm for Research. The Free Press, New York. Safitri, Dian, 2008. Pola Perilaku Pembelian Produk Fashion. Pustaka FE

UI. Sabihaini (2006). Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kinerja

Individual (Studi Pada Rumah Sakit Di Yogyakarta). Jurnal Widya Manajemen & Akuntansi.Vol.6. (No.1).1-16.

Sarman, Mukhtar, 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Banjarbaru: Pustaka FISIP Universitas Lambung Mangkurat.

Sarman, Mukhtar (editor), 2016. Paradigma Penelitian: Pilihan-Pilihan Pendekatan. MSAP UNLAM, Banjarbaru.

Simatupang, Togar M., 2007. Industri Kreatif Jawa Barat. Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.

Siregar, Ridwan. 2008. Penggunaan Sistem dan Teknologi Informasi untuk Usaha Kecil dan Menengah. Universitas Sumatra Utara.

Storey, John, 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual. Penerbit Qalam.

Suarja AR, Wayan, 2007. Kebijakan Pemberdayaan UKM dan Koperasi Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan. LPPM IPB Bogor.

Sumodiningrat, Gunawan, 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sumotarto, Untung, 2010. Industri Kreatif Berbasis Sumber Daya Alam. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.

Toffler, Alvin, 1980. The Third Wave. Morrow. USA Wahyudi, Ayub, 2011. Memahami Media Mainstream dan Alternative dalam

Sosiologi Media. Univ.Paramadina, Jakarta. Widiastuti, Kiki, 2011. Pengaruh Teknologi Informasi Dan Saling

Ketergantungan Terhadap Kinerja Manajerial. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.