thelight photography magazine #18

Upload: joko-riadi

Post on 10-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    1/77

    ED

    ISI18/2008

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    2/77

    2 EDISI XVIII / 2008

    THEEDITORIAL

    EDISI XVIII / 2008 3

    THEEDITORIAL

    PT Imajinasia Indonesia,

    Jl. Pelitur No. 33A,

    www.thelightmagz.com

    Pemimpin Perusahaan/

    Redaksi: Ignatius Untung,

    Redaksi: redaksi@thelightmagz.

    com, Kontributor: Thomas Her-

    brich, Siddharta Sutrisno, Kayus

    Mulia, Alex Soh, Bea Wiharta,

    Ignatius Untung, Iklan:

    [email protected] -

    0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria

    Fransisca Pricilia,

    [email protected],

    Graphic Design: ImagineAsia,

    Webmaster: Gatot Suryanto

    Hak cipta semua oto dalam ma-

    jalah ini milik otograer yang ber-

    sangkutan dan pihak-pihak yang

    terlibat dalam pembuatannya,

    serta dilindungi oleh Undang-

    undang. Penggunaan oto-oto

    dalam majalah ini sudah seijinotograernya. Dilarang meng-

    gunakan oto dalam majalah ini

    dalam bentuk / keperluan apapun

    tanpa ijin tertulis pemiliknya.

    COVER BY:

    BEA WIHARTA

    KRITIS..!!!

    Menjadi kritis (dalam arti mau memberikan kritisi) selalu mengundang resiko.

    Mulai dari dibenci orang yang dikritik, dianggap tukang cari ribut, tukang cari

    gara-gara, hobby cari musuh hingga mengabaikan budaya timur yang penuh

    perdamaian, menghormati mereka yang lebih senior dan lebih tua.

    Memang di tengah peradaban yang sudah begitu maju dan beraliran rasionali-

    tas yang tinggi masih saja kita temui orang-orang yang hidup dengan perilaku

    purbakala di mana sikap kritis dianggap sikap yang membahayakan, membawa

    perpecahan, mengundang permusuhan karena diyakini sebagai upaya untuk

    menjatuhkan orang dan bahkan bila mungkin mempermalukan orang yang

    dikritik.

    Pilihannya sebenarnya di tangan kita sendiri. Lihatlah orang-orang yang mem-

    benci orang yang kritis (memberi masukan), mereka semakin lama pun semakin

    kritis (dalam arti gawat dan terancam). Kritis (dalam arti menjadi agen kritisi)

    bukanlah alat untuk menikam orang, mencederai apalagi mengubur hidup-hidup

    orang yang dikritik. Namun lebih kepada sarana untuk menemukan kebenaran

    melalui sebuah proses diskusi yang rasional dan sehat.

    Sudah sejak awal majalah ini berdiri, kami memilih menjadi kritis (dalam arti

    menjadi agen kritis), banyak yang suka banyak pula yang tersinggung. Bagaimana

    dengan anda? Kritis mana yang anda pilih? kritis yang berkonotasi menjadi agenkritisi atau kritis yang berarti sudah dekat dengan kehancuran akibat menolak

    menjadi agen kritisi?

    Chie Editor

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    3/77

    4 EDISI XVIII / 2008

    COVERSTORY

    EDISI XVIII / 2008 5

    MUSICPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    4/77

    6 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 7

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    KAYUS MULIA, PROFESIONALITAS

    DALAM BERFOTOGRAFIDari segelintir otograer proessional senior yang masih eksis berkarya pada jalurproesi, Anda tentunya pernah mendengar nama Kayus Mulia. Kayus Mulia adalah

    seorang otograer komersil yang menspesialisasikan dirinya pada bidang oto-

    moti. Kayus merupakan satu dari sedikit otograer otomoti yang berhasil eksis

    dan diakui karyanya. Beberapa waktu yang lalu kami sempat mampir ke tempat

    tinggal sekaligus studionya di bilangan BSD, Tangerang untuk berbincang-bin-

    cang dengannya. Di rumah yang tergolong sangat adem yang ia bangun berdua

    dengan istrinya yang juga sama-sama lulusan arsitektur Kayus menceritakan jalan

    hidupnya di dunia per otograan Indonesia.

    Saya mulai kenal otogra sejak saya SMP. Waktu itu saya sempat mencoba-coba

    kamera lensa ganda (twin lens) Rollei punya babe (ayahnya). Jelasnya di awal

    pembicaraan kami. Sejak saat itu Kayus pun mulai menekuni otogra. Kayus kecil

    menemukan kesenangan tersendiri dengan bermain-main dengan kamera yang

    kini sudah jarang ditemui itu, agak berbeda dengan anak-anak seumurnya waktu

    itu yang mungkin lebih tertarik menghabiskan waktu dengan main sepak bola

    atau permainan anak-anak lainnya. Ketika beranjak ke jenjang perguruan tinggi

    Kayus sempat mencicipi pendidikan arsitektur Trisakti walaupun tidak selesai. Ia

    pun pindah ke Jerman dan menyelesaikan studi arsitekturnya di sana.

    Selama menjalankan studi arsitekturnya, Kayus terus menekuni otogra. Saya

    banyak lihat majalah-majalah otogra di Jerman waktu itu, dan lumayan dibikin

    ngiler juga. Karena majalah otogra di sana bagus-bagus dan banyak pilihannya,

    nggak kayak di sini. Kenangnya. Semakin lama niat Kayus untuk mempelajari

    otogra di bangku pendidikan resmi semakin besar, namun niatnya itu belum ke-

    sampaian karena diminta orang tuanya untuk menyelesaikan kuliah arsitekturnya

    jangan buru-burungaku otograer.Jangan mentang-

    mentang punyakamera proes-sional lalu ngakujadi proessional

    photographer. Yangmembuat orang

    jadi otograer pro-essional bukan ka-meranya, tapi ke-

    mampuannya.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    5/77

    8 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 9

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    6/77

    10 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 11

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    7/77

    12 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 13

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    terlebih dahulu.

    Setelah menyelesaikan pendidikan ar-

    sitektur, Kayus kembali ke Jakarta dan

    sempat bekerja di developer sebagai

    tenaga arsitek. Namun minatnya terh-

    adap otogra membuatnya berhentidari pekerjaannya. Setelah mencari

    inormasi dari beberapa majalah luar

    negeri akhirnya Kayus pun berangkat

    ke Amerika Serikat untuk mengambil

    kuliah otogra di Brooks Institute o

    Photography. Saya ambil penjurusan

    Illustration Photography. Ungkapnya.

    Ia memilih jurusan itu karena tidak

    menyukai jurusan lain yang ditawarkan

    sekolahnya.

    Pada tahun 1986 Kayus kembali ke In-

    donesia dan bercita-cita ingin bekerja

    sebagai seorang otograer proes-

    sional. Balik ke Indonesia karena saya

    lebih baik jadi ikan besar di kolam kecil

    dari pada ikan kecil di kolam besar.

    Ungkapnya sambil tertawa.

    Di awal karirnya sebagai otograer

    komersil Kayus melihat enomena yang

    sama seperti yang banyak dialami

    otograer komersil lain. Untuk bisa

    masuk dan dapet project dari advertis-

    ing kita harus punya por tolio, semen-

    tara kalau belum ada kerjaan gimana

    mau punya portolio? Ungkapnya.

    Untung saja Kayus sudah memiliki

    Balik ke Indo-nesia karena

    saya lebih baikjadi ikan besar

    di kolam kecildari pada ikankecil di kolam

    besar.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    8/77

    14 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 15

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    9/77

    16 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 17

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    beberapa portolio bekal dari masa

    pendidikannya di Brooks.

    Berbicara mengenai persyaratan

    untuk terjun di bidang komersil, Kayus

    berpendapat bahwa portolio baru

    satu dari sekian modal penting. Kayus

    berpendapat bahwa hal yang tidak ka-

    lah penting untuk bisa terjun di bidang

    komersil adalah sikap proessional. Di

    Brooks dari hari pertama saya masuk,

    dosen saya sudah bilang bahwa kami

    belajar di Brooks untuk cari uang.

    Bukan untuk bikin karya yang nyeni.

    Kalau mau bikin ne ar t silakan ke toko

    sebelah saja. Ungkapnya menirukan

    omongan dosennya. Untuk itu dari se-jak awal mindset yang ditanamkan ke

    murid-murid Brooks adalah mindset se-

    orang pekerja proessional. Jika dosen

    bilang bahwa tugas dikirimkan hari

    rabu jam 12 siang di meja dosen, maka

    tepat jam 12 siang ruangan dosen

    akan ditutup walaupun orangnya ada

    di dalam. Dan kalau ada yang datang

    mau ngumpulin ya nggak diterima.

    Jelasnya. Sementara di sini, budayanya

    budaya ngaret. Padahal bekerja secara

    proessional salah satunya adalah de-

    liver good quality on time. Tambahnya.

    Kayus sendiri yang sudah beberapa

    tahun mengajar otogra di Jakarta

    sering menemui mental-mental tidak

    disiplin dari muridnya. Saya pernah

    undang orang-orang yang sudah

    tergabung dengan klub otogra untuk

    belajar di tempat saya. Dan waktu saya

    kasih tugas, nggak sampai 50% yang

    ngumpulin. Sisanya, jangankan telat,

    ngumpulin saja tidak. Ujarnya.

    Kayus menyayangkan mental tidak

    disiplin dan tidak proessional yang

    dimiliki banyak otograer yang ingin

    terjun di bidang proessional. Kalau

    bilang bisa ya berarti harus bisa. Kalau

    janji dua hari ya berarti dua hari. Itu

    baru namanya proessional. Tegas-

    nya. Kayus sendiri mengaku sudah 21

    tahun tidak pernah meleset terhadapdeadline yang sudah ia janjikan. Orang

    sini mentalnya can do. Motret mobil

    can do, motret mak anan can do,

    motret ashion can do. Semuanya mau

    diambil, padahal belum tentu bisa.

    Sambungnya. Banyak otograer pro-

    essional yang berpikir bahwa membi-

    arkan satu pekerjaan ke otograer lain

    bisa berakibat atal. Akhirnya semua

    pekerjaan diambil dan dijanjikan bisa

    dikerjakan dengan baik. Padahal ke-

    tika ternyata terbukti bahwa kita tidak

    cukup baik di bidang itu, maka klien

    kecewa dan itu jauh lebih berbahaya.

    Ujarnya. Di Indonesia kita berbuat

    baik sepuluh tahun nggak ada yang

    Untuk bisamasuk dan da-

    pet project dariadvertising kitaharus punyaportolio, se-mentara kalaubelum ada ker-jaan gimanamau punya

    portolio?

    Saya pernahundang orang-orang yang su-dah tergabungdengan klubotogra un-tuk belajar ditempat saya.Dan waktu sayakasih tugas, ng-gak sampai 50%yang ngum-

    pulin. Sisanya,jangankan telat,ngumpulin sajatidak.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    10/77

    18 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 19

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    11/77

    20 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 21

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    Orang sini mentalnya can do.Motret mobil can do, motret maka-nan can do, motret ashion can do.

    Semuanya mau diambil, padahal be-lum tentu bisa.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    12/77

    22 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 23

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    ngomongin. Tapi ketika kita berbuat

    salah satu kali saja, diomonginnya bisa

    sampai sepuluh tahun. Lanjutnya.

    Dalam hal ini Kayus memilih untuk

    tetap konsisten dengan hanya me-

    motret hal yang ia kuasai dengan baik,

    yaitu otomoti. Rejeki orang nggak

    akan kemana. Kalau jatahnya segitu ya

    segitu. Jadi ambil yang memang sudah

    jatahnya. Jangan kemaruk dan ambil

    jatah orang. Jelasnya.

    Berbagi pengalamannya menge-

    nai teknik pemotretan mobil Kayus

    mengaku lebih senang dengan teknik

    yang dilakukan otograer-otograer

    otomoti ketika jaman digital belumada yaitu one shot (bukan di sambung-

    sambung). Walaupun lebih susah,

    namun memotret mobil tanpa bantuan

    digital imaging untuk menyambung

    bagian per bagian namun dirasa lebih

    menyenangkan baginya karena terlihat

    lebih alami. Kayus melihat hal yang pal-

    ing sulit dalam memotret mobil adalah

    penguasaan lighting. Photography

    is about light, jadi kalau nggak ngerti

    lighting ya jangan ngaku otograer.

    Ungkapnya. Sebagai contoh ada yang

    bilang memotret mobil berwarna putih

    adalah hal yang paling susah padahal

    menurutnya adalah yang paling gam-

    pang. Hal ini terjadi diyakini Kayus kar-

    ena ketidak mengertian orang tersebut

    tentang lighting.

    Kalau bilangbisa ya berartiharus bisa. Ka-

    lau janji dua hariya berarti duahari. Itu baru na-

    manya proes-sional.

    Rejeki orangnggak akan ke-mana. Kalau ja-tahnya segituya segitu. Jadiambil yang me-mang sudahjatahnya. Jan-gan kemarukdan ambil jatahorang.

    Anak seka-rang masihterpusatpada kam-era. Lihatsaja di ko-munitas-komunitas,

    di milis-milispasti yangbanyak di-omonginkameranya.Maka dari itu

    beda merkselalu diper-masalah-kan.

    ...di sini, bu-dayanya budayangaret. Padahalbekerja secara

    proessionalsalah satunyaadalah delivergood quality ontime.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    13/77

    24 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 25

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    14/77

    26 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 27

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    15/77

    28 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 29

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    Ditanya mengenai cara belajar o-

    togra yang paling baik, Kayus me-

    nyarankan semua orang yang ingin

    belajar otogra untuk mengambil

    pendidikan otogra. Belajar otodidak

    bisa saja, tapi tetap saja yang belajar

    melalui sekolah pasti tahu dasarnya.

    Dan orang yang tahu pasti bisa jawab

    kalau ditanya kenapa. Jelasnya. Maka

    dari itu kalau anda belajar kepada

    seseorang, dan mau tahu yang ngajarin

    anda itu pinter apa enggak, ya tanya

    aja mengapa kepada dia, kalau dia ng-

    gak bisa jawab dengan cara yang bisa

    menjelaskan kepada anda berarti dia

    juga nggak tahu. Sambungnya.

    Melihat peminat otogra yang

    berkembang pesat di era digital ini

    Kayus ikut senang. Hanya saja Kayus

    melihat masih banyak orang yang salah

    arah. Anak sekarang masih terpusat

    pada kamera. Lihat saja di komunitas-

    komunitas, di milis-milis pasti yang

    banyak diomongin kameranya. Maka

    dari itu beda merk selalu dipermasalah-

    kan. Ungkapnya. Selain itu anak-anak

    ini suka sekali ngobrol dan diajarin

    tentang megapixel. Padahal kalau

    cuma mau tahu soal megapixel ke toko

    kamera juga pasti jadi tahu. Sambung-

    nya.

    Di akhir pembicaraan kami Kayus

    pun memberikan saran bagi peminat

    otogra yang masih baru. jangan

    buru-buru ngaku otograer. Jangan

    mentang-mentang punya kamera

    proessional lalu ngaku jadi proes-

    sional photographer. Yang membuat

    orang jadi otograer proessional

    bukan kameranya, tapi kemampuan-

    nya. Ungkapnya. Kayus melihat ini

    terjadi salah satunya karena ulah

    pedagang kamera yang selalu men-

    gatakan bahwa jika mereka memotret

    pakai kamera proessional yang baik

    maka hasilnya juga pasti baik. Padahal

    utamanya tergantung pada kemam-

    puan si otograernya. Buat merekayang belum siap, lebih baik otogra

    dijadikan hobby saja. Bukan karena

    saya takut jadi ada saingan, tapi karena

    ketika dijadikan pekerjaan dan ternyata

    anda belum siap otogra justru bisa

    jadi sesuatu yang tidak menyenangkan

    untuk dilakukan karena membuat anda

    stress. Tutupnya.

    Di Indonesia

    kita berbuat baiksepuluh tahunnggak ada yang

    ngomongin. Tapi

    ketika kita ber-buat salah satukali saja, diomon-ginnya bisa sam-pai sepuluh ta-hun.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    16/77

    30 EDISI XVIII / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 31

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    17/77

    32 EDISI XVIII / 2008

    PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 33

    PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    18/77

    34 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 35

    THELEPASAN

    Aku hanya punya satu jawaban. Kamu bebas, pilih Tidak ada etika umum yang

    bisa menunjukkan apa yang harus dilakukan.

    (Jean Paul Sartre dalam T. Z. Lavine, From Socrates to Sar tre: the Philosophic

    Quest, Bantam Books, Inc, NY 1984)

    Indah, Indah, Indah!

    Baiklah, dengan senang hati, saya ingin mengingatkan kembali berbagai pendap-

    at tentang keindahan dari berbagai ahli -saya menggunakan kata mengingatkan

    dengan asumsi bahwa pembaca sesungguhnya sudah mengetahui- yang belum

    sempat saya ungkap pada tulisan-tulisan terdahulu.

    Mortimer Adler dalam Six Great Idea mengatakan keindahan adalah the property

    o any subject that gives us the disinterested pleasure we can derive rom simply

    contemplating or apprehending that individual object as such (siat dari suatu

    benda yang memberi kita kesenangan yang tidak bermaksud/berkepentingan

    yang dapat kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau melihat benda indi-vidual itu sebagaimana adanya.

    Thomas Aquinas menyatakan keindahan sebagai id quad visum placet yaitu ses-

    uatu yang menyenangkan ketika dilihat.

    Aristoteles dalam Rethorica menyebut that which being good is also pleasant.

    GOOD PICTURE ATAWA

    GAMBAR INDAH(Bagian Ke-5)Oleh: Siddhartha Sutrisno*Sesuatu yang selain baik juga meny-

    enangkan.

    Sebagai kualitas yang mendatangkan

    penghargaan mendalam tentang ber-

    bagai nilai atau ideal yang membang-

    kitkan semangat (Charles J. Bushnell

    dalam Henry Pratt F (ed.), Dictionary oSociology and Related Science).

    Perpaduan dari sesuatu yang baik

    bentuknya dengan bertenaga hidup

    (Samuel Coleridge, Introduction to

    Philosophy).

    Pengungkapan yang berhasil dari

    suatu intuisi (Benedetto Croce, Intro-

    duction to Philosophy).

    Identitas yang sempurna dari hal yang

    ideal dan yang nyata (Georg Wilhelm

    Friedrich Hegel, Introduction to Phi-

    losophy).

    keindahan ada-lah the propertyo any subjectthat gives us thedisinterested

    pleasure wecan derive romsimply contem-plating or ap-prehending thatindividual ob-ject as such- mortimer Adler -

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    19/77

    36 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 37

    THELEPASAN

    Penyingkiran hal-hal yang berlebihan

    (Michelangelo dalam Max Rosenberg,

    Introduction to Philosophy).

    Kumpulan ketertiban atau perimban-

    gan dari bagian-bagian yang meny-

    enangkan mata (Samuel Johnson

    dalam E. F. Carritt, An Introduction to

    Aesthetics).

    Sesuatu yang menyenangkan tidak

    melalui kesan atau konsep, melainkan

    dengan kemestian yang subyekti da-

    lam suatu cara yang seketika dan tidak

    bermaksud/berkepentingan (Immanu-

    el Kant dalam Wladyslaw Tatarkiewicz,

    The Great Theory o Beauty and Its

    Decline, The Journal o Aesthetics and

    Art criticism, Winter 1972).

    Kesatuan dari hubungan-hubungan

    bentuk di antara pencerapan-pencer-

    apan inderawi kita (Herbert Read,

    Aesthetics and the Arts, 1968).

    Hal-hal yang agung, yang sedih, dan

    hal yang lucu, maupun semua peng-hargaan estetis (Harolt Titus, Living

    Issues in Philosophy: An Introductory

    Textbook, 1953).

    Akhirnya, sampai di situ, otak tua saya

    sudah tidak lagi mampu mengingat

    berbagai pendapat tentang keindahan

    yang sesungguhnya masih sangat

    banyak. Lagipula, saya tidak berniat

    menulis glosarium tentang keindahan

    pada tulisan ini.

    Diskursus Elitis dan Kebenaran Dalam

    Keindahan

    Tak ada yang begitu amat mengena di

    hati selain rasa manis yang muncul dari

    isak tangis bersama

    (Jean-Jacques Rousseau dalam Ste-

    an Knischeck, Lebensweisheiten

    beruhmter Philosophen, Humboldt,

    Augsburg,1999)

    Bolehlah kita bertanya, apakah

    denisi-denisi tentang keindahan itu

    kemudian tidak menjadi sesuatu yang

    dogmatis? Tentunya anda telah tahu

    jawabnya! Tetapi, kembali saya ingin

    mengajak untuk melihat kasus - kasus

    yang pernah terjadi sebagai analogi.

    Alkisah, Immanuel Kant, sang anak

    abad Pencerahan, dengan kritisisme-

    nya telah memormulasikan seni kedalam reeksi losos yang demikian

    teknis. Sekalipun harus diingat bahwa

    lsu ini memiliki bahasanya sendiri

    tentang apa itu seni, terutama lewat

    pembahasannya mengenai persoalan

    Tak ada yangbegitu amatmengena di hatiselain rasa man-is yang munculdari isak tangisbersama

    - Jean-JacquesRousseau -

    Orang seringlupa bahwa

    good picturesebenarnya

    bukan sebuahasal. Ia sebuahcita-cita dan didalamnya ter-

    maktub cita-citauntuk hal-hal

    yang universal.Keindahan ada-

    lah kaki langit,bayangkan lu-asnya yang tak

    terukur.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    20/77

    38 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 39

    THELEPASAN

    keindahan. Namun jika kita men-

    coba mereeksikan sistem lsaatnya,

    khususnya tentang diskursus keinda-

    han tadi, maka terkesan kuat bahwa ia

    membangkitkan lagi memori kita ke

    dalam ruang seni Platonis, di mana seni

    ditelikung oleh wacana-wacana ideal-

    isme atas nama keutamaan estetika,

    meskipun kata estetika itu sendiri pada

    mulanya mengacu pada dunia inder-

    awi yang kabur (setidaknya denisi

    keindahan yang begitu banyak mem-

    buktikan itu). Pada kelanjutannya, yang

    merupakan hal yang sulit terhindarkan

    bahwa seni selalu dipahami lewat jalan

    deduksi teoretis untuk mencari bentuk-

    bentuk murninya.

    Mengikuti cara seperti itu,

    sebenarnya Kant telah membuka

    lahan baru bagi seni untuk berbicara di

    dalam dirinya sebagai sebuah otokritik,

    yang mana kemudian sang kreator

    harus mampu mengekspresikan

    pengalaman-pengalamannya untuk

    menjadikannya sebuah karya seni yang

    disebut indah tadi. Jadi, seni diduduk-

    kan ke dalam teknis epistemologis didalam mempersoalkan daya kritis sub-

    jektitas dengan objek seni itu sendiri.

    Menyimak petuah Kant, seni

    sebagai ekspresi pengalaman menjadi

    seperti sirkulasi antara potensi ke luar

    dan ke dalam, demi sebuah peng-

    hayatan keindahan. Dari sini tampak-

    nya seni menjadi otonom sebagai

    kekuatan mentransendensi kenyataan

    (patut diingat misalnya, kelahiran

    awal otogra yang memburu objek-

    titas dalam bentuk-bentuk gambar

    yang realis karena otogra dianggap

    paling mampu memunculkan presisi

    visual dari kenyataan yang dibidiknya).

    Namun karena bentuk ormal yang

    memacu di baliknya, mau tidak mau,

    pada akhirnya seni tinggallah menjadi

    sebuah teks yang dapat dikenali lewat

    diskursus-diskursus elitis semata. Di

    sini terlihat pula adanya perbedaanantara Plato dan Kant. Bahwa Kant

    tidak seperti Plato, membawa seni itu

    ke dimensi dunia kebenaran, bukan

    sekedar mimesis. Mengikuti kritisisme

    Kant, syarat-syarat akal budi yang men-

    ormulasikan keindahan dalam seni

    sudah dengan sendirinya berbicara

    tentang kebenaran sekalipun bukan

    berarti langsung pada kebenaran itu

    sendiri.

    Namun ormalisme Kant itu

    tampaknya menjadi begitu menggang-

    gu bagi kaum Romantisme di kemu-

    dian hari. Seni sebagai elit pemikiran

    ala Kant yang telah menjadi legitimasi

    Seni seharusnyamenemukan ke-

    murniannya lang-sung pada alam,bukan lewat me-

    dium rasio. Sebablewat medium ini,seni jelas tampak

    termanipulasi. Den-gan berorientasi ke

    alam emosi yang

    dianggap potensikejujuran, bagikaum Romantisme,

    seni dan senimandianggap mampu

    menjadi pahlawandan jenial yang

    mengurai aturan-aturan ormal yang

    semu oleh rasional-isme.

    All the great

    thinkersthroughouthistory havesought a singlecertainty. Some-thing which noone reute, liketwo and two

    make our. Inorder to ndthat truth...

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    21/77

    40 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 41

    THELEPASAN

    oleh borjuasi saat itu, lalu dilawan

    dengan potensi intuisi dan naluri-naluri

    emosional oleh kaum Romantis. Seni

    seharusnya menemukan kemurnian-

    nya langsung pada alam, bukan lewat

    medium rasio. Sebab lewat medium ini,

    seni jelas tampak termanipulasi. Den-

    gan berorientasi ke alam emosi yang

    dianggap potensi kejujuran, bagi kaum

    Romantisme, seni dan seniman diang-

    gap mampu menjadi pahlawan dan

    jenial yang mengurai aturan-aturan

    ormal yang semu oleh rasionalisme.

    Romantisme yakin bahwa

    naluri-naluri keindahan lebih dapat

    berbicara jauh daripada sekedar mem-

    bicarakan tentang kebenaran di dalam

    diskursus-diskursus losos. Bahkan

    dengan tuntas, seorang Friedrich

    Schiller yang notabene adalah dokter,

    sikawan dan dramawan besar Roman-

    tisme, menandaskan bahwa ketika kita

    menyatu dengan keindahan, lsaat

    tidak lagi perlu. Pandangan seperti ini

    mengundang masalah dikotomistis

    tentang seni dan lsaat. Namun, ba-

    gaimanapun, Romantisme telah mela-

    hirkan karya-karya seni yang demikian

    gilang-gemilang, sebagaimana dapat

    kita nikmati pada karya-karya Goethe,

    Wagner, Wordsworth, Pushkin, dan lain

    sebagainya.

    Can We Know The Truth?

    All the great thinkers throughout his-

    tory have sought a single certainty.

    Something which no one reute, like

    two and two make our . In order to

    nd that truth, Ludwig Wittgenstein

    used in act, mathematical logic. What

    better means o obtaining a certainty

    than an immutable language, ree rom

    the passions o men? He advanced

    slowly, using equation ater equation,

    with impeccable method, until he

    reached a terriying conclusion. There

    is no such truth outside the mathemat-

    ics. There is no way o nding a single

    absolute truth, an irreutable argument

    which might help answer the questions

    o mankind. Philosophy, thereore, is

    dead. Because Whereo we cannot

    speak, thereo we must be silent.

    (Siddhartha Sutrisno, Catatan Harian

    Sebuah Skenario, 2008)

    The Tractatus Logico Philosophicus,

    adalah sebuah buku lsaat ciptaan

    Ludwig Wittgenstein dan merupakan

    salah satu pekerjaan lsaat yang pal-

    ing berpengaruh di abad ke-20 dimana

    ...There is no such truth outsidethe mathematics. There is no wayo nding a single absolute truth,an irreutable argument whichmight help answer the questionso mankind. Philosophy, there-ore, is dead. Because Whereo

    we cannot speak, thereo wemust be silent.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    22/77

    42 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 43

    THELEPASAN

    ia membuat batasan dalam pemikiran.

    Enigma yang coba dipecahkan adalah:

    Can we know the truth? Jawabannya?

    Telah tertulis di atas!

    Karena kita menganggap (bagi yang

    menganggap) bahwa otogra adalah

    wacana ilmu pengetahuan, sehingga

    lsaat, dengan segala tetek-bengek

    kerumitannya turut melahirkan,

    mengasuh, membesarkan dan mung-

    kin membunuhnya. Dengan berbagai

    pandangan tentang keindahan yang

    melingkupinya, lalu kita percayai

    dan pegang pandangan itu sebagai

    paradigma, sebagai pandangan hidup,

    bahkan sampai pada tingkatan tidakpeduli dengan pandangan yang lain,

    karena kita menyikapinya sebagai

    agama, memeluknya sebagai iman,

    sebuah kebenaran!

    Dalam sebuah dialog imajiner dengan

    Wittgenstein, di catatan harian saya

    tertulis demikian:

    WITTGENSTEIN

    I believe in the number o Phi.

    SS

    Im sorry, I didnt understand you. What

    was it you said you believed in?

    WITTGENSTEIN

    In the number Phi, in the Golden Sec-

    tion,

    The Fibonacci Series. The essence o

    nature is mathematical.

    There is a hidden meaning beneath

    reality.

    Things are organized ollowing a

    model, a scheme, a logical series. Even

    the tiny snowake includes a numerical

    basis in its structure. Thereore, i we

    manage to discover the secret meaning

    o numbers, we will know the secret

    meaning o reality.

    SS

    Impressive! We ound ourselvesaced with a resh, rousing deence o

    mathematics, as i numbers were pre-

    existing ideas in reality. Anyway, this is

    nothing new. Since man is incapable o

    reconciling mind and matter, he tends

    to coner some sort o entity on ideas,

    because he cannot bear the notion

    that the purely abstract only exists in

    our brain. The beauty and harmony o

    a snowake. How sweet! The buttery

    that utters its wings and cause a hur-ricane on the other side o the world.

    Weve been hearing about that damn

    buttery or decades, but who has

    been able to predict a single hurricane?

    Nobody! Tell me somethingWhere

    Karena kita menganggap (bagiyang menganggap) bahwa o-togra adalah wacana ilmupengetahuan, sehingga lsaat,dengan segala tetek-bengekkerumitannya turut melahir-kan, mengasuh, membesarkandan mungkin membunuhnya.Dengan berbagai pandangan

    tentang keindahan yang meling-kupinya, lalu kita percayai danpegang pandangan itu sebagaiparadigma, sebagai pandanganhidup, bahkan sampai pada ting-katan tidak peduli dengan pan-

    dangan yang lain, karena kitamenyikapinya sebagai agama,memeluknya sebagai iman,sebuah kebenaran!

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    23/77

    44 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 45

    THELEPASAN

    is the beauty and harmony in cancer?

    What makes a cell suddenly decide to

    turn itsel into a killer metastasis and

    destroy the rest o the cells in healthy

    body? Does anybody know? No. Be-

    cause wed rather think o snowakes

    and butteries or pain, war or your

    book. Why? Because we need to think

    that lie has meaning, that everything

    is governed by logic and not by mere

    chance. I I write 2 then 4 then 6, then

    we eel good, because we k now that

    next comes 8. We can oresee it, we are

    not in the hands o destiny. Unortu-

    nately however, this has nothing to do

    with truth. Dont you agree? This is only

    ear. Sadbut there you go

    Huhhapa pula itu? Ketika Popper

    mengumandangkan prinsip alsi-

    kasinya dalam bukunya, Logik der

    Forschung, dunia ilmu pengetahuan menjadi sangat gempar dan semarak.

    Popper seperti melempar sebuah bom

    di atas agama kaum positivisme-logis,

    khususnya. Gajah bengkak verikasi itu

    ternyata terusik dan terciptalah arena

    pertarungan seru. Jagoan positivisme

    seperti Wittgenstein dikritik secaratajam. Kesatuan dan kekuatan pe-

    mikiran Popper dilihat dari berbagai

    karyanya terletak pada pendekatan

    epistemologis. Dari analisanya tentang

    struktur epistemologis antara subjek

    yang mengetahui dan objek yang

    diketahui menghantarnya pada pendi-

    rian bahwa di dalam mengusahakan

    di dalam pengetahuan ilmiah sebagai

    bangunan dasar dari perkembangan

    ilmu pengetahuan, kita tidak dapat

    menerima yang satu saja kemudianmenyingkirkan yang lainnya. Masalah-

    nya, tergantung di mana kejelian

    kita memandang kedudukan kedua

    unsur tersebut secara proporsional.

    Dari sudut subjekti kita mengetahui

    tentang cara kerja ilmu secara deduk-

    ti, misalnya pada kekuatan-kekuatan

    aksiomatik-rasionalistik di dalam prob-

    lem-problem matematik dan kalkulus

    warisan Platonisasi Euclid, sedangkan

    dari sudut objekti kita mengetahui

    tentang cara kerja ilmu secara indukti,

    pada sika misalnya sebagai contoh

    paling representati ( sika cahaya

    biasanya menjadi makanan sehari-hari

    para otograer yang mengaku pelukis

    dengan cahaya).

    Berhadapan dengan pendekatan

    epistemologis seperti ini, Popper akh-

    irnya sampai pada pendirian bahwa di

    dalam dunia keilmuan, kita senantiasa

    berhadapan dengan persoalan antarasubjek dan objek dan tidak bisa tidak

    kita sebenarnya langsung berhadapan

    dengan problem (perhatikan model

    yang diajukan Popper pada tulisan

    bagian ke-2). Baik pada subjek maupun

    Lebih spesik kita dapat mem-persoalkan keindahan yang su-dah kita percayai sepanjangumur kita, lalu pada praktiknyakita anggap sebagai kebenarandalam berkarya atau melihatkarya otogra orang lain, bahwagood picture itu harus begini,kalau gambar indah itu harus be-

    gitu. Oh so sadbut there yougo!

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    24/77

    46 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 47

    THELEPASAN

    pada objek, di dalam dirinya masing-

    masing sudah mengandung problem,

    bukan sesuatu yang hadir atau terberi

    begitu saja lantas dengan amannya

    kita terima. Dari sini ternyata kelirulah

    prinsip verikati yang mendasari teori

    ilmiahnya pada observasi indukti.

    Sama kelirunya mereka yang setia

    pada rasionalisme yang menganggap

    cara kerja dedukti adalah tujuan dari

    kegiatan ilmiah. Kendati, menurut Pop-

    per, sistem dedukti dapat kita terima

    sejauh itu hanya sebagai sarana dan

    batu loncatan semata.

    Pentingnya pendekatan epistemologis

    seperti ini bagi Popper ialah untukmenjawab pertanyaan dasar dari pe-

    nyelidikannya mengenai perkemban-

    gan ilmu pengetahuan. Atas dasar logis

    apakah ilmu pengetahuan itu dapat

    berkembang? Jawabannya terletak

    pada siat rasional dan empiris ilmu

    pengetahuan itu dan siat ini hanya

    dapat kita jelaskan lewat epistemologi.

    Dari pendekatan epistemologis pula

    kita dengan subur dapat memper-

    soalkan kata kebenaran dalam ilmupengetahuan. Lebih spesik kita dapat

    mempersoalkan keindahan yang sudah

    kita percayai sepanjang umur kita, lalu

    pada praktiknya kita anggap sebagai

    kebenaran dalam berkarya atau meli-

    hat karya otogra orang lain, bahwa

    good picture itu harus begini, kalau

    gambar indah itu harus begitu. Oh so

    sadbut there you go!

    Kebenaran dalam konteks alsikasi

    jelas berbeda dengan kebenaran

    menurut kaum verikasionis. Ke-

    benaran tidak ditempatkan secara

    objekti dalam arti bagaimana kita

    dapat meraihnya di dalam pengujian

    empiris, tapi kebenaran merupakan

    sebuah problem. Dan sebagai sebuah

    problem, kebenaran senantiasa me-

    nyertai di dalam usaha pemecahan

    problem, dalam arti, kebenaran di sini

    terkait erat dengan logika alsikasiterhadap isi atau derajat inormati dari

    pernyataan-pernyataan empiris. Pada

    akhirnya, sesuai dengan tesis bahwa

    ilmu pengetahuan dengan dasar

    rasionalitas-empiristiknya menentukan

    perkembangan ilmu terus-menerus,

    maka kebenaran pun tidak mungkin

    diperoleh secara murni objekti. Apabi-

    la ilmu pengetahuan memiliki pretensi

    kebenaran, maka pretensi tersebut

    harus diantisipasi dengan kesadaranbahwa kegiatan ilmiah hanya sanggup

    melangkah mendekati kebenaran atau

    hanya menyerupai kebenaran (ingat

    akan usaha Plato mendenisikan seni

    sebagai mimesis dan usaha Kant yang

    Lalu, maksud saya, goodpicture bukan hanyamengerti warna, mengertitekstur, mengerti tata ca-haya, mengerti siat-siatbenda, terampil macam-macam alat otogra,mengerti segitiga tetrak-tys karena, misalnya tim-

    bul pertanyaan, bukankahada impossible triangleOscar Reutersvard dengandimensi yang susah diter-

    jemahkan dengan sudut-sudut yang mengandung

    anomali? Dan pertanyaan-pertayaan lain yang tiadahabisnya?

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    25/77

    48 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 49

    THELEPASAN

    mendenisikan keindahan sehingga

    kebenaran ada di dalamnya).

    Pandangan Popper sekali lagi meng-

    hantam anggapan keabadian kebe-

    naran dan nalitas ilmiah dari kaum

    positivis. Kebenaran di dalam kegia-

    tan ilmiah hanya berlaku sepanjang

    sebuah teori belum berhadapan

    dengan sebuah teori tandingan. Dalam

    hal ini keberlakuan teori tersebut oleh

    Popper dinamakan corroborated.

    Tetapi ketika sebuah teori baru sebagai

    tandingan dapat mengajukan inorma-

    si-inormasi empiris yang derajatnya

    lebih tinggi daripada teori tadi itu,

    maka teori tersebut dapat dinyatakansalah. Mengapa teori Einstein dapat

    mengalahkan teori Newton? Jawaban-

    nya bahwa teori Einstein lebih dapat

    dinyatakan salah karena lebih berisi

    inormasi-empiris berderajat tinggi

    daripada teori Newton.

    Menarik sekali di sini bila kita mengi-

    kuti pendirian Popper, bahwa yang

    ia inginkan bukanlah sekedar kebe-

    naran, melainkan kebenaran lebih dankebenaran baru. Ia tidak puas dengan

    dua kali dua sama dengan empat

    meskipun itu benar. Sekedar kebe-

    naran tidaklah cukup. Apa yang ia cari

    adalah jawaban atas problema kita.

    Jadi, itu maksud saya dengan dialog

    imajiner bersama Wittgenstein di atas.

    Lalu, maksud saya, good picture bukan

    hanya mengerti warna, mengerti

    tekstur, mengerti tata cahaya, mengerti

    siat-siat benda, terampil macam-

    macam alat otogra, mengerti segitiga

    tetraktys karena, misalnya timbul

    pertanyaan, bukankah ada impossible

    triangle Oscar Reutersvard dengan di-

    mensi yang susah diterjemahkan den-

    gan sudut-sudut yang mengandung

    anomali? Dan pertanyaan-pertayaan

    lain yang tiada habisnya?

    Suatu hal, bahwa apabila alsikasi

    berpendirian kekuatan sebuah teoriterletak pada tingkat inormati empiris

    yang dapat dinyatakan salah, maka be-

    rarti di dalam ilmu pengetahuan, kita

    bukannya belajar dari kebenaran-kebe-

    naran yang ada, melainkan sebaliknya

    kita belajar dari kesalahan-kesalahan.

    Bukannya menentukan kepastian bagi

    sebuah teori demi kelanjutan perkem-

    bangannya, melainkan lebih mencari

    keberuntungan untuk memperoleh

    teori-teori yang lebih baik. Sedangkanpencarian keberuntungan ini tidak

    dimulai dengan suatu titik pandang

    menyeluruh, melainkan sedikit demi

    sedikit.

    Suatu hal, bahwaapabila alsikasi ber-

    pendirian kekuatansebuah teori terletakpada tingkat inor-

    mati empiris yang da-pat dinyatakan salah,

    maka berarti di dalamilmu pengetahuan,kita bukannya belajardari kebenaran-kebe-

    naran yang ada, me-

    lainkan sebaliknya kitabelajar dari kesalahan-kesalahan.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    26/77

    50 EDISI XVIII / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XVIII / 2008 51

    THELEPASAN

    Kemudian, paling tidak telah ada warisan kritis bahwa sangat penting di dalam

    sejarah peradaban di mana kita sang pencari keindahan atau silahkan jika ingin

    dan berani menyebut sang pencipta keindahan melalui otogra, di mana kata

    kebaikan, keindahan, kebenaran, good picture menurut kita, gambar indah

    menurut kita, gambar yang benar menurut k ita, senantiasa terbuka untuk digugat

    dengan pernyataan dapat salah! Apa tujuannya? Tidak lain, agar klaim keinda-

    han, kebaikan, dan kebenaran meskipun itu hanya dalam otogra tidak dibalut

    oleh kekuasaan di satu pihak saja.

    Epilog: Keindahan adalah Kaki Langit

    Jika keindahan yang kita bicarakan sekiranya rel kereta api dalam eks-

    perimen relativitas Einstein, maka berbagai pendapat tentang otogra yang baik,

    otogra yang indah, otogra yang benar dari berbagai ahli dari waktu ke waktu

    adalah cahaya yang berlesatan di dalam ruang gerbong di atas spoor itu. Relativi-

    tasnya seumpama berapa banyak kita dapat mengambil pengalaman dari pelaja-

    ran yang berlesatan itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahayabersiat absolut (186, 282. 3959 mil per detik), dan waktu relati tergantung kece-

    patan gerbong maka pengalaman akan keindahan yang sama dapat menimpa setiap insani, tetapi sejauh apa, dan

    secepat apa pengalaman yang kemudi-

    an mempribadi itu memberi pelajaran

    bagi seseorang (subjek yang memotret

    dan subjek yang memandang potret),

    hasilnya akan berbeda, relati satu

    sama lainnya.

    Orang sering lupa bahwa

    good picture sebenarnya bukansebuah asal. Ia sebuah cita-cita dan di

    dalamnya termaktub cita-cita untuk

    hal-hal yang universal. Keindahan

    adalah kaki langit, bayangkan luasnya

    yang tak terukur.

    Keindahan adalah sebuah

    proses. Jangan pernah takut dengan

    proses itu, kata para arin. Meskipun

    kenyerian terasa saat menjadi pasien

    keindahan, agony tak berujung, kegeli-

    sahan sepanjang hayat. Amor ati !

    Seperti kata Beckett dalam Worst-

    ward Ho, Coba lagi. Gagal lagi. Gagal

    dengan lebih baik lagi. Seperti juga

    Jacques Derrida yang mengatakan,

    Commencons par limpossible

    (Marilah kita mulai dengan yang tak

    mungkin).

    FINE

    *Penulis adalah Backpacker, pernah

    mengajar kursus sika dan matema-

    tika.Keindahan adalah sebuah pros-es. Jangan pernah takut den-

    gan proses itu, kata para arin.Meskipun kenyerian terasa saat

    menjadi pasien keindahan, agonytak berujung, kegelisahan sepan-jang hayat. Amor ati!

    Seperti kataBeckett dalamWorstward Ho,Coba lagi. Ga-gal lagi. Gagaldengan lebih

    baik lagi.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    27/77

    52 EDISI XVIII / 2008

    JALANJALAN

    EDISI XVIII / 2008 53

    LIPUTANUTAMA

    BUNUH DIRI

    MASAL ALAFOTOGRAFERBagi anda para praktisi otogra yang sudah menghasilkan uang dari otogra

    tentunya tahu kondisi bisnis otogra yang semakin lama semakin tidak memberi-

    kan ruang lebih lega untuk penghidupan. Melihat aktor uang dan bayaran dalam

    berotogra sah-sah saja ketika kita melakukan otogra sebagai mata penca-

    harian. Namun diadopsinya teknologi digital ke dalam dunia otogra rupanyamenjadi salah satu pemicu meledaknya angka peminat otogra dan diyakini

    pada akhirnya juga ikut memberikan kontribusi pada semakin menurunnya peng-

    hasilan para otograer.

    IY, seorang otograer wedding yang sudah lebih dari 15 tahun menggantungkan

    hidup keluarganya pada otogra mengatakan bahwa kemudahan ber otogra

    yang ditawarkan oleh teknologi digital sudah membuat harga jasa otogra

    merosot tajam. Ketika otogra digital masuk ke Indonesia banyak orang orang

    yang menjadi cepat merasa bisa melakukan otogra dengan baik dan benar. Ini

    karena setiap kita memotret kita bisa langsung melihat hasilnya dalam LCD yang

    terdapat pada kamera tersebut. Sehingga mereka yang sebenarnya baru dalam

    tahap hampir bisa menjadi merasa percaya diri karena segala sesuatuya jadi

    mudah dikontrol. Memotret jadi lebih mudah dikontrol melalui tampilan hasil

    di LCD yang sangat instan. Belum lagi penggunaan teknologi komputer gras

    pada sotware photo retouching yang seolah-olah memberi kesempatan kedua

    bagi setiap oto-oto kurang sempurna yang mereka hasilkan. Pada akhirnya

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    28/77

    54 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 55

    LIPUTANUTAMA

    semua orang yang memiliki kamera

    merasa bisa menghasilkan oto yang

    bagus. Dan ketika mereka merasa bisa

    menghasilkan oto yang bagus, mereka

    juga merasa bisa menjual jasanya dan

    menghasilkan uang dari otogra.

    Nah meningkatnya jumlah orang

    yang bermata pencaharian sebagai

    otograer ini secara langsung sudah

    membuat persaingan menjadi semakin

    berat. Dan ketika persaingan menjadi

    semakin berat pilihannya hanya dua,

    meningkatkan kualitas hingga di titik

    di mana hanya sedikit orang yang bisa

    mencapai kualitas itu, atau menurunk-

    an harga di mana tidak banyak orang

    yang menetapkan harga serendah itu.Ungkapnya.

    Menanggapi hal tersebut, IU seorang

    pengamat bisnis mengatakan bahwa

    persaingan memang membuat orang

    berlomba menjadi berbeda. Ketika

    persaingan semakin ketat sebenarnya

    orang dipaksa untuk mencari dieren-

    siasi masing-masing. Hal apa yang unik

    dan relevan untuk ditawarkan kepada

    pasar yang membuat ia berbeda daripesaingnya. Ketika peserta persaingan

    adalah orang-orang yang memiliki ke-

    mampuan dan mental yang mumpuni

    maka arah dierensiasinya lebih kepada

    penambahan nilai atau value added

    dari jasa yang ditawarkan. Proses

    dierensiasi ini sendiri akan berajalan

    dinamis. Ketika ada satu pemain yang

    berhasil menjadi berbeda dan berhasil

    mendapat tanggapan positi dari mar-

    ket maka akan banyak pemain yang

    berusaha berlari ke arah yang sama

    sehingga dierensiasi kualitas yang

    sudah berhasil dilakukan si pemain

    pertama tadi menjadi tidak relevan

    lagi karena banyak yang melakukan-

    nya. Dan ini akan mendorong mereka

    untuk kembali melakukan dierensiasi.

    Jelasnya. Hal yang sama terjadi pada

    elemen harga. Bagi mereka yang tidak

    memiliki kemampuan yang cukup,

    untuk mengelevate product menjadisesuatu yang berbeda maka dieren-

    siasi pada harga menjadi sesuatu yang

    biasanya menarik untuk mereka. Jadi

    proses yang sama seperti pada proses

    dierensiasi dinamis pada kualitas juga

    bisa terjadi pada harga. Setiap pemain

    berusaha mendierensiasikan diri

    dengan menetapkan harga yang lebih

    menarik bagi konsumen. Dan ketika itu

    berhasil, maka pemain lain juga pasti

    akan berlari ke arah yang sama. Dan iniakan mendorong dierensiasi harga ke

    level yang lebih rendah lagi. Dan inilah

    yang akan membunuh mereka sendiri.

    Perang harga memang sudah menjadi

    Dan ketika per-

    saingan men-jadi semakinberat pilihan-

    nya hanya dua,meningkatkan

    kualitas hinggadi titik di mana

    hanya sedikit

    orang yangbisa mencapaikualitas itu, atau

    menurunkanharga di mana

    tidak banyakorang yang me-netapkan harga

    serendah itu.

    Ketika pesertapersaingan ada-lah orang-orang

    yang memilikikemampuandan mentalyang mumpunimaka arah dier-ensiasinya lebihkepada penam-bahan nilai atau

    value addeddari jasa yangditawarkan.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    29/77

    56 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 57

    LIPUTANUTAMA

    enomena di dunia bisnis dan market-

    ing lebih dari sepuluh tahun terakhir.

    Selain terjadi pada dunia otogra

    wedding hal ini juga terjadi pada dunia

    otogra komersil. Setidaknya sudah

    7 tahun terakhir perang harga juga

    terjadi pada dunia otoga komersil.

    Hanya saja penyebabnya sedikit lebih

    kompleks pada dunia otogra kom-

    ersil. Jika di dunia wedding penyebab

    yang dominan adalah ketidakmenger-

    tian para pelaku industri tersebut akan

    berbisnis yang baik dan benar, pada

    otogra komersil menukiknya jasa

    otogra iklan juga dipengaruhi bar-

    gaining power yang kelewat besar dari

    advertising company yang menjadi pe-nyuplai pekerjaan bagi para otograer.

    Keahlian perusahan periklanan dalam

    melakukan tawar menawar dengan

    pihak otograer cukup baik. Mereka

    bisa memposisikan seolah-olah o-

    tograerlah yang berada diposisi yang

    membutuhkan. Padahal seharusnya

    otograer juga sadar bahwa po sisinya

    sama-sama membutuhkan. Pada akh-

    irnya otograer selalu berusaha sekuat

    tenaga untuk mendapatkan sebuahproject iklan walaupun dengan cara

    menurunkan harga. Jelas GJ, seorang

    direktur sebuah perusahaan per-

    iklanan. Sudah menjadi hukum alam

    bahwa setiap pengusaha ingin mener-

    apkan prinsip-prinsip ekonomi. Mem-

    beli semurah-murahnya, dan menjual

    semahal-mahalnya. Untuk itu sah-sah

    saja bagi kami untuk menawar jasa se-

    orang otograer hingga ke level yang

    tidak bisa ditetapkan. Hal ini semakin

    harus dilakukan di tengah persaingan

    di dunia periklanan yang juga semakin

    keras. Seperti kita ketahui bersama

    semenjak terjadi revolusi periklanan

    dengan berpisahnya departemen me-

    dia buying and placement perusahaan

    periklanan menjadi sebuah perusahaan

    media specialist yang independen,

    perusahaan periklanan mengalami

    guncangan yang cukup hebat. Media

    specialist selalu menawarkan hargayang lebih murah. Jika pada akhir ta-

    hun 1900an ee jasa media placement

    & buying bisa mencapai 10% hingga

    17.5% kini ee untuk jasa yang sama

    berkisar antara 3% hingga 8%. Bahkan

    untuk beberapa klien dengan billing

    puluhan hingga ratusan milliar rupiah,

    media specialist berani menetapkan

    harga ee sebesar minus 3%.

    Di satu sisi hal ini membuat banyakperusahaan yang beriklan mulai

    mengevaluasi kembali penunjukkan

    perusahaan periklanan yang menan-

    gani produk mereka karena ada banyak

    pilihan yang terlihat lebih menarik di

    ...perusa-haan per-iklanansecara ber-samaanmenjadi

    korbansekaligustertuduhdalamprosesmenurun-

    nya hargajasa o-tograiklan.

    Fotograer jan-gan egois den-

    gan menunjukhidung oranglain sebagaipenyebab ru-saknya harga.Harus dipahamibahwa dasardari masalahrusaknya hargajasa otograiklan adalah te-kanan ekonomiyang menimpaperusahaanperiklanan danjuga ketidak-mampuan o-

    tograer untukmempertahank-an daya tawar.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    30/77

    58 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 59

    LIPUTANUTAMA

    tengah kondisi perekonomian yang

    sudah semakin mencekik. Di sisi lain ini

    menyebabkan perusahaan periklanan

    mulai ketar-ketir karena godaan harga

    yang menarik dari pesaing mereka

    terhadap klien mereka. Belum lagi

    mereka harus berpikir keras untuk

    mengisi selisih omset akibat berpisah-

    nya departemen media yang notabene

    merupakan penghasil uang besardalam organisasi sebuah perusahaan

    periklanan. Sambungnya.

    GJ Melihat perusahaan periklanan

    secara bersamaan menjadi korban

    sekaligus tertuduh dalam proses

    menurunnya harga jasa otogra

    iklan. Perusahaan periklanan sedang

    mati-matian bertahan menghadapi

    persaingan di antara mereka yang se-

    makin tidak sehat. Banting-bantingan

    harga saja sudah membuat mereka

    terancam kehilangan klien, ditambah

    berkurangnya pemasukan akibat

    berpisahnya deaprtemen media yang

    menjadi lading uang. Jadi jangankanmemikirkan menaikkan harga jasa

    otogaer, memikirkan bagaimana car-

    anya agar klien mereka tetap loyal saja

    sudah cukup memusingkan mereka.

    Dan dalam rangka mempertahankan

    klien, pada akhirnya ada beberapa

    perusahaan periklanan yang memilih

    untuk menekan harga otograer, atau

    mencari otograer yang lebih murah

    agar jasa yang ditawarkan kepada klien

    lebih menarik. Dan bagi klien yang

    sudah cukup loyal tidak jarang mereka

    mengenakan harga yang sama untuk

    otograer-otograer yang sudah ser-

    ing mereka pakai, padahal perusahaan

    periklanan tersebut menawar lebihmurah lagi jasa si otograer. Kelebihan

    selisih antara harga beli dari otorgaer

    dan harga jual kepada klien inilah yang

    digunakan mereka untuk menutup

    kehilangan selisih pendapatan dari

    departemen media.

    BG, seorang produser perusahaan per-

    iklanan yang sudah menangani ratusan

    proses pemotretan iklan mengatakan

    bahwa harga jasa otogra merosot

    drastis sejak awal tahun 2000an. Jika

    pada tahun 1999 untuk sebuah layout

    dengan kesulitan tertentu seorang

    otograer bisa mengenakan biaya tiga

    puluh lima juta rupiah dengan masa

    pengerjaan selama satu hari pe-motretan, maka untuk layout dengan

    tingkat kesulitan yang sama hanya bisa

    dikenakan biaya sekitar dua puluh juta

    rupiah di tahun 2008 ini.

    ...Tapi sejujurnya melihat mental otograer yangcenderung memiliki ego dan kecurigaan yang

    tinggi ditambah penguasaan otogra yang relatidangkal pada umumnya maka hal ini akan sulit di-capai. Karena penetapan standar harga tidak akanberjalan ketika ada orang-orang yang berada diluar kesepakatan yang akan merusak kesepakatantersebut.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    31/77

    60 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 61

    LIPUTANUTAMA

    Banyak pihak yang menyalahkan

    pihak perusahaan periklanan dalam

    kasus merosotnya harga jasa otogra

    karena terlalu menekan otograer.

    Namun layaknya sebagai sebuah

    proses bisnis di mana hukum ekonomi

    berlaku, maka otograer juga sama

    bertanggung jawabnya dengan pihak

    perusahaan periklanan mengingat

    setiap kerjasama selalu terjadi setelah

    kesepakatan kedua belah pihak. IU

    berpendapat bahwa otograer sebagai

    seorang pelaku bisnis harus mengerti

    penyebab enomena ini secara men-

    dalam agar bisa menempatkan diri

    dengan benar. Fotograer jangan egois

    dengan menunjuk hidung orang lain

    sebagai penyebab rusaknya harga. Har-

    us dipahami bahwa dasar dari masalah

    rusaknya harga jasa otogra iklan

    adalah tekanan ekonomi yang men-

    impa perusahaan periklanan dan juga

    ketidakmampuan otograer untuk

    mempertahankan daya tawar. Tegas-

    nya. adalah benar bahwa perusahaan

    iklan semakin hari semakin murah

    menawar jasa mereka. Namun harusdipahami ini juga mereka lakukan

    akibat tekanan ekonomi yang mereka

    dapatkan. Ketika kita memahami itu,

    setidaknya kita tidak semena-mena

    menyalahkan mereka, karena mer-

    eka juga bagian dari korban tekanan

    ekonomi. Selanjutnya adalah seberapa

    besar kemampuan, kepercayaan diri

    dan kekompakan otograer dalam

    mempertahankan harga mereka.

    Sambungnya. Sebenarnya jelas sekali

    bahwa otogaer yang ikut banting

    harga adalah mereka yang sebenarnya

    sebelumnya menetapkan harga yang

    terlalu tinggi. Mengapa begitu? Karena

    dalam bisnis, harga dihasilkan melalui

    perhitungan-perhitungan ekonomi.

    Harga terbentuk dari elemen biaya

    produksi ditambah apresiasi terh-

    adap kemampuan mereka ditambah

    margin atau keuntungan. Elemen biaya

    produksi 100% tidak eksibel, semen-tara elemen apresiasi juga seharusnya

    tidak exible karena berhubungan

    dengan penghargaan terhadap ke-

    mampuan anda. Hanya elemen margin

    keuntungan yang relati lebih exible.

    Dan ketika hanya elemen margin keun-

    tungan yang bisa bergerak relati lebih

    bebas, artinya seharusnya tidak banyak

    penurunan harga yang bisa dilakukan.

    Karena elemen margin keuntungan

    pun tidak mungkin sampai nol. Jelas-nya lagi.

    IU menjelaskan bahwa ada tiga

    kemungkinan perhitungan seorang

    otograer melakukan banting harga.

    Sebenarnyajelas sekalibahwa o-togaer yang

    ikut bantingharga adalahmereka yangsebenarnyasebelumnyamenetapkanharga yang ter-lalu tinggi...

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    32/77

    62 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 63

    LIPUTANUTAMA

    Yang pertama margin yang terlalu be-

    sar sehingga ketika dikurangi banyak

    pun masih ada protnya. Kemungki-

    nan kedua adalah over charge atau

    mengenakan biaya jauh lebih dari

    seharusnya pada komponen apresiasi

    kemampuan sehingga cenderung ek-

    sibel. Padahal seharusnya komponen

    ini tidak eksibel mengingat kemam-

    puan kita cenderung meningkat dan

    artinya apresiasinya juga seharusnya

    cenderung meningkat bukan menu-

    run. Kemungkinan yang ketiga adalah

    gabungan dari keduanya.

    Untuk mengatasi hal ini IU melihat

    tidak ada cara lain selain upaya daripara otograer. Tahun lalu jika kita

    ingin membuat sebuah jingle iklan kita

    datang ke sebuah music composer dan

    memesan jingle berdasarkan durasi

    tertentu. Yang terjadi adalah ketika

    jingle tersebut ditempelkan pada iklan

    versi A, lalu beberapa bulan kemudian

    dibuat iklan B dan jingle pada iklan

    versi A juga ditempelkan pada versi B,

    maka si pembuat iklan dan pengiklan

    tidak dikenai biaya. Namun tahun ini,setelah para pekerja audio untuk iklan

    berkumpul dan membentuk asosiasi

    yang solid mereka berhasil menetap-

    kan aturan bahwa penggunaan elemen

    audio pada iklan hanya boleh dilaku-

    kan pada iklan yang sesuai dengan

    permintaan pada saat elemen audio

    tersebut dibuat. Artinya jika jingle A

    ditempel pada iklan versi A & B maka

    si pengiklan harus membayar dua kali.

    Jelasnya. Yang ingin saya katakan ada-

    lah kekompakan. Ketika pemain dalam

    industri mau duduk bersama, kompak

    menetapkan sebuah regulasi termasuk

    mengenai harga dan disiplin men-

    jalankannya maka seberapa besar teka-

    nannya pun akan b isa diatasi. Termasuktekanan dari perusahaan periklanan

    dan klien wedding. Tapi sejujurnya me-

    lihat mental otograer yang cenderung

    memiliki ego dan kecurigaan yang

    tinggi ditambah penguasaan otogra

    yang relati dangkal pada umumnya

    maka hal ini akan sulit dicapai. K ar-

    ena penetapan standar harga tidak

    akan berjalan ketika ada orang-orang

    yang berada di luar kesepakatan yang

    akan merusak kesepakatan tersebut.

    Lanjutnya.

    Semakin memburuknya harga jasa

    otogra baik wedding dan komersil

    memang dipengaruhi berbagai macam

    aspek. Namun dengan kekompakan

    dan keterbukaan dari para otograer,

    seharusnya bisa diatasi. Bukan teknolo-

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    33/77

    64 EDISI XVIII / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XVIII / 2008 65

    JALANJALAN

    gi digital yang seharusnya disalahkan,

    bukan pula tekanan dan praktik bisnis

    perusahaan periklanan yang berdasar

    pada hukum ekonomi yang perlu

    disalahkan, walaupun semua aktor

    tersebut tidak bisa dipungkiri ikut ter-

    libat. Namun hal paling dominan yang

    membuat kondisi ini terjadi adalah kee-

    goisan dan ketidakmampuan seorang

    otograer dalam berotogra. Ternyata

    masalahnya ada di kita sendiri. Mau

    diselesaikan atau diperpanjang, sehar-

    usnya juga menjadi pertanyaan bagi

    kita sendiri.

    For Futher Information :

    PT.Dyandra Promosindo Jl.Johar No.9, Menteng,Jakarta Pusat 10350

    telp.021 3107117 fax.021 390 3824/49 website.www.dyandra.com

    The City Tower 7th floor Jl.M.H Thamrin No.81, Jakarta 10310

    telp.021 31999 6077 fax.021 31999 6177/6277 website.www.dyandra.com

    contact person: Annisa ext.262 e-mail:[email protected];R ian ext.260 e-mail:[email protected]

    Organized by:Media Partner:

    Yang inginsaya katakan

    adalah kekom-pakan. Ketika

    pemain dalam

    industri maududuk bersama,kompak men-

    etapkan sebuahregulasi ter-

    masuk menge-nai harga dandisiplin men-

    jalankannyamaka seberapabesar tekanan-

    nya pun akanbisa diatasi.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    34/77

    66 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 67

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    Memotret landscape mungkin sudah dilakukan oleh semua orang yang pernah

    memiliki kamera. Uniknya ketika aktor object yang dioto sama, banyak gambar

    yang dihasilkan secara berbeda oleh otograer yang berbeda. Untuk itu setelah

    puas menghadirkan otograer landscape dari eropa dan amerika, pada kesempa-

    tan kali ini kami menghadirkan Alex Soh, seorang pecinta otogra landscape dari

    Singapore. Karya-karyanya memiliki keunikan tersendiri yang mudah-mudahan

    dapat memperkaya wawasan anda para pecinta otogra landscape.

    How did you know photography? Tell us rom the beginning.It started as a hobby, and rom hobby it became a proession and later it became

    a passion. Photography has become a big part o my lie. I can only remember

    shooting around with a compact camera when I was 13 years old. I took photog-

    raphy seriously only while I was studying at graphic design school, and that was

    14 years ago.

    What interesting to you in photography?I am more o an artist, a trained graphic designer. Photography to me is the ast-

    est way to create an art piece. My passion is to bring to people pictures o Gods

    creation and pictures that touch lives.

    You had a graphic design ormal education background. Does ithelp or your photography capability?Denitely, we were trained to have eyes or colors, balance, line-arts and exible

    mind to create, etc. I oten nd mysel out there try to create pictures instead o

    taking good picture.

    ALEX SOH, A JOURNEY TO

    DISCOVER THE BEAUTY OF GODWhats the most dicult thingshooting landscape?I love the mother nature and the chal-

    lenge o the unpredictable weather. We

    can have the best equipments in our

    hands and as creative as we can be but

    i the weather does not cooperate with

    us, theres nothing we can do. To methats a great challenge.

    We have seen so many land-scape picture. There are somephotographer that shoot thesame spot but get diferentresult. What should we pay at-tention more to create a bettershot even in the same spot withothers?Capture with your heart, it will be your

    style. The idea is to be creative and notto ollow others. Remember, i the re-

    sult o what you are going to shoot will

    be the same as others, whats so great

    about your photographs then? What

    impact can it make? A great photogra-

    My passionis to bring topeople pictureso Gods cre-

    ation and pic-tures that touchlives.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    35/77

    68 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 69

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    phers work will bring the audience to a

    new level o visual experience.

    Are you a kind o photographerthat tell a message on any oyour photos or a kind that only

    pursuit a good visual? Pleaseexplain why?A good picture is when it tells a story.

    Oten what I capture does not have

    the same impact. My job is to build the

    stock photo library or the company I

    work at, so I literally have to capture

    almost everything.

    What kind o photo satised youmost when creating it?

    The kind o pictures that would makeme jump up and down when they were

    captured and those that bring smiles to

    peoples aces.

    Whether it is a portrait, animal or

    scenery....I love them all. Today, I enjoy

    doing ne art photography and pic-

    tures that leave strong impression to

    the audiences.

    Mention one word that describe

    your photos. Touching Lives

    What is the most attractive spot/location or you on shooting?This is a tough question. Every place

    A great

    photog-rapherswork willbring theaudienceto a new

    level o vi-sual expe-rience.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    36/77

    70 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 71

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    Every picturetells a story. Asan old adagegoes: a picturetells a thousandwords, so thenext time youtake a picture,

    ask yourselwhat story areyou going totell.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    37/77

    72 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 73

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    38/77

    74 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 75

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    I visited had its own beauty, it is the

    question o how we appreciate it.

    You said photography is allabout opportunity. An artistdoesnt make art art happens.

    please explain.As an artist, you may plan in mind the

    kind o pictures you are going to shoot

    but the results may not be what you

    expect. You may agree with me that

    sometimes the accidental shots are the

    best ones.

    What should a photographerhave in their mind when creat-ing a picture regarding that

    statement.Arts can happen anytime, anywhere.Its a challenge or a photographer to

    always be ready and alert to capture

    the moment

    photog-raphy is allabout op-

    portunity.An artistdoesntmake art art hap-pens.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    39/77

    76 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 77

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    40/77

    78 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 79

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    41/77

    80 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 81

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    Please share us some tips to cre-ate a good landscape photos.

    Picture tells a story

    Every picture tells a story. As an old

    adage goes: a picture tells a thousand

    words, so the next time you take a

    picture, ask yoursel what story are you

    going to tell. A good picture is the one

    that speaks to you.

    Foreground & Background

    Photography is about composition. You

    can go to a beach and take a picture,

    but when you reach home and look

    at the picture you took, what do you

    see? You probably only see the sky and

    the sea. The picture doesnt look as

    beautiul as the real thing. Why? Thats

    because you dont capture the atmo-

    sphere. There are many things present

    but you cant capture them all into your

    rame because its too big o an area.

    Thats why the understanding o ore-

    ground and background is important.

    Try to bring a subject by the beach into

    the oreground. It could be a ower, a

    dritwood, a seashell, etc. This will give

    depth to the image you are about to

    take.

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    42/77

    82 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 83

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    43/77

    84 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 85

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    44/77

    86 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 87

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    ColorsMy pictures are oten very colorul

    because I know that colors attract

    peoples attention. When I took a shot

    o a bumblebee on a ower, I took time

    to select the background. Remember,

    whenever you take a picture you must

    not only concentrate on the subject

    matter but also to select a nice back-

    ground.

    Clean-cut

    Focus on the subject that you want to

    share with others, do not let unneces-

    sary objects distort your story. Many

    times when you take a p icture that

    you think will be nice but turns out to

    be not as nice as you thought it would

    be. Why? There are many reasons, one

    o them is because you have included

    too many subjects in the same image.

    Remember, when there are unneces-

    sary objects come into your rame, crop

    it of. That is what I mean by Clean-cut.

    Angle

    It will be interesting i you can capture

    your images rom an angle that un-predictably diferent rom what others

    would expect it to be/ rom what oth-

    ers would normally see . Capture your

    images at a diferent angle and not at

    eye level. It will give your pictures a di-

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    45/77

    88 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 89

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    46/77

    90 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 91

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    erent eeling. I I shoot a picture rom

    the top o a tree, Im also taking my

    audiences up to the tree with me.

    Warm Up

    Most good pictures come unexpect-

    edly. Usually when I go on a photog-

    raphy trip, I only shoot rubbish during

    the rst ew days. You need to warm

    up in order to get your system ready

    to capture images. I remember on one

    occasion I saw a man walking down the

    road carrying two piles o wood one

    on each side. Suddenly a gusty windblew his hat away up to the air. When I

    nished ocusing my lens, the hat had

    already landed on the ground. A good

    shot was missed! I said to mysel i only

    I had warmed up, Im sure I would have

    captured that moment.

    Think Out o the Box

    Do not think too technically because

    it takes away your creativity. Get out

    o the box! You will probably agree

    with me that many experimental shotsturned out to be quite good. Allow

    yoursel the latitude to explore. Espe-

    cially with digital SLR camera today, no

    lm cost, so why wait?

    In conclusion, photography is about

    practice more than possessing a

    creative eye, it is about making an

    efort. You dont wait or the picture

    to come. You go or it. You must have

    the attitude o mind that everything

    has its own beauty and your role is to

    bring out the beauty o each subject.

    Remember you are the creator o the

    image. You are the author o the story

    that you are about to tell.

    Do notthink too

    technicallybecause ittakes away

    your cre-ativity. Getout o thebox! You

    will prob-ably agree

    with methat manyexperimen-

    tal shotsturned outto be quite

    good. Allowyoursel the

    latitude toexplore.

    ...pho-tography

    is aboutpracticemore thanpossess-ing a cre-ative eye,

    it is aboutmaking anefort.

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    47/77

    92 EDISI XVIII / 2008

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    EDISI XVIII / 2008 93

    LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

    THEPRODUCTINFO THEPRODUCTINFO

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    48/77

    94 EDISI XVIII / 2008

    THEPRODUCTINFO

    EDISI XVIII / 2008 95

    THEPRODUCTINFO

    Fotogra is light. Tidak mengerti lighting artinya anda tidak mengerti otogra.

    Atas dasar itu pencarian kebenaran mengenai lighting dalam otogra seakan-akan tidak pernah berhenti. Berbagai macam buku mengenai lighting sudah

    diterbitkan. Namun jarang yang secara tuntas mampu menyulap pembacanya

    jadi ahli lighting.

    Buku Light architecture yang ditulis oleh Urs Recher ini cukup komprehensi dan

    detail dalam memberikan pemahaman tentang lighting. Penggunaan lighting

    diagram yang biasanya selalu kami kritik sebagai pembodohan kali ini terpaksa

    kami anulir untuk buku ini karena buku ini tidak sekedar melampirkan lighting

    diagram sebagai bahan contekan, namun Urs juga memberikan penjelasan men-

    gapa lighting diagramnya seperti itu. Adalah argumen mengenai alasan men-

    gapa begitu dan mengapa seperti itu lah yang membuat buku ini bisa dikatakanmencerdaskan. Setidaknya Urs tidak terjebak kepada upaya doktrinasi menge-

    nai teknik lighting yang benar menurutnya. Namun lebih kepada memberikan

    alasan terhadap setiap detail setting lighting yang ia gunakan. Karena itu lighting

    diagram menjadi suatu panduan terhadap evaluasi argumen Urs, bukan sebagai

    contekan tanpa argumen seperti yang banyak dilakukan oleh buku dan majalah

    otogra lain.

    Buku Light Architecture ini lebih menarik lagi karena juga mengupas teknis light-

    ing secara menyeluruh baik menggunakan articial light, available light maupun

    mix light. Bagi anda yang merasa sudah mengerti lighting, mungkin sudah waktu-

    nya untuk membuktikan keyakinan anda akan kemampuan anda tentang lighting

    dengan membaca buku ini. Dan bagi anda yang merasa masih belum selesai

    melakukan pencarian kebenaran mengenai lighting. Mungkin ini b isa menjadi

    jawaban yang selama ini anda tunggu-tunggu. Untuk mendapatkan buku ini

    anda bisa menghubungi Primacolor Imaging di Jl. KH Hasyim Ashari 44CD, Jakarta

    Pusat, telp. 634 3127

    LIGHT ARCHITECTURE BY URS RECHER

    MASTERTOM MASTERTOM

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    49/77

    96 EDISI XVIII / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XVIII / 2008 97

    MASTERTOM

    Hello riends o outer-space!

    Do you want to shoot really antastic

    space shots? No problem!

    So, what do we need? First o all, a ewsheets o black cardboard. Second, a

    secret explosive powder. I you like,

    you can pretend its really dangerous

    and take cover behind the soa... but

    its only baby powder!

    Sprinkle a tablespoon ull o baby

    powder into the middle o the black

    cardboard. I you then blow through a

    straw right into the centre o the pow-

    der, youll get a wonderul black andwhite picture o an explosion. Honest!

    How to do spectacular

    SPACE shotsHeres one my brother Markus prepared earlier (remember Markus, the all-

    round genius o my studio?).

    MASTERTOM MASTERTOM

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    50/77

    98 EDISI XVIII / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XVIII / 2008 99

    MASTERTOM

    This might not always work rst time

    round, but with a little bit o practise,

    youll get there in the end. Finally, take

    a picture o the best cardboard. It is not

    necessary to have your best camera

    or this (I normally use my little 200$

    camera).This shot looks like a dull black-and-

    white photo o a space explosion, but

    it is a start.

    Now turn it into a super cool space-

    explosion! Use the gradient curve in

    your image processing sotware like

    Photoshop, ACDSee or whatever. Raise

    the red and green curves on the right

    side, and lower the blue curve on the

    let. Play with this unction and you

    easily get a bright, glowing efect.

    Pretty cool, isnt it?

    Now add a little speed efect. InPhotoshop there is a unction called

    motion blur in the Filter Menu (in

    other sotware pixel explosion or

    speed efect). This adds more power

    to your photo, i you want to have an

    explosive look.

    MASTERTOM MASTERTOM

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    51/77

    100 EDISI XVIII / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XVIII / 2008101

    MASTERTOM

    This photo looks like a big explosion,

    but i you use other colours, it looks

    very much like other galaxies.

    Here is a photo, that could be seen in

    a huge microscope. The baby powder

    efect is an interesting way o shooting

    something never-seen-beore.

    Sometimes I do workshops. This photo was made within a day with my students.

    Here in THELIGHT I show it a rst time to a wider audience. Keep it as a secret!

    Let there be light!

    MasterTOM

    (Thomas Herbrich)

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    52/77

    102 EDISI XVIII / 2008

    THEINSPIRATION

    EDISI XVIII / 2008103

    THEINSPIRATION

    TERAPI JILAT PANTATBeberapa saat yang lalu saya

    berkesempatan berkunjung ke rumah

    seorang seniman besar Indonesia. Ada-

    lah seorang otograer yang mengajak

    saya ke sana. Ia pun memperkenalkan

    saya kepada seniman besar ini. Pada

    saat Ia memperkenalkan saya kepada

    seniman besar ini, sang seniman pun

    bertanya apa background saya? Saya

    pun menjawab saya sekarang lagi

    ngerjain majalah otogra bareng be-

    berapa orang teman pak, tapi dulunya

    saya kerja di advertising. Sesaat kemu-

    dian ia tersenyum lalu berkata, Dulu

    waktu saya baru lulus kuliah di jerman

    saya juga sempat satu setengah tahun

    kerja di advertising. Duitnya banyak

    banget. Melimpah. Tapi jiwanya kering

    karena kerjaannya njilati pantat orang

    terus.

    Bukan tentang proesi pekerja adver-tising yang dianggap suka menjilati

    pantat orang oleh seniman besar ini

    yang ingin saya bahas di sini. Namun

    saya lebih tertarik kepada satu rase

    yaitu menjilat pantat yang ingin saya

    bahas di sini. Mungkin istilah jilatpantat sudah bukan istilah yang kasar

    bagi kita semua di sini, karena kita

    hidup di tengah-tengah persaingan

    menjilat pantat. Kalau boleh jujur,

    marilah kita merenung sejenak, dan

    mengingat-ingat dengan jujur berapa

    banyak pantat yang sudah kita jilat

    seminggu terakhir? Pantat atasan kita,

    klien mungkin? Mertua, pacar, istri atau

    suami? Atau bahkan orang yang kita

    hormati.

    Setidaknya dalam lima tahun tera-

    khir saya mengikuti lebih ari 30 buah

    mailing list. Diantaranya mailing list

    otogra, mailing list pekerja iklan,

    mailing list alma mater sekolah saya,

    dan beberapa mailing list lainnya. Hal

    yang agak miris sering terjadi di mail-

    ing list otogra dan pekerja iklan. Mail-

    ing list tersebut terbentuk berdasar-

    kan satu topik yang spesik di mana

    tentunya ada beragam anggota mulai

    dari yang muda hingga yang tua, mulai

    dari yang junior hingga yang senior.

    Yang menjadikan mailing list ini miris

    adalah ketika ada perdebatan di antara

    Dulu waktusaya baru lulus

    kuliah di jer-

    man saya jugasempat satusetengah tahun

    kerja di adver-tising. Duitnya

    banyak banget.Melimpah. Tapijiwanya keringkarena kerjaan-nya njilati pan-tat orang terus.

    Mereka yang be-rani mendebatmalah dianggapprovokator yangsuka cari ribut,cari musuh dan

    bahkan dianggaptidak mengertibudaya timuryang begitu cintaakan kedamaian.Padahal perdeba-tan yang dilaku-kan bukan un-tuk membunuhkarakter apalagimempermalukanlawan debat.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    53/77

    104 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008105

    beberapa orang anggota yang lebih

    junior mengenai suatu hal. Biasanya

    mereka berbalas argumen mulai dari

    yang rasional hingga mulai mengarah

    ke emosional. Hal yang miris terjadi

    ketika orang yang dianggap senior

    ikut bicara dan seketika omongannyadianggap sebagai kebenaran. Semua

    member yang terlibat dalam perde-

    batan menghentikan agresinya tanpa

    menantang sang senior untuk berde-

    bat secara rasional. Argumen sang

    senior yang pendek dan sedikit meng-

    gantung dianggap sebagai bagian dari

    puzzle yang tadi hilang sehingga tim-

    bullah perdebatan tersebut. Lebih miris

    lagi ketika ada beberapa orang junior

    di komunitas itu mengatakan kata-kata

    yang kurang lebih seperti ini, wah kalo

    bos X sudah ngomong ya bereslah

    semua. Memang itu yang benar. Atau

    saya setuju dengan komandan. Maju

    terus komandan. Padahal argumen

    yang diajukan oleh orang yang disebut

    bos atau komandan itu masih

    sangat mudah untuk diperdebatkan.

    Namun seolah-olah kitab suci sudah

    turun, suara senior adalah suara Tuhansehingga haram hukumnya untuk

    mendebatnya. Bahkan ada guyonan

    yang muncul terhadap pihak-pihak

    yang mendebat argumen sang koman-

    dan dengan mengatakan, hussss

    jangan ngomong sembarangan sama

    komandan, nanti kualat loh.

    Saya tidak tahu siapa yang berinisiati

    memulai budaya ini, namun agak ironis

    ketika seorang senior yang seharusnya

    mendidik dan mengarahkan juniornyauntuk lebih kritis dan berani berar-

    gumen secara rasional malah diam

    dengan kenikmatan dan kemenangan

    ketika menyaksikan tidak ada juniornya

    yang berani mendebat pendapatnya.

    Mereka yang berani mendebat malah

    dianggap provokator yang suka cari

    ribut, cari musuh dan bahkan diang-

    gap tidak mengerti budaya timur yang

    begitu cinta akan kedamaian. Padahal

    perdebatan yang dilakukan bukan

    untuk membunuh karakter apalagi

    mempermalukan lawan debat.

    Atas dasar budaya timur dan tenggang

    rasa serta persahabatan itulah negara

    ini dibuat menjadi tidak mampu be-

    rargumentasi dan mengungkapkan

    pendapatnya. Beberapa saat yang lalu

    ada sebuah peristiwa yang setidaknya

    membuktikan argumen prematuresaya ini. Pembuktian tersebut ter-

    jadi ketika saya harus menginterview

    beberapa orang Indonesia dan orang

    bule mengenai sebuah acara. Berikut

    cuplikannya:

    Atas dasarbudaya

    timur dantenggangrasa serta

    persaha-batan itu-

    lah negaraini dibuat

    menja-di tidakmampu

    berargu-mentasi

    dan men-

    gung-kapkanpendapat-

    nya.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    54/77

    106 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008107

    Saya : Apa kabar mbak?

    Indo : Baik.

    Saya : Menurut mbak, bagaimana acara hari ini?

    Indo : Ya bagus sih.

    Saya : Bagusnya gimana?

    Indo : ya bagus. Menarik acaranya.Saya : Kalau lain kali acara ini diadakan lagi, mbak mau datang nggak?

    Indo : Mau.

    Saya : ada saran nggak biar acara ini lebih bagus lagi?

    Indo : Udah bagus sih, tapi kalau bisa lebih bagus lagi lebih baik sih.

    Sementara pada saat saya menanyakan hal yang sama pada seorang penonton

    bule sebuah acara hal yang berbeda saya temukan, berikut cuplikannya:

    Saya : Apa kabar pak?

    Bule : Sangat baik. Bagaimana dengan kamu? Kamu baik-baik juga kan?

    Saya : Baik pak, terima kasih. Menurut bapak, bagaimana acara hari ini?

    Bule : ya.. saya pikir acara ini sangat positi karena memberikan kesempatan

    bagi kaum muda untuk menyalurkan hasrat mereka secara positi. Kita bisa lihat

    bagaimana aksi generasi muda yang begitu sukar untuk dipercaya, namun benar-

    benar terjadi. Saya tidak akan percaya jika saya tidak melihat langsung di sini.

    Saya : Kalau lain kali acara ini diadakan lagi, bapak mau datang nggak?

    Bule : Pasti. Lain kali saya akan ajak anak saya yang masih kecil untuk melihat

    bagaimana anak muda bisa berbuat sesuatu yang bagi banyak orang tidak mung-

    kin dilakukan. Acara ini sangat positi bagi mereka. Tentu saja saya akan datang.

    Saya : Apakah ada saran agar acara ini bisa lebih baik lagi?

    Bule : Saya rasa lain kali acara ini harus dibuat lebih lama lagi durasinya. Selainitu promosinya juga harus lebih besar agar lebih banyak lagi orang yang bisa

    merasakan manaatnya.

    Apa yang anda tangkap dari dua percakapan di atas? Mungkin percakapan terse-

    but tidak mewakili 100% orang Indonesia dan orang bule. Namun setidaknya di

    Coba tanyakan ke-

    pada mereka yangbercita-cita ingin jadipilot, dokter atau in-sinyur, mengapa mer-eka memiliki cita-citaseperti itu? Saya rasatidak banyak anakyang bisa menjawab.Karena anak Indone-sia sudah terdidik se-cara structural untukmenuruti hal yangdiyakini benar tanpaperlu tahu alasannya.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    55/77

    108 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008109

    situ tergambar betapa sulitnya orang

    Indonesia untuk mengungkapkan isi

    kepala mereka (jika memang kepal-

    anya ada isinya. Hehehe). Mungkin

    saja mereka malu, mereka takut atau

    bahkan memang karena mereka tidak

    tahu harus berbicara apa karena sudah

    begitu terbentuknya sikap untuk tidak

    berani berargumen karena tidak boleh

    salah, tidak boleh mengungkapkan

    keyakinan. Sementara si bule, mampu

    menjawab pertanyaan singkat denganjawaban yang jauh lebih panjang dari

    pertanyaan saya.

    Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

    Seorang teman pernah mengatakan

    kepada saya, bahwa system pendidikan

    dan budaya yang berlaku di Indonesia

    lah yang menyebabkan hal ini terjadi.

    Mulai dari hal kecil ketika kita kecil,

    ingatkah kita apa cita-cita kita? Anak

    kecil di Indonesia memiliki cita-cita

    yang tidak jauh dari dokter, insinyur,pilot dan presiden. Tidak ada yang

    bercita-cita jadi masinis, jadi otograer,

    sutradara, pialang saham, dan lain

    sebagainya. Coba tanyakan kepada

    mereka yang bercita-cita ingin jadi

    pilot, dokter atau insinyur, mengapa

    mereka memiliki cita-cita seperti itu?

    Saya rasa tidak banyak anak yang bisa

    menjawab. Karena anak Indonesia

    sudah terdidik secara structural untuk

    menuruti hal yang diyakini benar tanpa

    perlu tahu alasannya.

    Maka dari itu, miris sekali ketika saya

    melihat dan mendengar sosok-sosok

    besar di dunia otogra yang den-gan sengaja atau tidak sengaja telah

    menjajah juniornya untuk tidak boleh

    berargumentasi terlebih lagi dengan

    alasan budaya timur dan lain seba-

    gainya.

    Erik Prasetya, seorang otorgaer ne

    art journalism pernah berkata kepada

    saya, bahwa tidak penting apa yang

    mereka yakini dan mereka anggap be-

    nar. Bukan masalah apakah keyakinan-

    nya sama atau berbeda dengan beliau.

    Adalah argumentasinya yang penting.

    Beliau bisa saja menilai oto seseorang

    sebagai oto yang jelek, begitu pula

    sebaliknya, namun argumen untuk

    mempertanggungjawabkan keyakinan

    kitalah yang penting.

    Teguh Ostenrik, seorang seniman besar

    Indonesia yang disegani hingga ke luarnegeri pernah berkata kepada saya,

    bahwa orang Indonesia belajar dengan

    diarahkan untuk mencari kebenaran

    dengan menghindari kesalahan. Se-

    mentara ia justru mendorong murid-

    Karenabenar dansalah bu-

    kan ditemu-kan denganmengkon-rontasi satukeyakinandengankeyakinan

    yang lain,namun den-gan meng-konrontasisatu keyaki-nan denganargumenkeyakinantersebut.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #18

    56/77

    110 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008111

    nya untuk berbuat salah sebanyak-ban-

    yaknya agar ia tahu kebenaran yang

    sesungguhnya.

    Orang-orang besar yang besar bukan

    sekedar besar nama dan ketokohannya

    selalu memberi ruang bagi siapapuntermasuk mereka yang lebih muda,

    lebih sedikit pengalamannya untuk

    bertukar pikiran dengan argumentasi

    yang tepat. Bahkan mereka menyisa-

    kan ruang akan kemungkinan sama-

    sama b