shock .docx

Upload: febby-hazur-fajri

Post on 04-Jun-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 shock .docx

    1/48

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Shock adalah suatu sindroma klinis dimana terdapat kegagalan

    dalam hal mengatur peredaran darah dengan akibat terjadinya kegagalan untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Kegagalan sirkulasi biasanya

    disebabkan oleh kehilangan cairan (hipovolemik), Karena kegagalan pompa atau

    karena perubahan resistensi vaskuler perifer.

    Renjatan adalah diagnosa klinis yang terjadi karena berbagai sebab.

    Renjatan merupakan gewatan medic dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi

    (>20%) yang membutuhkan penanganan segera. Kelambatan penanganan dapat

    menyebabkan kematian atau terjadinya gejala sisa. Gejala awal shock pada anak

    tidak sama dengan dewasa karena fungsi organ dan kemampuan kompensasi

    tubuh yang relative berbeda sesuai perkembangan usia.

    Renjatan hipovolemik terjadi sebagai akibat berkuranagnya volume darah

    intravaskuler . jenis renjatan ini yang paling banyak dijumpai dan merupakan

    penyebab kematian terbanyak pada anak. Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta

    kematian tiap tahun, meskipun penyebab nya berbeda-beda tiap negara. Dinegara

    berkembang penyebab utama hipovolemik adalah diare akut dan demam berdarah

    dengue, sedang dinegara maju penyebab terbanyak hipovolemik adalah

    perdarahan akibat trauma. Di IRD RSUD dr. soetomo 6-8% dari sekitar 5000-

    6000 kunjungan penderita anak setiap tahunnya mengalami renjatan hipovolemik

    dengan penyebab utama adalah diare akut dan demam berdarah dengue.

    Kehilangan cairan yang cepat dan banyak menurunkan preload ventrikel

    sehingga terjadi penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi

    penurunan hantaran oksigen kejaringan tubuh. Pada renjatan karena perdarahan,

    selain terjadi penurunan cardiac output juga terjadi pengurangan haemoglobin,

    sehingga transport dari oksigen ke jaringan makin berkurang.

  • 8/14/2019 shock .docx

    2/48

    1.1 Rumusan MasalahApakah definisi, patofisiologi, klasifikasi, temuan klinis, penegakan

    diagnosis, komplikasi dan penatalaksanaan pada syok?

    1.2 TujuanTujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui

    definisi, patofisiologi, klasifikasi, temuan klinis, penegakan diagnosis, komplikasi

    dan penatalaksanaan pada syok.

    1.3 ManfaatMenambah pemahaman tentang definisi, patofisiologi, klasifikasi, temuan

    klinis, penegakan diagnosis, komplikasi dan penatalaksanaan pada syok.

  • 8/14/2019 shock .docx

    3/48

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi syok

    Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik

    dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk

    mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul

    akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang

    massif, trauma atau luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau

    emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok

    septic), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon

    imun (syok anafilaktik).

    Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang

    menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan

    akibat gangguan mekanisme homeostasis.

    2.2 Penyebab terjadinya syok

    Adapun macam-macam penyebab terjadinya syok adalah

    Tabel 2.1 Penyebab syok

    Jenis Syok Penyebab

    Hipovolemik 1. Perdarahan

    2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)

    3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare,

    muntah, obstruksi usus dan lain-lain

    Kardiogenik 1. Aritmia

    Bradikardi / takikardi2. Gangguan fungsi miokard

  • 8/14/2019 shock .docx

    4/48

    Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan

    Penyakit jantung arteriosklerotik Miokardiopati

    3. Gangguan mekanis

    Regurgitasi mitral/aorta Rupture septum interventrikular Aneurisma ventrikel massif Obstruksi:

    Out flow : stenosis atriumInflow : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus

    Obstruktif Tension Pneumothorax

    Tamponade jantung

    Emboli Paru

    Septik 1.Infeksi bakteri gram negative,

    misalnya:

    eschericia coli, klibselia pneumonia, enterobacter,

    serratia,proteus,danprovidential.

    2. Kokus gram positif,

    misal:

    stafilokokus, enterokokus, dan streptokokus

    Neurogenik Disfungsi saraf simpatis, disebabkan oleh trauma tulangbelakang dan spinal syok (trauma

    medulla spinalis dengan quadriflegia atau para

    flegia)

    Rangsangan hebat yang tidak menyenangkan,misal nyeri hebat

    Rangsangan pada medulla spinalis, misalnyapenggunaan obat anestesi

    Rangsangan parasimpatis pada jantung yang

  • 8/14/2019 shock .docx

    5/48

    menyebabkan bradikardi jantung mendadak. Hal

    ini terjadi pada orang yang pingan mendadak

    akibat gangguan emosional

    Anafilaksis AntibioticPenisilin, sofalosporin, kloramfenikol, polimixin,

    ampoterisin B

    BiologisSerum, antitoksin, peptide, toksoid tetanus, dan gamma

    globulin

    MakananTelur, susu, dan udang/kepiting

    Lain-lainGigitan binatang, anestesi local

    Bagaimana mengenali Berbagai macam jenis dari syok

    Infromasi

    Diagnostic

    Hipovolemik Kardiogenik Neurogenik Septik

    (Hyperdynamic

    State)

    Gejala dan

    tanda

    Pucat; kulit

    dingin,

    Basah;

    takikardi;

    Oliguri,

    hipotensi;

    peningkatan

    resistensi

    Kulit basah,

    dingin; taki-

    dan

    bradiaritmia;

    oliguri;

    hipotensi;

    peningkatan

    resistensi

    Kulit hangat,

    denyut jantung

    normal/rendah,

    normo/oliguri,

    hipotensi,

    penurunan

    resistensi

    perifer

    Demam, kulit

    teraba hangat,

    takikardi,

    oliguri,

    hipotensi,

    penurunan

    resistensi

    perifer.

  • 8/14/2019 shock .docx

    6/48

    perifer perifer

    Data

    laboratorium

    Hematokrit

    rendah ( fase

    akhir)

    Enzim jantung,

    EKG

    Normal Hitung

    neutrofil,

    pengecatan

    gram, kultur

    2.3 Patofisiologi syok secara umum

    Faktor-faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal:

    a. Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien.b. Volume sirkulasi darah. Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri

    dan kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh

    jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan

    mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang

    maka dapat terjadi syok.

    c. Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darahkecil, yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh

    darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah

    kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi

    vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat

    mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada

    pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke

    jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.

    http://nursingbegin.com/askep-hipertensi/http://nursingbegin.com/askep-hipertensi/
  • 8/14/2019 shock .docx

    7/48

    Gambar2.1 Patofisiologi Syok (sumber: Kumar and Parrillo, 2001)

    Gambar 2.3 Berbagai jenis umpan balik yang dapat menimbulkan per-

    kembangan syok.

  • 8/14/2019 shock .docx

    8/48

    Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih

    dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh

    tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).

    Fase1 : kompensasi

    Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui

    mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu

    meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah

    dari organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan

    darah sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah sistolik meningkat akibat

    peninggian resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).

    Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi secara temporer

    dengan meningkatkan frekuensi jantung. Disamping itu terdapat peningkatan

    sekresi vasopressin dan reninangiotensinaldosteron yang akan mempengaruhi

    ginjal untuk menahan natrium dan air dalam sirkulasi.

    Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan

    dingin dengan pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.

    Fase II : Dekompensasi.

    Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah

    jantung yang adekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan

    dengan perfusi yang buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga

    metabolisme berlangsung secara anaerobic yang tidak efisien. Alur anaerobic

    menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnya yang berakhir

    dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asam

    karbonat intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.

    Asidemia akan menghambat kontraktilitas otot jantung dan respons

    terhadap katekolamin. Akibat lanjut asidosis akan menyebabkan terganggunya

    mekanisme energy dependent NaK-pump ditingkat selular, akibatnya integritas

  • 8/14/2019 shock .docx

    9/48

    membrane sel terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria akan memburuk yang

    dapast berakhir dengan kerusakan sel. Lambatnya aliran darah dan kerusakan

    reaksi rantai kinin serta system koagulasi dapat memperburuk keadaan syok

    dengan timbulnya agregasi tombosit dan pembentukan trombos disertai tendensi

    perdarahan.

    Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara lain histamin,

    serotonin, sitokin (terutama TNF=tumor necrosis factor dan interleukin 1),

    xanthin, oxydase yang dapat membentuk oksigen radikal serta PAF (platelets

    agregatin factor). Pelepasan mediator oleh makrofag merupakan adaptasi normal

    pada awal keadaan stress atau injury, pada keadan syok yang berlanjut justru

    dapat memperburuk keadaan karena terjadi vasodilatasi arteriol dan peningkatan

    permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang kembali kejantung

    (venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi miokard.

    Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah,

    tekanan darah mulai turun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled,

    capillary refilling bertambah lama), oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah

    cepat dan dalam) dengan depresi susunan syaraf pusat (penurunan kesadaran).

    Fase III : Irreversible

    Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh menyebabkan syok terus

    berlanjut, sehingga terjadi kerusakan/kematian sel dan disfungsi system multi

    organ lainnya. Cadangan fosfat berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di

    jantung dan hepar, sintesa ATP yang baru hanya 2% / jam dengan demikian tubuh

    akan kehabisan energi. Kematian akan terjadi walaupun system sirkulasi dapat

    dipulihkan kembali. Manifestasi klinis berupa tekanan darah tidak terukur, nadi

    tak teraba, penurunan kesadaran semakin dalam (sopor-koma), anuria dan tanda-

    tanda kegagalan system organ lain.

  • 8/14/2019 shock .docx

    10/48

    2.4 Diagnosis

    Shock adalah diagnosis klinis, jadi tidak ada diagnosis bandingnya.

    Diagnosis bandingnya hanya terhadap penyebab dar shock. Diagnosis shock pada

    stadium dini sangat penting untuk berhasilnya suatu pengobatan, namun sering

    kali hal ini tidak mudah. Karena itu sangat penting adalah kewaspadaan terhadap

    kemungkinan terjadinya shock pada penderita dengan resiko tinggi. Pada

    penderita pada resiko tersebut kita lakukan pemantauan yang lebih ketat sehingga

    dapat dilakukan tindakan yang lebih dini bila terdapat tanda-tanda shock.

    Diagnosis shock pada anak dan bayi kadang-kadang sulit, tanda-tanda shock berat

    dengan gejala yang jelas seperti nadi yang lemah atau tidak teraba, akral dingin

    dan sianosis mudah dikenali, tapi pad compensated shock dimana tekanan darah

    sentral masih dapat dipertahankan, seringkali diagnsosi renjatan shock sulit

    ditegakkan. Pengambilan anamnesa yang baik dan benar sangat penting untuk

    menegakkan diagnosis etiologis dari renjatan, seperti adanya muntah dan diare

    akan mengarahkan kita pada shock hipovolemik, trauma atau pasca operasi

    kemungkinan menjadi penyebab renjatan hipovolemik karena perdarahan. Pada

    neonatus panas pada ibu pada aktu melahirkan, ketuban pecah prematur (KPP),

    perdarahan intrapartum atau distress fetal dapat membantu memperkirakan

    penyebab renjatan pada bayi.

    Manifestasi klinis tergantung pada:

    - Penyakit primer penyebab shock- Kecepatan dan jumlah cairan yang hilang- Lama nya syok serta kerusakan jaringan yang terjadi- Tipe dan stadium renjatan

    2.5 penatalaksanaan

    1. Airway dan Breathing

    1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.

  • 8/14/2019 shock .docx

    11/48

    2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas(Gudel/oropharingeal airway).

    3. Berikan oksigen minimal 6 liter/menit4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa

    sungkup (Ambu bag) atau ETT.

    2. Pertahankan Sirkulasi

    Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,

    tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin.

    Cari dan Atasi Penyebab :

    Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untukmempermudah kembalinya darah ke jantung.

    Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya

    muntahan.

    Jangan diberikan apapun melalui mulut.

    Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis. Obat-obatan diberikan secara intravena. Obat bius (narkotik), obat tidur

    dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung

    menurunkan tekanan darah.

    Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi

    syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok

    disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak

    berhubungan dengan volume darah.

    Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obatyang mengkerutkan pembuluh darah. Pemberian obat ini dilakukan

    sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan.

    Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai,dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung. Kelainan denyut dan

    irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu).

  • 8/14/2019 shock .docx

    12/48

    Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin. Obat lainnya

    bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraksi otot jantung.

    Pemberian Cairan :

    Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma

    pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke

    dalam paru.

    Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak adaindikasi kontra.

    Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihanpertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume

    intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau

    pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik

    intravaskuler.

    Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbangdengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan

    yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada

    luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.

    Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan

    isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid

    memerlukan volume 3-4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila

    menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan

    jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit

    konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya

    dengan darah lengkap.

    Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberiancairan yang berlebihan.

    Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairanberlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi

    darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.

  • 8/14/2019 shock .docx

    13/48

    Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk

    (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa

    pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan analisa gas

    darah

    2.6 Komplikasi

    SIRS, dapat terjadi bola syok tidak dikoreksi Gagal ginjal akut (ATN) Gagal hati Ulserasi akibat stress

    BAB III

    KLASIFIKASI SYOK

    3.1 Syok Hipovolemik

    Hipovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok

    hipovolemik berarti syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume

  • 8/14/2019 shock .docx

    14/48

    intravaskuler. Di Indonesia shock pada anak paling sering disebabkan oleh

    gastroenteritis dan dehidrasi, dan shock perdarahan paling jarang, begitupun shock

    karena kehilangan plasma pada luka bakar dan shock karena translokasi cairan.

    Etiologi shock hipovolemik pada anak:

    Tabel 3.1 etiologi syok hipovolemik

    Intake kurang atau output kelebihan Translokasi cairan

    1. Dehidrasi disebabkan:a. Intake yang kurang (minum

    kurang, anoreksia, hipodipsi

    karena hipotalamus terganggu.

    b. Output meningkat:- keringat banyak/insensible loss

    menigkat (hiperventilasi, panas

    tinggi)

    - osmotic dieresis (diabetesinsipidus, defisiensi A.D.H,

    penyakit ginjal kronis)

    - kehilangan Na (Na loss

    nepropathy, pemakaian diuretic)

    - kehilangan melalui saluran

    percernaan (diare, ileostomi,

    muntah, fistula

    2. kehilangan darah

    - trauma

    - perdarahan gastrointestinal

    - perdarahan intracranial

    3. kehilangan plasma

    - luka bakar

    - peritonitis

    - intraintestinal (ileus paralitik,

    hirschprung)

    - asites dan edema (sindroma nefrotik)

  • 8/14/2019 shock .docx

    15/48

    Patofisiologi

    Patofisiologi sangat berhubungan dengan penyakit primer dari syok.

    Namun secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah maka tubuh akan

    mengadakan respon untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang adekuat

    pada organ-organ vital melalui reflex neurohumoral. Integritas sirkulasi

    tergantung pada volume darah yang beredar, tonus pembuluh darah dan system

    pompa jantung. Gangguan dari salah satu fungsi tersebut dapat menyebabkan

    terjadinya syok. Bila terjadi syok hipovolemik maka mekanisme kompensasi yang

    terjadi adalah melalui:

    1.Baroreseptor

    Reseptor ini mendapat rangsangan dari perubahan tagangan dalam

    pembuluh darah. Bila terjadi penurunan tekanan darah maka rangsangan terhadap

    baroreseptor akan menurun, sehingga rangsangan yang dikirim baroreseptor ke

    pusat juga berkurang sehingga akan terjadi:

    - Penurunan rangsangan terhadap cardioinhibiotor centre- Penurunan hambatan terhadap pusat vasomotor

    Akibat dari kedua hal tersebut maka akan terjadi vasokonstriksi dan takikardia.

    Baroreseptor ini terdapat di snus karotikus, arkus aorta, atrium kiri dan kanan,

    ventrikel kiri dan dalam sirkulasi paru. Baroreseptor sinus karotikus merupakan

    baroreseptor perifer yang paling berperan dalam pengaturan tekanan darah.

    2. KemoreseptorRespon baroreseptor mencapai respon maksimal bila tekanan darah menurun

    sampai 60mmHg, maka yang bekerja adalah kemoreseptor, yang terangsang bila

    terjadi hipoksia dan asidosis jaringan. Akibat rangsangan kemoreseptor ini adalah

    vasokonstriksi yang luas dan rangsangan pernafasan.

    3. Cerebral ischkemic reseptor

  • 8/14/2019 shock .docx

    16/48

    Bila aliran darah ke otak menurun sampai

  • 8/14/2019 shock .docx

    17/48

    Gambar 3.1 Refleks kardiovaskular pada hipotensi

    6. AutotransfusiAutotransfusi adalah suatu mekanisme didalam tubuh untuk mempertahankan

    agar volume dan tekanan darah tetap stabil. Dalam keadaan normal terdapat

    keseimbangan antara jumlah cairan intravascular yang keluar ke ekstravaskular

    atau sebaliknya. Hal ini tergantung pada keseimbangan antara tekanan hidrostatik

    intravascular akan menurun makan akan terjadi aliran cairan dari ekstra ke

    intravascular sehingga tekanan darah dapat dipertahankan. Hal ini tergantung dari

    kecepatan hilangnya cairan, bila proses hilangnya cairan tubuh cepat maka proses

    ini tidak akan mampu menaikkan tekanan darah.

    Akibat dari semua ini maka akan terjadi:

  • 8/14/2019 shock .docx

    18/48

    - Vasokonstriksi yang luasVasokonstriksi yang paling kuat terjadi pada pembu;uh darah skeletal,

    splancnic dan kulit, sedang pada pembuluh darah otak dan koronaria tidak

    terjadi vasokonstriksi, nahkan aliran darah pada kelenjar adrenal

    meningkat sebagai usaha kompensasi tubuh utuk meningkatkan respon

    katekolamin pada syok. Vasokonstriksi ini menyebabkan suhu tubuh

    perifer menjadi dingin dan kulit menjadi pucat.

    - Sebagai akibat vasokonstriksi ini maka tekanan distolik akan meningkatpada fase awal, sehingga tekanan nadi menyempit, tetapi bila proses

    berlanjut ini tidak dapat dipertahankan dan tekanan datah akan semakin

    menurun sampai tidak teratur.

    - Takikardia- Iskemia jaringan akan menyebabkan metabolism anaerobic dan terjadi

    asidosis metabolic

    - Hipovolemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehinggakeseimbangan pertukaran O2 dan Co2 kedalam pembuluh darah lama dan

    kaibatnya terjadi perbedaan yang besar antara tekanan O2 dan CO2 arteri

    danvena.

    Akibat dari hipoksia dan berkurangnya nutrisi kejaringan maka metabolisme

    menjadi metabolisme anaerobic yang tidak efektif dan hanya menghasilkan 2

    ATP dari setiap molekul glukosa. Pada metabolism oerobik dengan oksigen dan

    nutrisi yang cukup dengan pemecahan 1 molukel glukosa akan menghasilkan 36

    ATP. Akibat dari metabolism anaerobic ini akan terjadi penumpukan asam laktat

    dan pada khirnya metabolism tidak akan mampu lagi menyediakan energy yang

    cukup untuk mempertahan homeostasis seluler, terjadi kerusakan popma ionic

    dinding sel, natrium masuk ke dalam sel dan kalium keluar sel sehingga terjadi

    akumulasi kalsium dalam sitosol, terjadi edema dan kematian sel. Pada akhirnya

    terjadi banyak kerusakan sel organ-organ tubuh atau terjadi kegagalan organ

    multiple dan renjatan yang ireversibel.

  • 8/14/2019 shock .docx

    19/48

    Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi

    sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal,

    dan sistem neuroendokrin.

    Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan

    akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah

    (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga

    melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur

    pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang

    selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.

    Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan

    darah dan menjadi bentuk yang sempurna.

    Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik

    dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan

    vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan

    pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur

    oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah

    pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke

    otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus

    gastrointestinal.

    Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan

    sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah

    angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi

    angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang

    keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu

    vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari

    korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan

    akhirnya akan menyebabkan retensi air.

    Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan

    meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari

  • 8/14/2019 shock .docx

    20/48

    glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah

    (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang

    dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan

    peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus

    kolektivus, dan lengkung Henle.

    Manifestasi klinis

    Tergantung pada penyakit primer penyebab syok, kecepatan dan jumlah

    cairan yang hilang, lama renjatan serta kerusakan jaringan yang terjadi, tipe dan

    stadium renjatan. Secara klinis perjalanan renjatan dapat dibagi dalam 3 fase yaitu

    fase kompensasi, dekomensasi, dan ireversibel.

    Tabel 3.2 Manifestasi Klinis Syok Hipovolemik

    Tanda klinis Kompensasi Dekompensasi I reversible

    Blood loss ( %) Sampai 25 2540 > 40

    Heart rate Takikardia + Takikardia ++ Taki/bradikardia

    Tekanan

    Sistolik

    Normal Normal/menurun Tidak terukur

    Nadi/volume Normal/menurun Menurun + Menurun ++

    Capillary refill Normal/meningkat

    3-5 detik

    Meningkat > 5

    detik

    Meningkat ++

    Kulit Dingin, pucat Dingin/mottled Dingin+/deadly

    pale

    Pernafasan Takipneu Takipneu + Sighing

    respiration

  • 8/14/2019 shock .docx

    21/48

    Kesadaran Gelisah Lethargi

    bereaksi

    Reaksi -/ hanya

    terhadap nyeri

    Diagnosis

    Pada pemeriksaan fisis perlu dibedakan hipovolemik akibat kehilangan

    cairan keluar tubuh seperti pada diare atau perpindahan cairan ke ruang interstitial

    seperti pada demam berdarah dengue atau sepsis. Anak dengan kehilangan cairan

    ke luar tubuh akan menunjukkan tanda klasik dehidrasi seperti ubun-ubun besar

    cekng, mata cekung, mucosa kering, turgor kulit turun, refill kapiler turun, karal

    dingin, dan penurunan status mental.

    Anak dengan perpindahan cairan ke ruang interstitial menunnjukkan tanda

    gangguan perfusi seperti refill kapiler yang menurun, akral, dingin, dan penurunan

    status mental tanpa adanya tanda lain yang dijumpai pada anak dehidrasi. Tekanan

    darah akan menurun bila terjadi kehilangan cairan lebih dari 30%. Pada syokakibat perdarahan hipotensi biasanya terjadi bila kehilangan darah lebih dari 40%

    volume.

    Table 3.3 Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi

    Penderita

  • 8/14/2019 shock .docx

    22/48

    Pemeriksaan laobarotorium

    Hemoglobin dan hematokritPada fase awal renjatan syok karena perdarahan kadar Hb dan hematokrit

    masih tidak berubah, kadar Hb dan hematokrit akan menurun sesudah

    perdarahan berlangsung lama, karena proses autotransfusi. Hal ini

    tergantung dari kecepatan hilangnya darah yang terjadi. Pada syok karena

    kehilangan plasma atau cairan tubuh seperti pada DF atau diare dengan

    dehidrasi akatn terjadi haemokonsentrasi.

    UrinProduksi urin akan menuru, lebih gelap dan pekat. Berat jenis urinmenigkat >1,020. Sering didapat adanya proteinuria

    Pemeriksaan BGApH, PaO2, PaCO2 dan HCO3 darah menurun. Bila proses berlangsung

    terus maka proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak

    tanda-tanda kegagalan dengan makin menurunnya pH dan PaO2 dan

    meningkatnya PaCO2 dan HCO3. Terdapat perbedaan yang jelas antara

    PO2 dan PCO2 arterial dan vena.

  • 8/14/2019 shock .docx

    23/48

    Pemeriksaan elektrolit serumPada renjatan sering kali didapat adanya gangguan keseimbangan

    elektrolit seperti hiponatremi, hiperkalemia, dan hipokalsemia terutama

    pada penderita dengan asidosis

    Pemeriksaan fungsi ginjal pemeriksaan BUN dan serum kreatinin pentingpada renjatan terutama bila ada tanda-tanda gagal ginjal

    Pemeriksaan faal hemostasis Pemeriksaan yang lain untuk menentukan penyebab penyakit primer

    Penatalaksanaan

    1. Bebaskan jalan nafas, oksigen (FiO2100%), kalau perlu bias diberiakan

    ventilator support.

    2. Infus RL atau koloid 20 ml/kg BB dalam 10-15 menit, dapat diulang 2-3 kali.

    Bila akses vena sulit pada anak balita dapat dilakukan akses intraosseous di

    pretibia. Pada renjatan berat pemberian cairan dapat mencapai > 60 ml/kg BBdalam 1 jam. Bila resusitasi cairan sudah mencapai 2-3 kali tapi respons belum

    adekuat, maka dipertimbangkan untuk intubasi dan bantuan ventilasi. Bila

    tetap hipotensi sebaiknya dipasang kateter tekanan vena sentral (CVP).

    3. Inotropik, indikasi : renjatan refrakter terhadap pemberian cairan, renjatan

    kardiogenik.

    Dopamin : 2-5 tg/kg BB/ menit.

    Epinephrine : 0,1 g/KgBB/menit iv, dosis bisa ditingkatkan bertahap sampai

    efek yang diharapkan, pada kasus-kasus berat bisa sampai 2-3 g/kg BB/

    men it.

    Dobutamin : 5 g/KgBB/menit iv, ditingkatkan bertahap sampai 20

    g/KgBB/menit iv.

    Norepinephrine : 0,1 g/KgBB/menit iv, dapat ditingkatkan sampai efek yang

    diharapkan.

  • 8/14/2019 shock .docx

    24/48

    4. Kortikosteroid

    Kortikosteroid yang diberikan adalah hydrocortison dengan dosis 50

    mg/KgBB iv bolus dilanjutkan dengan dosis yang sama dalam 24 jam secara

    continuous infusion.

    Gambar 3.2 Bagan Penatalaksanaan Syok Hipovolemik.

    Monitoring

  • 8/14/2019 shock .docx

    25/48

    Komplikasi

    - Gagal ginjal akut- ARDS (acute respiratory distress syndrome/shock lung)- Depresi miokard-gagal jantung- Gangguan koagulasi/pembekuan- SSP dan Organ lain

    Evaluasi gejala sisa SSP sangat penting, mengingat organ ini sangat sensitif

    terhadap hipoksia yang dapat terjadi pada renjatan berkepanjangan.

    - Renjatan ireversibel.

    3.2 Shock kardiogenik

    Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang

    mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan

    fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan

    penghantaranoksigen ke jaringan. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan

    tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan

    perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya

    tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard

    yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli

    paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.Masalah yang ada

    adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi. Tujuan utama

    pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.

    Etiologi shock kardiogenik

    Infark miokard akut dengan kerusakan otot jantung Kerusakan katup jantung: stenosis mitral, insufisiensi mitral, stenosis

    katup aorta, insufisiensi katup aorta

    http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-kardiogenik/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-kardiogenik/
  • 8/14/2019 shock .docx

    26/48

    Gangguan irama jantung: atrial fibrilasi, ventrikular fibrilasi, ventrikulartakhikardi

    Gangguan sistem konduksi hantaran listrik jantung: atrioventrikular blok,sinoaurikular blok.

    Patofisiologi Syok Kardiogenik

    Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung yang

    mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali. Secara

    mekanisme mungkin disebabkan oleh robeknya dinding ventrikel, regurgitasi oleh

    karena infark juga mengenai katub jantung, aritmia, atau disfungsi dari ventrikel

    kiri, kanan ataupun keduanya.

    Pada robeknya dinding ventrikel terjadi 3-6 hari sesudah infark diikuti dengan

    tamponade dan syok dan peninggian CVP serta tekanan baji pada arteri

    pulmonalis. Sedangkan regurgitasi dapat terjadi karena infark mengenai muskulus

    papilaris. Disfungsi dari ventrikel kanan dapat dilihat dari meningginya CVP

    sedangkan pada ventrikel kiri ditandai dengan edema paru.Kegagalan pompa jantung menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung

    (cardiac output) dan menyebabkan kegagalan perfusi ke jaringan, akibatnya

    berbagai organ mengalami kekurangan oksigen sementara terjadi kompensasi

    tubuh untuk mempertahankan pengaliran darah ke otak.

    Gambar Mekanisme Syok Kardiogenik pada Infark Miokard

  • 8/14/2019 shock .docx

    27/48

    Mekanisme Syok Kardiogenik pada Infark Miokard

    Nekrosis Vetrikel kiri yang luas Asidosis sistemik

    Disfungsi Miokardium Hipotensi Aliran koroner menurun

    Hipoksia miokardiumAritmia

    Cardiac Output Tekanan Atrium Kiri

    Tekanan Art. Pulmonalis

    Tekanan Darah Arteri Vasokonstriksi

    Manifestasi Klinik

    Syok kardiogenik dapat dipandang sebagai bentuk yang berat dari

    kegagalan ventrikel kiri. Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah

    jantung dan meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri

    sehingga menyebabkan kongesti paru dan edema. Dengan menurunnya tekanan

    arteri sistemik, maka terjadi perangsangan baroreseptor pada aorta dan sinus

    karotikus. Perangsangan simpatoadrenal menimbulkan reflek vasokonstriksi,

    takikardi, dan peningkatan kontraktilitas untuk menambah curah jantung danmenstabilkan tekanan darah. Kontraktilitas akan terus meningkat melalui hukum

    starling melalui retensi natrium dan air. Jadi menurunnya kontraktilitas pada syok

    kardiogenik akan memulai respon kompensatorik yang meningkatkan beban akhir

    dan beban awal. Meskipun mekanisme ini pada mulanya akan meningkatkan

    tekanan arteri darah dan perfusi jaringan, namun efeknya terhadap miokard justru

    buruk karena meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen miokard.

    Aliran darah koroner yang tidak memadai (terbukti dengan adanya infark)

    menyebabkan meningkatnya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai

    oksigen terhadap miokardium.

    Syok kardiogenik dicirikan oleh lingkaran setan (vicious circle) dimana

    terjadi penurunan kontraktilitas miokardium (depression of myocardial

    contractility), biasanya karena iskemia, menyebabkan pengurangan cardiac output

    dan tekanan arteri (arterial pressure), dimana menghasilkan hipoperfusi

    miokardium dan iskemia lanjutan dan penurunan cardiac output.

  • 8/14/2019 shock .docx

    28/48

    Disfungsi miokardial sistolik mengurangi stroke volume; dan bersama

    dengan disfungsi diastolik, memicu peninggian tekanan end-diastolic ventrikel

    kiri dan pulmonary capillary wedge pressure/PCWP (> 18 mmHg) seperti pada

    kongesti paru.

    Penurunan/pengurangan perfusi koroner memacu pemburukan iskemia, disfungsi

    miokardium progresif, dan spiral menurun yang cepat (rapid downward spiral),

    bilamana jika tidak diputus, seringkali menyebabkan kematian (Anurogo, 2009).

    Sindrom respon peradangan sistemik [systemic inflammatory response

    syndrome(SIRS)] dapat menyertai infark yang luas dan syok. Sitokin peradangan

    (inflammatory cytokines), inducible nitric oxide synthase (INOS), dan kelebihan

    nitric oxide dan peroxynitrite dapat berkontribusi terhadap asal-usul (genesis)

    syok kardiogenik sebagaimana yang mereka lakukan terhadap bentuk lain syok.

    Asidosis laktat dari perfusi jaringan yang buruk dan hipoksemia dari edem paru

    (pulmonary edema) dapat sebagai hasil dari kegagalan pompa dan kemudian

    berkontribusi terhadap lingkaran setan ini dengan memburuknya iskemia

    miokardium dan hipotensi. Asidosis berat (pH < 7,25) mengurangi daya

    kemanjuran/efektivitas (efficacy) yang secara endogen dan eksogen telah diberi

    katekolamin (catecholamines) (Anurogo, 2009).

    Manifestasi klinis

    Syok kardiogenik ditandai oleh hal-hal berikut :

    Tekanan arteri sistolik < 90 mmHg atau 30-60 mmHg dibawah batasbawah sebelumnya

    Adanya bukti penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama :- Keluaran urin < 20 ml/jam, biasanya disertai penurunan kadar natrium

    dalam urin

    - Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingi dan lembab- Gangguan fungsi mental

    Indeks jantung < 2,1 L/menit/m2Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji kapiler paru (PCWP) 18-

    21 mmHg

  • 8/14/2019 shock .docx

    29/48

    Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan:

    Keluhan Utama Syok Kardiogenik- Oliguri (urin < 20 mL/jam).

    - Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).

    - Nyeri substernal seperti IMA.

    Tanda Penting Syok Kardiogenik1. Tensi turun < 80-90 mmHg.

    2. Takipneu dan dalam.

    3. Takikardi.

    4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.

    5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.

    6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.

    7. Sianosis.8. Diaforesis (mandi keringat).

    9. Ekstremitas dingin.

    10. Perubahan mental.

    Diagnosis

    Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-

    tanda syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang

    luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru,

    tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.

    Syok kardiogenik ditandai dengan tekanan sistolik rendah (kurang dari

    90mHg), diikuti menurunnya aliran darah ke organ vital :

    1. Produksi urin kurang dari 20 ml/jam2. Gangguan mental, gelisah, sopourus

    http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/http://nursingbegin.com/cara-mengukur-denyut-nadi/http://nursingbegin.com/cara-mengukur-denyut-nadi/http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/
  • 8/14/2019 shock .docx

    30/48

    3. Akral dingin4. Aritmia yang serius, berkurangnya aliran darah koroner, meningkatnya laktat

    kardial.

    5. Meningkatnya adrenalin, glucose, free fatty acid cortisol, rennin, angiotensinplasma serta menurunnya kadar insulin plasma.

    Pada keadaan lanjut akan diikuti hipoksemia primer ataupun sekunder,

    terjadi karena ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hipovolemia, dan asidosis

    metabolic. Hipovolemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada syok

    kardiogenik, disebabkan oleh meningkatnya redistribusi cairan dari intravaskular

    keinterstitiel, stres akut, ataupun penggunaan diuretika.

    Kriteria hemodiamik syok kardiogenik adalah hipotensi terus menerus

    (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac

    index (15 mmHg).

    Diagnosis dapat juga ditegakkan sebagai berikut:

    1.

    Tensi turun : sistolis < 90 mmHg atau menurun lebih dari 30-60 mmHg darisemula, sedangkan tekanan nadi < 30 mmHg.

    2. Curah jantung, indeks jantung < 2,1 liter/menit/m2.3. Tekanan di atrium kanan (tekanan vena sentral) biasanya tidak turun, normal,

    rendah sampai meninggi.

    4. Tekanan diatrium kiri (tekanan kapiler baji paru) rendah sampai meninggi.5. Resistensi sistemis.6. Asidosis.Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan yang segera dilakukan :

    - Serum elektrolit, fungsi ginjal dan fungsi hepar.- Jumlah sel darah merah, leukosit (infeksi), trombosit (koagulopati)- Enzim Jantung (Creatinine Kinase, troponin, myoglobin, LDH)

  • 8/14/2019 shock .docx

    31/48

    - Analisa gas darah arteri, dapat menggambarkan keseimbangan asam-basa dankadar oksigen. Defisit basa penting, menggambarkan kejadian dan derajat

    renjatan, harus dipantau terus selama resusitasi.

    - Pemeriksaan serial kadar laktat, menggambarkan hipoperfusi dan prognosis.Pemeriksaan yang harus direncanakan

    - EKG, ekokardiografi. foto polos dadaKomplikasi Syok Kardiogenik

    1. Cardiopulmonary arrest

    2. Disritmi

    3. Gagal multisistem organ

    4. Stroke

    5. Tromboemboli

    Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :

    Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukanintubasi.

    Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker untukmempertahankan PO2 70 - 120 mmHg

    Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang adaharus diatasi dengan pemberian morfin.

    Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yangterjadi.

    Bila mungkin pasang CVP. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

    Medikamentosa :

    1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.

    2. Anti ansietas, bila cemas.

    3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.

    http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemorrhagic/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemorrhagic/
  • 8/14/2019 shock .docx

    32/48

    4. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.

    5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak

    adekuat.

    Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.

    6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.

    7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.

    8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.

    9. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

    3.3 Shock septic

    Sepsis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman-kuman

    atau bahan-bahan yang berasal dari atau dibuat oleh kuman-kuman. Organism

    yang paling sering menyebabkan shock septic dalah kuman gram negative. Tetapi

    shock juga bias disebabkn oleh kuman gram positif bahkan jamur, rickettsia dan

    bermacam-macam virus dapat menimbulkan shock yang sifatnya tidak banyak

    berbeda.

    Respon penderita terhadap pencetus yaitu masuknya kuman kedalam

    tubuh ditentukan oleh keadaan penderita sebelumnya.

    Kuman (pencetus)

    neuroendokrin Reaksi penderita

    kelainan metabolisme status imunologi

    keadaan host sebelumnya:

    - status volume darah

    - status nutrisi

  • 8/14/2019 shock .docx

    33/48

    - status kompetensi miokard

    Faktor-faktor tersebut dibawah memegang peranan:

    1. Efek langsung yang disebabkan oleh kuman atau bahan-bahan terhadapsystem kardiovaskuler.

    2. Kekacauan system metabolism3. Efek kardiovaskuler terhadap produk-produk yang timbul secara sekunder

    karena infeksi antara lain: komplemen, koagulasi kalikrein dan bahan-

    bahan toksin.

    4. Pelepasan bahan-bahan vasoaktif lain.5. Mekanisme kompensasi penderita dan keadaan penderita sebelum terjadi

    sepsis

    Etiologi

    Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70%

    (Pseudomonas auriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi

    bakteri gram positif 20-40% (Stafilokokus aureus, Stretokokus, Pneumokokus),

    infeksi jamur dan virus 2-3% (Dengue Hemorrhagic Fever, Herpes viruses),

    protozoa (Malaria falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering ditemukan

    adalah Pseudomonas, disusul oleh Stapilokokus dan Pneumokokus. Syok sepsik

    yang terjadi karena infeksi gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram

    positif adalah 5-15% dari kasus (Japardi, 2002). Syok septik sering terjadi pada:

    1. Bayi baru lahir,2. Usia diatas 50 tahun,3. Penderita gangguan sistem kekebalan.Table. Terminologi dan Definisi Sepsis

    Sindrom respon inflamasi sistemik

    (SIRS: systemic inflammatory respons syndrome) respon tubuh terhadap

    inflamasi sistemik mencakup 2 atau lebih keadaan berikut :

    - suhu > 38oC- frekuensi jantung > 90 kali/menit

  • 8/14/2019 shock .docx

    34/48

    - frekuensi nafas > 20 kali/menit atau PaCO2 < 32 mmHg- leukosit darah > 12.000/ mm3, < 4000/mm3 atau stab > 10%

    sepsis

    keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi SIRS

    sepsis berat

    sepsis yang disertai dengan disfungsi rgan, hipoperfusi atau hipotensi

    termasuk asidosis laktat, oliguria dan penurunan kesadaran.

    Sepsis dengan hipotensi

    Sepsis dengan tekanan darah sistolik 40 mmHg dan tidak ditemukan penyebab hipotensi

    Renjatan septic

    Sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan secara

    adekuat atau memerlukan vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah

    dan perfusi organ.

    Patofisiologi

    Terjadinya syok septik dapat melalui dua cara yaitu aktivasi lintasan

    humoral dan aktivasi cytokines. Lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada

    dinding bakteri gram negatif dan endotoksinnya serta komponen dinding sel

    bakteri gram positif dapat mengaktifkan:

    1. Sistem komplemen,2. Membentuk kompleks LPS dan protein yang menempel pada sel monosit,3. Faktor XII (Hageman faktor).

    Sistem komplemen yang sudah diaktifkan akan merangsang netrofil untuk

    saling mengikat dan dapat menempel ke endotel vaskuler, akhirnya dilepaskan

    derivat asam arakhidonat, enzim lisosom superoksida radikal, sehingga

    memberikan efek vasoaktif lokal pada mikrovaskuler yang mengakibatkan terjadi

    kebocoran vaskuler. Di samping itu sistem komplemen yang sudah aktif dapat

  • 8/14/2019 shock .docx

    35/48

    secara langsung menimbulkan meningkatnya efek kemotaksis, superoksida

    radikal, ensim lisosom. LBP-LPS monosit kompleks dapat mengaktifkan

    cytokines, kemudian cytokines akan merangsang neutrofil atau sel endotel, sel

    endotel akan mengaktifkan faktor jaringan PARASIT-INH-1. Sehingga dapat

    mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan Disseminated Intravascular

    Coagulation (DIC). Cytokines dapat secara langsung menimbulkan demam,

    perobahan-perobahan metabolik dan perobahan hormonal.

    Gambar 3.3

    Faktor XII (Hageman factor) akan diaktivasi oleh peptidoglikan dan asam

    teikot yang terdapat pada dinding bakteri gram positif. Faktor XII yang sudah

    aktif akan meningkatkan pemakaian faktor koagulasi sehingga terjadi DIC. Faktor

    XII yang sudah aktif akan mengubah prekallikrein menjadi kalikrein, kalikrein

    mengubah kininogen sehingga terjadi pelepasan hipotensive agentyang potensial

  • 8/14/2019 shock .docx

    36/48

    bradikinin, bradikinin akan menyebabkan vasodiltasi pembuluh darah. Terjadinya

    kebocoran kapiler, akumulasi netrofil dan perubahan perubahan metabolik,

    perubahan hormonal, vasodilatasi, DIC akan menimbulkan sindroma sepsis.

    Hipotensi respiratory distress syndrome, multiple organ failure akhirnya

    kematian.

    Manifestasi Klinis

    Karena terdapat banyak jenis syok septik, maka sulit untuk

    menggolongkan keadaan tersebut. Beberapa gejala antara lain:

    1. Demam tinggi

    2. Seringkali vasodilatasi nyata di seluruh tubuh, terutama pada jaringan yang

    terinfeksi.

    3. Curah jantung yang tinggi pada sekitar separuh penderita, disebabkan oleh

    adanya vasodilatasi di jaringan yang terinfeksi dan oleh derajat metabolik

    yang tinggi dan vasodilatasi di tempat lain dalam tubuh, akibat dari

    rangsangan toksin bakteri terhadap metabolisme sel dan dari suhu tubuh yang

    tinggi.

    4. Melambatnya aliran darah, mungkin disebabkan oleh aglutinasi sel darah

    merah sebagai respons terhadap jaringan yang mengalami de-generasi.

    5. Pembentukan bekuan kecil di daerah yang luas dalam tubuh, keadaan yang

    disebut koagulasi intravaskular menyebar. Hal ini juga menye-babkan faktor-

    faktor pembekuan menjadi habis terpakai sehingga timbul perdarahan di

    banyak jaringan, terutama dinding usus dan traktus intestinal.

  • 8/14/2019 shock .docx

    37/48

    Pada tahap dini dari syok septik, biasanya pasien tidak memperlihatkan

    tanda-tanda kolaps sirkulasi tetapi hanya tanda-tanda infeksi bakteri. Setelah

    infeksi menjadi lebih hebat, sistem sirkulasi biasanya ikut terlibat baik secara

    langsung ataupun sebagai akibat sekunder dari toksin bakteri. Akhirnya sampailah

    pada suatu titik di mana kerusakan sirkulasi menjadi progresif serupa dengan yang

    terjadi di seluruh jenis syok lainnya. Tahap akhir dari syok septik tidak banyak

    berbeda dengan tahap akhir syok hemoragik, meskipun faktor-faktor pencetusnya

    sangat berlainan pada kedua macam syok tersebut.

    Diagnosis

    Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau

    sedikit, dan jumlah faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal,

    kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam darah akan

    meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya

    konsentrasi oksigen. Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan

    irama jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung.

    Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.

    Penatalaksanaan

    1. Memberantas infeksi : Meningitis, umur > 1 bulan

    Ampiciline 300400 mg/KgBB/hari dibagi 6 dosis

    Chloramphenicol 100 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis

    derivat penisilin

    Moxalactam, cefotaxime, ceftazidimuntuk infeksi gram negatif aerob dan anaerob

    Jamur Candida dapat diberikan amphotericin BDosis 0.250.30 mg/KgBB/hari dalam waktu 36 jam

    Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan

  • 8/14/2019 shock .docx

    38/48

    0.1 0.25 mg/KgBB sampai 0.5 1.0 mg/KgBB/ hari (maksimal 50

    mg/hari) dan diberikan selama 1014 hari

    Pemakaian Antibiotik. Setelah diagnosa sepsis ditegakkan, antibiotik

    harus segera diberikan, dimana sebelumnya harus dilakukan kultur darah,

    cairan tubuh, dan eksudat. Pemberian antibiotik tak perlu menunggu hasil

    kultur. Untuk pemilihan antibiotik diperhatikan dari mana kuman masuk dan

    dimana lokasi infeksi, dan diberikan terapi kombinasi untuk gram positif dan

    gram negatif. Indikasi terapi kombinasi yaitu:

    Sebagai terapi pertama sebelum hasil kultur diketahui. Pasien yang dapat imunosupresan, khususnya dengan netropeni. Dibutuhkan efek sinergi obat untuk kuman yang sangat pathogen

    (pseudomonas aureginosa, enterococcus).

    2. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat :a. Pemberian cairan & pengaturan keseimbangan asam basa :

    Ringer laktat 10 20 ml/KgBB/beberapa menit sampai 1 jam untukmemperbaiki volume cairan intravaskuler

    b. Kadar protein total 4.5 gr/100 ml dapat diberikan FFPc. Tekanan vena sentral 5 6 cmH2O dengan hipotensi diberi cairan

    kristaloid lagi 1020 ml/KgBB selama 10 menit

    d. Tekanan vena sentral 6 10 cmH2O cairan kristaloid 510 ml/KgBBsampai tekanan vena sentral mencapai 1015 cmH2O

    e. Transfusi darah bila Ht 3% untuk mempertahankan Ht antara 3540 %f. Sodium bikarbonat digunakan untuk koreksi gangguan asam basa.

    Jika dalam keadaan darurat diberi 1 2 mEq/KgBB dengan kecepatan 1

    mEq/kgBB/menit

    g. Obat-obat vasoaktif bila curah jantung tetap rendah walaupunpemberian cairan sudah adekuat atau bila ada edema paru diberikan:

    Golongan xanthine (aminophyllin)

    Glucagon

    Cardiac glucocide, digitalis dan derivatnya

    h. Golongan steroid yang diberikan :

  • 8/14/2019 shock .docx

    39/48

    Dexamethasone 13 mg/kgBB atauMethyl prednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6 jam selama 72 jam

    3. VentilasiJalan nafas harus bebas

    Oksigenasi yang adekuat

    Bila ada tanda-tanda kegagalan pernafasan akut :

    Hiperventilasi

    Hipoksemia berat

    Hiperkapnea

    Bila terjadi adult respiratory distress syndrome PEEP dan ventilator

    mekanik

    4. Pengobatan supportifNutrisi dengan tinggi kalori protein, dan pemberian mineral

    Bila ada gagal ginjal dipertimbangkan dialisis peritoneal

    Koreksi PIM dengan komponen darah (FFP atau trombosit)

    3.4 Syok Anafilaksis

    Adalah suatu reaksi anafilaksis berat yang disertai dengan insufisiensi

    sirkulasi. Anafilaksis merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan tekanan

    arteri seringkali menurun dengan hebat.

    Etiologi

    1. Makanan : kacang, telur, susu, ikan laut, buah.

    2. Allergen immunotherapy

    3. Gigitan atau sengatan serangga

    4. Obat-obat : penicillin, sulpha, immunoglobin (IVIG), serum, NSAID

    5. Latex

    6. Vaksin

    7. Exercise induce

    8. Anafilaksis idiopatik : anafilaksis yang terjadi berulang tapa diketahui

    penyebabnya meskipun sudah dilakukan evaluasi/observasi dan challenge

  • 8/14/2019 shock .docx

    40/48

    test, diduga karena kelainan pada sel mast yang menyebabkan pengeluaran

    histamine.

    Patofisiologi

    Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang disebabkan oleh antigen khusus

    yang bereaksi dengan molekul IgE pada permukaan sel mast dan basofil yang

    menyebabkan pengeluaran segera beberapa mediator yang kuat. Satu efek

    utamanya adalah menyebabkan basofil dalam darah dan sel mast dalam jaringan

    prekapiler melepaskan histamin atau bahan seperti histamin. Histamin selanjutnya

    menyebabkan

    (1) Kenaikan kapasitas vaskular akibat dilatasi vena,

    (2) Dilatasi arteriol yang mengakibatkan tekanan arteri menjadi sangat menurun,

    dan

    (3) Kenaikan luar biasa pada permeabilitas kapiler dengan hilangnya cairan dan

    protein ke dalam ruang jaringan secara cepat. Hasil akhirnya merupakansuatu penurunan yang luar biasa pada aliran balik vena dan seringkali

    menimbulkan syok serius sehingga pasien meninggal dalam beberapa menit.

    Mediator ini menyebabkan timbulnya gejala-gejala urtikaria, angioedema,

    spasme bronkus, spasme laring, meningkatnya permeabilitas pembuluh darah,

    vasodilatasi, dan nyeri/kolik abdomen.

    Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak

    lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang

    bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi

    degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini

    menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi

    hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan

    peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan edem. Pada syok anafilaktik, bisa

    terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi.

    Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :

  • 8/14/2019 shock .docx

    41/48

    a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig Esampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan

    basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau

    saluran makan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresen-

    tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana akan mensekresikan

    sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi

    sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig

    E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor

    permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.

    b. Fase Aktivasi, yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang denganantigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa

    granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan

    lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi

    akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu

    pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin

    dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah

    preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam

    arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan

    Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang

    disebut Newly formed mediators.

    c. Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis)sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas

    farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan efek

    bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya

    menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin

    meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin menyebabkan

    kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek

    bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan

    aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan

    neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi,

    demikian juga dengan Leukotrien.

  • 8/14/2019 shock .docx

    42/48

    Manifestasi Klinis

    Reaksi timbul dalam beberapa detik atau menit sesudah paparan allergen.

    Gejala kardiovaskular : hipotensi/renjatan

    Gejala saluran nafas : sekret hidung enter, hidung gatal, udema

    hipopharing/laring, gejala asma.

    Kulit : pruritus, erithema, urtikaria dan angioedema.

    Gejala Intestinal : kolik abdomen, kadang-kadang disertai muntah dan

    diare.

    Gejala SSP : pusing, sincope, gangguan kesadaran sampai koma.

    Diagnosis

    a. Anamnesis : mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat,disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ), timbul biduran

    mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas, pusing,mual,muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.

    b. Fisik diagnostik Keadaan umum : baik sampai buruk Kesadaran: Composmentis sampai Koma Tensi : Hipotensi, Nadi :Tachycardi,

    Kepala dan leher : cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edemaperiorbita, perioral, rhinitis

    Thorax aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme, stridor, rhonki danwheezing, Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat

    Ekstremitas : Urticaria, edema.c. Pemeriksaan Tambahan Hematologi : Pemeriksaan darah menunjukkan

    jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit, dan jumlah faktor

    pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan

  • 8/14/2019 shock .docx

    43/48

    metabolik (seperti urea nitrogen) dalam darah akan meningkat. Hitung sel

    meningkat hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/ normal /

    turun. Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi

    a. X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug,b. EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia atau

    menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah

    yang tidak memadai ke otot jantung.

    c. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnyakonsentrasi oksigen

    Penatalaksanaan

    1. Resusitasi (A B C)2. Adrenalin 1%:0,01m1/kgBB diberikan intramuskular. Bila tidak ada

    perbaikan, diulang 10-15 menit kemudian (maksimal 3 kali).

    3. Infus RL/NaCL 0,9% atau cairan kolloid 20 ml/kg/10 menit bila denganadrenalin belum menunjukkan perbaikan perfusi jaringan.

    4.Bronkodilator pada penderita yang menunjukkan gejala seperti asma.Aminophylline intravena atau adrenergic bronkodilator (albuterol,

    terbutal in) parenteral atau nebulizer.

    5. Antihistamin : Diphenhydramine 2 mg/kg BB i.m atau i.v atau 5 mg/kgBB per oral. Chlortrimeton untuk gejala-gejala kulit seperti urtikaria, angioedema

    pruritus.

    6.Kortikosteroid : Hydrocortisone 6- 8 mg/kg BB/ 6-8 jamKortikosteroid hanya diberikan pada renjatan refrakter, urtikaria

    persist en , atau angioedema yang masih menetap setelah fase akut teratasi.

    3.5 Syok Neurogenik

    Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi

    hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels).

    Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak

    di seluruh tubuh.Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari

  • 8/14/2019 shock .docx

    44/48

    syok distributif, hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang

    diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cedera spinal,

    atau anestesi umum yang dalam).

    Etiologi

    Penyebabnya antara lain :

    1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada

    fraktur tulang.

    3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesispinal/lumbal.

    4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.Patofisiologi

    Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusijaringan dalam syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial

    karena penurunan resistensi pembuluh darah sistemik (systemic vascular

    resistance). Sebagai tambahan, penurunan dalam efektifitas sirkulasi volume

    plasma sering terjadi dari penurunan venous tone, pengumpulan darah di

    pembuluh darah vena, kehilangan volume intravaskuler dan intersisial karena

    peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer

    yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel, penurunan fraksi ejeksi, dan

    penurunan kurva fungsi ventrikel. Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan

    aliran vaskuler dengan akibat sekunder terjadi berkurangnya cairan dalam

    sirkulasi. Syok neurogenik mengacu pada hilangnya tonus simpatik (cedera

    spinal). Gambaran klasik pada syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi

    atau vasokonstriksi kulit. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal

    berlebihan yang mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus,

    sehingga perfusi ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh

    suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Syok neurogenik bisa juga

  • 8/14/2019 shock .docx

    45/48

    akibat rangsangan parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan denyut

    jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh darah. Misalnya

    pingsan mendadak akibat gangguan emosional. Pada penggunaan anestesi spinal,

    obat anestesi melumpuhkan kendali neurogenik sfingter prekapiler dan menekan

    tonus venomotor. Pasien dengan nyeri hebat, stress, emosi dan ketakutan

    meningkatkan vasodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang

    menimbulkan volume sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop, syok

    neurogenik disebabkan oleh gangguan persarafan simpatis descendens ke

    pembuluh darah yang mendilatasi pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya

    hipotensi dan bradikardia.

    Manifestasi Klinis

    Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik

    terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat

    lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa

    quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien

    menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya

    pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak

    hangat dan cepat berwarna kemerahan.

    Diagnosis

    Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat

    tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat

    (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia

    atau paraplegia.

    Diagnosis Banding

    Diagnosis banding syok neurogenik adalah sinkop vasovagal. Keduanya

    sama-sama menyebabkan hipotensi karena kegagalan pusat pengaturan vasomotor

    tetapi pada sinkop vasovagal hal ini tidak sampai menyebabkan iskemia jaringan

    menyeluruh dan menimbulkan gejala syok. Diagnosis banding yang lain adalah

  • 8/14/2019 shock .docx

    46/48

    syok distributif yang lain seperti syok septik, syok anafilaksi. Untuk syok yang

    lain biasanya sulit dibedakan tetapi anamnesis yang cermat dapat membantu

    menegakkan diagnosis.

    Penatalaksanaan

    Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif

    seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan

    penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar

    darah yang berkumpul ditempat tersebut.

    1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisiTrendelenburg).

    2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya denganmenggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi

    yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat

    dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal

    yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilatormekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan

    menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.

    3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasicairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya

    diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan

    yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output

    untuk menilai respon terhadap terapi.

    4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obatvasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan

    seperti ruptur lien).

    5. Pemberian obat-obatan Dopamin: Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10

    mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi

    takikardi. Dosis dopamine yang diberikan 2,5-20 mcg/kg/menit

  • 8/14/2019 shock .docx

    47/48

    Norepinefrin: Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkantekanan darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang

    rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara

    adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi

    sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik

    karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh

    terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila

    tekanan darah sudah normal kembali. Dosis pemberian Norepinefrin

    0,05-2 mcg/kg/menit.

    Epinefrin : Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengansempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi

    perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum

    pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak

    mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat

    menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien

    syok neurogenik. Dosis pemberian Epinefrin 0,05-2 mcg/kg/menit.

    Dobutamin : Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan olehmenurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan

    darah melalui vasodilatasi perifer. Dosis pemberian dobutamin 2,5-10

    mcg/kg/menit.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anurogo, Dito. 2009. Segala hal tentang Syok Jantung dalamhttp://www.medicastore.com,diakses tanggal 15 September 2010.

    2. Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. 2008. Renjatan Hipovolemi PadaAnak in: Pedoman Diagnosa dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak.

    Edisi III. Buku 3. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp.

    4-7.

    http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/
  • 8/14/2019 shock .docx

    48/48

    3. Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. 2008. Renjatan Anafilaksis in:Pedoman Diagnosa dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III.

    Buku 3. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp. 8-9.

    4. Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in:Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. pp. 359-372.

    5. Hasan R, Atlas H. 2005. Ilmu Penyakit Anak.Buku Kuliah 3. Infomedika,Jakarta.

    6. Japardi, Iskandar. 2002. Manifestasi Neurologik Shock Sepsis.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi20.pdf

    diakses pada 4 April 2010.

    7. Ontoseno T, Poerwodibroto S, Rahman MA. 2008. Renjatan Kardiogenikin: Pedoman Diagnosa dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi

    III. Buku 2. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp. 164-

    165.

    8. Shinca KS, Donn S.Shock and Hypotension in new born. Update june 6,2002

    http:/www.emedicine.com/ped/topic2768.htm

    9. Schwarz A, Hilfiker ML.Shock. update October 2004http:/www/emedicine.com/ped/topic3047

    10.Staff FK UI,2005. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3.Infomedika, Jakarta11.Susetyo, Cahyohadi, dr. 2008. Renjatan. http//www. Buah hatiku.com.

    diakses tanggal 15 September 2010.

    12.Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2008.Clinical Skill Refreshment.Fakultas Kedokteran UMM. Malang.

    13.Zingarelli, Basilia. 2008. Shock and Reperfusion Injury dalam RogersText Bokk Pediatric Intensive Care ed. 4 Hal 252. Philadelpia.

    http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi20.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi20.pdf