refer at

Upload: idunk-figur-samasajah

Post on 16-Jul-2015

334 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Referat EDEMA PARU

DISUSUN OLEH : Figur Puspito Y.D, S.Ked J 500 050 047

PEMBIMBING : dr. Nur Hidayat, Sp. PD

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Edema vol cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (interstitium) + penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga badan). Edema lokal asites hidrothorax edema pulmonum

general

Edema paru alveoli dipenuhi cairan, jika timbul akut dan luas, merupakan keadaan EMERGENSI yang sering disusul KEMATIAN dalam waktu singkat (Amin & Ranitya, 2002). Menurut penelitian tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita edema paru di dunia. Edema paru akut, jumlah kunjungan di Amerika Serikat mencapai 1 juta/tahun, angka kematian di RS pada pasien edema paru kardiogenik mencapai 10-20% (Soemantri, 2011). Suling dkk (1994) di RS Jantung Harapan Kita Jakarta angka kejadian edema paru akut kardiogenik mencapai 104 kasus, angka kematian sebesar 8,7 %.

B. TUJUAN PENULISAN Edema paru keadaan emergensi yg mengancam jiwa, maka penting bagi kita sebagai tenaga medis khususnya dokter untuk mengetahui tentang edema paru, baik definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, penegakan diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat bila menemukan pasien dengan edema paru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI Edema paru adalah peningkatan cairan di paru yang disebabkan oleh ekstravasasi cairan dari pembuluh darah pulmonal menuju ruang interstisial dan alveoli paru. Adanya cairan tersebut akan menyebabkan gangguan pertukaran udara di alveoli secara progresif dan mengakibatkan hipoksia (Soemantri, 2011).

B. PATOFISIOLOGI Dinding pembuluh darah paru, bersifat semi permeabel. Tdk ada keseimbangan kekuatan antara kedua bagian sisi membran air akan menyeberangi dinding membran jk tek. Hidrostatik dan tek. Osmotik terganggu air menuju alveoli surfaktan lepas alveoli kolaps tergenang air sembab alveoli mengalir ke interstisial edema paru (Mukty & Alsagaff, 2009). terisi protein dan darah hub interendotel teregang protein

C. JENIS EDEMA PARU1. edema paru kardiogeniky peningkatan tek hidrostatik kapiler y disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun sebabnya akumulasi cairan yang rendah protein di interstisial paru dan alveoli ketika vena pulmonalis dan aliran balik vena di atrium kiri melebihi keluaran ventrikel kiri

2. edema paru non kardiogeniky Peningkatan tekanan kapiler dan permeabilitas kapiler y Penimbunan cairan pada jaringan interstisial paru dan alveolus paru yang disebabkan selain oleh kelainan jantung. y Disebut acute respiratory distress syndrome (ARDS)

D. ETIOLOGI1. Edema paru kardiogenik Peningkatan Afterload : HHD dan Stenosis Aorta. Peningkatan preload : Insufisiensi Mitral, Insufisiensi Aorta, dan Ventricular Septal Defect. Gangguan Kontraksi Miokardium Primer : Infark Miokard Akut dan Kardiomiopati Kongestif. (Pikir, 1993)

2. Edema paru non kardiogenik Acute respiratory distress syndrome (ARDS) Gagal ginjal High altitude edema paru Edema paru neurogenik (trauma kepala, intracranial hemorrhage, kejang) intoksikasi aspirin pulmonary embolism transfusion-related acute lung injury (TRALI) eklampsia pada wanita hamil. (Nabili, 2010)

E. GEJALA KLINISSesak napas megap-megap seperti tenggelam Sangat gelisah dyspnea on exertion napas yang cepat (tachypnea) pernapasan cuping hidung batuk berbuih kemerahan (frothy or pink sputum) banyak keringat (diaphoresis) dengan kulit yang dingin dan sianotik

Pada pemeriksaan fisik didapat : Inspeksi : retraksi interkostal dan fosa supraklavikularis saat inspirasi Palpasi : fremitus , sedangkan perkusi paru sering redup Auskultasi paru : suara dasar bronkial, Rbb (+) seluruh paru bertambah berat terdengar Wheezing. Auskultasi jantung mungkin sukar karena suara napas yang ramai, tetapi sering terdengar suara S3 dengan suara pulmonal yang mengeras (Soewondo & Amin, 1998). Selain itu dapat pula ditemukan hipertensi, distensi vena juguler, refluk hepatojuguler, edema perifer, irama gallop, murmur bila terdapat stenosis atau regurgitasi katup jantung (Soemantri, 2011).

F. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis yang baik, riwayat penyakit, gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang teliti, didukung pemeriksaan laboratorium sesuai penyakit dasarnya, EKG dan Foto Rontgen dada, biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan (Pikir, 1993).

Laboratorium Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan penyakit dasarnya, seperti darah lengkap, analisa urin, faal ginjal, serum elektrolit, protein serum. Pemeriksaan enzim jantung dapat menemukan peningkatan kadar troponin yang merupakan indikasi adanya kerusakan miokard. Pengukuran B-type Natriuretic Peptide (BNP) pada pasien dengan dispneu akut dapat sangat membantu membedakan gagal jantung akut dan edema paru kardiogenik dengan penyakit paru akut maupun kronik (Soemantri, 2011).

Elektrokardiografi Pemeriksaan EKG bisa normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda iskemik atau infark. Pasien dengan krisis hipertensi gambaran EKG biasanya menunjukkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri. Pasien dengan edema paru kardiogenik tetapi yang noniskemik biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang lebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil dan menghilang dalam satu minggu (Harun & Nasution, 2006).

Foto thoraks opacification (pemutihan) yang signifikan pada kedua lapang paru, corakan paru Pelebaran atau penebalan hilus suram (batas tidak jelas) Penebalan septum interlobularis (garis Kerley B) Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul milier) Gambaran underlying disease (kardiomegali, efusi pleura, diafragma kanan letak tinggi). Infiltrat di daerah basal (edema basal paru) Edema butterfly atau Bats Wing (edema sentral) Edema localized (terjadi pada area vaskularisasi normal, pada paru yang mempunyai kelainan sebelumnya, contoh : emfisema) (Putra, 2009).

Edema Intesrtitial Kardiomegali dan edema paru

Bats Wing

A. Edema paru kardiogenik (kepala panah) pembesaran ruang-ruang peribronchovascular (panah) garis-garis septum menonjol (garisKerley's B)

B. Edema paru nonkardil (panah) Infiltrat alveolar difus muncul merata dan bilateral dengan air bronchogram (+)

Edema paru kardiogenik Riwayat Penyakit : Penyakit Jantung Akut Pemeriksaan Klinik : Akral dingin S3 gollop/Kardiomegali Distensi vena jugularis Ronkhi basah Tes penunjang : EKG : Iskhemia/infark Ro : distribusi edema perihiler Enzim jantung mungkin PCWP > 18 mmHg Intrapulmonary shunting : ringan Cairan edema/protein serum < 0,5

Edema paru non kardiogenik

Penyakit Dasar di luar Jantung Akral hangat Tidak terdengar gallop Tidak ada distensi vena jugularis Ronkhi kering Pulsasi nadi EKG : biasanya normal Ro : distribusi edema perifer Enzim jantung biasanya normal PCWP < 18 mmHg Intrapulmonary shunting : sangat Cairan edema/serum protein > 0,7

(Pikir, 1993)

G. PENATALAKSANAAN1. Edema paru kardiogenik Posisi duduk atau duduk. Oksigenasi (SO2 95-98%) Morfin 2-3 mg IV, dapat diulang sesuai kebutuhan. Loop diuretik. Furosemid 40-100 mg IV atau dapat diberikan drip kedalam infus sebanyak 5-40 mg/jam Nitrogliserin IV dimulai dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB jika tekanan darah sistolik cukup baik (>95 mmHg), dapat juga diberikan peroral 0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit. Nitrophuside 0,3-0,5 mcg/kgBB/menit ACE-Inhibitor. Enalapril 1,25 mg IV atau Kaptopril 25 mg sublingual. Inotropik. Dobutamin, dosis 2-10 mcg/kgBB/menit. Dopamin, dosis 2-5 mcg/kgBB/menit Soemantri (2011)

2. Edema paru non kardiogenik Memperbaiki ventilasi, dengan : Pemberian oksigen, sehingga oksigen dalam udara inspirasi mencapai 50-100% Intubasi endotrakeal Kalau perlu menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator) Mempertahankan sirkulasi, dengan memperbaiki dehidrasi atau mengurangi cairan bila terjadi over hidrasi. Diperlukan terapi spesifik untuk hal-hal khusus : Tempat tinggi, dengan oksigen dan transportasi ke daerah yang lebih rendah Bila obat atau racun sebagai penyebab, beri obat antagonis Bila ada sepsis, beri anti mikroba Bila urema paru, lakukan dialysis Mukty dan Alsagaff (2009)

H. PROGNOSIS Hingga saat ini mortalitas akibat edema paru kardiak masih tinggi. Predikator dari kematian di rumah sakit pada penderita edema paru kardiak antara lain : adanya DM, disfungsi ventrikel kiri, hipotensi, syok, dan kebutuhan akan ventilasi mekanik (Harun & Nasution, 2006). Prognosis tergantung pada penyakit dasar dan faktor penyebab/pencetus yang dapat diobati. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan pada edema paru nonkardiak, angka mortalitas pasien masih cukup tinggi yaitu > 50%. Beberapa pasien yang bertahan hidup akan didapatkan fibrosis pada parunya dan disfungsi pada proses difusi gas/udara. Sebagian pasien dapat pulih kembali dengan cukup baik walaupun setelah sakit berat dan perawatan ICU yang lama (Soewondo & Amin, 1998).

BAB III KESIMPULAN Edema paru alveoli dipenuhi cairan, jika timbul akut dan luas, merupakan keadaan EMERGENSI yang sering disusul KEMATIAN dalam waktu singkat. Edema paru dapat dibagi secara luas kedalam sebab-sebab kardiogenik dan nonkardiogenik. Gejala umum edema paru adalah sianosis sentral, sesak napas, bunyi napas seperti mukus berbuih. Rbb (+) nyaring sampai wheezing memenuhi hampir seluruh lapangan paru. Takikardia, S3 gallop. Prinsip dari penatalaksanaan tegantung jenis edema paru. Edema paru kardiogenik : posisi duduk, O2, loop diuretik, morfin, preparat Nitrat, ACEInhibitor, dan Inotropik. Sedangkan pada edema paru non kardiogenik adalah dengan memperbaiki ventilasi, mempertahankan sirkulasi dan terapi spesifik untuk hal-hal khusus.

DAFTAR PUSTAKA Amin Z, Ranitya R. Penatalaksanaan Terkini ARDS. Update: Maret 2002, diakses dari http://www. interna.fk. ui.ac.id /artikel /darurat 2002/dar2_01.html. tanggal 31 Desember 2011 Gomersall, C., Noncardiogenic Pulmonary Oedema. Update: June 2000. http://www.aic.cuhk.edu.hk/web8/noncardiogenicpulmonaryoedema.html. tanggal 31 Desember 2011 Harun, S., Nasution, S. A., Edema Paru Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed. IV FKUI. Jakarta. 2006. hal 1636-38 Lorraine ,G.B., Matthay, M.A., 2005, Acute Pulmonary Edema, The New England Journal of Medicine 353 : hal 2788-96 Mukty, H., Alsagaff, A., 2009, Dasar dasar Ilmu Penyakit Paru, Universitas Airlangga Press, Surabaya Moreira, M.C., Coelho, J.R., 2009, Acute Pulmonary Edema, diakses dari http://www.medstudents.com tanggal 31 Desember 2011 Nabili, S., 2010, Pulmonary Edema, diakses dari http://www.medicinenet.com tanggal 31 Desember 2011 Putra, 2009, Kongesti Pulmonum dan Oedema Pulmonum, diakses dari http://wordpress.com tanggal 31 Desember 2011 Pikir, B.S., 1993, Diagnosis dan Pengelolaan Edema Paru Kardiogenik akut, Cermin Dunia Kedokteran No. 85, hal 21-4 Soemantri, D., 2011, Cardigenic Pulmonary Edema. Naskah Lengkap PKB XXVI Ilmu Penyakit Dalam 2011. FKUNAIR RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, hal 113-19 Soewondo, A., Amin, Z., Edema Paru. Dalam: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S, et al, Ed. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1998; hal 767-72. Suling, F.R.W, dkk., Edema Paru Akut Kardiogenik Pada Penderita Yang Masuk Ke UGD RS Jantung Harapan Kita Jakarta. Jurnal Kardiologi Indonesia. Vol. XXI No. 3 Juli-September 1996. hal 157-60 Wilson LM. Penyakit Kardiovaskuler dan Paru-Paru. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit). Edisi Bahasa Indonesia: Alih Bahasa: Anugerah P. Edisi IV. Buku I. EGC. Jakarta. 1995; hal 722-3.