review - time-lapse analysis of sparse 3 d seismic data from the co2 storage pilot site at ketzin,...
TRANSCRIPT
Time-lapse analysis of sparse 3D seismic data from the CO2 storage
pilot site at Ketzin, Germany
Monica Ivandic, Can Yang, Stefan Luth, Calin Cosma, Christopher Juhlin
Journal of Applied Geophysics
Jurnal ini berisi tentang analisis data seismik 3D pada selang waktu tertentu dengan lintasan yang
tersebar dari lokasi ujicoba penyimpanan CO2 di Ketzin, Jerman. Teknologi penyimpanan CO2 ini
merupakan metode untuk mengurangi emisi CO2 di atmosfer. Proyek tersebut dimulai pada April 2004
berlokasi di Ketzin, 15 km barat laut Postdam, Jerman dengan target akuifer garam di Formasi Triassic
Stuttgart pada kedalaman 630-650 m. Tujuan dari survey 3D yang sebelumnya ini adalah untuk
menentukan geometri struktur untuk jalur aliran di dalam reservoir, memberikan dasar untuk
perbandingan sebelum dan sesudah injeksi, serta memberikan citraan bawah permukaan secara detail.
Dalam jurnal ini, yang didapatkan adalah hasil dari survey 3D dengan lintasan yang tersebar dan
membandingkannya dengan data 3D yang biasanya dengan lintasan yang teratur serta diskusi mengenai
keuntungan dan kerugian kedua geometri akuisisi tersebut. Survey yang dilakukan tersebut dilakukan pada
area yang terbatas pada musim gugur 2009, sehingga disebut “mini-3D”. Lintasan tersebut terdiri dari
tujuh lintasan 2D dalam bentuk “bintang”. Tujuannya adalah mengidentifikasi perubahan pada respon
seismik terkait dengan injeksi CO2 dan untuk memonitor migrasi CO2 dalam reservoir sepanjang lintasan
2D tersebut.
Target reservoir, Formasi Stuttgart, memiliki ketebalan kira-kira 80 m dan berisi batuan yang
heterogen mulai dari reservoir kualitas baik sampai yang buruk. Untuk geofon dan peralatan akuisisi baik
untuk survey 3D biasa maupun dengan lintasan yang tersebar adalah sama. Alur kerja pengolahan data
juga sama dengan sedikit modifikasi terkait dengan perubahan statik refraksi dan pemilihan bandpass filter.
Konsekuensi dari geometri yang tidak beraturan ini adalah fold dan distribusi azimuth yang tidak merata.
Nilai fold yang tinggi sekitar 20-25 terkarakterisasi juga di sekitar daerah injeksi. Survey ini menggunakan
sumber seismik berupa VIBSIST. VIBSIST adalah sumber seismik yang merupakan kombinasi antara
Vibroseis dengan swept-frequency dan teknik multi-impact Mini-Sosie. Metode shift dan stack lalu digunakan
pada raw data untuk menghasilkan seismogram yang akan diolah selanjutnya.
Pengolahan data awal terdiri dari melakukan decoding untuk setiap shot dan lalu menumpuknya untuk
menghasilkan conventional shot gathers. Dari semua set data, rasio S/N (Signal to Noise) didapat sepanjang
lintasan V7 yang berlokasi sepanjang jalan utama menuju Ketzin. Hasil dari final stack tidak dimigrasi
disebabkan distribusi fold yang tidak teratur. Percobaan yang dilakukan untuk memigrasi data
menghasilkan artefak yang muncul sebagai lengkungan melingkar yang besar, akibat dari efek negatif
geometri akuisisi yang tidak teratur. Selanjutnya adalah cross-equalization untuk menghapus perbedaan
akuisisi dan pengolahan data antara survey seismik selang waktu (time-lapse). Perbandingan diantaranya
dapat diinterpretasikan dalam hal perubahan relatif fluida secara aktual. Prinsipnya adalah perubahan hasil
setelah pengolahan data menunjukkan perubahan sifat dari reservoir.
Dengan membandingkan kedua set data, perubahan CO2 dapat terdeteksi. Perubahan amplitudo
ditemukan dalam Formasi Stuttgart mendekati 530 ms dekat dengan lubang bor injeksi. Refleksi yang
lebih kuat yang teramati pada lokasi target diinterpretasikan CO2 terinjeksi. Kehadiran CO2 akan
memperbesar kontras impedansi lapisan dalam akuifer.
Fajar Abdurrof’i Nawawi 12309054
Time-lapse analysis of sparse 3D seismic data from the CO2 storage pilot site at Ketzin, Germany 1
Lokasi survey ini berada dalam kompleks infrastruktur di daerah sekitar lubang bor, seperti
peralatan dan bangunan distribusi gas sebelumnya. Sehingga geometri yang tidak beraturan ini, yang
berbentuk bintang, berguna dilakukan dekat daerah injeksi. Keuntungan lainnya adalah survey 3D dengan
lintasan yang menyebar ini dibandingkan dengan survey 3D biasa pada dasarnya berbiaya lebih rendah dan
waktu yang dibutuhkan lebih sedikit untuk akuisisi dan pengolahan data. Terlebih lagi, geometri
berbentuk bintang ini memanfaatkan jalan dan mengurangi kerusakan lahan pertanian. Akan tetapi, hasil
dari fold dan distribusi azimuth yang tidak beraturan di area survey akan menyebabkan anomali amplitudo
aktual yang kabur dan interpretasi data yang tidak dapat dipercaya.
Refleksi secara umum tidak dapat terpetakan di daerah data 3D yang tersebar. Analisis selang waktu
yang tampak menunjukkan bahwa petunjuk selang waktu yang berhubungan dengan injeksi CO2 dapat
diamati dalam kedua data 3D tersebut. Dalam jurnal tersebut disajikan peta yang menunjukkan distribusi
perubahan amplitudo yang menunjukkan jalur CO2 di dalam reservoir, walaupun di data seismik 3D yang
tersebar ini. Area survey yang dilakukan tiga kali lebih besar dari yang dilakukan sebelumnya karena
distribusi fold yang tidak merata dan banyaknya noise di survey sebelumnya. Lalu juga ditunjukkan
perbedaan amplitudo horizon pada reservoir dalam data yang belum dimigrasi berbeda dengan yang sudah
dilakukan migrasi baik dalam ukuran maupun amplitudo, mengimplikasikan bahwa proses migrasi
memiliki dampak besar dalam hasil akhir.
Anomali yang teramati di data tahun 2011 jauh lebih kuat dibanding yang sebelumnya dan
menunjukkan banyak persamaan di daerah sekitar injeksi lubang bor. Dari data tersebut dihasilkan bahwa
struktur internal reservoir memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Hasil sebelumnya dari survey
geolistrik juga mengindikasikan migrasi CO2 di dalam reservoir. Dari hasil pengamatan didapat kesimpulan
bahwa fold yang tidak teratur dan level noise yang lebih tinggi di dalam data seismik 3D yang tersebar ini
tidak memperhitungkan perbandingan kuantitatif, namun dapat memberikan wawasan bagaimana
menginjeksikan CO2 tersebar dalam reservoir. Geometri akuisisi data 3D yang tidak beraturan
memberikan gambaran kualitatif mengenai perubahan amplitudo sebagai hasil dari injeksi CO2 di sekitar
area lubang bor. Meskipun hasil dari survey 3D yang tersebar ini tidak se-detail seperti peta 3D selang
waktu yang sebenarnya dan ukuran semu anomali adalah lebih kecil dengan pola migrasi yang sama
dengan data yang diamati.
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil yang jauh lebih baik berpotensi dihasilkan
dengan pola sumber dan penerima yang lebih teratur. Konfigurasi jaringan yang biasanya dapat melakukan
pendekatan yang lebih baik untuk monitoring penyimpanan CO2 secara kuantitatif. Lokasi dari lintasan yang
berbentuk bintang ini utamanya dikendalikan oleh tujuan meningkatkan jangkauan bawah permukaan
menuju bagian top dari antiklin ke CO2 yang diharapkan untuk bermigrasi. Meningkatkan fold dengan
memasukkan lebih banyak lintasan dalam area dapat menghasilkan solusi efektif dengan biaya rendah
untuk memetakan migrasi dari CO2.