the eclipse gerhana matahari total

170
THE ECLIPSE GERHANA MATAHARI TOTAL CATATAN PERISTIWA 9 MARET 2016 PANITIA NASIONAL GERHANA MATAHARI TOTAL 2016

Upload: phamkhue

Post on 11-Jan-2017

253 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

THE ECLIPSEGERHANA MATAHARI TOTAL

CATATAN PERISTIWA 9 MARET 2016

PANITIA NASIONAL GERHANA MATAHARI TOTAL 2016

Foto : Dok. LAPAN

Daftar Isi //Daftar IsiTim RedaksiSambutan Kepala LAPANSambutan Ketua Panitia Nasional Gerhana MatahariPrologBab 1. Gerhana dan Peradaban ManusiaBab 2. Menanti Sang Gerhana di KathulistiwaBab 3. Lokasi Pengamatan dan Peristiwa Jembatan Ampera, Palembang Pantai Tanjung Kelayang, Belitung Palangkaraya, Kalimantan Tengah Parigi Moutong, Sulawesi Tengah Palu, Sulawesi Tengah Poso, Sulawesi Tengah Ternate, Maluku Utara Maba, Halmahera Gerhana Matahari Sebagian Hasil PenelitianBab 4. Berbagi Euforia Menyambut GerhanaTautan Liputan Media di Website LAPANUcapan Terima KasihTim Penyusun Buku dan Kontributor

iii1235

1156616773798593

103109117139147159161162

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional i

Tim RedaksiPenanggung JawabIr. Christianus R. Dewanto, M.Eng (Kepala Biro Kerjasama, Humas, dan Umum LAPAN)

Pemimpin RedaksiIr. Jasyanto, MM (Kepala Bagian Humas LAPAN)

Redaktur PelaksanaMega Mardita, M.Si (Kepala Subbagian Publikasi dan Layanan Informasi Publik LAPAN)

The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016 diterbitkan oleh:Biro Kerjasama, Humas, dan UmumLembaga Penerbangan dan Antariksa NasionalJalan Pemuda Persil No. 1, Jakarta 13220Telepon (021) 4892802 Fax. 4892815www.lapan.go.id

Anggota Redaksi:Drs. Syaikhun Hadisaputra, MM (LAPAN)Zakaria, S.Sos (LAPAN)Sigid Nur Tito Ahmad, S.Sn (LAPAN)

PenyuntingShaka Mahottama (Talemaker Communications)

Penata LetakDamara Prasetyo (Talemaker Communications)

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT ii

SAMBUTAN KEPALA LAPAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, LAPAN telah memberikan sumbangsihnya kepada negara, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Sumbangsih ini berupa edukasi publik dalam rangka Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 pda 9 Maret 2016. GMT 2016 sangat menarik perhatian publik. Hal ini dise-babkan, peristiwa astronomi ini merupakan fenomena alam yang langka. Inilah yang melatarbelakangi penyusunan buku The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016, yang bertujuan untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut.

Kali ini, GMT melintasi 11 provinsi di wilayah Indonesia. Media dan masyarakat menghadapi peristiwa ini dengan penuh antusias. Kelompok astronom amatir, maha-siswa dan dosen perguruan tinggi menyiapkan berbagai kombinasi penelitian dalam berbagai tingkatan dengan kegiatan pendidikan publik. Bahkan, fenomena ini juga menjadi perhatian bagi wisatawan domestik dan luar negexri sehingga memberikan efek positif tehadap pariwisata nasional.

Pada akhirnya, GMT tersebut telah berdampak baik pada peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap fenomena itu. Hal ini tentunya sa-ngat berbeda dengan sambutan fenomena yang sama pada 1983. Kala itu, masyarakat merasa ketakutan sehingga sedikit yang menikmati gerhana.

Buku ini diharapkan menjadi catatan sejarah pengamatan gerhana Matahari di In-donesia. Saya berharap pula buku ini dapat menjadi wahana edukasi bagi ilmu penge-tahuan dan teknologi antariksa, khususnya terkait astronomi.

Wassalam

Jakarta, Agustus 2016Kepala LAPAN

Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 1

SAMBUTAN KETUA PANITIA NASIONAL GERHANA MATAHARI

Assaalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT bahwa Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 telah berlangsung di Indonesia pada Rabu, 9 Maret 2016, dimana peristi-wa astronomi yang langka ini juga telah dijadikan sebagai ajang penelitian keantarik-saan di LAPAN. Persitiwa GMT telah disaksikan oleh jutaan umat manusia baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri sendiri.

Dalam kesempatan ini Kedeputian Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer LAPAN bertindak selaku tuan rumah kepanitiaan nasional. Peristiwa ini menjadi momen yang sangat penting untuk mengembangkan hasil penelitian di LAPAN. Momen tersebut sekaligus dapat diajadikan tonggak yang bersejarah bagi peneliti LAPAN. Selain pengamatan GMT, LAPAN juga melaksanakan pengamatan Gerhana Mataha-ri Sebagian (GMS). Di Kantor LAPAN Bandung juga dilaksanakan streaming pe-ngamatan GMT dari berbagai wilayah di Indonesia pada pukul 06.10 hingga 08.32 WIB.

Momentum GMT 2016 juga sebagai sumber pengetahuan, pengalaman, dan wa-wasan tentang pengamatan gerhana matahari. Selain memperkenalkan LAPAN, peristiwa ini juga sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama da-lam meningkatkan pemahaman mengenai fenomena ini. Terkait hal tersebut, maka LAPAN mendokumentasikan GMT sejak mulai proses perencanaan, hitungan mun-dur, dan pengamatan langsung di lapangan serta hasil penelitian ilmiah Gerhana Ma-tahari Total (GMT) 2016 dalam buku The Eclipse - Gerhana Matahari Total: Catatan Peristiwa 9 Maret 2016.

Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan media massa dalam dan luar negeri, juga seluruh komponen Panitia Nasional Gerhana Matahari yang telah ikut menyukseskan agenda nasional dalam menyambut peristiwa Gerhana Matahari Total dan Sebagian tahun 2016, dan ikut serta berkontribusi dalam penyusunan materi do-kumentasi ini.

Dokumentasi ini diharapkan dapat berfungsi sebagai catatan sejarah pengamatan ilmiah. Buku ini sekaligus dapat digunakan untuk proses pendidikan dan pembelajaran ilmiah bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia. Kami berharap, buku ini dapat disosialisasikan secara berkelanjutan. Tentunya, dokumen ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Wassalam. Jakarta, Agustus 2016Ketua Panitia Nasional Gerhana Matahari

Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc

Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 2

Astronomi seperti halnya ilmu pengeta-huan alam lainnya yang serumpun yakni

Fisika, Kimia dan Biologi (sedang Matemati-ka adalah ‘Queen of Science’) memiliki satu karakter yang unik yakni predictive power. Melalui metodologi sains yang mendasari pengamatan astronomis, astronom menjelas-kan secara ilmiah serta memprediksi dengan intuisi dan logika, fenomena alam yang akan terjadi berdasarkan telaah seksama terhadap periodisitasnya.

Metode ini mengandalkan kedisiplinan pengumpulan dan rasionalitas yang tinggi terhadap data dan menjadi landasan empi- risme dalam dunia deduksi-induksi dalam sains. Kemampuan prediksi ini dibuktikan dengan begitu cermatnya penentuan wak-tu gerhana matahari total hingga jangkauan sepersepuluh detik.

Akan tetapi dalam sejarahnya, Astronomi sebagai sains tertua didekati melalui ber- bagai jalur. Manusia sebagai mahluk be-rakal memiliki khazanah yang luas dalam menafsirkan berbagai fenomena alam. Oleh karena itulah peradaban manusia me- nyaksikan berbagai asimilasi antara aspek kultural dengan ilmiah dalam mempelajari fenomena alam yang astronomis.

Berbagai mitos sekitar peristiwa alam seperti kemunculan komet dan gerhana ma-tahari maupun gerhana bulan pun muncul sebagai akibat perkembangan kebudayaan

PROLOG

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 3

Foto : www.rahunas.org

manusia. Pendekatan ini berlangsung secara ra-sional dalam tataran teknik pengukuran dan bera-khir pada tafsir pseudo-sains, sesuatu yang sejati- nya berbeda dengan nilai sains itu sendiri.

Namun, umat manusia cenderung menerima pemikiran mitikal ini, dan mewariskannya pada generasi-generasi berikut. Permasalahannya, pan-dangan ini akan menjadi bias yang merugikan masyarakat itu sendiri saat telah terlembagakan.

Salah satu contoh yang paling mendekati topik ini adalah saat kehadiran peristiwa gerhana ma-tahari total 11 Juni 1983 di Indonesia. Fenomena gerhana ini disambut dengan bersembunyinya se-bagian besar penduduk Indonesia di rumah-rumah. Suasana di pedesaan dilaporkan sepi mencekam karena patroli tentara dan polisi mencegah pen-duduk keluar rumah. Banyak penduduk yang me-nutup ventilasi di rumahnya dengan menggunakan tikar. Ini bertujuan agar ibu hamil tidak terpapar cahaya matahari dan melahirkan bayi-bayi yang “belang”. Contoh dari sebuah pemikiran mitikal yang tidak berbasis pada sains.

Lalu, apakah gerhana matahari atau pun bulan merupakan petanda bencana alam? Zaman telah menjawab bahwa tidak ada korelasi positif di an-tara keduanya. Namun, manusia cenderung mem-percayai dan memperdebatkan ide mitikal secara berulang dari waktu ke waktu. Sikap ini menun-jukkan bahwa diperlukan upaya yang keras lagi untuk meningkatkan taraf science literacy di ma- syarakat.

Kini, setelah 33 tahun berlalu, masyarakat In-donesia dihadapkan pada suatu fenomena yang sama tapi dengan jejak dan kala totalitas yang ber-beda namun spektakuler karena gerhana matahari total melintasi 11 provinsi yang merentang dari

Bengkulu hingga Maluku Utara. Menariknya, media dan masyarakat seperti

gayung bersambut menghadapi peristiwa ini de- ngan penuh antusias. Kelompok astronom amatir dari Aceh hingga Ambon, mahasiswa, dan dosen perguruan tinggi menyiapkan berbagai kombinasi penelitian dalam berbagai tingkatan dengan ke-giatan pendidikan publik (public outreach). Ma-syarakat berbondong-bondong mencari kacamata gerhana yang sempat menjadi komoditas bernilai tinggi di pasaran. Para pelajar dengan antusias mencari informasi dan ilmu pengetahuan hingga melakuka penelitian dasar mengenai gerhana ma-tahari. Situasi yang sangat berbeda dibandingkan tahun 1983.

Keindahan fenomena ini juga menjadikan pe- ngalaman wisata yang tak terlupakan oleh wisa-tawan asing maupun domestik yang datang ke lokasi-lokasi pengamatan bersama. Para warga dan wisatawan dari berbagai tempat dan kalangan berbaur untuk bersama-sama melihat gerhana ma-tahari.

Antusiasme seperti ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia telah selangkah lebih maju dalam menyikapi fenomena ini dan mulai mene- rima sains dan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari pemahaman terhadap dunia dan semesta.

Meski tentunya kampanye science literacy tetap diperlukan dan dilakukan secara konsisten, berbagai reaksi positif media dan publik terhadap gerhana tahun 2016 ini menunjukkan bahwa ma- syarakat Indonesia tengah berada di jalur yang be-nar dalam menerima sains dan ilmu pengetahuan.(Sumber: intisari wawancara Hakim Luthfi Mala-san oleh Liputan 6)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 4

Foto : Dok. LAPAN

Gerhanadan Peradaban Manusia

Sepanjang sejarah manusia, gerhana matahari bukanlah sekedar fenomena semesta yang statis. Kepercayaan, re-ligi, dan peradaban manusia di masa lalu sarat pengaruh sang gerhana.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 5

Bab 1

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 6

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana, sebuah mitos dan legenda

Gerhana matahari sejak dahulu me- rupakan misteri bagi manusia. Se-

buah fenomena yang sepanjang sejarah ditunjukkan dalam berbagai ekspresi: ketakutan, kekaguman, pemujaan, hing- ga keingintahuan. Dari mitos, legenda, hingga catatan akademik, setiap pera daban dan zaman memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi gerhana ma-tahari. Meski demikian, dapat dikatakan seluruhnya memiliki pendapat yang sama bahwa itu merupakan fenomena semesta yang istimewa. Gerhana menarik perha-tian manusia sejak masa lampau. Sejati nya merupakan spesies yang berpikir dan

ingin tahu, manusia memandang gerhana sebagai peristiwa yang harus dicari tahu penyebab dan maknanya. Pemikiran ma-nusia dalam menginterpretasikan gerhana mengikuti norma religi, kepercayaan, dan komunitas di masa ia berada. Seringkali, interpretasi itu menjadi awal dari mitos gerhana matahari. Harus diakui memang, dalam banyak mitos di seluruh dunia ger-hana seringkali diasosiasikan peringatan akan munculnya musibah.

Pandangan ini juga terjadi di masa Kekaisaran Tiongkok Kuno, pada dinas-ti apapun. Posisi astronom kekaisaran merupakan jabatan dengan prestise yang sangat tinggi, dan bertugas menganalisis pergerakan benda-benda langit (antariksa) untuk menentukan berbagai macam hal, dari masa tanam dan panen, hingga hari-hari baik untuk mengadakan upacara ritu-al. Gerhana matahari umumnya dianggap sebagai peringatan akan ancaman bahaya, dan pihak kekaisaran biasanya mengada-kan upacara ritual persembahan untuk me-nenangkan amarah para dewa. Kegagalan memprediksi gerhana matahari merupakan kejahatan berat dengan ancaman hukuman mati.

Masyarakat Yunani Kuno juga demiki-an. Gerhana matahari juga merupakan pe- ringatan bencana. Matahari yang dianggap sebagai simbol dan panduan untuk sesuatu yang stabil, cerah, dan kekal, seketika menjadi gelap dan menghilang. Gangguan terhadap kestabilan sebagai sebuah sim-

Gerhana dan Peradaban Manusia

THE ECLIPSE - GMT

Batara Kala. Mitologi Hindu dan pewayangan mem-percayai bahwa gerhana matahari disebabkan oleh amarah Betara (Dewa) Kala kepada matahari dan bulan. Diceritakan bahwa matahari dan bulan me- laporkan tindakan Kala kepada Dewa Wisnu, yang memberi hukuman dengan memisahkan kepala Kala dari tubuhnya. Kala yang marah terhadap matahari dan bulan bersumpah untuk mengejar dan memakan mereka. Namun karena kepala Kala sudah terle-pas dari tubuhnya, maka matahari dan bulan yang dimakan langsung keluar kembali melalui kerongko- ngannya. Cahaya mataha-ri dan bulan hanya hilang sejenak sebelum kembali bersinar karena telah bebas dari mulut Kala.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 7

bol inilah yang menjadi interpretasi masyarakat Yunani Kuno terhadap gerhana matahari.

Beberapa budaya dan peradaban lain bahkan memiliki interpretasi bahwa matahari sedang diserang oleh entitas-entitas tertentu untuk memakannya. Di Vietnam, pelaku- nya adalah kodok raksasa. Menurut kepercayaan Korea di masa lam-pau, gerhana matahari menunjuk-kan bahwa matahari tengah dis-erang oleh anjing ganas raksasa. Ini hampir mirip dengan budaya Viking Nordik, namun anjing di-ganti dengan serigala angkasa. Bagi masyarakat tradisional Serra-no di California, gerhana matahari merupakan kejadian di mana arwah orang-orang yang sudah meninggal berkumpul dan bersama-sama men-

coba memakan matahari.Indonesia juga memiliki mitos

unik mengenai gerhana, dan ben-tuknya tergantung suku dan ma- syarakatnya. Suku Da’a di Sigi, misalnya, mengadakan ritual khu-sus yang dimaksudkan untuk me-lindungi penduduk di muka bumi dari hal-hal yang tidak diinginkan saat terjadi gerhana. Sementara itu umat Islam di Indonesia, seperti di belahan dunia lainnya, mengadakan salat gerhana sebagai ibadah dan ekspresi kekaguman terhadap cipta-an Tuhan.

Berdasarkan mitos Hindu dan pewayangan, gerhana matahari ter-jadi akibat Raksasa Kala yang te- ngah marah dan menelan matahari (dan juga bulan untuk kasus ger-hana bulan). Namun karena kepala

Kala sudah terlepas dari tubuhnya, maka matahari langsung keluar kembali melalui kerongkongannya. Inilah yang menyebabkan gerhana matahari total hanya berlangsung beberapa menit saja sebelum cahaya kembali bersinar.

Gerhana dan Peradaban Manusia

Pengamatan gerhana. Para ahli astronomi Tiongkok se-dang mengamati gerhana matahari sekitar tahun 1840, sementara para pelayan ketakutan dan bersujud ke arah gerhana. Masyarakat Tiongkok memiliki sejarah panjang yang terkait dengan gerhana matahari. Gerha-na merupakan perwujudan dari sebuah peringatan akan adanya bahaya. Seiring de-ngan perkembangan zaman, kaum intelektual Tiongkok mulai meneliti gerhana dari sudut pandang sains. Namun, bagi rakyat jelata, pemikiran bahwa gerhana merupakan tanda dari bencana masih sulit dihilangkan.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 8

Foto : Brunier and Luminet, Glorious Eclipses, Cambridge University Press

Ekspedisi mengejar gerhanaPerkembangan zaman perlahan mengubah paradigma, yang sebelumnya mengede-pankan bahwa gerhana adalah fenomena gaib dan berada di luar daya pikir manusia. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan pola pikir membuat manusia memper-tanyakan apa penyebab gerhana matahari, dampaknya, serta apa yang bisa dipelajari dari terjadinya gerhana.

Meskipun pengamatan dan ralaman gerhana telah terjadi dari masa kuno (ter-catat pertama kali dalam teks kuno Assyr-ia pada 763 SM, juga catatan-catatan masa kekaisaran Tiongkok kuno), pengamatan teleskopik gerhana matahari pertama kali tercatat pada tahun 1706 di Perancis. As-

tronom Inggris Edmund Halley kemudian juga mengamati gerhana sembilan tahun kemudian. Lebih dari satu abad kemudian, tepatnya di tahun 1851, gerhana matahari untuk pertama kalinya diabadikan dalam bentuk foto. Semenjak itu, penelitian men-genai gerhana matahari mulai giat dilaku-kan di berbagai negara.

Bahkan, saat terjadinya gerhana ma-tahari yang lintasannya melewati Siam (Thailand) pada tahun 1868, Raja Mong- kut yang legendaris memimpin sendiri ekspedisi untuk mengamati gerhana terse-but. Ini membuktikan pentingnya posisi fenomena gerhana matahari sebagai sub-jek dan prestise dunia penelitian dan aka-demik waktu itu.

THE ECLIPSE - GMT

Sang Raja yang pro-gresif. Raja Siam, Mongkut, dikenal sebagai sosok yang progresif. Saat ter-jadinya gerhana matahari tahun 1868, sang raja sendirilah yang memimpin eks- pedisi pengamatan gerhana. Dikenal juga sebagai pegiat sains, Raja Mongkut bahkan mampu de-ngan tepat mempre-diksi lamanya fase gerhana total terse-but dua tahun sebe- lumnya.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 9

Foto : wikipedia.org

Ekspedisi sekaligus penelitian besar di abad ke-20 mengenai gerhana mataha-ri total yang termahsyur dipimpin oleh astronom berkebangsaan Inggris, Arthur Eddington, pada tanggal 29 Mei 1919. Ekspedisi Eddington juga berhasil mem-buktikan teori relativitas Albert Einstein mengenai pembelokan ruang dan waktu akibat gravitasi.

Di wilayah Indonesia sendiri (atau Hin-dia-Belanda waktu itu), ekspedisi pertama di abad ke-20 dipimpin oleh duet astronom dari Amerika Serikat, Charles D. Perrine dan R.H. Curtiss. Keduanya mengunjungi Sumatra untuk mengamati dan meneliti gerhana matahari total. Tidak hanya mer-eka, beberapa peneliti lain dan bahkan

wisatawan dari negara-negara Eropa juga datang ke Hindia-Belanda untuk men-yaksikan fenomena tersebut.

Tujuan utama para peneliti tersebut adalah Kota Padang, Bukittinggi, dan Sawahlunto. Meskipun pada saat itu lin-tasan gerhana juga melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Sumatra dianggap sebagai destinasi yang lebih aman. Fase gerhana total pada tahun 1919 berlangsung cukup lama,6 menit 27 detik. Persiapan para astronom dan peneliti itu untuk men-yaksikan gerhana di tanah Hindia-Belanda sendiri berlangsung selama enam pekan.

Gerhana dan Peradaban Manusia

Ekspedisi masa lalu. Se-menjak gerhana matahari dapat diabadikan dengan fotografi, para astronom dan ilmuwan di berbagai negara berlomba-lomba untuk melakukan ekspedisi gerhana. Dengan sokongan dana dari berbagai macam sumber, umumnya institusi akademik, ekspedisi dilaku-kan dengan melakukan perjalanan ke luar benua Eropa atau Amerika Serikat. Amerika Latin, India, dan Asia Tenggara biasanya menjadi tempat pilihan bagi para ilmuwan itu. Berbeda dengan saat ini di mana perjalanan bisa mudah dilakukan, pada masa lalu perjalanan menuju tempat tujuan bisa memakan waktu berminggu-minggu dengan masa tinggal saat penelitian di lokasi bisa mencapai sete-ngah tahun bahkan lebih.

Saat kehadiran peristi-wa gerhana matahari total 11 Juni 1983 yang

disambut dengan sembunyinya sebagian besar penduduk Indo-nesia di rumah-rumah,

ditutupnya ventilasi dengan menggunakan

tikar agar ibu hamil tidak terpapar cahaya

matahari dan mela-hirkan bayi-bayi yang

“belang”.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 10

(Disarikan dari berbagai sumber)

Foto : eclipse-maps.com

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Penduduk di wilayah Nusantara mendapatkan ke-sempatan langka untuk bisa menyaksikan secara langsung fenomena Gerhana Matahari Total. LAPAN sebagai lembaga terkait menyiapkan segalanya untuk peristiwa di Hari-H. Apa saja yang dilakukan oleh LAPAN untuk menyambut sang gerhana?

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 11

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Sebelum terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT) 9 Maret 2016, wilayah In-

donesia sebelumnya pernah mengala-mi lima kali lintasan GMT yang tercatat sejak masa kemerdekaan. Menariknya, gerhana matahari seringkali diasosi-asikan dengan mitos sebagai penye-bab kebutaan.

Isu ini begitu dominan sehingga pada saat terjadinya GMT pada tahun 1983, pemerintah Indonesia melarang warga untuk melihat peristiwa gerhana secara langsung. Beberapa daerah bahkan membunyikan sirine tanda bahaya dan meminta warga untuk tetap berada di dalam rumah. Terlepas dari kontroversi mengenai penyebab pelarangan, yang pasti mitos penyebab kebutaan secara langsung tidaklah benar.

Seiring dengan perkembangan tek- nologi dan arus informasi, mitos me- ngenai dampak negatif gerhana ma-tahari mulai berkurang. Namun, masih ditemukan banyak pertanyaan me- ngenai gerhana matahari yang diaju-kan oleh masyarakat. Menyongsong GMT tahun 2016, LAPAN melakukan be-berapa langkah sosialisasi dan persia-pan bagi masyarakat dan para peneliti untuk menyambut gerhana matahari.

Bab 2

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 12

Foto : Dok. LAPAN

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi gerhana matahari dan kacamata gerhana

Suku Togutil me-makai kacama-ta khusus untuk melihat proses gerhana.

Pertanyaan yang muncul dari masyarakat umumnya terkait dengan proses pengamatan gerhana secara

langsung. Apakah melihat gerhana dengan mata tel-anjang itu berbahaya? Apa efeknya? Bagaimana cara mengamati gerhana dengan aman?

Gerhana matahari memang memiliki efek negat-if apabila dilihat dengan mata telanjang dalam waktu lama, sama dengan cahaya matahari pada saat normal, karena dapat membebani kerja retina. Ketika fase GMT terjadi, pupil mata membesar untuk menangkap cahaya sebanyak mungkin karena suasana yang gelap. Tetapi ketika fase total berakhir dan bulan mulai bergeser, cahaya matahari akan terang kembali dan cahaya yang muncul berdampak negatif bagi retina. Namun, cahaya matahari saat gerhana tidak mengakibatkan kebutaan secara langsung di tempat. Untuk melihat gerhana ma-

tahari secara aman, dibutuhkan perlengkapan khusus.Salah satu cara teraman untuk melihat langsung ger-

hana matahari adalah menggunakan kacamata gerhana, kacamata yang dalam konstruksinya memiliki filter berupa film yang mampu menyaring cahaya matahari yang masuk ke mata. Yang membedakannya dengan ka-camata hitam atau kacamata film biasa adalah kemam-puan penyaringannya yang bisa mencapai sepersepuluh ribu dari cahaya yang masuk ke bumi (dibandingkan kacamata hitam yang hanya menyaring maksimal hing-ga seperseribu).

Terdapat cukup banyak varian instrumen lain un-tuk melihat gerhana matahari, mulai dari kacamata las industri hingga menggunakan kardus yang dilubangi. Prinsipnya tetap sama, yaitu memenuhi standar untuk secara intensif menyaring cahaya yang masuk ke retina.

Gerhana di pedalaman. Suku Togutil merupakan masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan Halmahera Utara. Hidup dengan cara berpindah-pindah, masyarakat ini hidup dengan cara mengandalkan hasil hutan dan belum mengenal huruf meski sudah mengenal peradaban di luar sukunya. Suku Togutil yang tinggal di pedalaman Halmahera Utara juga tidak lepas dari tradisi yang berkenaan dengan gerhana matahari. Mereka masih menganut tradisi bahwa memukulkan alat-alat kayu hingga menciptakan suara lantang dapat mencegah nasib buruk atau kesialan dari menghinggapi anggota suku dikarenakan gerhana matahari. Kru CNN Indonesia memproduksi dokumenter yang mengangkat kehidupan suku Togutil dan tradisi mereka saat terjadi gerhana matahari. Dalam film dokumenter tersebut, suku Togutil akhirnya dapat melihat gerhana secara langsung dengan bantuan kacamata khusus gerhana matahari yang dibagikan oleh tim LangitSelatan. (sumber: tangkapan layar dari CNN Indonesia)

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 13

Foto : Video CNN Indonesia

Informasi inilah yang harus disosialisasikan LAPAN kepada masyarakat.

Memahami pentingnya generasi muda sebagai stakehold-er ilmu pengetahuan dan kebijakan di masa depan, LAPAN mengajak para pelajar untuk mempelajari gerhana matahari dengan lebih mendalam. Sosialisasi ini dilakukan baik den-gan mengundang perwakilan pelajar ke fasilitas LAPAN di berbagai kota, ataupun mendatangi sekolah-sekolah dan tem-pat belajar para siswa. Para siswa diberikan pengetahuan me- ngenai gerhana matahari dan peristiwa antariksa lainnya, serta cara-cara menggunakan berbagai media dan perlengkapan un-tuk memantau gerhana matahari secara langsung.

Dalam hal sosialisasi, LAPAN memboyong fasilitas Pla- netarium Mini untuk dapat dinikmati oleh para siswa serta ma-syarakat yang penasaran mengenai tata surya dan antariksa. Ini tentunya disertai juga dengan pemberian pengetahuan tentang gerhana matahari dan juga cara penggunaan instrumen se- perti bandul, thermometer, hygrometer, sampai kamera lubang jarum yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian dasar saat terjadinya gerhana matahari. Berbagai permainan

edukasi dan workshop pembuatan teropong juga merupakan agenda tetap yang diadakan di setiap sosialisasi.

Ekspedisi sosialisasi LAPAN mengenai ger-hana matahari diantaranya digelar untuk para siswa di SMA Xaverius Palembang, SMK 1 Maba, SMPN 2 Parigi Moutong, SD dan SMP YPP 1 Surabaya, serta perwakilan dari sekolah- sekolah di Ternate, Sumedang, Palangkaraya, Pontianak, dan Bandung.

LAPAN juga memproduksi ratusan kacama-ta gerhana untuk dibagikan kepada masyarakat yang ingin menonton langsung gerhana matahari di tempat pengamatan. Produksi kacamata ger-hana ini juga dilakukan oleh pemerintah-pemer-intah daerah setempat.

LAPAN juga mengambil langkah inisiatif un-tuk masuk ke pusat-pusat perbelanjaan sebagai salah satu bentuk outreach kepada masyarakat. Hal ini direalisasikan dalam bentuk temu wicara atau talkshow mengenai gerhana matahari total yang diselenggarakan di Palembang Indah Mall. Dengan peneliti LAPAN, budayawan, dan peja-bat pendidikan setempat yang menjadi narasum-ber, acara ini mengupas dengan dalam fenomena gerhana matahari baik dari kacamata sains dan budaya atau kelembagaan masyarakat. Dalam

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Sosialisai 8 Maret 2016 - Palembang

Sosialisasi gerhana terhadap Suku Togutil, Halmahera.Saat Gerhana Matahari, kebiasaan yang dilaku-kan suku Togutil ialah “Toki-toki” (memukul/ membuat bunyi dari sirih pinang yang dipukulkan ke pohon beringin).

Sosialisasi di segala lini. Gerhana matahari 9 Maret 2016 merupakan fenomena cukup langka yang ti-dak sering terjadi, maka LAPAN se-bagai lembaga penelitian antariksa melakukan sosialisasi gerhana di segala lini, dari para pelajar di seko-lah dasar hingga para pejabat pe-merintahan. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi yang benar mengenai fenomena gerha-na matahari hingga berkoordinasi untuk menyukseskan acara-acara pengamatan gerhana matahari di berbagai lokasi di Indonesia. ( Foto : Dok. LAPAN)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 14

Foto : Video CNN Indonesia

Belajar gerhana itu menyenangkan. Seorang siswi sekolah dasar di SMPN 1 Bangil, Pasuruan tampak tersenyum lebar saat melakukan simulasi pemakaian kacamata gerhana, se-mentara teman-temannya tampak antusias menanti giliran-nya masing-masing. Metode sosialisasi LAPAN dalam mem-berikan informasi dan pengetahuan melalui praktik langsung dengan instrumen sangat disukai oleh para pelajar.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 15

acara ini pula para narasumber berupaya untuk mematahkan mitos dan legenda negatif mengenai gerhana matahari.

Dari berbagai sosialisasi yang dilakukan di Palembang, yang paling mengesankan bagi masyarakat dan para pelajar khususnya adalah kehadiran Planetarium Mini milik LA-PAN. Planetarium berbentuk tenda besar yang canggih ini bisa memfasilitasi para pelajar yang ingin menonton simulasi fenomena antariksa sama baiknya dengan planetarium perma-nen. Ini merupakan langkah inovatif LAPAN dalam rangka mendekatkan diri dengan para pelajar serta bentuk outreach, memberikan pengalaman kepada masyarakat untuk mera-sakan sensasi simulasi planetarium yang belum tentu ada di setiap kota di Indonesia.

Selain itu, para personel LAPAN juga giat dalam menjelas-kan fenomena gerhana kepada media massa dan para jurnalis. Media massa baik cetak, elektronik, maupun digital, berfung-si untuk menyampaikan informasi dan agenda dari LAPAN. Jangkauan media yang luas merupakan salah satu kunci dari keberhasilan membangun antusiasme masyarakat yang begitu besar di seluruh wilayah Indonesia untuk menyaksikan GMT serta memadamkan mitos negatif yang selama ini melekat pada fenomena gerhana.

Sosialisasi mengenai gerhana sendiri juga dilaku-kan melalui media baru dan internet. Laman mayantara LAPAN (www.lapan.go.id) dilengkapi dengan sublaman dan dokumen-dokumen khusus yang membahas gerhana matahari. Pengetahuan dan informasi lain mengenai gerhana juga dapat dilihat di laman gerhana.info, yang dikelola oleh tim Langit-Selatan. Media sosial seperti Facebook dan Twitter juga digu-nakan untuk memberikan informasi-informasi terbaru terkait dengan persiapan pengamatan gerhana.

Untuk memperluas jangkauan sosialisasi yang intensif, LAPAN menggandeng komunitas-komunitas penggemar fenomena antariksa, seperti LangitSelatan, Penjelajah Langit, Komunitas Lubang Jarum, Surabaya Astronomy Club, serta institusi-institusi penelitian dan akademik seperti Kemen- terian Ristekdikti, Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Uni-versitas Ahmad Dahlan (UAD). Melalui kepanitiaan nasio- nal gerhana matahari total, komunitas Komunitas dan lemba-ga-lembaga ini nantinya juga berkoordinasi dengan LAPAN dalam proses pengamatan dan penelitian GMT di berbagai lokasi di Indonesia.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 16

Foto : Dok. LAPAN

LAPAN goes to mall. Acara talkshow sekaligus sosialisasi mengenai gerhana matahari total yang dilakukan oleh LA-PAN di Palembang Indah Mall, 8 Maret 2016. Acara yang di-hadiri oleh lebih dari 300 undangan dan dipandu langsung oleh TVRI Sumsel ini menghadirkan para peneliti LAPAN, bu-dayawan dan peja-bat pendidikan Su-matera Selatan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 17

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Favorit para pelajar. Planetarium Mini milik LA-PAN tengah disiapkan di aula UPTD Graha Tek- nologi Sriwijaya, tanggal 8 Maret 2016. Planeta- rium mobile ini menjadi daya tarik utama bagi masyarakat khususnya para pelajar. Berbentuk tenda besar yang diisi perlengkapan sains an-tariksa, fasilitas ini menjadi favorit bagi para pelajar karena pengalaman unik yang mereka dapatkan saat memasukinya. Dengan posisi tubuh berbaring, mereka dapat melihat simu-lasi fenomena-fenomena antariksa yang tidak kalah kualitasnya dengan planetarium sung- guhan. Terkait dengan momen gerhana, maka pada acara sosialisasi di Palembang simulasi yang diputar juga didominasi oleh fenomena gerhana matahari.

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 18

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Sosialisasi GMT Palembang

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 19

Kegiatan sosialisasi LAPAN mengenai gerhana matahari di Palembang berlangsung di berbagai tempat, dari lingkun-gan sekolah, media massa, hingga pusat perbelanjaan. Berbeda dengan beberapa wilayah lain di mana sosialisasi secara lokal paling gencar dilakukan pada tanggal 8 Ma-ret 2016, kegiatan di Palembang berjalan selama beberapa waktu.Kuliah umum mengenai gerhana matahari dilakukan di Kam-pus Universitas Bina Darma. Kegiatan sosialiasi juga masuk ke pusat perbelanjaan, dengan diadakannya talkshow menge-nai gerhana di Palembang Indah Mall. Selain itu, beberapa personel LAPAN juga diundang oleh media setempat untuk diwawancarai terkait peristiwa gerhana Maret 2016.Puncak acara sosialisasi bertempat di UPTD Graha Teknolo-gi Sriwijaya. Acara ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan pelajar dari berbagai institusi pendidikan di Palembang. Se-lain penyampaian pengetahuan mengenai gerhana, kegia-tan lain seperti workshop pembuatan kacamata gerhana hingga simulasi fenomena antariksa dengan menggunakan planetarium mini LAPAN dilakukan di acara ini.

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Sosialisasi GMT Palembang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 20

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Kadis Pendidikan Sumatera Selatan dan Kabag Humas LAPAN menunjukkan ka-camata gerhana dan teleskop yang akan digunakan untuk pengamatan di Jembatan Ampera.

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 21

Membuat kacama-ta gerhana. Para siswa di Palembang mendapatkan kesem-patan untuk mengikuti workshop pembuatan kacamata gerhana. Dalam acara itu, me- reka mendapatkan keasyikan tersendiri dalam membuat ka-camata di bawah bimbingan para nara-sumber.

Foto : Dok. LAPAN

Peneliti LAPAN mem-peragakan bagaimana mengamati gerhana ma-tahari dengan menggu-nakan metode yang se-derhana dengan sistem lubang jarum kepada awak media massa. Se-lain lubang jarum, kaca-mata gerhana, teleskop, dan peralatan lainnya juga disiapkan untuk acara pengamatan ger-hana di Jembatan Am-pera, Palembang. Satu unit teleskop bahkan dipinjamkan kepada kru media untuk membantu liputan.

Foto : Dok. LAPAN

Sosialisasi GMT Palembang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 22

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMT Palangkaraya

Sosialisasi di Palangkaraya diseleng-garakan oleh Tim Gerhana Matahari Pussainsa LAPAN tanggal 8 Maret 2016. Selain memperkenalkan LAPAN kepa-da para peserta yang sebagian besar terdiri dari kalangan pelajar, acara ini juga berfungsi sebagai pemberian in-formasi dan pengetahuan mengenai gerhana matahari. Setelah acara sele-sai, para peserta diberikan kacama-ta gerhana sebagai suvenir serta alat bantu untuk mengamati gerhana esok harinya.

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 23

Sosialisasi GMT Palangkaraya

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 24

Sosialisasi. Deputi Pengin-deraan Jauh LAPAN, Dr. Orbita Roswintiarti, menyampaikan sosiali- sasi gerhana matahari dan penginderaan jauh kepada para perwakilan pelajar di Palangkaraya. Sosialisasi kepada para pelajar merupakan salah satu agenda utama LAPAN dalam meyambut gerhana matahari tahun 2016.

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 25

Sosialisasi GMT Palangkaraya

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 26

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMT Palu dan Parigi

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 27

Sosialisasi GMT Parigi Moutong

Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengunjungi Palu kemu-dian Parigi untuk pengamatan gerhana matahari. Dalam sebuah acara semi-nar internasional dan workshop me- ngenai gerhana matahari di Universitas Tadulako, Palu, tanggal 8 Maret 2016, Kepala LAPAN menjadi pembicara ber-sama dengan tiga orang nara sumber lain yang merupakan para peneliti dari mancanegara. Kepala LAPAN juga memberikan penjelasan kepada per-tanyaan awak media massa mengenai gerhana matahari total tahun 2016.

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 28

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMT Poso

Kegiatan di Poso merupakan andil dari tim Universe Awareness (Unawe) Indonesia dan tim Bosscha Observa-tory ITB. Sosialisasi dilakukan kepada para pelajar di Poso, terutama siswa-siswi sekolah dasar. Tim Unawe-ITB mem-boyong beberapa alat bantu sosialisasi, di antaranya buku-buku mengenai gerhana matahari dan astronomi, kacamata gerhana, serta bahan-bahan dan peralatan untuk melakukan simulasi pengamatan gerhana. Kegia-tan pengamatan gerhana sendiri nantinya akan dilaku-kan di Desa Kalora di wilayah Poso Pesisir Utara, bersa-maan dengan Festival Kawaniya yang diadakan di desa tersebut. Foto : Unawe & Bosscha

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 29

Sosialisasi GMT Poso

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 30

Tim Unawe dan ITB melakukan berbagai kegiatan dalam so-sialisasinya kepada para pelajar. Mu-lai dari pemberian materi mengenai gerhana dan feno- m e n a - f e n o m e n a astronomi, penggu-naan alat peraga, video, hingga simu-lasi pembuatan dan penggunaan alat bantu pengamatan seperti lubang jarum dan kacamata ger-hana.

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 31

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 32

Sosialisasi GMT Poso

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMT Ternate

Sosialisasi gerhana matahari di Ternate berlangsung dua kali. Sosialisasi pertama diselenggarakan di SMKN 2 Ternate pada tanggal 7 Maret 2016. Di tem-pat ini, para pesertanya merupakan perwakilan para pelajar dan guru dari 164 sekolah. LAPAN bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Ter-nate serta International Astronomical Union, acara ini memberikan informasi dan pengetahuan me- ngenai gerhana matahari kepada para peserta. Selanjutnya, para peserta dibimbing dalam work-shop pembuatan kacamata gerhana mataha-ri. Pada tanggal 8 Maret 2016 sosialisasi kembali dilakukan di tempat yang berbeda, namun kali ini oleh tim gabungan antara LAPAN dan Bakamla. So-sialisasi ini lebih banyak dipersiapkan kepada Laskar Gerhana Matahari yang dikoordinasikan oleh Detik.Com untuk pengamatan gerhana di laut lepas.

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 33

Sosialisasi GMT Ternate

Foto : Detik.com

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 34

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMT MabaBertempat di SMK 1 Maba, tim LAPAN dan NASA bersa-ma-sama membe- rikan pemaparan dan informasi me- ngenai gerhana matahari kepada para pelajar.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 35

Sosialisasi GMT Maba

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 36

Foto : Dok. Kompas

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMS

Tetap hadirkan sosialisasi. Para pelajar tengah mencoba menggunakan teleskop untuk melihat ke langit. Meskipun bu-kan berada di wilayah gerha-na matahari total, LAPAN juga tetap mengadakan sosialisasi kepada para pelajar dan ma-syarakat. Ini sejalan dengan program LAPAN untuk terus memberikan informasi dan pe- ngetahuan kepada masyarakat dan stakeholder masa depan mengenai pentingnya ilmu dan teknologi keantariksaan.

Fasilitas streaming. Selain bisa mengikuti proses terjadinya gerhana matahari sebagian, masyarakat tetap bisa melihat gerhana matahari total di loka-si-lokasi lain berkat adanya fasi- litas streaming yang diadakan baik secara langsung di titik-titik pengamatan milik LAPAN mau-pun online (daring).Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 37

Sosialisasi GMS

Road show. Menyambut peristiwa gerhana ma-tahari 9 Maret 2016, para personel LAPAN melaku-kan kunjungan ke ber- bagai sekolah di ber-bagai jenjang untuk memberikan informasi dan pengetahuan ter-kait fenomena gerhana matahari. Biasanya kun-jungan ke sekolah-seko-lah ini juga disertai sesi simulasi praktek peng-gunaan alat-alat bantu pengamatan, seperti teleskop, atau dengan workshop pembuatan alat pengamatan seperti kacamata gerhana dan metode lubang jarum.

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 38

Edukasi dan Strea-ming GMT. Peser-ta terdiri dari siswa beserta guru SD, SMP, SMA antara lain SD Karang Pam-ulang, SD Jaka Pur-wa, SMPN 13, SMPK Trimulia, SMAN 22, SMAK Bintang Mulia, SMK Daarut Tauhid, mahasiswa Univer-sitas Telkom, ma-hasiswa ITB dan masyarakat umum, kurang lebih 100 orang.

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMSSosialisasi kepada para pelajar di SD dan SMP YPPI 1 Surabaya sebe-lum terjadinya gerhana matahari sebagian. So-sialisasi ini dibawakan oleh tim LAPAN Pa-suruan dan Surabaya Astronomy Club dan membahas astronomi, khususnya tentang gerhana matahari. Kru berita dari CNN Indo-nesia juga ikut meliput kegiatan ini. Para murid yang didampingi para guru mereka nan-tinya bergantian meli-hat matahari menggu-nakan teleskop maupun kacamata matahari.

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 39

Rapat Persiapan Sosial-isasi dan Pemantauan/Pengamatan Gerhana Matahari di Parepare

Presentasi Materi Gerha-na Matahari dan Peng- arahan di Parepare

Sosialisasi GMS

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 40

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi GMSSelain kalangan pelajar, sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat dari berbagai kalangan. Baik itu berupa koordinasi ber-sama pegawai pemerin-tah lembaga lain, komuni-tas pecinta astronomi dan antariksa, warga yang pe-nasaran mengenai ger-hana matahari, hingga kepada media massa. Di ber-bagai kota, sosialisasi ini dilakukan untuk mem-berikan informasi yang benar mengenai gerhana matahari, cara-cara dan metode mengamati ger-hana, serta mengurangi rasa takut masyarakat terhadap mitos-mitos ger-hana matahari yang tidak akurat.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 41

Sosialisasi GMS

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 42

Peralatan ‘tempur’ peneliti. Para peneliti dari LAPAN mempersiapkan teleskop dan perleng-kapan lainnya untuk meneliti gerhana matahari total di Maba, Halmahera. Memastikan per-lengkapan dalam kondisi prima merupakan salah satu syarat utama dalam penelitian ger-hana yang baik. Tanpa adanya instrumen yang dipersiapkan dengan baik, perolehan data be-resiko mengandung kekeliruan yang dapat ber-dampak pada kesalahan hasil penelitian.

Inside Indonesia CNN - Gerhana Maba LAPAN

Inside Indonesia CNN - Gerhana Maba LAPAN

Para peneliti tentunya tidak ingin tertinggal

dalam urusan gerhana, teru-tama LAPAN sebagai lem-baga yang bergerak di bidang keantariksaan. Sejak awal, para peneliti LAPAN telah mempersiapkan materi yang akan diteliti saat terjadinya gerhana.

Berkenaan dengan GMT, tim LAPAN mengamati dan

mengambil data penelitian di bidang radiasi cahaya ma-tahari, ionosfer, geomagnet, dan fotometri korona. Pene-litian lain yang cukup unik adalah pengamatan terhadap perilaku fauna saat terjadi- nya gerhana matahari yang dilakukan oleh Tim Gerha-na dari Universitas Ahmad Dahlan.

Persiapan para peneliti

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 43

Foto : Video CNN Indonesia

Foto : Video CNN Indonesia

LAPAN menetapkan berbagai tempat yang akan menjadi loka-si-lokasi utama dalam pengamatan dan penelitian GMT. Lokasi-lokasi tersebut di antaranya Maba (Halma-hera), Parigi Moutong (Sulawesi), Ternate, Palembang, Palangkaraya, dan Pulau Belitung. Lokasi-lokasi ini dinilai sebagai tempat terbaik karena titik pandangnya dianggap maksimal, sesuai dengan lintasan gerhana, dan cuaca yang diperkira-kan bersahabat pada saat pemantau-an.

Untuk mendukung penelitian tersebut, para peneliti dan teknisi LAPAN juga mempersiapkan berb-agai perlengkapan yang akan digu-nakan untuk memantau Gerhana Matahari Total (GMT). Teleskop Takahashi ‘Baby Q’, finder scope, mounting Vixen AXD 2115, serta controller Star Book Ten menjadi salah satu paket andalan untuk men-gamati gerhana. Rangkaian lainnya

adalah teleskon Lunt 70D dengan mounting system iOptron Mini Tower II beserta deflektor digital ZWO Optical dan filter lensa khu-sus. Tentu saja, binokular juga tetap digunakan untuk pengamatan dasar.

Tidak hanya bermodalkan kamera dan teleskop canggih, para peneliti LAPAN juga akan meng-gunakan bantuan komputer anal-itik untuk membantu mengukur dan menginterpretasikan data yang akan didapat. Selain itu, satelit LA-PAN-A2/LAPAN-ORARI yang baru saja mengorbit tahun lalu juga akan langsung bertugas untuk memantau dan mendeteksi setiap pergerakan dalam jalur gerhana.

Peneliti mempersiapkan tero-pong Vixen di Ternate, Maluku Utara.

Space Science Center - LAPAN di Ternate

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 44

Foto : Video Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Para penelti gerhana. Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin menghadiri acara seminar mengenai gerhana matahari di Universitas Tadulako, Palu, Su-lawesi Tengah, satu hari sebelum gerhana terjadi. Da-lam seminar tersebut, hadir pula para pembicara dari mancanegara yang juga akan melakukan penelitian gerhana pada tanggal 9 Maret 2016, di antaranya Prof. Richard Gelderman dari Western Kentucky Uni-versity (Amerika Serikat) dan Dr. Miquel Serra Ricart dari Instituto de Astrofisica de Canarias (Spanyol).

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana Matahari Total merupakan fenomena yang memiliki rentang waktu sangat singkat (hanya beber-apa menit) dan tidak selalu terjadi secara reguler terutama di wilayah ekuator. Tentu saja bagi para pe-neliti, setiap kesempatan mengama-ti GMT tidak dapat dilewatkan.

National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga penelitian antariksa dari Amerika Serikat, secara resmi mengirimkan tim penelitinya untuk datang ke Indonesia dan mengamati GMT. Pengamatan NASA di Indonesia tentunya melibatkan kerjasama den-gan LAPAN dan beberapa lembaga lainnya sebagai tuan rumah.

Memiliki fokus penelitian yang kurang lebih serupa dengan LA-PAN, tim NASA akan memfokus-kan pengamatan mereka di Maba, Pulau Halmahera, mengingat tem-pat tersebut merupakan lokasi yang diprediksi mendapatkan titik pan-dang paling lama dan terbaik untuk

Tamu Mancanegara

Skema Lokasi Pengamatan dan Penelitian

THE ECLIPSE - GMT

Tersebar di berbagai lokasi. Dalam proses pen-gamatan dan penelitian gerhana matahari total, LAPAN bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai komunitas, organisasi, uni-versitas, dan lembaga pemerintah lainnya. Agar bisa mendapatkan data dengan cak-upan yang lebih luas, para peneliti disebar di berbagai lokasi pengamatan. Para personel dan peneliti LAPAN sendiri berada di tujuh titik lokasi, yaitu Palembang, Belitung, Pa-langkaraya, Palu, Parigi Moutong, Halmahera, dan Ternate. Tempat-tempat ini merupakan lo-kasi yang dilalui oleh lintasan gerhana mataha-ri total dan penentuannya sudah dilakukan sejak lama, sementara survei untuk penentuan titik pengamatan dilakukan berbulan-bulan se-belum terjadinya gerhana.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 47

BMKG

Imah Noong

UPI

ITB

LAPAN Bengkulu

Palembang

Bangka

Belitung

Tanjung Pandan(Belitung)

Pangkalan Bun

Palangkaraya

Balikpapan

Penajam (Kaltim)

Tanah Paser (Kaltim)

Palu

Parigi Moutong

Poso

Ternate

Maba

TOASTI

Penjelajah Langit

UNAWE

JAC

TPOA

UAD

Langit Selatan

HAAJ

mengamati GMT 2016. Meski demikian, beberapa peneliti NASA juga ditempatkan di lokasi-lokasi lainnya untuk memperba- nyak data pengamatan gerhana matahari.

Kehadiran para peneliti NASA di Indonesia juga dimaksudkan sebagai ajang percobaan konfigurasi teleskop baru milik mereka. Instrumen baru ini berfung-si mengukur suhu dan pergerakan material di korona matahari, sehingga dapat mem-berikan informasi lebih jauh kepada para peneliti yang mempelajari suhu atmosfer dan permukaan matahari.

Teleskop baru milik NASA ini nanti- nya akan diterbangkan ke luar angkasa, namun adanya GMT di Indonesia membu-ka kesempatan untuk uji coba dengan cara

yang lebih praktis dan tidak memakan ter-lalu banyak biaya. Percobaan ini sekaligus mempersiapkan perlengkapan dan data para peneliti NASA untuk mengamati ger-hana matahari besar yang akan terlihat dari wilayah Amerika Serikat di tahun 2017.

Selain dari Amerika Serikat, para pe-neliti dari negara lain juga turut serta da-lam meramaikan pengamatan gerhana. Tercatat Jepang, Malaysia, Jerman, Swed-ia, Australia, Rusia, dan Kanada juga mengirimkan tim penelitian ke Indonesia, dengan lokasi pilihan terbanyak berada di Maba dan Ternate.

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Pengalaman lang-ka di Kathulistiwa. Rombongan warga mancanegara yang terdiri dari peneliti dan wisatawan ber-pose untuk mengab-adikan keberadaan mereka di Palu, Ma-luku Utara setelah usai mengamati ger-hana matahari. Bagi mereka, gerhana matahari total mer-upakan fenomena yang tidak dapat di-lupakan dan menjadi pengalaman langka baik bagi peneliti ve- teran dan wisatawan kasual sekalipun.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 48

Foto : Dok. LAPAN

Ekspedsi bersama. Sosialisasi men-genai gerhana matahari total dengan tema The Space Series: NASA-LAPAN Joint Eclipse Expe-dition to Halmahera di @america, Pacific Place Mall, Jakarta. LAPAN dan NASA menjalin kerjasama de-ngan melakukan eskpedisi bersa-ma untuk menyongsong Gerhana Matahari Total yang terjadi pada 09 Maret 2016 di Maba, Halma-hera. Tim ekspedisi mengawali kegiatan dengan menyelengga-rakan Kegiatan yang dikemas da-lam forum talkshow ini diisi dengan pengenalan terkait GMT oleh para ilmuwan NASA, dan pemaparan LAPAN yang disampaikan Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN, Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc. dan Ketua Tim Ekspedisi Maba, Dr. Emanuel Sungging Mumpuni.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 49

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 50

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Skema LokasiPeneliti Luar Negri

Amerika SerikatBelitungBalikpapanTanah GrogotPaluTernateHalmahera TimurMaba

AustraliaTernateMabaAustriaTernateInggrisPaluTernate

JepangBalikpapanSamarindaTernateJermanBelitungKanadaTernate

MalaysiaPalembangPalangkarayaTanah GrogotPerancisTernateMaba

Skema Lokasi Peneliti Luar Negri

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 51

MalaysiaPalembangPalangkarayaTanah GrogotPerancisTernateMaba

RusiaTernateSpanyolTernateSwediaBelitung

Peneliti mancanegara di Indonesia. Sebagai peristiwa semesta yang feno- menal, gerhana matahari total ten-tunya menarik perhatian para peneliti, terutama dari mancanegara. Tercatat peneliti dari 12 negara hadir untuk ikut serta dalam pemantauan gerhana, dan tersebar di berbagai titik pengamatan. Amerika Serikat melalui NASA mengirim-kan tim dengan jumlah terbanyak yang disebar di Belitung, Halmahera, Tanah Grogot, Palu, dan Ternate. Tim peneliti lain datang dari Australia, Austria, Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, Malaysia, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Swedia.(INFO GMT LAPAN)

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 52

Wisata gerhanaAntusiasme masyarakat yang besar membentuk potensi baru dalam menyambut Gerhana Matahari Total, yaitu pariwisa-ta. Dikenal dengan konsep astrotourism atau pariwisata as-tronomi, pariwisata jenis ini mengedepankan pemandangan antariksa sebagai daya tarik utama. Kegiatan paling umumnya berbentuk acara melihat bintang di malam hari baik secara langsung maupun menggunakan perlengkapan, dan tengah naik daun di Chile, India, Inggris, dan Irlandia.

Dengan adanya GMT di Indonesia, maka secara alamiah para penggemar astrotourism atau astrotourist tidak akan melewatkan pemandangan gerhana matahari di ekuator. Be-berapa fasilitas penginapan bahkan telah terpesan penuh be-berapa bulan sebelum tanggal 9 Maret 2016, dan ini terjadi di hampir setiap kota atau lokasi yang telah ditunjuk sebagai tempat pengamatan bersama. Maka, tidak hanya peneliti saja

Mengamati antariksa di Pasuruan. Wisata as-tronomi merupakan salah satu sub-bidang pariwisata yang tengah naik daun, dengan penggemar yang semakin banyak di nega-ra-negara Eropa. Di Indonesia sendiri, bentuk paling dasar dari wisata antariksa adalah aca-ra melihat bintang di malam hari, baik dengan teleskop maupun mata telanjang, seperti yang terlihat pada gambar, merupakan wisata as-tronomi dini hari sebelum terjadinya gerhana matahari sebagian di Pasuruan. Wisata ger-hana matahari sendiri merupakan salah satu turunan dari wisata astronomi, dengan subjek utama tentu saja peristiwa di mana cahaya matahari tertutup oleh bulan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 53

Foto : Dok. LAPAN

yang datang ke Indonesia untuk GMT, namun juga wisatawan dan penggemar antariksa mancanegara.

Berbeda dengan tahun 1980-an di mana warga ragu-ragu untuk kelu-ar rumah dan diimbau untuk tidak mengamati gerhana matahari total, kini animo masyarakat begitu be-sar sehingga wisatawan domestik juga membanjiri lokasi-lokasi pen-gamatan.

Bagi para pelaku usaha di lapan-gan, GMT menjadi berkah tersendi-ri karena mendorong angka penjua-lan dan pemasukan mereka, baik di bidang perhotelan, kuliner, hingga ritel.

Sambut gerhana. Kota Palangkaraya meng-gelar festival rakyat untuk menyambut datan-gnya gerhana matahari. Dalam acara terse-but, terdapat tarian lokal yang dilakukan oleh peramal Suku Dayak untuk menyambut ger-hana. Festival rakyat ini dihadiri ribuan warga dan wisatawan, menjadikannya acara pari-wisata yang menarik.

Para pelajar di Palembang saat mengikuti sosialisasi gerhana dan workshop pembuatan kacamata gerhana. Kegiatan edukatif sep-erti ini juga bisa dijadikan sebagai salah satu dari program wisata edukasi dalam bidang astronomi.

Menanti Sang Gerhana di Khatulistiwa

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 54

Foto : ANTARA NEWS

Foto : Dok. LAPAN

(sumber: materi sosialisasi GMT LAPAN)

ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 55

Foto : Dok. LAPAN

Lokasi Pengamatandan Peristiwa

F enomena Gerhana Matahari Total dan Sebagian (GMT dan

GMS) tahun 2016 yang lintasan- nya melalui garis kathulistiwa In-donesia merupakan fenomena yang tergolong langka, dan baru akan terjadi di lintasan yang sama lebih dari 300 tahun lagi. Ini menjadi per-hatian berbagai lapisan masyarakat dan peneliti baik domestik maupun mancanegara .

Dengan antusiasme yang begi-tu besar, lokasi-lokasi pengamatan dipadati oleh masyarakat, peneliti, dan media yang berbondong-bon-dong ingin menyaksikan peristiwa

gerhana langka ini. Pekik kekagu-man disertai suasana sakral menjadi warna dari reaksi mereka saat detik-detik GMT terjadi.Ada yang menganggapnya dengan konteks religius sebagai kebesaran Tuhan, ada pula yang menilainya sebagai bukti kompleksitas sistem alam semesta yang bekerja secara indah. Terlepas dari perbedaan pandangan itu, mereka yang bersa-ma-sama mengamati proses gerha-na sepakat bahwa mereka tengah menyaksikan fenomena yang luar biasa.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 56

Bab 3

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

TOTAL ECLIPSEGerhana lintasi kathulistiwa. Gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 dapat di- nyatakan istimewa karena lintasannya berada di garis ekuator. Sebagai negara yang wilayah-nya membentang di kathulistiwa, Indonesia mendapatkan kesempatan langka karena lin-tasan gerhana ini mencakup 12 provinsi. Dari 12 provinsi tersebut, terdapat 15 lokasi peng- amatan gerhana matahari total resmi yang ditetapkan oleh berbagai pihak. Di 15 lokasi itu-lah persebaran peneliti dan juga warga yang ingin melihat gerhana secara langsung terkon-sentrasi. LAPAN sendiri melakukan pengamatan GMT di enam lokasi: (1) Jembatan Ampera, Palembang; (2) Pantai Tanjung Kelayang, Belitung; (3) Palangkaraya; (4)Parigi Moutong; (5) Maba, Halmahera; dan (6) Ternate. Pada prakteknya, tidak semua lokasi tersebut bisa mendapatkan gambaran langsung yang jelas akan gerhana total. Ini terutama dikarenakan cuaca yang bisa berubah, seperti turunnya hu-jan atau pembentukan awan yang membuat matahari terhalang dari pandangan.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 59

LOKASI PENGAMATAN ILMIAHGERHANA MATAHARI TOTAL 2016

90%

90%

100%

80%

80%

PALANGKARAYA2 MENIT 29 DETIK

Start 06:23 WIBMax 07:28 WIBEnd 08:26 WIB

PALU & PARIGI2 MENIT 4 DETIK

Start 07:27 WITAMax 08:37 WITAEnd 10:00 WITA

PALEMBANG1 MENIT 52 DETIK

Start 06:20 WIBMax 07:20 WIBEnd 08:31 WIB

BELITUNG2 MENIT 10 DETIK

Start 06:21 WIBMax 07:22 WIBEnd 08:35 WIB

MABA1 MENIT 36 DETIK

Start 08:37 WITAMax 09:54 WITAEnd 11:24 WITA

TERNATE2 MENIT 39 DETIK

Start 08:36 WITAMax 09:51 WITAEnd 11:03 WITA

BANGKA2 MENIT 8 DETIK

Start 06:20 WIBMax 07:21 WIBEnd 08:33 WIB

SAMPIT2 MENIT 8 DETIK

Start 06:23 WIBMax 07:27 WIBEnd 08:44 WIB

BALIKPAPAN1 MENIT 9 DETIK

Start 07:25 WITAMax 08:33 WITAEnd 09:53 WITA

POSO2 MENIT 40 DETIK

Start 07:28 WITAMax 08:38 WITAEnd 10:02 WITA

LUWUK2 MENIT 50 DETIK

Start 07:38 WITAMax 08:41 WITAEnd 10:07 WITA

LOKASI PENGAMATAN ILMIAHGERHANA MATAHARI TOTAL 2016

90%

90%

100%

80%

80%

Fase-fase gerhana. Gerhana matahari secara dasar dapat didefinisikan sebagai saat-saat di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam garis sejajar yang menye-babkan cahaya matahari terhalang oleh bulan dan ti-dak bisa masuk ke bumi. Dalam gerhana matahari total, terdapat empat fase yang terjadi secara berurutan. Fase disebut kontak pertama adalah saat bayangan bulan mulai tampak menutupi permukaan matahari, pada saat ini gerhana baru dimulai. Kontak kedua terjadi saat bulan bergerak hingga nampak menutupi seluruh permukaan matahari. Pada titik puncaknya, matahari benar-benar tidak lagi terlihat karena tertutup oleh bulan. Inilah yang disebut totalitas atau puncak gerhana matahari total. Setelah itu, pergerakan bulan berangsur membuka kem-bali bagian yang tadinya tertutup. Ini merupakan kontak ketiga. Kontak keempat terjadi saat pergerakan bulan sudah lepas dari pandangan areal permukaan mataha-ri. Cahaya matahari kembali bersinar dan gerhana ma-tahari telah selesai.

Lokasi Pengamatan dan Peristiwa

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 60

Jembatan AmperaPalembang

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 61

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana Matahari Total (GMT) yang dapat di-saksikan di Palembang hanya berlangsung

1 menit 52 detik dan terhalang oleh awan. Namun an-tusiasme untuk menyaksikan fenomena tersebut luar biasa. Jembatan Ampera tempat yang dipilih sebagai lokasi pengamatan oleh LAPAN dan Pemprov Suma-tra Selatan membludak dipenuhi para penduduk yang ingin melihat gerhana. Sebagian bahkan hadir semen-jak pukul 4 pagi. Jembatan Ampera sendiri ditutup se-lama 12 jam untuk acara ini.

Selain penduduk Palembang, wisatawan domestik, mancanegara, dan para peneliti astronomi juga me-mantau proses gerhana berlangsung. Sejumlah nama tenar seperti Gubernur Alex Noerdin, Hatta Rajasa, dan Siti Hediati Hariyadi juga ikut bergabung de-ngan kerumunan untuk menyaksikan gerhana. Seiring dengan jumlah pengunjung yang makin banyak, Jem-batan Ampera menjadi sesak oleh puluhan ribu ma-nusia.

Aktivitas dalam mengamati gerhana di Palembang telah disiapkan sejak awal tahun 2016. Dengan meng-gunakan teleskop Vixen buatan Jepang, tim LAPAN menentukan lokasi terbaiknya di Jembatan Ampera. Pada hari-H, LAPAN menempatkan lima teleskop yang dipergunakan untuk mengamati gerhana mataha-ri di Jembatan Ampera.

Dalam peristiwa ini, Peneliti atmosfer LAPAN berencana mengamati respon atmosfer Bumi saat ger-hana, bagaimana dampak GMT terhadap perubahan intensitas radiasi matahari dan parameter fisik seperti temperatur, serta penelitian terkait dampak GMT ter- hadap laju fotosintesis yang diamati dengan perubah-an pola-pola diurnal karbondioksida.

Proses GMT di Palembang dimulai pada pukul 07.20 hingga 07.22 Waktu Indonesia Barat (WIB). Sayangnya, bersamaan dengan terjadinya proses GMT pemandangan langit saat di Palembang terse-limuti awan. Ini membuat adanya rasa ketidakpuas- an dan kekecewaan sebagian masyarakat warga dan wisatawan. Namun, rasa takjub mereka tidak dapat disembunyikan saat gerhana total terjadi, di mana la-ngit berubah seketika. Palembang yang sebelumnya terang oleh sinar matahari tiba-tiba diselimuti oleh kegelapan. Berdasarkan catatan media dan observasi, banyak pengunjung acara di Jembatan Ampera yang merasa merinding karena terkejut dengan perubahan itu. Namun kekaguman terhadap fenomena tersebut lebih besar, dan membuat mereka langsung bersorak, berteriak gembira, hingga mengabadikan momen dan pengalaman tersebut dengan kamera dan ponsel pintar masing-masing.

Jembatan Ampera, Palembang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 62

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 63

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Teknologi mengabadikan gerhana. Kru jurnal-istik dari situs berita viva.co.id tengah memper-siapkan drone yang akan diterbangkan untuk membantu peliputan gerhana. Seiring dengan perkembangan teknologi, peralatan yang di-gunakan untuk meliput fenomena-fenomena alam juga semakin canggih.

Dari dalam dan luar negeri. Para jurnalis te-ngah menanti momen-momen gerhana dari atas Jembatan Ampera dengan melakukan peninjauan ulang terhadap perlengkapan mereka. Peristiwa GMT dan GMS pada tahun 2016 mengundang ketertarikan pihak media massa dari dalam dan luar negeri.

Penempatan kamera. Kamera dan lensa jarak jauh tengah disiapkan agar dapat me- ngambil gambar gerhana dengan sempurna. Penem-patan kamera dan teleskop dalam pengamatan gerha-na sangat krusial untuk bisa mendapatkan pandangan luas yang tidak terhalang.

Jembatan Ampera, Palembang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 64

Foto : Dok. LAPAN

Kolase fase-fase ger-hana yang terjadi di Palembang yang ditangkap melalui kamera khusus. Terli-hat pergerakan bulan yang menghalangi cahaya yang ter-pancar dari permu-kaan matahari, dan kemudian kembali bergerak menjauhi matahari. Sayang-nya pemandangan ini tidak dapat dilihat langsung oleh warga dan wisatawan yang datang di Jembatan Ampera karena terh-alang oleh awan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 65

Foto : Video Youtube

Jembatan Ampera, Palembang

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 66

Terang dan gelap. Jembatan Ampera sebelum dan sesudah terjadinya totalitas gerhana mataha-ri. Perbedaan yang paling mencolok di mana langit menjadi gelap seperti malam saat gerhana total, padahal sebelumnya masih terang seperti umumnya. Jembatan Ampera sendiri penuh sesak dipadati para pengunjung yang merasakan suasa-na perubahan langit tersebut.

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

PantaiTanjung Kelayang

Belitung

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 67

Foto : Dok. LAPAN

Pengamatan Gerhana Matahari Total (GMT) 9 ma-ret 2016 di Belitung dipusatkan di Pantai Tanjung

Kelayang. Sejak pukul 04.00 WIB masyarakat ber-bondong-bondong menuju ke Pantai Kelayang dengan sangat antusias untuk menyaksikan Gerhana Matahari. Bahkan diinformasikan jalur menuju Tanjung Kelayang dari arah Tanjung Pandan macet sepanjang lebih dari dua kilometer sejak dini hari.

Pantai Tanjung Kelayang dipilih sebagai pusat pe-ngamatan karena menghadap ke arah timur, memiliki sudut pandang horizon yang luas, dan tidak banyak penghalang pandangan. Selain Tanjung Kelayang, ter-dapat juga 11 titik khusus pengamatan lainnya. Enam lokasi di Kabupaten Belitung, sementara lima lainnya di Belitung Timur.

Animo masyarakat sangat spektakuler. Diperkirakan jumlah pengunjung Pantai Kelayang pada hari-H ber-jumlah hingga 50 ribu orang, sehingga pantai itu terlihat penuh sesak dan bahkan hampir sulit melihat sejengkal pasir pantai pun karena tertutup kerumunan massa.

Sekitar pukul 06.22 WIB langit Belitung mulai me-

merah, lalu kuning, dan kemudian mulai tampak beru-bah keperakan di balik awan putih yang membayang. Sementara itu matahari mulai tampak meninggi, namun belum terjadi perubahan alam.

Pukul 06.45 matahari mulai tertutup bulan. Sayang- nya, meskipun cuaca cerah, di awal fase gerhana, fenomena ini tertutup oleh awan. Kondisi ini sempat membuat para pengunjung Pantai Kelayang kecewa. Namun awan segera bergerak sehingga pada pukul 06.55 WIB terlihat sedikit demi sedikit, Matahari ter-tutup oleh bayangan bulan sehingga membentuk mirip seperti bulan sabit. Antusiasme masyarakat meningkat dan bersorak menyaksikan kejadian alam yang begitu fantastis.

Langit Belitung mulai seperti senja menjelang ma-tahari terbenam kemudian perlahan gelap layaknya malam hari. Pada pukul 07.22 WIB Langit Belitung gelap dan bintang-bintang terlihat di langit. Durasi GMT sekitar 2 menit 10 detik. Setalah fase GMT, per-lahan-lahan langit Belitung mulai cerah kembali.

Pantai Tanjung Kelayang, Belitung

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 68

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Totalitas gerhana di Belitung. Dalam foto ini ter-lihat posisi gerhana matahari total di langit Be-litung. Saat terjadinya totalitas gerhana, langit menjadi gelap dan tampak seperti malam hari. Belitung termasuk lokasi yang dapat melihat to-talitas gerhana dengan jelas, dan fenomena ini disaksikan oleh lebih dari 50.000 orang yang ber-kumpul di Pantai Tanjung Kelayang untuk secara khusus menyaksikan momen ini.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 69

Foto : Dok. LAPAN

Narasumber bagi media. Personel LAPAN juga ber-peran sebagai narasumber bagi media massa yang meliput. Dalam liputan me-dia di Belitung kali ini, LA-PAN memberikan sosialisasi penggunaan kacamata gerhana yang baik dan benar, serta tata caranya untuk melihat gerhana ma-tahari dengan cara yang ti-dak membahayakan mata.

Pembesaran dari foto gerhana sebelumnya. Tampak terbentuknya korona yang berben-tuk cincin di seputaran matahari saat terja- dinya totalitas. Fase ini bertahan selama ku-rang lebih dua menit sebelum bulan kem-bali bergerak men-jauhi matahari.

Pantai Tanjung Kelayang, Belitung

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 70

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Tanjung Kelayang penuh sesak. Kurang lebih diperkirakan 50.000 orang memadati Pantai Tanjung Kelayang pada tanggal 9 Maret 2016, jauh meningkat dibanding dengan jumlah pengunjung pada hari-hari biasa yang hanya menca-pai lima ribu orang. Angka ini menunjukkan antusiasme warga lokal maupun wisa-tawan terhadap fenomena gerhana matahari.

Bersiap semenjak subuh. Para pengun-jung Pantai Tanjung Kelayang nampak menikmati fase kon-tak pertama gerha-na matahari. Untuk mendapatkan tem-pat pandangan ter-baik, para pengun-jung harus rela untuk datang sangat awal. Sebagian pengunjung bahkan telah tiba di pantai sejak pukul 4 pagi

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 71

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Tidak selalu terlihat. Pada fase-fase sebelum dan sesudah totalitas, ger-hana matahari tidak dapat disaksikan dengan mata telanjang atau lensa kamera sekalipun. Diperlukan filter film khusus untuk melihatnya. Apabila ti-dak menggunakan filter, maka yang nampak adalah cahaya terang na-mun dengan suasana langit yang mu-lai gelap.

Pantai Tanjung Kelayang, Belitung

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 72

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

PalangkarayaKalimantan Tengah

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 73

Foto : Dok. LAPAN

LAPAN beserta beberapa instansi lain-nya menggelar acara pengamatan dan

nonton bareng gerhana di halaman kampus Universitas Palangka Raya (UPR). Acara ini juga terbuka untuk umum. Sayangnya, cuaca mendung dan turunnya gerimis wa-laupun hanya sebentar membuat momen gerhana total tidak maksimal.

Namun, para pengunjung tetap dapat memantau peristiwa gerhana di tempat lain melalui fasilitas streaming yang me-mang telah disediakan sebelumnya.

Di tempat lain, masyarakat yang ber-kumpul di Bundaran Besar Palangkaraya tidak dapat menikamti gerhana secara maksimal karena langit yang tertutup oleh awan tebal. Namun, pada detik-detik ter-jadinya Gerhana Matahari Total (GMT), awan sempat bergeser sehingga momen

tersebut dapat dilihat langsung oleh ma-syarakat yang hadir.

Antusiasme ini ternyata juga diiku-ti oleh para wisatawan dari Jepang yang datang bersama dengan kru dari kantor berita NHK untuk meliput peristiwa GMT di langit Palangkaraya.

Selama dua menit sejak pukul 07.26 WIB, Kota Palangkaraya diselimuti kege-lapan seperti malam hari karena terha- langnya cahaya matahari. Uniknya, pada saat gelap, warga mulai menabuhkan gen-dang musik tradisional setempat, membuat suasana menjadi semakin sakral sampai saat matahari tidak lagi terhalang dan la-ngit kembali terang.

Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 74

Foto : Dok. LAPAN

Melindungi peralatan. Kondisi langit Pa-langkaraya yang tidak kondusif membuat para personel di lapa-ngan harus menggu-nakan payung untuk melindungi peralatan elektronik yang rentan terhadap air hujan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 75

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Sabar tak beranjak. Meski cuaca yang kurang baik, puluhan orang yang hadir di acara terse-but tetap sabar menanti cuaca kembali nor-mal. Para personel juga tetap mempersiapkan alat-alat mereka agar dapat segera mengambil momen gerhana apabila cuaca membaik seke-tika.

Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 76

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Nyaris tertutup sepe- nuhnya. Gerimis dan awan mendung merupakan ‘musuh terbesar’ dalam pe- ngamatan gerhana, dan sayangnya itulah yang terjadi di Pa-langkaraya. Matahari nyaris selalu tertutup oleh awan, namun proses gerhana total sempat tertangkap oleh kamera meskipun tidak dalam keadaan sempurna.

Kegelapan menyelim-uti. Warga yang hadir mencoba mengabadi-kan kondisi langit saat terjadinya gerhana ma-tahari. Meskipun gerhana tidak terlihat karena men- dung, namun kegelapan layaknya mulai menyeli-muti lokasi seiring dengan terjadinya totalitas gerha-na.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 77

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Tak lihat gerhana langsung, streaming pun jadi. Para pe- ngunjung acara nonton bareng memang tidak bisa melihat gerhana matahari secara langsung. Namun, mereka tetap bisa menikmati gerhana total yang ada di lokasi-lokasi pengamatan lainnya. Melalui fasilitas streaming, peristiwa gerhana di satu tempat bisa dinikmati di tempat lain secara langsung. Dengan cara ini, para pengunjung sedikit terpuaskan karena bisa melihat fenomena alam semesta yang unik meski-pun hanya melalui layar.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 78

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Parigi MoutongSulawesi Tengah

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 79

Foto : Dok. LAPAN

Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, merupakan salah satu lokasi pengamatan Gerhana Matahari Total

(GMT) yang ditentukan oleh LAPAN. Mirip dengan lo-kasi lainnya, animo masyarakat dalam menanti datang-nya gerhana sangat tinggi. Proses pengamatan diawali dengan dilaksanakannya shalat gerhana yang diikuti oleh sebagian dari ribuan warga yang telah datang ke lokasi sejak pagi buta.

Dengan berbekal kacamata gerhana serta penyediaan gadget (gawai) rekam swadaya, mereka beramai-ramai mendokumentasikan proses gerhana di lokasi Sail To-mini, titik pengamatan yang telah ditentukan beberapa hari sebelumnya.

Proses gerhana sendiri berlangsung dari pukul 07.28 Waktu Indonesia Tengah (WITA) hingga pukul 10.01 WITA, dengan peristiwa GMT berlangsung selama satu setengah menit dimulai dari pukul 07.38. Cuaca pada saat itu bersahabat, dengan kondisi cerah dan sedikit awan yang membuat proses pengamatan bisa berjalan dengan lebih jelas dan lancar.

Dengan jumlah personel 10 orang, tim LAPAN di Parigi mengamati peristiwa gerhana ini dengan meng-gunakan teleskop dan direkam menggunakan kamera CCD. Persiapan dimulai sejak pukul 06.30 pagi. Te-leskop yang dipakai adalah teleskop Lunt dengan mounting Ioptron dan dilengkapi kamera CCD ZWO Optical serta penapis cahaya matahari. Dengan cara ini citra matahari yang ditangkap menggunakan teleskop diteruskan oleh kamera ke monitor laptop sehingga proses terjadinya kontak 1 sampai kontak 4 bisa diikuti secara berkesinambungan tanpa harus melakukan pe-

ngamatan menggunakan lensa okuler.Proses gerhana dimulai dengan sisi kanan atas ma-

tahari mulai tertutup bulan sebelum secara berangsur kondisi piringan matahari makin menipis. Cahaya ma-tahari menjadi sangat menyilaukan, dan dalam hitungan detik lingkaran yang berbentuk seperti cincin tersebut makin meredup. Saat detik terjadinya GMT, matahari tampak seperti cincin permata (diamond ring) karena menyisakan celah cahaya terang di lembah bulan, se-belum bulan menutup sempurna. Selain cincin permata, cerbagai fenomena lain seperti merjan Baily dan koro-na dapat dilihat dengan jelas menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

Suasana yang semula gelap dan senyap tiba-tiba berubah menjadi riuh oleh teriakan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Reaksi warga yang hadir saat terjadi gerhana total pun bermacam-macam, dari teriakan takbir hingga kekaguman dan tangis terharu. Suhu udara yang menurun sekitar 2 derajat celcius dapat dirasakan oleh mereka yang hadir di sana.

Proses GMT diabadikan setiap orang yang mendo-kumentasikan di lokasi. Proses kegiatan pengamatan GMT oleh peneliti LAPAN dilakukan dengan menggu-nakan teleskop. Mereka merekam pergerakan gerhana tahapan demi tahapan, mulai dari rangkaian gerhana sebagian pra-total, munculnya cincin permata pertama, GMT, cincin permata terakhir, sampai dengan gerhana sebagian pasca-total. Dalam satu bidikan foto, bahkan planet Venus dan Merkurius ikut terekam keberadaan-nya.

Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 80

Foto : Dok. LAPAN

Korona. Palu dan Parigi Moutong ter-masuk lokasi yang diberkahi oleh cua-ca yang cerah. Oleh karena itulah, proses gerhana termasuk totalitasnya dapat dinikmati dengan sangat jelas di kedua lokasi tersebut. Di Parigi, koro-na matahari tampak dengan sangat jelas dan indah.

Khutbah gerhana. Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin memberi-kan ceramah pasca shalat gerhana di Parigi Moutong. Dalam ceramahn-ya, dijelaskan bahwa gerhana ha-nyalah salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta hubu- ngan erat antara penciptaan feno- mena semesta dengan sains.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 81

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Melihat melalui floppy disk. Selain dapat dinikmati de-ngan kacamata gerhana, ternyata gerhana matahari juga dapat dilihat dengan isi disket. Tampak bintik putih disebelah kiri yang menun-jukkan piringan matahari.

Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 82

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Mempersiapkan per-alatan. Para peneliti dan teknisi memper-siapkan peralatan yang dibutuhkan un-tuk memantau ger-hana matahari. Pe- nempatan teleskop dan kamera tidak semudah kelihatan- nya karena harus memperh i tungkan posisi pandang yang baik dan tidak ter-halang oleh apapun saat mengintai ma-tahari.

Potret dan pandang. Fenomena istimewa seperti gerhana ma-tahari tentunya mem-buat banyak orang ingin menikmatinya secara langsung. Umumnya terdapat dua aktivitas yang bi-asa dilakukan, yaitu memandang gerha-na secara langsung dengan kacamata gerhana dan instru-men lainnya, atau mengeluarkan alat rekam yang mampu merekam atau men-gambil gambar ger-hana dan mengaba-dikannya. Tentu saja, melakukan keduanya secara bergantian pasti lebih memuas-kan.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 83

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Totalitas sempurna. Gerha-na matahari total di Parigi Moutong dapat dikatakan sebagai gerhana yang sem-purna. Fenomena-fenomena yang biasanya mengiringi gerhana matahari total se- perti cincin permata (dia-mond ring), merjan Baily, dan Korona dilaporkan dapat ter-lihat seluruhnya.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 84

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

PaluSulawesi Tengah

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 85

Foto : commons.wikimedia.org

Palu, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 86

Kegiatan pengamatan gerhana matahari di Palu diselenggarakan di Lapangan Kota Palu, Sigi.

Acara yang dikoordinasikan oleh Badan Meteorolo-gi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini dihadiri oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang didampingi oleh Menpan-RB Yuddy Chrisnandi, Menkominfo Rudiantara, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, serta Ketua Komisi V DPR, Muhidin Said.

Pengamatan di Sigi dihadiri oleh ribuan warga serta wisatawan domestik dan mancanegara. Demikian pula para ilmuwan dan peneliti yang tertarik mengamati ha-sil dari fenomena di mana matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu kedudukan yang lurus.

Selain Lapangan Kota Palu, kegiatan pengamatan gerhana juga dilakukan di Anjungan Pantai Talise, dan jumlah warga yang hadir juga mencapai ribuan orang.

Dimulai dari pukul 08.40 WITA, gerhana matahari total di Palu berlangsung selama dua menit 15 detik.

Pada rentang waktu itu, cahaya di langit Palu meredup sebelum secara perlahan kembali bersinar terang sei-ring dengan selesainya fase-fase gerhana matahari.

Tentu saja, warga dan wisatawan yang menyaksikan fenomena tersebut merasa telah menyaksikan fenomena semesta yang luar biasa. Pada saat terjadinya awal ger-hana total, dilaporkan bahwa hampir seluruh pengun-jung Lapangan Kota maupun Anjungan Pantai Talise sempat terdiam kagum sebelum suasana kembali riuh dengan suara tepuk tangan, teriakan, maupun takbir. Kesempatan itu tidak disia-siakan mereka untuk me-rekam memori fenomena dan suasana tersebut dengan kamera dan alat rekam lain yang mereka bawa. (sum-ber: disarikan kembali dari laman BMKG dan laman media lainnya)

Foto : Dok. BMKG

THE ECLIPSE - GMT

Terpukau. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan beserta istri, Mufidah Ju-suf Kalla, turut menyaksikan gerha-na matahari bersama di Kota Palu. Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla sempat terpukau saat menyem-patkan diri melihat langsung ger-hana matahari melalui kacamata gerhana.

Foto : Dok. BMKG

Penjelasan acara. Wapres Jusuf Kalla mendapatkan penjelasan dari Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng mengenai acara pe-ngamatan gerhana matahari di Lapangan Dolo Sigi, Palu. Acara ini juga dihadiri Men-teri PU Mochamad Basuki Hadimuljono, Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Pangdam VII Wirabuana Agus Surya Bakti.

Tim BMKG. Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M. Eng berpose bersama jajarannya. Acara pengamatan gerhana matahari to-tal di Palu dapat dika-takan sukses karena berjalan dengan lan-car dan proses gerha-na bisa dinikmati oleh para pengunjung lo-kasi pengamatan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 89

Foto : Dok. BMKG

Foto : Dok. BMKG

BMKG bersiap. Personel BMKG mempersiapkan teleskop, komputer, dan peralatan lainnya yang akan digunakan untuk memantau gerhana ma-tahari. Dengan peralatan yang lengkap dan dalam kondisi prima, data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan diharap-kan bisa lebih akurat.

Bagai artileri. Dua te-leskop BMKG terpa- sang bak artileri yang diarahkan menuju sasaran. Kali ini, sasa-rannya adalah posisi matahari yang akan mengalami gerha-na. Teleskop canggih merupakan salah satu ‘senjata’ utama para peneliti dalam me- ngamati gerhana ma-tahari.

Palu, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 90

Foto : Dok. BMKG

Foto : Dok. BMKG

THE ECLIPSE - GMT

Via Streaming. Selain menggunakan kaca-mata gerhana, warga yang tidak memiliki instrumen untuk men-gamati matahari se-cara langsung dapat mengikuti proses ger-hana melalui fasilitas streaming. Tayangan yang kemudian di-rekam ini nantinya juga dapat berguna dalam proses analisis penelitian gerhana matahari total.

Sama seperti yang terjadi di Parigi, ger-hana matahari total di Palu juga berlangsung dengan sempurna. Korona matahari ter-lihat sangat jelas dan cerah. Kondisi cuaca yang kondusif dengan proses gerhana yang berlangsung tanpa hambatan merupa-kan situasi sempurna bagi para pemburu dan peneliti gerhana.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 91

Foto : Dok. BMKG

Foto : Dok. BMKG

Palu, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 92

Foto : Dok. BMKG

PosoSulawesi Tengah

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 93

Foto : Unawe & Bosscha

Poso, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 94

Foto : Unawe & Bosscha

Pengamatan gerhana matahari total di Poso dikoor-dinasikan bersama oleh tim Universe Awareness

(Unawe) Indonesia yang bekerja sama dengan Bosscha Observatory dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Poso dipilih sebagai salah satu lokasi pengamatan kare-na posisinya yang strategis dan dilewati oleh lintasan gerhana matahari. Bekerja sama dengan Pemda Kabu-paten Poso serta Institut Mosintuwu, agenda ekspedisi pengamatan gerhana ini masuk di dalam kegiatan Fes-tival Kawaninya yang diselenggarakan di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Pada tanggal 8 Maret, tim Unawe dan Bosscha men-gadakan sosialisasi gerhana terutama kepada kalangan anak-anak dan pelajar. Selain memberikan pengarahan dan pengetahuan, mereka juga mengadakan workshop dan simulasi penggunaan berbagai macam metode un-tuk melihat gerhana matahari, di antaranya kacamata gerhana dan lubang jarum.

Saat Hari-H (tanggal 9 Maret 2016), ribuan warga datang dan memadati lokasi pemantauan di Desa Kalo-

ra. Sebagian bahkan datang sejak pagi dan banyak juga yang berjalan kaki dari tempat tinggalnya cukup jauh. Tim Unawe dan Bosscha kemudian membagi-bagikan kacamata gerhana untuk para pengunjung

Kompas.Com (9/3/2016) melaporkan bahwa ter-dapat enam teropong pemantau yang telah disiapkan bagi para warga yang ingin mengamati langsung pro-ses gerhana matahari. Gerhana total terjadi sejak pukul 08.30 Wita selama 2 menit 52 detik. Dalam suasana gelap dikarenakan tertutupnya sinar matahari tersebut, ribuan warga, wisatawan lokal dan mancanegara yang hadir menunjukkan rasa kagum mereka dengan me- ngabadikan fenomena tersebut dengan menggunakan kamera foto, ponsel, dan telepon pintar.

Dalam pengamatan di Desa Kalora, cuaca sangat bersahabat sehingga proses gerhana bisa disaksikan dengan sempurna oleh para pengunjung dan warga desa.

THE ECLIPSE - GMT

Penantian di Desa Kalora. Ratusan warga ber-kumpul di tenda utama yang memutarkan simulasi gerhana matahari melalui fasilitas vi-deo dan layar monitor. Suasana Desa Kalora di malam hari menjelang gerhana di keesokan harinya cukup semarak. Ini dikarenakan Festival Kawaniya telah berlangsung dari tanggal 8 Ma-ret 2016, dan direncanakan berlangung sampai keesokan hari sekaligus menyambut datangnya sang gerhana.

Foto : Unawe & Bosscha

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 95

Poso, Sulawesi Tengah

Foto : Unawe & Bosscha

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 96

Foto : Unawe & Bosscha

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 97

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Poso, Sulawesi Tengah

Barisan teleskop. Pada Hari-H, tim Un-awe-Bosscha mempersiapkan sejum-lah teleskop dari berbagai ukuran dan kategori teknologi untuk membantu pengamatan gerhana. Beberapa dari teleskop itu nantinya dapat digu-nakan oleh warga dan pengunjung Desa Kalora secara bergantian untuk melihat proses gerhana matahari.

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 98

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 99

THE ECLIPSE - GMT

Poso, Sulawesi Tengah

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 100

Proses gerhana ma-tahari yang terlihat di langit Desa Ka-lora, Poso. Tampak keseluruhan fase dari kontak pertama hingga keempat. Fenomena korona matahari dan dia-mond ring dapat disaksikan di saat ter-jadinya gerhana ma-tahari total.

Foto : Unawe & Bosscha

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 101

Poso, Sulawesi Tengah

Gerhana matahari sempurna. Cuaca yang cerah dan ber-sahabat di Poso membuat gerhana matahari total terlihat dengan sangat jelas dan membuat momennya dapat ter-tangkap lensa kamera. Korona matahari terlihat dengan jelas. Bentuk korona tersebut kemudian disimulasikan de-ngan menggunakan benang dan tali yang dibentuk sede-mikian rupa di sekitar bulatan. Simulasi ini dapat membantu para tuna netra dalam memahami bentuk dari gerhana matahari total dan koronanya.

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Foto : Unawe & Bosscha

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 102

TernateMaluku Utara

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 103

Foto : Dok. LAPAN

Ternate, Maluku Utara

Sebagai salah satu wilayah yang akan dilintasi fenomena Gerhana Matahari

Total (GMT), pantai-pantai Ternate men-jadi pusat perhatian masyarakat untuk dijadikan tempat mengamati fenomena tersebut. Meski sehari sebelum terjadinya gerhana wilayah ini sempat terguyur oleh hujan, pada Hari-H cuaca kembali bersa-habat sehingga membangkitkan kembali semangat masyarakat dan para peneliti un-tuk bisa mengamati GMT.

Di wilayah Ternate, pengamatan GMT dilakukan di darat dan di laut. Di darat, para personel LAPAN dan masyarakat yang antusias menyaksikan proses gerhana di Pantai Falajawa. Sementara itu, di Selat Mare, dua kapal milik Badan Keaman-an Laut (Bakamla) menjadi tulang pung-

gung dari proses pemantauan. Pemantauan di laut ini merupakan hasil koordinasi dari Tim Gerhana Matahari dari Detik.Com, yang mengajak LAPAN, BMKG, dan Bakamla untuk melakukan perburuan gerhana bersama di tengah lautan. Kapal Gajah Laut dan Kuda Laut menjadi mar-kas terapung bagi para peneliti LAPAN, BMKG, serta para pemburu gerhana da-lam mengamati GMT.

Kontak pertama bayangan bulan de-ngan matahari terjadi tepat pukul 08.36 WIT dan menutupi matahari tepat pukul 09.51 WIT, dengan GMT yang ber-langsung selama tiga menit.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 104

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Saatnya bekerja. Saat gerhana total terjadi dan langit menjadi gelap layaknya malam, di saat itulah kemampuan terbaik sebuah te-leskop dapat dikeluarkan. Dengan berbagai kecanggihan teknologi di dalamnya, teleskop- teleskop seperti ini menjadi sahabat setia bagi para peneliti dan pemburu gerhana dalam mengamati fenomena alam semesta tersebut.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 105

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana total. Gam-bar gerhana mataha-ri total yang ditayang-kan melalui layar besar. Masyarakat dapat menyaksikan gerhana matahari total di Ternate, dan ini sebuah perkem- bangan yang mele-gakan setelah sehari sebelumnya hujan masih mengguyur lo-kasi.

Ternate, Maluku Utara

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 106

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE - GMT

Berpendar di langit Falajawa. Foto ger-hana total yang ter-tangkap kamera di langit Pantai Falaja-wa, Ternate. Cuaca yang cerah merupa-kan kabar yang sa- ngat baik bagi peneli-ti, pemburu gerhana, dan masyarakat yang hadir setelah sehari sebelumnya cuaca masih diwarnai oleh turunnya hujan. De-ngan langit yang bersih dan cerah, baik peneliti maupun ma-syarakat umum bisa mengabadikan jalan-nya proses gerhana dengan lancar.

Berburu gerhana di lautan. Salah satu dari dua kapal milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang men-jadi tulang punggung perburuan gerhana di lautan. Tim LAPAN ter-masuk dari salah satu rombongan yang ikut serta dalam perburu-an di laut ini.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 107

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Ternate, Maluku Utara

Fase-fase gerhana matahari total di Ternate seperti yang terekam melalui teleskop Vixen dan kamera DSLR Canon 760D. Terlihat pergera-kan bulan dan proses tertutupnya matahari dari kontak pertama hingga kontak keempat.

Putri Thailand. Peristi-wa gerhana matahari total di Ternate ternya-ta tidak luput dari per-hatian anggota ker-ajaan Thailand. Putri Raja Thailand, Maha Chakri Sirindhorn, ikut mengamati proses gerhana matahari dari halaman depan Kesultanan Ternate. Selain mengamati gerhana, agenda lain Sang Putri di Indonesia adalah memberikan bantuan kepada se-jumlah sekolah di Ter-nate.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 108

Foto : Video NET.

MabaHalmahera

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 109

Foto : Dok. LAPAN

Maba, Halmahera, merupakan salah satu dari be-berapa lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat

pemantauan Gerhana Matahari Total (GMT). Dalam pengamatan gerhana di Maba, terdapat kegiatan yang dilakukan oleh dua tim, yaitu tim LAPAN dan NASA yang dilakukan di Pendopo kota – Alun-alun Jiko Mobon, serta tim LangitSelatan yang melakukan pe-ngamatan dari SMK 1 Maba.

Salah satu pertimbangan memilih Halmahera se-bagai lokasi pengamatan adalah ketinggian Matahari pada jam gerhana dan pola cuaca pada bulan tersebut. Lokasinya yang menghadap Samudera Pasifik menjadi salah satu alasan pemilihan tempat ini, karena potensi pemantauan menjadi lebih maksimal karena perkiraan totalitas gerhana paling lama serta kondisi cuaca yang umumnya lebih cerah dibandingkan tempat lainnya.

Hal ini pula yang menyebabkan para peneliti Na-tional Aeronautics and Space Administration (NASA) memilih Maba sebagai konsentrasi aktivitasnya, beker-ja sama dengan LAPAN. Mereka ingin mengamati fase-fase terjadinya gerhana, mulai dari pergerakan piringan bulan yang sedikit demi sedikit menutup pi-ringan matahari, sampai membentuk cincin, hingga memasuki fase total. Bagi NASA sendiri, peristiwa ini merupakan kesempatan untuk menguji coba teknologi teleskop barunya yang akan digunakan untuk meman-tau Gerhana Matahari Besar di Amerika Serikat yang akan terjadi pada tahun 2017.

Sayangnya, pemantauan langsung GMT tidak mak-simal karena langit tertutup awan. Pada pukul 08.30 WIT (satu jam menjelang GMT) langit tertutup awan tebal, sehingga menghalangi pengamatan. Menjelang pukul 09.30 beberapa kali matahari tampak jelas di se-la-sela awan, namun hanya berlangsung beberapa saat

dan segera tertutup awan kembali. GMT terjadi pada pada pukul 09.37 hingga 09.40 WIT. Dikarenakan cua-ca yang kurang mendukung, GMT terekam secara ku-rang jelas di balik awan. Peneliti LAPAN yang meman-tau gerhana di Maba hanya mendapatkan data totalitas selama 60 detik.

Pantauan Tim LangitSelatanSementara itu, di tempat lain, tim LangitSelatan

melakukan pengamatan gerhana di halaman SMK Ne-geri 1 Maba. Proses gerhana dimulai sejak pukul 08.37 hingga 11.32 Waktu Indonesia Timur (WIT), sementa-ra GMT terjadi selama 3 menit dari 09.52 hingga 09.55 WIT. Namun, meski sebelumnya diprediksi cerah, cua-ca di Maba berubah seiring dengan turunnya hujan. Ini menyebabkan pemantauan langsung GMT di Maba menjadi tidak maksimal karena langit tertutup awan.

Bahkan, beberapa menit sebelum kontak dua, hujan sempat turun, mengakibatkan teropong harus ditutup dengan plastik. Akhirnya setelah hujan berhenti, pe-ngamatan GMT pun dilakukan sambil melihat Mataha-ri yang muncul dan menghilang bersama bergeraknya awan.

Meskipun demikian, antusias warga yang datang ke lokasi SMKN 1 untuk melakukan pengamatan tidak surut. Saat totalitas gerhana berlangsung, suasana men-jadi berubah. Temperatur lokasi dirasakan menurun dan kegelapan yang menyelimuti Halmahera mengun-dang fauna seperti jangkrik bersuara dengan kencang. Para pengunjung yang mengalami secara langsung suasana gelap seketika saat terjadinya gerhana total menunjukkan ekspresi terkejut namun kagum terhadap fenomena tersebut. Mereka terus berada di lokasi hing-ga selesainya proses gerhana.

Maba, Halmahera

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 110

Foto : Dok. LAPAN

Lokasi yang tepat. Pemili-han Maba sebagai lokasi pengamatan bukan kebe- tulan. Survei telah dilakukan beberapa bulan sebelum Hari-H di berbagai lokasi di Halmahera, mencari tem-pat terbaik untuk melakukan pengamatan. Lokasi Maba yang menghadap ke arah Samudera Pasifik dengan perkiraan cuaca yang ce- rah memberikan rasa op-timis kepada tim ekspedisi untuk menjadikan tempat ini titik pengamatan. Pada lokasi inilah, totalitas ger-hana matahari diprediksi dapat dilihat dengan ren-tang waktu yang paling lama dibandingkan de-ngan titik-titik pengamatan lainnya.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 111

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Takahashi sang prima-dona. Para personel penelitian tengah mem-persiapkan teleskop Taka- hashi yang akan diguna- kan untuk pengamatan gerhana matahari. Dipro-duksi oleh Takahashi Seisakusho, perusahaan manufaktur spesialis teles- kop dan perlengkapan- nya, teleskop ini menjadi salah satu pilihan favorit bagi para peneliti un-tuk mengamati fenom-ena antariksa. Teleskop ini juga memiliki fungsi rekaman video, sehing-ga dapat digunakan pula sebagai alat ban-tu tayang apabila di-hubungkan ke CCTV dan layar besar.

Maba, Halmahera

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 112

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Para peneliti dan pengejar gerha-na menyiapkan per lengkapan lainnya di titik pengamatan, di Pendopo kota, Alun-alun Jiko Mobon

Sempat hujan. Para peneliti, pemburu gerhana, dan mas-yarakat yang hadir di lokasi sempat kecewa karena hujan turun pada saat kontak kedua terjadi. Meski demikian, antusiasme mereka tidak surut dan tetap menanti hingga hujan berhen-ti untuk dapat men-coba mengamati gerhana meski ter-halang oleh awan. Antusiasme mereka terbayar pada saat totalitas gerhana ter-jadi, di mana mereka mendapatkan pe- ngalaman unik mera-sakan hari yang men-jadi gelap seketika seperti malam ketika hari masih siang.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 113

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana di balik awan. Cuaca di Maba beru-bah menjadi kurang kondusif setelah sebelum- nya diprediksi akan cerah. Ini membuat pan-dangan terhadap proses gerhana menjadi tidak maksimal. Meski demikian, para peneliti tetap mampu mendapatkan gambar dan data de- ngan memanfaatkan saat-saat di mana ma-tahari muncul sebentar sebelum menghilang lagi di balik awan. Kondisi ini berlangsung hingga beberapa kali.

Maba, Halmahera

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 114

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Fase gerhana di langit Maba. Foto yang diambil dan disunting oleh tim La- ngitSelatan ini menunjuk-kan fase gerhana matahari total yang berada di langit Maba. Dapat terlihat pro-ses yang terjadi dari kontak pertama, kedua, totalitas, kontak ketiga, hingga ke-empat.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 115

Foto : DOK. LangitSelatan

Tim Ekspedisi Maba. Para anggota tim ekspedisi yang terdiri dari peneliti LAPAN dan NASA berpose bersa-ma setelah menyelesaikan tugas mereka. Nampak sang teleskop Takahashi juga ikut terfoto, sebagai anggota ‘tidak resmi’ juga telah menjadi bagian inte-gral dari kerja tim ini.

Kacamata barong. Ka- camata gerhana de- ngan motif barong menjadi salah satu keunikan yang dimiliki oleh tim LangitSela-tan. Kacamata gerhana ini dibagikan ke masyarakat Maba untuk membantu mereka melihat proses ger-hana secara langsung.

Maba, Halmahera

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 116

Foto : DOK. LangitSelatan

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana Matahari Sebagian

THE ECLIPSE - GMT

Gerhana matahari tahun 2016 tidak hanya memberikan pan-

dangan Gerhana Matahari Total (GMT), namun juga Gerhana Ma-tahari Sebagian (GMS). Fenomena ini bisa dilihat di hampir seluruh wilayah Indonesia yang tidak langsung dilewati oleh lintasan ger-hana. Meski hanya sebagian, hal ini tidak menyurutkan minat ma-syarakat yang ingin melihat gerhana secara langsung.

LAPAN melalui beberapa fasi- litasnya yang tidak dilalui lintasan gerhana juga memberikan kesem-patan bagi warga yang ingin datang untuk melihat gerhana bersama. Fasilitas nonton bareng baik meli-hat GMS secara langsung atau GMT melalui streaming juga disiapkan, seperti di Sumedang, Surabaya, Pa-suruan, Pontianak, dan Biak.

Gerhana matahari sebagian di seluruh Indone-sia. Tabel di atas menunjukkan wilayah mana saja yang dapat melihat terjadinya gerhana ma-tahari sebagian, dari Padang hingga ke Ambon.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 117

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 118

Gerhana Matahari Sebagian

Agam

THE ECLIPSE - GMT

Semua dikerahkan. Agam termasuk salah satu fasilitas LAPAN yang memiliki perangkat tek- nologi terlengkap, di-antaranya berbagai macam radar dan alat pengukur. Dalam momen gerhana ma-tahari total, tidak ada satu pun dari perangkat tersebut yang beristira-hat. Semuanya dikerah-kan untuk mendapat-kan data terbaik dari fenomena gerhana ma-tahari sebagian yang sempat dirasakan di Agam.

Gerhana dan teknologi. Pen-gunjung fasilitas Balai Agam me- ngamati dan mencoba untuk mengabadikan peristiwa gerha-na matahari. Bagi para pengun-jung saat itu, keberadaan me- reka di Agam menjadi berkesan karena mereka bisa memantau gerhana matahari sebagian ser-ta mengamati berbagai pera-latan radar dan alat pengukur milik LAPAN.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 119

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPANFoto : Dok. LAPAN

Gerhana Matahari Sebagian

Penampakan gerhana ma-tahari sebagian di Agam, serta suasana hari yang mulai menggelap seiring pergerakan bulan yang semakin menutupi cahaya matahari.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 120

Foto : Dok. LAPAN

Rumpin, Bogor

THE ECLIPSE - GMT

Euforia pengamatan gerhana mataha-ri di Pusat Teknologi dan Penerbangan (Pustekbang) LAPAN di Rumpin, Kabu-paten Bogor, sudah mulai terlihat se-jak pukul 5.30 WIB. Lebih dari 200 orang yang merupakan perwakilan pelajar di Kecamatan Rumpin telah datang sejak pagi dan memenuhi Jalan Boulevard Pustekbang. Saat gerhana berlangsung, para pelajar didampingi oleh para perekayasa Pustekbang melakukan pengamatan gerhana dengan melalui proyeksi lubang jarum yang dipantulkan ke media stereoform atau karton putih.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 121

Foto : Dok. LAPAN

Gerhana Matahari Sebagian

7.07

7.15

7.20

7.32

7.43

7.48

7.07

7.15

7.20

7.32

7.43

7.48

Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Rumpin. Saat puncak gerhana, langit Rumpin dan sekitarnya terlihat re-mang- remang selama beberapa menit. Ketika gerhana ber-langsung, matahari juga nampak menyerupai sabit putih, tidak seperti lingkaran kuning sebagaimana biasa terlihat. Matahari mu-lai tertutup bulan pukul 06.20 WIB dan bergerak hingga puncaknya pukul 07.20 WIB dan berakhir pada pukul 08.30 WIB.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 122

Foto : Dok. LAPAN

Sumedang

THE ECLIPSE - GMT

Menanti gerhana. Para pelajar dan warga di Sumedang melakukan simulasi untuk mengamati gerha-na dengan instrumen-instrumen seperti kacamata gerhana, lubang jarum, hingga topeng las. Walau-pun mereka hanya bisa menikmati gerhana matahari sebagian, para pelajar juga tetap antusias kare-na mendapatkan kesempatan untuk mencoba beberapa pera-latan seperti teleskop milik LAPAN dan juga mendapatkan informa-si dan pengetahuan mengenai gerhana matahari. Fasilitas lain yang dimanfaatkan oleh para pe- ngunjung antara lain adalah stand pengamatan bayangan proyek-si lubang jarum, siaran streaming melalui proyektor, serta live stream-ing dari beberapa titik lain yang mengalami GMT dan GMS .

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 123

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Penampakan fase-fase gerhana matahari seba-gian di Sumedang.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 124

Gerhana Matahari Sebagian

Foto : Dok. LAPAN

Bandung

THE ECLIPSE - GMT

Bersama-sama melihat ger-hana sebagian. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Bandung memiliki komunitas penggemar an-tariksa yang cukup signifikan. Ini terlihat dari antusiasme pengunjung yang hadir di rooftop kantor LAPAN Ban-dung untuk bersama-sama melihat secara langsung ger-hana matahari sebagian, mu-lai dari para pelajar hingga warga sekitar. Mereka tetap bersemangat walaupun ha-rus bergantian menggunakan binokular.

Menggunakan teleskop. Perleng-kapan yang digunakan untuk me- ngamati gerhana matahari di Bandung adalah teleskop Taka-hashi BabyQ dan Vixen. Sekolah Trimulya yang juga mengirimkan para muridnya untuk melihat ger-hana matahari sebagian juga membawa satu unit teleskop yang dapat membantu warga lainnya untuk melihat proses gerhana.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 125

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 126

Gerhana Matahari Sebagian

Penampakan fase-fase gerhana matahari seba-gian di Bandung

Foto : Dok. LAPAN

Pameungpeuk, Garut

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 127

Acara kegiatan di Pameungpeuk, Garut, berlangsung selama dua hari. Hari pertama, tanggal 8 Maret 2016, diselenggarakan sosialisasi mengenai gerhana matahari oleh LAPAN Garut. Di hari kedua, tanggal 9 Maret sekaligus Hari-H, aktivitas pengamatan gerhana matahari sebagian dilakukan di Masjid Agung Is-tiqomah Kecamatan Pameungpeuk. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kacamata gerhana atau melalui te-leskop yang digunakan secara bergantian oleh para jemaah masjid dan para pengunjung. Di wilayah Garut lainnya, media massa melaporkan bahwa kondisinya hampir mirip dengan hari raya Idul Fitri, di mana gema takbir, tahlil, dan tahmid bergema di sejumlah masjid di berbagai tempat.

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 128

Gerhana Matahari Sebagian

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 129

Pasuruan & Surabaya

THE ECLIPSE - GMT

Para peneliti dan pem-buru gerhana tengah mempersiapkan teles- kop dan kamera untuk mengamati gerhana matahari di Pasuruan. Untuk memfasilitasi mi-nat dan antusiasme publik, LAPAN me- ngadakan acara pe-ngamatan bersama yang bertempat di atap gedung LAPAN Pasuru-an. Di lokasi tersebut, LAPAN menyiapkan seti-daknya tujuh teleskop yang akan digunakan sebagai alat penelitian dan juga pengamatan gerhana. Ketujuh teles- kop tersebut terdiri dari dua teleskop flare dan lima teleskop portabel, yang juga digunakan secara bergantian oleh warga yang hadir untuk ikut mengamati proses gerhana matahari.

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 130

Gerhana Matahari Sebagian , Pasuruan & Surabaya

Penampakan fase-fase gerhana matahari sebagian di Pasuruan.

Streaming gerhana di Surabaya. Tidak semua wilayah Indonesia dapat menyaksikan totalitas ger-hana, namun tetap akan dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian dengan persentase min-imal 60%. Surabaya pun demikian, walau hanya dapat menikmati gerhana matahari sebagian, na-mun Surabaya cukup beruntung bisa menikmati gerhana ini hingga persentase 83%. Surabaya juga dijadikan salah satu titik streaming karena telah memenuhi kriteria yang sebelumnya telah diajukan oleh LAPAN. Kegiatan ini dilakukan di Anjungan Nelayan, Kenjeran Park. https://www.youtube.com/watch?v=koRjCWM1Prc

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Detik-detik kontak terakhir. Proses ger-hana di Pontianak baru dapat dipan-tau secara langsung melalui kacama-ta gerhana menjelang detik-detik akhir saat cuaca kembali menjadi cerah. Kontak posisi akhir gerhana matahari sebagian di Pontianak dapat terlihat dengan menggunakan Kacamata dan kamera capture dari pukul 08.14 hingga pada pukul 08.22 WIB, dan dapat disaksikan juga melalui lensa teropong.

Pontianak

THE ECLIPSE - GMT

Cuaca tak bersahabat. Gerhana matahari total yang diperkirakan dapat terlihat di Pontianak menarik minat masyarakat untuk meman-tau bersama jalannya proses ger-hana. Namun, kondisi cuaca yang berawan tebal membuat momen totalitas tidak dapat disaksikan. Meski demikian, penduduk Ponti-anak yang hadir masih bisa meli-hat proses terjadinya gerhana di tempat lain melalui layanan video streaming yang disediakan oleh LA-PAN.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 131

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Capture streaming gerhana matahari sebagian di Ponti-anak menggunakan tero-pong.

Capture gerhana mataha-ri sebagian di Pontianak di foto menggunakan kamera digital.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 132

Gerhana Matahari Sebagian

Parepare

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 133

Antusiasme di Parepare dalam menanti gerhana matahari sebagian sangat tinggi. Ini terlihat dari para pengunjung yang datang ke fasilitas milik LAPAN di Parepare yang mencapai lebih dari 250 orang. Umumnya, para pengun-jung didominasi oleh pelajar yang ingin mengamati langsung fenomena gerhana matahari. Para personel LAPAN memandu mereka dalam setiap tahapan pengamatan gerhana matahari, terutama bagi para pelajar. Instrumen utama yang digunakan untuk memantau proses gerhana adalah kacamata gerhana.

Foto : Dok. LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 134

Gerhana Matahari Sebagian 6:45:10 AM

7:48:56 AM

7:22:56 AM

6:45:10 AM

7:22:56 AM

7:48:56 AM

8:07:30 AM

8:18:46 AM

Penampakan fase-fase gerhana matahari seba-gian di Parepare. Langit Parepare sempat gelap sejenak pada saat bulan menutupi matahari hingga berbentuk sabit.

Foto : Dok. LAPAN

Ambon

THE ECLIPSE - GMT

Sosialisasi di Ambon. Para pelajar SMP dan SMA serta kelompok belajar HEKALEKA di Ambon diberikan in-formasi dan ilmu me- ngenai penggunaan instrumen pengama- tan matahari.

Belajar di pantai. Terbatasnya ketersediaan teleskop di kota Ambon membuat proyektor lubang jarum menggunakan kardus yang mudah diperoleh menjadi sarana utama dalam pendidikan pengamatan gerhana matahari. Dalam sosialisasi, para peserta di- ajak untuk membuat proyek-tor lubang jarum untuk men-gamati gerhana matahari dengan aman. Ide proyektor lubang jarum ini sangat seder-hana. Bermodalkan karton atau kardus yang dilubangi jarun dan ditempeli kertas sebagai layar pada sisi lain- nya, seseorang bisa menik-mati proyeksi Matahari pada layar dan melihat keseluruhan proses gerhana. Setelah para siswa mempelajari cara mem-buat proyektor lubang jarum, mereka pun mencobanya sendiri di luar ruangan.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 135

Foto : Amboina Astronomy Club

Foto :Amboina Astronomy Club

Pengamatan si kecil. Seorang ibu membantu anaknya yang tampak penasaran melihat gerhana ma-tahari sebagian melalui teleskop Vixen. Acara pengamatan gerha-na matahari bersama di Ambon dilaksanakan di Lapangan Merde-ka. Antusiasme masyarakat kota Ambon untuk melihat gerhana sa-ngat tinggi, dan dilaporkan ada- nya antrian yang mengular la- yaknya antrian tiket konser untuk menanti giliran melihat gerhana melalui teleskop.

Gambar hasil pe ngamatan gerhana matahari sebagian di ambon.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 136

Gerhana Matahari Sebagian

Foto : Stanley Ferdinandus/HekaLeka

Foto : Amboina Astronomy Club

Biak

THE ECLIPSE - GMT

Menonton gerha-na bersama. Warga menghadiri acara nonton bareng gerha-na matahari sebagian di Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antarik-sa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh LAPAN, Biak. Di acara itu, para pengunjung sangat antusias meli-hat gerhana dengan menggunakan kaca-mata gerhana. Jum-lahnya terbatas, tapi itu tidak membuat mereka jenuh untuk bergiliran memakai kacamata gerhana matahari itu.

Kalibrasi. Para peneliti dan teknisi mengatur kalibrasi dan kesiapan lensa, teleskop, serta peralatan penunjang lain seperti notebook sebagai alat bantu penyimpanan data dan analisa.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 137

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Penampakan gerhana matahari sebagian yang terlihat di Biak.

Berpose bersama streaming. Sepa- sang ayah dan anak dengan antusias berpose di depan layar streaming di dalam ruangan nobar di Balai Ken- dali Satelit LAPAN di Biak. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan peristiwa gerhana ma-tahari yang tidak selalu terjadi setiap tahunnya di tempat yang sama.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 138

Gerhana Matahari Sebagian

Foto : Dok. LAPAN

Foto : Dok. LAPAN

Hasil PenelitianMeski berawan, pengamatan Maba tetap berikan hasil

THE ECLIPSE - GMT

Fenomena GMT memiliki berbagai aspek yang dapat diteliti. Para peneliti LAPAN memanfaatkan peris-

tiwa ini untuk menyelidiki mengenai Korona Matahari. Penelitian tersebut berlangsung di Maba, Halmahera. Tim dibagi menjadi dua yaitu untuk mempelajari aspek fotometri dan spektroskopi korona.

Penelitian mengenai Korona Matahari ini juga mer-upakan kerja sama dengan NASA. Pengamatan ini sekaligus untuk menguji peralatan yang nantinya dapat dikembangkan di observatorium nasional.

GMT merupakan saat yang langka dan cocok untuk meneliti mengenai korona matahari, terutama mengenai corona mass ejection (lontaran massa korona). Melalui GMT pula dapat diteliti mengenai temperatur dan ke-cepatan gerak lontaran massa korona tersebut. Selain itu, melalui peristiwa ini, maka dapat diteliti mengenai aspek kecerahan dan suhu matahari.

Pada saat Gerhana Matahari total, suatu fitur mataha-ri yang bisa dilihat dari permukaan Bumi adalah dikenal sebagai korona. Dari penyelidikan tersebut diharapkan banyak hal yang bisa dikuak mengenai misteri Mataha-ri. Mempelajari Matahari sangat penting bagi manusia karena benda antariksa ini merupakan bahan bakar bagi kehidupan di planet Bumi.

Studi spektroskopi korona diharapkan dapat men-jawab berbagai pertanyaan mendasar seperti, akankah Matahari berada pada keadaan tenang (dikenal sebagai Akhir Siklus ke-24 Matahari)? Bagaimanakah un-sur-unsur penyusun korona tersebut ‘berperilaku’ pada saat keadaan Akhir Siklus ke-24 tersebut?

Sementara itu, untuk mendukung pembangunan ob-servatorium nasional, LAPAN melakukan pengujian peralatan eksperimen observatorium nasional. Peneliti melakukan pengujian peralatan eksperimen diharap-kan ke depan peralatan eksperimen tersebut dapat di-gunakan untuk mengamati gerhana, peralatan tersebut dinamakan LAPAN Compact Littrow Spectrograph (LACoLitth).

LACoLitth tersusun dari sebuah teleskop bertipe pe-mantul dengan diameter 25 centimeter, dilengkapi oleh alat pengurai cahaya (spektrograf) beresolusi mencapai R ~ 18000 dengan desain Littrow. Alat ini dilengka-pi kamera perekam CCD berukuran 2125 ×1472 px2, 6.8m (Gambar 4). Penyelidikan terhadap korona, yaitu pada temperatur dan laju elektron di korona dengan per-alatan polarisasi.

Sayangnya, saat GMT cuaca di Maba kurang ber-sahabat untuk penelitian matahari. Awan tebal terus menggayut di atas Maba sehingga momen kontak per-tama gerhana pada pukul 08:37 WIT terlewati. Bahkan mendekati saat-saat totalitas gerhana, hujan sempat mengguyur. Akibatnya, Data diperoleh tidak seper-ti yang diharapkan. Namun data tersebut tetap dapat memberikan hasil yang berharga bagi ilmu pengeta-huan.

Meskipun tidak mendapatkan data yang diingin- kan, namun penelitian GMT kali ini telah membuktikan bahwa peralatan yang dimiliki LAPAN, baik perangkat keras aupun lunak, bekerja dengan sangat memuaskan. Keseluruhan sistem teleskop dapat tracking (menjejak) gerak semu Matahari dengan sempurna. Sistem perang-kat lunakpun tidak mengalami gangguan dan pereka-man berjalan sempurna.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 139

Sebelum Gerhana Saat Totalitas Gerhana

Hasil Penelitian

Dari proyeksi citra dengan sumbu tegak menyatakan kualitas gambar (Counts Average) terlihat bahwa kualitas gambar saat totalitas (B) sangat menurun dikarenakan informasi yang diperoleh kurang mema-dai (sebagaimana yang diharapkan pada A). Untuk mendapatkan informasi yang lebih baik, perlu dilaku-kan kajian pada rekonstruksi data B.

A

A B

B

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 140

THE ECLIPSE - GMT

Pusat Sains Antariksa mengirimkan sebuah tim yang berisikan dua orang peneliti untuk melakukan pengamatan fotometri korona saat gerhana matahari total 9 Maret 2016. Pengamatan dilaksanakan di Maba, Halmahera Timur karena daerah tersebut mengalami totalitas yang cukup lama sekitar 3 menit 17 detik serta prakiraan cuaca yang cukup cerah.

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan untuk memper-oleh fase dan amplitudo aktivitas matahari dengan menggu-nakan data pengamatan white-light saat terjadi Gerhana Ma-tahari Total. Instrumen yang digunakan untuk pengamatan GMT 2016 adalah dua teleskop optik yang berbeda tetapi di-pasang dalam satu sistem mounting (penyangga).

Mounting tersebut mendukung untuk menempatkan dua te-leskop secara simultan dalam melakukan pengamatan. Sistem ini mampu beroperasi dengan tidak menggunakan jaringan listrik PLN dan hanya menggunakan baterai. Hal ini dimak-sudkan untuk mengantisipasi ketiadaan listrik di lokasi pe- ngamatan karena daerah Maba hanya dialiri listrik pada malam hari saja.

Pengamatan matahari dilaksanakan di lapangan pendopo Kabupaten Halmahera Timur. Saat pelaksanaan pengamatan GMT pada 9 Maret 2016 kondisi langit berawan tebal. Keti-ka Matahari telah tertutup Bulan 40 persen, awan masih tebal menutupi langit.

Dalam proses menuju totalitas, sempat turun hujan yang kemudian berhenti menjelang totalitas tetapi kondisi la- ngit masih sangat berawan. Pengamatan dilanjutkan dengan kondisi berawan tebal saat menjelang totalitas. Meskipun de-mikian, akuisisi data tetap dilakukan saat awan tidak terlalu mengganggu pengamatan. Berikut adalah hasil potret citra korona menggunakan kamera CCD QHY.

Fotometri Korona

Citra korona saat totalitas yang dipotret meng-gunakan CCD QHY.

Citra korona matahari yang diliputi beberapa lidah api, dipotret dengan kamera DSLR.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 141

Gangguan Geomagnet Saat Gerhana

Hasil Penelitian

Dalam peristiwa GMT, Matahari, Bulan, dan Bumi berada dalam satu garis. Tentunya kejadian ini akan mempengaruhi proses fisika yang terjadi di lapisan ionosfer dalam lintasan tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi medan geomagnet. Untuk itu, fenome-na GMT merupakan saat yang baik untuk meneliti me- ngenai gangguan geomagnet yang bersumber dari luar Bumi.

Sinar matahari yang menuju bumi terhalang oleh bulan, hal ini akan mengakibatkan proses radiasi atau ionisasi di lapisan ionosfer mengalami penurunan. Dengan turunnya proses ionisasi maka arus di ionosfer mengalami perubahan. Perubahan arus ini dapat mem-pengaruhi variasi harian geomagnet.

Variasi geomagnet menggambarkan fluktuasi med-an geomagnet khususnya variasi hari tenang. Flutuasi tersebut banyak dipengaruhi oleh proses pemanasan dan ionisasi di lapisan ionosfer. Pada saat berlangsun-gnya gerhana matahari total, proses ionisasi akan men-galami gangguan.

Gerhana matahari mengubah proses ionosfer lapisan E dan sebagai hasilnya mempengaruhi variasi harian geomagnet atau variasi hari tenang, yang berasal teruta-ma dalam ionosfer. Hal ini terjadi karena sifat ionosfer yang erat kaitannya dengan radiasi matahari. Hal ini diperkirakan karena tertutupnya sinar matahari selama gerhana.

Efek terhadap ionosfer selama gerhana matahari ter-gantung pada beberapa faktor seperti tingkat aktivitas matahari dan tingkat gangguan geomagnet. Hasilnya yaitu ditemukan anomali positif di komponen Y (Timur-Barat) dan penurunan komponen X (horizontal).

Penelitian geomagnet tersebut dilaksanakan pada 5

hingga 10 Maret 2016. Peralatan yang digunakan untuk pengamatan geomagnet di Ternate ini berupa fluxgate magnetometer Magson. Memiliki akurasi 0,1 nanotes-la, alat ini dioperasikan dalam frekuensi 1 Hz. Alat ini mengukur komponen magnet yaitu komponen H (ho- rizontal), D (deklinasi) dan Z (vertikal) serta F (total). Lokasi pengamatan yang dipilih berada di lingkungan Stasiun meteorologi Kelas I Babullah Ternate, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (0° 49’ 45,20” LU dan 127° 22’ 54,00” BT).

Hasil perekaman data geomagnet yang dilaku-kan menunjukkan adanya kelainan data variasi yang didapat. Dari gambar komponen H biasanya variasinya secara berangsur naik hingga tengah hari waktu lokal. Sesuai dengan dugaan awal bahwa peristiwa gerhana matahari total akan berdampak terhadap variasi harian geomagnet. Variasi harian geomagnet terganggu sekitar 5 nT.

Plot variasi komponen medan magnet Bumi pada hari gerhana matahari 9 Maret 2016.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 142

THE ECLIPSE - GMT

GMT ternyata juga mempengaruhi kondisi lapisan ionosfer. Hal tersebut diperoleh dari penelitian

riset yang dilakukan LAPAN di pada 9 Maret 2016 untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lapisan tersebut akibat penutupan lapisan ionosfer oleh bayan-gan bulan.

Pengamatan ionosfer di lakukan di Balai Penjeja-kan dan Kendali Wahana Antariksa Biak, Manado, dan Pontianak. Ketiga lokasi ini dipilih untuk membanding-kan kondisi atmosfer di wilayah yang mengalami GMT dan yang tidak. Pengamatan di stasiun Biak dan Ponti-anak dilakukan menggunakan ionosonda tipe Canadian Advanced Digital Ionosonde) (CADI). Pengamatan di Manado menggunakan GISTM GPS Ionospheric Scin-tillation and TEC Monitor (GISTIM). Sementara itu, komunikasi radio otomatis digunakan untuk sirkit ko-munikasi Biak-Manado.

Hasil pengamatan ionosfer yang telah dilakukan menujukkan bahwa pada saat GMT lapisan ionosfer yang tertutup oleh bayangan bulan mengakibatkan penurunan ionisasi di lapisan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penurunan kerapatan elektron maksimum lapisan ionosfer di atas Biak dan penurunan kandungan elektron total atau Total Electron Content (TEC) ha-sil pengamatan GISTM di stasiun Manado. Selain itu, GMT juga menyebabkan penurunan kerapatan elektron di lapisan D pada ketinggian sekitar 60 km yang me- ngakibatkan kenaikan kuat signal komunikasi digitas antara Biak dan Manado.

Gangguan Ionosfer saat Gerhana

Beberapa saat setelah totalitas, terjadi penurunan tajam kerapatan elektron maksimum lapisan F2 di atas Biak.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 143

Hasil Penelitian

Gangguan ionosfer juga dapat dilihat dari pengukuran Total Electron Content di Manado.

Penguatan sinyal ko-munikasi Biak-Mana-do sebagai indikasi penurunan lapisan D ionosfer.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 144

THE ECLIPSE - GMT

Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada fenomena Gerhana Mataha-

ri 2016 ini membentuk tim khusus yang disebut de- ngan Tim Gerhana (TIGER). TIGER ini beranggotakan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang bahu membahu mengabarkan liputan kegelapan ke seluruh pelosok nusantara. TIGER terdiri atas TIGER

Yogyakarta yang bertugas di Yogyakarta dan TIGER Ternate yang bertugas di Ternate.

Tim ini juga melaksanakan penelitian tentang ting-kat kecerlangan langit dan perilaku hewan. Pengamatan perilaku fauna dilakukan terhadap ternak di Ternate dengan menggunakan kamera. Hasil penelitian masih dikaji lebih lanjut.

Meski berawan, pengamatan Maba tetap berikan hasil

Mengamati fauna. Para mahasiswa dari Pusat Studi Astronomi Univer-sitas Ahmad Dahlan tengah me ngamati perilaku ikan di kolam mi-lik warga setempat saat terjadinya gerhana matahari.

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 145

Foto : TIGER UAD

Hasil Penelitian

Gelap dan bunyi jangkrik. Jangkrik merupakan salah satu spesies serangga yang aktivitasnya terpengaruh oleh keberadaan gerhana. Pen-gamatan tim LangitSelatan di Maba menunjuk-kan bahwa kawanan jangkrik yang berada di sekitar lokasi pengamatan berbunyi sangat ken-cang saat totalitas gerhana terjadi dan langit menjadi gelap, seperti layaknya mereka bersu-ara di malam hari.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 146

Foto : commons.wikimedia.org

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 147

Berbagi EuforiaMenyambut Gerhana

Berbagi EuforiaMenyambut Gerhana

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 148

Bab 4

Peristiwa langka seperti Gerha-na Matahari Total (GMT) di

tahun 2016 pastinya menarik per-hatian banyak orang. Teknologi media baru dan internet memudah-kan setiap orang untuk berbagi pe- ngalamannya dengan orang lain. Ini pula yang terjadi saat lintasan GMT melewati Indonesia.

Lini massa media sosial seper-ti Twitter dan Facebook dipenuhi dengan cuitan dan status mengenai GMT. Tidak hanya di Indonesia, gerhana matahari saat itu menja-di trending topic di dunia. Dengan

menggunakan tagar #GMT2016, #GerhanaMatahariTotal, serta #SolarEclipse2016, netizen di se-luruh dunia berbicara tentang gerha-na matahari, terutama pemandangan fase gerhana total yang dapat dilihat dari Indonesia.

Media massa juga tidak kalah ramai memberitakan GMT. Berita mengenai gerhana pada tanggal 9 Maret 2016 menghiasi media cetak, elektronik, dan digital. Tidak hanya di Indonesia saja, media internasi-onal juga tidak ketinggalan mem-beritakan fenomena ini.

Foto : Dok. Lapan

Trending topic dunia. Gerhana matahari total yang terlihat di Indonesia merupakan fenomena tersendiri di media sosial. Ter-catat tagar #GMT dan #GMT2016 menjadi trending topic nasio- nal bahkan dunia (ber-sama dengan tagar #SolarEclipse2016) di Twitter. Lini masa Twit-ter, Facebook, dan Path dipenuhi oleh gambar gerhana yang diambil sendi-ri oleh para netizen yang seakan bera-du foto. Sosial media memiliki peran sangat penting dalam pe- nyampaian dan ber- bagi informasi menge-nai gerhana matahari pada tanggal 9 Maret 2016.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 149

Selfie, atau Eclips-fie? Telepon pin-tar (smartphone) yang dilengkapi dengan kamera menjadi alat fa-vorit para penikmat gerhana un-tuk mengabadikan momen unik tersebut. Ada yang mengakali- nya denga menempelkan filter film agar kameranya bisa menangkap gambar gerhana. Bahkan, bebe- rapa hari sebelum Hari-H, banyak pula situs maupun blog yang mem-berikan tips-tips cara mengambil gambar gerhana dengan meng-gunakan smartphone. Bagi mereka yang hobi fotografi dengan meng-gunakan kamera SLR, gerhana matahari ini juga menjadi momen yang tepat untuk memuaskan kegemaran mereka mencari gam-bar yang sempurna. Pada hari ter-jadinya gerhana, tidak sedikit pula yang melakukan selfie atau wefie dengan latar belakang gerhana matahari atau sekedar berpose menggunakan kacamata gerha-na untuk kemudian diunggah ke internet.

Berbagi Euforia Menyambut Gerhana

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 150

Foto : Tempo.co

Foto : wartaislami.com

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 151

Euforia media. Tangkapan layar dan hasil kliping dari tajuk media massa mengenai ger-hana matahari. Tidak hanya dari Indonesia saja, media luar negeri juga tidak kalah da-lam menerbitkan artikel gerhana. Tercatat media-media besar seperti BBC, Telegraph, New York Times, dan lain-lain menayangkan artikel gerhana di Indonesia. Selain media ce-tak dan internet, kru berita dari berbagai sta-siun televisi di dunia seperti NHK Jepang juga ikut hadir di Indonesia untuk meliput secara langsung fenomena semesta ini.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 152

Berbagi Euforia Menyambut Gerhana

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 153

Kacamata LangitSelatan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ka- camata gerhana merupakan salah satu instrumen paling po- puler saat terjadinya gerhana ma-tahari 9 Maret 2016. Banyak sekali warga masyarakat yang mencari kacamata gerhana terutama di kota-kota besar, dan stoknya yang terbatas seringkali membuat- nya menjadi langka dan harga- nya sempat menjadi mahal. Lalu bagaimana dengan mereka yang ada di pedesaan dan pelosok nu-santara. Tim La-ngit Selatan melalui ekspedisinya membagikan kaca-mata gerhana di berbagai lokasi di Indonesia. Tampilan kacamatanya yang unik membuatnya sangat disukai oleh semua kalangan ter-masuk anak-anak dan orang de-wasa.

Wawancara pakar. Gerhana matahari membuat media massa mencari pa-kar dan peneliti astronomi untuk dijadi- kan narasumber. Salah satunya ada-lah dosen jurusan astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Hakim Luthfi Malasan, yang masuk ke dalam rubrik “Sosok” di surat kabar Kompas edisi 10 Maret 2016. Para personel LAPAN juga seringkali menjadi narasumber di media massa baik cetak maupun elektronik, dan biasanya memberikan informa-si mengenai gerhana matahari dan tata cara penggunaan instrumen pe-ngamatan yang baik dan benar.

Ritual gerhana. Ponti-anak Post mengang-kat tajuk utama yang berisikan mengenai ri- tual umat Islam dalam situasi gerhana ma-tahari yaitu melaku-kan shalat gerhana berjamaah. Nampak foto ribuan jamaah memadati Masjid Raya Mujahidin di Pontianak.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 154

Berbagi Euforia Menyambut Gerhana

Wisata dan edukasi. Gerhana ma-tahari total 9 Maret 2016 mengingat- kan bahwa peristiwa astronomi memiliki potensi untuk menjadi sa-rana wisata dan edukasi sekaligus. Tema ini juga diangkat dalam ber-bagai artikel di surat kabar dan in-ternet. Potensi edukasi gerhana ma-tahari sudah jelas dengan adanya sosialisasi maupun pengetahuan dan kreativitas dalam pembuatan instrumen pengamatan. Potensi lain adalah di bidang wisata antariksa atau astro-tourism, yang kini tengah naik daun di beberapa negara luar seperti Chile dan Irlandia. Potensi In-donesia dalam hal ini tentulah besar, karena lonjakan jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara membuat para pelaku pariwisata di lokasi gerhana menjadi kewalahan.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 155

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 156

Berbagi Euforia Menyambut Gerhana

Website dan Facebook LAPAN. Era inter-net mewajibkan lembaga pemerintah untuk mengelola situs resmi sebagai ben-tuk layanan kepada masyarakat. LAPAN sebagai lembaga pengusung sains dan teknologi tentu saja tidak ketinggalan dengan adanya situs dan laman Face-book resmi yang digunakan sebagai medium antara LAPAN dengan netizen secara khusus dan masyarakat umum-nya. Melalui situs ini hadir berbagai ma-cam berita, informasi, dan pengetahuan mengenai aktivitas dan bidang keilmuan yang terkait dengan keberadaan LAPAN. Terkait dengan gerhana matahari, situs LAPAN memiliki bagian tersendiri yang didedikasikan untuk menyampaikan informasi gerhana dan juga layanan streaming untuk melihat proses terjadi- nya gerhana matahari total dan seba-gian di berbagai wilayah di Indonesia. Laman Facebook milik LAPAN juga tidak kalah sibuk dengan membagikan fo-to-foto, informasi, dan gambar mengenai gerhana matahari. Untuk lebih lanjut, kun-jungi http://www.lapan.go.id untuk situs resmi, atau https://www.facebook.com/LapanRI untuk laman Facebook.

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 157

Website khusus gerhana. Selain situs LAPAN, masyarakat juga bisa me-ngunjungi situs yang beralamatkan di http://gerhana.info, sebuah situs yang dikelola oleh tim LangitSelatan yang didedikasikan khusus untuk fenomena gerhana matahari. Kedua website ini (LAPAN dan Gerhana.Info) sering menjadi rujukan mengenai informasi gerhana.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 158

Berbagi Euforia Menyambut Gerhana

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 159

iNewsTV : Live Event GMT 2016 Parigi Moutonghttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/116 GMS Pasuruan 9 Maret 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/115RUAITV : WARTA INSPIRASI 09 MARET 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/114PALTV News : LAPAN Akan Rilis Hasil Penelitian GMThttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/113Metro TV : Selamat Pagi Indonesia 9 Maret 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/112MetroTV : Live Gerhana Matahari Total di Palembanghttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/111TVRI Wawancara Eksklusif Kepala LAPAN Mengenai GMT 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/110TVOne Apa Kabar Indonesia Pagi GMT 9 Maret 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/108TVOne Apa Kabar Indonesia Pagi Live GMT Palembanghttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/107MetroTV 8-11 Jelang GMThttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/106Tribun Sumsel : Ini Penjalasan LAPAN Akibat GMT Tak Terlihat di Amperahttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/105MetroTV Metro Kini : Jelang Gerhana Matahari Total 8 Maret 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/104MetroTV News : Euforia Gerhana Matahari 2016http://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/103NETTV NET16 : Jelang Gerhana Matahari Totalhttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/100Tribun Sumsel - Ingat Ya, 9 Maret Pagi Datang Ke Ampera Saksikan Gerhana Mataharihttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/99Netizen News MetroTV : Cara Aman Menyaksikan Gerhana Matahari Totalhttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/98Mengenal Fenomena 33 Tahun, Gerhana Matahari Totalhttp://lapan.go.id/index.php/galerividkategori/imagedetail/18/97CNN Indonesia: Inside Indonesia: Eps. Memahami Sihir Gerhanahttps://www.youtube.com/watch?v=OEVvwsSuyd4CNN Indonesia: Insight with Desi Anwarhttps://twitter.com/CNNIDinsight/status/707232990754181120CNN Indonesia: Tech NewsDK Show : Gerhana Matahari Total

Bag 1: https://www.youtube.com/watch?v=R4oKAOi5OakBag 2: https://www.youtube.com/watch?v=SEKpvvBETFABag 3: https://www.youtube.com/watch?v=ta68a4vd_QUBag 4: https://www.youtube.com/watch?v=C4wNxe0csBIBag 5: https://www.youtube.com/watch?v=dfaurs6UAK8

Live Event iNewsTV:Bag 1: https://www.youtube.com/watch?v=xDWrxDz6T44Bag 4: https://www.youtube.com/watch?v=YISp8mjH9wsBag 5: https://www.youtube.com/watch?v=k17sxAabiMkBag 6: https://www.youtube.com/watch?v=eDxi2fFfKf4Bag 7:https://www.youtube.com/watch?v=NRvFIVYw_V0

Learning Space eps. 108: Solar Eclipsehttps://www.youtube.com/watch?v=u1hB_iqkY_k

TAUTAN LIPUTAN MEDIA DI WEBSITE

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 160

http://www.suara.com/tekno/2016/03/09/133128/lapan-tangkap-lima-kali-pencahayaan-menuju-puncak-gmt

http://www.mediaindonesia.com/news/read/32977/peneliti-berbagi-hasil-pengamatan/2016-03-08

http://sutrisno-budiharto.blogspot.co.id/2016/03/live-streaming-gmt-palembang.htmlhttp://surabayanews.co.id/2016/03/06/46882/boleh-lihat-gerhana-tapi-ini-syaratnya.htmlhttp://waktoe.com/lembaga-penerbangan-dan-antariksa-nasional-pamerkan-hasil-

penelitian-dan-pengembangan/https://www.mindtalk.com/channel/fyi/post/gerhana-matahari-total-anak-sekolah-bikin-

kacamat-707375386454929507.htmlhttp://www.rmolsumsel.com/read/2016/03/09/46998/Soal-Asap-Pabrik-PT-Pusri-Saat-GMT,-

Ini-Kata-Harnojoyo-http://astronesia.blogspot.co.id/2016/03/satelit-buatan-lapan-juga-amati-gmt-2016.htmlhttp://medanmetropolitan.com/gayahidup/-Saatnya-Pemburu-Gerhana-Matahari-Total-

Beraksihttp://www.rri.co.id/post/berita/249515/teknologi/persiapan_gmt_lapan_edukasi_pelajar_

membuat_kacamata_gerhana.htmlhttp://www.unisifm.com/fast-break-8-maret-2016-jam-17-00/#.VufBgvm22D8http://www.jakartapers.com/berita/Gerhana-Matahari-Total-Menarik-69-Peneliti-Asing-

Datang-Di-Indonesiahttp://m.harianjogja.com/baca/2016/03/12/gerhana-matahari-total-satelit-lapan-rekam-

jalur-bayangan-bulan-saat-gmt-700021http://w.antaramaluku.com/en/berita/82101/indonesia-to-host-asia-pacific-aeronautics-

forum-2015http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/02/18/217081/lapan-akan-laksanakan-

ekspedisi-ilmiah-tentang-gmt/#.VufEgPm22D8http://korem143.kodam-wirabuana.mil.id/2016/03/07/732/http://ristekdikti.go.id/fenomena-gerhana-matahari-sarana-edukatif-alamiah-bagi-

indonesia/http://www.jawapos.com/read/2016/03/06/20081/mitos-lihat-gerhana-butakan-mata-ini-

kata-lembaga-antariksahttp://cikalnews.com/read/32734/09/3/2016/asap-pabrik-ganggu-suasana-gerhana-

matahari-di-palembanghttp://kendaripos.co.id/2016/03/gerhana-matahari-boleh-dilihat-jangan-ditatap/http://www.harianjateng.com/2016/03/lapan-rekam-bayangan-gerhana-bulan.html

TERIMA KASIH KEPADA SELURUHPIHAK YANG TELAH MENYUKSESKAN

PERISTIWA PENGAMATAN GERHANA MATAHARI9 MARET 2016

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata

THE ECLIPSE - GMT

THE ECLIPSE GMT - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 161

Sumatra Barat Bengkulu Jambi Sumatra Selatan Kalimantan Barat

Kalimantan SelatanKalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Maluku Utara

Bangka Belitung

Tim Penyusun Buku dan Kontributor

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - THE ECLIPSE GMT 162

Tim Penyusun BukuPengarahProf. Dr. Thomas Djamaluddin (Kepala LAPAN)Koordinator PenyusunanDrs. Afif Budiyono, MT (Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer)Ketua Tim PelaksanaDra. Clara Yono Yatini, M. Sc. (Kepala Pusat Sains Antariksa)Wakil Tim PelaksanaIr. Christianus R. Dewanto M. Eng. (Kepala Biro Kerjasama, Humas, dan Umum)

• Leo Kamilus J. Rijadi, M.Kom (LAPAN)• Drs. Syaikhun Hadisaputra, MM (LAPAN)• Rhorom Priyatikanto, S.Si (LAPAN)• Happy Rumiris Simanungkalit, S.Sos (LAPAN)• Erni Sri Sinta Pakpahan, MH (LAPAN)• Zakaria, S.Sos (LAPAN)• Elly Nurnazilly, SAP (LAPAN)• Dra. Elly Kuntjahyowati, MM (LAPAN)• Drs. Firmanullah (LAPAN)• Dr. Teguh Harjana, M.Sc (LAPAN)• Tri Widodo, S.Sos (LAPAN)• Anggrayani Susilowati (LAPAN)• Sunerti (LAPAN)• Ronaldo Treagan (LAPAN)• Bhintary Fauzya (LAPAN)• Andriati Setyaningrum, M.TI (KEMENKOMINFO)• M.H. Munzaer, M.TI (KEMENKOMINFO)• Rini Muliahati, M.TI (KEMENKOMINFO)• Bintang Rehari, ST (KEMENKOMINFO)

• Doni Marshal Rangga, S.Kom (KEMEN KOMINFO)• Dra. Ratna Suranti, MA (KEMENPAREKRAF)• Nurdiansah, ST (LIPI)• Dr. Yudhiakto Pramudya (UAD)• Eko Nursulistyo, M.Pd (UAD)• Oki Mustava, S.Pd, M.Pd.Si (UAD)• Prof. Dr. Taufiq Hidayat (PAKAR ASTRONOMI)• Dr. Hakim L. Malasan (ITB)• Dr. Mahasena Putra (BOSSCHA-ITB)• Dr. Premana W. Premadi (UNAWE, ITB)• Yatny Yulianty, M.Si (UNAWE)• Dr. Budi Dermawan (HAI, ITB)• Avivah Yamani Riyani, M.Si (LangitSelatan)• Dr. Jaya Murjaya, M.Si (BMKG)• Harris Iskandar, Ph.D (KEMENDIKBUD)• Didik Suhardi, Ph.D (KEMENDIKBUD)

Pelaksana Penyusunan Buku• Kepala Pusat Teknologi Penerbangan• Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan• Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang• Kepala Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut• Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam• Kepala Balai Penginderaan Jauh Parepare• Kepala Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak

• Ketua Tim Pengamatan GMT Palembang Ir. Halimurrahman, MT• Ketua Tim Sosialisasi GMT Palembang Ir. Jasyanto, MM• Ketua Tim Sosialisasi GMT Belitung, Mega Mardita, M.Si• Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Palangkaraya, Drs. Bambang Suhandi, M.Si• Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Parigi, A. Gunawan• Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Ternate, Dra. Clara Yono Yatini, M.Sc• Ketua Tim Sosialisasi dan Pengamatan GMT Maba, Dr. Emmanuel Sungging

THE ECLIPSE - GMT

Foto : Dok. LAPAN

7.07

7.15

7.20

7.32

7.43

7.48

7:48:56 AM

7:22:56 AM

Studio
Typewriter
ISBN : 978-979-1458-98-6