sesak napas trauma

32
LAPORAN KELOMPOK PROBLEM BASE LEARNING SISTEM TRAUMATOLOGY DAN EMERGENSI MODUL 11 SESAK NAFAS OLEH: KELOMPOK 9A Tutor: dr. Yusriani Mangerangi IRSAN KURNIAWAN AMIRUDDIN (1102O90066) RESKI PURWASARI (1102070127) TARBIYANTHY NAJDAH CHAIRANI (1102090112) MILA KARMILAH(1102090132) HASMIA MUSLIMIN (110209149) ANDI PUSPA RATU (1102090003) ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH (1102090115) ASMA MUFIDAH ALHADAR (1102090109) FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: zarah-alifani-dzulhijjah

Post on 28-Nov-2015

557 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

traumatologi

TRANSCRIPT

Page 1: sesak napas trauma

LAPORAN KELOMPOK

PROBLEM BASE LEARNING

SISTEM TRAUMATOLOGY DAN EMERGENSI

MODUL 11

SESAK NAFAS

OLEH:

KELOMPOK 9A

Tutor: dr. Yusriani Mangerangi

IRSAN KURNIAWAN AMIRUDDIN (1102O90066)

RESKI PURWASARI (1102070127)

TARBIYANTHY NAJDAH CHAIRANI (1102090112)

MILA KARMILAH(1102090132)

HASMIA MUSLIMIN (110209149)

ANDI PUSPA RATU (1102090003)

ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH (1102090115)

ASMA MUFIDAH ALHADAR (1102090109)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Page 2: sesak napas trauma

SKENARIO 1

Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan sesak napas,

penderita terlihat, pucat, dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah.

KATA-KATA KUNCI

1. Laki-laki 25 tahun

2. Sesak napas

3. Penderita terlihat pucat dan kebiruan

4. Nadi teraba cepat dan lemah

PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

1. Bagaimana penanganan awal pada skenario?

2. Bagaimana penanganan selanjutnya?

3. Apa penyebab terjadinya sesak napas?

4. Bagaimana mengenal tanda dan gejala sesak napas akibat truma dan non trauma?

5. Bagaiaman cara menstabilisasikan pasien sesak napas?

6. Bagaimana cara melakukan transportasi dan rujukan akibat trauma dan non trauma?

7. Bagaimana penatalaksanaan resusitasi cairan?

8. Kesimpulan akhir

Jawaban :

1. Bagaimana penanganan awal pada skenario?

cari bantuan (ask for help)

primary survey :

A. Airway

Tujuan : membebaskan jalan nafas untuk menjamin jalan masuknya udara

ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.1

Pemeriksaan2,3

Lihat (look). Apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya

menurun. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh

kekurangan oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan

kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot

Page 3: sesak napas trauma

napas tambahan yang apabila ada merupakan bukti tambahan adanya

gangguan airway.

Dengar (listen). Adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang

berbunyi (napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara

mendengkur (napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.

Suara mendengkur (snoring), berkumur (gurgling) dan bersiul

(crowing sound, stridor) mungkin berhubungan dengan sumbatan

parsial pada faring atau laring. Penderita yang melawan dan berkata-

kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan tidak

boleh dianggap karena keracunan/batuk.

Suara Napas Deskripsi

Afonia Menunjukkan adanya obstruksi saluran napas lengkap.

Stridor Suara abnormal yang bernada tinggi. Biasanya terdengar saat

inspirasi. Menunjukkan adanya obstruksi terutama pada saluran

napas bagian atas.

Suara serak

(hoarseness)

Spesifik pada laring. Berhubungan dengan edema dan

disfungsi unilateral pita suara.

Wheezing Sebuah suara berupa siul bernada tinggi atau berdengung di

paru-paru dengar selama pernapasan, lebih jelas pada saat

ekpirasi daripada inspirasi; terjadi ketika ada penyempitan atau

obstruksi bronkiolus.

Suara dengkur

(snoring)

Menunjukkan adanya obstruksi faring. Contoh sederhana

biasaya adalah lidah yang jatuh ke belakang dan menutup jalan

napas.

Crackles/rales Bunyi napas abnormal yang memiliki kualitas derak

(crackling). Terjadi ketika ada akumulasi cairan dalam alveoli.

Gurgling Menunjukkan adanya cairan yang menghalangi saluran napas

bagian atas

Ronki Suara bernada rendah (seperti suara mendidih/ bubbling, karena

akumulasi cairan dalam yang lebih besar

Page 4: sesak napas trauma

dalam saluran napas). Kadang-kadang mengacu pada derak

(crackles) bernada rendah.

Raba (feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea

ada ditengah. Juga merasakan adanya atau tidaknya, hembusan nafas

penderita.

Tanda – tanda obstruksi jalan nafas 4

- Mendengkur ( Snoring ), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara

mengatasi dengan chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring /

nasofaring dan pemasangan endotrakeal.

- Berkumur ( Gargling ), penyebabnya adalah cairan di daerah hipofaring.

Carsa mengatasi dengan finger sweap, pengisapan / suction.

- Stridor ( crowing ), sumbatan di plica vokalis. Cara mengatasi dengan

cricotirotomi, trakeostomi.

- Nafas cuping hidung ( flaring of the nostrils )

- Retraksi trakea.

- Retraksi thoraks

- Tak terasa ada udara ekspirasi

Penanganan

a. Bersihkan jalan napas

- Finger swab

-

b. Tanpa alat membebaskan jalan nafas5

Page 5: sesak napas trauma

- Head tilt

1. Satu tangan diletakkan pada dahi penderita

2. Tekan ke belakang sehingga kepala menengadah ke

belakang

- Chin lift

1. Jari jemari salah satu tangan di letakkan di bawah rahang,

lalu secara hati-hati di angkat keatas untuk membawah

dagu kearah depan.

2. Ibu jari tangan yang sama dengan ringan menekan bibir

bawah untuk membuka mulut.

3. Ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri dan

secara bersamaan dagu depan hati-hati diangkat.

4. Manuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi.

5. Manuver ini berguna pada korban trauma karena tidak

membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas

tulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera

sumsum tulang menjadi cedera sumsum tulang

- Jaw trust karna dianggap yang paling aman dan menghindari

fraktur cervical.

Caranya : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan

sehingga barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas. Atau

gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama dengan jari-jari

tarik dagu ke depan.

c. Dengan alat 4

Pipa orofaring untuk mengangkat pangkal lidah yang jatuh kebelakang. Cara

melakukan pipa orofaring :

Page 6: sesak napas trauma

- pakai sarung tangan

- buka mulut pasien dengan cara chin lift atau gunakan ibu jari dan

telunjuk

- siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya

- bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan mudah masuk

- arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit

- masukkan separuh, putar lengkungan mengarah kebawah lidah

- dorong pelan-pelan sampai posisi tepat

Pipa Nasopahringeal6

Pemasangan harus hati-hati dan untuk menghindari trauma mukosa

hidung pipa di olesi jelly. Airway Nasofaringeal disisipkan pada salah satu

lubang hidung dan melewatkan dengan hati-hati ke orofaring posterior. Pada

penderita yang masih memberikan respon, airway nasofaringeal lebih baik

daripada airway orofaringeal karena lebih bias diterima dan lebih kecil

kemungkinannya merangsang muntah. Bila hambatan dirasakan selama

pemasangan airway, hentikan dan coba melalui hidung yang satunya. Bila

ujung dari pipa nasofaring bisa tampak di orofaring posterior, alat ini dapat

menjadi sarana yang aman untuk pemasangan nasogastric dengan penderita

patah tulang wajah.

Apabila terdapat sumbatan akibat benda padat di lakukan abdominal thrust caranya:

1. Pada posisi berdiri atau duduk:

Penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban

dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan

letakkan sisi jempol tangan jempol tangan kepalan pada perut korban,

sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat

Page 7: sesak napas trauma

kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut

dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah

dan gerakan yang jelas.

2. Pada posisi tergeletak / tidak sadar:

Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.

Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan

pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di

bawah ujung tulang sternum, tangn keduan diletakkan di atas tangan

pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang

cepat ke arah atas.7

Intubasi trakea (Endotracheal Intubation)

Ketika tidak mampuuntuk ventilasipasien yang tidak responsifdengan

metodebasic life support,intubasidiperlukan. Intubasiadalah carayang

palingpastimengamankanjalan napaspasien. Intubasimelibatkan tabung

ET melalui pembukaan glottis dan penyegelan tabung dengancuff dalam

keadaan inflated /terpompa pada dinding trakea, atau uncuffed dalam

kasusbayi. Intubasi endotrakeal diindikasikan bila ada kegagalan

pernapasan saat ini atau yang akan datang atau pasien tidak mampu

untuk melindungi jalan nafasnya sendiri sebagai akibat dari koma,

penurunan tingkat kesadaran, atau serangan jantung. Adapun jenis

intubasi adalah:

a) Intubasi orotrakea dengan laringoskop: Pembukaan

glotticdivisualisasikan dengan laringoskop saatETT sedang

dimasukkan. Ini adalah metode yang paling umum dilakukan.

b) Intubasi nasotrakeal: Tabung ET dilewatkan ke trakea

melaluinasofaring. Intubasi dilakukan tanpa visualisasi glottis.

Penggunaanya ialah pada pasien dengan gangguan pernapasan untuk

mencegahmemburuknyakondisi mereka dan ketika

laringoskopilangsung merupakankontraindikasi.

c) Digital intubation: Intubasi digital dilakukan dengan menempatkan

jari-jari tangan intubator ke mulut pasien, dalam upaya untuk memandu

tabung ET ke dalam trakea.

d) Teknik transiluminasi: Teknik ini menggunakanstilet serat

optikdengan ujungmenyala. Metode inimemungkinkan

Page 8: sesak napas trauma

untukintubasitanpa perludilakukan manipulasi padakepaladan leher.

Metode ini juga memungkinkan untuk dilakukan intubasi

tanpavisualisasilangsung daripita suara.

B.Breathing

Tujuan : menjamin prtukaran udara di paru-paru secara normal.

1. Pemberian Oksigen

a. Tanpa Alat

Mulut ke mulut

Mulut ke hidung

Mulut ke Mask

b. Dengan alat

Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus lebih dari 40-

50 %

Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus lebih dari 40-

50 %

:

• Sungkup sederhana: Fraksi oksigen :35 – 60 %. Flow rate :6-8 L/menit.

• Sungkup reservoir rebreathing; Fraksi oksigen :35-80 %. Flow rate :6-10 L/menit.

• Sungkup reservoir non breathing : Fraksi oksigen :50-95 %. Flow rate:8-12 L/menit.

• Bag Valve Mask :

a. Tanpa reservoir dengan oksigen. Fraksi oksign: 40%. Flow rate :8-10 L/menit

b. Dengan reservoir dan oksigen: Fraksi oksigen: 100%,flow rate: 8-10 L/ menit

*Monitor saturasi Oksigen pasien dan gejaa klinik yg terlihat

Sungkup muka sederhana8

Aliran oksigen yang di berikan melalui alat ini sekitar 5-8 lt/menit

dengan kensentrasi 40-60 %

Cara pemasangan :

- Terangkan prosedur pada klien

- Atur posisi yang nyaman pada pasien

- Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan

humidefier

Page 9: sesak napas trauma

- Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi mulut dan

hidung pasien

- Lingkarkan karet sungkup pada kepala pasien agar sungkup muka

tidak lepas

- Alirkan oksigen sesuai kebutuhan

Keuntungan :

- Konsentrasi oksigen yang diperlukan lebih tinggi dari nasal kanul

- Sistem hemodifikasi dapat ditingkatkan

Kerugian

- Umumnya tdak nyaman bagi pasien

- Membuat rasa panas sehingga mengiritasi mulut dan pipi

- Aktifitas makan dan bicara terganggu

- Dapat menyebabkan mual dan muntah sehingga dapat

mengakibatkan aspirasi

- Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbon

dioksida

Bag valve mask9

Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa

oksigen udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi

mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau bagging

sungkup memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong seorang diri

dalam menggunakan amb bag harus dapat mempertahankan terbukanya

jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup ke

muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras

bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada

korban pada setiap pernafasan.

Page 10: sesak napas trauma

Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong

yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas

dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras

bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada

korban.

Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang

bag sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan

memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan

jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari

lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan

nafas penderita dengan membentuk huruf E.

Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %.

Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen. Untuk

kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung,

dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.

C. Circulation

Hal yang dinilai pada pemeriksaan sirkulasi adalah status

hemodinamik dari pasien. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan melihat ada

tidak perdarahan, pemeriksaan tekanan darah dan nadi (tanda vital). Juga

perhatikan ada tidak tanda-tanda syok seperti hipotensi, pucat, berkeringat,

akral dingin, dan perubahan status mental.

Bila ada tanda-tanda syok tersebut maka segera posisikan pasien

dengan posisi Trendelenberg untuk menjamin sirukulasi ke otak. Kemudian

segera pasang infus untuk memasukkan cairan intravena sesuai dengan

indikasi. Bila ada perdarahan eksternal yang nyata maka segera hentikan

perdarahan tersebut dengan kompresi atau penekanan langsung di tempat

perdarahan atau bebat tekan. Kontrol perdarahan ini diperlukan agar status

hemodinamik pasien tidak semakin memburuk.

Page 11: sesak napas trauma

Setelah tindakan tersebut dilakukan maka evaluasi kembali keadaan pasien

mulai dari tindakan yang pertama yaitu Airway atau jalan napas, Breathing

atau pernapasan dan Circulation atau sirkulasi. Juga evaluasi tindakan yang

telah kita lakukan.

Pada skenario kasus tampak nadi pasien lemah dan pucat. Keadaan ini

menunjukkan bahwa pasien mengalami gejala awal dari syok. Namun, perlu di

nilai jenis syok nya, sebab penanganannya berbeda

D. Disability

Evaluasi dengan metode AVPU, yaitu:

A = Alert/Awake : sadar penuh

V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah

P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri

U = Unresponsive : tidak bereaksi

Page 12: sesak napas trauma

E. Exposure

Pada tahap ini, baju pasien dibuka tetapi cegah hipotermia.

HipovolemiDengan tanda2 perdarahan masifKristaloid (RL hangat) 1-2 L bolus

ObstruktifAda tanda tension pneumothorax (dispneu+nyeri+tanda syok)Torakostomi + chest tube

Anafilaktik Edema hipofaring dan laring, hipersekresi mukus, gejala alergi kulitEpinefrin 0,2-0,5 IM 3 dosis interval 1-5 menit

RESPON REAKSI NILAI

Reaksi mata membuka spontan

mengikuti perintah

bereaksi terhadap rangsang nyeri

tak ada reaksi terhadap rangsang (nyeri)

4

3

2

1

Reaksi verbal/bicara berorientasi baik

disorientasi/bingung

tidak sesuai/ satu kata saja

tidak mengerti/suara saja

tidak ada suara sama sekali

5

4

3

2

1

Reaksi motorik mengikuti perintah/bertujuan

menepis rangsangan

gerakan menghindar nyeri

gerakan fleksi (dekortikasi)

gerakan ekstensi (deserebrasi)

tak ada gerakan sama sekali

6

5

4

3

2

1

Page 13: sesak napas trauma

2. Bagaimana penanganan selanjutnya?

secondary survey

a. anamnesis

Setiap pemeriksaan yang lengkap membutuhkan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Selain itu riwayat AMPLE perlu ditanyakan.Riwayat “AMPLE” terdiri atas :A : Ada riwayat alergi obat maupun makanan (Asma, syok anafilaktik)M : Obat: aspirin (picu asma), penisilin, streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik injeksi (syok anafilaktik)P : penyakit dahuluL : makan yg terakhir dikonsumsi ( alergen, membuat tersedak)E : lingkungan berdebu (alergen untuk asma)

b. Pemfis:Inspeksi: tanda cedera kepala, pucat, warna biru pada kulit kelainan bentuk dada, susah napasPalpasi:deviasi trahea, akral dingin, nadi kecil (tension pneumothorax)Perkusi: hipersonor, suara napas hilang (tension pneumothorax), pekak dengan perkusi di atas sisi yang sakit (hemothoraks)Auskultasi: wheezing (asma)

c. Pemeriksaan penunjang:Foto thorax: melihat trauma toraxAnalisis gas darah = saturasi oksigen dan kadar CO2

3. Apa penyebab terjadinya sesak napas?

Penyakit penyebab sesak napas dan riwayat khas sesak napas untuk masing-masing

penyakit tersebut ialah sebagai berikut:

Kelainan Jantung / Cardiovaskular

Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal

jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi

dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema

paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi

paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat

beraktivitas, misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak

segera diatasi, keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu

ketika pasien tidur terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak

Page 14: sesak napas trauma

bantal menyangga kepala bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan

lainnya yaitu kaki yang membengkak.

Dypsneu tidak berhubungan dengan mengi (wheezing), inilah yang membedakan

dengan PPOK (kecuali terjadi “asma kardiale”). Didapat juga gejala penyakit jantung

sebagai penyakit yang mendasari :

Padagagal jantung ringan sesak hanya terjadi saat aktivitas.

Pada gagal jantung yang lebih berat sesak juga terjadi bila berbaring

(orthopnea), langsung menghilang bila duduk atau berdiri ( < 5-10 menit). Bila

gejala ini berat disebut dypsneu nocturnal paroksisimal. Sering disertai edema

tungkai bawah, membaik pada pagi hari dan memburuk pada malam hari.1

Kelainan atau Penyakit Pada Saluran Pernapasan

Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses

peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran

pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala

lain yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak.

Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami

peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas

tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi

(wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai

riwayat asma dalam keluarga memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit ini.

Penyakit infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia dan TBCsering disertai

dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk,

nyeri dada, dan badan lemas.

Emboli Paru, penderita tiba-tiba sesak, onset mendadak, terjadi pada orang yang

memiliki faktor predisposisi (imobilisasi, obesitas). Biasanya disertai nyeri pleuritik.

Pneumothoraks, ditandai oleh nyeri dada yang mendadak, disertai sesak.

Penyakit parenkim paru (pneumonitis/fibrosis interstisialis), ditandai oleh adanya

sesak saat aktivitas dan, bila berat terjadi juga saat istirahat tanpa adanya mengi.

Tidak seperti penyakit jantung, sesak tidak berhubungan dengan posisi tubuh.

Lain-lain

Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux

Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan

Page 15: sesak napas trauma

asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan),

menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita

GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas

dan angin menyebabkan rasa kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah

antara rongga dada dan perut) terdesak ke arah rongga dada.2

Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan

asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-

obatan diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien

diharuskan pula untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi

karena komplikasi asidosis diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh

mengkompensasi dengan cara napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam

di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul. Pengobatan

yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan cairan yang cukup, memperbaiki

kadar gulanya dan mengurangi kadar asam basa darah.

Obesitas, apabila obesitas berat bisa menyebabkan sesak napas, baik saat aktivitas

maupun saat berbaring (orthopnea, disebabkan oleh pembelatan diafragma). Emboli

paru, gagal jantung, dan apnea obstruktif saat tidur lebih sering terjadi pada orang

dengan obesitas.

Anemia, apabila Hb kita menurun di bawah batas tertentu, tubuh kita mencoba

mengatasinya dengan meningkatkan denyut jantung kita. Ketika jantung kita berdetak

lebih cepat, hal ini memungkinkan lebih banyak darah dan oksigen yang dialirkan ke

seluruh tubuh. Paru kita juga dapat menyebabkan kita bernapas lebih cepat untuk

membawa oksigen ke tubuh kita. Pembuluh darah tertentu mengembang untuk

memungkinkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen masuk ke dalam

jaringan. Pembuluh darah lain berusaha untuk menutup, untuk menyimpan oksigen.

Pengalihan darah semacam ini dapat menyebabkan kulit kita tampak pucat dan dingin

saat disentuh. Tetapi hal ini memungkinkan tubuh kita untuk menyediakan oksigen ke

organ yang lebih penting. Dengan kegiatan yang meningkat, tubuh kita membutuhkan

lebih banyak oksigen sehingga mengakitbatkan kelelahan, kelemahan, jantung

berdebar, sesak napas, dan gejala lain.

Keracunan, setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan

penyebab yang tidak jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan. Misalnya bila

ditemukan penurunan tingkat kesadaran mendadak, gangguan napas (sesak napas),

Page 16: sesak napas trauma

manifestasi berat pada pasien psikiatri, sakit dada pada anak remaja, aritmia yang

mengancam nyawa, atau gejala klinis pada pekerja dengan lingkungan kerja yang

mengandung bahan kimia, asidosis metabolik yang sukar dicari penyebabnya, tingkah

laku aneh, atau pun kelainan neurologis dengan penyebab yang sukar diketahui.

Bisa juga digolongkan atas :

Trauma:

Sumbatan jalan napas

Sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain adalah

edema jalan napas bisa akibat adanya suatu infeksi, reaksi alergi atau akibat trauma

tumpul. Penyebab lain disebabkan oleh benda asing yang masuk dalam saluran nafas,

selain itu bisa disebabkan karena adanya tumor pada saluran napas, atau akibat

spasme laring dimana disebabkan oleh tetanus.

Pada kasus ini kemungkinan terjadi akibat sumbatan benda asing, dimana benda asing

yang masuk kedalam saluran nafas dan menyebabkan obstruksi pada jalan napas

sehingga terjadi gangguan pada proses inspirasi dan ekspirasi normal. Akibat hal

tersebut menyebabkan terjadinya usaha tubuh untuk mempertahankan pernafasan

normal dengan gejala seperti sesak napas. Adapun yang dapat dilakukan pada kasus

sumbatan jalan napas akibat benda asing antara lain keluarkan benda asing segera

mungkin dengan heimlich manuver atau usapan jari tangan.

Pneumothorax

Pneumothorax adalah adanya udara dalam kavum pleura. Pneumothorax yang

dimaksud dalam kasus ini adalah pneumothorax traumatik, yaitu pneumothorax yang

disebabkan oleh trauma baik trauma tumpul, tajam bahkan ledakan. Dimana pada

trauma thorax akan disusul dengan fraktur kosta, sehingga fragmen kosta tersebut

pada gilirannya dapat menyebabkan suatu trauma tajam yang menembus pleura

parietal maupun viseralis. Akibat hal ini udara akan masuk dan mengisi kavum pleura

sehingga akan terjadi gangguan pegembangan paru akibat beban udara pada kavum

pleura sehingga akan terjadi sesak pada pasien ini.

Hematothorax

Hemotirax adalah adanya cairan patologis berupa darah dimana biasanya akibat

trauma thorax atau adanya suatu tanda keganasan. Penyebab utama dari hemotoraks

adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria

internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari

Page 17: sesak napas trauma

vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan

berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.

Hemotoraks traumatik

trauma à laserasi pembuluh darah atau struktur parenkim paru à perdarahan à darah

berakumulasi di rongga pleura à hemotoraks

Emboli paru

Emboli paru terjadi apabila terdapat suatu embolus, biasanya merupakan bekuan

darah yang terlepas dari perlengketan pada vena ekstremitas bawah biasa terjadi

akibat terjadinya fraktur, lalu bersirkulasi melalui pembuluh darah dan jantung kanan

sehingga akhirnya tersangkut di arteri pulmonalis utama atau salah satu

percabangannya sehingga dapat menyebabkan sesak napas secara mendadak yang

berat dimana akan menyababkan infark paru. Infark paru adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan fokus nekrosis lokal yang diakibatkan oleh

penyumbatan vaskular.

Non Trauma :

Efusi pleura

Efusi pleura adalah terdapatnya cairan patologis pada kavum pleura. Namun tetap

perlu diingat bahwa dalam keadaan normal kavum pleura juga selalu terdapat cairan

yang berfungsi untuk mecegah melekatnya pleura viseralis dan pleura parietalis,

sehingga dengan demikian gerakan paru berjalan dengan mulus tanpa harus adanya

friksi. Cairan fisiologis ini disekresikan oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh

pleura viseralis. Dalam keadaan normal cairan fisiologis dalam rongga pleura ini

berkisar antara 1 ml sampai 20 ml. Setiap peningkatan jumlah cairan di atas ini harus

dianggap sebagai efusi pleura. Pada umumnya kelainan ini didasari oleh suatu proses

peradangan dimana dapat bersifat akut ataupun kronik, selain itu juga dapat sebagai

salah satu manifestasi kelainan sistemik. Akibat terdapatnya cairan patologis pada

kavum pleura akan menyebabkan gangguan pengembangan paru sehingga pasien

akan menderita sesak napas.

Asma bronkial

Asma adalah penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara

intrapulmoner yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. Dimana pada

asma terdapat kombinasi keluhan sesak napas, rasa dada yang terhimpit, suara napas

mengi (wheezing). Adapun yang mendasari terjadinya asma adalah terpajannya

sesorang oleh alergen yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi sehingga

Page 18: sesak napas trauma

menyebabkan hipersekresi mukus, edema mukosa dan bronkospasme sehingga

terjadinya obstruksi jalan nafas. Akibat obstruksi menyebabkan pasien menderita

sesak napas.

Penyakit valvular

Penyakit valvular yang memiliki kemungkinan besar menyebabkan sesak adalah

stenosis katup mitralis. Dimana pada stenosis katup mitral terjadi penyempitan

pembukaan katup mitral pada fase distolik dimana darah dipompakan dari atrium kiri

menuju ventrikel kiri, namun apabila terjadi penyempitaan pada pembukaan katup

mitral di fase distolik dimana lama kelamaan akan terjadi peningkatan volume pada

atrium kiri dan peningkatan tekanan atrium kiri. Berjalannya waktu akan diikuti

dengan peningkatan tekanan pada arteri pulmonal sehingga terjadi ekstravasasi cairan

ke jaringan interstisial paru. Sehingga akan terjadi gangguan pengembangan atau

elastisitas paru sehingga akan diikuti dengan gejala sesak nafas

4. Bagaimana mengenal tanda dan gejala sesak napas akibat truma dan non

trauma?

Trauma Non Trauma

Ada riwayat

trauma

Tanpa riwayat

trauma

Sering disertai

tanda syok

Tidak disertai

tanda syok

Akut (tiba- tiba) Sudah ada riwayat

perjalanan penyakit

Trauma

Benda asingPneumothoraxHemothoraxEmboli Paru

Non Trauma

Efusi AsmaPenyakit valvular

Page 19: sesak napas trauma

tertentu

5. Bagaiaman cara menstabilisasikan pasien sesak napas?

Untuk stabilisasi yang efektif diperlukan :11

Resusitasi yang cepat Menghentikan perdarahan dan menjaga sirkulasi Imobilisasi fraktur Analgesia

6. Bagaimana cara melakukan transportasi dan rujukan akibat trauma dan non

trauma?

Transportasi pasien-pasien kritis ini berisiko tinggi sehingga diperlukan komunikasi yang baik perencanaan dan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai. Pasien harus distabilisasi lebih dulu sebelum diberangkatkan. Prinsipnya pasien hanya ditransportasi untukmendapat fasilitas yang lebih baik dan lebih tingggi di tempat tujuan.Perencanaan dan persiapan meliputi :

Menentukan jenis transportasi (mobil, perahu, pesawat terbang) Menentukan tenaga keshatan yang mendampingi pasien Menentukan peralatan dan persediaan obat yang diperlukan selama

perjalanan baik kebutuhan rutin maupun darurat Menentukan kemungkinan penyulit Menentukan pemantauan pasien selama transportasi

Komunikasi yang efektif sangat penting untuk menghubungkan : Rumah sakit tujuan Penyelenggara transportasi Petugas pendamping pasien Pasien dan keluarganya11

Transportasi pasien dengan :12

    Long spine board

Servical collar

     Vacuum mattress

      Ked (kendrick exrication device)

     Scoop stretcher.

Syarat merujuk pasien kegawatdaruratan :

Unstable circulation

Fraktur-fraktur terbuka

Page 20: sesak napas trauma

Dan pada saat merujuk jangan ke satu rumah sakit saja, harus di bagi-

bagi dan di rujuk sesuai dengan indikasi. Contoh:

- Cuma fraktur ringan di bawa ke rumah sakit lokal.

- Trauma kepala dibawa ke rumah sakit pusa yang punya ct scan dan

peralatan yang lengkap.12

7. Bagaimana penatalaksanaan resusitasi cairan?

8. Kesimpulan akhir:

DEFINISI:

Tension Hemothoraks Asma bronkhiale

RL: 1-2 L

IVBolus

/guyur30-60 meni

t

AWAL:

Membaik

Tidak memb

aik

Teruskan

cairan

tetesan

lambat, tdk

perlu transfusi

berikan lagi

bolus 1000

ml sampai 2-4 x lost volume

Tidak memb

aik

Membaik

Bila Hb <

8, transfusi

pelan-

pelanBila TD

baik, transfusi dpt

ditunda

Segera

transfusi

TraumaTension pneumothoraks

Hemothoraks

Page 21: sesak napas trauma

pneumothoraks

terdapat udara dalam

rongga pleura

Adanya cairan

patologis berupa darah

dimana biasanya akibat

trauma thorax atau

adanya suatu tanda

keganasan

Asma adalah penyakit

yang ditandai dengan

resistensi terhadap

aliran udara

intrapulmoner yang

sangat variabel dalam

jangka waktu yang

pendek

GEJALA KLINIK:

Tension pneumothoraks Hemothoraks Asma bronkhiale

Sesak napas

Takipneu

Takikardi

Penurunan tekanan darah

Perkusi hipersonor

Suara napas lemah sampai

hilang

Deviasi trakea

Kulit pucat

Sianosis

Distensi vena lehe

Sesak napas

Takipneu

Takikardi

Penurunan tekanan

darah

Perkusi pekak

Suara napas lemah

sampai hilang

Deviasi trakea

Kulit pucat

Sianosis

Vena leher kolaps

Batuk, mengi, sesak

napas

PENATALAKSANAAN SEGERA

Tension pneumothoraks Hemothoraks Asma bronkhiale

Torakosintesis+chest tube Masif: bantuan

oksigen,bronkodilator

Page 22: sesak napas trauma

Thoracotomy

Tidak masif:

chest tube

ntravena atau inhalasi

aerosol,kortikosteroid,v

entilasi

mekanik,sedasi,dan

dukungan emosional

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing PDdS. Pemeriksaan Neorologis. Neorologi Klinik Pemeriksaan Fisik

dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI; 2007.h.7-8.

2. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life

Support Untuk Dokter. United States of America: Komisi ATLS Pusat; 2006. h. 14-16

3. David Sprigings, John B. Chambers. Airway management and upper airway

obstruction. In: David Sprigings, John B. Chambers, editors. Acute Medicine A

Practical guide to the management of medical emergencies. Fourth Edition. New

York: Blackwell Publishing; 2008. p. 245-252.

4. Dr. Iman. Penglolaan Jalan Napas (Airway Manajement) Tanpa Alat. 2009 [updated

2009; cited 24 Februari 2012]; Avaliable from: Avaliable from: www.dokter-

medisblogspot.com

5. Sloane E. Sistem Pernafasan. In: Palupi Widyastuti S, editor. Anatomi dan Fisiologi

Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p. 266-9

6. Danz Daniel F. Tracheal Intubation dan mechanical Ventilation. In: Tintinalli Judith

E., Kelen Gabor D., Stapcynski J. Stephan, editors. Emergency Medicine. 5th ed.

New York: McGraw-Hill; 2000. h. 80-85.

7. Dokter Medis. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat. [online].

Avaiblenfrom : URL : dokter-medis blogspot.com/2009/06/pengelolaan-jalan-

napas-airway.html

8. Ahmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar

Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. p. 33

9. anonim. Tips P3K. 2008 [updated 2008; cited 16 juni 2012]; Available from:

www.klikdokter.com

10. Nasal-kanul-Dan-Drainase-Postural.pdf.Adobe Reader

Page 23: sesak napas trauma

11. http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf

12. http://ismirayanti.blogspot.com/2010/10/sesak-napas.html