skill lab.pdf

Upload: anonymous-yqey21o2hk

Post on 07-Aug-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    1/48

    PENUNTUN SKILLS LAB

    BLOK 1.2

    KARDIORESPIRASI

    1. Pemeriksaan tanda vital

    2. Linea / regio dinding Toraks (inspeksi /proyeksi organ)

    3. Toraks 1 (Jantung - Paru)

    4. Jugular Venous Pressure / JVP

    5. Balutan 1 : Menghentikan perdarahan akut(tekanan langsung & tekanan titik)

    Edisi 2

    Oktober 2010

    TIM PELAKSANA SKILLS LAB

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    2/48

    1

    PENGANTAR

    Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena telah berhasil

    menyelesaikan pembuatan penuntun skills lab Blok 1.2. Kardiorespirasi ini. Adapun kegiatan skills lab

    pada blok 1.2 terdiri dari (sudah termasuk pertemuan untuk evaluasi sumatif):1. Pemeriksaan fisik umum: 4 x pertemuan

    2. Prosedural menghentikan perdarahan akut 2 x pertemuan

    Kedua ketrampilan di atas merupakan kompetensi yang perlu diberikan kepada mahasiswa sehingga

    secara umum mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai seorang calon dokter.

    Penuntun skills lab ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan instruktur dalam

    melakukan kegiatan skills lab pada blok ini. Namun diharapkan juga mereka dapat menggali lebih

    banyak pengetahuan dan ketrampilan melalui referensi yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini

    akan memberikan manfaat bagi mahasiswa dan instruktur skills lab yang terlibat.

    Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya kepada pihak

    yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami ucapkan terima kasih.

    Tim Penyusun

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    3/48

    2

    DAFTAR TOPIK SKILLS LAB SETIAP MINGGU

    Minggu Ke Jenis keterampilan Topik Tempat

    I

    Ketrampilan pemeriksaanfisik

    Latihan: Pemeriksaantanda vital dan

    pengenalan proyeksiorgan

    Ruang skills lab

    Gedung EF

    II Latihan: PemeriksaanFisis Paru

    III Latihan: PemeriksaanFisis Jantung dan JVP

    IV Ujian

    VKetrampilan prosedural

    Latihan: Balutan 1.

    VI Ujian

    PENILAIAN:

    Nilai Akhir skills lab pada Blok 1.2 =

    2F + 1 P------------

    3

    Keterangan:F = Nilai Ketrampilan Pemeriksaan FisikP = Nilai Ketrampilan Prosedural

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    4/48

    3

    I. Seri Ketrampilan Pemeriksaan Fisik:

    1. Pemeriksaan tanda vital2. Linea / regio dinding Toraks(inspeksi /proyeksi organ).

    3. Toraks 1 (Jantung - Paru)4. Jugular Venous Pressure / JVP

    Edisi 2

    Oktober 2010

    TIM PELAKSANA SKILLS LAB

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    5/48

    4

    PENDAHULUAN

    Pada blok 1.1 mahasiswa telah diperkenalkan dengan pemeriksaan fisik umum dan

    pemeriksaan dasar sebagai prosedur utama yang harus dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon

    dokter dengan standar mampu melakukan dengan baik. Pada blok 1.2 ini mahasiswa dilatih

    untuk lebih mahir dalam melakukan pemeriksaan tanda vital berupa penilaian keadaan

    umum, status mental, tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas dan suhu. Di samping

    mampu memeriksa, mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan penilaian terhadap hasil

    pemeriksaan dengan baik, sehingga bisa mengenal kondisi patologis dengan tepat.

    Pada kegiatan skills lab ketrampilan pemeriksaan fisik pada blok 1.2 merupakan

    kelanjutan dari keterampilan pemeriksaan fisik blok 1.1. dengan tambahan materi:

    1. Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiorespirasi meliputi Regio/Linea di dinding toraks,

    inspeksi/ proyeksi organ-organ torak (jantung dan paru).

    2.

    Pemeriksaan fisik paru dan jantung3. Pemeriksaan Tekanan Vena Yugularis ( Jugular Venous Pressure / JVP)

    Secara umum latihan yang diberikan bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan

    pemeriksaan fisik sistem kardiorespirasi dan pemeriksaan JVP. Kegiatan di atas merupakan

    kemampuan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa kedokteran sehingga

    mereka dapat menerapkannya ketika menjadi seorang dokter.

    Ketrampilan pemeriksaan fisik ini ditunjang oleh ketrampilan yang sudah didapatkan

    oleh mahasiswa pada Blok 1.1. (Ketrampilan Berkomunikasi Sambung Rasa, Pemeriksaan

    Fisik). Sementara itu ketrampilan ini menunjang ketrampilan lain pada Blok berikutnya,yaitu:

    1. Blok 1.6 (RJP 1);

    2. Blok 2.2 Pemeriksaan Fisik Seluruh Tubuh 1;

    3. Blok 3.2 Toraks 2 (Pemeriksaan jantung lengkap) dan EKG 2;

    4. Blok 3.3 Toraks 3 (Pemeriksaan Paru Lengkap);

    5. Blok 4.3 Pemeriksaan Fisik emergensi ( medical emergency ) & EKG 3

    (Emergensi).

    Keterampilan ini akan bermanfaat sebagai dasar bagi keterampilan pemeriksaan fisik pada blok berikutnya. Waktu yang dibutuhkan untuk berlatih dan evaluasi formatif selama 6 x

    50 menit, atau 3 kali pertemuan yang terjadwal dan 2 x 50 menit untuk ujian (minggu ke-4).

    Latihan ketrampilan akan diadakan di ruang skills lab FK-Unand.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    6/48

    5

    I. PEMERIKSAAN TANDA VITAL

    1. TUJUAN PEMBELAJARAN:

    1.1. Tujuan Instruksional Umum:

    Setelah melakukan pelatihan ketrampilan klinik Pemeriksaan Fisik Tanda vital

    mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan tanda vital dan memberikaninterpretasi terhadap hasil pemeriksaan

    1.2. Tujuan Instruksional Khusus:

    1.2.1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan keadaan umum1.2.2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status mental1.2.3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tingkat kesadaran (skala Glasgow)1.2.4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tekanan darah , nadi, nafas dan

    suhu dan interpretasinya dengan benar

    2.

    STRATEGI PEMBELAJARAN:2.1. Responsi

    2.2. Bekerja kelompok

    2.3. Bekerja dan belajar mandiri

    3. PRASYARAT:- Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:

    Anatomi, Fisiologi dan Fisika.

    - Ketrampilan yang terkait:

    Ketrampilan komunikasi: perkenalan, interpersonal skillsHigines/Asepsis: Mencuci tangan

    4. TEORI

    PEMERIKSAAN FISIK TANDA VITAL

    Pengertian

    Hasil pemeriksaan tanda vital seorang dokter akan mampu menilai keadaan pasien

    secara umum. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih

    lengkap. Pemeriksaan tanda vital meliputi :1. penilaian keadaan umum,

    2. penilaian status mental / tingkat kesadaran

    3. pemeriksaan tekanan darah

    4. pemeriksaan nadi

    5. pemeriksaan nafas

    6. pemeriksaan suhu

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    7/48

    6

    Teori dan prosedur kerja Pemeriksaan Tanda Vital sudah

    dipelajari mahasiswa pada Skills Lab Blok 1.1. (Pemeriksaanfisik Umum). Sebagai tambahan pada blok 1.2 ini adalah

    mahasiswa akan mempelajari penilaian status mental/tingkat

    kesadaran, pemeriksaan denyut nadi dan pemeriksaan

    pernapasan

    I. Penilaian keadaan umum.

    Penilaian keadaan umum dilakukan saat seorang dokter pertama kali bertemu dengan

    pasien. Secara umum pasien dapat dinilai kondisi sakitnya dalam kondisi sebagai berikut :

    Tidak nampak sakit, masih bisa beraktifitas biasa Sakit ringan, tampak mulai terganggu aktifitas harian Sakit sedang, memerlukan istirahat tetapi masih dapat melakukan aktifitas pribadi Sakit berat, terbaring di tempat tidur dan perlu bantuan untuk melakukan aktifitas

    pribadi.

    II. Penilaian status mental / tingkat kesadaran

    Merupakan penilaian tingkat kesadaran berupa :

    1. Composmentis, sadar sepenuhnya, baik/sempurna

    2. Apatis, perhatian berkurang

    3. Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara

    4. Soporous, dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan5. Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada kornea, akan

    menutup kelopak mata)

    6. Koma, tidak memberi respon sama sekali

    7. Penilaian kesadaran juga dapat dilakukan dengan menggunakan Glasgow Coma

    Scale (GCS). Tabel GCS dapat dilihat pada halaman berikut.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    8/48

    7

    Tabel 1. Glasgow Coma Scale (GCS)

    No Membuka mata ( E ) Nilai1.2.3.4.

    SpontanTerhadap rangsang suaraTerhadap rangsangan nyeriTidak ada reaksi

    4321

    Motorik ( M )1.2.3.4.5.6.

    Menurut perintahDapat melokalisir rasa nyeriMengelak terhadap rangsangan nyeriGerakan fleksiGerakan ekstensiTidak ada reaksi

    654321

    Verbal ( V )1.2.

    3.4.5.

    Menjawab dengan benarJawaban tidak sesuai pertanyaan

    Jawaban salahSuara yang tidak ada artinyaTidak ada reaksinya

    54

    321

    Nilai GCS = (E+M+V).nilai terbaik = 15. Nilai terburuk = 3

    III. Penilaian Tekanan Darah

    Saat jantung berkontraksi dan relaksasi, sirkulasi darah menyebabkan tekanan pada

    dinding arteri. Tekanan darah arteri merupakan tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja

    pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Bila

    ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan darah saat ini

    disebut tekanan sistolik. Bila ventrikel relaksasi, aliran darah dari atrium menuju ke ventrikel,

    tekanan darah saat ini disebut tekanan diastolik. Selisih antara tekanan sistolik dan diastolik

    disebut tekanan nadi.

    Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu : curah jantung, tahanan

    pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri.

    Faktor lain yang menentukan tekanan darah adalah aktifitas fisik, stres emosi, nyeri, dan

    temperatur sekitar.Teknik Mengukur Tekanan Darah

    Alat pengukur tekanan darah disebut sfigmomanometer, ada 2 macam manometer yaitu :

    manometer air raksa/merkuri dan manometer aneroid (Gambar 1). Untuk mendapatkan

    pengukuran yang tepat lebar manset harus sesuai dengan ukuran lengan (Gambar 2).

    Pengukuran dapat dilakukan pada arteri apapun, yang dapat dilingkari manset di bagian

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    9/48

    8

    proksimal dan dapat diraba di bagian distal. Pengukuran pada arteri brakhialis paling sering

    dilakukan karena letaknya yang tepat.

    Agar dihasilkan pengukuran tekanan darah yang akurat terdapat beberapa langkah yang harus

    dilakukan :

    - Hindari merokok, minum caffein, olahraga 30 menit sebelum pemeriksaan.

    - Ruang pemeriksaan tenang.

    - Ukur setelah beristirahat selama 15 menit. Pemeriksaan dapat dilakukan dalamkeadaan berbaring, duduk dengan lengan diatur sedemikian rupa sehingga

    A. brakialis terletak setinggi jantung.

    - Lengan bebas dari baju, tidak ada arteriovenous fistula pada pasien yangdihemodialisis atau tanda-tanda lymphedema.

    - Palpasi A. brakialis.

    - Lengan pada posisi antekubiti, setinggi jantung – dekat pertemuan ruang interkostal 4dengan sternum.

    - Bila pasien duduk, letakkan lengan pada meja; bila pasien berdiri, lengan pada posisi pertengahan dada.

    IV. Penilaian Denyut Nadi ( Pulse )

    Denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Diperiksa dengan cara palpasi (perabaan) pada Arteri radialis pada pergelangan tangan. Pada tempat lain dapat juga

    dilakukan, seperti :

    Arteri brakialis pada lengan atas Arteri karotis pada leher Arteri poplitea pada belakang lutut Arteri femoralis pada lipat paha Arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki

    Gambar 2. Lebar manset sesuaiukuran lengan

    Gambar 1. Manometer air raksadan aneroid

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    10/48

    9

    Sifat-sifat nadi yang dinilai :

    1. Frekuensi (kecepatan) nadi

    Normal dewasa : 60-90 kali/menit, anak : 90-140 kali/menit

    2. Pengisian nadi (size)

    Ditentukan oleh pengisian saat sistole dan pengosongan saat diastole

    Gambar 2 Normal

    Tekanan nadi sekitar 30-40 mmHg. Kontur nadi yang normal adalah halus dan bulat.

    (gambar 2).

    3. Gelombang nadi (wave)

    Ditentukan oleh kecepatan pengisian dan pengosongan nadi. Gelombang nadi sangat

    erat hubungannya dengan pengisian nadi, makin besar pengisian maka makin besar

    gelombang nadi

    4. Irama nadi

    Pada orang normal irama nadi teratur, disebut pulsus reguler.

    5. Tekanan (tension)

    Cara : Dengan memberi tekanan pada A. radialis kanan. Jari ke-2 menekan A. radialis

    makin kuat sambil jari ke-3 dan ke-4 merasakan ada atau tidak denyut jantung.

    6. Dinding pembuluh darah (kontur)

    Diraba pada A. br.akialis. Arteri yang baik pada palpasi terasa dindingnya kenyal.

    7. Pulsasi vena

    Pulsasi vena tidak dapat diraba seperti halnya arteri, hanya dapat dilihat (inspeksi) dan

    sebaiknya diperiksa pada vena jugularis eksterna.

    V. Penilaian pernapasan (respirasi)

    Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi, frekuensi napas normal 14-20 kali permenit (lihat gambar

    3).

    Gambar 3. Pernapasan normal

    .

    Yang harus diperhatikan pada pernapasan

    adalah : kecepatan, irama, usaha bernapas

    (effort of breathing ), pola pernapasan,

    pengunaan otot-otot pernapasan tambahan

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    11/48

    10

    a. Kecepatan pernapasan

    Adalah jumlah inspirasi permenit. Kecepatan pernapasan lebih rendah dan kurang teratur

    dibandingkan dengan denyut nadi, maka harus dihitung semenit untuk mengurangi

    kesalahan.

    Kecepatan meningkat pada keadaan :

    Emosional seperti ketakutan atau cemas Kelainan metabolik :

    - Diabetes melitus

    - Kelainan paru-paru (emfisema)

    Kelainan dinding torak yang menghalangi pelebaran dada, misalnya : miastenia

    gravis

    Kecepatan respirasi berkurang pada keadaan : depresi sistem saraf, misalnya kelebihan

    sedasi dan anestesi.

    b. Kedalaman pernapasan

    Kedalaman pernapasan pada umumnya menggambarkan tidal volume, jumlah udara yan

    diambil setiap pernapasan. Pada dewasa normal tidal volume antara 300-500 ml. Volume

    udara inspirasi sebenarnya hanya dapat ditentukan dengan spirometer. Untuk

    memperkirakan kedalaman pernapasan, observasi dada ketika naik dan turun, nilai usaha

    yang dibutuhkan untuk bernapas. Pernapasan hendaklah agak lambat. Tentukan apakah

    pernapasan dangkal (superfisial), sedang atau dalam. Napas yang dangkal menunjukkan

    kerusakan pada dada seperti tulang iga patah. Pernapasan dalam menunjukkan kelainan

    saraf, seperti cerebrovascular accident.

    c. Jenis pernapasan

    - Thorakal

    Rongga toraks mengembang dan mengempis sesuai dengan irama inspirasi dan ekspirasi.

    Umumnya wanita mempunyai pernapasan torakal.

    - Abdominal

    Inspirasi seirama dengan pengembangan perut dan ekspirasi dengan pengempisan perut.Umumnya pada laki-laki dan anak-anak.

    - Thorakoabdominal

    Unsur torakal lebih dominan. Sering pada laki-laki dan anak-anak.

    - Abdominotorakalis

    Unsur abdomen lebih dominan

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    12/48

    11

    d. Perubahan bau napas

    - Bau alkohol : pada intoksikasi- Bau urin ; pada uremia (gagal ginjal kronk)- Bau aseton : pada koma diabetikum (ketoasidosis), kelaparan- Bau amis/terasi (fetor hepatikum) : pada koma hepatikum

    - Bau busuk : - oral higine buruk- Stomatitis

    - Periodontis

    - Tonsilitis

    - Rhinitis atrofik

    - Abses paru

    - Bronkiektasis

    Perhatikan simetris dinding dada pada saat mengembang waktu inspirasi. Keadaan

    asimetris dapat disebabkan oleh kelainan otot, tulang iga patah, atau paru-paru collap.

    Perhatikan otot dada atau otot abdomen yang bekerja. Wanita biasanya bernapas dengan otot

    dada, sedangkan laki-laki dan anak-anak memakai otot abdomen. Perhatikan juga otot lain

    yang bekerja pada pernapasan, misalnya otot skalenus, sternocleidomastoideus dan otot

    abdomen. Pemakaian otot tersebut biasanya pada keadaan penyakit paru-paru kronis atau

    respiratory distress .

    VI. Penilaian Suhu tubuh

    Suhu tubuh menunjukkan perbedaan antara jumlah energi yang dihasilkan oleh tubuhdengan jumlah energi yang hilang. Dalam keadaan normal suhu tubuh dipertahankan dalam

    batas normal, hal ini diatur oleh pusat pengaturan panas ( thermoregulatory ) pada

    hipotalamus. Sistem ini mengatur keseimbangan antara panas yang dihasilkan oleh sistem

    metabolisme pada tubuh seperti menggigil, kontraksi otot, penyakit, olahraga, peningkatan

    aktifitas kelenjar tiroid dengan panas yang hilang sepertu konduksi, konveksi dan evaporasi.

    Suhu tubuh normal 36 oC-37,5 oC. Bila produksi panas berlebihan akan menyebabkan

    demam/ peningkatan suhu tubuh (hyperthermia). Kebalikannya, bila aktifitas berlebihan

    dapat menyebabkan suhu tubuh menurun disebut hypothermia. Posisi termometer

    a. Oral

    Pemeriksaan secara oral dengan memasukkan ujung termometer kaca di bawah bagian

    depan lidah lalu mulut ditutup selama 3-5 menit, kemudian baca hasilnya. Letakkan

    kembali termometer di bawah lidah beberapa menit, baca hasilnya. Bila suhu masih

    bertambah, ulangi prosedur sampai temperatur tetap. Sebelum pemakaian, termometer

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    13/48

    12

    dikocok agar kolom air raksa berada dibawah 35,5 oC. Dilakukan pada pasien dewasa yang

    sadar. Sebelum pemeriksaan pasien tidak bernapas memalui mulut, tidak minum air panas,

    air dingin dan tidak merokok selama 15 menit. Faktor-faktor tersebut menyebabkan hasil

    pembacaan tidak tepat.

    Kemungkinan kesalahan yang terjadi :

    Penderita tidak menutup mulut dengan rapat Penderita baru minum es atau air panas (pemeriksaan diundur 10-15 menit) Penderita bernapas melalui mulut Terlalu cepat menilai Merokok (15 menit sebelumnya)

    Cara oral, kontra indikasi dilakukan pada pasien dengan kerusakan mulut, setelah operasi

    mulut, anak-anak, pasien tidak sadar, batuk-batuk, kejang dan menggigil. Keadaan ini akan

    menyebabkan termometer pecah.

    Pada pemakaian termometer elektronik, pembacaan suhu setelah 10 detik. Suhu oral rata-

    rata 37 oC (98,6 oF), pada pagi hari suhu dapat mencapai 35,8 oC, siang dan sore hari 37,3 oC.

    b. Aksila

    Cara pengambilan suhu melalui aksila dengan meletakkan ujung termometer pada

    ketiak/aksila. Pasien memegang tangan yang lain melalui dada, sehingga posisi termometer

    tetap. Bila pasien tidak mampu, pemeriksa yang memegang termometer tersebut.

    Temperatur melalui aksila dibaca setelah 5-10 menit. Cara ini dilakukan pada pasien yang

    tidak bisa menutup mulut secara oral, misalnya deformitas mulut, operasi mulut, pasien

    yang memakai oksigen. Pengukuran dengan termometer digital dilakukan selama 30 detik.c. Rektal

    Penderita berbaring pada 1 sisi dengan paha difleksikan. Ujung termometer diberi pelumas,

    masukkan ke anus sedalam 3-4 cm, baca setelah 3 menit. Pada pemakaian termometer

    elektronik, pembacaan suhu setelah 10 menit. Suhu rektal lebih tinggi 0,4-0,5 oC

    dibandingkan suhu oral.

    d. Membran timpani

    Pengukuran suhu pada membran timpani lebih praktis, cepat, aman. Pastikan kanalis

    auditorius eksternal tidak ada cerumen. Posisi sinar infra merah ditujukan ke membrantimpani (jika tidak, pengukuran kurang valid). Tunggu 2-3 detik sampai suhu digital

    muncul. Cara tersebut merupakan pengukuran suhu inti tubuh, lebih tinggi 0,8 oC

    dibandingkan suhu oral.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    14/48

    13

    5. PROSEDUR KERJA

    Dalam skills lab ini, alat yang dibutuhkan dan prosedur kerja dapat dilihat pada penuntun skills lab blok 1.1.. Adapun urutan kerja adalah sebagai berikut:

    A. Penilaian Tingkat Kesadaran.B. Pengukuran Tekanan DarahC. Pengukuran Denyut NadiD. Pemeriksaan pernafasanE. Pemeriksaan Suhu Tubuh

    A. Penilaian Tingkat Kesadaran:

    Alat dan bahan : kapas (refleks kornea)

    Prosedur kerja:

    1. Pada pasien yang sadar , berikan pertanyaan seperti perjalanan penyakit, orientasi tempat dan

    waktu. Bila bisa dijawab dengan baik , penderita dinilai komposmentis

    2. Bila tidak direspon dengan baik, berikan rangsangan nyeri kepada pasien seperti menekan

    daerah tulang dada atau menekan daerah betis bagian belakang, menyentuh daerah kelopak

    mata dengan kapas

    3. Respon yang diperoleh menunjukkan tingkat kesadaran pasien.a. Apatis, bila perhatiannya berkurang

    b. Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicarac. Soporous, dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakand. Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada kornea, akan menutup

    kelopak mata)e. Koma, tidak memberi respon sama sekali

    4. Hal yang sama dilakukan bila mengguinakan Glasgow coma scale , namun hasil

    dinyatakan dalam bentuk angka, yang kemudian hasil dari angka tersebutmenggambarkan kondisi kesadaran pasien.

    B. Pengukuran tekanan Darah:

    Alat: spygmomanometer air raksa

    Cara Mengukur Tekanan Darah

    - Lilitkan manset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas sehingga batas

    bawah manset tersebut sekitar 2,5 cm diatas fosa antekubiti, manset diletakkan pada

    permukaan depan medial lengan.

    - Mula-mula tentukan tekanan sistolik dengan palpasi. Tekanan darah diukur dengan

    palpasi agar kesenjangan auskultasi ( auscultatory gap = interval diam antara tekanan

    sistolik dan diatolik) masih dapat dideteksi. Raba denyut A. radialis dan pompalah

    manset sampai denyut tak teraba lagi. Perlahan-lahan kempiskan manset dan catatlah

    angka pada saat denyut teraba lagi. Ini adalah tekanan sistolik (gambar 3).

    - Letakkan stetoskop dengan ringan di atas A. brakialis ( fossa cubiti ).

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    15/48

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    16/48

    15

    Gambar 7. Pemeriksaan nadi

    Pengukuran Denyut Nadi

    Alat: stop watch / jam

    Cara pemeriksaan :

    - Biasanya pada pergelangan tangan kanan.

    - Pemeriksa berada di kanan, dengan

    menggunakan 2 ujung jari (jari ke-2,3) tangan

    kanan yang ditempelkan pada A. radialis.

    Tekan A. radialis sampai teraba pulsasi yang

    maksimal (gambar 7)

    - Bila denyut nadi teratur, hitung kecepatan

    selama 15 detik, lalu dikalikan 4.

    - Bila denyut nadi tidak teratur (aritmia), hitung selama 60 detik. Dihitung juga denyut

    jantung dengan menggunakan stetoskop.

    - Periksa pada lengan kanan dan kiri.

    Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran:

    Hasil dilaporkan berupa jumlah denyut per satu menit atau 60 detik

    Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut adalah penekanan nadi terlalu

    kuat, sehingga terlewatkan denyut pertama yang terasa

    C. Pemeriksaan pernapasan:

    Alat : stop watch

    Cara pemeriksaan pernapasan1. Pasien melepaskan baju sesuai kebutuhan2. Perhatikan gerakan pernapasan melalui gerakan dada pasien (lakukan jangan

    sampai pasien merasa malu)3. Kadang-kadang diperlukan palpasi pada dinding dada untuk membandingkan

    gerakan kiri dan kanan.4. Selama inspirasi, perhatikan gerakan dinding lateral dada, pembesaran sudut

    epigastrium dan ekstensi anterior-posterior.5. Selama ekspirasi, perhatikan gerakan dinding dada, sudut epigastrium dan

    anterior-posterior kembali ke posisi semula.

    6. Perhatikan otot-otot yang bekerja pada pernapasan.7. Buat catatan mengenai irama, frekuensi dan gerakan dinding dada abnormal

    Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran: Nyatakan jumlah nafas satu menit, tipe pernafasan serta ada tidaknya gerakantambahan di dinding dada.

    Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut;

    Ketepatan dalam menghitung jumlah pernafasan, Faktor kooperatif pasien

    sangat menentukan

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    17/48

    16

    D. Pemeriksaan Suhu Tubuh:

    Alat : termometer aksila

    Cara Pemeriksaan Suhu Tubuh (melalui aksila)

    1. Pemeriksa berada pada sisi kanan pasien

    2. Terangkan pada pasien cara pemeriksaan

    3. Pasien berada pada posisi duduk atau prone position

    4. Goyang termometer sampai air raksa turun 35,5 oC

    5. Letakkan termometer pada ketiak

    6. Tunggu 5-10 menit, catat hasilnya

    Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran:

    Dilaporkan angka yangg sesuai dengan permukaan air raksa

    Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut

    - Sebelum memulai pengukuran ,permukaan air raksa tidak berada dalam posisi

    terendah

    - permukaan aksilla tidak kering

    BUKU YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI RUJUKAN

    1. Adams. Textbook of Physical Diagnosis.17 ed.Williams & Wilkins.1987

    2. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar.

    EGC 1996

    3 Buku Ajar Fisis Diagnostik Penyakit Dalam FK Unand. Editor Nusirwan Acang, dkk ,

    Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    AndalasPadang, 2008

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    18/48

    17

    4. EVALUASI

    CHECKLIST PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

    Nama :

    BP :

    Tanggal :

    No Aspek Yang DinilaiSKOR

    1 2 3 4A Persiapan

    1. Mengucapkan salam2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan3. Menyiapkan alat yang diperlukan4. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien5. Pasien tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka

    B Anamnesis6. Menilai status mental penderita7. Menilai tingkat kesadaran (GCS)

    C Inspeksi8. Menilai bentuk pernafasan 9. Melaporkan jumlah pernafasan permenit

    D Palpasi 10. Melaporkan jumlah denyut nadi permenit11. Menilai sifat nadi12. Melaporkan suhu tubuh pasien

    D Auskultasi 13.Melaporkan posisi bunyi korotkof I14. Melaporkan posisi bunyi korotkof II

    E Kesimpulan JUMLAH

    Penilaian:Untuk nomor 1-5: Untuk nomor 6-14:

    1= tidak dilakukan 1 = Tidak dilakukan2= dilakukan 2 = Dilakukan dan perlu banyak perbaikan

    3 = Dilakukan dan perlu sedikit perbaikan4 = Dilakukan dengan sempurna

    Nilai akhir= total skor x 10046

    Nilai akhir = ..............................

    Padang, ...........................2010Instruktur,

    (............................................)

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    19/48

    18

    II. LINEA / REGIO PADA DINDING TORAKS

    (INSPEKSI / PROYEKSI ORGAN )

    2.1. TUJUAN PEMBELAJARAN:

    Setelah mengikuti kegiatan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa dapat mengenali

    dan mengidentifikasi proyeksi organ pada dinding Toraks.

    2.2. TEORI

    PROYEKSI ORGAN

    Rongga toraks dibentuk oleh :

    - Clavicula- Sternum- Tulang iga (kostae)- Scapula

    - Vertebrae Thoracalis- Otot-otot dinding Toraks

    Besar rongga toraks bervariasi, pada orang dewasa diameter anterior – posterior lebih

    kecil dari diameter transversal.

    Anatomi Dan Fisiologi Toraks

    Pelajarilah kembali anatomi dinding dada kenalilah struktur-struktur yang

    terdapat pada gambar di bawah ini (Gambar 1).

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    20/48

    19

    Dalam mendeskripsikan hasil pemeriksaan toraks, anda perlu dapat menghitung kosta

    beserta spatium interkostalis dengan benar. Angulus sternalis adalah petunjuk yang baik.

    Untuk menemukannya, temukanlah dahulu fossa suprasternalis, kemudian gerakkan jari anda

    ke bawah sejauh kurang lebih 5 cm, untuk sampai pada tonjolan tulang horisontal yang

    menghubungkan antara manubrium sterni dengan korpus sterni. Kemudian gerakkan jari anda

    ke lateral untuk menemukan kosta kedua. Spatium interkostalis yang langsung berada di

    bawahnya adalah spatium interkostalis ke dua. Dari sini, dengan menggunakan dua jari anda

    dapat menyelusuri kosta ke bawah, secara miring ke lateral sesuai dengan garis merah pada

    gambar. Jangan menyelusuri tepi sternum, karena di daerah ini kosta sangat rapat. Kenalilah

    bahwa hanya 7 buah kartilago kosta yang melekat pada sternum. Kartilago kosta ke 8, 9 dan

    ke 10 menempel pada kartilago kosta di atasnya, sedangkan kartilago kosta ke 11 dan ke 12

    berujung bebas (Gambar 2).

    Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal untuk

    menghitung kosta dan spatium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk mendiskripsikelainan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga apabila penghitungan dari

    depan tidak memuaskan atau meragukan. Mula-mula dengan satu jari tangan, tekanlah tepi

    bawah kosta ke arah dalam dan atas, temukanlah kosta ke 12. Kemudian merambatlah ke atas

    pada spatium interkostalis secara miring ke atas dan melingkar ke dinding depan dada

    (gambar 3)

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    21/48

    20

    Selain itu, ada juga tanda-tanda tulang lain yang dapat dipakai sebagai patokan.

    Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang sama dengan kosta ke-7. Lokasi

    kelainan dapat juga disebutkan dengan menggunakan letak prosesus spinosus dari vertebrae.

    Pada waktu seseorang menundukkan kepala, maka prosesus spinosus yang paling menonjol

    adalah prosesus yang sama menonjol, mereka adalah milik vertebra servikal 7 dan torakal. 1.

    Prosesus spinalis di bawahnya dapat dikenali dan dihitung terutama apabila vertebra dalam

    keadaan fleksi.

    Selain itu, hasil pemeriksaan dapat dilokalisir menurut garis imajiner (linea) yang

    ditarik pada dinding dada (Gambar 3a ).

    Perhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan

    asimetris (voussure cardiaque ), yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertrofi

    dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.

    Garis (linea) imajiner pada permukaan badan yang penting pada permukaan dada,

    ialah (Gambar 3) :

    - Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)

    - Garis tengah klavikular ( mid clavicular line/MCL)

    - Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)

    - Garis para sternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL)

    Garis-garis tersebut ini perlu untuk menentukan lokasi kelainan yang ditemukan pada

    permukaan badan.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    22/48

    21

    Gambar 3. Letak Garis Anatomi Pada Permukaan Badan

    Selain itu terdapat istilah lain yang biasa dipakai misalnya supraklavikuler (di atas

    klavikula), infraklavikuler (di bawah klavikula), interskapula (di antara dua skapula), dan

    infra skapula (gambar 4)

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    23/48

    22

    Proyeksi Paru Pada Dinding Dada

    Pada waktu memeriksa Toraks, ingatlah akan lokasi paru beserta lobus-lobusnya.

    Lokasi ini dapat diproyeksikan pada dinding dada. Kunci proyeksi lokasi ini terletak pada

    antara lain :

    a. Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga medial klavikula

    b. Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pada linea midclavikula, dan menyilang

    kosta ke 8 pada linea midaxilaris.

    c. Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level prosesus spinosus vertebra

    thorakalis ke 10.

    d. Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi dalam

    (Gambar 5).

    Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fisura yang obliq, menjadi lobus superior

    dan lobus inferior. Pada dinding dada posterior,. lokasi fisura obliq ini kira-kira sesuai dengan

    garis obliq yang ditarik dari prosesus spinosus thorakalis ke 3 ke bawah lateral. Garis ini

    berdekatan dengan batas bawah skapula ketika lengan diangkat ke atas kepala (Gambar 6 ).

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    24/48

    23

    Paru kanan dibagi lagi oleh fisura horisontal menjadi lobus superior dan lobus medius, Fisura

    ini melintang dari linea mid axilaris kanan setinggi kosta ke 5 ke medial setinggi kosta ke 4

    (Gambar 7).

    Biasanya, anda harus mendeskripsikan hasil pemeriksaan dengan istilah: daerah paru

    atas, tengah, atau bawah. Suatu kelainan pada daerah paru kanan atas, misalnya, berarti

    berasal dari lobus kanan atas, sedangkan kelainan pada daerah paru kiri bawah berasal dari

    lobus inferior kiri. Sedangkan pada pemeriksaan dinding dada sisi lateral kanan, kelainan

    dapat berasal dari 3 lobi paru kanan.

    Oleh karena hasil pemeriksaan toraks dipengaruhi oleh jarak antara dinding dada

    dengan trakhea dan bronchi yang besar, maka lokasi dari organ-organ tersebut harus dikenali.

    Perhatikan bahwa trakhea bercabang di daerah setinggi angulus strenalis (di depan) atau prosesus spinalis vertebra thorakalis ke 4 (di belakang).

    Bernafas adalah suatu aksi otomatik yang diatur oleh batang otak dan dilakukan oleh

    otot-otot respirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostales berkontraksi,

    membesarkan volume rongga toraks, dan memekarkan paru di dalam rongga pleura.

    Dinding dada bergerak ke atas, depan, dan ke lateral. Selama diafragma bergerak turun.

    Setelah inspirasi berhenti, paru mengempis, diafragma secara pasif akan naik dan dinding

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    25/48

    24

    dada akan relax seperti semula. Apabila nafas terpacu oleh karena olahraga atau penyakit,

    maka ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot trapezius, sternomastoid, dan otot scalenus

    di leher selama inspirasi, dan otot-otot abdominal selama ekspirasi. Amatilah otot-otot leher

    anda di depan cermin pada waktu anda menarik nafas sedalam mungkin.

    Suara nafas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui paru diteruskan ke dinding

    dada, sehingga anda dapat mendengarnya dengan stetoscope. Jaringan yang dilalui oleh

    udara pernafasan, meredam dan menyaring suara nafas ini. Sehingga yang anda dengar pada

    waktu pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut dengan frekuensi rendah pada waktu

    inspirasi, dan akan melemah dan kemudian menghilang pada awal ekspirasi.

    PROYEKSI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR PADA DINDING DADA

    Pada umumnya jantung diperiksa pada dinding depan dada. Sebagian besar dari

    permukaan depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel ini bersama dengan arteri pulmonalius merupakan suatu bentuk baji yang terletak setinggi perbatasan antara sternum

    dengan processus xiphoideus. Kemudian ventrikel kanan ini menyempit ke atas dan bersatu

    dengan arteria pulmonalis pada daerah kartilago kosta ke 3 kiri di dekat sternum (Gambar 8).

    Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan jantung,

    terletak di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian ventrikel kiri ini

    penting secara klinis, karena merup akan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis. Iktus

    kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang biasanya ditemukan pada spatium

    interkosta ke- 5. 7-9 cm dari linea midsternalis (Gambar 9).

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    26/48

    25

    Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak di belakang, dan

    tidak dapat diperiksa secara langsung. Walaupun demikian, sebagian kecil dari atrium inimembentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan ventrikel kiri. Di

    atas jantung terdapat pembuluh darah besar, arteria pulmonalis, bercabang menjadi cabang

    kanan dan kiri. Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus sternalis,

    kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Di sebelah kanan, vena kava superior

    masuk ke antrium kanan (Gambar 10).

    Walaupun tidak digambarkan di atas, vena kava inferior juga masuk ke atrium kanan. Vena

    kava superior dan inferior membawa darah venous dari bagian tubuh atas dan bawah.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    27/48

    26

    III. TORAKS 1PEMERIKSAAN FISIS PARU

    3.1. Pendahuluan

    Modul ini dibuat agar para mahasiswa dapat mencapai kemampuan tertentu di dalam

    pemeriksaan sistem respirasi.

    3.2. Tujuan Pembelajaran

    3.2.1. Tujuan pembelajaran Umum:

    Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi meliputi :

    inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari sistem respirasi (paru)

    3.2.2. Tujuan Pembelajaran Khusus :

    a.

    Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan b. Mahasiswa mampu memberikan salam dan memperkenalkan diri.

    c. Mahasiswa mampu menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari

    pemeriksaan

    d. Mahasiswa mampu menyuruh pasien dengan sopan untuk membuka bajunya

    dan melakukan apa-apa yang disuruh oleh pemeriksa

    e. Mahasiswa mampu menyuruh pasien dengan sopan untuk tidur terlentang dan

    diikuti posisi duduk untuk dilakukan pemeriksaan sistem respirasi.

    f. Mahasiswa dapat mengambil posisi berdiri disebelah kanan pasieng. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi trakea

    h. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi toraks dalam keadaan statis dan

    dinamis (untuk melihat bentuk toraks dan gerakan pernapasan)

    3.2. Waktu Dan LokasiRuang skills lab dan 1 x pertemuan perminggu

    3.3. PrasyaratMengetahui anatomi toraks dan sistem respirasi ( anatomi)

    3.4. Teori Dasar

    Sistem Respirasi Saluran nafas bagian atas terdiri dari :

    - Oropharynx

    - larynx

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    28/48

    27

    Saluran nafas bagian bawah terdiri dari :

    - Trakhea- Bronkus utama kiri dan kanan- Bronkus- Bronkiolus terminalis- Bronkiolus respiratorius- Saccus alveolaius- Alveoli

    Gambar 11. Anatomi paru

    Pembagian Regio Paru

    Regio paru dapat dibagi mejadi :

    1. Regio Apikal

    2. Regio Medial

    3. Regio Basal

    Pemeriksaan Fisis Paru

    A. PEMERIKSAAN INSPEKSI

    Pada pemeriksaan inspeksi Toraks harus dilakukan dalam 2 kondisi yaitu: kondisi diam

    (statis) dimana pasien disuruh menahan napas untuk menilai bentuk dinding toraks dan dalam

    kondisi bernapas (dinamis) untuk menilai gerakan pernapasan. Dilakukan inspeksi dari depan,

    belakang, kiri dan kanan. Dalam keadaan normal secara inspeksi bentuk dan gerakan toraks

    adalah simetris baik dalam keadaan statis maupun dinamis.

    a. Beberapa Kelainan Dinding Toraks :

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    29/48

    28

    i. Pigeon chest sternum ⅓ distal melengkung ke anterior, bagian lateral dinding

    Toraks kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi ricketsia dan kelainan

    congenital.(gambar 12)

    Gambar 12. Pigeon chest

    ii. Funnel chest bagian distal dari sternum terdorong kedalam / mencekung

    ricketsia/congenital (gambar 13)

    Gambar 13.Funnel chest

    iii. Flat chest Ø anterior – pasterior memendek etiologi bilateral pleuro pulmonary

    fibrosis.(gambar 14)

    Gambar 14. Flat chest

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    30/48

    29

    iv. Barrel chest (Toraks emfisematous) (gambar 15)

    - Ø ant-post memanjang

    - Iga-iga mendatar

    - Sela iga melebar

    - Sudut epigastrium tumpul

    - Diafragma mendatar

    Terdapat pada Penyakit Paru Obstruktif menahun

    (PPOM)

    Gambar 15. Barrel chest

    v. Scoliosis dari vertebra thoracalis perubahan bentuk dari rongga Toraks (Gambar 16

    dan 17)

    Gambar 16. Skoliosis Gambar 17. skoliosis

    vi. Kyphosis / gibbus dari vertebra thoracalis (gambar 18)

    Gambar 18. Kyphosis

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    31/48

    30

    vii. Unilateral Flattening : salah satu hemi Toraks menjadi lebih pipih, contoh pada

    fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)

    viii. Unilateral prominence, contoh :

    - Efusi Pleura yang banyak

    - Pneumo Toraks

    Perlu diperhatikan bentuk badan serta tanda-tanda khas yang terdapat pada seorang

    pasien, antara lain astenik, hipostenik, atau hiperstenik, berat badan normal, kurus atau

    gemuk, tanda-tanda bekas trauma dan adanya deformitas di dada, kelainan kongenital pada

    bentuk badan, dan lain-lain.

    b. Gerakan Pernapasan ( Respiratory Movement)

    Toraks ekspansi akibat aktivitas otot pernafasan dan secara pasif kemudian terjadi

    ekspirasi, frekwensi pernafasan normal 14-18/mnt, pada bayi baru lahir normal 44x/menit dansecara gradual berkurang dengan bertambahnya umur.

    Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol gerakan

    pernafasan bagian atas abdomen dan Toraks bagian bawah. Pada ♀ yang lebih berperan

    adalah musculus interkostal, gerakan pernafasan yang menonjol adalah gerakan rongga

    Toraks bagian atas.

    Dalam kondisi normal gerakan pernapasan yang terlihat dari dinding toraks adalah

    simetris kiri dan kanan. Sedangkan pada kondisi patologis misalnya bila terjadi kelainan pada

    paru atau pleura seperti pada penyakit tumor paru, atelektasis, efusi pleura, pneumotoraks dll.

    Maka akan terlihat gerakan pernapasan tertinggal pada sisi paru yang sakit.

    3.5. Prosedur Pemeriksaan Fisis Paru :

    1. Mahasiswa memberikan salam dan memperkenalkan diri.

    2. Mahasiswa menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan dan minta

    kesediaan pasien.

    3. Mahasiswa menyuruh pasien membuka bajunya dan menyuruh pasien agar melakukan

    apa-apa yang disuruh oleh pemeriksa

    4. Mahasiswa menyuruh pasien tidur terlentang dan diikuti posisi duduk untuk dilakukan

    pemeriksaan sistem respirasi. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai

    dengan pemeriksaan yang akan dilakukan

    5. Mahasiswa mengambil posisi berdiri disebelah kanan pasien

    6. Mahasiswa melakukan inspeksi trakea dan menujukkan linea-linea imajiner pada toraks.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    32/48

    31

    7. Mahasiswa melakukan inspeksi toraks dalam keadaan statis dan dinamis (untuk melihat

    bentuk toraks dan gerakan pernapasan) dari depan, belakang, samping kiri & kanan.

    IV. PEMERIKSAAN FISIS JANTUNG DAN JVP

    4.1. Tujuan Pembelajaran

    4.1.1. Tujuan Instruksional Umum

    Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik jantung dan JVP

    4.1.2. Tujuan Instruksional Khusus:

    4.1.2.1. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan mendeskripsikan bentuk

    toraks: Normal /Abnormal

    4.1.2.2. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi dan mendeskripsikan apex cordis:

    terlihat/tidak terlihat.

    4.1.2.3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP

    a. Mengidentifikasi letak Vena Jugularis Eksterna b. Mengidentifikasi Angulus Sterni Ludovicic. Mengidentifikasi batas pengisian tertinggid. Menginterpretasikan hasil JVP

    4.2. Waktu Dan Lokasi

    Ruang skills lab dan 1 x pertemuan perminggu

    4.3. Prasyarat

    a. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi)

    b. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi )

    c. Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika )

    4.4. Teori Dasar

    PEMERIKSAAN FISIS JANTUNG DAN JVP

    Pemeriksaan kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan frekuensi denyut

    jantung dan tekanan darah. Kemudian diperiksa pulsasi arteri, pulsasi vena jugularis, danakhirnya baru pemeriksaan jantung. Cara pemeriksaan frekuensi denyut jantung dan tekanan

    darah dapat dilihat kembali pada teknik pemeriksaan fisik dasar (Blok 1.1).

    1. Arteri Karotis

    Denyut arteri karotis diraba pada pangkal leher di daerah lateral anterior, denyut ini

    mencerminkan kegiatan ventrikel kiri. Gambaran nadi yang terjadi menyerupai gelombang

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    33/48

    32

    nadi yang terjadi pada arteri radialis. Pulsasi karotis yang berlebihan dapat timbul karena

    tekanan nadi yang besar, misalnya pada insufisiensi aorta ditandai dengan naik dan turunnya

    denyut berlangsung cepat.

    2. Tekanan Vena Jugularis Eksterna (JVP)

    Tekanan darah vena sistemik jauh lebih rendah dibandingkan dengan tekanan arterial. Ini

    tergantung pada kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya dari tekanan

    vena sistemik adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk menerima darah dan

    memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila ada faktor tersebut yang tidak

    normal, maka terjadi ketidaknormalan pada tekanan vena. Contohnya, tekanan vena akan

    turun apabila volume darah turun atau bila output ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik

    apabila jantung kanan gagal, atau kenaikan tekanan pada ruang perikardium menghambat

    kembalinya darah ke atrium kanan.

    Di dalam laboratorium, tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan. Karena sulit

    mendapatkan titik ini pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil, yaitu

    angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira-kira terletak 5

    cm di atas atrium kanan.

    Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di mana saja pada sistema vena,

    perkiraan tekanan atrial kanan, dengan sendirinya berarti juga menunjukkan fungsi jantung

    kanan, dilakukan pada vena jugularis interna. Apabila sulit menemukan vena jugularis

    interna, dapat dipakai vena jugularis externa. Tingginya tekanan vena ditentukan dengan

    menemukan titik di mana vena jugularis externa mulai kolaps. Jarak vertikal dalam sentimeter

    antara titik ini dengan angulus sternalis menentukan tekanan vena. Tekanan vena jugularis

    externa 2 cm di atas angulus sternalis ekuivalen dengan tekanan vena sentral 7 cm.

    3. Dada

    Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung. Di

    samping itu juga mempengaruhi faal pernafasan yang kemudian secara tidak langsung

    mempengaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung. Kelainan bentuk

    dada tidak selalu disertai atau mengakibatkan gangguan faal jantung. Kelainan bentuk dada

    dapat dibedakan antara kelainan kongenital atau kelainan yang didapat selama pertumbuhan badan. Deformitas dada dapat juga terjadi karena trauma yang menyebabkan gangguan

    ventilasi pernafasan berupa beban sirkulasi terutama bagi ventrikel kanan.

    Pada keadaan normal hanya ditemukan pulsasi apeks di apeks kordis dan dapat diraba

    pada jarak ± 8 cm dari garis midsternal pada ruang sela iga IV kiri dan dapat direkam dengan

    apeks kardiografi.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    34/48

    33

    Pulsasi abnormal dapat berupa pulsasi diatas ruang iga ke 3, dan ini merupakan pulsasi

    abnormal pembuluh darah besar. Pulsasi abnormal yang terada melebar sampai dibawah iga

    ke 3, berasal dari ventrikel kanan atau ventrikel kiri yang membesar.

    4.5. PROSEDUR KERJA

    A. PEMERIKSAAN FISIK

    Inspeksi.

    1. Mulai dengan melihat vena-vena servikala) Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena.

    b) Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus dan kepaladitinggikan 30 derajat dari garis horizontal

    c) Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung2. Inspeksi Prekordium

    a) Perhatikan kesimetrisan dada b) Tentukan lokasi apeks jantung

    B. PEMERIKSAAN JVPCara Pemeriksaan:

    Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis (Gambar 21-22):

    - Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.

    - Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan otot

    strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30

    derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.

    - Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak, kemudian dengan

    penggaris ukurlah jarak vertikal antara titik ini dengan angulus sternalis.

    - Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat mencari

    pulsasi vena jugularis externa.

    - Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini

    mempengaruhi hasil pemeriksaan.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    35/48

    34

    Gambar 21. Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari angulus sterni)

    Gambar 22. Pengukuran Tekanan Vena Jugular ( Jugular Venous Pressure/JVP )

    Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis. Pembendungan menunjukan

    adanya hipertensi vena, sehingga perlu diukur besarnya tekanan vena jugularis (Gambar 21.

    dan Gambar 22.). Bendungan vena bilateral, umumnya ditemukan pada gagal jantung kanan

    dan timbulnya bersamaan dengan pembengkakan hati, edema perifer, dan asites.

    Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal jantung kanan. Pengisisan vena jugularis

    paradoksal pada waktu inspirasi dapat terjadi misalnya pada pernafasan Kussmaul akibat efusi

    perikardial dan perikarditis konstriktif.

    Apabila dicurigai terjadinya kegagalan jantung kongestif, periksalah adanya

    abdominojugular (hepatojugular) reflux . Sesuaikan posisi penderita sehingga batas atas

    pulsasi vena jugularis jelas terlihat pada bagian bawah leher. Tempatkan telapak tangan anda

    pada tengah abdomen dan pelahan tekan ke dalam, dan tahan tekanan ini sampai 30 - 60 detik.

    Tangan harus hangat, dan penderita harus santai dan bernafas dengan mudah. Apabila tangan

    anda menekan daerah yang nyeri, geser ke daerah lain. Amatilah apakah ada kenaikan tekanan

    vena jugularis.

    ------------------------------------------

    REFERENSI :1. ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside-Mc.Glynn. 17th ed.2. Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Dr. Henny Lukmanto. Penerbit EGC. Cet. 4.

    tahun 1993.3. ADAMS. Textbook of Physical Diagnosis.17 ed.Williams & Wilkins.19874. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar.

    EGC 1996.5. Acang, N dkk. Buku Ajar Fisis Diagnostik Penyakit Dalam FK Unand (2008).

    Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Andalas.

    6. Tim Pelaksana Skills lab FK-Unand (2009), Penuntun Skills lab Blok 1.1. Edisi 1.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    36/48

    35

    PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 1.2PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIORESPIRASI

    Nama Mahasiswa :………………………….

    BP. : ………………………….. Kelompok:……………..

    No. Aspek PenilaianNilai

    1 2 3 41. Memberikan salam dan memperkenalkan diri.

    2.Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari

    pemeriksaan dan minta kesediaan pasien.

    3.Menyuruh pasien membuka baju, tidur terlentang atau posisiduduk sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

    4. Mengambil posisi berdiri disebelah kanan pasien

    INSPEKSI

    5. Melakukan inspeksi trakea dan menunjukkan linea-linea

    imajiner pada toraks.6. Melakukan inspeksi toraks dalam keadaan statis (untuk

    melihat bentuk toraks) dari depan, belakang, samping kiri &kanan.

    7. Mendeskripsikan bentuk toraks yang terlihat normal, atauAbnormal, seperti:

    - penonjolan asimetris- funnel chest- juvenile ricketsia- flat chest

    - vossoure cardiaque- pigeon breast- barrel chest

    8.Mendeskripsikan apex cordis: terlihat/tidak terlihat.

    9. Melakukan inspeksi toraks dalam keadaan dinamis (untukmelihat gerakan pernapasan) dari depan, belakang, sampingkiri & kanan.

    Total Nilai

    Penilaian:Untuk nomor 1-4: Untuk nomor 5-9:

    1= tidak dilakukan 1 = Tidak dilakukan2= dilakukan 2 = Dilakukan dan perlu banyak perbaikan

    3 = Dilakukan dan perlu sedikit perbaikan

    4 = Dilakukan dengan sempurna

    Nilai = Jumlah Total x 100 = ……….26

    Padang,.................................2010Instruktur

    ( ………………………… )

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    37/48

    36

    Seri: Ketrampilan Prosedural

    BALUTAN 1 : MENGHENTIKAN PERDARAHAN AKUT

    (TEKANAN LANGSUNG & TEKANAN TITIK) Edisi 2

    Oktober 2010

    TIM PELAKSANA SKILLS LAB

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG 2010

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    38/48

    37

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Definisi

    Tindakan penghentian perdarahan merupakan usaha untuk mengendalikan perdarahan

    pada pasien yang mengalami cidera yang mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan

    perdarahan aktif. Pada situasi tertentu perdarahan harus dapat dihentikan segera karena dapat

    mengakibatkan kematian. Perdarahan dapat terjadi internal pada organ bagian dalam, dan

    dapat juga terjadi perdarahan eksternal yang dapat terlihat pada permukaan tubuh.

    Terdapat beberapa teknik dalam menghentikan perdarahan eksternal seperti;

    mengelevasikan sumber perdarahan, penekanan langsung, penekanan tidak langsung,

    tourniquet, dan pemberian agen-agen pembekuan darah. Tiap-tiap teknik mempunyai

    kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun dapat juaga dilakukan secara bersamaan

    untuk mengontrol perdarahan.

    Beberapa terminologi yang digunakan pada modul ini :

    Perdarahan: keluarnya darah dari pebuluh darah akibat cidera atau akibat abnormalitas

    tertentu.

    Arteri: merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh

    tubuh.

    Vena: merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian tubuh ke jantung. Kassa/ dressing : merupakan material yang diletakkan pada luka. Kassa akan menyerap

    darah dan membentuk bekuan darah. Bekuan darah akan menyumbat sumber

    perdarahan. Kassa/ dressing juga akan melindungi luka dari kontaminasi dan cideralebih lanjut.

    Balutan/ bandage : merupakan material yang digunakan untuk memegang kassa/

    dressing, sehingga kassa tidak bergeser dari tempat yang diharapkan, dan sekaligus

    memberikan tekanan pada sumber perdarahan.

    Tourniquet : merupakan alat untuk menekan pembuluh darah pada ekstremitas dengan

    tujuan untuk menghentikan perdarahan pada bagian distal alat.

    Distal : merupakan petunjuk lokasi yang lebih jauh dari titik pedoman, pada topik ini

    jantung merupakan titik sentral. Tangan merupakan distal dari sendi siku, karenatangan lebih jauh dari jantung dibandingkan dengan siku. Distal merupakan lawan

    kata dari proksimal.

    1.2. Tujuan Skills Lab Menghentikan Perdarahan Akut

    Skills lab ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk dapat

    memahami cara menghentikan perdarahan luar dengan teknik penekanan langsung/ balut

    tekan dan penekan tidak langsung/ penekanan titik.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    39/48

    38

    1.3. Waktu dan Tempat

    Waktu : 2 x 50 menit (2 kali pertemuan)

    Tempat : ruang skills lab

    II. TUJUAN PEMBELAJARAN

    2.1 Tujuan umum

    Mahasiswa mampu melakukan penghentian perdarahan akut secara :

    Tekanan langsung & balut tekan Tekanan tidak langsung (tekanan titik)

    2.2 Tujuan Khusus

    Mahasiswa mampu melakukan :

    2.2.1 Identifikasi luka

    2.2.2 Identifikasi sumber perdarahan

    2.2.3 Memilih teknik penghentian perdarahan

    2.2.4 Teknik penghentian perdarahan secara tekanan langsung

    2.2.5 Teknik penghentian perdarahan secara tekanan titik

    III. STRATEGI PEMBELAJARAN

    3.1. Responsi

    3.2. Bekerja kelompok

    3.3. Bekerja dan belajar mandiri

    IV. PRASYARAT

    4.1 Menguasai anatomi pembuluh darah perifer

    4.2 Mengetahui jenis-jenis luka

    4.2 Mengetahui jenis jenis cidera pembuluh darah perifer

    4.3 Mengetahui patifisiologi pembekuan darah

    V. TEORIBALUTAN 1 : MENGHENTIKAN PERDARAHAN AKUT

    (TEKANAN LANGSUNG & TEKANAN TITIK)

    Tindakan penghentian perdarahan pada keadaan gawat darurat merupakan langkah-

    langkah yang dapat dilakukan dalam mengontrol perdarahan pada pasien yang mengalami

    cidera atau luka yang diakibatkan oleh penyakit tertentu. Kontrol perdarahan dapat dilakukan

    dengan beberapa teknik, diantaranya; penekanan langsung pada pembuluh darah, balut tekan,

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    40/48

    39

    dan penggunaan tourniquet yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan dengan menguasai

    teknik penggunaan, serta komplikasi yang terjadi. Kontrol perdarahan dapat juga dilakukan

    dengan melakukan pengikatan, koagulasi pembuluh darah dan penggunaan bahan kimiawi

    untuk menghentikan perdarahan.

    Untuk dapat melakukan tindakan penghentian perdarahan, perlu dipahami jenis-jenis

    luka dan perdarahan.

    a. Jenis-jenis luka

    Luka dapat dikategorikan dengan berbagai kriteria. Luka dapat dideskripsikan berdasarkan

    ukuran, ketebalan, bentuk pinggir luka, serta dasar luka. Secara umum luka dapat dibagi

    atas :

    Luka sayat ( incisions/ vulnus scissum ): disebabkan oleh benda tajam seperti ;

    pisau, bentuk metal lainnya yang tajan, atau kaca. Pinggir luka lurus, ukuran

    bervariasi tergantung obyek penyebabnya. Jarang terjadi kehilangan jaringan, dan

    pinggir luka dapat diketemukan dengan mudah.

    Luka robek ( laceration/ vulnus laceratum ): disebabkan oleh benda dengan

    permukaan yang tidak rata, metal atau kaca dengan pinggir yang tidak rata.

    Pinggir luka tidak rata atau compang camping.

    Luka tusuk ( puncture/ vulnus punctum ): disebabkan olah benda runcing yang

    menembus jaringan. Luka seperti ini dapat mendapatkan penilaian yang keliru.

    Pada permukaan terlihat kecil, namun menembus bagian tubuh dengan kedalaman

    yang dapat merusak struktur penting seperti pembuluh darah, saraf, organ

    pencernaan, dan lain-lain.

    Luka lecet (abrasion/ ekskoriasi): luka pada permukaan kulit akibat bergesekan

    dengan permukaan yang kasar.

    Luka memar ( contusion ): pada jenis luka ini terjadi kerusakan kapiler pada

    epidermis dan dermis, tanpa merusak kulit. Darah keluar dari pembuluh masuk

    mengisi ruang antar sel atau ruang interstisial, menyebabkan pembengkakan dan

    diskolorasi.

    Luka avulsi ( avulsion ): merupakan tipe luka yang melibatkan seluruh ketebalankulit ( full thickness ), dan sering berbentuk semisirkuler. Luka berbentuk flap yang

    jika dilepaskan akan memperlihatkan jaringan bagian dalam.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    41/48

    40

    b. Jenis-jenis cidera pembuluh darah :

    Cidera pembuluh darah pada permukaan tubuh pada umumnya dapat dibagi berdasarkan

    sumber perdarahan :

    Perdarahan arteri : perdarahan berasal dari arteri, dengan karakteristik darah yang

    keluar berwarna merah segar karena kaya akan oksigen, menyembur sesuai dengan

    denyutan nadi, dan dapat menyebabkan kehilangan darah dengan cepat.

    Perdarahan vena : perdarahan berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah

    gelap karena kurang oksigen, dan alirannya lambat.

    Perdarahan kapiler : perdarahan kapiler biasanya terjadi akibat cidera permukaan

    seperti ekskoriasi. Warna darah dapat bervariasi tergantung lokasi dan kadar

    oksigen yang dikandung. Alirannya sangat lambat ( ooze ).

    Penghentian perdarahan yang terjadi akibat trauma dapat dilakukan dengan beberapa metode :

    1. Penekanan langsung ( direct pressure )

    Cara yang paling efektif untuk mengontrol perdarahan luar adalah dengan melakukan

    penekanan langsung pada luka. Cara ini tidak hanya menghentikan perdarahan tapi

    juga menutup luka tanpa merusak pembuluh darah.

    2. Penekanan tidak langsung ( indirect/ point pressure )

    Penekanan tidak langsung merupakan tekini penghentian perdarahan dengan

    melakukan penekanan pada pembuluh darah yang memberikan aliran pada luka.

    Penekanan dilakukan dengan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan.

    3. Elevasi

    Mempertahan kan luka lebuh tinggi dari jantung akan menurunkan tekanan darah pada

    luka, yang diharapkan akan mengurangi perdarahan. Teknik ini memungkinkan

    dilakukan apabila perdarahan terjadi pada tungkai atas, tungkai bawah, dan kepala.

    4. Ligasi

    Merupakan tindakan pengikatan pembuluh darah dengan menggunakan material

    penjahitan.

    5. TourniquetTourniquet merupakan metode penghentian perdarahan dengan melakukan pengikatan

    proksimal dari sumber perdarahan. Penggunaan tourniquet dapat menghentikan

    seluruh aliran darah ke arah distal. Penggunaan tourniquet terlalu lama dapat

    menyebabkan kerusakan jaringan pada bagian distal tourniquet .

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    42/48

    41

    V. PROSEDUR KERJA

    6.1 Penekanan langsung & balut tekan

    6.1.1 Tahap persiapan

    Perkenalan dengan pasien Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan

    (pada keadaan emergensi dilakukan secara simultan)

    Mempersiapkan alat balut tekano Kassa sterilo Verban elastiso Sarung tangan karet steril

    6.1.2 Tahap pelaksanaan

    a. Identifikasi luka

    Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan

    melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari

    kontaminasi tangan penolong.

    Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori menegai jenis-

    jenis luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada

    benda asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat. Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

    b. Aplikasi penekanan langsung dan balut tekan (Gambar 1) Setelah dilakukan identifikasi luka dan jenis sumber perdarahan. Lakukan

    penekanan langsung dengan permukaan volar tangan menggunakan kassa steril

    dengan ketebalan yang cukup (5-10 lapis) tergantung keparahan luka. Lakukan

    penekanan kassa dengan tangan selama 5-10 menit. Apabila perdarahan tidak

    berhenti, lakukan pemasangan balut tekan, menggunakan kassa yang tebal pada

    luka dan dibalut dengan verban elastis dengan tekanan yang cukup. Tekanan yang

    diberikan harus cukup untuk menghentikan perdarahan tanpa mengganggu aliran

    darah ke bagian distal.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    43/48

    42

    Gambar 1. Teknik pelaksanaan penekanan langsung dan balut tekan

    Perlu diperhatikan, apabila kassa telah dipenuhi darah jangan dilepaskan, tetapi

    tambah ketebalan kassa dan balutan.

    6.1.3 Tahap evaluasi hasil kerja Periksa hasil pemasangan balut tekan, jika masih terjadi perdarahan dapat diberikan

    kassa tambahan diatas luka dan dibalut dengan verban elastis.

    Balutan harus memberikan tekanan yang cukup untuk menghentikan perdarahan

    tapi tidak mengganggu sirkulasi di distal.

    Jika masih tetap berdarah, buka balutan dan evaluasi ulang luka. Pasang lagi kassa

    dan balutan pada posisi yang benar. Periksa warna kulit di distal, pengisian kapiler, dan pulsasi arteri distal. Jika ada tanda tanda gangguan sirkulasi distal ; kulit pusat kebiruan, dingin,

    pengisian kapiler melambat, dan atau pulsasi arteri tidak teraba, longgarkan balutan

    dan pasang kembali dengan tekanan yang cukup. Periksa kembali efektifitas

    balutan dan sirkulasi distal.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    44/48

    43

    6.1.4 Kesalahan yang mungkin timbul

    Kesalahan penempatan balut tekan. Ketebalan kassa tidak sebanding dengan kondisi luka Tekanan balutan tidak optimal untuk menghentikan perdarahan.

    6.2 Penekanan tidak langsung

    6.2.1 Tahap persiapan

    Perkenalan dengan pasien Memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan

    (pada keadaan emergensi dilakukan secara simultan)

    6.2.2 Tahap pelaksanaan

    a. Identifikasi luka

    Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan karet steril. Sarung tangan akan

    melindungi penolong dari cairan tubuh dan sekaligus melindungi penderita dari

    kontaminasi tangan penolong.

    Tempatkan pasien pada lokasi yang tenang Elevasikan tungkai atau tempat yang mengalami luka Identifikasi lokasi dan jenis luka (sesuaikan dengan dengan teori mengenai jenis-

    jenis luka). Jika ada bekuan darah yang menutup luka jangan diangkat. Jika ada

    benda asing yang melekat atau menancap pada luka jangan di angkat. Identifikasi sumber perdarahan (arteri, vena, atau kapiler)

    b. Aplikasi penekanan tidak langsung/ tekan titik Teknik penekanan tidak langsung ( indirect pressure/point pressure )

    Penggunaan penekanan titik merupakan metode penghentian perdarahan dengan

    menggunakan tekanan jari, jempol, atau pangkal permukaan tangan untuk

    menekan arteri yang menyuplai daerah luka. Arteri yang dapat ditekan dengan cara

    ini adalah arteri yang berada di permukaan kulit atau lebih dalam namun berada

    diatas tulang. Tekanan ini dapat menurunkan aliran darah ke lokasi luka. Teknik

    dapat dikombinasi dengan penekanan langsung.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    45/48

    44

    Gambar 2. Lokasi anatomis penekanan langsung pada arteri.

    a. Lengan (arteri brachialis) : penekanan dengan jari untuk menghentikan perdarahan

    pada daerah lengan bawah dan tangan.

    Identifikasi lokasi arteri brachialis dengan menekan 2 jari diatas fossa cubiti

    bagian medial, lekukan antara muskulus bicep brachii dengan muskulus

    brachialis.

    gunakan jari atau jempol. Lakukan penekanan tepat diatas arteri dan tulang

    b. Lipat paha ( arteri femoralis) : penekanan langsung untuk menghentikan

    perdarahan pada paha dan tungkai bawah.

    Penekanan langsung pada lipat bagian depan, di bagian tengah lipatan.

    Gunakan pangkal permukaan tangan antara arteri femoralis dan tulang.Condongkan badan ke depan untuk memberikan tekanan.

    Pada gambar 2 dapat dilihat tempat-tempat penekanan dan lokasi perdarahan yang

    dapat dikontrol. Penekanan tidak langsung ini bersifat sementara sampai tersedia alat

    untuk balut tekan.

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    46/48

    45

    6.2.3 Tahap evaluasi hasil kerja

    Periksa lokasi penekanan arteri. Periksa efektifitas penekanan dengan melihat berhentinya aliran darah pada lokasi

    luka.

    Jika darah tetap mengalir, kembali lakukan identifikasi dan beri penekanan dengan

    tekanan yang lebih kuat.

    6.2.4. Kesalahan yang mungkin timbul Kesalahan identifikasi lokasi arteri. Kurangnya tekanan yang diberikan untuk menghentikan aliran darah.

    VII. DAFTAR KEPUSTAKAAN

    1. Brunicardi F C, et al. Swartz’s Principles of Surgery. 8 th eds. McGraw-Hill. 2005

    2. Snell R S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Lippincott

    Williams & Wilkin. 2000

    3. Samsuhidajat R, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran

    EGC. 2000

    4. Emergency Bleeding Control. Diunduh dari http//:www.Wikipedia.com. Oktober

    2009

    5. Controlling Bleeding. Survival and Self Reliance. Diunduh dari

    http//:www.SSRSI.com. Oktober 2009..

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    47/48

    46

    EVALUASI

    CHECK LIST PENILAIAN SKILLS LAB

    BALUTAN 1 : MENGHENTIKAN PERDARAHAN AKUT

    (TEKANAN LANGSUNG & TEKANAN TITIK) No. Aspek Penilaian SKOR

    1 2 3

    1. Memberikan salam pembuka dan

    memperkenalkan diri

    2. Menginformasikan ke pasien mengenai tindakan

    yang akan dilakukan

    3. Proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan

    karet steril

    Aplikasi penekanan langsung dan balut tekan

    4. Identifikasi lokasi luka

    5. Identifikasi jenis luka

    6. Identifikasi sumber perdarahan

    7. Persiapan kassa steril

    8. Melakukan penekanan langsung dengan kassa dan

    tangan

    9. Melakukan pemasangan balut tekan

    10. Evaluasi perdarahan11. Evaluasi bagian distal ekstremitas

    Aplikasi penekanan tidak langsung/ penekanan titik

    12. Identifikasi lokasi luka

    13. Identifikasi jenis luka

    14. Identifikasi sumber perdarahan

    15. Identifikasi lokasi arteri yang mensuplai

    perdarahan

    16. Melakukan penekanan pada bagian proksimal

    arteri

    17. Evaluasi perdarahan

    18. Evaluasi bagian distal ekstremitas

  • 8/20/2019 skill lab.pdf

    48/48

    Keterangan :

    Skor 1 : tidak dilakukan

    Skor 2 : dilakukan dengan adanya kesalahan

    Skor 3 : dilakukan dengan sempurna

    Keterampilan rata-rata : total skor / 54 x 100% = ............

    Padang ..........................2010

    Instruktur Mahasiswa

    Nama : Nama :

    NIP : No. BP :