suitability and carrying capacity of mangrove …

12
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 7 No. 1 Tahun 2018) SUITABILITY AND CARRYING CAPACITY OF MANGROVE ECOTOURISM IN MEMPAWAH DISTRICT, WEST KALIMANTAN Yeni Hurriyani 1 Ringkasan Mangrove forests as natural ecosystems, have high ecological and economic value. Rapidly growing po- pulation, causing the needs of human life is increasing, as a consequence of increased development and settlement. This will create pressure on natural re- sources, where the utilization has not yet taken into consideration any los- ses that have ecological impacts. Im- plementation of ecotourism system in mangrove forest ecosystem is an app- roach in sustainable utilization of ma- ngrove forest ecosystem. The ecosys- tem suitability index for mangrove to- urism in Village Pasir Mempawah Hi- lir Mempawah District is classified in- to very suitable (SS) and conditional (SB) categories for ecotourism develo- pment. This shows that the mangrove area in the Village Pasir Mempawah Hilir Mempawah District is suitable to serve as a tourist area. Keywords Ecoutourism, Mangrove, Carr- ying Capacity, Suitability Index 1 )Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124 Kalimantan Barat E-mail: [email protected] Received : 27 September 2018 Accepted : 30 Oktober 2018 PENDAHULUAN Hutan Mangrove merupakan ekosistem alami yang ditemukan baik di pantai tropis maupun subtropik. Kawasan ma- ngrove didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang baik pada daerah pasang- surut maupun pantai berlumpur. Eko- sistem mangrove mempunyai sifat yang unik dan khas, serta memiliki fungsi dan manfaat yang beraneka ragam mah- luk hidup. Di Indonesia, hutan mangro- ve tumbuh dan tersebar luas diseluruh Nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai dengan Papua (Pramudji, 2004; Bengen, 2001). Vegetasi hutan mangrove umumnya di- tumbuhi tanaman mangrove dari fami- ly Rhizoporaceae, Combretaceae, Me- liaceae, Sonneratiaceae, Euphorbiace- ae dan Sterculiaceae, selanjutnya ke arah darat umumnya ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan (Acrostichum aureum). Hutan mangrove sebagai ekosistem ala- miah memiliki nilai ekologis dan eko-

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)(Vol 7 No. 1 Tahun 2018)

SUITABILITY AND CARRYING CAPACITY OFMANGROVE ECOTOURISM IN MEMPAWAHDISTRICT, WEST KALIMANTAN

Yeni Hurriyani1

Ringkasan Mangrove forests as naturalecosystems, have high ecological andeconomic value. Rapidly growing po-pulation, causing the needs of humanlife is increasing, as a consequence ofincreased development and settlement.This will create pressure on natural re-sources, where the utilization has notyet taken into consideration any los-ses that have ecological impacts. Im-plementation of ecotourism system inmangrove forest ecosystem is an app-roach in sustainable utilization of ma-ngrove forest ecosystem. The ecosys-tem suitability index for mangrove to-urism in Village Pasir Mempawah Hi-lir Mempawah District is classified in-to very suitable (SS) and conditional(SB) categories for ecotourism develo-pment. This shows that the mangrovearea in the Village Pasir MempawahHilir Mempawah District is suitable toserve as a tourist area.

Keywords Ecoutourism, Mangrove, Carr-ying Capacity, Suitability Index

1)Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof.Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak 78124 KalimantanBaratE-mail: [email protected]

Received : 27 September 2018

Accepted : 30 Oktober 2018

PENDAHULUAN

Hutan Mangrove merupakan ekosistemalami yang ditemukan baik di pantaitropis maupun subtropik. Kawasan ma-ngrove didominasi oleh beberapa jenispohon mangrove yang mampu tumbuhdan berkembang baik pada daerah pasang-surut maupun pantai berlumpur. Eko-sistem mangrove mempunyai sifat yangunik dan khas, serta memiliki fungsidan manfaat yang beraneka ragam mah-luk hidup. Di Indonesia, hutan mangro-ve tumbuh dan tersebar luas diseluruhNusantara, mulai dari Sumatera, Jawa,Kalimantan, Sulawesi sampai denganPapua (Pramudji, 2004; Bengen, 2001).Vegetasi hutan mangrove umumnya di-tumbuhi tanaman mangrove dari fami-ly Rhizoporaceae, Combretaceae, Me-liaceae, Sonneratiaceae, Euphorbiace-ae dan Sterculiaceae, selanjutnya ke arahdarat umumnya ditumbuhi oleh jenispaku-pakuan (Acrostichum aureum).

Hutan mangrove sebagai ekosistem ala-miah memiliki nilai ekologis dan eko-

674 Yeni Hurriyani1

nomis penting. Fungsi penting ekolo-gis hutan mangrove antara lain sebagaitempat mencari makan (feeding groun-ds), tempat pemijahan (spawning gro-unds), dan tempat pengasuhan (nurserygrounds) bagi berbagai biota laut. Se-dangkan dari aspek nilai ekonomis, hut-an mangrove menyediakan berbagai bah-an dasar baik untuk keperluan rumahtangga maupun industri, seperti kayubakar, arang, kertas dan rayon. Ekosis-tem hutan mangrove termasuk ke da-lam tipe sistem fragile sehingga sangatrentan terhadap perubahan lingkungan.Keberadaannya yang bersifat open accesspada kawasan tertentu semakin memi-cu peningkatan eksploitasi oleh manu-sia yang pada akhirnya memberikan dam-pak negatif terhadap kualitas dan ku-antitasnya.

Pada beberapa dekade terakhir ini, pe-manfaatan hutan mangrove terus me-ningkat, bukan saja dari segi pemanfa-atan lahannya, tetapi juga segi peman-faatan tumbuhan mangrovenya, baik se-cara tradisional maupun komersial. Per-tumbuhan penduduk yang terus mening-kat menyebabkan kebutuhan hidup ma-syarakat untuk pembangunan dan pe-mukiman juga semakin meningkat. Halini tentu saja akan menimbulkan tekan-an terhadap sumberdaya alam dikare-nakan pemanfaatannya yang kurang mem-perhitungkan dampaknya terhadap ling-kungan ekologis. Demikian juga hal-nya dengan pembangunan di wilayahpesisir sekitar kawasan hutan mangro-ve yang belum dilaksanakan secara bi-jaksana dan berwawasan lingkungan.Adanya masukan beban limbah baik yangberasal rumah tangga maupun insutrike dalam kawasan mangrove juga me-yebabkan semakin menurunnya kuali-tas dan kuantitas hutan mangrove.

Usaha untuk menekan dampak kerusak-an dan melestarikan fungsi biologis ser-ta ekologis ekosistem hutan mangro-ve perlu dilakukan perlu melalui suatupendekatan yang rasional. Dimana da-lam pemanfaatannya hendaknya meli-batkan masyarakat sekitar kawasan danmasyarakat yang memanfaatkan kawas-an hutan mangrove secara langsung. Eko-sistem mangrove dengan keunikannyamerupakan sumberdaya alam yang sa-ngat potensial untuk dikembangkan se-bagai tempat kunjungan wisata. Pene-rapan sistem ekowisata pada ekosistemhutan mangrove merupakan salah satupendekatan yang dapat dilakukan da-lam pemanfaatan ekosistem hutan ma-ngrove secara lestari.

Ekowisata pertama kali diperkenalkanpada tahun 1990 oleh organisasi Theecotourisma Society. Ekowisata dide-fensikan sebagai suatu kegiatan perja-lanan ke daerah-daerah yang masih ala-mi, dimana didalamnya terdapat kegi-atan mengkonservasi lingkungan sertamemelihara kesejahteraan masyarakatsetempat (Yulianda, 2007). Ekowisatadi daerah pesisir dan laut merupakanbentuk wisata yang mengarah ke me-tatourism. Artinya, kegiatan ekowisatadi daerah pesisir dan laut tidak menjualtujuan atau objek wisata namun lebihmenjual aspek filosofi dan rasa. Berda-sarkan pertimbangan inilah, usaha eko-wisata di daerah pesisir dan laut tidakmudah mengalami kejenuhan pasar (Tu-wo, 2011).

Ekowisata merupakan kegiatan perja-lanan wisata ke daerah-daerah yang ma-sih alami yang dilakukan secara ber-tanggungjawab dengan mengutamakanaspek pendidikan, aspek konservasi alam,serta aspek pemberdayaan ekonomi ma-syarakat lokal. Kegiatan ekowisata sa-

Suitability and Carrying Capcity Mangrove Ecotourism 675

ngat erat dengan prinsip konservasi (Wo-od, 2002). Bahkan dalam strategi pe-ngembangannya, juga menggunakan stra-tegi konservasi. Dengan demikian eko-wisata sangat tepat dan berdayaguna da-lam mempertahankan keutuhan dan ke-aslian ekosistem di areal yang masihalami. Bahkan dengan ekowisata peles-tarian alam dapat ditingkatkan kuali-tasnya karena desakan dan tuntutan da-ri para eco-traveler alam. Penerapan kon-sep ekowisata di kawasan ekosistem hut-an mangrove secara umum diharapk-an dapat mengurangi tingkat perusak-an kawasan tersebut oleh masyarakatdan berpengaruh pada peningkatan eko-nomi. Dengan adanya ekowisata akanmemberikan alternatif sumber penda-patan bagi masyarakat di sekitar kawas-an tersebut dan meningkatkan Penda-patan Asli Daerah (PAD), selanjutnyaberkontribusi pada peningkatan pertum-buhan ekonomi daerah.

Pemahaman mengenai daya dukung ka-wasan perlu diperhatikan dalam upayapengembangan wilayah hutan mangro-ve sebagai kawasan ekowisata. Perhi-tungan daya dukung kawasan dimak-sudkan sebagai upaya untuk mencegahpemanfaatan sumberdaya alam secaraberlebihan yang pada akhirnya akan me-nimbulkan kerusakan ekosistem pesi-sir. Konsep daya dukung merupakan stra-tegi yang berguna untuk mencapai ta-hap akhir yang diinginkan untuk pe-ngambilan keputusan dalam manajemen.Pengelolaan hutan mangrove di kawas-an hutan mangrove Desa Pasir, Keca-matan Mempawah Hilir, Kabupaten Mem-pawah, Kalimantan Barat belum dilak-sanakan secara optimal, sehingga perlupeningkatan pengelolaan dan peman-faatan hutan mangrove dengan poten-si yang terdapat di dalamnya. Oleh ka-

rena itu, kesesuaian dan daya dukunghutan mangrove untuk kegiatan ekowi-sata perlu dianalisis sebagai acuan da-lam rangka mewujudkan pengelolaanyang berkelanjutan.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Pasir,Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupa-ten Mempawah, Kalimantan Barat (Gam-bar 1). pada bulan April-September 2017.Penentuan stasiun pengamatan meng-gunakan dilakukan menggunakan me-tode purposive sampling dengan per-timbangan berdasarkan ketebalan arealmangrove, karena ketebalan mangro-ve merupakan parameter ekologis uta-ma yang digunakan untuk menganali-sis kesesuaian kawasan mangrove se-bagai objek wisata.

Alat yang digunakan dalam penelitianini antara lain GPS, kamera digital, alattulis, meteran gulung 100 m, tali rafia,parang, dan sepatu boot. Bahan yangdigunakan dalam penelitian yaitu da-ta sheet, daftar pertanyaan (kuisioner)dan buku identifikasi mangrove berupaBuku Panduan Pengenalan Mangrovedi Indonesia (Noor et al., 1999).

Jenis data dalam penelitian ini terdi-ri dari data primer dan data sekunder.Data primer yang dikumpulkan anta-ra lain berupa data pengamatan eko-sistem mangrove dan parameter sosialekonomi berupa data pemahaman danpersepsi responden tentang ekowisatamangrove. Sedangkan data sekunder yangdikumpulkan berupa parameter fisik ya-itu data gambaran lokasi penelitian. Pe-ngambilan sampel ekosistem mangro-ve dilakukan dengan menggunakan me-tode petak ganda. Sampling mangro-

676 Yeni Hurriyani1

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

ve dilakukan dengan menggunakan ba-nyak petak contoh yang peletakannyadilakukan secara acak (simple randomsampling).

Jumlah responden (masyarakat dan pe-ngunjung) yang ditetapkan masing-masingadalah sebanyak 30 orang. Penentuanjumlah responden masyarakat dilakuk-an dengan metode accidential sampling,dimana jumlah responden tidak dapatditentukan dan tergantung dari sebera-pa banyak masyarakat Desa Pasir yangdapat ditemui dan diwawancarai olehpeneliti pada saat pengambilan data. Un-tuk penentuan jumlah responden pengun-jung, metode accidential sampling di-lakukan karena responden yang diwa-wancarai tergantung dari jumlah pengun-jung yang berkunjung ke kawasan ma-ngrove Desa Pasir saat penelitian di-laksanakan. Metode penentuan respon-den menggunakan metode purposive sam-pling, yaitu pengambilan sampel yangdilakukan secara sengaja atau tidak se-cara acak melainkan berdasarkan per-timbangan tertentu. Dalam hal ini yang

menjadi pertimbangan sebagai respon-den masyarakat adalah warga desa yangbertempat tinggal di sekitar lokasi pe-nelitian. Pertimbangan yang diambil un-tuk responden pengunjung adalah orang-orang yang mengunjungi kawasan ma-ngrove Desa Pasir baik yang berasaldari luar desa maupun dari luar Kabu-paten Mempawah, Kalimantan Barat.

Data yang dikumpulkan meliputi: da-ta mengenai jenis spesies, jumlah in-dividu dan diameter pohon. Data-datatersebut kemudian diolah untuk meng-etahui kerapatan setiap spesies dan ke-rapatan total semua spesies. Kerapatanspesies, Kerapatan total adalah jumlahindividu spesies i dalam suatu unit areayangdinyatakan dalam rumus:

K =ni

A(1)

KT =∑nA

(2)

dimana, K = kerapatan jenis i; ni = jum-lah total individu dari jenis i; KT = ke-rapatan total; Σn = jumlah total tegak-an seluruh jenis;dan A = luas total area

Suitability and Carrying Capcity Mangrove Ecotourism 677

pengambilan contoh (luas petak con-toh)

Kegiatan wisata yang akan dikembangk-an hendaknya disesuaikan dengan po-tensi sumberdaya dan peruntukannya.Setiap kegiatan wisata mempunyai per-syaratan sumberdaya dan lingkunganyang sesuai dengan objek wisata yangakan dikembangkan. Kategori wisata ma-ngrove mempertimbangkan 5 parame-ter dengan 4 klasifikasi penilaian (Ta-bel 1) (Yulianda, 2007).

IKW = ∑

(Ni

Nmax

)x100% (3)

dimana, IKW = Indeks kesesuaian wi-sata mangrove (sesuai: 83% - 100%;sesuai bersyarat: 50% - < 83%; tidaksesuai: < 50) Ni = Nilai parameter ke-i(Bobot x Skor). Nmaks = Penjumlah-an dari hasil pengalian nilai bobot de-ngan nilai skor dari kategori baik padamasing-masing parameter ekologi ma-ngrove.

Daya Dukung Kawasan merupakan jum-lah maksimum pengunjung yang dapatditampung pada suatu kawasan pada wak-tu tertentu tanpa menimbulkan gang-guan baik pada alam maupun manu-sia. Perhitungan Daya Dukung Kawas-an (DDK) (Yulianda, 2007).

DK = k xLp

Ltx

Wt

Wp(4)

dimana, DK : Daya Dukung Kawasan;k : Potensi ekologis pengunjung per sa-tuan unit area (orang); Lp : Luas areaatau panjang area yang dapat dimanfa-atkan (m atau m2); Lt : Unit area un-tuk kategori tertentu (m atau m2) Wt :Waktu yang disediakan oleh kawasanuntuk kegiatan wisata dalam satu hari(jam); dan Wp : Waktu yang dihabisk-an oleh pengunjung untuk setiap kegi-atan tertentu (jam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Mempawah merupakan sa-lah satu kabupaten yang ada PropinsiKalimantan Barat yang memiliki eko-sistem mangrove terbesar kedua sete-lah Kabupaten Kubu Raya. Secara ge-ografis, kabupaten Mempawah terletakdiantara 0°44’ Lintang Utara dan 0°00,4’Lintang Selatan serta 108°24’ Bujur Ti-mur dan 109°21,5’ Bujur Timur. Luaswilayah Kabupaten Mempawah (Luasdaratan dan perairan) menurut Permen-Dagri No. 06 Tahun 2008 tentang Ko-de Dan Data Wilayah Administrasi Pe-merintahan 2.797,88 km² atau sekitar1,90 % dari luas wilayah Provinsi Ka-limantan Barat, 146.807 km². Secaraadministratif, Kabupaten Mempawah ber-batasan dengan:

1. Sebelah Utara : berbatasan denganKabupaten Bengkayang

2. Sebelah Timur : berbatasan denganKab. Landak

3. Sebelah Selatan : berbatasan denganKabupaten Kubu Raya dan Kota Pon-tianak

4. Sebelah Barat : berbatasan denganLaut Natuna.

Kabupaten Mempawah terdiri dari sem-bilan kecamatan yaitu Siantan, Sege-dong, Sungai Pinyuh, Anjongan, Mem-pawah Hilir, Mempawah Timur, SungaiKunyit, Toho dan Sadaniang. Enam di-antaranya yaitu Kecamatan MempawahHilir, Mempawah Timur, Sungai Ku-nyit, Sungai Pinyuh, Segedong dan Si-antan merupakan kecamatan pesisir yangdisebelah barat berbatasan langsung de-ngan Laut Natuna.

Desa Pasir secara administratif terletakdi Kecamatan Mempawah Hilir, Kabu-paten Mempawah, Provinsi Kalimant-

678 Yeni Hurriyani1

Tabel 1 Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove

Parameter BKategori

SKategori

SKategori Cukup

SKategori

Baik Cukup baik buruk Buruk

Ketebalan mangrove (m) 5 >500 3 >200 - 500 2 50 - 200 1 <50

Kerapatan mangrove (100 m2) 3 > 15 - 25 3 > 10 - 5 2 10 - 5 1 <5

Jenis mangrove 3 > 5 3 5 - 3 2 2 - 1 1 0

Pasang surut (m) 1 0 – 1 3 >1 - 2 2 >2 - 5 1 >5

Objek biota 1 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptile, burung 3 Ikan, udang, kepiting, moluska 2 Ikan, moluska 1 Salah satu biota air

an Barat. Secara geografis, Desa Pasirberada pada 00o 20

′00

′′Lintang Uta-

ra sampai dengan 00o 30′′00

′′Lintang

Utara dan 108o 55′00

′′Bujur Timur sam-

pai dengan 109o 06′40

′′Bujur Timur

dengan luas wilayah kurang lebih 60Ha. Adapun batas-batas wilayah yangmelingkupi Desa Pasir adalah sebagaiberikut :

1. Sebelah Utara : berbatasan denganDesa Penibung

2. Sebelah Timur : berbatasan denganDesa Sekabuk

3. Sebelah Selatan : berbatasan denganKelurahan Terusan

4. Sebelah Barat : berbatasan denganLaut Natuna .

Saat ini ekosistem mangrove di Kabu-paten Mempawah (Tabel 2) semakin ter-desak sebagai akibat meningkatnya ke-butuhan penggunaan lahan untuk me-menuhi kebutuhan manusia, sehinggamengancam kelestariannya. Degradasimangrove di Kabupaten Mempawah di-sebabkan kurangnya mendapat perha-tian dalam perencanaan dan pengelo-laan, kurangnya kesepahaman dianta-ra para aktor yang terlibat merupakanhal yang mempercepat kerusakan padaekosistem mangrove.

Pasang surut merupakan gerakan ver-tikal seluruh partikel massa air laut da-ri permukaan sampai bagian terdalamdasar laut yang disebabkan oleh penga-ruh gaya tarik menarik antara bumi de-

Tabel 2 Perbandingan luas ekosistem mangrove diKabupaten Mempawah

Kecamatan Luas wilayah (ha)Luas kawasan mangrove (ha)

1989 2014

Mempawah Hilir 16.042,53 184,75 186,16

Mempawah Timur 11.253,87 30,5 21,6

Sungai Kunyit 19.487,1 90,91 147,38

Sungai Pinyuh 18.264,93 509,89 384,17

Total 65.048,43 816,05 739,31

ngan benda-benda angkasa terutama ma-tahari dan bulan (Wibisono, 2005). Ki-saran pasang surut di lokasi antara 0.6sampai dengan 1.2 meter. Pola arus pa-sang surut tipe ini merupakan meka-nisme penting dalam distribusi dan trans-portasi sedimen tersuspensi di sepan-jang dasar perairan baik di alur mau-pun pantai pesisir Kabupaten Mempa-wah sehingga sangat berpengaruh padahabitat mangrove. Tipe pasut ini jugaakan memberikan indikasi ke arah ma-na kecenderungan terjadinya sedimen-tasi/pendangkalan dimana pada perair-an yang mempunyai aruslambat dan te-nang akan memberikan kesempatan ke-pada material tersuspensi untuk meng-endap sehingga kawasan ini lebih do-minan ditumbuhi jenis Rhizophora sp.,sebaliknya pada arus yang cepat me-nyebabkan material tersuspensi akan te-tap bergerak bersama arus dan pada ka-wasan ini spesies mangrove yang do-minan adalah jenis Avicennia sp.

Ketebalan mangrove diperoleh berda-sarkan hasil pengukuran secara manu-al. Pengukuran dilakukan denggunak-an roll meter yang ditarik secara tegak

Suitability and Carrying Capcity Mangrove Ecotourism 679

lurus terhadap garis pantai mulai da-ri tumbuhan mangrove di bagian daratsampai dengan ujung tumbuhan mangro-ve di hidup pada batas laut. Hasil pe-ngukuran menunjukkan bahwa ketebal-an Mangrove pada Stasiun 1, 2, dan 3berturut-turut adalah 98 m, 93 m, dan90 m dengan rata-rata 93,7 m.

Secara umum ekosistem mangrove disepanjang pantai Desa Pasir Kecamat-an Mempawah Hilir Kabupaten Mem-pawah dapat dibagi ke dalam zona dep-an (dekat perairan), selanjutnya zonatengah, kemudian zona akhir (dekat da-ratan). Hasil pengamatan jenis mangro-ve (Gambar 2) di lokasi menunjukk-an bahwa terdapat beberapa jenis ma-ngrove antara lain Avicennia marina,Avicennia lanata, Rhizopora mucrona-ta, Rhizopora stylosa, Rhizopora api-culata, Sonneratia ovata, Bruguiera gym-noriza, Bruguiera cilindrica, Kandeliacandle, Excoecaria agallocha, Cerio-ps decandra, Xylocarpus garantum ,danNypa fruticans. Dari ketiga stasiun ter-sebut, jenis spesies mangrove paling ba-nyak ditemukan pada stasiun 1 diban-ding stasiun 2 dan 3. Hal ini disebabk-an karena perbedaan kondisi lingkung-an seperti substrat, pengenangan air, sa-linitas, serta intensitas cahaya.

Hasil pengamatan di lapangan menun-jukkan bahwa jenis A. marina, A. la-nata dan R. Mucronata merupakan je-nis yang paling mendominasi kawas-an mangrove Desa Pasir. Hal ini dika-renakan lokasi penelitian yang beradadi tepi pantai dengan kondisi substratberpasir. Jenis R. Mucronata diketahuimempunyai daya toleran yang baik un-tuk tumbuh pada substrat yang lebihkasar dan berpasir. Kerapatan jenis ve-getasi mangrove kategori pohon padastasiun 1 sebesar 960 ind/ha dengan ke-

Gambar 2 Jenis Mangrove Di Kawasan MangroveDesa Pasir

rapatan jenis tertinggi pada jenis R. Mu-cronata (840 ind/ha), dan kerapatan je-nis terendah pada jenis A. marina (120ind/ha). Stasiun 2 memiliki kerapatanjenis vegetasi mangrove sebesar 1420ind/ha, dengan kerapatan jenis terting-gi dijumpai pada jenis A. marina (1120ind/ha) serta kerapatan jenis terendahpada jenis R. Mucronata (140 ind/ha).Pada stasiun 3 kerapatan vegetasi ma-ngrove kategori pohon sebesar 960 ind/ha,dengan kerapatan jenis tertinggi dijum-pai pada jenis R. Mucronata (780 ind/ha).

Mangrove mempunyai fungsi ekologispenting sebagai habitat berbagai jenisfauna. Fauna yang terdapat pada eko-sistem mangrove merupakan perpadu-an antara fauna terrestrial dan fauna aku-atik. Adapun fauna terestrial umumnyamenepati bagian atas pohon mangro-ve dan tidak mempunyai sifat adapa-tasi khusus di dalam mangrove sepertiinsekta, ular, primata, serta burung. Se-dangkan kelompok fauna akuatik yanghidup pada ekosistem mangrove terdiridari dua tipe, yaitu: (a) kelompok orga-nisme yang hidup pada kolom air ter-utama dari jenis ikan dan udang (b) ke-

680 Yeni Hurriyani1

lompok organisme yang hidup menem-pati baik pada substrat keras seperti akardan batang maupun substrat lunak se-perti lumpur. Fauna yang hidup di ha-bitat mangrove memainkan peran pen-ting dalam fungsi ekosistem sehinggadapat menjadi indikator yang bergunabagi kawasan mangrove (Bengen, 2002).

Zonasi dan distribusi spesies mangro-ve berhubungan dengan amplitude pa-sang surut. Pada zona intertidal ting-gi, krustasea berkaki sepuluh mendo-minasi, sedangkan pada zona intertidalrendah, fauna yang ada terdiri dari filter-feeders, seperti tiram dan teritip. Zona-si spesies juga tergantung pada topo-grafi pantai, variasi suhu dan distribusibahan organik, yang merupakan sum-ber makanan penting.

Hasil identifikasi kelompok fauna (Gam-bar 3) terrestrial yang ditemukan padaekosistem mangrove Desa Pasir Keca-matan Mempawah Hilir antara lain :(a) jenis burung seperti Burung Encit-encitan (Orthotomus sp.), Burung La-yang (Hirundo sp.), Burung Pipit (Lon-chura sp.) dan (b) jenis reptil sepertibiawak (Varanussalvator), ular Bakau(Chrysopelea sp), Cacing nypa (Nama-lycatis sp.). Sedangkan kelompok fau-na akuatik yang ditemukan antara la-in: (a) jenis ikan seperti ikan Temba-kol (Periopthalmus sp.), Belanak (Mu-gil sp.), (b) jenis krustasea seperti Udangputih (Penaeus marguensis) Udang kro-sok (P. semiculcatus), kepiting bakau(Scylla serrata), serta (c) jenis molus-ka seperti Kerang Bakau (Polymesodasp. ), Kerang Darah (Anadara grano-sa), Kerang Bulu (Anadra Antiquata),dan Siput mangrove (Littorina, sp).

Aksesibilitas merupakan salah satu fak-tor penting dalam mendukung keber-hasilan pengembangan suatu kawasan

Gambar 3 Jenis Fauna Di Kawasan Mangrove DesaPasir

ekowisata. Aksesibilitas yang baik da-pat dinilai ketersediaan sarana dan pra-sarana yang seperti jalan maupun ken-daraan yang layak menuju lokasi eko-wisata. Akses menuju kawasan ekowi-sata mangrove di Desa Pasir, Kecamat-an Mempawah Hilir, Kabupaten Mem-pawah dapat ditempuh menggunakankendaraan pribadi atau umum, baik da-ri jenis kendaraan roda dua ataupun ro-da empat. Lokasi ekowisata yang bera-da pada jalur utama jalan provinsi yangberaspal baik dan cukup lebar sangatmemudahkan pengunjung untuk men-capai lokasi ekowisata. Selain itu, ak-ses jalan menuju lokasi ekowisata ma-ngrove juga sudah di semen sehinggasangat memudahkan pengunjung. sedangk-an untuk sarana pendukung yang ter-dapat di lokasi ekowisata yaitu tersedi-anya dermaga perahu dan lokasi parkiryang dekat dengan lokasi dan sudah di-jaga oleh petugas parkir.

Pemahaman masyarakat mengenai eko-sistem mangrove dapat dikatakan cu-kup baik. Sebagian besar masyarakatsudah mengetahui peran dan fungsi eko-sistem mangrove, namun disisi lain ju-

Suitability and Carrying Capcity Mangrove Ecotourism 681

ga masih ditemukan kelompok masya-rakat yang belum mengetahui peran pen-ting dari ekosistem mangrove ini. Ke-rusakan mangrove di Kabupaten Mem-pawah lebih banyak disebabkan olehkegiatan perkebunan warga, pembangunatau pengembang untuk membuka lah-an perumahan dan masyarakat yang me-nebang mangrove untuk kayu dan arang.Hal ini merupakan konsekuensi bertam-bahnya jumlah penduduk, dimana lah-an yang ditumbuhi mangrove akan te-rus mendapat tekanan untuk dikonver-si menjadi lahan pertanian dan perke-bunan bahkan pemukiman. Potensi dankegunaan ekosistem mangrove yang be-gitu luas menyebabkan pengelolaannyamenjadi rumit karena akan mendapatk-an benturan kepentingan antar sektorbaik masyarakat bahkan antar lembagapemerintah.

Hasil penelitian menunjukkan pemaham-an masyarakat sekitar pesisir Desa Pa-sir, Kecamatan Mempawah Hilir, Ka-bupaten Mempawah terhadap kegiatanekowisata sudah baik. Pemahaman ma-syarakat ini sangat penting terkait pe-ngembangan kawasan sebagai lokasi eko-wisata. Suatu kawasan yang akan di-kembangkan menjadi lokasi ekowisa-ta, maka perlu diadakan sosialisasi pro-gram atau penyuluhan konservasi se-cara kontinyu kepada masyarakat seki-tar. Hal ini dilakukan agar masyarakatsekitar mengetahui dan dapat berpar-tisipasi dalam kegiatan pengembangankawasan ekowisata yang akan dilaksa-nakan. Selain itu, dengan adanya ke-giatan sosialisasi dan penyuluhan yangkontinu dapat meningkatkan pemaham-an masyarakat sekitar mengenai kon-sep konservasi mangrove.

Hal yang sama juga didapatkan padapengunjung, dimana mayoritas pengun-

jung sudah mengeal istilah ekowisata.Pemahaman pengunjung tentang eko-sistem mangrove dan ekowisata dapatdikatakan sudah cukup baik. Melaluikegiatan ekowisata diharapkan pema-haman pengunjung tentang ekosistemmangrove dapat meningkat. Pengunjungmenyatakan bahwa kondisi mangrovedi lokasi ekowisata berada dalam kea-daan baik.

Salah satu prinsip dasar dan tujuan daripengembangan kegiatan ekowisata ada-lah untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat lokal. Keterlibatan masya-rakat lokal dalam kegiatan ekowisatasangat penting, mengingat peran sertamereka sebagai penyedia fasilitas, me-nyajikan atraksi budaya, sekaligus me-nentukan kualitas produk wisata. Ber-dasarkan hasil wawancara dengan ma-syarakat setempat (Gambar 4), sebanyak60% responden berkeinginan untuk ter-libat dalam kegiatan ekowisata, 30% res-ponden menyatakan tidak tahu dan ha-nya 10 % yang menyatakan tidak inginterlibat. Masyarakat yang menyatakankeinginan untuk terlibat dalam kegiat-an ekowisata ini bersedia menjadi pe-mandu wisata (guide), menyewakan ru-mahnya untuk dijadikan penginapan (gu-est house) dan sisanya menyatakan ber-keinginan untuk menjadi relawan (vo-lunteer).

Keberhasilan didalam pengelolaan eko-sistem mangrove sangat ditentukan olehketepatan strategi dalam melaksanak-an kebijakan yang dikembangkan de-ngan melibatkan dan memperhatikan ke-pentingan berbagai pihak (stakeholders)yang meliputi pemerintah baik pusat ma-upun daerah, nelayan, LSM, tokoh ma-syarakat dan peneliti di perguruan ting-gi. Hal ini sangat penting diperhatikanagar kebijakan yang dihasilkan dapat

682 Yeni Hurriyani1

Gambar 4 Keterlibatan masyarakat dalam kegiatanekowisata mangrove

diimplementasikan dengan baik kare-na telah disesuaikan dengan potensi, as-pirasi dan bersama masyarakat dan yangpaling terpenting adalah bagaimana me-lalui kebijakan ini dapat meningkatk-an kesejahteraan masyarakat di wila-yah pesisir khususnya.

Analisis daya dukung kawasan diper-lukan dalam pemanfaatan potensi sum-berdaya pesisir untuk pengembanganwisata bahari secara lestari. Mengingattingkat kerentanan dan keterbatasan ru-ang untuk pengunjung maka perlu di-tentukan daya dukung kawasan. Meto-de yang digunakan untuk menghitungdaya dukung pengembangan ekowisa-ta alam dikenal dengan konsep daya du-kung kawasan (DDK). Dengan adanyakonsep daya dukung ini diharapkan mam-pu meminimalkan atau mencegah ke-rusakan sumberdaya alam dan lingkung-an dari usaha pemanfaatan yang dila-kukan.

Usaha pengelolaan sumberdaya alamdan lingkungan secara lestari dapat ter-laksana dengan tetap memperhatikan ke-sejahteraan masyarakat pengguna sum-berdaya. Daya dukung kawasan diper-lukan dalam pengelolaan ekowisata ma-

ngrove agar tidak mengganggu potensiekologis ekosistem mangrove sehing-ga kelestariannya tetap terjaga dan ke-giatan ekowisata dapat berjalan seca-ra terus menerus tanpa merusak ling-kungan.

Nilai daya dukung kawasan mangroveDesa Pasir untuk kegiatan tracking ya-itu sebesar 44 orang/hari dengan pan-jang area yang dimanfaatkan sebesar550 meter. Kondisi nyata di lapangandimana waktu yang disediakan oleh lo-kasi wisata hutan mangrove adalah 12jam (waktu buka 06.00 dan waktu tu-tup 18.00) dengan rerata waktu kun-jungan setiap orang adalah 2 jam ma-ka perhitungan daya dukung kawasanuntuk wisatanya adalah 66 orang/hari.Kegiatan tracking yang dapat dilakuk-an oleh pengunjung antara lain untukmenikmati keindahan ekosistem mangro-ve dan juga dapat digunakan sebagaiwisata pendidikan (educational tour) meng-gunakan jembatan kayu (wooden tra-il). Selain itu, kegiatan penanaman bi-bit mangrove di lokasi wisata juga da-pat dilakukan sebagai sarana pendidik-an konservasi.

Eksplorasi potensi dan nilai kawasanmerupakan prioritas utama dalam pe-ngelolaan ekowisata kawasan mangro-ve. Tujuan dari kegiatan ini adalah un-tuk mengetahui seberapa besar poten-si dan nilai tersebut sehingga dapat di-manfaatkan untuk meningkatkan pen-dapatan daerah yang berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan kemandirian se-hingga pada akhirnya dapat meningkatk-an kesejahteraan masyarakat sekitar.

Keanekaragaman flora dan fauna me-rupakan modal dasar dalam pengem-bangan kegiatan ekowisata. Semakin ba-nyak potensi wisata alam yang ada pa-da suatu kawasan akan semakin me-

Suitability and Carrying Capcity Mangrove Ecotourism 683

narik minat wisatawan untuk berkun-jung. Kegiatan ekowisata yang akan di-kembangkan harus disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya.Indeks kesesuaian ekologis dapat digu-nakan untuk mengidentifikasikan apa-kah suatu ekosistem Sangat Sesuai (SS),Sesuai (S), Sesuai Bersyarat (SB), atauTidak Sesuai (N) untuk pengembangansuatu kegiatan wisata. Secara umum,kesesuaian pengembangan usaha eko-wisata mangrove dilaksanakan denganmempertimbangkan 5 parameter dengan4 klasifikasi penilaian. Parameter - pa-rameter tersebut antara lain meliputi obyekbiota, pasag surut air laut, ketebalan,kerapatan, serta jenis mangrove, pasangsurut dan obyek biota. Nilai parameter-parameter ini didapatkan melalui hasilpengukuran dan pengamatan langsungdi lapangan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang te-lah dilakukan diperoleh nilai indeks ke-sesuaian wisata (IKW) pada Stasiun 1menunjukkan nilai total skor 26 dariskor maksimum 39 dan nilai IKW nyaadalah 66,67% dengan kategori SesuaiBersyarat (SB). Selanjutnya pada sta-siun 2 didapatkan total skor 25 dari skormaksimum 39 dan nilai IKW nya ada-lah 64,10% dengan kategori Sesuai Ber-syarat (SB). Pada stasiun 3 didapatkantotal skor 25 dari skor maksimum 39dan nilai IKW nya adalah 64,10% de-ngan kategori Sesuai Bersyarat (SB).Perbedaan nilai indeks ini dikarenakanperbedaan kondisi ekologis pada seti-ap stasiun seperti ketebalan dan jenismangrove yang mempengaruhi keane-karagaman biota di lingkungan terse-but.

Secara keseluruhan nilai indeks kese-suaian wisata (IKW) pada kawasan hut-an mangrove Desa Pasir, Kabupaten Mem-

pawah berada pada kategori Sesuai Ber-syarat (SB). Hal ini menunjukkan bah-wa perlu dilakukan tindakan pengelo-laan lebih lanjut dan intensif untuk men-jadikan hutan mangrove tersebut seba-gai kawasan ekowisata seperti melakuk-an kegiatan penanaman bibit mangro-ve (replantasi) sehingga ketebalan are-al mangrove bertambah, selanjutnya meng-embangkan potensi rekreasi seperti ke-giatan lintas alam, memancing, berla-yar, pengamatan jenis burung dan atrak-si satwa liar, fotografi, pendidikan, pe-nelitian, piknik dan berkemah.

SIMPULAN

Indeks kesesuaian ekosistem mangro-ve di Desa Pasir Kecamatan Mempa-wah Hilir Kabupaten Mempawah un-tuk kegiatan wisata tergolong ke dalamkategori Sesuai Bersyarat (SB) untukdikembangkan sebagai kawasan ekowi-sata. Hal ini menunjukan bahwa kawas-an mangrove di Desa Pasir mempunyaipotensi untuk dikembangkan sebagai ka-wasan ekowisata.

Acknowledgements Universitas Tanjungpu-ra atas bantuan pembiyaan penelitianmelalui Dana DIPA Untan tahun 2017dan semua pihak yang telah membantukelancaran penelitian ini.

Pustaka

Bengen, D. G. (2001). Pengenalandan pengelolaan ekosistem mangro-ve: pedoman teknis. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan, In-stitut Pertanian Bogor.

Bengen, D. G. (2002). Sinopsis eko-sistem dan sumberdaya alam pesisir

684 Yeni Hurriyani1

dan laut serta prinsip pengelolaan-nya. Pusat Kajian Sumberdaya Pe-sisir dan Lautan IPB: Bogor, 63.

Noor, Y. R., Khazali, M., and I NN,S. (1999). Panduan pengenalanmangrove di Indonesia. PKA/WI-IP(Wetlands International-IndonesiaProgramme).

Pramudji (2004). Penanganan hutanmangrove di kawasan pesisir indo-nesia: Suatu program yang sangatmendesak. Oseana, 1:19–26.

Tuwo, A. (2011). Pengelolaan eko-wisata pesisir dan laut: pendekatanekologi, sosial-ekonomi, kelembaga-an, dan sarana wilayah. Brilian in-ternasional.

Wibisono, M. (2005). Pengantar ilmukelautan. Grasindo. Jakarta, 226.

Wood, M. (2002). Ecotourism: Princi-ples, practices and policies for sus-tainability. UNEP.

Yulianda, F. (2007). Ekowisata baharisebagai alternatif pemanfaatan sum-ber daya pesisir berbasis konservasi.makalah disampaikan pada seminarsains 21 februari 2007. DepartemenMSP. FPIK. IPB. Bogor, 19.