sistem urine blok pbl
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
1/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 1
LAPORAN
PROBLEM-BASED LEARNING
BLOK URINARI I
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
Vanessa B. S. (1523011003)
A. F. Kheno (1523011009)
Nadiastina R. (1523011017)
Irene A. V. (1523011022)
Johanes A. M. (1523011025)
Chintia W. (1523011026)
Melisa I. (1523011030)
Sharon P. B. (1523011038)
Albert E. (1523011039)
B. Rezha I. (1523011048)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2012
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
2/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 2
DAFTAR ISI
halaman
Daftar Isi .................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 11.2.Skenario dan Kata Kunci ....................................................................... 11.3.Daftar Masalah ...................................................................................... 11.4.Analisis Masalah ................................................................................... 2BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
2.1.Anatomi dan Histologi .......................................................................... 32.2.Fisiologi dan Biokimia .......................................................................... 82.3.Proses Pembentukan Urin ..................................................................... 102.4.Pengaturan Osmolaritas Ekstrasel dan Konsentrasi Natrium .................. 142.5.Sistem Dapar Bikarbonat ....................................................................... 19PEMBAHASAN ......................................................................................... 20
RINGKASAN ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
3/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangAsupan air pada setiap orang bervariasi, bahkan untuk orang yang
sama, asupan air hariannya dapat bervariasi. Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan cuaca, kebiasaan, dan tigkat aktivitas dari masing-masing orang.
Agar tidak terjadi gangguan volume cairan tubuh perlu ada keseimbangan
antara asupan cairan harian dan cairan yang dikeluarkan tubuh.
Ginjal berfungsi untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil
pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Sistem urinaria adalah
suatu sistem, dimana terjadinya proses penyaringan darah oleh unit
fungsional ginjal, sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-
zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteranmencoba untuk menjelaskan tentang sistem urinaria. Dengan demikian,
diharapkan agar kami semakin mengetahui, mengerti, dan memahami tentang
sisterm urinaria serta hal-hal yang berkaitan secara lebih mendalam.
1.2.Skenario dan Kata KunciIbu Y, 30 bekerja sebagai sekretaris di ruang kantor yang menggunakan
AC dingin. Ibu Y sering buang air kecil.
1.3.Daftar Masalah1.3.1.Bagaimana proses miksi secara fisiologis?1.3.2.Bagaimana karakteristik urin yang normal?1.3.3.Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi mikturisi?1.3.4.Apakah hubungan antara suhu ruangan yang dingin dengan proses
mikturisi?
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
4/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 4
1.4.Analisis Masalah1.4.1.Filtrasi menghasilkan urin primer Reabsorpsi zat-zat yang masih
dibutuhkan oleh tubuh yang menghasilkan urin sekunder Augmentasi
zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh menghasilkan urin yang
sesungguhnya. Kemudian, urin akan ditranspor keluar ginjal melalui
ureter ke dalam vesica urinaria, dan dikeluarkan melalui uretra
1.4.2.Karakteristik urin termasuk kandungan dalam urin, pH urin, dankepekatan urin.
1.4.3.Faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi proses mikturisi padaseseorang antara lain tingkat suhu, aktivitas fisik, dan kebiasaan.
1.4.4.Pada saat suhu ruangan menjadi dingin, pembuluh darah akanmengalami konstriksi. Vasokonstriksi akan menyebabkan tidak ada
sekresi hormon antidiuretik (ADH) pada tubulus distalis dan duktus
koligentes. Hal tersebut akan menyebabkan permeabilitas tubulus
terhadap air berkurang, sehingga terjadi reabsorpsi air dalam jumlah
sedikit. Urin diekskresikan dalam jumlah yang lebih banyak.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
5/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi dan Histologi2.1.1.Ginjal
Ginjal atau ren terletak di dalam ruang retroperitoneal pada
dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan di sisi kiri columna
vertebralis. Ren sinistra terletak antara T11-L2, sedangkan ren dextra
antara T12-L3.
Ginjal di bungkus oleh kapsula fibrosa yang kuat. Di sebelah luar
kapsula fibrosa di dapatkan phrenic fat yang lebih tipis pada bagian
depan ginjal. Diluar lapisan lemak terdapat jaringan extraperitoneal
yang membentuk fascia renalis yang membungkus ginjal dengan bagian
bawah dan bagian medial terbuka. Fascia ini melekat pada peritoneum
parietal, di sebelah atas menjadi satu dengan fascia diaphragmatica. Di
sebelah luar fascia renalis terdapat jaringan lemak lain yang disebut
paranephric fat (Anatomi Tubuh Manusia, 2007).Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus-tempat
lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter
yang membawa urin akhir dari ginjal ke vesica urinaria, tempat urin
disimpan hingga dikeluarkan.
Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar, terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks mayor. Kaliks minor adalah cabang dari
kaliks mayor (Histologi Dasar, 2007).
Korteks renalis mengandung corpuscullum renale dan bagian
tubulus koligentes. Medula renalis terdiri dari piramid renalis dan
jaringan korteks renalis di antara piramid renalis yang disebut columna
renales atau septum renales. Piramid renales mengandung tubulus
koligentes dan mempunyai apex yang disebut papilla renalis, yang
menonjol ke dalam kaliks minor. Pemanjangan tubulus dari piramid
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
6/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 6
renalis ke dalam cortex renalis disebut radii medullares (Anatomi
Tubuh Manusia, 2007).
2.1.2.Suplai Darah GinjalArteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian
bercabang-cabang membentuk arteri segmentalis, yang kemudian
bercabang menjadi arteri interlobaris, dan arteriol aferen, yang menuju
ke kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat terlarut
(kecuali protein plasma) difiltrasi membentuk urin primer. Ujung distal
kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol
eferen, yang menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular,
yang mengelilingi tubulus ginjal (Guyton and Hall, 2007).
Kapiler peritubulus mengosongkan isinya ke dalam pembuluh
sistem vena, yang berjalan paralel dengan pembuluh arteiol dan secara
progresif membentuk vena interlobularis, vena arkuata, vena
interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di sebelah
depan, dengan ureter di belakang, dan arteria renalis terletak diantaranya (Anatomi Tubuh Manusia, 2007).
2.1.3.Nefron Sebagai Unit Fungsional GinjalMasing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta
nefron, masing-masing mampu membentuk urin (Guyton and Hall,
2007). Setiap nefron terdiri dari (1) glomerulus, dan (2) tubulus.
Glomerulus, seberkas kapiler yang dikelilingi oleh kapsul
berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Lapisan viseral dari
kapsul Bowman menyelubungi kapiler glomerulus, sedangkan lapisan
parietal kapsula membentuk batas luar korpuskel renalis. Terdapat
ruang urinaris di antara kedua lapisan kapsula Bowman, yang
menampung cairan yag difiltrasi melalui dinding kapiler dan lapisan
viseral. Setiap korpuskel renalis memiliki kutub vaskular, tempat
masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
7/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 7
kutub urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berasal (Histologi
Dasar, 2007).
Sel-sel viseral, yaitu podosit, mamiliki badan sel yang
menjulurkan beberapa cabang ( prosesus primer). Setiap cabang primer
menjulurkan banyak prosesus sekunder, yang disebutpedikel. Prosesus
sekunder podosit berselang-seling membentuk celah filtrasi. Suatu
diafragma tipis menjembatani celah-celah filtrasi (Histologi Dasar,
2007).
Sel endotel kapiler glomerulus merupakan jenis kapiler
bertingkap namun tidak memiliki diafragma tipis seperti pada kapiler
bertingkap lainnya.
Kapiler glomerulus juga memiliki sel mesangial yang bersifat
kontraktil yang melekat pada dindingnya. Sel mesangial mempunyai
reseptor untuk angiotensin II. Bila reseptor teraktifkan, aliran
glomerulus akan berkurang (Histologi Dasar, 2007).
Tubulus Kontortus Proksimal mempunyai epitel yang
berbentuk kuboid, atau silindris rendah (Histologi Dasar, 2007). Sel-sel
epitelnya memiliki sitolplasma asidofilik oleh karena adanya
mitokondria panjang dalam jumlah besar. Kanalikuli terletak di antara
pangkal mikrovili, yang terletak di sitoplasma apikal sel. Kanalikuli ini
meningkatkan kemampuan sel tubulus untuk menyerap makromolekul.
Mitokondria berperan dalam transpor ion secara aktif oleh sel-sel basal
tubulus.
Ansa Henle terdiri atas segmen tebal desenden, segmen tipis
desenden, segmen tipis asenden, dan segmen tebal asenden.
Tubulus Kontortus Distal memiliki sel-sel yang lebih gepeng
daripada sel-sel tubulus kontortus proksimal. Di daerah kontak dengan
kutub vaskular di korpuskel ginjal, sel tubulus distal mengalami
modifikasi menjadi silindris, disebut makula densa. Sel-sel makula
densa sensitif terhadap kandungan ion dan volume air dalam cairan
tubulus dan menghasilkan sinyal molekul yang berakibat pada
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
8/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 8
pembebasan enzim renin. Tubulus distal juga berperan dalam sekresi
ion hidrogen dan ammonium ke dalam urin tubulus, aktivitas ini
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam
darah.
Duktus Koligentes memiliki epitel yang responsif terhadap
hormon antidiuretik, yang disekresi hipofisis posterior.
Aparatus Jukstaglomerulus adalah sel jukstaglomerulus
bersama dengan makula densa. Sel jukstaglomerulus merupakan
modifikasi otot polos dari tunika media arteriol eferen. Sekret dari sel
jukstaglomerulus (JG) berperan dalam mempertahankan tekanan darah.
Enzim renin yang dihasilkan oleh sel JG bekerja pada suatu
protein plasma- angiotensinogen- yang menghasilkan angiotensin I.
2.1.4.UreterUreter merupakan saluran yang dilalui urine yang berasal dari
ginjal, lalu masuk ke vesica urinaria.
Pada laki-laki, ureter di silang oleh ductus deferens di sebelahmedialnya, kemudian berjalan di depan bagian atas vesicula seminalis.
Pada perempuan, berjalan di dekat bagian belakang ovarium, kemudian
berjalan di bawah ligamentum latum bersama arteria uterina yang
menyilang di atas dan di depannya (Anatomi Tubuh Manusia, 2007).
2.1.5.Vesica Urinaria (Kandung Kemih)Kandung kemih dilapisi oleh epitel transisional, yang dalam
keadaan teregang yaitu ketika kandung kemih terisi penuh dengan
urin- menjadi lebih tipis daripada pada saat dalam kondisi tidak
teregang. Sel-sel superfisial yang berbentuk binukleus akan menjadi
gepeng saat kandung kemih terisi penuh. Epitel transisional berfungsi
sebagai sawar osmotik efektif antara urine di dalam vesika dengan
jaringan ikat dibawahnya (Atlas Histologi di Fiore, 2003).
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Kontraksi otot
detrusor merupakan tahap utama pada proses mikturisi. Pada dinding
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
9/27
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
10/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 10
ujung glans penis (Anatomi Tubuh Manusia, 2007). Uretra pria terdiri
atas empat bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulbosa, dan
pars pendulosa. Di sekeliling uretra pars membranosa terdapat sfingter
otot rangka, yaitu sfingter uretra eksterna, yang bersifat volunter.
Uretra perempuan lebih pendek daripada laki-laki, panjangnya
sekitar empat sentimeter dan sangat mudah dilebarkan tanpa mengalami
kerusakan. Uretra ini dimulai dari collum vesicae, berjalan ke depan
dan ke bawah menuju ostium urethrae externum yang terletak di antara
labium minus pudenda dan di depan ostium vaginae (Anatomi Tubuh
Manusia, 2007).
Pada uretra wanita, sfingter lurik volunter eksterna mengelilingi
bagian tengah uretra.
Otot sfinger eksterna berada bawah kendali volunter oleh sistem
saraf dan dapat digunakan untuk mencegah miksi secara sadar (Guyton
and Hall, 2007). Relaksasi sfingter uretra eksterna memungkinkan
vesika urinaria untuk mengosongkan isinya.
2.2.Fisiologi Mikturisi2.2.1.Definisi Mikturisi
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah
terisi dengan urin (Guyton and Hall, 2007). Kandung kemih yang terisi
penuh mengalami peningkatan teganga pada dinidngnya hingga
melampaui nilai ambang batas. Adanya refleks saraf (refleks mikturisi)
menyebabkan pengosongan kandung kemih. Jika refleks mikturisi
gagal, akan ada keinginan untuk berkemih yang disadari.
2.2.2.Transpor Urin dari Ginjal Melalui Ureter Menuju KandungKemih
Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises ginjal. Urin
meregangkan kalises dan meningkatkan aktivitas pacemaker, yang
kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis
ginjal dan di sepanjang ureter, dengan demikian memaksa urin mengalir
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
11/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 11
dari pelvis ginjal dan melalui ureter ke kandung kemih. Kontraksi
peristaltik pada ureter diperkuat oleh rangsangan parasimpatis dan
dihambat oleh rangsangan simpastis.
Tonus normal otot detrusor di dalam kandung kemih cenderung
akan menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari
kandung kemih selama mikturisi. Setiap gelombang peristaltik di
sepanjang ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah
yang menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan aliran urin
ke dalam kandung kemih.
2.2.3.Refleks MikturisiSeiring dengan pengisisan kandung kemih, mulai tampak
peningkatan kontraksi mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari refleks
regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik didalam dinding
kandung kemih.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini
biasanya akan berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari
semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali
ke nilai dasar. Ketika kandung kemih terus terisi, refleks mikturisi
menjadi semakin sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor yang
lebih kuat.
Sekali refleks mikturisi dimulai, refleks ini bersifat regenerasi
sendiri. Refleks mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang
terdiri dari (1) kenaikan tekanan secara cepat dan progresif, (2) periode
tekanan menetap, dan (3) kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai
tonus basal. Bila kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi
refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat.
Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain
yang berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk
menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat di dalam otak daripada
sinyal konstriktor volunter ke sfingter sfingter eksterna, maka akan
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
12/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 12
terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan terjadi
hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih
kuat lagi.
2.3.Proses Pembentukan Urin2.3.1.Filtrasi Glomerulus
Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-
zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh.
Proses filtrasi ini terjadi di glomerulus dan kapsula Bowman yang
menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer. Proses filtrasi terjadi
akibat mengkerut dan mengembangnya arteriol aferen dan arteriol
eferen yang masuk dan meninggalkan glomerulus. Selama terjadi
filtrasi, sel-sel darah dan molekul protein tidak dapat disaring,
sedangkan molekul-molekul yang berukuran lebih kecil seperti asam
amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya, dapat
disaring sehingga menjadi bagian dari filtrat glomerulus atau
urin primer.
2.3.2.Kontrol Fisiologis Terhadap Filtrasi GlomerulusAktivasi persarafan simpatis ginjal yang kuat dapat menyebabkan
konstriksi arteriol ginjal dan menurunkan aliran darah ginjal serta laju
filtrasi glomerulus (GFR).
Hormon yang dapat menyebabkan konstriksi arteriol aferen dan
eferen, sehingga menyebabkan penurunan GFR dan aliran darah ginjal,
antara lain adalah epinefrin dan norepinefrin.
Vasokonstriktor lainnya adalah endotelin, yang merupakan suatu
peptida yang dilepaskan oleh sel endotel vaskular ginjal atau jaringan
lain yang rusak (Guyton and Hall, 2007).
Angiotensin II dibentuk di ginjal dan sirkulasi sistemik.
Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol eferen, maka
peningkatan kadar angiotensin II akan menyebabkan terjadinya
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
13/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 13
peningkatan pada tekanan hidrostatik glomerulus dan menurunkan
aliran darah ginjal.
Nitrat oksida yang berasal dari endotel beperan untuk
menurunkan tahanan vaskuler ginjal, sehingga meningkatkan GFR
Nitrat oksida berperan dalam mempertahankan vasodilatasi ginjal,
sehingga memungkinkan ginjal untuk mengekskresikan natrium dan air
dalam jumlah normal.
Prostaglandin dan bradikinin adalah vasodilator yang mengurangi
efek vasokonstriktor ginjal akibat pengaktifan saraf simpatis atau
angiotensin II, terutama pengaruhnya pada arteriol eferen. Hal tersebut
berarti, prostaglandin dan bradikinin dapat membantu mencegah
penurunan GFR dan aliran darah yang ginjal yang berlebihan (Guyton
and Hall, 2007).
2.3.3.Autoregulasi GFR dan Aliran Darah GinjalFungsi utama autoregulasi adalah untuk mempertahankan GFR
agar relatif konstan dan memungkinkan kontrol yang tepat terhadapekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal.
Penurunan GFR akan memperlambat aliran di ansa Henle. Hal
tersebut akan menyebabkan penurunan dari konsentrasi natrium klorida
pada makula densa. Makula densa akan memberikan dua efek yaitu:
(1) Menurunkan tahanan terhadap aliran darah di arteriol aferen, yangmeningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan membantu
mengembalikan GFR menjadi normal
(2) Meningkatkan pelepasan renin dari sel-sel jukstaglomerulus padaarteriol afren dan eferen. Renin berfungsi sebagai enzim untuk
meningkatkan pembentukan angiotensin I, yang akan diubah
menjadi angiotensin II, yang akan menyebabkan konstriksi arteriol
eferen, dengan demikian meningkatkan tekanan hidrostatik
glomerulus dan mengembalikan GFR menjadi normal
(Guyton and Hall, 2007).
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
14/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 14
2.3.4.Reabsorpsi TubulusSebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorbsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor
aktif terhadap gradien tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85%
natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada filtrat
glomerulus diabsorbsi dalam tubulus kontortus proksimal, walaupun
reabsorbi berlangsung pada semua bagian nefron.
1. Reabsorbsi natrium.a. Ion-ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi
(dengan carrier) dari lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam
sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih
rendah.
b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktif dengan pompanatrium-kalium, akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke
cairan interstisial di dekat kapiler peritubular.
2. Reaborbsi ion klor dan ion negatif lain.a. Reabsorpsi ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan
tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke cairan interstisial
peritubular, kemudian terbentuk ketidakseimbangan listrik yang
justru membantu pergerakan pasif ion-ion negatif.
b. Dengan demikian, ion klor dan bikarbonat negatif secara pasifberdifusi ke dalam sel-sel epitel dari lumen dan mengikuti
pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular dan
kapiler tubular.
3. Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino.a. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion natrium
dan digerakkan melalui kontraspor.
b. Maksimum Traspor. Carrier pada membran sel tubulus memilikikapasitas reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis
asam amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini
dinyatakan dalam maksimum transpor / Tm.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
15/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 15
c. Transpor Maksimum untuk glukosa adalah jumlah maksimumyang dapat ditranspor (reabsorpsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg
glukosa / 100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai
Tm nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa
muncul di urine.
4. Reabsorbsi air.Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium
berpindah dari area berkonsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus
kontortus proksimal ke area berkonsentrasi air rendah dalam cairan
interstisial dan kapilar peritubular.
5. Reabsorbsi urea.Seluruh urea yang terbentuk setiap hari di filtrasi oleh glomerolus.
Sekitar 50 % urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi
yang terbentuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea
yang difiltrasi akan diekskresi dalam urine.
6. Reabsorbsi ion organik lain.Seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta sejumlah ion
organik adalah melalui transpor aktif
(Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, 2004)
2.3.5.Transpor Zat Terlarut dan Air dalam Ansa HenleBagian desenden tipis sangat permeabel terhadap air, dan sedikit
permeabel terhadap zat-zat terlarut, seperti natrium dan ureum. Segmen
nefron ini berfungsi untuk difusi sederhana melalui dindingnya. Sekitar
20 persen dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi di ansa Henle pada
segmen desenden (Guyton and Hall, 2007).
Segmen asenden dari ansa Henle tidak permeabel terhadap air.
Pada bagian tebal ansa Henle, sekitar 25 persen dari muatan natrium,
klorida, dan kalium yang difiltrasi akan direabsorpsi (Guyton and Hall,
2007), terutama oleh bagian tebal dari ansa Henle asenden.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
16/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 16
2.3.6.Tubulus DistalPada tubulus distal terjadi reabsorpsi sebagian besar ion natrium,
kalium, dan klorida, namun tidak permeabel terhadap air dan ureum.
Karena itu, tubulus distal juga disebut sebagai segmen pengencer.
2.3.7.Duktus Koligentes MedulaDuktus koligentes medula merupakan bagian akhir dari
pemrosesan urin, karena itu, memegang peranan penting dalam
menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dalam urin (Guyton
and Hall, 2007).
Duktus koligentes bagian medula bersifat permeabel terhadap
ureum, memegang peranan penting dalam pengaturan keseimbangan
asam-basa, dan permeabilitas terhadap air pada duktus koligentes
bagian medula dikontrol oleh kadar ADH.
2.3.8.Pengendalian Hormonal Terhadap Reabsorpsi TubulusAldosteron disekresi oleh sel-sel zona glomerula pada korteks
adrenal, dan mekerja pada tubulus koligentes dan duktus koligentes.
Aldosteron memiliki pengaruh yaitu membuat ginjal mempertahankan
keseimbangan natrium dan air tetapi meningkatkan ekskresi kalium
dalam urin.
Angiotensin II meningkatkan reabsorpsi natrium dan air di
tubulus proksimal, ansa Henle, tubulus distal, dan tubulus koligentes.
Hormon Antidiuretik (ADH) meningkatkan reabsorpsi air pada
tubulus distal dan duktus koligentes.
2.4.Pengaturan Osmolaritas Ekstrasel dan Konsentrasi NatriumOsmosis adalah difusi netto cairan yang menyebrangi membran
permeabel selektif dari tempat ynag konsentrasi airnya tinggi ke tempat yang
konsentrasi airnya lebih rendah (Guyton and Hall, 2007)
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
17/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 17
Osmolaritas adalah konsentrasi osmol (satuan ukuran untuk jumlah
total pertikel dalam suatu larutan) suatu larutan yang dinyatakan sebagai
osmol per liter larutan. Osmolaritas plasma normal sekitar 300mOsm/L.
2.4.1.Sistem Umpan Balik Osmoreseptor-ADHSistem umpan balik osmoreseptor-ADH mengontrol konsentrasi
dan osmolaritas natrium cairan ekstrasel. Berikut ini adalah mekanisme
sistem umpan balik bila osmolaritas meningkat:
(1) Peningkatan osmolaritas akan menyebabkan sel saraf khusus yangdisebut sel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior
mengkerut.
(2) Pengerutan sel osmoreseptor menyebabkan sel tersebutterangsang. Sinyal saraf dikirimkan ke sel saraf tambahan di
nukleus supraoptik, yang kemudian akan meneruskan sinyal ke
kelenjar hipofisis posterior.
(3) Granula sekretorik pada ujung saraf yang menyimpan ADH akanterangsang untuk melepaskan ADH.
(4) ADH ditranspor ke ginjal melalui darah. ADH bekerja di bagianakhir tubulus distal, tubulus koligentes kortikal, dan duktus
koligentes medula.
(5) Peningkatan permeabilitas air di segmen nefron distalmenyebabkan peningkatan reabsorpsi air dan ekskresi sejumlah
kecil urin yang pekat (Guyton and Hall, 2007).
Jadi, air akan disimpan, sementara natrium dan zat terlarut
lainnya akan dikeluarkan melalui urin. Reabsorpsi air pada nefron
bagian distal akan memperbaiki kepekatan cairan ekstrasel yang
berlebihan.
Bila osmolaritas cairan menurun atau cairan ekstrasel menjadi
terlalu encer (hipo-osmotik), lebih sedikit ADH yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisis bagian posterior. Kadar ADH yang rendah akan
mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, sehingga lebih
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
18/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 18
sedikit air yang direabsorpsi. Urin yang dibentuk menjadi lebih encer
dan dalam volume yang lebih banyak. Hal tersebut kemudian
memekatkan cairan tubuh dan mengembalikan osmolaritas plasma
kembali ke nilai normal (Guyton and Hall, 2007).
2.4.2.Mekanisme Ginjal Mengeluarkan Urin EncerBila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal akan bekerja
dengan cara mereabsorpsi zat terlarut terus menerus, namun tidak
mereabsorpsi sejumlah air di nefron bagian distal, yang meliputi
tubulus distal akhir dan duktus koligentes (Guyton and Hall, 2007)
Pada saat filtrat melewati tubulus, filtrat tersebut diencerkan,
dengan tujuan untuk mengeluarkan kelebihan air. Hal tersebut dicapai
dengan mereabsorpsi lebih banyak zat terlarut daripada air.
Cairan Tubuh Tetap Isosmotik di Tubulus Proksimal. Saat
cairan mengalir melalui tubulus proksimal, air dan zat terlarut
direabsorpsi dalam jumlah yang sama, sehingga terjadi sedikit
perubahan dalam osmolaritas; yaitu, cairan tubulus proksimal tetapisosmotik terhadap plasma, dengan osmolaritas sekitar 300mOsm/L
(Guyton and Hall, 2007). Sewaktu cairan melewati segmen desenden
dari ansa Henle, air direabsorpsi melalui proses osmosis, sehingga
cairan di dalam tubulus menjadi hipertonik (lebih pekat), dan
osmolaritas cairan tersebut bertambah sekitar dua sampai empat kali
osmolaritas filtrat glomerulus asal.
Cairan Tubulus Menjadi Encer di Segmen Asenden Ansa
Henle. Pada bagian tebal segmen asenden ansa Henle, natrium, kalium,
dan klorida banyak yang direabsorpsi. Namun segmen tubulus tersebut
impermeabel terhadap air. Oleh sebab itu, cairan tubulus menjadi lebih
encer, dengan osmolaritas yang menurun secara progresif sekitar
100mOsm/L (Guyton and Hall, 2007)
Cairan Tubulus di Tubulus Distal dan Koligentes Selanjutnya
Diencerkan Tanpa Adanya ADH. Pada saat cairan tubulus yang encer
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
19/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 19
melewati bagian akhr tubulus kontortus distalis, duktus koligentes
kortikalis, dan duktus koligentes, terjadi reabsorpsi tambahan terhadap
ion natrium klorida (Guyton and Hall, 2007). Tidak adanya ADH
membuat bagian tubulus tersebut menjadi impermeabel terhadap air,
sehingga menyebabkan terjadinya reabsopsi tambahan terhadap zat
terlarut, yang menyebabkan urin yang disekresikan mejadi lebih encer
dengan volume yang besar.
2.4.3.Ginjal Menyimpan Air dengan Mengeluarkan Urin PekatBila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal akan membentuk
urin yang pekat dengan terus menerus mengekskresikan zat terlarut,
meningkatkan reabsopsi air dan menurukan volume urin yang
terbentuk.
2.4.3.1. Kebutuhan untuk Mengekskresi Urin Pekat Kadar ADHyang Tinggi dan Hiperosmotik Medula Ginjal.
Kebutuhan dasar untuk membentuk urin pekat adalah (1)
kadar ADH yang tinggi, dan (2) osmolaritas yang tinggi daricairan interstitial medula ginjal, yang membentuk gradien
osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorpsi air
dengan kadar ADH yang tinggi (Guyton and Hall, 2007).
2.4.3.2. Mekanisme Pemekatan Urin dan Perubahan Osmolaritasdi Berbagai Segmen Tubulus.
Tubulus Proksimal. Sebagian besar elektrolit yang
difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus proksimal. Akan tetapi,
membran tubulus yang sangat permeabel terhadap air
menyebabkan air ikut berdifusi melalui membran tubulus secara
osmosis, setiap kali zat terlarut direabsorpsi. Oleh sebab itu,
osmolaritas cairan yang tersisa kurang lebih sama dengan filtrat
glomerulus, yaitu 300 mOsm/L (Guyton and Hall, 2007).
Segmen Densenden Ansa Henle. Segmen tubulus ini
sangat permeabel terhadap air, tetapi kurang permeabel terhadap
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
20/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 20
natrium klorida dan ureum. Oleh sebab itu, osmolaritas cairan
yang melewati segmen desenden ansa Henle akan meningkat
hingga sekitar 1200mOsm/L saat konsentrasi ADH darah tinggi
(Guyton and Hall, 2007).
Segmen Asenden Ansa Henle. Segmen tipis asenden
impermeabel terhadap air, tetapi dapat mereabsorpsi sejumlah
natrium klorida. Konsentrasi natrium klorida yang cukup tinggi
dalam cairan tubulus, pada akhirnya akan menyebabkan difusi
pasif natrium klorida ke dalam interstitium medula. Segmen
tebal asenden ansa Henle juga impermeabel terhadap air, dan
sejumlah besar natrium, klorida, kalium, dan ion-ion lainnya
ditranspor secara aktif dari tubulus ke dalam interstitium
medula. Oleh karena itu, cairan di segmen asenden ansa Henle
sangat encer, dan konsentrasinya turun sampai sekitar
100mOsm/L (Guyton and Hall, 2007).
Tubulus Distal. Seperti halnya pada segmen asenden
ansa Henle, pada segmen awal tubulus distal, terjadi
pengenceran lebih lanjut dari cairan tubulus; zat terlarut
direabsorpsi sementara air tetap tinggal di dalam tubulus.
Namun, pada segmen akhir tubulus distal dan tubulus koligentes
kortikalis, osmolaritas cairan tergantung dari kadar ADH
(Guyton and Hall, 2007). Kadar ADH yang tinggi menyebabkan
tubulus-tubulus tersebut menjadi permeable terhadap air,
sehingga sejumlah air dapat direabsorpsi. Akan tetapi, pada
bagian tubulus yang telah disebutkan, ureum tidak begitu
impermeabel. Sebagian besar ureum akan ditranspor melalui
tubulus distal dan tubulus koligentes ke dalam duktus koligentes
di bagian dalam medula, di mana ureum akan direabsorpsi atau
diekskresikan dalam urin.
Duktus Koligentes di Bagian Dalam Medula.
Konsentrasi cairan duktus koligentes di bagian dalam medula
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
21/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 21
juga bergantung pada (1) ADH dan (2) osmolaritas interstitium
medula yang dibentuk oleh mekanisme arus balik (Guyton and
Hall, 2007). Dengan tingginya kadar ADH yang disekresikan
oleh kelenjar hipofisis posterior, duktus-duktus koligentes di
bagian dalam medula menjadi sangat permeabel terhadap air,
sehingga air dapat berdifusi dari tubulus ke dalam interstitium.
Air akan berdifusi ke dalam interstitium hingga tercapainya
keseimbangan osmolaritas antara cairan tubulus dengan cairan
intersititum medula ginjal. Jadi, saat konsentrasi ADH yang
disekresikan tinggi, akan dihasilkan urin yang lebih pekat dalam
volume yang lebih sedikit. Permeabilitas duktus koligentes
terhadap ureum menyebabkan ureum dapat berdifusi dari
tubulus ke dalam interstitium medula. Banyaknya ureum dengan
kepekatan yang tinggi yang berdifusi keluar tubulus berperan
dalam membentuk osmolaritas interstitium medula yang tinggi
dan kemampuan pemekatan ginjal yang tinggi.
2.5.Sistem Dapar BikarbonatSistem dapar bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung unsur:
(1) asam lemah, H2CO3, dan (2) garam bikarbonat, seperti NaHCO3. H2CO3
dibentuk dari reaksi CO2 dengan H2O, dan dipercepat oleh enzim karbonik
anhidrase yang ditemukan di sel epitel tubulus ginjal.
H2CO3 berionisasi secara lemah membentuk sejumlah kecil H+
dan
HCO3-. NaHCO3 dalam cairan ekstrasel berionisasi membentuk HCO3
- dan
Na+. Bila larutan HCl ditambahkan ke dalam larutan dapar, akan ada
peningkatan produksi H2CO3, sehingga terjadi peningkatan produksi CO2 dan
H2O. Peningkatan CO2 akan merangsang pernapasan, yang mengeluarkan
CO2 dari cairan ekstrasel.
Bila ditambahkan NaOH ke dalam larutan dapar bikarbonat, konsentrasi
H2CO3 akan menurun, dan menyebabkan lebih banyak CO2 bergabung
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
22/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 22
dengan H2O. Kadar CO2 dalam darah mengalami penurunan yang akan
menghambat perbapasan dan menurunkan laju ekspirasi CO2.
PEMBAHASAN
Asupan air pada setiap orang bervariasi, bahkan untuk orang yang sama,
asupan air hariannya dapat bervariasi. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan
cuaca, kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik dari masing-masing orang.
Cairan yang ditambahkan ke dalam tubuh berasal dari dua sumber utama:
(1) air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menabah cairan tubuh sekitar
2100ml/hari, dan (2) sintesis di tubuh sebagai hasil dari oksidasi karbohidrat, yang
menambah sekitar 200ml/hari (Guyton and Hall 2007).
Agar tidak terjadi gangguan volume cairan tubuh perlu ada keseimbangan
antara asupan cairan harian dan cairan yang dikeluarkan tubuh. Pengeluaran
cairan terjadi melalui: (1) insensible water loss, yang berlangsung terus menerus
melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit, yang
keduanya mengeluarkan air sekitar 700ml/hari pada keadaan normal; (2) keringat,
akan tetapi jumlah air yang dikeluarkan akan sangat bervariasi, bergantung pada
aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal kira-kira 100ml/hari;
(3) feses, sejumlah sekitar 100ml/hari; (4) urin, yang disekresikan oleh ginjal
sekitar 1400ml/hari (Guyton and Hall, 2007)
Faktor-faktor yang mempengaruhi mikturisi antara lain: (1) banyaknya air
yang di konsumsi, (2) pengaruh hormon, (3) pengaruh suhu, (4) jenis penyakit.
Hormon yang mempengaruhi selama proses terbentuknya urin termasuk
angiotensin II, aldosteron, norepinefrin, epinefrin, endotelin, dan hormon
antidiuretik (ADH).
Beberapa jenis penyakit yang kemungkian dapat mempengaruhi mikturisi
antara lain:
Diabetes mellitus. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia(peningkatan glukosa darah) dan gangguan metabolisme karbohidrat
Diabetes insipidus. Kerusakan nucleus supraoptikus atau jaras saraf darinukleus supraoptikus ke kelenjar hipofisis posterior menyebabkan sekresi
hormon antidiuretik menjadi sangat berkurang bahkan berhenti.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
23/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 23
Pengaruh Suhu. Jika suhu terlalu dingin, akan terjadi homeostasis untuk
mengurangi pengeluaran panas dan meningkatkan produksi panas. Salah satunya
adalah melalui vasokonstriksi pembuluh darah kulit.
Vasokonstriksi pembuluh darah kulit mengakibatkan naiknya tekanan arteri
pada daerah lainnya untuk menjaga keseimbangan.
.Jika tekanan arteri meningkat terlalu tinggi, volume darah akan naik
sehingga hipotalamus memberikan respon dengan cara mengurangi produksi
ADH sehingga permeabilitas TC-II dan duktus koligentes menurun yang akan
mengakibatkan reabsorbsi air menurun. Ginjal mengekskresikan lebih banyak
natrium dan air masing-masing karena natriuresis tekanan dan diuresis tekanan.
Hal ini akan meningkatkan ekskresi ginjal, yang akan mengakibatkan kandung
kemih seseorang cepat terisi dan lebih sering buang air kecil (miksi). (Hall, 2009)
Sebaliknya, jika suhu meningkat, akan terjadi vasodilatasi sehingga tekanan
arteri berkurang. Hipofisis posterior akan meningkatkan produksi ADH, sehingga
permeabilitas TC II dan duktus koligentes meningkat. Ekskresi ginjal akan
mengalami penurunan, dan reabsorpsi air akan meningkat. Hal tersebut
menyebabkan volume ekskresi urin akan lebih sedikti.
Karakteristik urin
- Urin terdiri dari 95 % air dan mengandung zat :1. Zat Buangan Nitrogen
Meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme
asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian kreatin fosfat
dalam jaringan otot.
2. Badan KetonDihasilkan dalam metabolisme lemak, normalnya dalam jumlah
yang kecil.
3. ElektrolitMeliputi ion Natrium, Klor, Kalium, Amonium,Sulfat, Fosfat,
Kalsium dan Magnesium
4. Hormon
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
24/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 24
Katabolit hormon ada secara normal dalam urine.
5. Berbagai Jenis ToksikZat kimia asin, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal
ditemukan dalam jumlah kecil.
6. Konstituen AbnormalMeliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan
keton, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus dan
dikeluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli.
- Warna : Urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jikakental. Urine segar biasanya jernih dan keruh jika didiamkan.
- Bau : Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jikadidiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet: misalnya, setelah
makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton
menghasilkan bau manis pada urine.
- Asiditas atau Alkalinitas : pH urine dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0,bergantung pada status asam basa cairan ekstrasel.
- Berat Jenis Urine : Berkisar antara 1,001 sampai 1,035, bergantung padakonsentrasi urine. Jika konsentrasi zat terlarut lebih besar, maka urin
akan menjadi hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma, dan berat jenis
urin lebih tinggi.
- Volume dan Viskositas Urine : Volume Urine yang dihasilkan bervariasi.Jika Volume Urine tinggi, zat buangan dalam larutan encer, hipotonik
(hipo-osmotik) terhadap plasma. Jika tubuh perlu menahan air, dalam arti
tubuh kekurangan asupan cairan, maka urine yang dihasilkan kental
sehingga volume urine yang dihasilkan sedikit namun tetap mengandung
jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan.
Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan produksi urin. Caffeine
yang terkandung dalam kopi menyebabkan dilatasi arteriol aferen, sehingga
meningkatkan GFR dan meningkatkan kecepatan pembentukan urin. Oleh sebab
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
25/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 25
itu, seseorang yang mengkonsumsi caffeine cenderung akan sering buang air
kecil.
Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa oleh Ginjal
Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan urin
yang asam atau yang basa. Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa
oleh ginjal adalah sebagai berikut :Sejumlah besar HCO3-
difiltrasi secara terus
menerus ke dalam tubulus, bila HCO3-
ini diekskresikan ke dalam urin, keadaan
ini menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H+ juga diekskresikan ke
dalam lumen tubulus sehingga menghilangkan asam dari darah.
Bila H+ disekresikan berlebih, hanya sebagian kecil dari kelebihan ion
hidrogen tersebut yang diekskresikan dalam urin. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sistem Dapar Fosfat.Kelebihan H
+berikatan dengan HPO4
-membentuk H2PO4
-. Ion
hidrogen tersebut dapat diekskresikan sebagai garam natrium (NaH2PO4),
dengan membawa serta kelebihan ion hidrogen.
2. Sistem Dapar Amonia.Sistem dapar amnonia yang terdiri atas ammonia (NH3) dan ion
ammonium (NH4+). Di dalam tubulus koligentes, penambahan ion NH4
+
ke cairan tubulus terjadi melalui mekanisme yang berbeda. Di sini, H+
disekresikan oleh membran tubulus ke dalam lumen. Kemudian NH3
yang bersifat permeabel tehadap membran tubulus berikatan dengan ion
hidrogen tersebut dan membentuk NH4+ , tetapi membran tubulus tidak
permeabel terhadap NH4+
sehingga ion ammonium di keluarkan dalam
urin.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
26/27
Problem Based Learning : Blok Urinari I Page 26
RINGKASAN
Ginjal adalah organ ekskresi utama. Ginjal terdiri atas dua lapisan: korteks
dan medula.
Nefron adalah unit fungsional ginjal yang terdiri dari:
(1)Renal corpuscle (kapsul Bowman dan Glomerulus)(2)Tubulus (kontortus proximal, ansa Henle pars desenden dan asenden,
kontortus distal, tubulus koligentes, dan duktus koligentes)
Selain ginjal, organ-organ yang berperan dalam mikturisi antara lain: ureter,
vesica urinaria, dan uretra.
Fungsi utama ginjal, antara:
(1) Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing
(2) Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
(3) Pengaturan osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit
(4) Pengaturan keseimbangan asam-basa
(5) Sekresi, metabolisme, dan ekskresi hormon
Proses pembentukan urin adalah sebagai berikut:
(1)Filtrasi yang menghasilkan urin primer, terjadi pada bagian glomerulusdan kapsula Bowman. Urin primer mengandung air, glukosa, asam
amino, garam-garam, urea, dan zat-zat terlarut lainnya.
(2)Reabsorpsi bahan-bahan yang masih digunakan oleh tubuh. Prosestersebut menghasilkan urin sekunder, dan terjadi di tubulus kontortus
proximal. Urin sekunder tidak mengandung glukosa, dan asam amino.
(3)Augmentasi terjadi di piramida medula ginjal, tepatnya di tubuluskontortus distal dan tubulus/duktus koligentes. Urin sesungguhnya
dihasilkan dari augmentasi.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin, dan
juga yang mempengaruhi aktivitas berkemih itu sendiri. Beberapa faktor-faktor
yang berperan antara lain adalah: hormon, sistem persarafan, asupan air harian,
suhu, tingkat aktivitas fisik, dan jenis penyakit.
Ginjal mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkolisis dengan mengekskresikan urin asam atau urin alkali.
-
8/2/2019 SISTEM URINE BLOK PBL
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore Dengan Korelasi Fungsional. Ed.9. In:
Anggraini D, Sikumbang TMN, editors. Jakarta: EGC.; 2003. p. 247-61.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In: Rachman LY, Hartanto
H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC.; 2007. p. 307-08, 313,
324, 326-30, 339-42, 351-54, 359-60, 367-69, 373-75, 377, 401, 403, 405,
408-12.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In: Rachman LY, Hartanto
H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC.; 2009. p. 134, 560
Guyton AC, Hall JE. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. In: Petrus A,
editor. Ed. 3. Jakarta: EGC.; 2000. p. 315-316.
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. In: Dany F, editor.
Jakarta: EGC.; 2007. p. 369, 371, 373, 375, 377-80, 385-87.
Silbernagl S, Despopoulos A. Color Atlas Physiology. Germany: Thieme.; 2003.
Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. In: Widyastuti P, editor. Jakarta:
ECG; 2004. p. 214, 318-329.
Wibowo DS, Paryama W. Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.; 2007.
p. 419-34.