rustiyanti: estetika tari minang dalam kesenian randai

15
Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 42 Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai Analisis Tekstual-Kontekstual Sri Rustiyanti Fatimah Djajasudarma* Endang Caturwati* Lina Meilinawati* Jurusan Tari, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung Jalan Buahbatu No. 212 Bandung ABSTRACT This paper reveals textual and contextual Randai, among other things, an analysis of Gerak Ga lombang Randai, an analysis of the character of Anak Randai, and at the end of the study series, to reveal the values contained in Randai as a cultural reality, which in principle is an inseparable part of the existence of Minangkabau community as the cultural support. The variety of motion used in Gerak Galombang Randai is not only a decoration of the motion beauty (tangible), but it also can be translated, as well as a symbol or emblem that has educational meanings (intangible), and can be an example of the daily life of the indigenous Minangkabau society. Keywords: Minang Dance aesthetic, Randai, textualcontextual analysis ABSTRAK Tulisan ini mengungkap teksual dan kontekstual Randai, di antaranya, analisis terhadap gerak galombang Randai, analisis karakter tokoh anak Randai, dan sebagai akhir dari rang- kaian penelitian ini, mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat pada Randai sebagai realitas budaya, yang pada prinsipnya merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Ragam gerak yang digunakan dalam gerak galombang Randai itu kiranya tidak hanya sekedar hiasan keindahan gerak be- laka (tangibel), namun ia dapat diterjemahkan, sekaligus merupakan simbol atau lambang yang bermakna mendidik (intangibel), dan dapat menjadi teladan dalam kehidupan se- hari-hari dalam masyarakat adat di Minangkabau. Kata Kunci: estetika Tari Minang, Randai, analisis tekstual-kontekstual PENDAHULUAN Kesenian tradisi yang merupakan warisan dari para pendahulu, sampai se- karang masih banyak ditemukan di ber- bagai daerah. Dari sekian jumlah kesenian tradisi, ada yang masih utuh dipentaskan, tetapi ada pula yang hampir punah dan su- lit ditemukan, bahkan ada pula yang tidak sempat didokumentasikan dan disaksikan sampai sekarang. Begitu pula daerah Mi- nangkabau memiliki berbagai macam je- nis kesenian, tiap-tiap jenis mempunyai bentuk, fungsi, dan tema yang berbeda. Di antara sekian jenis kesenian yang ada, Randai merupakan bentuk kesenian yang

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 42

Estetika Tari Minang dalam Kesenian RandaiAnalisis Tekstual-KontekstualSri RustiyantiFatimah Djajasudarma*Endang Caturwati*Lina Meilinawati*Jurusan Tari, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) BandungJalan Buahbatu No. 212 Bandung

ABSTRACT

This paper reveals textual and contextual Randai, among other things, an analysis of Gerak Ga­lombang Randai, an analysis of the character of Anak Randai, and at the end of the study series, toreveal the values contained in Randai as a cultural reality, which in principle is an inseparable partof the existence of Minangkabau community as the cultural support. The variety of motion used inGerak Galombang Randai is not only a decoration of the motion beauty (tangible), but it also can betranslated, as well as a symbol or emblem that has educational meanings (intangible), and can be anexample of the daily life of the indigenous Minangkabau society.

Keywords: Minang Dance aesthetic, Randai, textual­contextual analysis

ABSTRAK

Tulisan ini mengungkap teksual dan kontekstual Randai, di antaranya, analisis terhadapgerak galombang Randai, analisis karakter tokoh anak Randai, dan sebagai akhir dari rang-kaian penelitian ini, mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat pada Randai sebagai realitasbudaya, yang pada prinsipnya merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari eksistensimasyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Ragam gerak yang digunakandalam gerak galombang Randai itu kiranya tidak hanya sekedar hiasan keindahan gerak be-laka (tangibel), namun ia dapat diterjemahkan, sekaligus merupakan simbol atau lambangyang bermakna mendidik (intangibel), dan dapat menjadi teladan dalam kehidupan se-hari-hari dalam masyarakat adat di Minangkabau.

Kata Kunci: estetika Tari Minang, Randai, analisis tekstual-kontekstual

PENDAHULUAN

Kesenian tradisi yang merupakanwarisan dari para pendahulu, sampai se-karang masih banyak ditemukan di ber-bagai daerah. Dari sekian jumlah keseniantradisi, ada yang masih utuh dipentaskan,tetapi ada pula yang hampir punah dan su-

lit ditemukan, bahkan ada pula yang tidaksempat didokumentasikan dan disaksikansampai sekarang. Begitu pula daerah Mi-nangkabau memiliki berbagai macam je-nis kesenian, tiap-tiap jenis mempunyaibentuk, fungsi, dan tema yang berbeda.Di antara sekian jenis kesenian yang ada,Randai merupakan bentuk kesenian yang

Page 2: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

4343menggunakan medium seni multi ganda,karena didukung oleh beberapa cabangseni, di antaranya seni tari, seni musik,seni teater, seni sastra, dan seni rupa. Ran­dai didukung oleh sejumlah pemain antara15 sampai 25 orang. Para pemain itu me-rupakan kelompok pemain gerak galom­bang Randai, kesatuan kelompok pemaingerak galombang Randai itu tidak mengikatpemain satu dengan pemain lainnya, kare-na pemain bebas dalam mengikuti ling-karan galombang Randai. Bahkan kadang-kadang seorang pemain dapat keluar darilingkaran galombang Randai sebelum Ran­dai berakhir, karena kelelahan atau keper-luan yang lain. Ketiadaan pemain tersebuttidak mengganggu jalannya Randai yangmemang tidak ada ketetapan jumlah pe-main.

Gerak galombang Randai yang merupa-kan gerak yang bercirikan Pencak Silat se-lalu dilakukan dalam pola lantai tunggal,yaitu lingkaran dari awal sampai akhirpertunjukan Randai. Bentuk lingkaran initampak jelas yang selalu dilakukan da-lam gerakan pencak dengan langkah majuatau mundur, ke dalam memperkecil ling-karan, atau sebaliknya ke luar membuat

karan ini, setiap pemain merasakan persa-maan dan kebersamaan dalam kelompoktanpa ada batas antara pemain yang satudengan pemain yang lain.

Gerak galombang Randai tidak dihafalseperti gerak tari pada umumnya, tetapigerakan seorang pemain akan meniru ge-rak yang dilakukan oleh orang yang diang-gap tukang goreh (pemimpin). Pemain yangmeniru ini adalah pemain yang berada disisi lingkaran, dan ini pun akan ditiru jugaoleh pemain lain tanpa perlu melirik situkang goreh, hasilnya mereka cenderungdapat melakukan gerak yang sama. Untukmencapai hasil ini, biasanya mereka da-lam satu perguruan silat, sehingga sedikitsaja tukang goreh melakukan gerak, pe-main yang lain sudah mengetahui dengantepat gerak yang akan dilakukan selan-jutnya. Gerak galombang Randai dilakukanoleh anak Randai dengan selalu membuatgerakan melingkar. Mengapa Randai selaluditampilkan dalam pola lantai lingkaran.Kemungkinan hal ini berkaitan dengansosio kultural masyarakat Minangkabau.Sebelum memahami Randai, terlebih da-hulu perlu diketahui arti kata Randai. Adabeberapa pendapat yang mengemukakan

lingkaran lebih besar. Dengan bentuk ling- pengertian Randai berasal dari kata:

Gambar 1. Gerak galombang Randai selalu membentuk pola lantai tunggal melingkar dari adegan pertamasampai adegan terakhir (Sumber virtual: www.google.co.id/search=Randai+minang).

Page 3: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 44

1. Rantai, yaitu suatu rangkaian yangkait-mengait yang merupakan satu ke-satuan. Pendapat ini berdasarkan ben-tuk gerak galombang Randai yang selaludilakukan dalam bentuk melingkar,meskipun lingkaran galombang itu me-rupakan kesatuan kelompok pemaintetapi tidak mengikat masing-masingindividu atau pemain yang lain (Esten,1983: 112).

2. Andai­andai, mendapat awalan ber men-jadi berandai­andai, artinya berangkaiberturut-turut atau suara yang bersa-hut-sahutan. Kemungkinan pendapatini karena keasyikan mereka berceri-ta, sehingga pembicaraannya menjadisambung-menyambung. Hal ini dapatdilihat pada penampilan cerita Randaiyang terdiri atas adegan demi adegan(wawancara dengan Ediwar, 26 Juni2011).

3. Handai, mendapat awalan ber menja-di berhandai, artinya bercengkerama.Pendapat ini berdasarkan pada waktu

latihan silat, sambil duduk-duduk ber-istirahat mereka bercerita (cengkerama)secara bergantian (wawancara denganJamaan, 24 Juni 2011).

4. Pengertian kata Randai secara etimo-logis berasal dari bahasa Arab yaitura’yan dan da’i yang dirangkai menja-di ra’yanda’i. Kata ra’yan berarti peng-lihatan, pengamatan, atau pandangan.Kata da’i berarti penyeru, juru dak-wah, orang yang menyerukan agamaIslam (Marbawy, 1955: 222).

5. Menurut Poerwodarminto (1997: 816),Randai yaitu sejenis tarian oleh se-kelompok orang yang berkeliling mem-bentuk lingkaran dan menarikannyasambil bernyanyi dan bertepuk tangan,dengan menggunakan medium kaba(sastra lisan). Pendapat ini berdasar-kan penyajian Randai yang menggu-nakan berbagai cabang seni, seperti:tari, musik, sastra, drama, vokal, danseni rupa. Hal ini memang sesuai de-ngan pengertian Randai yang disajikan

latihan Pencak Silat, ketika letih dalam sebagai seni kolektif.

Gambar 2. Anak Randai malepoh (duduk) tetap dalam posisi lingkaran, ketika berdiri tetap dalam posisilingkaran (Foto: Aan Jamaan, 2003).

Page 4: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

4545

Gambar 3. Penari galombang berdiri tetap dalam lingkaran, setelah duduk malepoh, ketika pemain akting dandialog dalam lingkaran (Sumber Foto: Hendri Satrial, 1990).

Beberapa pengertian arti kata Randaitersebut, menjadi dasar pijakan penulisdalam menganalisis data sebagai objek pe-nelitian Randai tidak hanya dari perspektifseni, tetapi juga dari perspektif budaya.Minangkabau sangat terkenal dengan bu-daya dan filosofi yang banyak terkandungdalam adat istiadatnya. Potensi kearifanlokal yang ada di Minangkabau, salahsatunya adalah seperti dalam pepatah aluapatuik raso pareso artinya alur pantas rasaperiksa. Alua yaitu sesuai dengan tata carayang berlaku. Patuik yaitu kepantasan se-suatu terletak pada tempatnya. Raso yaiturasa kemanusiaan yang berpangkal padabudi baik. Pareso yaitu mencari kebenaran.Raso pareso mencari kebenaran denganrasa (berpikir dengan rasa). Penulis men-coba mengadopsi kearifan lokal dari pepa-tah tersebut yang terkandung dalam ma-syarakat Minang. Pada awalnya filosofi initerlewatkan begitu saja dari benak pikiranpenulis. Ada pepatah lama yang cukupterkenal dari daerah Sumatera Barat, yangmenyatakan ‘alam takambang bakeh guru’(alam terkembang menjadi guru), dan

alua­patuik raso­pareso yang merupakansikap dan perilaku kehidupan sehari-harimasyarakat Minang, diharapkan dapat di-kaji dengan memperdalam pengertian danpemahaman tentang rasa indah terhadapkesenian pada umumnya dan tari padakhususnya.

PEMBAHASAN

Berawal dari kata ‘aistanomai’ yaitu‘saya menyadari sesuatu’ penulis meng-angkat pepatah Minang alua patuik rasopareso untuk menjadi sebuah konsep es-tetik Tari Minang, karena pada dasarnyakonsep estetik sebagai ilmu dapat ter-wujud apabila: (1) Ilmu sebagai proses,ilmu sebagai aktivitas rasional, dan ilmusebagai aktivitas kognitif, ilmu sebagai ak-tivitas teologis; (2) Ilmu sebagai prosedur:pengamatan, percobaan, pengukuran,survei, deduksi, induksi, dan analisa; dan(3) Ilmu sebagai produk: ciri empiris, cirisistematis, ciri objektif, ciri analitis, danciri verifikatif. Oleh karena itu, seni per-

Page 5: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 46

tunjukan Randai sebagai ilmu, dapat ditin-jau dari dua hakikatnya, yaitu: (1) ‘kalos’atau keindahan yang bermuara pada este-tika; (2) ‘kataghos’ atau berbudi luhur yangbermuara pada etika. Estetika berkaitandengan nilai-nilai sebagaimana yang di-semboyankan oleh mahzab skolastik:‘omne ens unum, verum, bonum, pulchrum’:segala sesuatu yang ada, sejauh itu ada,bersifat tunggal yang berupa benar, baik,dan indah.

Randai mempunyai estetika yang ber-kaitan dengan mencari nilai-nilai ter-tentu. Nilai yang dimaksud adalah dalamupaya mencari suatu ‘kelayakan (feasible:able to become fact)’. Untuk itu dalam kha-zanah penciptaannya bersendi pada: (1)keindahan (beauty); (2) kebaikan (good);serta (3) kebenaran (truth). Dalam kaitanuntuk membedakan nilai-nilai kandungandan ekspresi dalam Randai, maka dalampencarian nilai­nilai berakar pada: (1)‘qualis’ (kebenaran-kebaikan-keindahan)dan (2) ‘quantus’ (angka, besaran, volume).Kedua nilai tersebut dikonfigurasikan un-tuk mencari kebenaran yang hakiki (ulti­mate truth) yang pada akhirnya mencapaisuatu tingkatan ‘kesadaran estetik’ (aes­thetics awareness).

Berbicara tentang konsep estetik berartiberbicara tentang keindahan. Estetika di-pandang sebagai suatu filsafat ditempat-kan pada titik dikotomis antara realitasdan abstrak, juga antara keindahan danmakna. Fenomena visual dalam kontekspenelitian ini adalah mengacu pada kon-sep estetik dalam konteks transendental(kebenaran, kebaikan, dan keindahan),artinya konsep yang diadopsi dari kearif-an lokal dalam masyarakat Minangkabauyaitu filosofi alua patuik raso pareso. Kebe-naran perilaku yang berdasarkan padakonsep nilai-nilai budayanya merupakan

suatu kebaikan yang akan menghasilkankeindahan dalam tatanan keselarasan danharmoni.

Analisis Tekstual dan Kontekstual

Analisis Tekstual, pembahasan un-sur-unsur suatu kesenian yang dapat me-nerangkan bahwa keseluruhan arti danmakna simbol dapat dibedakan, namunarti dan makna simbol-simbol itu tidakdapat dipisahkan. Manusia dapat mem-bedakan arti dan makna simbol melaluikebudayaan (Liliweri, 2011: 4). Begitupula dengan kesenian Randai secara teks-tual berkaitan dengan segi-segi teknikyang menentukan ciri-ciri Randai danbagi yang menonton memberikan sesuatupengalaman melihat yang bersifat keseni-rupaan. Antara lain: seni tari, seni musik,seni vokal, seni drama, seni sastra, danseni rupa.

Analisis Kontekstual terhadap seni tariartinya fenomena seni itu dipandang de-ngan disiplin ilmu lain yang didominasiilmu antropologi. Sesuai dengan bidang-nya bersifat humaniora, yaitu ilmu yangingin memahami segala aktivitas manu-sia dalam hubungan sosial budaya, makaciri pendekatannya besifat holistik (Hadi,2007: 97). Analisis Kontekstual, pembahas­an yang terbangun dari susunan tekstualyang dapat menggambarkan makna dansimbol yang dapat dianalisis dari aspeklatar belakang budaya Minangkabau, as-pek keberadaan agama Islam di Minang-kabau, aspek sejarah Minangkabau, aspekkesenian Minangkabau, dan sebagainya.Makna dalam pemahaman kontektualadalah sesuatu yang terjadi dalam interak-si subjek dan objek, sehingga ditemukanhal-hal baru setelah pengamatan secara

Page 6: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

4747

pentas

RANDAI

Bagan 1. Unsur-unsur Randai yang dikemas sebagai seni pertunjukan (ilustrasi: Sri Rustiyanti, 2012).

mendalam sebagai ‘pengayaan makna’(Gadamer, 2004: 27). Dengan demikianmakna dalam konteks hermeneutik ada-lah interaksi antara sebuah objek denganmanusia yang melihatnya. Dalam prosesinteraksi tersebut tentunya dipengaruhioleh fungsi kerja indra manusia, sehing-ga memperoleh pengayaan makna setelahdiamati secara mendalam.

Penggunaan sumber gerak dalam gerakgalombang Randai adalah Pencak Silat de-ngan penekanan aspek bentuk dasarnyapada sikap dan unsur gerak kaki, sedang-kan aspek dinamik dan kualitas gerakmengalami perubahan sesuai dengan tu-juan. Sebuah gerak Pencak dapat menjadilebih keras, tajam, dan cepat apabila di-gunakan dalam bersilat, sebaliknya men-jadi lemah dan tidak terlalu tajam apabiladipakai dalam tari. Berdasarkan filsafatalam (alam terkembang jadi guru), semuatingkah laku hewan dapat diambil sebagai

nama-nama gerak, yaitu aliran Silat Ku­cing Siam, Harimau Campo, Kambing Hitam,dan Anjing Mualim (Jamal, 1985: 17).

Selain aliran Silat tersebut, ada beberapainti Silat Minangkabau, yaitu langkah tigo,langkah ampek, dan langkah sambilan. Daridasar Silat ini muncul beberapa macamgaya Silat menurut daerah masing-masingdengan menyebutkan nama-nama daerahdi mana Silat itu berkembang, di antaranyaSilat Lintau, Silat Pangian, Silat Kumango, Si­lat Sitaralak, Silat Gunuang, Silat Pariaman,dan Silat Pesisir. Dengan dasar-dasar Silattersebut, setelah mengalami proses peng-garapan muncul gerak Silat sebagai dasarbagi seniman Minangkabau untuk menatamenjadi suatu bentuk susunan tari. Pencakmempunyai dua pengertian, yaitu sebagaitarian dan sebagai permainan. Pencak se-bagai tarian merupakan gerak tari yangdiwarnai Pencak yang pelaksanaannya se-

Page 7: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 48

••

RANCAK

U

N ALUASUR

E PATUIKST

E

T RASO-I PARESO

K

TAPEK GerakGelombang

Randai

TAGUN

TAKASIMA

Bagan 2. Unsur-unsur estetik gerak galombang Randai(ilustrasi: Sri Rustiyanti, 2012).

irama dengan karawitan, sedangkan Pen­cak sebagai permainan dilakukan oleh duaorang dengan melakukan perkelahian ber-gaya Silat, secara fisik pemain berhadap-an satu lawan satu dengan gerak salingmenyerang, tetapi tidak bersinggunganatau tidak bersentuhan, sehingga lebih di-tentukan oleh penyesuaian dengan gerak-an lawan yang sedang dihadapi.

Filosofi alua patuik raso pareso terse-but menjadi pijakan dalam menetapkandasar pemikiran untuk menetapkan levelkualifikasi kemampuan penari dalammenyajikan sebuah tarian. Dasar tingkatkesulitan teknik gerak dan ekspresi TariMinang dapat diklasifikasikan pada 3 levelkualifikasi yaitu: 1) Tingkat Alua, menca-kup: takana (hafal urutan vokabuler gerak/susunan koreografi), tapek (benar dan te-pat dalam melakukan teknik gerak), kameh(teliti dalam melakukan gerak); 2) TingkatPatuik, meliputi: rancak (tafsir pelaksanaan

gerak terhadap karakter tarian), garik (ke-mampuan mengolalah rasa gerak dalammusik tari), tagun (keserasian ungkapanjiwa/ekspresi yang terpancar melalui rautmuka sehingga menarik untuk dilihat/dinikmati/ditonton; dan 3) Tingkat Ra­so­Pareso, terdiri atas: picayo (keyakinanbergerak/ tidak ragu-ragu, panuah (totali-tas atau konsentrasi, takasima (melahirkandaya pesona dan energi dinamik, bonehmampu melakukan improvisasi yaitukeputusan sesaat menyusun variasi ge-rak-gerak tari sehingga dapat menyajikantari dengan khas dan versinya tersendiri.Masing-masing level kualifikasi tersebutmempunyai tingkat kesulitan yang ber-beda semakin ke atas semakin tinggi ting-kat kesulitannya. Tingkat alua merupakanlevel pemula yang kemampuannya palingdasar, kemudian naik ke tingkat patuik,dan tingkat raso­pareso merupakan levelyang sudah mencapai virtuositas (kemam-

Page 8: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

4949puan atau kematangan teknik yang luarbiasa).

Sikap-sikap Pencak Silat yang domi-nan dalam gerak Randai, seperti pitung­gue (posisi kaki ditekuk), angkek kaki (kakikiri tegak lurus dan kaki kanan diangkatke depan tidak terlalu tinggi), pasambahan(merupakan awal dan akhir setiap bentuktari apapun termasuk juga Randai). Sikap-sikap tersebut merupakan ciri-ciri yangada pada Randai dan apabila digabung-kan antara sikap-sikap Pencak Silat de-ngan Randai, maka kedua perpaduan itumenyatu dengan sendirinya secara utuh.Dalam sebuah karya seni tari termasukdalam penyusunan gerak galombang Ran­dai, sebelum komposisi galombang Randaiterbentuk menjadi satu kesatuan yangutuh, seorang koreografer atau penata tarimelakukan beberapa tahap-tahap pentingdalam proses penggarapannya, antaralain:

1) EksplorasiSecara umum dapat diartikan sebagai

usaha penjajagaan, maksudnya sebagaisuatu pengalaman bagaimana manusiamenangkap objek-objek dari luar terma-suk di dalamnya berpikir, berimajinasi,merasakan, dan merespons, kemudianuntuk selanjutnya objek tersebut diwu-judkan menjadi gerak galombang Randaimelalui gerak. Jadi eksplorasi merupa-kan langkah penjajagan pada objek-objekalam, tema, maupun gerak. Penjajaganobjek alam pada gerak galombang Ran­dai ini, dimulai dengan pengalaman-pengalaman yang melibatkan kesadaransecara penuh dalam memandang suatuobjek. Pengalaman tersebut timbul dalamdiri penata dan juga pengalaman meng-amati suatu lingkungan, di mana dalamlingkungan tersebut manusia sebagai

objeknya dihadapkan pada berbagai ma-cam persoalan yang kadangkala manusiaseabagai makhluk Tuhan walaupun be-rakal tetapi juga mempunyai keterbatasandalam berpikir. Selain pengamatan jugadilakukan dengan penjajagan gerak, dimana sebelum menemukan gerak yangsesuai dengan garapan, penata berusahamenyatukan diri dengan suatu hal yangmampu merespon rangsangan terhadapgarapan gerak galombang Randai yang akandisajikan. Adapun pengamatan gerak-ge-rak dapat diambil dari gerak-gerak taritradisi, juga selain pengembangan gerakdari non tradisi, seperti loncat, melayang,jongkok, rebah, jatuh, dan sebagainya. Halini dapat mendukung suasana yang di-inginkan dalam garapan gerak galombangRandai. Dari pengamatan tersebut kemu-dian dicoba untuk dilahirkan ke dalam se-buah estetik yang membentuk suatu karyatari.

2) ImprovisasiImprovisasi merupakan usaha untuk

mencari dan mendapatkan kemungkinangerak galombang Randai. Setelah membaca,melihat, dan merasakan apa yang terkan-dung dalam cerita yang akan digarap,maka penata berusaha mentransforma-sikan hasil eksplorasi tersebut ke dalambentuk gerak galombang Randai yang nyatauntuk kemudian gerak-gerak tersebut di-gunakan ke dalam garapan Randai yangakan disajikan. Tahap improvisasi inibersifat sementara namun sudah terwu-jud pada gerak-gerak yang sesuai denganmotivasi pada konsep ide yang akan disa-jikan. Dari kualitas gerak yang diperolehmaka berdasarkan imajinasi, gerak-geraktersebut dijadikan dasar untuk tercipta-nya gerak ekspresif sesuai dengan gerakgalombang Randai yang dimaksud. Dari ha-

Page 9: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 50

sil pencarian dan penciptaan gerak-geraktersebut, maka dicoba untuk diungkap-kan, baik melalui pola geraknya maupunemosinya yang disesuaikan dengan se-buah garapan Randai yang ditata, makahasil improvisasi ini akan ditemukan darihasil yang telah didapat akan mempermu-dah dalam tahap selanjutnya.

Seorang penari anak Randai dituntutkepekaan reflektivitas (improvisasi yangterlatih) dalam sikap siaga dan luwes ter-hadap segala kemungkinan, sebagaima-na sikap penari tradisi. Untuk merasakanitu dianjurkan melakukan latihan-latih-an sendiri dalam mengasah kepekaandiri dengan berimprovisasi yang berang-kat dari gerak dan suasana tari tradisi.Menurut Hawkin dalam tulisannnya di-jelaskan sebagai berikut:

Pengalaman tari yang sangat diperlu-kan dalam proses koreografi kelom-pok. Melalui improvisasi diharapkanpara penari mempunyai keterbukaanyang bebas untuk mengekspresikanperasaannya lewat media gerak. Im-provisasi diartikan sebagai penemuangerak secara kebetulan atau spontan,walaupun gerak-gerak tertentu munculdari gerak-gerak yang pernah dipela-jari atau ditemukan sebelumnya, tetapiciri spontan menandai hadirnya impro-visasi. Kreativitas melalui improvisa-si sering diartikan sebagai terbang keyang tidak diketahui. Dari pengalamanitu hadirlah suatu kesadaran baru yangbersifat ekspresif yaitu gerak (1988: 19).

Pendekatan seperti itulah yang dilaku-kan dalam melatih dan meningkatkankepekaan penari baik terhadap gerak ga­lombang Randai, maupun musikalitas yangterkandung dalam unsur-unsur Randai.Improvisasi memberikan latihan yangluas dalam menemukan dan menyisihkanfrase-frase gerak galombang Randai, mema-

hami otot-otot syaraf, frase-frase geraktari, dan dalam menanggapi gerakan pe-nari-penari anak Randai. Ini adalah caradalam menjelajahi gerak galombang Randaisecara kreatif, suatu cara untuk menemu-kan dan membuat variasi penyusunan ge­rak galombang Randai, di mana improvisasidapat menjadi sesuatu yang berharga.

3) KomposisiDari semua improvisasi, semua ge­

rak galombang Randai yang didapat tidakseluruhnya digunakan, dalam menyusungerak galombang Randai harus dipikirkantentang sambungan gerak antara motifgerak yang satu dengan motif gerak yanglain sehingga menjadi bentuk garapan ge­rak galombang Randai yang utuh dan memi-liki kesatuan dalam konsep koreografinya.Dalam menentukan bentuk garapan Ran­dai, maka di dalamnya berusaha untuk di-wujudkan suatu komposisi dan dinamikaberdasarkan pengaturan dan pengolahanaspek-aspek komposisi yang antara lainadalah variasi, keharmonisan, kontras,pengulangan, transisi, keseimbangan,pengembangan logis, dan kesatuan. De-ngan demikian keserasian garapan de-ngan adanya perpaduan ruang, gerak, danwaktu, serta emosi akan menyatu dalamsebuah Randai.

Oleh karena itu, komposisi lebih me-nekankan gerak galombang Randai padakebebasan ekspresi, pengembangankreativitas, eksplorasi, dan improvisasiyang terkendali (yaitu improvisasi yangmampu mengendalikan ruang, waktu,dan tenaga serta aspek-aspek yang lain).Dengan kata lain, ada pemikiran yangmenyikapi koreografi sebagai craft dansebagai proses (Murgiyanto, 2002: 16). Ko-reografi sebagai craft mementingkan prin-sip-prinsip objektif (aturan atau tatanan

Page 10: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

5151yang datang dari luar) serta aturan-aturankomposisi, dan sebagai proses menekan-kan pentingnya prinsip-prinsip subjek-tif (motivasi yang datang dari dalam diripelaku) dan cara kerja yang kreatif. Akantetapi, dalam koreografi kontemporer ti-dak dipermasalahkan harus memilih craftatau proses, tetapi bagaimana memadukandan mengkombinasikan antara keduanya(Dibia, 2002: 79). Hal ini diperjelas jugaoleh Murgiyanto yang mengemukakan,bahwa: “Hakekat kesenian adalah ko-munikasi jiwa manusia, oleh karena itujanganlah sekedar menata atau mencip-ta tarian semata-mata untuk kenikmatanmata, tetapi lakukanlah untuk menyapadan menggugah batin penonton” (1986:49).

Dalam sebuah garapan tari termasukdalam penataan Randai, kadang diperlu-kan juga kegiatan research sebelum mem-buat sebuah karya dalam garapan gerakgalombang Randai. Semua pendukung baikpenari maupun pemusik perlu merasakankebersamaan untuk menghayati nilai tra-disional dengan melakukan observasi dilapangan, yaitu secara bersama-sama ketempat tumbuh dan berkembangnya taritradisi tersebut. Pengalaman yang di-peroleh dari studi tersebut sejauh yangterserap secara sadar ataupun tidak, ber-pengaruh besar dalam proses garapan(Soedarsono, 1999: 33). Dengan demikian,untuk menjadi seniman seseorang perlumemiliki beberapa kecenderungan, se-bagaimana yang dipaparkan Saini K.M,dalam tulisannya berikut ini:

Pertama, ia harus memiliki minat yangbesar terhadap kehidupan, atau de-ngan kata lain kesadarannya senan-tiasa terbuka pada gejala dan realitasyang ditemukannya dalam kehidupan-

nya itu. Kedua, ia pun cenderung ber-sifat obsesif. Kesadarannya cenderungterlibat secara menukik (pekat, kental,intens) dengan gejala atau realitas yangmenyinggung kesadarannya itu. Hasil-nya ialah didapatnya pengalaman yangkental pula tentang gejala atau realitasyang digelutinya itu. Ketiga ia memi-liki kecenderungan untuk mengung-kapkan apa yang dialaminya. Artinyaia memiliki kecenderungan yang kuatyang mendorongnya untuk menciptakarya seni atau kreatif (2001: 25).

Output dari studi lapangan tersebuttampaknya tersimpan pada setiap pribadipenari galombang Randai yang muncul se-iring dalam proses garapan gerak galombangRandai. Hasilnya membentuk karakteristikpenari galombang Randai dalam menyikapinuansa yang diinginkan oleh tukang gorehmaupun koreografer, dan sekaligus mem-bentuk ciri gerak yang membantu dalammelakukan eksplorasi gerak galombangRandai. Selain itu, yang cukup efektif da-lam pengembangan gerak galombang Ran­dai adalah penekanan penari yang diberiacuan bahwa kesadaran jiwa para penarisaat melakukan gerak mengacu misalnyakepada jiwa seorang pendekar Minang-kabau. Sifat jantan dari tarian Minangitu mungkin disebabkan, pertama, kare-na semua tarian ditarikan oleh laki-laki;dan yang kedua, karena tari menjadi mi-lik nagari­nagari itu lahir bersama Pencakdalam satu kandungan (Sedyawati, 1981:73). Dari sekian banyak ragam dan gayasilat Minangkabau ada yang mengklasi-fikasi pada dua jenis silat, yaitu silat jan­tan dan silat batino (betina). Klasifikasi itumuncul berdasarkan pengamatan merekaterhadap gaya dan teknik permainan si­lat. Silat yang menggunakan ruang besar

Page 11: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 52

cenderung melakukan gerak serangansehingga dikatakan silat jantan. Silat yangmempunyai ruang gerak kecil dan sukamenunggu, menangkis serangan sebelummereka menyerang dikatakan silat batino.Kedua gaya silat tersebut berpengaruh ter-hadap gerak galombang Randai.

Dalam pertunjukan Randai banyakhal yang dapat diamati oleh penonton,di antaranya yang tampak adalah ketikamenonton pertunjukan gerak galombangRandai, bahwa yang tampak adalah pena-taan gerak yang sudah dilakukan oranglain, yang kemudian diubah sedikit, danlalu disebut upaya seperti ini dengan katasudah dikembangkan. Di sisi lain seringjuga terjadi bahwa seorang penata taritidak mampu melepaskan dirinya darikebiasaan melakukan gerakan tari yangpernah ditarikannya, atau gerak-gerakyang ditampilkannya merupakan ben-tuk-bentuk gerak tari tradisi yang diubahsedikit. Dalam situasi seperti ini, istilahdikembangkan menjadi sangat mudahdiucapkan, tetapi pada kenyataanya sulituntuk dilakukan secara benar, sehinggayang tampil adalah bentuk-bentuk kliseatau imitasi gerak yang telah dilakukanoleh para penata tari sebelumnya. Ten-tu saja hal ini tidak perlu terjadi apabilaseorang penata tari memiliki potensi de-ngan berbagai cara mengeksplorasi gerakgalombang Randai untuk menghasilkanbentuk-bentuk gerak yang orisinal. Ben-tuk­bentuk gerak tersebut adalah:a) Gerak Vibrasi/Bergetar

Penggunaan gerak vibrasi atau gerakgetar dalam penyusunan gerak galom­bang Randai, terdapat dalam ragam ge-rak balah karambia, tupai bagaluik. Gerakini juga dapat dikatakan sebagai gerakperkusi yang kontinyu, yang bentuk-nya merupakan pengulangan pola

gerak mulai dan berakhir dalam tem-po yang tetap dan cepat. Gerak vibrasiatau bergetar ini dapat dilakukan olehseluruh tubuh, dalam berbagai bentuk,posisi, dan level, sesuai keinginan sipelakunya.

b) Gerak BerputarPenggunaan gerak putar dalam penyu-sunan gerak galombang Randai, dapatditemukan dalam ragam gerak basioyakatau gerak tangan bungo ketek dangadang dalam Tari Piring. Adapun yangdimaksud gerak putar adalah gerakmemutar tubuh, atau bagian-bagiandari tubuh, yang diputar ke kiri atau kekanan dalam berbagai bentuk, posisi,dan level.

c) GerakMengayunPenggunaan gerak ayun dalam penyu-sunan gerak galombang Randai, adalahseperti dalam ragam gerak babuai se-perti mengayun atau menimang se-orang bayi yang sedang digendong.Ayunan lengan atau kaki terasa akanlebih mudah dilakukan dengan meng-ayunkan tubuh seluruhnya. Ada ciripengulangan dalam gerak ayun, yangdapat terjadi seperti teraturnya gerakbandul jam.

d) Gerak Jatuh BangunPenggunaan gerak jatuh bangun dalampenyusunan gerak galombang Randai,seperti yang ada dalam ragam geraklangkah injak baro, yaitu gerak jatuhdan bangkit kembali dalam berbagaimacam bentuk posisi badan maupunlevel. Gerak ini dilakukan dengan tem-po dan kecepatan yang gesit.

e) Gerak Patah-Patah/StaccatoPenggunaan gerak patah-patah ataustaccato dalam penyusunan gerak galom­bang Randai, sangat sering dilakukandalam berbagai ragam gerak Tari Mi­

Page 12: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

5353nang yang mempunyai karakter gerakyang kuat, tajam, dan dinamis. Gerakstaccato dapat dilakukan oleh sebagiananggota tubuh atau seluruhnya.

f) Gerak Tegang Kendor/Contract andRealeasePenggunaan gerak tegang kendor ataucontract and Realease dalam penyusun-an gerak galombang Randai, digunakansebagai penyambung frase-frase gerak.Gerak ini yang sangat dipengaruhi olehkontrol penggunaan tenaga atau inten-sitas dan kualitas. Gerakan ini dapatdilakukan dalam berbagai macam ben-tuk dan posisi tubuh

g) GerakMengalirPenggunaan gerak mengalir dalampenyusunan gerak galombang Randai,tidak seperti gerak staccato yang seringdigunakan dalam gerak galombang Ran­dai maupun dalam penggunaan TariMinang. Gerak mengalir lebih banyakdigunakan dalam Tari Melayu yangmemiliki karakter lembut dan halus.Gerak mengalir dalam gerak galombangRandai dilakukan dengan mengutama-kan penekanan emosi secara tetap, na-mun tanpa ada titik dan koma, tanpaawal dan akhir yang jelas, dan hanyamempunyai kontinuitas tanpa aksenatau tekanan.

h) Gerak LokomotorPenggunaan gerak lokomotor dalampenyusunan gerak galombang Randai,mengutamakan kecepatan tinggi de-ngan perubahan bentuk yang berbe-da-beda. Biasanya sering dilakukan da-lam gerakan berpasangan gerak serangdan tangkis.

i) GerakMelayangPenggunaan gerak melayang dalampenyusunan gerak galombang Randai,adalah gerak yang dilakukan untuk

melepaskan diri dari gravitasi bumi.Contohnya adalah gerak melompat da-lam ragam gerak tagak itiak. Gerakan inidapat dilakukan dalam berbagai ben-tuk dan posisi tubuh.

j) GerakMembumiPenggunaan gerak membumi dalampenyusunan gerak galombang Randai, se-perti posisi berdiri yang selalu dilaku-kan dengan pitunggue, kedua kakiditekuk sehingga posisi badan menjadilebih rendah. Gerak membumi selalumengikuti gravitasi bumi. Biasanya ter-dapat dalam gerak-gerak tari tradisi.

k) GerakMenahanPenggunaan gerak membumi dalampenyusunan gerak galombang Randai,adalah gerak meloncat ke udara dansesaat tertahan pada puncak ketinggianloncatan. Kegairahan emosional dapatdiperoleh pada saat situasi tertahan diudara. Gerakan ini memiliki tingkatkualitas dramatik yang kuat. Biasanyasering dilakukan dalam menahangerakan berpasangan gerak serang dantangkis.

PENUTUP

Kepekaan gerak dan kepekaan estetissangat diperlukan untuk dapat mengenalidan mencermati keindahan bentuk sebuahkarya tari. Akan tetapi ada kepekaan lainyang lebih penting yaitu kepekaan untukmengenali dan menemukan nilai-nilaiatau pesan-pesan kemanusiaan dalam se-buah karya. Esensi kesenian pada dasar-nya adalah kemanusiaan sehingga karyatari yang bernilai tinggi adalah memuatnilai-nilai kemanusiaan di dalamnya danuntuk mengenalinya dibutuhkan kemam-puan khusus. Pembahasan mengenai sum-

Page 13: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 54

Ilmu Budaya Universitas PadjajaranBandung.

2. Endang Caturwati (Copromotor), GuruBesar bidang Seni Pertunjukan di Seko-

1955 Kamus Bahasa Arab­Melayu. Me-sir: Mustafa’l Baabillahi wa Au-laduhu. Marinis, de Marco.

lah Tinggi Seni Indonesia Bandung. MID Jamal3. Lina Meilinawati (Copromotor), Dok-

tor bidang Sastra dan Seni Pertunjukan.1985 Filsafat dan Silsilah Aliran­Aliran

Silat Minangkabau. Padang Pan-jang: Akademi Seni KarawitanIndonesia.

ber pengetahuan terkait dengan persoalandari mana pengetahuan itu diperoleh ataubagaimana caranya memperoleh pengeta-huan tersebut. Pengetahuan yang dimilikiseseorang secara epistemologis bersumberdari sense experience (pengalaman indera),reason (penalaran), authority (otoritas), in­

DAFTARPUSTAKA

Edi Sedyawati2003 “Gusmiati Suid dan Tari Kontem-

porer”, dalam Indonesia Abad XXI:Di Tengah Kepungan PerubahanGlobal. Jakarta: Kompas

tuition (intuisi), revelation (wahyu) danfaith (keyakinan).

Masyarakat Minangkabau, menyebut-kan kata Randai diartikan sebagai laku

1999 Seni Pertunjukan Indonesia danPariwisata. Bandung: MasyarakatSeni Pertunjukan Indonesia.

olah gerak dan rasa, yang dikenal de-ngan sebutan pamenan (permainan) yangmemiliki akar gerak ilmu beladiri Pencak.Motif-motif gerak dalam Randai menca-kup gerak tari, gerak Pencak, dan gerakSilat. Randai memiliki unsur-unsur danciri-ciri tari, meskipun dengan cara penya-jian yang berbeda. Adapun ciri-ciri umumyang terkandung dalam tari, antara lain:(1) ekspresi manusia secara artistik; (2) ge-rak yang dilakukan oleh manusia; (3) ge-rak yang berpola dan berbentuk; (4) gerakstilasi; (5) kandungan ritme; (6) di dalamruang; (7) adanya simbol atau arti; dan (8)adanya penyampaian pesan. Seringkalipengertian ini tidak terlepas adanya unsurcerita, dialog, nyanyian, akrobat, demon-strasi kekebalan.

CATATANAKHIR:1. Fatimah Djajasudarma (Promotor),

Guru Besar bidang Linguistik di Fak.

1986 Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta: Sinar Harapan.

Gadamer, Hans-Georg2004 Kebenaran dan Metode. Terjemah-

an. Ahmad Sahidah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Hawkins, Alma M.1988 Creating Through Dance. New Jer-

sey: Princeton Book Company.

Hospers, John.1967 :Aesthetics Problem of Art” dalam

The Encyclopedia of Phylosophy, Vol I.

I Wayan Dibia2003 Bergerak Menurut Kata Hati. Ter­

jemahan. Jakarta: Ford Founda-tion dan MSPI.

Marbawy, Al.

Page 14: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 23, No. 1, Maret 2013: 1 - 108

5555Mohd Anis MD. Nor1986 ”Randai Dance of Minangkabau

Sumatera with LabanotationScores”. Jurnal Tirai Panggung.Kuala Lumpur: Universiti Mala­ya.

Oong Maryono1998 Pencak Silat Merentang Waktu.

Yogyakarta: Galang press.

R. M. Soedarsono2003 Seni Pertunjukan Dari Persektif

Politik, Sosial, dan Ekonomi. Yog-yakarta: UGM University Press.

Saini KM2001 Taksonomi Seni. Bandung: STSI

Press.

Sal Murgiyanto2004 Mencermati Seni Pertunjukan: Pers­

pektif Kebudayaan, Ritual, Hukum.Surakarta: Kerjasama Ford Foun-dation & Program PascasarjanaISI Surakarta.

2002 Kritik Tari: Bekal dan KemampuanDasar. Jakarta: Ford Foundationdan MSPI.

Y. Sumandiyo Hadi2007 Kajian Tari: Teks dan Kon-

teks. Yogyakarta: Pustaka BookPublisher.

Page 15: Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai

Rustiyanti: Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai 56