tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner …
TRANSCRIPT
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BER-
DASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG
Anggi Jamiyanti, Rizki Muliani, Siti Jundiah
ABSTRACT
Based on data from Department of Health (2005), coronary heart disease ranks fifth as the cause of death of all hospitals in Indonesia by 2557 the number of deaths. West Java was the province of a number of people with heart disease is pretty much in Indonesia, the numbers are 7,000 people with the majority of sufferers are coronary heart disease. Coronary heart disease is heart disease caused by narrowing of the coronary arteries. Coronary heart disease in general will experience psychological conditions such as anxiety disorders. Coronary heart disease is itself a stressor or a threat to the integrity of the person covering disability and reduced physiological capacity to perform daily living. The purpose of this study was to describe the level of anxiety in patients with coronary heart disease based on the characteristics in the Heart Hospital Polyclinic Al-Islam Bandung. This research is descriptive, with a sampling technique using accidental sampling technique with a number of respondents 46 people. Techniques of data collection is done by using a questionnaire anxiety research instrument based on Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). The result showed that, the anxiety level of anxiety experienced by respondents were the most severe levels of anxiety (34.78%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety in women (23.91%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety at the age of 61 years (23.91%), a minority of respondents who experience severe anxiety levels at secondary education level (19.56%), less than half of the respondents experienced severe anxiety levels in those who did not work (26.08%). It is expected the RS Al-Islam Bandung improve the quality of nursing care in CHD patients who experience severe anxiety level, by supportive approach and provide an explanation of the disease and anxiety, to in-crease patient coping mechanisms.
Keywords: Anxiety, coronary heart disease
ABSTRAK
Berdasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner menempati urutan ke-5 sebagai penyebab ke-matian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Jawa barat adalah provinsi yang jumlah penderita penyakit jantung cukup banyak di Indonesia, jumlahnya adalah 7.000 orang dengan sebagian besar penderitanya adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner. Penyakit jantung koroner pada umumnya akan mengalami kondisi psikologik antara lain gangguan kecemasan. Penyakit jantung ko-roner itu sendiri merupakan stressor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak-mampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner ber-dasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskrip-tif, dengan tehnik penarikan sampel menggunakan tehnik accidental sampling dengan jumlah responden 46 orang. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian berupa kue-sioner kecemasan berdasarkan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Hasil penelitian didapatkan bahwa, tingkat kecemasan kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat (34,78%), sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada perempuan (23,91%), sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada usia lebih dari 61 tahun (23,91%), sebagian kecil responden yang mengalami tingkat kecemasan berat pada tingkat pendidikan menengah (19,56%), kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja (26,08%). Diharapkan pihak RS Al-Islam Bandung meningkatkan kualitas asuhan kepera-watan pada pasien PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat, dengan cara melakukan pendekatan suportif dan memberikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasannya, untuk meningkatkan meka-nisme koping pasien.
Kata kunci : Kecemasan, penyakit jantung koroner
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
PENDAHULUANPenyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya arterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding arteri koroner, baik diserrtai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Kabo, 2008). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Data WHO tahun 2011, menyatakan jumlah penderita PJK tercatat sebanyak 7 juta orang yang meninggal, tahun 2002 tercatat 7,2 juta dan tahun 2008 meningkat menjadi 7,3 juta. Angka ini akan meningkat hingga 11 juta untuk tahun 2020. Berdasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner menempati urutan ke5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Medical Record RS AlIslam Bandung Tahun 2011 sampai Maret 2012, angka kunjungan pasien yang di Poliklinik Jantung selama tahun 2011 cenderung fluktuatif, dan mengalami peningkatan pada bulan Januari sampai Maret 2012.
Selain dampak fisik seperti gejala angina, PJK juga dapat menimbulkan dampak social ekonomi bagi penderitanya. Angina membatasi aktifitas normal sehari-hari sehingga ia mempunyai dampak yang negatif terhadap kualitas hidup. Menurut Parker (2004), satu tahun setelah revaskularisasi koroner, kirakira sepertiganya tidak dapat kembali bekerja, sehingga dampak social dan ekonomi pada pasien PJK sangat besar.
Pada dasarnya semua penyakit fisik akan mempengaruhi kondisi psikologik seseorang. Demikian juga penderita penyakit jantung koroner pada umumnya akan mengalami kondisi psikologik antara lain gangguan penyesuaian, kecemasan atau depresi (Hawari, 2004).
Pasien dengan PJK akan disertai kecemasan dan PJK itu sendiri merupakan stressor yang menyebabkan klien merasa cemas. Selain itu, pasien PJK akan mengalami angina, dan serangan angina itu sendiri merupakan stressor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan seharihari (Stuart & Sundeen,1998). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasbatas normal (Hawari, 2001). Menurut Achiryani (2000), kecemasan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktorfaktor intrinsik antara lain : usia, jenis kelamin dan pengalaman. Sedangkan faktor ekstrinsik antara lain : pendidikan, pekerjaan dan kondisi lingkungan.
Dari hasil wawancara pada bulan april dengan perawat
di Poliklinik Jantung RS AlIslam didapatkan, bahwa ada pasien PJK yang mengalami kecemasan. Hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang pasien PJK di Poliklinik Jantung RS AlIslam Bandung, 3 pasien menunjukan gejala kecemasan seperti sering merasa cemas dengan penyakitnya, gelisah dan tegang. Sedangkan 7 orang lainnya tidak mengalami gejala kecemasan.
Maka berdasarkan fenomena masalah diatas, peneliti tertarik meneliti tentang tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS AlIslam Bandung.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif. Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RS AlIslam Bandung, dari Januari 2011 sampai Maret 2012 sebanyak 1244 orang dengan ratarata kunjungan per bulan 83 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara Convenience Sampling (accidental sampling). Dengan menggunakan rumus Slovin maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 46 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner tingkat kecemasan yang diadaptasi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan melakukan uji proporsi.
HASIL PENELITIANTabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di RS AlIslam Bandung
Tingkat Kecemasan Frekuensi PresentaseTidak ada 9 19,56Ringan 7 15,21Sedang 11 23,91Berat 16 34,78Berat Sekali (Panik) 3 7,14Total 46 100
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tingkat Kecemasan
Jenis Kelamin
TotalLakilaki Perempuan
f % f %Tidak ada 6 13,04 3 6,52 9 19,56Ringan 2 4,34 5 10,86 7 15,21Sedang 5 10,86 6 13,04 11 23,91Berat 5 10,86 11 23,91 16 34,78Berat Sekali 1 2,17 2 4,34 3 7,14Total 19 41,27 27 58,67 46 100
Anggi Jamiyanti, Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung....
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Usia
Tingkat Kecemasan
U s i aTotal
1840 4160 61<f % f % f % f %
Tidak ada 0 0,00 4 8,69 5 10,86 9 19,56Ringan 0 0,00 1 2,17 6 13,04 7 15,21Sedang 1 2,17 5 10,86 5 10,86 11 23,91Berat 0 0,00 5 10,86 11 23,91 11 34,78Berat Sekali 0 0,00 2 4,34 1 2,17 3 7,14Total 1 2,17 17 36,92 28 60,84 46 100
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Kecemasan
PendidikanTotal
Rendah Menengah Tinggif % f % f % f %
Tidak ada 0 0.00 3 6,52 6 13,04 9 19,56Ringan 0 0,00 4 8,69 3 6,52 7 15,21Sedang 0 0,00 8 17,39 3 6,52 11 23,91Berat 0 0,00 9 19,56 7 10,86 16 34,78Berat Sekali 0 0,00 2 4,34 1 2,17 3 7,14Total 0 0,00 26 39,1 20 39,11 46 100
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tingkat Kecemasan
PekerjaanBekerja Tidak Bekerja
f % f % f %
Tidak ada 3 6,52 6 13,04 9 19,56Ringan 3 6,52 4 8,69 7 15,21Sedang 4 8,69 7 15,21 11 23,91Berat 4 8,69 12 26,08 16 34,78Berat Sekali 0 0,00 3 6,52 3 7,14Total 14 30,42 32 69,58 46 100
1. Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa tingkat kece
masan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 16 responden (34,78%).
2. Dari tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada perempuan sebanyak 11 orang (23,91%).
3. Dari tabel 3 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu 11 responden (23,91%).
4. Dari tabel 4 diatas menunjukan bahwa, sebagian kecil responden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu 9 responden (19,56%).
5. Dari tabel 5 diatas menunjukan bahwa kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 responden (26,08%).
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 16 responden (34,78%).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasbatas normal (Hawari, 2001).
Menurut pandangan interpersoal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal yang dapat menimbulkan kecemasan spesifik, hal ini merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut kapasitas untuk bertahan hidup tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen,1998).
Bagi kebanyakan orang, PJK adalah suatu penyakit yang amat mengkhawatirkan, dan masyarakat sadar akan besarnya potensi bahaya yang ditimbulkan. Kecemasan yang dialami pasien PJK akan berdampak terhadap aktivitas dan perilaku pasien. Cara, sikap atau reaksi orang dalam mengahadapi PJK, berbeda satu sama lain dan bersifat individual. Hal ini tergantung sampai berapa jauhkah kemamuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam kelangsungan hidupnya.
Dalam peelitian ini kebanyakan responden mengalami kecemasan berat. Hal ini dikarenakan rendahnya penyesuaian individu terhadap kondisinya. Seperti teori diatas, bahwa kecemasan merupakan reaksi penyesuaian individu terhadap situasi yang mengancam.
Untuk mengatasi kecemasan berat pada pasien PJK, maka perlu adanya pendekatan suportif. Dalam hal ini yaitu, memberikan dukungan emosi baik itu dari perawat, keluarga maupun orang terdekat. Peran keluarga bagi pasien PJK sangat penting, keluarga yang memberikan pengertian dan kooperatif dalam memberikan perawatan dan dorongan emosi, akan sangat membantu dalam penatalaksanaan kecemasan. Dalam hal respon pasien terhadap pengobatan sedikitnya ditentukan oleh keluarga dalam memberikan reaksi terhadap penyakitnya.
Sedangkan peran perawat dalam mengatasi kecemasan yaitu, memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, dan menerapkan batasan prilaku mal adaptif pasien dengan cara memberikan dukungan emosional. Sehingga dapat membantu dalam menguasai keadaan terutama dalam mekanisme koping, sehingga diharapkan pasien dapat mempunyai koping yang lebih adaptif sehingga tingkat kecemasan dapat diatasi atau diturunkan.
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Ko-roner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada perempuan sebanyak 11 orang (23,91%). Jenis kelamin adalah perbedaan atas lakilaki dan perempuan. Peran jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran sosial percaya bahwa masyarakat mempengaruhi prilaku wanita maupun pria, dan merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas (Potter and Perry, 2005).
Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin lakilaki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara perfikirnya cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan mudah untuk mengalami kecemasan karena informasi yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa menekan perasaannya (Stuart and Laraia, 2005).
Perempuan cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pada lakilaki, keadaan ini disebabkan perempuan lebih merasakan kecemasan dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Hal in sesuai dengan teori diatas bahwa perempuan cenderung lebih peka dan detail dalam melihat peristiwa dalam kehidupannya. Sehingga mepempuan akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka didapatkan dapat diasumsikan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien PJK.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Usia
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu 11 responden (23,91%). Usia adalah waktu hidup (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2010). Sedangkan menurut Depkes (2007), usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang yang dihitung sejak lahir sampai berulang tahun yang terakhir.
Usia merupakan salah satu faktor internal dari faktor presipitasi yang mempengaruhi kecemasan. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden berusia lebih dari 61 tahun. Menurut Hurlock (2002), usia lebih dari 61 tahun merupakan masa lanjut usia. Gejalagejala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia seperti perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker yang sebenarnya tidak dideritanya, sering membayangkan halhal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan (Maryam dkk., 2008).
Kecemasan pada lansia adalah hal yang paling sering terjadi. Sebagian besar lansia mengalami kecemasan seiring dengan bertambahnya usia. Usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai penderitaan seperti beberapa penyakit dan keudzuran serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting pada lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis. (Nugroho, 2000).
Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan caranya kematian serta rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian. Namun, ada bentuk kecemasan spesifikasi yang didasarkan pada usia individu. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang (Hurlock, 2002).
Kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya adalah terjadinya perubahan yang drastis dari kondisi fisiknya yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan menimbulkan kecemasan seperti gangguan penceranaan, detak jantung bertambah cepat berdebardebar akibatdari penyakit yang dideritanya kambuh, sering merasa pusing, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang. Kemudian secara psikologis kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian adalah seperti adanya perasaan khawatir, cemas atau takut terhadap kematian itu sendiri, tidak berdaya, lemas, tidak percaya diri, ingin bunuh diri, tidak tentram, dan gelisah.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pendidikan
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, sebagian kecil resonden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu 9 responden (19,56%). Menurut Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan iti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Menurut Y. B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama motivasi untuk sikap, berperan serta dalam pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya halhal yang menunjang kesehatan.
Pada umumnya, cakupan pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka kecenderungan dalam hal menerima dan memahami informasi dari berbagai sumber akan semakin mudah. Sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialaminya.
Menurut Broewer (1983) (dalam Hawari, 2001) mengemukakan bahwa klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan
Anggi Jamiyanti, Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Jantung....
konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999)
Hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialaminya, hal ini dibuktikan responden yang mengalani tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami tingkat kecemasan berat. Maka dapat diasumsikan bahwa makin rendah pendidikan seseorang, maka tingkat kecemasan yang dialami semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan yang kurang dan mekanisme koping individu yang tidak efektif.
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pekerjaan
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 responden (26,08%). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulangulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2001).
Pekerjaan adalah kesibukan yang dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) memasukan kesibukan pekerjaan kedalam kelompok predisposisi yang mencangkup pangetahuan dan sikap masyarakat, tingkat pendidikan dan social ekonomi.
Seseorang yang bekerja akan mempunyai banyak pengalaman dalam menyelsaikan masalah, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan dalam menggunakan koping yang lebih konstruktif. Keterampilan menggunakan koping yang konstruktif dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan, seseorang yang mendapatkan penghasilan yang semakin tinggi maka kecemasan akan semakin berkurang dari aspek biaya pengobatannya. Pekerjaan responden dapat mempengaruhi kecemasannya dalam nenjalani kehidupan sehariharinya sebagai pasien dengan PJK. Hal ini disebabkan karena responden yang tidak bekerja merasa tidak dapat hidup produktif, merasa menjadi beban atau tanggung jawab keluarga dan cemas akan biaya pengobatannya.
SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat
kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS AlIslam Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Tingkat kecemasan yang paling banyak dialami respon
den adalah tingkat kecemasan berat.2. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kece
masan berat, yaitu pada perempuan.3. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kece
masan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun (masa lanjut usia).
4. Sebagian kecil resonden yang mengalami tingkat ke
cemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah
5. Kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja.
SaranBagi Pelayanan KeperawatanMeningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien
PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat. Dengan cara melakukan pendekatan suportif seperti konseling dan memberikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasannya, untuk meningkatnkan mekanisme koping pasien.
Bagi Institusi PenelitianMeningkatkan pelayanan pada pasien penyakit jantung
koroner yang mengalami kecemasan terutama di Poliklinik Jantung, dengan cara lebih bemberikan sumber informasi tentang kondisi penyakit dan pengobatan, juga mengadakan konseling psikologi tentang kecemasannya.
Bagi Penelitian SelanjutnyaKarena penelitian ini hanya meneliti tentang tingkat ke
cemasan saja, beberapa hal yang masih belum tergali lebih mendalam pada kasus dengan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu maka peneliti selanjutnya disarankan untuk menggali lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsini Prof., dr. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Putra
_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Putra
Balck, J And Hawk, J. 2005. MedicalSurgical Nursing : Clinical Management For Positive Outcomes. Edisi 7 Volume 1. Elsevier Saunders : Universitas Michigan
Brunner and Suddarth. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Corwin J, Elizabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed. 2. Jakarta : EGC
Depdikbud. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hawari, Dadang. 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://www.ccheart.com.cn/ccheart2010/fujian/2007%20ACC%20AHAjizhenshi.PDF diakses pada tanggal 30 Mei 2012
Hurlock, Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Kabo, Peter Prof., dr. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September 2012
Kaplan, H, Sudock, N. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri. Edisi 1. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maryam, R, Siti, et. al. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Neal J, Micheal. 2006. At a Galance Farmakologi Medis. Jakarta : Penerbit Erlangga
Notoatmodjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta : Andi Offset
Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2001. Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Info Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ridwan. 2005. DasarDasar Statistika. Bandung : AlfabetaSmeltzer, S And Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
STKes. 2009. Buku Panduan Penulisan & Penyusunan Skripsi. Bandung : STIKES BK
Stuart and Laraia. 2005. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. Edisi 6. St. Louis : Mosby Year Book
Stuart, G. W, Sundeen, JS. 1998. Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC
Sugiono, Prof, Dr, 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Suliswati, et. al. 2005. Metode Pengukuran Penelitian Keperawatan Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Erlangga
www.compas.com, 2006 diakses pada tanggal 27 April 2012
www.detiknews.com, 2007 diakses pada tanggal 26 April 2012
www.republika.co.id, 2007 diakses pada tanggal 27 April 2012
www.sinarharapan.com, 2007 diakses pada tanggal 27 April 2012
www.who.int, 2011 diakses pada tanggal 25 April 2012www.wikipedia.org, 2004 diakses pada tanggal 27 April
2012Yahya A, Fauzi. 2010. Menaklukan Pembunuh No. 1 :
Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung : PT Mizan Pustaka