strategi koping pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya

27
Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya i GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Skripsi (Open) Gambaran tingkat stres dan strategi koping pada lansia yang tinggal di rumah di Rw 02 kelurahan Medan Satria Kota Bekasi = Levels of stress and strategies coping on the elderly living at home in RW 02 sub Medan Satria Kota Bekasi i PENELITIAN

Upload: fahroel-mou

Post on 13-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnyai GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Skripsi (Open)

Gambaran tingkat stres dan strategi koping pada lansia yang tinggal dirumah di Rw 02 kelurahan Medan Satria Kota Bekasi = Levels of stressand strategies coping on the elderly living at home in RW 02 sub MedanSatria Kota Bekasi

iPENELITIANMEKANISMEKOPINGPADA LANSIAYANGMENGALAMI INKONTINENSIA URIN

Page 2: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

STRESSOR DAN MEKANISME KOPING PADA LANJUT USIA

A.    Pendahuluan

1.      Latar Belakang

 Stres   adalah   istilah   populer   yang   sering   digunakan   dalam   perbincangan   sehari-hari. 

Penggunaanya tidak terbatas pada gplongan tertentu.  Konsep stres pertama kali  diperkenalkan oleh 

Hans  Selye,   seorang  ahli  fisiologi  Kanada  pada   tahun  1936,  melalui  penelitianya  yang  menganalisis 

hubungan rangsang lingkungan dan kesehatan dengan melacak reaksi-reaksi  hormonal berantai yang 

rumit sebagai akibat adanya tekanan emosi yang berlebihan pada seseorang. Tekanan emosional yang 

berkelanjutan dapat menyebabkan kematian (Subowo, 1993:80). 

 Pertambahan   jumlah   lansia   di   Indonesia,   dalam   kurun   waktu   tahun   1990-2005,   tergolong 

tercepat di dunia. Jumlah sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 

Page 3: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

11,37 % penduduk dan merupakan peringkat  ke 4 dunia,  dibawah Cina,   India dan Amerika Serikat. 

Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun 

untuk perempuan.  Usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati 

urutan ke 103 dunia,  nomor satunya adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahu 

(Hurlock, 1980:44). 

 Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitanya dengan masalah stres yang terjadi 

pada lanjut usia, Dalam hal ini adalah stressor psikososial. Stressor psikososial adalah setiap keadaan 

atau   peristiwa   yang   merupakan   perubahan   dalam   kehidupan   seseorang,   ehingga   orang   tersebut 

terpakasa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul (Hawari, 2002:27). 

Menurut   Subowo   (1993:80),   sekitar   70   persen   lanjut   usia   di   Jawa   Timur   diduga   stress. 

Pemicunya adalah faktor eksternal seperti masalah keuangan dan perhatian keluarga. Para lansia diduga 

mengalami stress karena tidak mempunyai jaminan uang pension dan tidak mendapatkan perhatian dari 

keluarga. Ia mengharapkan masalah ini segera diatasi, karena stress dalam jangka panjang juga dapat 

memicu   terjangkitnya  penyakit  diantaranya  gangguan pendengaran  atau  penglihatan,  ujarnya.  Akan 

tetapi,   sebenarnya   jika   lansia   itu   diperhatikan   oleh   sanak   keluarganya   ataupun   pemerintah   maka 

kemungkinan mengalami stress sangat kecil. 

Meningkatnya   tuntutan   dan   kebutuhan   hidup   akan   sesuatu   yang   lebih   baik,   menyebabkan 

individu   berlomba   untuk   memenuhi   kebutuhan   yang   diinginkanya.   Akan   tetepi   pada   kenyatannya 

sesuatu   yang   diinginkan   tersebut,   kadangkala   tidak   dapat   tercapai   sehingga   dapat   menyebabkan 

individu tersebut bingung, melamun dan akhirnya stress. Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda 

beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau 

biasa disebut dengan mekanisme koping. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka 

Page 4: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

individu tersebut akan senang, tapi sebaliknya akan menjadi cepat marah marah, frustasi bahkan akan 

depresi (suryani, 2005:81). 

 Stress  yang optimal  berperan dan berdampak positif  serta konstruktif  yang disebut  dengan 

euster. Sebaliknya ada stress yang merugikan dan merusak yang disebut distress atau destruktif. Stress 

menjadi   euster   atau   distress   dipengaruhi   oleh   daya   tahan   terhadap   peristiwa   dan   keadaan   stress 

(Hawari, 2007:98). 

Tidak   semua   orang   dapat   menerima,   menyesuaikan   diri   dengan   berat   ringannya   stressor 

kehidupan yang dihadapi.  Stressor  bagi   seseorang belum tentu stressor  bagi  orang  lain.  Sedangkan 

sebagian   yang   tidak   dapat   menyesuaikan   diri   dan   menganggap   stressor   kehidupan   yang   dialami 

merupakan beban berat,  dan akan mengganggu kehidupan dan cendrung mengakibatkan timbulnya 

depresi  dan gangguan  jiwa.  Masalah stress sangat menarik  untuk dibahas,  karena dalam kehidupan 

sehari hari kita akan berhadapan dengan stress baik berupa stress fisik maupun psikis, telah banyak yang 

membuktikan bahwa stress berpengaruh besar pada proses sehat dan sakit baik terhadap fisik maupun 

psikis (Purwanto, 1998:54).

 Stress  merupakan perasaan tertekan saat  menghadapi  permasalahan.  Stres  bukan penyakit, 

tapi bisa menjadi awal timbuknya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama. Stress menimpa setiap 

orang, masalah yang sama bisa memberikan stress dan beban yang berbeda, tidak ada ciri fisik pada 

orang   stress   tapi   bisa   dilihat   dari   tekanan   darah   atau   jantung.   Stress   yang   berkepanjangan   bisa 

mempengaruhi sistem tubuh, misalnya menimbulkan sakit maag (suryani, 2005:111). 

Lansia  dapat  menikmati kehiduoan  dihari   tua  dengan  bergembira   serta  bahagia,  diperlukan 

dukungan dari orang orang yang dekat dengan mereka. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap 

dapat menjalankan kegiatan sehari hari secara teratur dan tidak berlebihan. Dukungan dari keluarga 

terdekat   dapat   saja   berupa   anjuran   yang   bersifat   meningkatkan   lansia   untuk   tidak   bekerja   secara 

Page 5: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

berlebihan   apabila   lansia   tersebut   masih   bekerja,   memberikan   kesempatan   pada   lansia   untuk 

melakukan  aktivitas   yang  menjadi   hobinya,   menjalankan   ibadah   dengan   baik,   dan   memberi   waktu 

istirahat yang cukup sehingga lansia tidak mudah stress dan cemas (Purwanto, 1998:34--35).

Penyebab stress dikalangan lansia berbeda dengan remaja dan anak anak. Masalah yang sering 

menyebabkan  stress  pada   lansia  adalah  post power sindrom, kehilangan   jabatan,  perasaan  kecewa 

karena tidak lagi dihormati seperti yang dulu, menyebabkan perilakunya sering seperti anak kecil, ingin 

diperhatikan   orang.   Hubungan   dalam   keluarga,   juga   bisa   menimbulkan   stress   sering   lansia   tidak 

diperhatikan lagi oleh anak atau menantunya, padahal dulu mereka selalu dekat dengan anaknya tanpa 

diasingkan (http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php?id=341 ).

Problem   utama   pada   lansia   adalah   rasa   kesepian   dan   kesendirian.   Mereka   sudah   terbiasa 

melewatkan   harinya   dengan   kesibukan   bekerja   yang   juga   merupakan   pegangan   hidup   dan   dapat 

memberikan rasa aman dan harga diri.  Pada saat pensiun, hilanglah kesibukan, sekaligus mulai tidak 

diperlukan  lagi.  Bertepatan  dengan  itu,  anak-anak mulai  menikah,  dan meninggalkan  rumah.  Badan 

mulai   lemah   dan   tidak   memungkinkan   untuk   bepergian   jauh.   Sebagai   akibatnya,   semangat   mulai 

menurun, mudah terjangkit penyakit dan besar kemungkinan akan mengalami kemunduran mental, hal 

ini  disebabkan karena menurunya fungsi otak ,  seperti sering lupa, daya konsentrasi berkurang atau 

kemunduran senile (Purwanto, 1998:34--35).

 Penyesuaian diri   terhadap pekerjaan dan keluarga bagi   lansia sangat sulit  karena hambatan 

ekonomis saat ini yang memainkan peran penting daaripada masa sebelumnya. Selanjutnya, walaupun 

ada   bantuan   dari   pemerintah   dalam   bentuk   jaminan   sosial,   bantuan   kesehatan,   dan   pembagian 

keuntungan secara bertahap yang diperoleh dari dana pensiun, dan dari perusahaan, mereka kadang 

kadang tidak sanggup mengatasi  masalah yang dihadapinya pada saat usia  lanjut  tersebut (Hurlock, 

1980:414). 

Page 6: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

2.      Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu:  

a.       Mengetahui apa yang di maksud dengan stres.

b.      Mengetahui apakah mekanisme koping tersebut. 

c.       Bagaimana stressor dan mekanisme koping yang digunakan lanjut usia. 

3.      Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stressor dan mekanisme koping yang digunakan lanjut 

usia.

4.      Ruang Lingkup

Materi yang akan dibahas pada makalah ini yaitu mengenai stressor yang terjadi pada lanjut usia 

dan mekanisme koping yang digunakan untuk mengatasi  stres tersebut,  karena akan mempengaruhi 

kondisi fisik dan psikologi pada lansia. 

5.      Manfaat Penelitian 

a.       bagi lanjut usia

Memberikan masukan pada lansia tentang stres dan mekanisme kopingnya sehingga dapat memberi 

kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 

 b. Institusi Pendidikan Keperawatan                             

Memberikan   masukan   tentang   pentingnya   membekali   perawat   dengan   pendidikan   dan   keahlian 

khususnyatentang  masalah stress pada lansia.

Page 7: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

c.       Bagi orang lain 

Sebagai bahan atau dasar penelitianya selanjutnya, terutama mengenai stressor dan mekanisme koping 

yang digunakan lanjut usia.

B. Stressor  dan Mekanisme Koping pada Lansia

1.Stres 

 a. Definisi 

            Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap sressor psikososial berupa tekanan atau beban 

kehidupan. Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres dapat diartikan 

sebagai   suatu   stimulus  yang  mengakibatkan  ketidakseimbangan   fungsi  fisiologi  dan  psikologis.   Ilmu 

kedoktran   jiwa,   normalitas   dan   gangguan   kesehatan   jiwa   dipandang   sebagai   satu   garis 

berkesinambungan   pada   ujung   yang   satu   terletak   keadaan   normal,   pada   ujung   uang   lain   terletak 

psikologis.   Peralihan   antara   normalitas   ke   abnormalitas   sering   kali   tidak   jelas.   Secara   klinis,   fase 

peralihan  antara  normalitas  dan  gangguan  jiwa  dapat  dikenali   sebagai   sindrom stress.   Stres  adalah 

bentuk perbatasan antara keadaan normal dengan gangguan jiwa. Taraf stress ini, individu bersangkutan 

masjh dapat melaksanakan fungsi sehari-harinya dengan cukup baik (Hawari, 2002:21). 

Ada tiga pengertian stres yang dikemukakan oleh (Hurlock, 1980:12). yaitu:

1.      Stres sebagai respon biologi

Hurlock (1980:12),  mengemukakan bahwa stres adalah manifestasi  sindrom spesifik yang terdiri  dari 

semua perubahan system biologi yang sifatnya tidak spesifik. Gejala ini dikenal dengan istilah fight dan 

flight. Selye   menyebut   proses   ini   sebagai   sindrom   adaptasi   umum   atau   GAS   (General Adaptation

Syndrome) yang di deskripsikan dalam tiga tahap yaitu:

Page 8: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

a)      Tahap  Peringatan

Tubuh mempersiapkan diri  untuk menghadapi  segala  kemungkinan atau bereaksi   terhadap stressor. 

Apabila   faktor   stres   tetap   berlangsung,   tubuh   akan   bekerja   maksimal   untuk   menghadapi   stressor 

tersebut. Pada fase ini terjadi respon fisiologis fight dan flight. 

b)      Tahap Resisten

Fungsi   antibodi   berangsur   angsur   menjadi   normal.   Perubahan   atau   kerusakan   yang   terjadi   mulai 

diperbaiki. Individu menjadi lebih resisten terhadap stressor yang dihadapi. Akan tetapi bila stres berat 

berlangsung, maka reaksi individu akan mencapai pada fase kelelahan. 

c)      Tahap Kelelahan

Pada tahap ini terjadi kelelahan yang berarti sehingga energi untuk beradaptasi habis dan bila keadaan 

ini  berlangsung  terus,  maka seluruh cadangan energinya  akan habis  sama sekali.   Individu tidak  lagi 

memiliki daya tahan dan berubah menjadi apatis atau disebut gangguan psikomatik. 

2.      Stres sebagai kejadian lingkungan

Stres adalah suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya respon fisiologi dan psikologi dari individu. 

Dalam hal ini fokuskan pada perubahan pola hidup seseorang sehingga disebut stres sebagai perubahan 

hidup. 

3.      Stres sebagai transaksi antara individu dengan lingkungan 

Stres ditekankan pada hubungan antara  individu dengan  lingkungan.  Pada kondisi   tersebut manusia 

dengan lingkungan saling mempengaruhi dan dipengaruhi. 

 b. Sumber stres

Page 9: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

             stres merupakan istilah yang dikenal  luas dalam masyarakat,  umumnya yang dimaksud stress 

adalah pola reaksi  menghadapi  stressor yang berasal  dari  dalam individu maupun dari   lingkunganya 

(Purwanto, 1998:60). Ia juga menambahkan dengan membedakan sumber-sumber stres yaitu:

1.  Dalam diri sesorang 

Stres akan muncul pada seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila 

sesorang mengalami konflik. 

2.      Dalam keluarga

Stress dapat bersumber dari  interaksi   diantara anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah 

keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, perbedaan keinginan yang tidak searah. 

2.       Dalam komunitas dan lingkungan 

subyek diluar lingkungan keluarga. Contohnya pengalaman stress anak-anak di sekolah.  

d.      Tahapan stres

Menurut  Hawari   (1997:58--64)   gangguan   stres  biasany  timbul   secara   lamban,  tidak   jelas   kapan 

mulainya dan sering sekali tidak disadari. Namun demikian dari pengalaman praktek psikiatri, para ahli 

mencoba membagi stress dalam 6 tahapan yaitu:

1.      Stres tingkat 1

Tahapan ini merupakan tingkat stress yang   ringan dan biasanya disertai perasaan semangat besar, 

penglihatan   tajam   tidak   seperti   biasanya,   serta   energi   dan   gugup   berlebihan   diikuti   kemampuan 

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahap ini biasanya menyenangkan dan orang bertambah 

semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. 

Page 10: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

2.      Stres tingkat II

Dalam tahap ini dampak stres yang menyenagkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan 

dikarenakan cadangan energi  tidak  lagi  cukup sepanjang hari.  Keluhan yang sering dirasakan adalah 

merasa  letih sewaktu pagi,  merasa  lelah sesudah makan siang,  merasa  lelah saat  sore hari,  kadang 

kadang terjadi gangguan pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak 

bias santai.

3.      Stres tingkat III

Pada tahap ini keluhan semakin nampak disertai dengan gejala usus lebih terasa tegang, perasaan 

tegang yang semakin meningkat, badan terasa ingin pingsan, insomnia. Pada tahap ini, penderita sudah 

harus berkonsultasi pada dokter, kecuali jika beban stres dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan 

untuk beristirahat atau relaksasi guna memulihakan suplai energi. 

4.      Stres tingkat IV

Pada tahap ini menunjukan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai dengan ciri-ciri untuk dapat 

bertahan   sepanjang   harilebih   sulit,   kegiatan   yang   semula   terasa   menyenagkan   kini   terasa   sulit, 

kehilangan kemampuan untuk menanggapi  situasi  pergaulan sosial  dan kegiatan lainya terasa berat, 

susah tidur, kemampuan konsentrasi menurun derastis, perasaan takut yang tidak dapat pungkiri. 

5.      Stress tingkat V

Tahap ini merupakan kondisi yang lebih spesifik yang ditandai dengan keletihan yang mendalam, 

tidak   mampu   mengerjakan   pekerjaan   yang   sederhana,   gangguan   sistem   pencernaan   lebih   sering, 

perasaan takut yang tidak bisa dikendalikan. 

6.      Stres tingkat VI

Page 11: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Tahapan ini adalah tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat yang ditandai dengan 

debaran jantung terasa amat keras, nafas terasa sesak, badan gemetar, tubuh dingin, keringat banyak, 

tenaga untuk hal ringan tidak bisa dilakukan. 

d.      Stres pada lansia

Hurlock,   (1998:83)   mengemukakan   bahwa   lanjut   usia   sangat   rentan   terhadap   stres   dalam 

menghadapi   perubahan-perubahan   kehidupan.   Lansia   harus   beradaptasi   terhadap   perubahan 

psikososial yang terjadi selama proses menua. Stress yang sering terjadi [ada lansia adalah kematian 

pasangan hidup, pensiun isolasi sosial, pensiun, seksualitas, perubahan ekonomi, rumah tempat tinggal 

dan lingkungan. 

e.       Reaksi terhadap stres 

Menurut Hawari, (2001) seseorang yang mengalami stres akan menujukan gejala sebagai berikut:

1.      Terjadinya kerontokan pada rambut

2.      Penglihatan mulai terasa kabur

3.      Terganggunya daya piker

4.      Mulut terasa kering dan sukar untuk menelan

5.      Keringat berlebihan pada kulit

6.      Pernafasan menjadi sesak

7.      Ketegangan emosional atau detakan jantung meningkat 

8.      Kadar gula darah menjadi tinggi

Page 12: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

9.      Mules, mencret, tidak teratur buang air besar

10.  Frekuensi buang air seni meningkaat 

2.  Mekanisme Koping            

a.  Definisi

Koping  adalah perilaku pemecahan masalah yang secara langsung  dapat mempengaruhi atau 

menyeimbangkan keadaan menjadi  lebih baik setelah mengalami stres.   (Purwanto, 1998:94), koping 

didefinisikan  sebagai  pemikiran  realistis  dan fleksibel   serta  tindakan penyelesaian  masalah sehingga 

dapat mengurangi stres. Koping adalah suatu proses pengolahan tuntunan eksternal dan internal yang 

dinilai sebagai beban atau melebihi sumber yang dimiliki. Dalam kontek ini koping merupakan proses 

penyelesaian   masalah,   tidak   bersifat   statis   tetapi   berubah   dalam   kualitas   dan   intensitas   dengan 

perubahan penilaian kognitif yang berkesinambungan. 

Mekanisme   koping   menurut   pada   dasarnya   adalah   mekanisme   pertahanan   diri   terhadap 

perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar diri. Ada dua macam mekanisme koping yaitu:

a.       Adaptif

Tingkah laku yang adaptif adalah suatu tindakan yang dapat menyesuaikan diri dan perilaku dengan 

konstruktif.   Selain   itu,   individu   tersebut   lebih   mampu   bertahan   dan   menagantisipasi   kemungkinan 

adanya bahaya. Selanjutnya, yang termasuk dalam mekanisme koping yang konstruktif adalah:

1)       Mekanisme koping  konstruktif survivol  digunakan untuk  kelangsungan hidup dan berkaitan  dengan 

suatu yang mengancam.  Adapun yang merupakan tingkah  laku  ,  misalnya  memeriksakan kesehatan 

secara berkala ke puskesmas. 

Page 13: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

2).  Mekanisme koping konstruktif   memotivasi  digunakan untuk dapat  memotivasi,  misalnya apabila 

mempunyai masalah baru, bercerita kepada keluarga atau mempunyai masalah dengan kesehatan baru 

memeriksakan diri. 

b. Maladaptif

            pada tingkah laku yang maladaptif, individu tidak dapat menyesuaikan diri sehingga cenderung 

muncul  tingkah   laku  destruktif  sehingga  menyebabkan  respon maladaptif.  Respon maladaptif  dapat 

timbul pada kecemasan berat dan panik. Adapun yang termasuk mekanisme koping maladaptif adalah 

koping  destruktif,  misalnya  marah  marah,  mudah   tersinggung,  menyerang  dan  depresi.  Adpun  yng 

termasuk dalam mekanisme koping maladaptif adalah reaksi yang lambat atau berlebihan, menghindar, 

mencederai diri dan minum alkohol. 

e.       Sumber koping

Menurut (suryani, 2005:71), sumber koping adalah evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi 

seseorang. Sedangkan macam macam sumber koping yang dapat digunakan antara lain: kemampuan 

personal, dukungan sosial, asset materi, dan keyakinan positif. Setiap individu mempunyai mekanisme 

penanggulangan atau pertahanan untuk menghadapi setiap stressor yang dapat berubah: 

1)      Mengadakan perubahan atau manipulasi pada situasi atau keadaan tersebut.

2)      Menghindar dan menjauhkan diri dari situasi tersebut.

3)      Berusaha dan belajar untuk hidup dengan ketidakamanan dan ketidakpuasan itu. 

f.       Mekanisme adaptasi psikologis

Page 14: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Suryani ( 2005:11--13), merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang 

ada,  dengan   cara  memberikan  mekanisme  pertahanan  diri  dengan  harapan  dapat  melindungi   atau 

bertahan dari serangan serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan.

Dalam proses adaptasi secara psikologis, ada dua cara untuk mempertahankan diri dari stressor 

yaitu   dengan   cara   melakukan   koping   atau   penanganan   diantaranya   berorientasi   pada   tugas   (task

oriented reaction) dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri. 

1) Task Oriented Reaction (reaksi berorientasi ada tugas) 

Reaksi   ini  merupakan koping yang digunakan dalam mengatasi  masalah dengan berorientasi 

pada proses penyelesaian masalah meliputi, afektif atau perasaan, kognitif dan psikomotor. Reaksi ini 

dapat dilakukan seperti berbicara dengan orang lain tentang masalah  yang dihadapi untuk menemukan 

jalan   keluarnya,   mencari   tahu   lebih   banyak   tentang   keadaan   yang   dihadapi   melalui   buku   bacaan, 

ataupun orang ahli, dapat juga berhubungan dengan kekuatan supranatural, melakukan latihan yang 

dapat mengurangi stres serta membuat alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan strategi 

prioritas masalah. 

2) Ego Oriented Reaction (reaksi berorientasi pada ego) 

Reaksi   ini  dikenal dengan mekanisme pertahanan diri  secara psikologis agar tidak mengganggu 

keadaan psikologis yang lebih dalam. Diantara mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan untuk 

melakukan adaptasi psikologis seperti rasionalisasi, displacement, kompensasi, proyeksi, represi, supresi 

dan denial. 

3.      Lanjut Usia

a.       Definisi 

Page 15: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba tiba menjadi tua tetapi 

berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Selanjutny yang dimaksud dengan 

lansia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun keatas (Purwanto, 2005:132). 

b.      Proses Penuaan 

Proses  maenua adalah proses  menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan  jaringan untuk 

memperbaiki   diri   atau   mengganti   dan   mempertahankan   fungsi   normalnya   sehingga   tidak   mampu 

bertahan   terhadap   infeksi  dan  memperbaiki   kerusakan  yang  diderita   (Hurlock,   1980:426).  Menurut 

Suryani, (2005) proses menua dapat dilihat dari tiga segi yaitu:

1)      Penuaan Biologis

Gejala   yang   dapat   dilihat   pada   proses   ini   adalah   berkurangnya   kekenyalan   pembuluh   darah   dan 

kekuatan   otot,   menurunya   daya   pandang,   pendengaran,   cita   rasa,   penciuman   dan   rabaan   serta 

meningkatnya tekanan darah. 

2)      Penuaan Psikologis

Gejala yang timbul pada proses ini adalah menurunya daya ingatan, kekurangan gairah dan kecemasan 

terhadap kematian. 

3)      Penuaan Sosiologis

Pada proses ini gejala yang dapat dilihat seperti kehilangan pekerjaan karena pensiun, kekuasaan dan 

status.

C.     Kesimpulan

Page 16: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

                    Berdasarkan  uraian   yang  dipaparkan  pada  bagian   sebelumnya  dapat  disimpulkan  bahwa 

stresspada   lansia   disebabkan   karena   factor   perubahan   ekonomi,   perubahan   tempat   tinggal   dan 

lingkungan dan isolasi social. Mekanisme koping yang digunakan lansia adalah task oriented reaction dan 

ego oriented reaction.  Dengan demikian bagi  lanjut usia diharapkan mempunyai motivasi yang tinggi 

untuk   menyelesaikan   setiap   masalah   seperti   sering   dengan   orang   lain   untuk   menemukan   jalan 

keluarnya, mencari tahu lebih banyak tentang keadaan yang dihadapi melalui buku bacaan, ataupun 

orang ahli, atau juga dapat berhubungan dengan kekuatan supranatural, melakukan latihan-latihan yang 

dapat mengurangi stress serta membuat alternative pemecahan masalah dengan menggunakan strategi 

prioritas masalah.

                     Selain itu,lansia diharapkan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperdalam ilmu 

agama, agar bisa menyadari  bahwa setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian. Selanjutnya, 

lansia dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, mengisi waktu luang dengan kegiatan sosial atau 

keagamaan   serta   selalu   mengikuti   bimbingan   dan   penyuluhan   kesehatan   untuk   menambah 

pengetahuan dan wawasan supaya dapat  meningkatkan kesehatan fisik  dan mental  sehingga  stress 

dapat dimbangi. 

                                                         DAFTAR PUSTAKA

Subowo.1993. Imunologi Klinik.Bandung: Angkasa bandung.

Hawari, D.2002. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: gaya baru.

Page 17: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Hurlock, B.E.1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke 

lima. Jakarta: Erlangga. 

Suryani, Eko dan Asmar yetti Zein.2005. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: fitramaya.

Purwanto, Heri.1998. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Ninawati, dkk.2010. Hubungan antara resiliensi dan tingkat stress pada masa persiapan pensiun. Diakses 

18 Desember 2010, dari    http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php?id=341.   

Suaib, Muhammad.2007. Stressor dan mekanisme koping pada lnjut usia di panti sosial tresna werdha

unit budi luhur Yogyakarta. Yogyakarta: Karya Tulis Ilmiah Universitas Muhammadiyah.

Diposkan oleh arie ahmad di 19.11 

MEKANISME KOPING Posted by ATMAJA'Z

Pengertian koping

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Page 18: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

1. Mekanisme koping adiptif

adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :

A. Reaksi Orientasi TugasBerorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :

  1.  Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.  2.  Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis.  3.  Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

B. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :

KompensasiProses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Page 19: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

Penyangkalan (denial)Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

Pemindahan (displacement)Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.

DisosiasiPemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

Identifikasi (identification)Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

Intelektualisasi (intelectualization)Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

Introjeksi (Introjection)Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.

IsolasiPemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

ProyeksiPengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

RasionalisasiMengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

Reaksi formasiPengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.

RegresiKemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini

RepresiPengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau

Page 20: Strategi Koping Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.

Pemisahan (splitting)Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

SublimasiPenerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

SupresiSuatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.

UndoingTindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif.

Daftar Pustaka

Herawani, N. (1999). Mekanisme koping. (makalah). Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Tidak dipublikasikan.

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing Company.

Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.